Dokumen tersebut membahas tentang pengertian agama menurut Islam, definisi agama menurut para ahli, dan fungsi Al-Quran. Secara khusus, dokumen menjelaskan bahwa agama menurut Islam adalah kepercayaan akan keesaan Allah dan hukum-Nya untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk, pemisah antara yang benar dan salah, serta obat bagi penyakit rohani.
1. Pengertian agama menurut islam
Unsur terpenting dari agama umumnya ialah keyakinan tentang adanya kenyataan lain dan kenyataan
sekarang ini,yang lebih agung, lebih suci,tempat manusia tergantung dan berhasrat untuk mendekatinya.
Definisi agama menurut islam yang ditetapkan oleh para ahli:
1. Dr.A.Mukti Ali
Agama adalah kepercayaan akan adanya Tuan Yang Maha Esa dan hukum yang diwahyukan kepada
utusan-NYA untuk kebahagiaan hidup manusia didunia dan Akhirat.
2. Drs..idi Gazalba
Agama adalah kepercayaan kepada tuhan dan hubungan manusia dengan yang kudus,dihayati sebagai
hakekat yang gaib,hubungan mana menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikaphidup
berdasarkan doktrin tertentu.
3. musthofa abdurrazik
Agama adalah peraturan yang bertautan dengan keadaan yang suci.
Dalam bahasa sansekerta agama berarti a adalah tidak dan gama berarti kacau. Pengertian lain adalah dien dalam
bahsa arab kata ini mengandung arti menguasai, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan.
Seorang sosiolog, berpendapat bahwa, karena agama dan keanekaragamannya yang hampir tidak dapat di bayangkan
memerlukan deskripsi dan bukan definisi maka tidak ada definisi agama yang benar-benar memuaskan
A g a m a s e b a g a i K e b u t u h a n M a n u s i a
Adalah suatu pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Namun, kitam e l i h a t p o t e n s i -
p o t e n s i y a n g d i m i l i k i m a n u s i a , m a k a k i t a a k a n menemukan beberapa
jawaban terhadap pertanyaan tersebut,antara lainadalah sebagaiberikut :1. Manusia sebagaimakhluk Allah
memiliki banyakkelebihan dibandingdengan makhluk yang yang lain; tetapi dibalik kelebihan yang banyak
itu,ma n u s i a j u g a t i d a k l u p u t d a r i b a n y a k k e k u r a n g a n , k e l e ma h a n
d a n ke ma mp u a n y a n g t e rb a t a s . M a n u s ia t e rb a t a s p a d a a la m s e kit a rn y a , warisan
keturunan dan latar belakang kebudayannya/hidupnya,; yangmenyebabkan adanya perbedaan
pandangan dalam menghadapi suatu ma s a la h , b a h ka n s e rin g ka li b e rt e n t a n g a n a n t a ra s a t u
d e n g a n y a n g lainnya.Pa n d a n g a n y a n g s imp a n g s iu r t e rs e b u t (s u b y e kt if) t id a k a ka n
d a p a t menimbulkan keyakinan atas kebenaran, tetapi senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan (
dzanny
), sehingga manusia senantiasa gagaldalamme n e n t u ka n ke b e n a ra n s e c a ra mu t la k, ia t id a k
s a n g g u p me n e n t u ka n kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia tidak dapat menentukan nilai-nilai semua hal
yang demikian itu adalah di luar bidang ilmu pengetahuanmanusia.U n t u k me n g a t a s i a t a u p u n
me mb e r i k a n s o l u s i t e r h a d a p k e g a g a l a n m a n u s i a s e b a g a i a k i b a t d a r i
k e l e m a h a n n y a , i t u m a k a d i p e r l u k a n agama/wahyu yang berasal dari luar manusia,
yakni Allah swt. melaluipara Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat terjadi karena Allah swt.
adalahM a h a Se mp u rn a , s e h in g g a wa h y u y a n g d it u ru n ka n -Ny a me ru p a ka n kebenaran
2. mutlak dan bersifat universal yang tak perlu diragukan lagi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-
Baqarah (2) : 147,
11
“Kebenaran itu adalah berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu meragukannya”
2. Dalam diri manusia terhadap hawa nafsu, yang senantiasa mengajakma n u s ia ke p a d a ke ja h a t a n ,
a p a la g i ka la u h a wa n a fs u t e rs e b u t s u d a h dipengaruhioleh syaitan/iblis yang senantiasa menyesatkan
manusia dari jalan yang benar. Jika manusia dapat mengalahkan pengaruh hawa nafsud a n s y a it a n t e rs e b u t ,
ma ka ia a ka n le b ih t in g g i d e ra ja t n y a d a rip a d a ma la ika t ; t e t a p i, jika ia me n g iku t i
a ja ka n h a wa n a fs u n y a d a n s y a it a n tersebut,maka ia akan turun derajatnya lebih rendah daripada
binatang.Untuk mengatasi pengaruh hawa nafsu dan syaitan itu, manusia harus me ma ka i s e n ja t a
a g a ma (ima n ), ka re n a h a n y a a g a ma (ima n la h ) y a n g dapat mengatasi dan mengendalikan
hawa nafsu dan syaitan/iblis itu;sebab agama merupakan sumber moral dan akhlak dalam Islam.
