SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 14
Downloaden Sie, um offline zu lesen
1
PENGARUH LOKASI PENEMPATAN STUP/KOTAK
TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH TRIGONA SP
Studi Kasus Komplek BDLHK Samarinda
Oleh
Agus Setiawan
Asli
Widyaiswara BDLHK Samarinda
ABSTRAK
Lebah madu sebagai salah satu produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) memiliki
nilai guna dan ekonomi yang tinggi. Lokasi penempatan stup (kotak lebah) perlu
memperhatikan yang terkait dengan tumbuhan/bunga pakan lebah dan
predatornya, karena kedua hal tersebut dapat menyebabkan lebah meninggalkan
sarangnya/kabur atau sedikit demi sedikit lebah tersebut mati akhirnya stup
kosong. Pendekatan pengamatan perkembangan koloni lebah Trigona
menggunakan pendekatan aktifitas lebah keluar masuk sarang. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa stup yang diletakkan di belakang kantor BDLHK Samarinda
memgalami penurunan jumlah lebah Trigona, sebaliknya stup yang diletakkan di
perumahan mengalami peningkatan jumlah lebah. Predator yang mempengaruhi
jumlah lebah Trigona pada lokasi pengamatan adalah burung walet dan burung
sriti, sedangkan predator cicak dan semut tidak berpengaruh signifikan.
Kata Kunci : stup, koloni, Trigona sp, lokasi, predator
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) diantarannya adalah lebah
madu yang memiliki nilai guna dan ekonomi yang tinggi. Lebah madu diketahui
mempunyai banyak kegunaan bagi kehidupan manusia. Fungsi lebah madu itu
antara lain sebagai penghasil madu yang mempunyai beragam manfaat bagi
kesehatan tubuh. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, semakin banyak
pertanyaan yang muncul dan membuat manusia menjadi penasaran dan melakukan
beragam penelitian ilmiah untuk mengetahui segala sesuatu tentang lebah madu dan
produknya. Lebah madu dapat dibedakan menjadi 2 yaitu lebah madu bersengat dan
2
tidak bersengat (stingless bee). Salah satu jenis lebah madu tak bersengat adalah
Trigona sp. selain menghasilkan madu, dapat menghasilkan propolis dan bee polen.
Secara alami biasanya Trigona sp ini hidup di dalam batang pohon, kayu
jabuk, talang rumah, ruas bambu, lubang di tanah, bebatuan, dan lain-lain, namun
secara modern dipelihara dengan menggunakan stup (kotak lebah). Stup
memberikan keuntungan yang lebih baik karena akan mempermudah dalam
pemeliharan dan pemanenannya tanpa merusak koloni lebah Trigona.
Lokasi penempatan stup perlu memperhatikan yang terkait dengan
tumbuhan/bunga pakan lebah dan predatornya, karena kedua hal tersebut dapat
menyebabkan lebah meninggalkan sarangnya/kabur atau sedikit demi sedikit lebah
tersebut mati akhirnya stup kosong.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan
permasalahan apakah ada pengaruh perkembangan koloni lebah Trigona yang
ditempatkan pada lokasi yang berbeda.
C. Tujuan Pengamatan
Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan koloni lebah
Trigona yang ditempatkan pada 2 lokasi yaitu koloni/stup 1 di belakang Kantor
Balai Diklat LHK Samarinda dan koloni/stup 2 di rumah dinas yang berjarak sekitar
350 meter dari Kantor Balai Diklat LHK (masih dalam satu komplek perkantoran
dan rumah dinas pegawai).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Lebah Trigona sp.
Trigona sp. merupakan salah satu jenis dari genus Meliponini yaitu jenis
lebah madu yang tidak bersengat (stingless bee). Trigona sp. mengandalkan
propolis untuk melindungi sarang dari serangan predator dan untuk
mempertahankan kestabilan suhu didalam sarang. Pembudidaya Trigona sp.
ditemukan didataran rendah (daerah pantai) hingga ke daerah dataran tinggi
3
(pegunungan) dan berhasil dibudidayakan disemua lokasi (Free, 1982, Hendri B,
2016).
Sistematika lebah Trigona sp. (Sihombing. 2005; Hendri B, 2016) adalah
sebagai berikut:
Divisi : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Apocrita
Famili : Apidae
Subfamili : Apinae
Tribe : Meliponini
Genus : Trigona sp
Penyebaran lebah Trigona sp. terdapat di daerah tropik dan subtropik atau
wilayah yang dilalui garis khatulistiwa. Di Indonesia sendiri, penyebaran trigona
sangat beraneka ragam, Sumatra ada sekitar 31 jenis, Kalimantan ada 40 jenis, Jawa
14 jenis, dan Sulawesi ada 3 jenis. Beberapa jenis diantaranya adalah T.
Minangkabau dan T. fimbriata (Sumatra), T. apicalis dan T. incisa (Kalimantan),
T. terminata dan T. incise (Sulawesi), T. laeviceps dan T. moorei (Jawa), sedangkan
di NTB teridentifikasi 2 jenis yaitu Trigona clypearis dan Trigona sapiens. Salah
satu jenis lebah tak bersengat yang umum dan dapat dijumpai diseluruh pelosok
Indonesia adalah Trigona laeviceps. Ciri cirinya adalah tubuh berukuran kecil,
ramping, panjangnya 2,5 mm – 3,25 mm. Tubuh berwarna coklat kehitaman,
permukaan ventral abdomen memiliki bulu – bulu berwarna keputihan. Bagian
vertek, mesonotum serta scutellum berbulu–bulu berwarna hitam, terutama di
pinggir bagian belakang scutellum. Tarsusnya berbulu warna pucat, tetapi
permukaan basitarsi bagian belakang berwarna kehitaman.
Jelajah Trigona sp untuk mencari pakan sekitar radius 500 meter, dengan
umur/masa produktif kurang lebih 100 hari (Paimin P, 2015).
4
B. Koloni dan Pembagian Tugas
Koloni lebah madu terdiri atas dua golongan, yaitu golongan reproduktif
(lebah jantan dan ratu) dan golongan non-reproduktif (lebah pekerja). Mereka dapat
dibedakan satu dengan yang lainnya dari bentuk, rupa, warna, dan tingkah laku.
Satu koloni lebah hanya memiliki satu ekor ratu, ratusan ekor lebah jantan, ribuan
ekor lebah pekerja dan ditambah penghuni dalam bentuk telur, larva, dan pupa
(Sumoprastowo, 1980; Sihombing, 2005; Mellisa R.S.Dj, 2010). Lebah ratu
berpenampilan mencolok dan berbeda dari lebah pekerja karena berukuran dua kali
lebih panjang serta 2,8 kali bobot pekerja. Lebah ratu berfungsi sebagai penghasil
telur dan juga sebagai pabrik penghasil senyawa kimia, yaitu feromon, adalah bahan
pemersatu koloni dalam satu unit terorganisasi. Feromon merupakan senyawa
kimia sebagai alat komunikasi lebah madu yang membawa informasi-informasi
tentang apa yang harus dilakukan, atau tingkah laku apa yang harus diperhatikan
oleh anggota-anggota koloni sesuai dengan keadaan yang sedang ataupun akan
dihadapi. Setiap lebah ratu menghasilkan senyawa kimia yang berbedabeda
sehingga hal tersebut digunakan sebagai tanda pengenal pada masing-masing
koloni. Lebah pekerja maupun pejantan tidak mungkin tersesat atau masuk koloni
yang berbeda oleh karena memiliki tanda pengenal yang berbeda (Sihombing,
2005; Mellisa R.S.Dj, 2010). Fungsi lebah jantan selama hidup satu-satunya adalah
mengawini lebah ratu. Lebah jantan tidak dapat bertanggungjawab atas dirinya
sendiri sehingga pada musim paceklik atau persediaan pakan menipis, sebagian
besar lebah jantan akan dibunuh atau dikeluarkan dari sarang oleh lebah pekerja
karena lebah jantan dianggap sebagai hama. Lebah pekerja adalah lebah betina yang
organ reproduksinya tidak berfungsi sempurna. Lebah pekerja memiliki pembagian
tugas yang terstruktur rapi, baik di dalam maupun diluar sarang. Tugas di dalam
sarang meliputi pembuatan sarang dengan komponen-komponennya yang terdiri
dari tiga kompartemen, yakni kompartemen madu, polen, dan telur.
C. Stup/Kotak Trigona sp
Stup lebah pertama kali ditemukan oleh ahli perlebahan Amerika Serikat,
L.L. Langstroth pada tahun 1851. Stup hendaknya terbuat dari bahan kayu dan tidak
mudah terpengaruh oleh suhu udara, terutama perubahan dari panas kedingin atau
5
sebaliknya, kayu pinus atau kayu sengon cocok untuk bahan petih lebah Trigona
sp. (Marhiyanto, 1999; Hendri B, 2016).
Alat yang digunakan sebagai tempat bersarangnya lebah madu secara buatan
dapat dibedakan atas dua macam, yaitu secara tradisional dengan menggunakan
gelodok dan secara modern dengan mengunakan stup. Stup modern memberikan
keuntungan yang lebih baik karena pengelolaannya yang mudah dan pemanenan
madu tidak akan merusak tempat sarang. Selain itu stup modern lebih praktis
dipakai, perawatan lebahnya mudah, pengambilan hasilnya gampang, produksi
