SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 7
Downloaden Sie, um offline zu lesen
1


           PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG
                                             UNDANG-
                      NOMOR:6 TAHUN 1963 (6/1963)
                    TANGGAL:15 JUNI 1963 (JAKARTA)
                               Tentang
                           TELEKOMUNIKASI
                     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :
    a. a.bahwa peraturan-peraturan mengenai telekomunikasi yang berlaku dewasa
       ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan kemajuan yang pesat dibidang
       teknik pada umumnya, dibidang telekomunikasi pada khususnya;
    b. bahwa oleh karena itu untuk kepentingan keamanan, kelancaran dan
       perkembangan telekomunikasi perlu diadakan peraturan baru tentang
       telekomunikasi;
    c. bahwa karena keadaan memaksa soal tersebut diatur dengan Peraturan
       Pemerintah Pengganti Undang-undang;
Mengingat :
1. Pasal 22 ayat 1 Undang-undang Dasar;
2. Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. I/MPRS/
    1960 dan No. II/MPRS/ 1960;
3. Undang-undang No. 10 Prp tahun 1960;
Memutuskan :
Dengan mencabut : De Bepalingen omtrent de aanleg en het gebruik van Telegrafen
in Nederlandsch lndie (Stbl. 1876 No. 257) yang dinyatakan berlaku juga bagi
hubungan telepon (Stbl. 1926 No. 448) dan yang telah diubah dan ditambah terakhir
dengan Stbl. 1927 No. 264 yo Stbl. 1928 No. 415;
Menetapkan : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tentang
Telekomunikasi.

                                          BAB I
                                    ISTILAH-ISTILAH.
                                    ISTILAH-
                                         Pasal 1
Yang dimaksudkan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini
dengan :
a. telekomunikasi ialah setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan tanda-
   tanda, isyarat-isyarat, tulisan-tulisan gambar-gambar dan suara-suara atau berita-
   berita dari setiap jenis-melalui kawat, radio datau sistim elektromagnetik lainnya;
b. alat telekomunikasi ialah setiap perkakas, perlengkapan atau *10989 pesawat
   yang dipergunakan dalam hubungan pelaksanaan telekomunikasi;
c. perangkat telekomunikasi ialah sekelompok alat telekomunikasi yang
   memungkinkan penyelenggaraan telekomunikasi;
d. saluran telekomunikasi ialah keseluruhan peralatan terdiri dari tumpuantumpuan
   beserta rangka dan isolator-isolatornya, kawat-kawat penghantar, kabel-kabel
   tanah atau kabel-kabel udara yang dipergunakan untuk mengalirkan listrik guna
   telekomunikasi;
e. stasiun radio ialah satu atau bebeapa pesawat pemancar atau pesawat penerima
   atau suatu hubungan dari pesawat-pesawat pemancar dan pesawat-pesawat
2


     penerima termasuk perlengkapannya, yang diperlukan disuatu tempat untuk
     menyelenggarakan suatu dinas perhubungan radio.

                                           BAB II
                                  IZIN DAN LARANGAN.
                                          Pasal 2
1.   Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam pasal-
     pasal 3, 4, 5, 6 dan 7 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini setiap
     penguasaan, pemasangan serta pemakaian pesawat pemancar radio dan
     pengusahaan perangkat telekomunikasi dilarang tanpa mendapat izin terlebih
     dahulu dari Menteri Pertama atau Menteri yang ditunjuk olehnya.
2.   Izin tersebut pada ayat (1) pasal ini diberikan untuk jangka waktu selama-
     lamanya sepuluh tahun dan sekurang-kurangnya enam bulan dengan
     kemungkinan diperbaharui apabila jangka waktu tersebut berakhir.
3.   Izin termaksud pada ayat (1) pasal ini sewaktu-waktu dapat dicabut oleh penjabat
     yang diberi wewenang untuk memberi izin apabila ternyata syarat-syarat yang
     ditentukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini atau
     yang tersebut dalam surat izin tidak dipenuhi.
4.   Syarat dan cara untuk memperoleh izin termaksud pada ayat (1) pasal ini diatur
     dengan Peraturan Pemerintah.

                                      Pasal 3
1. Izin seperti termaksud dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
   undang ini tidak diperlukan bagi instansi-instansi Pemerintah. Perusahaan
   Negara tidak termasuk dalam arti instansi Pemerintah.
2. Penguasaan, pemasangan, pengusahaan, dan pemakaian perangkat
   telekomunikasi oleh instansi-instansi Pemerintah diatur dengan atau atas kuasa
   Peraturan Pemerintah.