Itulahs e b a b n y a , mi s s i u t a ma ma n u s i a , s e b a g a i ma n a h a d i t s b e l i a u
y a n g menyatakan: Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yangmulia.M e la wa n h a wa n a f s u
d a n s y a it a n a d a la h jih a d a kb a r, s e b a g a ima n a d i k a t a k a n o l e h N a b i s a w . s e w a k t u
k e mb a l i d a r i p e r a n g B a d a r : K i t a kembali dari jihad (perang) yang paling kecil menuju
jihad yang palingb e s a r, p a ra s a h a b a t b e rt a n y a : a d a ka h p e ra n g y a n g le b ih b e s a r
d a riperang ini ya Rasulullah? Nabi menjawaab : ada, yakni melawan hawa nafsu
Isi Kandungan Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan Allah SWT pada bulan Ramadhan. Oleh karna itu, umat Islam sangat dianjurkan
memperbanyak membaca Al-Qur’an di bulan ini. Bukan berarti tidak membaca di bulan selain Ramadhan tetapi
bagaimana supaya di dalam bulan Ramadhan lebih diperbanyak lagi membaca Al-Qur’an.
Al-Qur’an yang memang betul-betul dipahami, bukan saja dibaca akan melahirkan tokoh-tokoh Islam yang beriman
dan mampu menciptakan perubahan dalam masyarakat demi kemajuan suatu negeri. Dicontohkan disini, negara
Islam Iran yang mampu melahirkan banyak tokoh Islam yang cendekia sehingga keberadaannya disegani oleh
Amerika karna mampu menciptakan senjata seperti nuklir. Amerika dibuat waspada oleh adanya ilmuan-ilmuan
Islam ini.
Sebenarnya banyak ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam Al-Qur’an. Akan tetapi, kebanyakan dari kita hanya
membacanya saja tanpa mau memahami isi yang terkandung di dalamnya. Di bulan Ramadhan, banyak orang -orang
berlomba mengkhatamkan Al-Qur’an. Sebenarnya bukan mengkhatamkan yang diutamakan akan tetapi menelaah
dan mempelajari Al-Qur’an yang sangat dianjurkan agar tidak terjadi kesalahpahaman memaknai Islam seperti yang
terjadi belakangan ini dimana banyak timbul aliran-aliran sesat yang mengatasnamakan Islam Ahlussunnah wal
Jamaah.
Fungsi al-qur’an
Setelah Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Qur’an yang terjaga dari penyimpangan dan
pemutarbalikan fakta agar dipakai sebagai petunjuk dan pedoman dalam mengarungi dunia fana ini. Firman Allah
SWT :
“Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang) diutus kepada kalian semua, bahwa
Allahlah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia yang menghidupkan dan yang
3. mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasulNya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan
kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia agar kalian mendapat petunjuk (QS Al-Arof : 158)
Juga disebutkan FirmanyaNya :
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hambaNya, agar menjadi peringatan
kepada seluruh alam” (QS Furqon: 1)
Sebagian nama–nama Al-Qur’an, baik secara langsung maupun tidak langsung memperlihatkan fungsi Al-
Qur’an. Dari sudut isi atau substansinya, fungsi Al-Qur’an sebagai tersurat dalam nama-namanya adalah sebagai
berikut:
a. Al-Huda (petunjuk)
Dalam Al-Qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi Al-Qur’an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi
manusia secara umum. Allah berfirman, “Bulan ramadhan adalah bulan yang diturunkan-Nya Al-Qur’an yang
berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasannya mengenai itu …” (QS Al-Baqoroh [2]: 185).
Kedua, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Allah berfirman, “Kitab Al-Qur’an ini
tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS Al-Baqoroh [2]: 2).
Bahwa Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa dijelaskan pula dalam ayat lainnya,
antara lain Surat Al-Imron [3] ayat 138.
Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman, : “…. Katakanlah : ‘Al-Qur’an itu adalan
petunjuk dan penawar bagi orang-orang beriman…” (QS Fussila [41]: 44).
b. Al-Furqon (pemisah)
Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran yang membedakan dan bahkan memisahkan antara yang
hak dan yang batil atau antara yang benar dengan yang salah. Allah berfirman, “Bulan Ramadhan adalah bulan
diturunkannya Al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil) … (QS Al-Baqaroh [2] : 185).
c. Al-Syifa (Obat)
Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit yang ada di dalam dada (mungkin yang
dimaksud disini adalah penyakit psikologis). Allah berfiman, “Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada…”(QS Yunus [10] : 57).
d. Al Mau’idzoh (nasehat)
Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasehat bagi orang-orang bertaqwa. Allah berfirman,
“Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang -orang
bertaqwa” (QS Ali-Imron [3]: 138)
4. Demikianlah fungsi Al-Qur’an yang diambil dari nama-namanya yang difirman Allah dalam Al-Qur’an. Sedang
fungsi Al-Qur’an dari pengalaman dan penghayatan terhadap isinya bergantung pada kualitas ketaqwaan invidu
yang bersangkutan.
Sunnah menurut bahasa: ialah jalan yang dilalui sama ada terpuji atau
tidak; juga suatu adat yang telah dibiasakan walaupun tidak baik.
Sunnah menurut istilah ahli hadith: ialah segala yang dipindahkan dari
nabi sallallahu 'alayhi wa sallam baik yang merupakan perkataan,
perbuatan, mahupun yang merupakan taqrir, sebelum nabi dibangkitkan
menjadi rasul, mahupun sesudahnya. Kebanyakan ahli hadith menetapkan
bahawa pengertian yang demikian sama dengan pengertian hadith.
Sunnah menurut pengertian dan istilah ahli usul: ialah segala yang
dipindahkan dari nabi sallallahu 'alayhi wa sallam sama ada perkataannya
dan perbuatannya, mahupun taqrirnya yang bersangkutan dengan hukum.
Makalah Pendidikan Aqidah Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Aqidah Akhlak.
Akhlak Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau
kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa diartikan tabiat, perangai,
kebiasaan bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam al-Quran yang
ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam al-Quran
surat al-Qalam ayat: 4َّنِإَو َلوَعَل َخَُُق ََظَِ َ ﴿اَق َ﴾4مDan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam : 4)Ayat tersebut dinilai sebagai konsideran pengangkatan
Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul.[1]Islam memandang akhlak sebagian dari iman atau
sebagian dari buahnya yang matang. Jadi akhlak itu bukanlah semata-mata sikap lemah lembut
dan baik dalam pergaulan, seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang meskipun ini adalah
tonggak yang kukuh dari akhlak seorang muslim.
[2]Bertitik tolak dari pengertian Bahasa Indonesia yakni akhlak sebagai kelakuan, kita
selanjutnya dapat berkata bahwa akhlak manusia sangat beragam. Keanekaragaman tersebut
dapat ditinjau dari berbagai sudut, antara lain nilai kelakuan yang berkaitan dengan biak dan
buruk serta dari obyeknya, yakni kepada siapa kelakuan itu ditujukan. b. Ilmu AkhlakAkhlak
ada dua macam, yaitu akhlak baik dan akhlak buruk, untuk mengetahui serta membedakan antara
baik dengan buruk suatu perbuatan tidak cukup hanya dengan melalui insting dan pengalaman
akan tetapi memerlukan adanya suatu ilmu.Dengan adanya ilmu akhlak manusia bisa mengetahui
perbedaan antara perbuatan baik dan buruk, sehingga bisa menentukan perbuatan itu. Berkaitan
dengan hal ini sebagaimana tentang pengertian baik dan buruk menjelaskan apa yang seharusnya
dilakukan manusia dalam hubungannya dengan sesamanya, menjelaskan tujuan yang seharusnya
dituju oleh manusia dan menunjukkan jalan untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
diperbuat.[3]Sedangkan menurut al-Bustamy merumuskan bahwa ilmu akhlak adalah “Ilmu
mengenai keutamaan dan cara memperoleh serta mencelupkan ke dalam pribadi, kenistaan dan
5. cara-cara menghindarinya.”[4]Melihat dari pengertian ilmu akhlak yang disampaikan oleh
Ahmad Amien dan al-Bustamy, kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa ilmu akhlak
adalah ilmu yang memberikan pengertian baik dan buruk, tentang perbuatan yang semestinya
kita lakukan serta menunjukkan jalan yang semestinya kita tempuhc.
Pendidikan AkhlakMeskipun dalam ilmu akhlak telah dijelaskan tentang baik dan buruk, tentang
perbuatan yang semestinya kita lakukan serta telah diberikan pula jawaban tentang jalan yang
kita tempuh. Akan tetapi apakah dengan adanya ilmu ini telah menjamin manusia untuk
melakukan perbuatan yang baik? Jawabannya adalah tidak, karena ilmu akhlak itu hanya
semacam resep yang diberikan dokter kepada pasiennya. Mengenai pelaksanaannya tergantung
pada pasien. Karena akhlak merupakan pancaran kepribadian, maka untuk membentuk
kepribadian yang berakhlak mulia, mutlak diperlukan adanya pendidikan, yaitu pendidikan
akhlak sebab hanya pendidikanlah akan bisa dikembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri
manusia.