madu yang diperoleh berlipat ganda, serta ganguan hama penyakit lebih jarang
(Sarwono, 2001; Hendri B, 2016).
Metode posisi stup dapat digunakan model stup horizontal dan vertikal. Stup
model horisontal, bahan ini bisa menggunakan kayu bekas yang murah misalnya
kayu sengon. Beberapa lembar papan disusun membentuk kotak, lengkap dengan
penutup. Sebelum kotak ditutup permanen masukkan potongan sarang lebah
Trigona sp. dalam kotak kayu berukuran 30 cm x 15 cm x 15 cm. Kelebihan
pembuatan sarang kayu horisontal relatif murah peternak memerlukan masing-
masing 2 papan berukuran sama, semua papan itu dipaku membentuk persegi
panjang sedangkan kekurangannya ketika panen peternak kesulitan membuka
sarang yang tertutup papan dan dipaku keempat sisi, ketika penutup berhasil dibuka
madu, larva, dan propolis yang menempel dipapan berhamburan (Trubus, 2010;
Hendri B, 2016).
Stup model vertikal pertama kali diterapkan peternak di Luwuk Utara mereka
mengadopsi sarang lebah dilubang pohon di hutan yang biasa dalam posisi vertikal.
Tempat perakaran dinding sangat rapat sehingga tidak tembus cahaya. Penutup pun
dibuat berpasangan dengan kotak sehingga mudah dibuka tutup dengan kontruksi
ini lebah tidak perlu merekat dengan keras celah-celahnya. Kelebihan stup vertikal
produk lebah mudah dipanen karena perekat ditutupi tidak terlalu banyak dan
produk lebih bersih, kekurangannya pembuatan sarang sedikit lebih sulit dari peti
horisontal, peternak masih agak kesulitan membuka propolis karena lekat propolis
dibagian bawah kotak (Trubus, 2010; Hendri B, 2016).
Menurut Paimin P, 2015. Kotak sarang buatan bongkar pasang susun tiga
dapat bersesuaian dengan jenis dan jangka waktu panen. Sebab telah banyak kotak
6
yang di buat hanya kotak ini yang paling sesuai diantara kotak kotak sarang buatan
lainnya. Kotak jenis ini dengan ukuran yang sesuai tentu disesuaikan juga jenis
lebahnya, kelebihan dari kotak ini adalah sisiran anakannya saat kita panen dapat
juga dibelah koloninya, yang istilahnya panen bagi/belah, maksudnya begitu panen
kita dapak juga membagi koloni yang tadinya satu setelah panen koloni kita akan
menjadi dua. yang terpenting adalah sebelum panen kita harus menyiapkan kotak
yang kosong atau baru untuk koloni yang baru.
Gambar 1. Stup/Kotak Susun Tiga/Vertikal.
Lebah madu memiliki cara yang unik untuk mengatur panas sarangnya/dalam
stup. Koloni menjaga kestabilan suhu sarang antara 31-35C. Jika suhu sarang
dibawah 18C kepala dan badannya dimasukkan ke dalam tandannya saling
merapatkan diri. Jika suhu sarang naik, lebah akan mengibaskan sayapnya untuk
menurunkan suhu. Sesekali lebah menyiramkan air ke seluruh sarang lalu dikipasi
pada kondisi udara yang sangat panas. Jika suhu lebih dari 40C lebah akan
meninggalkan sarang dan jika suhu naik lebih ekstrim lagi koloni akan hijrah
membuat sarang baru (Sumoprastowo, 1980; Hendri B, 2016).
7
Gambar 2. Lebah Trigona sp.
D. Lokasi Penempatan Stup
Penentuan lokasi perlebahan perlu mempertimbangkan ketersediaan pakan,
dan menghindari predatornya. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai daya dukung
optimal perlebahan terhadap jumlah koloni yang ada. Kompetisi lebah dalam
mencari pakan dapat menyebabkan turunnya produksi atau terganggunya
keseimbangan populasi lebah dan bahkan memungkinkan hijrahnya lebah. Lokasi
yang banyak terdapat predator lebah harus dihindari atau melakukan usaha-usaha
pencegahannya. Predator lebah yang sering ditemui dilapangan antara lain semut,
cicak/tokek, burung walet. (Paimin, 2015).
Lebah madu akan berkembang biak dan mempunyai koloni yang
besar/individu yang banyak jika kondisi lingkungan tempat tinggal sangat
mendukung. Lingkungan yang dibutuhkan adalah tersedianya banyak tanaman
berbunga penghasil nektar dan pollen serta cukup cadangan makanan lainnya.
Simpanan nektar (madu) yang banyak disarang akan merangsang pertumbuhan
keluarga lebah yang baik, yaitu dalam membuat sarang baru dan juga dalam
memproduksi telur. Sedangkan ketersediaan pollen di sarang yang cukup akan
memberikan kualitas generasi lebah yang baik, kuat dan lama hidup yang relative
panjang (Situmorang dan Hasanudin, 2014; Hendri B, 2016).
Pada waktu matahari terbit sampai pukul 08:00 bunga banyak yang
mengeluarkan nektar sehingga pada waktu tersebut terlihat banyak lebah yang
mencari nektar, sedangkan pada siang hari yang panas nektar sudah tidak ada
karena menguap, sehingga lebah lebih banyak mencari polen, dan mulai mencari
8
lagi dari pukul 17:00 sampai menjelang malam. (Sumoprastowo dan Suparto,1980;
Hendri B, 2016).
III. METODE PENGAMATAN
A. Lokasi dan Waktu
Pengamatan ini dilakukan di Komplek Balai Diklat LHK Samarinda pada
Tanggal 22, 23, 24 Januari 2018 dan tanggal 19, 20, 21 Pebruari 2018.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah 2 stup/koloni Trigona
yang dibeli dari Kelompok Tani di Desa Petung Kabupaten Paser Penajam Utara,
sedangkan alatnya adalah :
1) Hand Phone (alarm waktu dan foto). : 1 buah.
2) Ball point : 1 buah.
3) Papan alas tulis : 1 buah.
4) Tally Sheet : 6 lembar.
C. Prosedur Pengamatan
- Stup/Kotak 1 ditempatkan/digantung dibelakang Kantor BDLHK Samarinda,
dan Stup/Kotak 2 ditempatkan/digantung disamping Rumah Dinas yang
berjarak ±350 meter dari Kantor.
- Pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 22, 23, 24 Januari 2018 dan
pengamatan kedua pada tanggal 19, 20, 21 Pebruari 2018.
- Waktu setiap pengamatan selama 5 menit untuk melihat/menghitung keluar dan
masuk lebah Trigona.
D. Gambaran Umum Lokasi
Lokasi pengamatan berada di areal komplek BDLHK Samarinda, dengan
jarak lokasi stup 1 (belakang Kantor Balai Diklat LHK Samarinda) dan stup 2 di
rumah dinas yang berjarak sekitar 350 meter dari Kantor Balai Diklat LHK
Samarinda. Lingkungan Kantor BDLHK Samarinda dan Rumah Dinas masing-
masing radius ±150 meter.
9
Tabel 1. Tanaman sumber pakan disekitar BDLHK Samarinda
No. Pohon/Tumbuhan Lingk. Kantor Lingk. Rumah Keterangan
1. Rambutan 21 Pohon 2 Pohon Berbunga
2. Pinang/Palm 4 Pohon 10 Pohon Berbunga
3. Kelapa 7 Pohon 7 Pohon Berbunga
4. Mangga 2 Pohon 6 Pohon Berbunga
5. Nangka 5 Pohon 1 Pohon Berbuah
6. Sawo 1 Pohon 1 Pohon Berbunga
7. Salak 5 Pohon -- Pohon Berbunga
8. Jeruk 1 Pohon -- Pohon Berbunga
9. Durian 2 Pohon 2 Pohon Tdk berbunga
10. Lamtoro gung 3 Pohon -- pohon Berbunga
11. Kayu kuku -- Pohon 1 Pohon Berbunga
12. Jati -- Pohon 3 Pohon Berbunga
13. Trambesi -- Pohon 6 Pohon Tdk berbunga
14. Jambu -- Pohon 1 Pohon Berbunga
15. Kedondong 1 pohon 1 Pohon Berbunga
16. Taman Bunga 1 Hamparan 1 Hamparan Sebagian berbunga
Tabel 2. Predator Trigona sp.
No. Jenis Predator Lingk. Kantor Lingk. Rumah
1. Burung Walet Sering terlihat dan banyak Jarang terlihat dan sedikit
2. Burung Sriti Sering terlihat dan banyak Jarang terlihat dan sedikit
3. Semut Jarang terlihat dan sedikit Selalu terlihat dan banyak
4. Cicak Jarang terlihat dan sedikit Jarang terlihat dan sedikit
Gambar 3. Kondisi areal sekitar kantor BDLHK Samarinda
10
Gambar 4. Kondisi areal sekitar perumahan BDLHK Samarinda
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan terhadap aktifitas keluar masuk lebah Trigona pada stup
untuk lokasi yang berbeda disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3. Pengamatan Kotak 1 (belakang Kantor, Januari 2018)
Tanggal
Waktu Pengamatan
(Keluar-Masuk Lebah) Jumlah Rata-Rata
09.00 - 09.05 12.00 - 12.05 15.00 - 15.05
22 -1 -2018 55 49 42 146 49
23 -1 -2018 52 55 46 153 51
24 -1 -2018 52 56 38 146 49
TOTAL = 445 149
Tabel 4. Pengamatan Kotak 1 (belakang Kantor, Februari 2018)
Tanggal
Waktu Pengamatan
(Keluar-Masuk Lebah) Jumlah Rata-Rata
09.00 - 09.05 12.00 - 12.05 15.00 - 15.05
19 -2 -2018 27 19 22 68 23
20 -2 -2018 27 21 26 74 25
21 -2 -2018 26 21 25 72 24
TOTAL = 214 72
Tabel 5. Pengamatan Kotak 2 (Rumah Dinas, Januari 2018)
Tanggal
Waktu Pengamatan
(Keluar-Masuk Lebah) Jumlah Rata-Rata
09.10 - 09.15 12.10 - 12.15 15.10 - 15.15
11
22 -1 -2018 47 54 41 142 47
23 -1 -2018 47 55 41 143 48
24 -1 -2018 44 52 42 138 46
TOTAL = 423 141
Tabel 6. Pengamatan Kotak 2. (Rumah Dinas, Februari 2018)