                                     Pasal 4
1. Penguasaan, pemasangan, pengusahaan dan pemakaian perangkat
   telekomunikasi oleh kapal air berbendera asing, yang berada diperairan
   Indonesia tidak diwajibkan meminta izin seperti dimaksudkan dalam pasal 2
   Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini, kecuali kalau kapal itu tetap
   diusahakan diperairan Indonesia melebihi waktu yang ditentukan dalam
   Peraturan Pemerintah tentang perizinan termaksud dalam pasal 2 ayat (4)
   Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini.
2. Perlengkapan, pemasangan, pengusahaan dan pemakaian perangkat
   telekomunikasi dikapal air yang berada diperairan Indonesia *10990 tidak
   diperkenankan menyimpang dari ketentuan-ketentuan pelayaran yang berlaku.
3. Kapal berbendera asing, yang dimaksudkan pada ayat (1) pasal ini, yang berada
   didaerah perairan pelabuhan dilarang mempergunakan pemancar radio, kecuali
   untuk kepentingan keadaan mara bahaya, berita-berita segera dan keamanan
   lalu-lintas pelayaran.

                                     Pasal 5
1. Pengusaan, pemasangan, pengusahaan dan. pemakaian perangkat
   telekomunikasi oleh kapal udara asing, yang berada diwilayah Indonesia tidak
3


   diwajibkan meminta izin seperti termaksud dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah
   Pengganti Undang-undang ini.
2. Kapal udara sipil nasional atau kapal udara asing selama berada diwilayah udara
   atau peraiaran Indonesia dilarang mempergunakan pemancar radio selain untuk
   navigasi, pengamanan lalu-lintas udara dan operasi udara secara efisien dan
   ekonomis.

                                      Pasal 6
Izin kepada perwakilan diplomatik negara asing di Indonesia untuk mendirikan
stasiun radio diberikan oleh Menteri Pertama atau Menteri yang ditunjuk olehnya,
atau usul Menteri Luar Negeri, dengan memperhatikan azas timbal-balik yang
berlaku antar negara.

                                       Pasal 7
Pemasangan dan pemakaian pesawat penerima telekomunikasi untuk siaran umum
diatur tersendiri dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah.

                                    BAB III
   PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI DAN PENCEGAHAN GANGGUAN.
                                    Pasal 8
Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan fasilitas telekomunikasi
yang diselenggarakan oleh Negara, swasta atau Negara bersama swasta.

                                      Pasal 9
Penyelenggaraan tugas-tugas yang berhubungan dengan lalu-lintas telekomunikasi
dalam negeri diatur dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan internasional seperti termaksud dalam pasal 21
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini.

                                    Pasal 10
1. Segala perbuatan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap telekomunikasi
   dilarang.
2. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah diatur cara-cara mencegah atau
   menghilangkan gangguan-gangguan terhadap telekomunikasi.

                                      BAB IV
                PEMASANGAN, PEMINDAHAN DAN GANTI RUGI.
                                     Pasal 11
1. Jika untuk pemasangan alat-alat telekomunikasi untuk kepentingan umum yang
   diselenggarakan oleh Negara dianggap perlu melakukan penggalian,
   pengukuran, pemindahan bangunan- *10991 bangunan atau pemasangan tanda-
   tanda ditanah milik seseorang, maka pemilik penghuni atau pemegang persil
   dengan menyimpang dari ketentuan yang termaktub dalam Undang-undang No.
   20 tahun 1961 (Lembaran-Negara tahun 1961 No. 288) tentang Pencabutan hak-
   hak atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya, waib memperkenankan,
   setelah diberitahukan sekurang-kurangnya dua kali dua puluh empat jam
   sebelumnya.
4


2. Pemilik, penghuni, atau pemegang persil yang persilnya dilintasi saluran
   telekomunikasi wajib membiarkan pemasangan alat-alat telekomunikasi dan alat-
   alat lain yang diperlukan baik atas maupun didalam tanah.
3. Saluran-saluran telekomunikasi beserta alat-alatnya yang melalui atau berada
   ditanah milik seseorang, tetap menjadi milik negara atau badan swasta yang
   mendapat izin untuk melaksanakan pemasangan dan pengusahaan.
4. Ketentuan seperti termaksud pada ayat (3) pasal ini berlaku juga bagi yang
   dipasang sebelum Peraturan Pemerintah Pengganti Unndang-undang ini berlaku.
5. Petugas-petugas telekomunikasi yang diselengggarakan oleh/untuk Negara,
   setelah memberitahukan kepada yang berkepentingan, leluasa keluar-masuk
   pekarangan-pekarangan untuk melakukan penggalian dan melakukan
   pemotongan tumbuh-tumbuhan ditanah seseorang untuk kepentingan
   pemeliharaan, perbaikan, perubahan atau pembaharuan alat-alat telekomunikasi
   yang sudah ada.

                                    Pasal 12
1. Untuk kepentingan umum Menteri Pertama atau Menteri yang ditunjuk olehnya
   dapat memerintahkan pembongkaran dan penyingkiran segala sesuatu yang
   menghalangi kelancaran telekomunikasi.
2. Jika perintah yang termaksud pada ayat (1) pasal ini tidak dilaksanakan dalam
   waktu yang ditentukan, maka mereka yang lalai dalam hal ini menanggung
   segala biaya yang timbul karena kelalaian tersebut.

                                   Pasal 13
1. Untuk kepentingan umum Menteri Pertama atau Menteri yang ditunjuk olehnya
   dapat memerintahkan pemindahan saluran atau perangka telekomunikasi yang
   telah ada.
2. Biaya pemindahan seperti termaksud pada ayat (2) pasal ini dibebankan kepada
   yang meinginkan pemindahan saluran atas perangkat telekomunikasi tersebut.

                                     Pasal 14
1. Pemilik tanah, pemegang persil, pemilik rumah atau penghuninya atau
   permintaan diberi ganti-rugi sebagai akibat pembongkaran atau penyingkiran
   segala setuatu demi kelancaran telekomunikasi.
2. Pemberian dan besarnya anti-rugi termaksud pada ayat (1) pasal ini diatur
   dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah.

                                      BAB V
                                RAHASIA-BERITA.
                                RAHASIA-
                                     Pasal 15.
Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam pasal 20
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini serta pasal-pasal 322 dan 323
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, setiap orang dilarang tanpa hak menerima
berita telekomunikasi yang *10992 tidak diperuntukkan bagi umum dan
mengumumkan isi, menyatakan adanya berita, menyebarkan atau menggunakan
segala keterrangan yang bersifat atapun, yang diperoleh dari penerimaan berita
telekomunikasi tanpa hak dan tidak diperuntukkan bagi umum tersebut.
5


                                   BAB VI
                 PEMAKAIAN TELEKOMUNIKASI UNTUK UMUM.
                            TELEKOMUNIKASI
                                  Pasal 16
Setiap orang dapat mempergunakan segala fasilitas telekomunikasi yang terbuka
bagi umum dengan memperhatikan ketentuan- ketentuan yang berlaku.

                                     Pasal 17
Tarip telekomunikasi dalam negeri, prioritas penggunaan fasilitas telekomunikasi,
demikian pula ketentuan-ketentuan umum tentang hubungan telekomunikasi yang
diselenggarakan untuk umum diatur dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah.

                                      Pasal 18
Negara atau pemegang izin tidak bertanggung-jawab atas kerugian-kerugian yang
timbul dalam penggunaan fasilitas telekomunikasi seperti termaksud dalam pasal 16
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini, kecuali dalam hal-hal yang
tercantum dalam pasal-pasal 433 dan 434 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

                                    Pasal 19
1. Dengan tidak mengurangi hak penggunaan fasilitas telekomunikasi tersebut
   dalam pasal 16 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini setiap berita
   atau percakapan yang isinya membahayakan keselamatan negara, mengganggu
   ketertiban umum atau berlawanan dengan tata susila, dapat ditolak atau
   dihentikan pengirimannya atau dihentikan kelanjuatan percakapannya.
2. Alasan penolakan atau penghentian termaksud pada ayat (1) pasal ini
   diberitahukan kepada yang bersangkutan dan yang berwajib.

                                       Pasal 20
1. Apabila timbul perang atau ada bahaya perang, ada huru-hara didalam negeri
   atau terjadi perang antara negara-negara asing yang menyangkut kepentingan
   Indonesia, Jaksa Agung atau penjabat yang ditunjuk olehnya dapat meminta
   penjelasan tentang atau salinan/ulangan dari setiap berita tertulis atau terekam.
2. Dalam rangka penyelesaian perkara pidana Jaksa Agung atau penjabat yang
   ditunjuk olehnya dapat memerintahkan kepada setiap orang untuk menyerahkan
   berita-berita tertulis atau terekam yang sekiranya dapat dijadikan alat
   pembuktian.

