1. EVALUASI, ASESMEN, PENILAIAN, DAN PENGUKURAN
DALAM PROGRAM PEMBELAJARAN
Oleh Muhammad Hakiki
Pengertian Evaluasi.
Secara harfiah, evaluasi berasal dari bahasa inggris “evaluation” yang berarti penilaian. Secara
definitif, banyak ahli yang memberikan pengertian evaluasi. Evaluasi dapt diartikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen
dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan (Thoha :
1996). Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan
menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan
(Worthen dan Sanders, 1973). Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu obyek atau keadaan
untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar pengambilan keputusan.
Eavluasi pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menelaah atau menilai aspek – aspek
dalam kegiatan pembelajaran, baik dari sisi konteks, input, proses maupun hasil-hasil pembelajaran.
Sasaran utama evaluasi pembelajaran adalah informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam proses kegiatan pembelajaran.
Untuk dapat memperoleh informasi yang tepat, dalam kegiatan evaluasi termasuk informasi
pembelajaran, diperlukan dasar informasi yang akurat. Dasar informasi yang akurat ini dapat dicapai
melalui kegiatan pengukuran.
Tujuan Eavaluasi
Evaluasi dapat dilaksanakan terhadap program pembelajaran secara menyeluruh,dapat juga
dilaksanakan terhadap salah satu aspek atau komponen program pembelajaran,misalnya evaluasi
kurikulum dan silabus,RPP,evaluasi hasil belajar siswa,evaluasi kinerja gur dan sebagainya. Secara
khusus, tujuan masing – masing evaluasi tersebut berbeda sesuai dengan karakteristik aspek – aspek
yang dinilai. Evaluasi yang sangat penting adalah evaluasi belajar siswa. Hasil evaluasi belajar siswa
mencerminkan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.
Tujuan Evaluasi Belajar Siswa.
Secara umum tujuan evaluasi belajar siswa adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam konteks pembelajaran Bahasa
Indonesia tujuan evaluasi pembelajarn siswa adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam mencapai Standar Kompetensi (SK) bahasa Indonesia, yang dijabarkan menjadi sejumlah
Kompetensi Dasar bahasa Indonesia serta dijabarkan lagi menjadi sejumlah indikator.
Secara khusus, tujuan evaluasi belajar siswa dalam pembelajaran bahasa dikemukakan oleh Paul R.
Burden and David M.Byrd (1999:3) adalah sebagai berikut.
1) Screening and Identification (Penyaringan dan Identifikasi)
2) Placement (penempatan)
3) Reclassification or exit (Pengklasifikasian Ulang)
2. 4) Monitoring Student Progress (Memonitor Kemajuan Siswa)
5) Program Evaluation (Program Evaluasi)
6) Accountability (Pertanggungjawaban)
Macam – macam Evaluasi Belajar Siswa
a. Evaluasi Diagnostik (Diagnostic Evaluation)
Evaluasi dilaksanakan pada awal pembelajaran untuk mengetahui kompetensi komunikasi
berbahasa Indonesia siswa secara individual. Meliputi empat aspek, yaitu penguasaan aspek
kebahasaan, sosiolingistik, kewacanaan dan strategi komunikasi. Tes Diagnostik ini juga
dimaksudkan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai materi pelajaran
sebelumnya sebagai modal untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Berdasarkan hasil
evaluasi ini dapat diadakan tindakan-tindakan tertentu antara lain pembelajaran remidi,
pengayaan, pengelompokan siswa dan sebagainya.
b. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)
Evaluasi ini dilaksanakan secara periodik selama pelaksanaan pembelajaran. Lazimnya
dilaksanakan setelah beberapa kali pertemuan yang direncanakan untuk satu topik materi
pelajaran selesai disajikan. Dengan evaluasi ini guru dapat mengetahui tingkat ketercapaian
tujuan pembelajaran oleh siswanya, mengetahui bagian – bagian materi pembelajaran yang
menyulitkan siswa. Informasi – informasi ini merupakan balikan (feedback) untuk
memperbaiki program pembelajaran.
c. Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)
Evaluasi ini dilaksankan akhir periode waktu program pembelajaran sesuai dengan kalender
akademik yang telah ditentukan untuk unit waktu semester, tahun pelajaran, dan akhir
program satuan pendidikan tertentu (SD/MI, SMP/MTs, SMA,MA SMK). Dengan evaluasi ini
dapat diketahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dalam
program pembelajaran. Informasi dari evaluasi ini dapat digunakan untuk dasar
menentukan kenaikan kelas, penentuan posisi siswa di kelasnya, dan untuk menentukan
kelulusan.
