Dokumen tersebut membahas tentang landasan pengembangan kurikulum. Ada beberapa poin penting yang dijelaskan, yaitu: (1) Pengembangan kurikulum harus berlandaskan prinsip-prinsip seperti relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efisiensi, dan efektivitas; (2) Terdapat empat landasan utama pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofis, psikologis, sosiologis, dan ilmu pengetahuan dan te
3. HAKIKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan
rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta
bagaimana cara mempelajarinya.
Seller dan Miller (1985) mengemukakan bahwa proses pengembangan
kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus,
yang meliputi orientasi, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
Seller memandang bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai
dari menentukan orientasi, yakni kebijakan-kebijakan umum meliputi enam
aspek : tujuan pendidikan, pandangan tentang anak, pandangan tentang
proses pembelajaran, pandangan tentang lingkungan, konsepsi tentang
peranan guru, dan evaluasi.
4. Menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi,
serta tujuan yang ingin dicapai, sedangkan menentukan tujuan yang ingin
dicapai erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan
masyarakat.
Dengan demikian maka pengembangan kurikulum memiliki dua sisi yang
sama pentingnya yaitu isi kurikulum sebagai pedoman yang kemudian
membentuk kurikulum tertulis dan isi kurikulum sebagai implementasi
yang tidak lain adalah sistem pembelajaran.
5. Makna kurikulum akan dapat dirasakan manakala diimplementasikan,
implementasi akan semakin terarah manakala sesuai dengan kurikulum
rencana, dan selanjutnya hasil implementasi tersebut selanjutnya akan
memberikan masukan untuk penyempurnaan rancangan. Inilah hakikat
pengembangan kurikulum yang selalu berputar, berjalan, dan membentuk
suatu siklus.
6. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Secara gramatikal, prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian.
Seseorang bisa menjadikan sesuatu itu lebih efektif dan efesien dengan cara
memahami suatu prinsip. Prinsip juga mencerminkan hakikat yang
dikandungnya, baik dalam input maupun outputnya, dan juga memiliki
sifat memberikan rambu-rambu terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan, prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum merupakan berbagai hal yang harus dijadikan patokan
dalam menentukan hal-hal yang berkenaan dengan pengembangan
kurikulum, terlebih dalam fase perencanaan kurikulum (curriculum
planning).
8. PRINSIP RELEVANSI
Prinsip relevansi adalah adanya keserasian pendidikan dengan tuntutan masyarakat,
pendidikan dikatakan relevan jika hasil pendidikan tersebut berguna bagi masyarakat.
ada 2 macam prinsip relevansi :
Relevansi internal : terdapat kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum,
yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian yang menunjukkan
keterpaduan kurikulum.
Relevansi eksternal : tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum
hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Ada
3 macam relevansi eksternal diantaranya :
1. Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik, Contohnya siswa perlu
diperkenalkan kehidupan di lingkungan kota, seperti keramaian dan rambu-rambu
lalu lintas.
2. Relevan dengan perkembangan zaman, Contohnya penggunaan komputer dan
internet.
3. Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan, Contohnya pengoperasian komputer.
9. PRINSIP FLEKSIBILITAS
Perlu disadari bahwa kurikulum dimaksudkan untuk mempersiapkan
anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang. Dengan demikian
kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur dan fleksibel. Lentur dan
fleksibel dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian komponen kurikulum
dengan setiap situasi dan kondisi yang selalu berubah. Prinsip fleksibilitas
memiliki 2 sisi:
Fleksibel bagi guru : kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru
untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang
ada.
Fleksibel bagi siswa : kurikulum harus menyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
10. PRINSIP KONTINUITAS
Prinsip kontinuitas adalah adanya saling keterkaitan dan
kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis
progam pendidikan. Untuk menjaga prinsip kontinuitas itu berjalan, maka
perlu ada kerjasama antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang
pendidikan, misalkan para pengembang pendidikan pada jenjang sekolah
dasar, jenjang SLTP, jenjang SLTA, serta perguruan tinggi.