                      BAB VII HUBUNGAN INTERNASIONAL.
                                    Pasal 21
1. Ketentuan-ketentuan tentang telekomunikasi internasional ditetapkan dengan
   atau atas kuasa Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan-
   ketentuan dalam perjanjian telekomunikasi internasional dan peraturan-
   peraturan yang menyertainya serta perjanjian-perjanjian internasional *10993
   lainnya.
2. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan termaktub pada ayat (1) pasal ini,
   maka jika dianggap perlu Pemerintah Republik Indonesia dapat mengadakan
   persetujuan dalam bidang telekomunikasi dengan pemerintah negara asing.
6


                      BAB VIII DEWAN TELEKOMUNIKASI.
                                   Pasal 22
Untuk kepentingan keamanan, kelancaran dan perkembangan telekomunikasi di
Indonesia dibentuk suatu Dewan Telekomunikasi yang susunan tugas dan
wewenangnya diatur dengan keputusan Presiden.

                               BAB IX KETENTUAN PIDANA.
                                           Pasal 23
1.   Barangsiapa melanggar ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam pasal-pasal 2
     ayat (1), 4 ayat-ayat (1) dan (3), 5 ayat (2) 10 ayat (1), 11 ayat-ayat (1) dan (2) dan
     15 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini dipidana dengan
     kurungan selama-lamanya satu tahun atau denda setinggi-tingginya seratus ribu
     rupiah.
2.   Tindak pidana tersebut pada ayat (1) pasal ini yang dilakukan lagi oleh terpidana
     didalam waktu satu tahun, setelah putusan pidana dijatuhkan oleh Hakim
     terhaadap terpidana tersebut dan telah mempunyai kekuatan mengikat diancam
     dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 tahun 4 bulan atau denda setinggi-
     tingginya lima ratus ribu rupiah.
3.   Peraturan-peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
     undang ini tidak dapat menetakan ancaman pidana kurungan atau denda yang
     lebih berat dari pada yang tersebut dalam ayat (1) pasal ini.
4.   Tindak pidana yang dilakukan oleh atau atas tanggung-jawab sesuatu badan
     hukum, penuntutan dilakukan dan pidana dijatuhkan terhadap pengurus, kecuali
     apabila pengurus dapat membuktikan bahwa tindakan itu tidak karena
     kesalahannya.
5.   Semua alat telekomunikasi dan barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk
     melakukan tindak pidana tersebut dalam pasal ini, dapat disita/dirampas.
     (6)Tindak pidana yang disebut dalam pasal ini adalah pelanggaran.

                                     Pasal 24
1. Untuk menyidik pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
   undang ini serta peraturan-peraturan pelaksanaannya, selain petugas-petugas
   yang berwenang menyidik tindak pidana pada umumnya berwenang juga
   petugas-petugas tertentu yang ditunjuk oleh Menteri Pertama atau Menteri yang
   ditunjuk olehnya.
2. Petugas tersebut pada ayat (1) pasal ini melakukan penyidikan pelanggaran itu
   bersama-sama dengan petugas-petugas yang berwenang menyidik tindak
   pidana pada umumnya, kecuali dalam hal keadaan memaksa.
3. Hal-hal lain yang erat hubungannya dengan penyidikan ditetapkan dalam
   peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang. *10994

                        BAB X KETENTUAN PERALIHAN.
                               KETENTUAN
                                    Pasal 25
Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan mengenai telekomunikasi
berdasarkan Undang-undang, yang pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang ini sudah ada, tetap berlaku sepanjang peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang ini.
7




                          BAB XI KETENTUAN PENUTUP
                                     Pasal 26
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini disebut Peraturan
Telekomunikasi dan mulai berlaku pada hari diundangkannya dan mempunyai daya
surut sampai tanggal 1 Mei 1963. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya
memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini
dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 Juni 1963.
Pejabat Presiden Republik Indonesia,
DJUANDA.