Beberapa masalah yang sering terjadi dalam pelaksanaan evaluasi sumatif antara lain adalah
sebagai berikut.
a) Penentuan pihak yang akan melaksanakan evaluasi sumatif. Ada beberapa pandangan
berkaitan dengan pihak yang akan melaksanakan sumatif, yaitu :
(1) Sekolah adalah institusi yang paling berhak melaksanakan evaluasi sumatif karena
sekolah adalah institusi yang melaksanakan program pembelajaran.
(2) Pemerintah (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) untuk evaluasi tingkat
Nasional (UN), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk tingkat Kabupaten dan Kota,
karena pemerintah bertanggung jawab atas kualitas pendidikan secara nasional.
(3) Guru pengampu mata pelajaran dengan alasan bahwa gurulah yang paling
bertanggung jawab terhadap hasil siswa mencapai tujuan pembelajaran.
b) Penyusunan instrumen untuk evaluasi,ada dua masalah yaitu, (1) penentuan jenis
instrumen (tes, kuesioner, tugas dan sebagainya), (2) cakupan materi berkaitan dengan
kedalaman dan keluasannya sesuai dengan evaluasi untuk akhir semester atau untuk
akhir program satuan pendidikan.
c) Pengelolaan pelaksanaan evaluasi, terutama apabila evaluasi itu bersifat nasional seperti
UN.
3. Pengertian Asesmen.
Dewasa ini terjadi perubahan dalam konsep evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran lebih
ditekankan pada asesmen pembelajaran. Bila ditelaah secara sederhana, asesmen dapat diartikan
sebagai suatu upaya untuk mengumpulkan informasi tentang suatu obyek dari berbagai sumber
data, untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam pembelajaran, asesmen
merupakan proses untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan
tentang pembelajaran, baik siswa, kurikulum, program, atau sekolah (Nitko,2007). Keputusan
tentang siswa mencakup : (1) keputusan dalam manajemen pembelajaran, termasuk diagnosis dan
remidi pembelajaran, balikan kepada siswa, balikan kepada guru, target pembelajaran, memotivasi
siswa, dan memberikan penilaian siswa, (2) keputusan seleksi, (3) keputusan penempatan, (4)
keputusan pengelompokan, (5) keputusan bimbingan dan konseling, serta (6) keputusan tentang
penentuan status dan pemberian sertifikasi siswa.
Ketika guru berusaha untuk melakukan asesmen terhadap kompetensi siswa berarti mengumpulkan
berbagai informasi untuk mengetahui kompetensi siswa sesuai dengan target kemampuan yang
akan dicapai.
Ada perbedaan pengertian antara asesmen, tes, pengukuran, dan evaluasi. Asesmen lebih
menekankan pada usaha untuk memperoleh informasi dengan menggunakan multi sumber data
untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Tujuan Asesmen.
Asesmen dilaksanakan pada aspek kegiatan belajar siswa, terutama berkaitan dengan pencapaian
tujuan pembelajaran oleh siswa. Asesmen tidak dilakukan terhadap komponen sistem pembelajaran
yang lain seperti kurikulum, sarana prasarana, pengorganisasian dan penyajian materi pembelajaran.
Tujuan asesmen hasil belajar siswa adalah sebagai berikut.
1) Menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
2) Menentukan posisi siswa dalam kelasnya, misalnya pengelompokan berdasarkan
penguasaan materi pelajaran (rendah, rata – rata, di atas rata – rata). Pengelompokan ini
akan membantu guru dalam memberikan layanan pada siswanya.
3) Mengetahui kondisi siswa secara individual berkaitan dengan ketuntasan penguasaan materi
pelajaran. Ini penting sebagai dasar memberikan layanan belajar kepada siswa misalnya
dengan program remidial, pengayaan, dan sebagainya.
4) Memperoleh informasi kemajuan belajar siswa dari waktu ke waktu untuk
didokumentasikan bagi setiap siswa. Dokumentasi ini sangat perlu untuk menentukan status
siswa misalnya, naik atau tinggal kelas, lulus atau tidak lulus, dasar pengelompokan siswa,
dasar pemberian layanan siswa dan sebagainya.
5) Untuk menyeleksi penerimaan siswa mengikuti program – program khusus, misalnya
jurnalistik, teater, penulisan karya kreatif, dan sebagainya.
6) Untuk menyeleksi penerimaan siswa masuk di satu jenjang pendidikan tertentu.
4. Manfaat Asesmen.
Proses penilaian hasil belajar siswa yang dilaksanakan dengan benar akan bermanfaat bagi semua
pemangku (stake holder) pembelajaran sekolah. Manfaat itu adalah sebagai berikut.
a. Bagi Siswa
1) Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa termotivasi untuk belajar.
2) Siswa berlatih bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakannya.