Tanggal
Waktu Pengamatan
(Keluar-Masuk Lebah) Jumlah Rata-Rata
09.10 - 09.15 12.10 - 12.15 15.10 - 15.15
19 -2 -2018 60 49 44 153 51
20 -2 -2018 55 52 52 159 53
21 -2 -2018 57 45 50 152 51
TOTAL = 464 155
Aktivitas lebah Trigona spp. dalam mencari makan (nektar, polen, dan resin)
dipengaruhi oleh tersedianya pakan pada tanaman. Trigona ukuran lebih kecil,
memiliki radius jelajah antara 500–700 meter. Dalam setiap koloni yang siap panen,
lebah antara 2.000 hingga 3.000 dengan satu ratu, ratusan raja (pejantan), ribuan
pekerja lapangan, ribuan pekerja rumah tangga, dan penjaga sarang. Setiap koloni
lebah, meskipun sarang berdekatan, tidak boleh bercampur. Lebah tersesat dan
salah masuk koloni akan dibunuh karena dianggap penyusup.
Metoda pengamatan yag digunakan mengacu pada metode estimasi jumlah
kelelawar yang biasa dilakukan di gua-gua yang dilakukan dengan cara metode
sensus, yaitu dengan menghitung jumlah total individu. Penghitungan dilakukan
pada saat kelelawar ke luar dari mulut gua pada sore hari oleh pengamat dengan
menggunakan counter setiap interval waktu lima menit. Penghitungan kelelawar
diulang sebanyak tiga kali pada hari yang berbeda.
Jika dilihat dari waktu pengamatan (pagi, siang dan sore) menunjukkan
bahwa jumlah lebah yang berkatifitas keluar masuk sarang cenderung stabil/sama
untjk waktu yang berbeda tersebut. Baik untuk lokasi 1 yang berada di belakang
kantor maupun untuk lokasi 2 yang berada di komplek perumahan. Hal ini
menujukkan bahwa lebah beraktifitas sepanjang hari dalam mencari makan.
Hasil pengamatan pada bulan yang berbeda menunjukkan adanya
kecenderungan penurunan jumlah lebah pada lokasi 1 seiring dengan bertambahnya
waktu. Hal sebaliknya terjadi pada lokasi 2, dimana terjadi peningkatan jumlah
12
lebah yang beraktifitas keluar masuk sarang. Predator yang ada di lokasi
pengamatan yaitu cicak yang jarang terlihat dan jumlahnya sedikit baik untuk lokasi
1 maupun lokasi 2, sehingga pengaruhnya terhadap perubahan jumlah lebah dapat
diabaikan. Untuk predator semut, dapat diatasi dengan memberikan kapur ajaib atau
oli pada tali atau kotak stupnya, sehingga gangguan dari semut ini dapat diatasi.
Predator yang agak sulit untuk diatasi gangguannya adalah burung walet dan
burung sriti. Pengamatan yang dilakukan di lokasi 1 cenderung lebih banyak dan
sering terlihat burung walet dan burung sriti disekitar belakang kantor BDLHK
Samarinda. Sebaliknya di sekitar lokasi 2 di sekitar komplek perumahan, burung
walet dan burung sriti jarang terlihat dan jumlahnya sedikit. Di habitat aslinya,
walet hidup di goa-goa, bawah jembatan, atau rumah-rumah tua yang kurang
aktifitas manusianya. Predator burung walet dan burung sriti banyak ditemukan
pada areal yang terbuka dibandingkan areal dengan pepohonan yang lebih rapat, hal
ini sejalan dengan kondisi disekitar belakang kantor BDLHK Samarinda yang
kondisinya lebih terbuka, sebaliknya di sekitar komplek perumahan kondisinya
cenderung lebih tertutup dan rapat.
Para ahli berpendapat bahwa walet merupakan burung layang-layang dari
suku Apodidae yang paling cepat bergerak dengan jalan membuka moncongnya
sambil terbang dan memburu mangsanya yang berupa serangga dan laba-laba di
udara. Setiap hari, walet dapat mengonsumsi pakan sekitar 500 jenis serangga yang
berukuran 0,2—2,5 mm. Pakan tersebut didapat dari areal persawahan, kebun, dan
lahan-lahan yang ditumbuhi tanaman. Serangga-serangga yang menjadi makanan
walet kebanyakan berupa karnivor dan pemakan tanaman, hama tanaman, vektor
penyakit, serta predator berbagai hama, seperti wereng dan ngengat penggerek padi.
Serangga alam juga disenangi walet, seperti lebah, kumbang, laron, nyamuk, lalat
buah, dan kutu gaplek.
Berdasarkan waktu kunjungan lebah Trigona spp. pada tanaman yang
menunjukkan adanya perbedaan waktu tanaman dalam menyediakan pakan bagi
lebah Trigona spp. Lebah Trigona spp. membutuhkan makanan berupa polen,
nektar dan resin dalam jumlah yang cukup dan berkualitas. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka budidaya suatu jenis tanaman perlu dilakukan. Penanaman jenis
13
tanaman harus bervariasi, sehingga persediaan pakan dari tanaman akan tetap
tersedia dari pagi sampai sore hari (Yanto dkk 2016).
Variasi kunjungan lebah Trigona spp. pada tanaman dapat dipengaruhi oleh
adanya hubungan sifat tanaman dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan
yang mempengaruhi adalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah berhubungan
dengan pertumbuhan tanaman. Apabila tanahnya subur, maka unsur-unsur mineral
dan air yang dibutuhkan tanaman tercukupi sehingga pertumbuhan tanaman tidak
terhambat. Sulaksono dkk. (1986) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, faktor
fisik yang berperan dalam menentukan kegiatan harian pekerja Trigona spp.adalah
intensitas cahaya, suhu udara, dan kecepatan angin. Pada kondisi temperatur yang
rendah dan intensitas cahaya matahari masih rendah, lebah Trigona spp. lebih
banyak beraktifitas di dalam sarangnya. Menurut Murtidjo (1991), pada temperatur
20ºC lebah Trigona spp. mulai aktif dalam usahanya memperoleh nektar dan polen,
namun waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut relatif pendek. Pada
temperatur sekitar 30ºC lebah sangat aktif mencari nektar dan polen dan waktu yang
dibutuhkan untuk mengumpulkan relatif lama.
Peternak lebah dapat memanen madu dan polen ketika sumber makanan
banyak di lapangan. Pada waktu itu, sumber makanan yang disimpan lebah disarang
berlimpah. Tetapi pada saat sumber makanan dilapangan sedikit, maka sumber
makanan yang ada disarang digunakan untuk persediaan makan lebah sehari-hari.
Saat itu lebah membutuhkan makanan tambahan untuk mempertahankan koloni.
Dalam mempertahankan koloni pada saat sumber pakan di lapangan kurang,
seorang peternak dapat memindahkan koloni lebah ketempat lain yang banyak
sumber pakannya (Rusfidra, 2006).
Masa berbunga tanaman sangat penting digunakan untuk mengetahui
ketersedian pakan lebah di lapangan. Adanya variasi masa berbunga menunjukkan
bahwa harus ada perhatian tentang jenis-jenis tanaman yang berbunga pada waktu
tertentu. Pengetahuan tentang masa berbunga ini digunakan untuk memindahkan
koloni lebah madu ketempat yang banyak tersedia pakan, pada saat di lokasi
budidaya lebah tidak tersedia pakan (Yanto dkk 2016).
V. PENUTUP
14
A. Kesimpulan
1) Stup yang diletakkan di belakang kantor BDLHK Samarinda memgalami
penurunan jumlah lebah Trigona, sebaliknya stup yang diletakkan di
perumahan mengalami peningkatan jumlah lebah.
2) Predator yang mempengaruhi jumlah lebah Trigona pada lokasi pengamatan
adalah burung walet dan burung sriti, sedangkan predator cicak dan semut
tidak berpengaruh signifikan.
B. Rekomendasi
Lokasi penempatan stup secara umum perlu memperhatikan yang terkait
dengan tumbuhan/bunga pakan lebah dan predatornya, dalam pengamatan ini lebih
cenderung ke predatornya, karena kedua hal tersebut dapat menyebabkan lebah
meninggalkan sarangnya/kabur atau sedikit demi sedikit lebah tersebut mati
akhirnya stup kosong. Sebaiknya stup diletakkan di areal yang gangguan
predatornya lebih sedikit maka jumlah lebah akan mengalami peningkatan.
REFERENSI
Hendri B. 2016. Studi Perkembangan Koloni dan Produksi Lebah Trigona Sp.
Dari Posisi Stup Yang Berbeda. Program Studi Manajemen Hutan Jurusan
Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu
Oleo.
Mellisa RS Dj. 2010. Potensi Budidaya Lebah Trigona dan Pemanfaatan Propolis
Sebagai Antibiotik Alami Untuk Sapi Potong. Skripsi Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Paimin P. 2015. Budidaya Lebah Trigona sp. Dalam Rangka Pelatihan Budidaya
Lebah Trigona sp. Balai Penelitian dan Teknologi Konservasi Sumber Daya
Alam (Balitek KSDA) Samboja.
Yanto SH, Yoza D, Budiani ES. 2016. Potensi Pakan Trigona spp. di Hutan
Larangan Adat Desa Rumbio Kabupaten Kampar. Forestry Department,
Agriculture Faculty, University of Riau. Pekanbaru.
http://sarangtrigona.blogspot.co.id/2015/10/penyebaran-trigona-di-indonesia.html