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 15 Juni 1963.
Menteri/Pj. Sekretaris Negara,
A.W. SURJOADININGRAT S.H.
--------------------------------
CATATAN : di download dan Diedit ULANG

Weitere ähnliche Inhalte

Andere mochten auch

Andere mochten auch (6)

Landmarks Musica Schubert
Landmarks  Musica SchubertLandmarks  Musica Schubert
Landmarks Musica Schubert
 
Pictura Chinezeasca
Pictura ChinezeascaPictura Chinezeasca
Pictura Chinezeasca
 
uk food
uk fooduk food
uk food
 
Futbol Sala Grande
Futbol Sala GrandeFutbol Sala Grande
Futbol Sala Grande
 
Dfdxfxdfxfx
DfdxfxdfxfxDfdxfxdfxfx
Dfdxfxdfxfx
 
Uu 11 1953
Uu 11 1953Uu 11 1953
Uu 11 1953
 

Ähnlich wie Perpu 06 1963

Uu 36 thn. 1999 ttg.telekomunikasi
Uu 36 thn. 1999 ttg.telekomunikasiUu 36 thn. 1999 ttg.telekomunikasi
Uu 36 thn. 1999 ttg.telekomunikasiUlin Yusron
 
1 uu no.36-1999_tentang_telekomunikasi
1 uu no.36-1999_tentang_telekomunikasi1 uu no.36-1999_tentang_telekomunikasi
1 uu no.36-1999_tentang_telekomunikasiTomi Oktavianor
 
9. uu no 36_th_1999_ttg_telekomunikasi
9. uu no 36_th_1999_ttg_telekomunikasi9. uu no 36_th_1999_ttg_telekomunikasi
9. uu no 36_th_1999_ttg_telekomunikasimohamadafandi
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...iniPurwokerto
 
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...GLC
 
Sosialisasi perda n perbup
Sosialisasi perda n perbupSosialisasi perda n perbup
Sosialisasi perda n perbupSalman Akbar
 
Presentasi Pengawasan dan Pengendalian Kota Bogor 12 Agustus 2022.pptx
Presentasi Pengawasan dan Pengendalian Kota Bogor 12 Agustus 2022.pptxPresentasi Pengawasan dan Pengendalian Kota Bogor 12 Agustus 2022.pptx
Presentasi Pengawasan dan Pengendalian Kota Bogor 12 Agustus 2022.pptxtoni65397
 
Resume perkara 1190_perkara no 46
Resume perkara 1190_perkara no 46Resume perkara 1190_perkara no 46
Resume perkara 1190_perkara no 46Andrew Olla
 
pres_bekasikab_16Mei2022.pptx
pres_bekasikab_16Mei2022.pptxpres_bekasikab_16Mei2022.pptx
pres_bekasikab_16Mei2022.pptxtoni65397
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011transparansiacehtamiang
 
Peluang usaha lps analog 09 des 14 0 (1)
Peluang usaha lps analog 09 des 14 0 (1)Peluang usaha lps analog 09 des 14 0 (1)
Peluang usaha lps analog 09 des 14 0 (1)Mochammad Dawud
 
Implementasi Sistem Stasiun Jaringan di Indonesia
Implementasi Sistem Stasiun Jaringan di IndonesiaImplementasi Sistem Stasiun Jaringan di Indonesia
Implementasi Sistem Stasiun Jaringan di IndonesiaFeriandi Mirza
 
Undang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikan
Undang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikanUndang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikan
Undang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikanRizki Fitrianto
 
Menteri tenaga kerja republik indonesia
Menteri tenaga kerja republik indonesiaMenteri tenaga kerja republik indonesia
Menteri tenaga kerja republik indonesiaverbin
 
pp no 009 tahun 1969.pdf
pp no 009 tahun 1969.pdfpp no 009 tahun 1969.pdf
pp no 009 tahun 1969.pdfwardoyo23
 

Ähnlich wie Perpu 06 1963 (20)

Uu 03 1989
Uu 03 1989Uu 03 1989
Uu 03 1989
 
Uu 36 thn. 1999 ttg.telekomunikasi
Uu 36 thn. 1999 ttg.telekomunikasiUu 36 thn. 1999 ttg.telekomunikasi
Uu 36 thn. 1999 ttg.telekomunikasi
 
1 uu no.36-1999_tentang_telekomunikasi
1 uu no.36-1999_tentang_telekomunikasi1 uu no.36-1999_tentang_telekomunikasi
1 uu no.36-1999_tentang_telekomunikasi
 
9. uu no 36_th_1999_ttg_telekomunikasi
9. uu no 36_th_1999_ttg_telekomunikasi9. uu no 36_th_1999_ttg_telekomunikasi
9. uu no 36_th_1999_ttg_telekomunikasi
 
coba
cobacoba
coba
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
 
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...
 