11. PRINSIP EFISIENSI
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga,
waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan
sarana, biaya yang minimal dan waktu terbatas dapat memperoleh hasil
yang maksimal.
12. PRINSIP EFEKTIVITAS
Prinsip Efektivitas dalam kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa
yang direncanakan dan diinginkan dapat dilaksanakan atau dapat dicapai.
Terdapat dua sisi efektivitas:
Efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam mengimplementasikan
kurikulum di dalam kelas. Misalnya guru menetapkan dalam 1 semester harus
menyelesaikan 12 program pembelajaran dan ternyata berhasil, berarti dapat
dikatakan pelaksanaan program tersebut berjalan efektif.
Efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Berhubungan
dengan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan pada
jangka waktu tertentu. Misalnya siswa harus dapat mencapai tujuan pembelajaran
selama 1 semester, ternyata hanya sebagian saja yang dapat dicapai siswa, maka
dapat dikatakan proses pembelajaran siswa tidak efektif.
13. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat
penting, jika kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang
tidak menggunakan landasan atau fondasi yang kuat, maka ketika terjadi
goncangan bangunan tersebut akan mudah roboh.
Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki
dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan mudah terombang-ambing
dan yang akan dipertaruhkan adalah peserta didik yang dihasilkan
oleh pendidikan itu sendiri.
14. PENGERTIAN LANDASAN
Menurut Hornby, landasan adalah suatu gagasan atau
kepercayaan yang menjadi sandaran. Dengan demikian landasan
pengembangan kurikulum adalah suatu gagasan atau prinsip yang
menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum.
15. LANDASAN POKOK
Landasan pokok dalam pengembangan kurikulum adalah
landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Berikut uraian
dari keempat jenis landasan pengembangan kurikulum tersebut.
16. LANDASAN FILOSOFIS
Menurut Socrates filsafat adalah cara berpikir secara radikal,
menyeluruh, dan mendalam.
Pada hakikatnya kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau
pandangan suatu hidup bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga
harus mencerminkan falsafah atau pandangan bangsa tersebut. Karena
falsafah hidup bangsa Indonesia adalah pancasila maka kurikulum
pendidikan pun harus disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila.
Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau
landasan berpikir.
17. FUNGSI FILSAFAT
Ada 4 fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum :
Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan
Filsafat dapat menentukan materi pelajaran yang harus diberikan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
Filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan.
Filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolak ukur
keberhasilan proses pendidikan.
18. LANDASAN PSIKOLOGIS
Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia.
Karena dalam setiap proses pendidikan terjadi interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya. Pemahaman tentang anak
bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting. Kesalahan
persepsi atau kedangkalan pemahaman tentang anak, dapat
menyebabkan kesalahan arah dan kesalahan praktek pendidikan.
Dengan alasan itulah kurikulum harus memperhatikan kondisi
psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak.
19. LANDASAN SOSIOLOGIS
Dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses
mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang
diharapkan. Untuk menjadikan peseta didik menjadi warga
masyarakat yang diharapkan maka pendidikan memiliki peranan
penting, karena itu kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta
didik agar mereka mampu bekerjasama, berinteraksi,
menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat serta mampu
mengangkat harkat martabat sebagai makhluk yang berbudaya.
20. LANDASAN TEKNOLOGIS
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara
sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi
adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa dalam
menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat
termasuk didalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Karena secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat
membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang
dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
21. LEMBAR KERJA
1. Jelaskan keterkaitan antara komponen-komponen pengembangan
kurikulum dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?
2. Terdapat 4 Landasan pengembangan kurikulum. Apakah dalam
mengembangkan kurikulum harus memiliki ke empat landasan tersebut?
Bagaimana jika salah satunya tidak menjadi landasan pengembangan
kurikulum?
22. LEMBAR SOAL
1. Jelaskan hakikat kurikulum!
2. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum!
3. Sebutkan dan jelaskan landasan-landasan dalam pengembangan kurikulum!
23. JADI KESIMPULANNYA ??
Kurikulum dalam pengmbangannya harus mengacu atau
menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut
dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang
ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan
nasional yang telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional.