SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 3
Downloaden Sie, um offline zu lesen
www.hukumonline.com



      MEMUNGUT OPSENTEN ATAS BEA-MASUK SELAMA TAHUN 1951
      Undang-Undang Darurat Nomor 39 Tahun 1950 Tanggal 27 Desember 1950


                           PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :
a.    bahwa berhubung dengan keadaan keuangan Negara sangat diperlukan untuk memungut
      opsenten atas bea-bea masuk sesama Tahun 1951;
b.    bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak peraturan ini perlu segera diadakan;

Mengingat :
Pasal-pasal 96 dan 117 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;


                                     MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG MEMUNGUT OPSENTEN ATAS BEA-BEA
MASUK UNTUK TAHUN 1951.

                                           Pasal 1

         Selama tahun 1951 dipungut 50 opsenten atas bea-bea masuk menurut tarip, termasuk
dalam Pasal I quot;Indische Tariefwetquot;, yang ditetapkan dengan Undang-undang tertanggal 29
Desember 1933 (Ned. Staatsblad No. 722, Ind. Staatsblad 1934 No. 1), sebagai telah diubah dan
ditambah kemudian dan selama untuk beberapa pos-pos tarip atau anak-anak pos tarip dalam
Pasal 2 tidak ditetapkan secara lain.

                                           Pasal 2

1).    Dari pemungutan opsenten dikecualikan bea-bea masuk yang dipungut menurut pos-pos
       159 dan 160 Pasal 1 tarip tersebut, dengan pengertian, bahwa atas bea R 30,- setiap
       hectoliter untuk air wangi, rambut, kumur, toilet dan air semacam itu, dipungut 25
       opsenten.
2).    Bea masuk, dipungut menurut pos-pos 149 di bawah I dan 11 sub b, 191 dan 921 sub la
       dan b, ditambah dengan 100 opsenten.
3).    Bea masuk, dipungut menurut pos-pos 61 sub II sub b dan 113 ditambah dengan 150
       opsenten.
4).    Bea masuk dipungut menurut pos-pos I sub II, 2 sub 1, 3, 5 sub II, 6, 1 11 sub Ib, 121,
       173 sub IIa dan 207 ditambah dengan 200 opsenten.
5).    Bea masuk dipungut menurut pos 138 ditambah dengan 250 opsenten.
6).    Bea masuk dipungut menurut pos-pos I sub 1, 4, 5 sub I, 8 sub 1, 15 sub I dan 149 sub Ila
       ditambah denga 300 opsenten.
7).    Bea-masuk dipungut menurut pos 122 ditambah dengan 350 opsenten.
8).    Bea masuk dipungut menurut pos-pos 2 sub 11 dan 147 sub I ditambah dengan 400
       opsenten.

                                           Pasal 3

www.hukumonline.com                                                                           1
www.hukumonline.com



       Undang-undang Darurat ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1951.

        Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Undang-undang
Darurat ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.


                                  Ditetapkan di Jakarta
                            pada tanggal 27 Desember 1950.
                          PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

                                       SOEKARNO.

                                 MENTERI KEUANGAN,

                           SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA.

                                       Diundangkan
                              pada tanggal 28 Desember 1950.
                                MENTERI KEHAKIMAN,

                                   WONGSONEGORO.

    LEMBARAN NEGARA NOMOR 81 DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
          NOMOR 74 TAHUN 1950 YANG TELAH DICETAK ULANG




www.hukumonline.com                                                                 2
www.hukumonline.com



Berhubung dengan gentingnya keadaan keuangan Negara, maka sejak 1931 dengan cara teratur
dipungutlah opsenten atas bea-bea masuk. Pemungutan istimewa ini selalu ditetapkan untuk satu
tahun almanak dan karenanya dimaksudkan hanya untuk sementara.

       Dengan menyampingkan masa yang hanya meliputi beberapa tahun saja sebelum
pendudukan Jepang, opsenten itu setiap tahun pada umumnya berjumlah lima puluh.

        Karena opsenten atas apa yang disebut bea-bea masuk specifiek yaitu bea-bea masuk,
yang dipungut menurut satuan ukuran, tidak sesuai lagi dengan harga-harga barang, yang sejak
perang sangat meningkat, maka dalam semester kedua dari tahun 1949, setelah diperbincangkan
dengan kepala -kepala Departemen Kemakmuran, Pertanian dan Perikanan, diputuskan untuk
mengubah opsenten-opsenten atas bea-bea ini. Perubahan ini, yang ditetapkan dengan ordonansi
tertanggal 14 Juli 1949 (S. No. 187), pada umumnya didasarkan pada bea harga (waarderecht)
yang dipungut menurut asas-asas dari tarip bea-bea masuk, dihitung dari harga entrepot
pertengahan (gemiddelde entrepotwaarde) dari barang-barang itu, jika barang-barang
bersangkutan dikenakan bea tidak menurut satuan yang tertentu tetapi menurut harga. Berkenaan
dengan penaikan cukai-cukai bir, kemudian ditetapkan penaikan opsenten atas bea masuk bir
dengan ordonansi termuat dalam Staatsblad 1949 No. 256. Demikianlah opsenten-opsenten yang
sedapat mungkin disesuaikan dengan berubahnya keadaan, akhirnya dilanjutkan untuk tahun
1950 dengan ordonansi 9 Desember 1949 (S. No. 384).

         Selaku akibat dari diadakannya apa yang disebut sertipikat devisen, maka seketika itu
timbul lagi kepincangan dalam perbandingan antara bea-bea specitief dan bea-bea harga. Menilik
naik turunnya harga-harga pada waktu ini dan hal-hal yang tidak dapat diduga lebih dahulu, yaitu
hal-hal yang dapat mempengaruhi jalannya koers dari sertipikat devisen dalam tahun yang akan
datang, maka sekarang belumlah waktunya, atau tidaklah mungkin, untuk mencoba membetulkan
perbandingan yang ganjil itu. Tetapi bila dalam hal ini kelak terdapat kemungkinan-
kemungkinan, maka dengan nasehat dari Menteri Perdagangan dan Perindustrian akan diadakan
perbaikan umum dari bea-bea masuk specifiek cq. opsenten di atasnya.
         Perlu kiranya diperhatikan pula bahwa dari barang-barang yang dikenakan bea masuk
specifiek, hanyalah tembakau daun yang belum dikerjakan (pos tarip 121-I) dan film-film
bioskop (pos tarip 173-IIa) yang terikat, yaitu selaku akibat dari permusyawaratan perihal tarip
sebagai lanjutan dari G.A.T.T. (General Agreement on Tariffs and Trade), permufakatan mana
terjadi di Geneve, dan Indonesia pun telah ikut serta dalam permusyawaratan tersebut.Dari sebab
itu bea-bea masuk cq. opsenten di atasnya, yang kini berlaku bagi barang-barang tersebut, tidak
dapat diubah dengan begitu saja.

           Pemasukan pelbagai barang-barang lainnya, yang dikenakan bea specifiek adalah tidak
berarti.

        Berhubung dengan uraian di atas, maka rancangan Undang-undang Darurat yang
disertakan ini mengandung maksud supaya peraturan opsenten atas bea-bea yang berlaku untuk
tahun 1950, dilanjutkan pula untuk tahun 1951.




www.hukumonline.com                                                                           3

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (20)

Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950
 
Uu 07 1952
Uu 07 1952Uu 07 1952
Uu 07 1952
 
Uu 16 1951
Uu 16 1951Uu 16 1951
Uu 16 1951
 
Uu 34 1953
Uu 34 1953Uu 34 1953
Uu 34 1953
 
Uu 15 1951
Uu 15 1951Uu 15 1951
Uu 15 1951
 
Uu 14 1951
Uu 14 1951Uu 14 1951
Uu 14 1951
 
Uu 08 1952
Uu 08 1952Uu 08 1952
Uu 08 1952
 
Pwer point
Pwer pointPwer point
Pwer point
 
Uu 11 1952
Uu 11 1952Uu 11 1952
Uu 11 1952
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950
 
Uu 05 1959+Pjls
Uu 05 1959+PjlsUu 05 1959+Pjls
Uu 05 1959+Pjls
 
Uu 05 1953
Uu 05 1953Uu 05 1953
Uu 05 1953
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Tugas uu tambang dan perrburuhan rangkuman
Tugas uu tambang dan perrburuhan rangkumanTugas uu tambang dan perrburuhan rangkuman
Tugas uu tambang dan perrburuhan rangkuman
 
Sejarah ketatanegaraan indonesia
Sejarah ketatanegaraan indonesiaSejarah ketatanegaraan indonesia
Sejarah ketatanegaraan indonesia
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
Uu 01 1952
Uu 01 1952Uu 01 1952
Uu 01 1952
 
Uu 12 1958
Uu 12 1958Uu 12 1958
Uu 12 1958
 
Uu 14 1958
Uu 14 1958Uu 14 1958
Uu 14 1958
 
Uu 01 1953
Uu 01 1953Uu 01 1953
Uu 01 1953
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (6)

Uu 12 1970
Uu 12 1970Uu 12 1970
Uu 12 1970
 
Uu 15 1952
Uu 15 1952Uu 15 1952
Uu 15 1952
 
The Economics of The Global Loss of Biological Diversity Brussels Workshop Ma...
The Economics of The Global Loss of Biological Diversity Brussels Workshop Ma...The Economics of The Global Loss of Biological Diversity Brussels Workshop Ma...
The Economics of The Global Loss of Biological Diversity Brussels Workshop Ma...
 
Uu 32 1954 Jo Uu 22 1946
Uu 32 1954 Jo Uu 22 1946Uu 32 1954 Jo Uu 22 1946
Uu 32 1954 Jo Uu 22 1946
 
Uu 32 1954
Uu 32 1954Uu 32 1954
Uu 32 1954
 
Day
DayDay
Day
 

Mehr von guest150909

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kamparguest150909
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4guest150909
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950guest150909
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950guest150909
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950guest150909
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasiguest150909
 

Mehr von guest150909 (20)

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kampar
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4
 
Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Uu 08 1950
Uu 08 1950Uu 08 1950
Uu 08 1950
 
Uu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 UudsUu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 Uuds
 
Uu 06 1950
Uu 06 1950Uu 06 1950
Uu 06 1950
 
Uu 01 1950
Uu 01 1950Uu 01 1950
Uu 01 1950
 
Uu 04 1950
Uu 04 1950Uu 04 1950
Uu 04 1950
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasi
 
Uu 02 1950
Uu 02 1950Uu 02 1950
Uu 02 1950
 
Perpu 01 1950
Perpu 01 1950Perpu 01 1950
Perpu 01 1950
 
Uudrt 01 1951
Uudrt 01 1951Uudrt 01 1951
Uudrt 01 1951
 
Uu 13 1951
Uu 13 1951Uu 13 1951
Uu 13 1951
 

Uudarurat 39 1950

  • 1. www.hukumonline.com MEMUNGUT OPSENTEN ATAS BEA-MASUK SELAMA TAHUN 1951 Undang-Undang Darurat Nomor 39 Tahun 1950 Tanggal 27 Desember 1950 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan keadaan keuangan Negara sangat diperlukan untuk memungut opsenten atas bea-bea masuk sesama Tahun 1951; b. bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak peraturan ini perlu segera diadakan; Mengingat : Pasal-pasal 96 dan 117 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG MEMUNGUT OPSENTEN ATAS BEA-BEA MASUK UNTUK TAHUN 1951. Pasal 1 Selama tahun 1951 dipungut 50 opsenten atas bea-bea masuk menurut tarip, termasuk dalam Pasal I quot;Indische Tariefwetquot;, yang ditetapkan dengan Undang-undang tertanggal 29 Desember 1933 (Ned. Staatsblad No. 722, Ind. Staatsblad 1934 No. 1), sebagai telah diubah dan ditambah kemudian dan selama untuk beberapa pos-pos tarip atau anak-anak pos tarip dalam Pasal 2 tidak ditetapkan secara lain. Pasal 2 1). Dari pemungutan opsenten dikecualikan bea-bea masuk yang dipungut menurut pos-pos 159 dan 160 Pasal 1 tarip tersebut, dengan pengertian, bahwa atas bea R 30,- setiap hectoliter untuk air wangi, rambut, kumur, toilet dan air semacam itu, dipungut 25 opsenten. 2). Bea masuk, dipungut menurut pos-pos 149 di bawah I dan 11 sub b, 191 dan 921 sub la dan b, ditambah dengan 100 opsenten. 3). Bea masuk, dipungut menurut pos-pos 61 sub II sub b dan 113 ditambah dengan 150 opsenten. 4). Bea masuk dipungut menurut pos-pos I sub II, 2 sub 1, 3, 5 sub II, 6, 1 11 sub Ib, 121, 173 sub IIa dan 207 ditambah dengan 200 opsenten. 5). Bea masuk dipungut menurut pos 138 ditambah dengan 250 opsenten. 6). Bea masuk dipungut menurut pos-pos I sub 1, 4, 5 sub I, 8 sub 1, 15 sub I dan 149 sub Ila ditambah denga 300 opsenten. 7). Bea-masuk dipungut menurut pos 122 ditambah dengan 350 opsenten. 8). Bea masuk dipungut menurut pos-pos 2 sub 11 dan 147 sub I ditambah dengan 400 opsenten. Pasal 3 www.hukumonline.com 1
  • 2. www.hukumonline.com Undang-undang Darurat ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1951. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Undang-undang Darurat ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Desember 1950. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SOEKARNO. MENTERI KEUANGAN, SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA. Diundangkan pada tanggal 28 Desember 1950. MENTERI KEHAKIMAN, WONGSONEGORO. LEMBARAN NEGARA NOMOR 81 DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR 74 TAHUN 1950 YANG TELAH DICETAK ULANG www.hukumonline.com 2
  • 3. www.hukumonline.com Berhubung dengan gentingnya keadaan keuangan Negara, maka sejak 1931 dengan cara teratur dipungutlah opsenten atas bea-bea masuk. Pemungutan istimewa ini selalu ditetapkan untuk satu tahun almanak dan karenanya dimaksudkan hanya untuk sementara. Dengan menyampingkan masa yang hanya meliputi beberapa tahun saja sebelum pendudukan Jepang, opsenten itu setiap tahun pada umumnya berjumlah lima puluh. Karena opsenten atas apa yang disebut bea-bea masuk specifiek yaitu bea-bea masuk, yang dipungut menurut satuan ukuran, tidak sesuai lagi dengan harga-harga barang, yang sejak perang sangat meningkat, maka dalam semester kedua dari tahun 1949, setelah diperbincangkan dengan kepala -kepala Departemen Kemakmuran, Pertanian dan Perikanan, diputuskan untuk mengubah opsenten-opsenten atas bea-bea ini. Perubahan ini, yang ditetapkan dengan ordonansi tertanggal 14 Juli 1949 (S. No. 187), pada umumnya didasarkan pada bea harga (waarderecht) yang dipungut menurut asas-asas dari tarip bea-bea masuk, dihitung dari harga entrepot pertengahan (gemiddelde entrepotwaarde) dari barang-barang itu, jika barang-barang bersangkutan dikenakan bea tidak menurut satuan yang tertentu tetapi menurut harga. Berkenaan dengan penaikan cukai-cukai bir, kemudian ditetapkan penaikan opsenten atas bea masuk bir dengan ordonansi termuat dalam Staatsblad 1949 No. 256. Demikianlah opsenten-opsenten yang sedapat mungkin disesuaikan dengan berubahnya keadaan, akhirnya dilanjutkan untuk tahun 1950 dengan ordonansi 9 Desember 1949 (S. No. 384). Selaku akibat dari diadakannya apa yang disebut sertipikat devisen, maka seketika itu timbul lagi kepincangan dalam perbandingan antara bea-bea specitief dan bea-bea harga. Menilik naik turunnya harga-harga pada waktu ini dan hal-hal yang tidak dapat diduga lebih dahulu, yaitu hal-hal yang dapat mempengaruhi jalannya koers dari sertipikat devisen dalam tahun yang akan datang, maka sekarang belumlah waktunya, atau tidaklah mungkin, untuk mencoba membetulkan perbandingan yang ganjil itu. Tetapi bila dalam hal ini kelak terdapat kemungkinan- kemungkinan, maka dengan nasehat dari Menteri Perdagangan dan Perindustrian akan diadakan perbaikan umum dari bea-bea masuk specifiek cq. opsenten di atasnya. Perlu kiranya diperhatikan pula bahwa dari barang-barang yang dikenakan bea masuk specifiek, hanyalah tembakau daun yang belum dikerjakan (pos tarip 121-I) dan film-film bioskop (pos tarip 173-IIa) yang terikat, yaitu selaku akibat dari permusyawaratan perihal tarip sebagai lanjutan dari G.A.T.T. (General Agreement on Tariffs and Trade), permufakatan mana terjadi di Geneve, dan Indonesia pun telah ikut serta dalam permusyawaratan tersebut.Dari sebab itu bea-bea masuk cq. opsenten di atasnya, yang kini berlaku bagi barang-barang tersebut, tidak dapat diubah dengan begitu saja. Pemasukan pelbagai barang-barang lainnya, yang dikenakan bea specifiek adalah tidak berarti. Berhubung dengan uraian di atas, maka rancangan Undang-undang Darurat yang disertakan ini mengandung maksud supaya peraturan opsenten atas bea-bea yang berlaku untuk tahun 1950, dilanjutkan pula untuk tahun 1951. www.hukumonline.com 3