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaWarnet Raha
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandafahmiganteng
 
Strategi penetapan harga dalam oligopoli
Strategi penetapan harga dalam oligopoliStrategi penetapan harga dalam oligopoli
Strategi penetapan harga dalam oligopoliBazari Azhar Azizi
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHAlfian Nopara Saifudin
 
Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Dian Arisona
 
Budidaya Lebah Madu
Budidaya Lebah MaduBudidaya Lebah Madu
Budidaya Lebah MaduFauzia1112
 
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanianMakalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanianOpissen Yudisyus
 
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta KerjaAnalisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerjaprihase
 
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanian
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanianpengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanian
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanianTrisna Monalia
 
Riset operasional
Riset operasionalRiset operasional
Riset operasionalHenry Guns
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPy Bayu
 
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa di
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa diPPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa di
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa diDoris Agusnita
 
4 bunga nominal dan bunga efektif
4 bunga nominal dan bunga efektif4 bunga nominal dan bunga efektif
4 bunga nominal dan bunga efektifSimon Patabang
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaTidar University
 

Was ist angesagt? (20)

Sumber daya hutan
Sumber daya hutanSumber daya hutan
Sumber daya hutan
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
kultur jaringan kentang
kultur jaringan kentangkultur jaringan kentang
kultur jaringan kentang
 
2.ciri ciri pertanian di indonesia
2.ciri ciri pertanian di indonesia2.ciri ciri pertanian di indonesia
2.ciri ciri pertanian di indonesia
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
 
Strategi penetapan harga dalam oligopoli
Strategi penetapan harga dalam oligopoliStrategi penetapan harga dalam oligopoli
Strategi penetapan harga dalam oligopoli
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2
 
Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)
 
Analisis vegetasi
Analisis vegetasiAnalisis vegetasi
Analisis vegetasi
 
Budidaya Lebah Madu
Budidaya Lebah MaduBudidaya Lebah Madu
Budidaya Lebah Madu
 
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanianMakalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
 
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta KerjaAnalisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
 
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanian
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanianpengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanian
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanian
 
Riset operasional
Riset operasionalRiset operasional
Riset operasional
 
Ekonomi teknik
Ekonomi teknikEkonomi teknik
Ekonomi teknik
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
 
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa di
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa diPPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa di
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa di
 
4 bunga nominal dan bunga efektif
4 bunga nominal dan bunga efektif4 bunga nominal dan bunga efektif
4 bunga nominal dan bunga efektif
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulma
 

Ähnlich wie Pengaruh lokasi penempatan stup kotak terhadap perkembangan koloni lebah tiirgona-agus-asli

Ähnlich wie Pengaruh lokasi penempatan stup kotak terhadap perkembangan koloni lebah tiirgona-agus-asli (20)

Pasca
PascaPasca
Pasca
 
Budidaya lebah madu_trigona_sp
Budidaya lebah madu_trigona_spBudidaya lebah madu_trigona_sp
Budidaya lebah madu_trigona_sp
 
PPT PERTEMUAN 1.pptx
PPT PERTEMUAN 1.pptxPPT PERTEMUAN 1.pptx
PPT PERTEMUAN 1.pptx
 
PPT PERTEMUAN 1.pptx
PPT PERTEMUAN 1.pptxPPT PERTEMUAN 1.pptx
PPT PERTEMUAN 1.pptx
 
LKPD 1.pdf
LKPD 1.pdfLKPD 1.pdf
LKPD 1.pdf
 
Budi daya semut rangrang
Budi daya semut rangrangBudi daya semut rangrang
Budi daya semut rangrang
 
Biologi rayap
Biologi rayapBiologi rayap
Biologi rayap
 
Biologi rayap
Biologi rayapBiologi rayap
Biologi rayap
 
Semut rangrang
Semut rangrangSemut rangrang
Semut rangrang
 
Aicis mataram2013
Aicis mataram2013Aicis mataram2013
Aicis mataram2013
 
Ppt biologi rayap
Ppt biologi rayapPpt biologi rayap
Ppt biologi rayap
 
Pengenalan kelulut
Pengenalan kelulutPengenalan kelulut
Pengenalan kelulut
 
Hama coleoptera
Hama coleopteraHama coleoptera
Hama coleoptera
 
Sistem ekologi
Sistem ekologiSistem ekologi
Sistem ekologi
 
2. pest data sheet Spodoptera frugiperda
2. pest data sheet Spodoptera frugiperda2. pest data sheet Spodoptera frugiperda
2. pest data sheet Spodoptera frugiperda
 
SEMUT DAN PENGENDALIANNYA
 SEMUT DAN PENGENDALIANNYA SEMUT DAN PENGENDALIANNYA
SEMUT DAN PENGENDALIANNYA
 
Laporan keg - Kupu-kupu di Buton
Laporan keg - Kupu-kupu di ButonLaporan keg - Kupu-kupu di Buton
Laporan keg - Kupu-kupu di Buton
 
Psilophytinae
PsilophytinaePsilophytinae
Psilophytinae
 
Psilophytinae
PsilophytinaePsilophytinae
Psilophytinae
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
 

Pengaruh lokasi penempatan stup kotak terhadap perkembangan koloni lebah tiirgona-agus-asli

  • 1. 1 PENGARUH LOKASI PENEMPATAN STUP/KOTAK TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH TRIGONA SP Studi Kasus Komplek BDLHK Samarinda Oleh Agus Setiawan Asli Widyaiswara BDLHK Samarinda ABSTRAK Lebah madu sebagai salah satu produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) memiliki nilai guna dan ekonomi yang tinggi. Lokasi penempatan stup (kotak lebah) perlu memperhatikan yang terkait dengan tumbuhan/bunga pakan lebah dan predatornya, karena kedua hal tersebut dapat menyebabkan lebah meninggalkan sarangnya/kabur atau sedikit demi sedikit lebah tersebut mati akhirnya stup kosong. Pendekatan pengamatan perkembangan koloni lebah Trigona menggunakan pendekatan aktifitas lebah keluar masuk sarang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa stup yang diletakkan di belakang kantor BDLHK Samarinda memgalami penurunan jumlah lebah Trigona, sebaliknya stup yang diletakkan di perumahan mengalami peningkatan jumlah lebah. Predator yang mempengaruhi jumlah lebah Trigona pada lokasi pengamatan adalah burung walet dan burung sriti, sedangkan predator cicak dan semut tidak berpengaruh signifikan. Kata Kunci : stup, koloni, Trigona sp, lokasi, predator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) diantarannya adalah lebah madu yang memiliki nilai guna dan ekonomi yang tinggi. Lebah madu diketahui mempunyai banyak kegunaan bagi kehidupan manusia. Fungsi lebah madu itu antara lain sebagai penghasil madu yang mempunyai beragam manfaat bagi kesehatan tubuh. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, semakin banyak pertanyaan yang muncul dan membuat manusia menjadi penasaran dan melakukan beragam penelitian ilmiah untuk mengetahui segala sesuatu tentang lebah madu dan produknya. Lebah madu dapat dibedakan menjadi 2 yaitu lebah madu bersengat dan
  • 2. 2 tidak bersengat (stingless bee). Salah satu jenis lebah madu tak bersengat adalah Trigona sp. selain menghasilkan madu, dapat menghasilkan propolis dan bee polen. Secara alami biasanya Trigona sp ini hidup di dalam batang pohon, kayu jabuk, talang rumah, ruas bambu, lubang di tanah, bebatuan, dan lain-lain, namun secara modern dipelihara dengan menggunakan stup (kotak lebah). Stup memberikan keuntungan yang lebih baik karena akan mempermudah dalam pemeliharan dan pemanenannya tanpa merusak koloni lebah Trigona. Lokasi penempatan stup perlu memperhatikan yang terkait dengan tumbuhan/bunga pakan lebah dan predatornya, karena kedua hal tersebut dapat menyebabkan lebah meninggalkan sarangnya/kabur atau sedikit demi sedikit lebah tersebut mati akhirnya stup kosong. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan apakah ada pengaruh perkembangan koloni lebah Trigona yang ditempatkan pada lokasi yang berbeda. C. Tujuan Pengamatan Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan koloni lebah Trigona yang ditempatkan pada 2 lokasi yaitu koloni/stup 1 di belakang Kantor Balai Diklat LHK Samarinda dan koloni/stup 2 di rumah dinas yang berjarak sekitar 350 meter dari Kantor Balai Diklat LHK (masih dalam satu komplek perkantoran dan rumah dinas pegawai). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Lebah Trigona sp. Trigona sp. merupakan salah satu jenis dari genus Meliponini yaitu jenis lebah madu yang tidak bersengat (stingless bee). Trigona sp. mengandalkan propolis untuk melindungi sarang dari serangan predator dan untuk mempertahankan kestabilan suhu didalam sarang. Pembudidaya Trigona sp. ditemukan didataran rendah (daerah pantai) hingga ke daerah dataran tinggi
  • 3. 3 (pegunungan) dan berhasil dibudidayakan disemua lokasi (Free, 1982, Hendri B, 2016). Sistematika lebah Trigona sp. (Sihombing. 2005; Hendri B, 2016) adalah sebagai berikut: Divisi : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenoptera Subordo : Apocrita Famili : Apidae Subfamili : Apinae Tribe : Meliponini Genus : Trigona sp Penyebaran lebah Trigona sp. terdapat di daerah tropik dan subtropik atau wilayah yang dilalui garis khatulistiwa. Di Indonesia sendiri, penyebaran trigona sangat beraneka ragam, Sumatra ada sekitar 31 jenis, Kalimantan ada 40 jenis, Jawa 14 jenis, dan Sulawesi ada 3 jenis. Beberapa jenis diantaranya adalah T. Minangkabau dan T. fimbriata (Sumatra), T. apicalis dan T. incisa (Kalimantan), T. terminata dan T. incise (Sulawesi), T. laeviceps dan T. moorei (Jawa), sedangkan di NTB teridentifikasi 2 jenis yaitu Trigona clypearis dan Trigona sapiens. Salah satu jenis lebah tak bersengat yang umum dan dapat dijumpai diseluruh pelosok Indonesia adalah Trigona laeviceps. Ciri cirinya adalah tubuh berukuran kecil, ramping, panjangnya 2,5 mm – 3,25 mm. Tubuh berwarna coklat kehitaman, permukaan ventral abdomen memiliki bulu – bulu berwarna keputihan. Bagian vertek, mesonotum serta scutellum berbulu–bulu berwarna hitam, terutama di pinggir bagian belakang scutellum. Tarsusnya berbulu warna pucat, tetapi permukaan basitarsi bagian belakang berwarna kehitaman. Jelajah Trigona sp untuk mencari pakan sekitar radius 500 meter, dengan umur/masa produktif kurang lebih 100 hari (Paimin P, 2015).
  • 4. 4 B. Koloni dan Pembagian Tugas Koloni lebah madu terdiri atas dua golongan, yaitu golongan reproduktif (lebah jantan dan ratu) dan golongan non-reproduktif (lebah pekerja). Mereka dapat dibedakan satu dengan yang lainnya dari bentuk, rupa, warna, dan tingkah laku. Satu koloni lebah hanya memiliki satu ekor ratu, ratusan ekor lebah jantan, ribuan ekor lebah pekerja dan ditambah penghuni dalam bentuk telur, larva, dan pupa (Sumoprastowo, 1980; Sihombing, 2005; Mellisa R.S.Dj, 2010). Lebah ratu berpenampilan mencolok dan berbeda dari lebah pekerja karena berukuran dua kali lebih panjang serta 2,8 kali bobot pekerja. Lebah ratu berfungsi sebagai penghasil telur dan juga sebagai pabrik penghasil senyawa kimia, yaitu feromon, adalah bahan pemersatu koloni dalam satu unit terorganisasi. Feromon merupakan senyawa kimia sebagai alat komunikasi lebah madu yang membawa informasi-informasi tentang apa yang harus dilakukan, atau tingkah laku apa yang harus diperhatikan oleh anggota-anggota koloni sesuai dengan keadaan yang sedang ataupun akan dihadapi. Setiap lebah ratu menghasilkan senyawa kimia yang berbedabeda sehingga hal tersebut digunakan sebagai tanda pengenal pada masing-masing koloni. Lebah pekerja maupun pejantan tidak mungkin tersesat atau masuk koloni yang berbeda oleh karena memiliki tanda pengenal yang berbeda (Sihombing, 2005; Mellisa R.S.Dj, 2010). Fungsi lebah jantan selama hidup satu-satunya adalah mengawini lebah ratu. Lebah jantan tidak dapat bertanggungjawab atas dirinya sendiri sehingga pada musim paceklik atau persediaan pakan menipis, sebagian besar lebah jantan akan dibunuh atau dikeluarkan dari sarang oleh lebah pekerja karena lebah jantan dianggap sebagai hama. Lebah pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya tidak berfungsi sempurna. Lebah pekerja memiliki pembagian tugas yang terstruktur rapi, baik di dalam maupun diluar sarang. Tugas di dalam sarang meliputi pembuatan sarang dengan komponen-komponennya yang terdiri dari tiga kompartemen, yakni kompartemen madu, polen, dan telur. C. Stup/Kotak Trigona sp Stup lebah pertama kali ditemukan oleh ahli perlebahan Amerika Serikat, L.L. Langstroth pada tahun 1851. Stup hendaknya terbuat dari bahan kayu dan tidak mudah terpengaruh oleh suhu udara, terutama perubahan dari panas kedingin atau
  • 5. 5 sebaliknya, kayu pinus atau kayu sengon cocok untuk bahan petih lebah Trigona sp. (Marhiyanto, 1999; Hendri B, 2016). Alat yang digunakan sebagai tempat bersarangnya lebah madu secara buatan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu secara tradisional dengan menggunakan gelodok dan secara modern dengan mengunakan stup. Stup modern memberikan keuntungan yang lebih baik karena pengelolaannya yang mudah dan pemanenan madu tidak akan merusak tempat sarang. Selain itu stup modern lebih praktis dipakai, perawatan lebahnya mudah, pengambilan hasilnya gampang, produksi madu yang diperoleh berlipat ganda, serta ganguan hama penyakit lebih jarang (Sarwono, 2001; Hendri B, 2016). Metode posisi stup dapat digunakan model stup horizontal dan vertikal. Stup model horisontal, bahan ini bisa menggunakan kayu bekas yang murah misalnya kayu sengon. Beberapa lembar papan disusun membentuk kotak, lengkap dengan penutup. Sebelum kotak ditutup permanen masukkan potongan sarang lebah Trigona sp. dalam kotak kayu berukuran 30 cm x 15 cm x 15 cm. Kelebihan pembuatan sarang kayu horisontal relatif murah peternak memerlukan masing- masing 2 papan berukuran sama, semua papan itu dipaku membentuk persegi panjang sedangkan kekurangannya ketika panen peternak kesulitan membuka sarang yang tertutup papan dan dipaku keempat sisi, ketika penutup berhasil dibuka madu, larva, dan propolis yang menempel dipapan berhamburan (Trubus, 2010; Hendri B, 2016). Stup model vertikal pertama kali diterapkan peternak di Luwuk Utara mereka mengadopsi sarang lebah dilubang pohon di hutan yang biasa dalam posisi vertikal. Tempat perakaran dinding sangat rapat sehingga tidak tembus cahaya. Penutup pun dibuat berpasangan dengan kotak sehingga mudah dibuka tutup dengan kontruksi ini lebah tidak perlu merekat dengan keras celah-celahnya. Kelebihan stup vertikal produk lebah mudah dipanen karena perekat ditutupi tidak terlalu banyak dan produk lebih bersih, kekurangannya pembuatan sarang sedikit lebih sulit dari peti horisontal, peternak masih agak kesulitan membuka propolis karena lekat propolis dibagian bawah kotak (Trubus, 2010; Hendri B, 2016). Menurut Paimin P, 2015. Kotak sarang buatan bongkar pasang susun tiga dapat bersesuaian dengan jenis dan jangka waktu panen. Sebab telah banyak kotak
  • 6. 6 yang di buat hanya kotak ini yang paling sesuai diantara kotak kotak sarang buatan lainnya. Kotak jenis ini dengan ukuran yang sesuai tentu disesuaikan juga jenis lebahnya, kelebihan dari kotak ini adalah sisiran anakannya saat kita panen dapat juga dibelah koloninya, yang istilahnya panen bagi/belah, maksudnya begitu panen kita dapak juga membagi koloni yang tadinya satu setelah panen koloni kita akan menjadi dua. yang terpenting adalah sebelum panen kita harus menyiapkan kotak yang kosong atau baru untuk koloni yang baru. Gambar 1. Stup/Kotak Susun Tiga/Vertikal. Lebah madu memiliki cara yang unik untuk mengatur panas sarangnya/dalam stup. Koloni menjaga kestabilan suhu sarang antara 31-35C. Jika suhu sarang dibawah 18C kepala dan badannya dimasukkan ke dalam tandannya saling merapatkan diri. Jika suhu sarang naik, lebah akan mengibaskan sayapnya untuk menurunkan suhu. Sesekali lebah menyiramkan air ke seluruh sarang lalu dikipasi pada kondisi udara yang sangat panas. Jika suhu lebih dari 40C lebah akan meninggalkan sarang dan jika suhu naik lebih ekstrim lagi koloni akan hijrah membuat sarang baru (Sumoprastowo, 1980; Hendri B, 2016).
  • 7. 7 Gambar 2. Lebah Trigona sp. D. Lokasi Penempatan Stup Penentuan lokasi perlebahan perlu mempertimbangkan ketersediaan pakan, dan menghindari predatornya. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai daya dukung optimal perlebahan terhadap jumlah koloni yang ada. Kompetisi lebah dalam mencari pakan dapat menyebabkan turunnya produksi atau terganggunya keseimbangan populasi lebah dan bahkan memungkinkan hijrahnya lebah. Lokasi yang banyak terdapat predator lebah harus dihindari atau melakukan usaha-usaha pencegahannya. Predator lebah yang sering ditemui dilapangan antara lain semut, cicak/tokek, burung walet. (Paimin, 2015). Lebah madu akan berkembang biak dan mempunyai koloni yang besar/individu yang banyak jika kondisi lingkungan tempat tinggal sangat mendukung. Lingkungan yang dibutuhkan adalah tersedianya banyak tanaman berbunga penghasil nektar dan pollen serta cukup cadangan makanan lainnya. Simpanan nektar (madu) yang banyak disarang akan merangsang pertumbuhan keluarga lebah yang baik, yaitu dalam membuat sarang baru dan juga dalam memproduksi telur. Sedangkan ketersediaan pollen di sarang yang cukup akan memberikan kualitas generasi lebah yang baik, kuat dan lama hidup yang relative panjang (Situmorang dan Hasanudin, 2014; Hendri B, 2016). Pada waktu matahari terbit sampai pukul 08:00 bunga banyak yang mengeluarkan nektar sehingga pada waktu tersebut terlihat banyak lebah yang mencari nektar, sedangkan pada siang hari yang panas nektar sudah tidak ada karena menguap, sehingga lebah lebih banyak mencari polen, dan mulai mencari
  • 8. 8 lagi dari pukul 17:00 sampai menjelang malam. (Sumoprastowo dan Suparto,1980; Hendri B, 2016). III. METODE PENGAMATAN A. Lokasi dan Waktu Pengamatan ini dilakukan di Komplek Balai Diklat LHK Samarinda pada Tanggal 22, 23, 24 Januari 2018 dan tanggal 19, 20, 21 Pebruari 2018. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah 2 stup/koloni Trigona yang dibeli dari Kelompok Tani di Desa Petung Kabupaten Paser Penajam Utara, sedangkan alatnya adalah : 1) Hand Phone (alarm waktu dan foto). : 1 buah. 2) Ball point : 1 buah. 3) Papan alas tulis : 1 buah. 4) Tally Sheet : 6 lembar. C. Prosedur Pengamatan - Stup/Kotak 1 ditempatkan/digantung dibelakang Kantor BDLHK Samarinda, dan Stup/Kotak 2 ditempatkan/digantung disamping Rumah Dinas yang berjarak ±350 meter dari Kantor. - Pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 22, 23, 24 Januari 2018 dan pengamatan kedua pada tanggal 19, 20, 21 Pebruari 2018. - Waktu setiap pengamatan selama 5 menit untuk melihat/menghitung keluar dan masuk lebah Trigona. D. Gambaran Umum Lokasi Lokasi pengamatan berada di areal komplek BDLHK Samarinda, dengan jarak lokasi stup 1 (belakang Kantor Balai Diklat LHK Samarinda) dan stup 2 di rumah dinas yang berjarak sekitar 350 meter dari Kantor Balai Diklat LHK Samarinda. Lingkungan Kantor BDLHK Samarinda dan Rumah Dinas masing- masing radius ±150 meter.
  • 9. 9 Tabel 1. Tanaman sumber pakan disekitar BDLHK Samarinda No. Pohon/Tumbuhan Lingk. Kantor Lingk. Rumah Keterangan 1. Rambutan 21 Pohon 2 Pohon Berbunga 2. Pinang/Palm 4 Pohon 10 Pohon Berbunga 3. Kelapa 7 Pohon 7 Pohon Berbunga 4. Mangga 2 Pohon 6 Pohon Berbunga 5. Nangka 5 Pohon 1 Pohon Berbuah 6. Sawo 1 Pohon 1 Pohon Berbunga 7. Salak 5 Pohon -- Pohon Berbunga 8. Jeruk 1 Pohon -- Pohon Berbunga 9. Durian 2 Pohon 2 Pohon Tdk berbunga 10. Lamtoro gung 3 Pohon -- pohon Berbunga 11. Kayu kuku -- Pohon 1 Pohon Berbunga 12. Jati -- Pohon 3 Pohon Berbunga 13. Trambesi -- Pohon 6 Pohon Tdk berbunga 14. Jambu -- Pohon 1 Pohon Berbunga 15. Kedondong 1 pohon 1 Pohon Berbunga 16. Taman Bunga 1 Hamparan 1 Hamparan Sebagian berbunga Tabel 2. Predator Trigona sp. No. Jenis Predator Lingk. Kantor Lingk. Rumah 1. Burung Walet Sering terlihat dan banyak Jarang terlihat dan sedikit 2. Burung Sriti Sering terlihat dan banyak Jarang terlihat dan sedikit 3. Semut Jarang terlihat dan sedikit Selalu terlihat dan banyak 4. Cicak Jarang terlihat dan sedikit Jarang terlihat dan sedikit Gambar 3. Kondisi areal sekitar kantor BDLHK Samarinda
  • 10. 10 Gambar 4. Kondisi areal sekitar perumahan BDLHK Samarinda IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap aktifitas keluar masuk lebah Trigona pada stup untuk lokasi yang berbeda disajikan pada tabel berikut. Tabel 3. Pengamatan Kotak 1 (belakang Kantor, Januari 2018) Tanggal Waktu Pengamatan (Keluar-Masuk Lebah) Jumlah Rata-Rata 09.00 - 09.05 12.00 - 12.05 15.00 - 15.05 22 -1 -2018 55 49 42 146 49 23 -1 -2018 52 55 46 153 51 24 -1 -2018 52 56 38 146 49 TOTAL = 445 149 Tabel 4. Pengamatan Kotak 1 (belakang Kantor, Februari 2018) Tanggal Waktu Pengamatan (Keluar-Masuk Lebah) Jumlah Rata-Rata 09.00 - 09.05 12.00 - 12.05 15.00 - 15.05 19 -2 -2018 27 19 22 68 23 20 -2 -2018 27 21 26 74 25 21 -2 -2018 26 21 25 72 24 TOTAL = 214 72 Tabel 5. Pengamatan Kotak 2 (Rumah Dinas, Januari 2018) Tanggal Waktu Pengamatan (Keluar-Masuk Lebah) Jumlah Rata-Rata 09.10 - 09.15 12.10 - 12.15 15.10 - 15.15