Sosialisasi perda n perbup
Sosialisasi perda n perbupSosialisasi perda n perbup
Sosialisasi perda n perbup
 
Presentasi Pengawasan dan Pengendalian Kota Bogor 12 Agustus 2022.pptx
Presentasi Pengawasan dan Pengendalian Kota Bogor 12 Agustus 2022.pptxPresentasi Pengawasan dan Pengendalian Kota Bogor 12 Agustus 2022.pptx
Presentasi Pengawasan dan Pengendalian Kota Bogor 12 Agustus 2022.pptx
 
Resume perkara 1190_perkara no 46
Resume perkara 1190_perkara no 46Resume perkara 1190_perkara no 46
Resume perkara 1190_perkara no 46
 
5 perda izin tower
5 perda izin tower5 perda izin tower
5 perda izin tower
 
pres_bekasikab_16Mei2022.pptx
pres_bekasikab_16Mei2022.pptxpres_bekasikab_16Mei2022.pptx
pres_bekasikab_16Mei2022.pptx
 
Uu 04 1959
Uu 04 1959Uu 04 1959
Uu 04 1959
 
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011
Qanun kabupaten aceh tamiang nomor 22 tahun 2011
 
Peluang usaha lps analog 09 des 14 0 (1)
Peluang usaha lps analog 09 des 14 0 (1)Peluang usaha lps analog 09 des 14 0 (1)
Peluang usaha lps analog 09 des 14 0 (1)
 
Implementasi Sistem Stasiun Jaringan di Indonesia
Implementasi Sistem Stasiun Jaringan di IndonesiaImplementasi Sistem Stasiun Jaringan di Indonesia
Implementasi Sistem Stasiun Jaringan di Indonesia
 
Undang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikan
Undang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikanUndang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikan
Undang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikan
 
AKTA BEKALAN ELEKTRIK 1990.pptx
AKTA BEKALAN ELEKTRIK 1990.pptxAKTA BEKALAN ELEKTRIK 1990.pptx
AKTA BEKALAN ELEKTRIK 1990.pptx
 
Menteri tenaga kerja republik indonesia
Menteri tenaga kerja republik indonesiaMenteri tenaga kerja republik indonesia
Menteri tenaga kerja republik indonesia
 
pp no 009 tahun 1969.pdf
pp no 009 tahun 1969.pdfpp no 009 tahun 1969.pdf
pp no 009 tahun 1969.pdf
 

Mehr von guest150909

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kamparguest150909
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4guest150909
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950guest150909
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950guest150909
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950guest150909
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950guest150909
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950guest150909
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950guest150909
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950guest150909
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950guest150909
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 

Mehr von guest150909 (20)

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kampar
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4
 
Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Uu 08 1950
Uu 08 1950Uu 08 1950
Uu 08 1950
 
Uu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 UudsUu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 Uuds
 
Uu 06 1950
Uu 06 1950Uu 06 1950
Uu 06 1950
 
Uu 01 1950
Uu 01 1950Uu 01 1950
Uu 01 1950
 
Uu 04 1950
Uu 04 1950Uu 04 1950
Uu 04 1950
 

Perpu 06 1963

  • 1. 1 PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG UNDANG- NOMOR:6 TAHUN 1963 (6/1963) TANGGAL:15 JUNI 1963 (JAKARTA) Tentang TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. a.bahwa peraturan-peraturan mengenai telekomunikasi yang berlaku dewasa ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan kemajuan yang pesat dibidang teknik pada umumnya, dibidang telekomunikasi pada khususnya; b. bahwa oleh karena itu untuk kepentingan keamanan, kelancaran dan perkembangan telekomunikasi perlu diadakan peraturan baru tentang telekomunikasi; c. bahwa karena keadaan memaksa soal tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang; Mengingat : 1. Pasal 22 ayat 1 Undang-undang Dasar; 2. Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. I/MPRS/ 1960 dan No. II/MPRS/ 1960; 3. Undang-undang No. 10 Prp tahun 1960; Memutuskan : Dengan mencabut : De Bepalingen omtrent de aanleg en het gebruik van Telegrafen in Nederlandsch lndie (Stbl. 1876 No. 257) yang dinyatakan berlaku juga bagi hubungan telepon (Stbl. 1926 No. 448) dan yang telah diubah dan ditambah terakhir dengan Stbl. 1927 No. 264 yo Stbl. 1928 No. 415; Menetapkan : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tentang Telekomunikasi. BAB I ISTILAH-ISTILAH. ISTILAH- Pasal 1 Yang dimaksudkan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini dengan : a. telekomunikasi ialah setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan tanda- tanda, isyarat-isyarat, tulisan-tulisan gambar-gambar dan suara-suara atau berita- berita dari setiap jenis-melalui kawat, radio datau sistim elektromagnetik lainnya; b. alat telekomunikasi ialah setiap perkakas, perlengkapan atau *10989 pesawat yang dipergunakan dalam hubungan pelaksanaan telekomunikasi; c. perangkat telekomunikasi ialah sekelompok alat telekomunikasi yang memungkinkan penyelenggaraan telekomunikasi; d. saluran telekomunikasi ialah keseluruhan peralatan terdiri dari tumpuantumpuan beserta rangka dan isolator-isolatornya, kawat-kawat penghantar, kabel-kabel tanah atau kabel-kabel udara yang dipergunakan untuk mengalirkan listrik guna telekomunikasi; e. stasiun radio ialah satu atau bebeapa pesawat pemancar atau pesawat penerima atau suatu hubungan dari pesawat-pesawat pemancar dan pesawat-pesawat
  • 2. 2 penerima termasuk perlengkapannya, yang diperlukan disuatu tempat untuk menyelenggarakan suatu dinas perhubungan radio. BAB II IZIN DAN LARANGAN. Pasal 2 1. Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam pasal- pasal 3, 4, 5, 6 dan 7 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini setiap penguasaan, pemasangan serta pemakaian pesawat pemancar radio dan pengusahaan perangkat telekomunikasi dilarang tanpa mendapat izin terlebih dahulu dari Menteri Pertama atau Menteri yang ditunjuk olehnya. 2. Izin tersebut pada ayat (1) pasal ini diberikan untuk jangka waktu selama- lamanya sepuluh tahun dan sekurang-kurangnya enam bulan dengan kemungkinan diperbaharui apabila jangka waktu tersebut berakhir. 3. Izin termaksud pada ayat (1) pasal ini sewaktu-waktu dapat dicabut oleh penjabat yang diberi wewenang untuk memberi izin apabila ternyata syarat-syarat yang ditentukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini atau yang tersebut dalam surat izin tidak dipenuhi. 4. Syarat dan cara untuk memperoleh izin termaksud pada ayat (1) pasal ini diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 3 1. Izin seperti termaksud dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang ini tidak diperlukan bagi instansi-instansi Pemerintah. Perusahaan Negara tidak termasuk dalam arti instansi Pemerintah. 2. Penguasaan, pemasangan, pengusahaan, dan pemakaian perangkat telekomunikasi oleh instansi-instansi Pemerintah diatur dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah. Pasal 4 1. Penguasaan, pemasangan, pengusahaan dan pemakaian perangkat telekomunikasi oleh kapal air berbendera asing, yang berada diperairan Indonesia tidak diwajibkan meminta izin seperti dimaksudkan dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini, kecuali kalau kapal itu tetap diusahakan diperairan Indonesia melebihi waktu yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah tentang perizinan termaksud dalam pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini. 2. Perlengkapan, pemasangan, pengusahaan dan pemakaian perangkat telekomunikasi dikapal air yang berada diperairan Indonesia *10990 tidak diperkenankan menyimpang dari ketentuan-ketentuan pelayaran yang berlaku. 3. Kapal berbendera asing, yang dimaksudkan pada ayat (1) pasal ini, yang berada didaerah perairan pelabuhan dilarang mempergunakan pemancar radio, kecuali untuk kepentingan keadaan mara bahaya, berita-berita segera dan keamanan lalu-lintas pelayaran. Pasal 5 1. Pengusaan, pemasangan, pengusahaan dan. pemakaian perangkat telekomunikasi oleh kapal udara asing, yang berada diwilayah Indonesia tidak