Dengan pendidikan, akhlak ini diharapkan dapat menciptakan manusia yang sempurna serta
memiliki akhlak yang luhur dan tatanan dalam jiwanya suatu kesadaran untuk senantiasa berbuat
baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri meskipun tidak ada orang lain yang
mengetahuinya.Dalam hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad Amien bahwa yang lebih
mendorong pada pendidikan aqidah akhlak adalah supaya orang mewajibkan dirinya melakukan
perbuatan baik bagi umum yang selalu diperhatikan olehnya dan dijadikan tujuan yang harus
dikerjakan sehingga berhasil.[5]Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa pendidikan
aqidah akhlak itu merupakan suatu usaha yang dilaksanakan dengan tujuan mengembangkan
potensi manusia untuk senantiasa terbiasa melakukan perbuatan yang baik bagi umum dan
dirinya sendiri sesuai dengan ajaran akhlakul karimah yang kemudian diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.2. Dasar dan tujuan pendidikan aqidah akhlakPendidikan aqidah akhlak
dalam skripsi ini adalah pendidikan aqidah akhlak pada manusia.
Maka sebagai dasar dari pendidikan aqidah akhlak adalah QS. Asy Syams: 9 – 10 َََْ﴿ََْ َحَ َنََََََّ َََ
, : ََّنِْد َََْ﴿نَ َحَ َََاق َََ َ﴾01-9مSesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (asy-Syams : 9-10)[6]Ayat tersebut di atas
dapat dipahami bahwa setiap orang akan beruntung jika segala apa yang dilakukan semata-mata
ridha Allah, bukan karena orang lain. Sebaliknya jika amal perbuatan yang dilakukan semata-
mata karena orang lain, maka akan mengotori jiwa orang tersebut.Ada 3 aspek ajaran agama
Islam, yaitu aspek aqidah, aspek syari’ah dan aspek akhlak. Ketiga aspek ajaran ini menempati
urutan sendiri-sendiri. Meskipun satu dengan yang lainnya tidak bisa dipisahkan. Oleh karena
itu orang Islam tidak bisa hanya menjalankan satu apek saja, namun ketiganya harus dijalankan
semua.Dengan demikian tugas umat Islam terhadap akhlak itu sebagaimana tugas terhadap
aqidah dan syari’ah yaitu mempelajari, mengamalkan, dan mengerjakan. Dalam sebuah hadits
Rasulullah Saw bersabda : تنلمنمضغناتنل سنجتنلمنمران ,نم ناعنمنمكم َو س د ِ حل َمالي نقونا هلل ن
icnebreb umak halnagnaJالث ث وق َ هجرَّقَه ي َّن-bencian, janganlah kamu belakang-
membelakangi dan janganlah kamu berdengki-dengkian dan jadilah kamu hamba Allah yang
bersaudara. Tidak boleh bagi seorang muslim memencilkan (tidak berbaik) dengan temannya
lebih dari 3 hari.[7]
Hadits di atas menguatkan bahwa manusia hendaknya memiliki akhlak yang baik kepada Allah
SWT, akhlak kepada sesama manusia, akhlak kepada diri sendiri dan juga akhlak kepada
6. lingkungan.Adapun tujuan dari pendidikan aqidah akhlak adalah berusaha membentuk manusia
agar memiliki akhlak yang sempurna sehingga dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yaitu sebagai hamba dan khalifah Allah.[8] Sebagai seorang hamba manusia akan menjadi
makhluk yang taat beribadah kepada Allah dan sebagai khalifah, manusia akan mengambil peran
mengatur dan menata kehidupan secara islami yang mampu mewujudkan manusia sebagai
rahmatan lil’alamin.
[1] M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, 2000, hlm. 253 [2] Yusuf al-Qardhawy, Pendidikan
Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, 1980, hlm. 50 [3] Sahilum A. Nasir, Tinjauan
Akhlak, 1990, hlm. 19 [4] Ismail Thaib, Risalah Akhlak, 1992, hlm. 5 [5] Ahmad Amien, Etika
(Ilmu Akhlak), 1975, hlm. 65-66 [6] Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 476 [7] Ibnu
Daqiq, Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi, 2001, hlm. 169 [8] Abdul Munir
Mulhan, Idiologisasi Gerakan Dakwah, 1996, hlm. 171
Read more: http://www.perkuliahan.com/makalah-pendidikan-aqidah-akhlak/#ixzz3WhkBENdm