  • 11. 11 22 -1 -2018 47 54 41 142 47 23 -1 -2018 47 55 41 143 48 24 -1 -2018 44 52 42 138 46 TOTAL = 423 141 Tabel 6. Pengamatan Kotak 2. (Rumah Dinas, Februari 2018) Tanggal Waktu Pengamatan (Keluar-Masuk Lebah) Jumlah Rata-Rata 09.10 - 09.15 12.10 - 12.15 15.10 - 15.15 19 -2 -2018 60 49 44 153 51 20 -2 -2018 55 52 52 159 53 21 -2 -2018 57 45 50 152 51 TOTAL = 464 155 Aktivitas lebah Trigona spp. dalam mencari makan (nektar, polen, dan resin) dipengaruhi oleh tersedianya pakan pada tanaman. Trigona ukuran lebih kecil, memiliki radius jelajah antara 500–700 meter. Dalam setiap koloni yang siap panen, lebah antara 2.000 hingga 3.000 dengan satu ratu, ratusan raja (pejantan), ribuan pekerja lapangan, ribuan pekerja rumah tangga, dan penjaga sarang. Setiap koloni lebah, meskipun sarang berdekatan, tidak boleh bercampur. Lebah tersesat dan salah masuk koloni akan dibunuh karena dianggap penyusup. Metoda pengamatan yag digunakan mengacu pada metode estimasi jumlah kelelawar yang biasa dilakukan di gua-gua yang dilakukan dengan cara metode sensus, yaitu dengan menghitung jumlah total individu. Penghitungan dilakukan pada saat kelelawar ke luar dari mulut gua pada sore hari oleh pengamat dengan menggunakan counter setiap interval waktu lima menit. Penghitungan kelelawar diulang sebanyak tiga kali pada hari yang berbeda. Jika dilihat dari waktu pengamatan (pagi, siang dan sore) menunjukkan bahwa jumlah lebah yang berkatifitas keluar masuk sarang cenderung stabil/sama untjk waktu yang berbeda tersebut. Baik untuk lokasi 1 yang berada di belakang kantor maupun untuk lokasi 2 yang berada di komplek perumahan. Hal ini menujukkan bahwa lebah beraktifitas sepanjang hari dalam mencari makan. Hasil pengamatan pada bulan yang berbeda menunjukkan adanya kecenderungan penurunan jumlah lebah pada lokasi 1 seiring dengan bertambahnya waktu. Hal sebaliknya terjadi pada lokasi 2, dimana terjadi peningkatan jumlah
  • 12. 12 lebah yang beraktifitas keluar masuk sarang. Predator yang ada di lokasi pengamatan yaitu cicak yang jarang terlihat dan jumlahnya sedikit baik untuk lokasi 1 maupun lokasi 2, sehingga pengaruhnya terhadap perubahan jumlah lebah dapat diabaikan. Untuk predator semut, dapat diatasi dengan memberikan kapur ajaib atau oli pada tali atau kotak stupnya, sehingga gangguan dari semut ini dapat diatasi. Predator yang agak sulit untuk diatasi gangguannya adalah burung walet dan burung sriti. Pengamatan yang dilakukan di lokasi 1 cenderung lebih banyak dan sering terlihat burung walet dan burung sriti disekitar belakang kantor BDLHK Samarinda. Sebaliknya di sekitar lokasi 2 di sekitar komplek perumahan, burung walet dan burung sriti jarang terlihat dan jumlahnya sedikit. Di habitat aslinya, walet hidup di goa-goa, bawah jembatan, atau rumah-rumah tua yang kurang aktifitas manusianya. Predator burung walet dan burung sriti banyak ditemukan pada areal yang terbuka dibandingkan areal dengan pepohonan yang lebih rapat, hal ini sejalan dengan kondisi disekitar belakang kantor BDLHK Samarinda yang kondisinya lebih terbuka, sebaliknya di sekitar komplek perumahan kondisinya cenderung lebih tertutup dan rapat. Para ahli berpendapat bahwa walet merupakan burung layang-layang dari suku Apodidae yang paling cepat bergerak dengan jalan membuka moncongnya sambil terbang dan memburu mangsanya yang berupa serangga dan laba-laba di udara. Setiap hari, walet dapat mengonsumsi pakan sekitar 500 jenis serangga yang berukuran 0,2—2,5 mm. Pakan tersebut didapat dari areal persawahan, kebun, dan lahan-lahan yang ditumbuhi tanaman. Serangga-serangga yang menjadi makanan walet kebanyakan berupa karnivor dan pemakan tanaman, hama tanaman, vektor penyakit, serta predator berbagai hama, seperti wereng dan ngengat penggerek padi. Serangga alam juga disenangi walet, seperti lebah, kumbang, laron, nyamuk, lalat buah, dan kutu gaplek. Berdasarkan waktu kunjungan lebah Trigona spp. pada tanaman yang menunjukkan adanya perbedaan waktu tanaman dalam menyediakan pakan bagi lebah Trigona spp. Lebah Trigona spp. membutuhkan makanan berupa polen, nektar dan resin dalam jumlah yang cukup dan berkualitas. Berkaitan dengan hal tersebut, maka budidaya suatu jenis tanaman perlu dilakukan. Penanaman jenis
  • 13. 13 tanaman harus bervariasi, sehingga persediaan pakan dari tanaman akan tetap tersedia dari pagi sampai sore hari (Yanto dkk 2016). Variasi kunjungan lebah Trigona spp. pada tanaman dapat dipengaruhi oleh adanya hubungan sifat tanaman dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah berhubungan dengan pertumbuhan tanaman. Apabila tanahnya subur, maka unsur-unsur mineral dan air yang dibutuhkan tanaman tercukupi sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat. Sulaksono dkk. (1986) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, faktor fisik yang berperan dalam menentukan kegiatan harian pekerja Trigona spp.adalah intensitas cahaya, suhu udara, dan kecepatan angin. Pada kondisi temperatur yang rendah dan intensitas cahaya matahari masih rendah, lebah Trigona spp. lebih banyak beraktifitas di dalam sarangnya. Menurut Murtidjo (1991), pada temperatur 20ºC lebah Trigona spp. mulai aktif dalam usahanya memperoleh nektar dan polen, namun waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut relatif pendek. Pada temperatur sekitar 30ºC lebah sangat aktif mencari nektar dan polen dan waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan relatif lama. Peternak lebah dapat memanen madu dan polen ketika sumber makanan banyak di lapangan. Pada waktu itu, sumber makanan yang disimpan lebah disarang berlimpah. Tetapi pada saat sumber makanan dilapangan sedikit, maka sumber makanan yang ada disarang digunakan untuk persediaan makan lebah sehari-hari. Saat itu lebah membutuhkan makanan tambahan untuk mempertahankan koloni. Dalam mempertahankan koloni pada saat sumber pakan di lapangan kurang, seorang peternak dapat memindahkan koloni lebah ketempat lain yang banyak sumber pakannya (Rusfidra, 2006). Masa berbunga tanaman sangat penting digunakan untuk mengetahui ketersedian pakan lebah di lapangan. Adanya variasi masa berbunga menunjukkan bahwa harus ada perhatian tentang jenis-jenis tanaman yang berbunga pada waktu tertentu. Pengetahuan tentang masa berbunga ini digunakan untuk memindahkan koloni lebah madu ketempat yang banyak tersedia pakan, pada saat di lokasi budidaya lebah tidak tersedia pakan (Yanto dkk 2016). V. PENUTUP
  • 14. 14 A. Kesimpulan 1) Stup yang diletakkan di belakang kantor BDLHK Samarinda memgalami penurunan jumlah lebah Trigona, sebaliknya stup yang diletakkan di perumahan mengalami peningkatan jumlah lebah. 2) Predator yang mempengaruhi jumlah lebah Trigona pada lokasi pengamatan adalah burung walet dan burung sriti, sedangkan predator cicak dan semut tidak berpengaruh signifikan. B. Rekomendasi Lokasi penempatan stup secara umum perlu memperhatikan yang terkait dengan tumbuhan/bunga pakan lebah dan predatornya, dalam pengamatan ini lebih cenderung ke predatornya, karena kedua hal tersebut dapat menyebabkan lebah meninggalkan sarangnya/kabur atau sedikit demi sedikit lebah tersebut mati akhirnya stup kosong. Sebaiknya stup diletakkan di areal yang gangguan predatornya lebih sedikit maka jumlah lebah akan mengalami peningkatan. REFERENSI Hendri B. 2016. Studi Perkembangan Koloni dan Produksi Lebah Trigona Sp. Dari Posisi Stup Yang Berbeda. Program Studi Manajemen Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo. Mellisa RS Dj. 2010. Potensi Budidaya Lebah Trigona dan Pemanfaatan Propolis Sebagai Antibiotik Alami Untuk Sapi Potong. Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Paimin P. 2015. Budidaya Lebah Trigona sp. Dalam Rangka Pelatihan Budidaya Lebah Trigona sp. Balai Penelitian dan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja. Yanto SH, Yoza D, Budiani ES. 2016. Potensi Pakan Trigona spp. di Hutan Larangan Adat Desa Rumbio Kabupaten Kampar. Forestry Department, Agriculture Faculty, University of Riau. Pekanbaru. http://sarangtrigona.blogspot.co.id/2015/10/penyebaran-trigona-di-indonesia.html