3) Hasil belajar siswa dapat menjadi salah satu input pembentuk kesadaran diri (self
conseft) siswa dalam perkembangan menuju kedewasaannya. Rasa percaya diri untuk
berprestasi, keberanian untuk bekerja keras agar berhasil dalam berusaha, dapat
didorong oleh nilai (grade) hasil belajar.
b. Bagi Guru
1) Sebagai salah satu input untuk menyempurnakan program pembelajaran serta
implementasinya. Dengan mempelajari hasil – hasil belajar siswanya, guru dapat
mengetahui komponen silabus dan RPP yang perlu disempurnakan.
2) Sebagai dasar guru mengelompokkan siswa dalam berbagai macam komposisi siswa
sesuai dengan kepentingan pembelajaran.
3) Sebagai dasar melaksanakan program pengayaan dan remidial.
4) Untuk dasar memberikan layanan pembelajaran secara individual kepada siswa –
siswanya.
5) Untuk mengikuti perkembangan belajar siswanya serta pengambilan keputusan suatu
kebijakan, misalnya kenaikan kelas dan kelulusan.
c. Bagi Orang Tua Siswa
1) Sebagai informasi kemajuan belajar putra – putrinya.
2) Sebagai masukan bagi orang tua untuk digunakan dasar membimbing putra – putrinya
dalam belajar di rumah.
3) Sebagai dasar orang tua memberi masukan bagi perbaikan program pembelajaran di
sekolah.
Penilaian dan Pengukuran.
Pengukuran berasal dari kata “measurement”. Pengukuran adalah proses kegiatan untuk
mengetahui keadaan secara kuantitatif. Dengan kata lain, pengukuran merupakan suatu proses
pemberian skor atau angka – angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan aturan – aturan
tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat digaris bawahi bahwa terdapat keterkaitan yang sangat erat
antara pengukuran dan penilaian. Pengukuran merupakan proses mendeskripsikan suatu keadaan
secara kuantitatif, sedangkan penilaian adalah proses memberikan nilai (value) terhadap keadaan
yang ada.
Pendekatan, Metode, Teknik, Strategi, Prosedur Pembelajaran Bahasa
Pendekatan (approach)
5. Pendekatan dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir
berdasarkan prinsip – prinsip tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip psikologis, didaktis, atau
prinsip ekologis), yang terarah secara sistematis pada tujuan – tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian, pola tindakan tersebut dibangun di atas prinsip – prinsip yang telah terbukti
kebenarannya ssehingga tindakan – tindakan yang terorganisir dapat berjalan secara konsisten ke
arah tercapainya tujuan atau teratasinya suatu masalah. Pendekatan menngandung sejumlah
komponen atau unsur, yaitu tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, sumber – sumber yang
digunakan dan prinsip – prinsip.
Strategi
Strategi adalah suatu istilah yang diadopsi dari bidang kemiliteran ke bidang industri kemudian ke
dalam bidang pendidikan. Strategi dapat didefinisikan sebagai perpaduan secara keseluruhan dan
pengorganisasian secara kronologis dan metode – metode dan bahan – bahan yang dipilih untuk
mencapai tujuan – tujuan tertentu (UNESCO, 1981). Pendapat lainnya mengenai strategi
dikemukakan oleh Philips and Owens (1986). Mereka menyatakan bahwa strategi adalah
serangkaian tindakan yang bertalian secara konsisten dan tindakan – tindakan tersebut secara
konseptual terpadu dengan tujuan – tujuan yang hendak dicapai. Kedua pendapat tersebut
memperlihatkan bahwa strategi sama atau hampir sama dengan pendekatan. Yang membedakannya
adalah prinsip – prinsip yang melandasinya. Disamping itu, penggunaan istilah ini dalam kawasan
pembelajaran seringkali diartikan sama dan kadang – kadang disilihgantikan.
Komponen – komponen Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran bermacam – macam yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda –
beda. Akan tetapi, apabila dianalisis secara cermat, semuanya memiliki sejumlah komponen atau
elemen.
Dick and Carrey (1976), mengemukakan bahwa komponen – komponen strategi pembelajaran
adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan pre-instruksional (pendahuluan)
2) Penyampaian informasi
3) Pas
4) Partisipasi siswa
5) Tes
6) Kegiatan tindak lanjut
Atwi Suparman berpendapat lain, bahwa strategi instruksional meliputi komponen – komponen :
a. Urutan kegiatan
b. Metode instruksional
c. Media instruksional
d. Waktu
Ragam Strategi Pembelajaran
6. Strategi pembelajaran bermacam – macam dan di antara strategi itu tidak ada satupun yang paling
efektif untuk mencapai semua ragam tujuan pembelajaran. Salah satu strategi Belajar Mengajar (B –
M) yang dikemukakan oleh Raka Joni sebagai berikut.
1) Strategi B – M dilihat dari segi pengalaman guru.
2) Strategi B – M dilihat dari segi perorganisasian guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
3) Strategi B – M dilihat dari segi penyajian materi.
4) Strategi B – M dilihat dari segi proses pengolahan pesan.