  • 3. 3 diwajibkan meminta izin seperti termaksud dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini. 2. Kapal udara sipil nasional atau kapal udara asing selama berada diwilayah udara atau peraiaran Indonesia dilarang mempergunakan pemancar radio selain untuk navigasi, pengamanan lalu-lintas udara dan operasi udara secara efisien dan ekonomis. Pasal 6 Izin kepada perwakilan diplomatik negara asing di Indonesia untuk mendirikan stasiun radio diberikan oleh Menteri Pertama atau Menteri yang ditunjuk olehnya, atau usul Menteri Luar Negeri, dengan memperhatikan azas timbal-balik yang berlaku antar negara. Pasal 7 Pemasangan dan pemakaian pesawat penerima telekomunikasi untuk siaran umum diatur tersendiri dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah. BAB III PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI DAN PENCEGAHAN GANGGUAN. Pasal 8 Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan fasilitas telekomunikasi yang diselenggarakan oleh Negara, swasta atau Negara bersama swasta. Pasal 9 Penyelenggaraan tugas-tugas yang berhubungan dengan lalu-lintas telekomunikasi dalam negeri diatur dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan internasional seperti termaksud dalam pasal 21 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini. Pasal 10 1. Segala perbuatan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap telekomunikasi dilarang. 2. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah diatur cara-cara mencegah atau menghilangkan gangguan-gangguan terhadap telekomunikasi. BAB IV PEMASANGAN, PEMINDAHAN DAN GANTI RUGI. Pasal 11 1. Jika untuk pemasangan alat-alat telekomunikasi untuk kepentingan umum yang diselenggarakan oleh Negara dianggap perlu melakukan penggalian, pengukuran, pemindahan bangunan- *10991 bangunan atau pemasangan tanda- tanda ditanah milik seseorang, maka pemilik penghuni atau pemegang persil dengan menyimpang dari ketentuan yang termaktub dalam Undang-undang No. 20 tahun 1961 (Lembaran-Negara tahun 1961 No. 288) tentang Pencabutan hak- hak atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya, waib memperkenankan, setelah diberitahukan sekurang-kurangnya dua kali dua puluh empat jam sebelumnya.
  • 4. 4 2. Pemilik, penghuni, atau pemegang persil yang persilnya dilintasi saluran telekomunikasi wajib membiarkan pemasangan alat-alat telekomunikasi dan alat- alat lain yang diperlukan baik atas maupun didalam tanah. 3. Saluran-saluran telekomunikasi beserta alat-alatnya yang melalui atau berada ditanah milik seseorang, tetap menjadi milik negara atau badan swasta yang mendapat izin untuk melaksanakan pemasangan dan pengusahaan. 4. Ketentuan seperti termaksud pada ayat (3) pasal ini berlaku juga bagi yang dipasang sebelum Peraturan Pemerintah Pengganti Unndang-undang ini berlaku. 5. Petugas-petugas telekomunikasi yang diselengggarakan oleh/untuk Negara, setelah memberitahukan kepada yang berkepentingan, leluasa keluar-masuk pekarangan-pekarangan untuk melakukan penggalian dan melakukan pemotongan tumbuh-tumbuhan ditanah seseorang untuk kepentingan pemeliharaan, perbaikan, perubahan atau pembaharuan alat-alat telekomunikasi yang sudah ada. Pasal 12 1. Untuk kepentingan umum Menteri Pertama atau Menteri yang ditunjuk olehnya dapat memerintahkan pembongkaran dan penyingkiran segala sesuatu yang menghalangi kelancaran telekomunikasi. 2. Jika perintah yang termaksud pada ayat (1) pasal ini tidak dilaksanakan dalam waktu yang ditentukan, maka mereka yang lalai dalam hal ini menanggung segala biaya yang timbul karena kelalaian tersebut. Pasal 13 1. Untuk kepentingan umum Menteri Pertama atau Menteri yang ditunjuk olehnya dapat memerintahkan pemindahan saluran atau perangka telekomunikasi yang telah ada. 2. Biaya pemindahan seperti termaksud pada ayat (2) pasal ini dibebankan kepada yang meinginkan pemindahan saluran atas perangkat telekomunikasi tersebut. Pasal 14 1. Pemilik tanah, pemegang persil, pemilik rumah atau penghuninya atau permintaan diberi ganti-rugi sebagai akibat pembongkaran atau penyingkiran segala setuatu demi kelancaran telekomunikasi. 2. Pemberian dan besarnya anti-rugi termaksud pada ayat (1) pasal ini diatur dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah. BAB V RAHASIA-BERITA. RAHASIA- Pasal 15. Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam pasal 20 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini serta pasal-pasal 322 dan 323 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, setiap orang dilarang tanpa hak menerima berita telekomunikasi yang *10992 tidak diperuntukkan bagi umum dan mengumumkan isi, menyatakan adanya berita, menyebarkan atau menggunakan segala keterrangan yang bersifat atapun, yang diperoleh dari penerimaan berita telekomunikasi tanpa hak dan tidak diperuntukkan bagi umum tersebut.
  • 5. 5 BAB VI PEMAKAIAN TELEKOMUNIKASI UNTUK UMUM. TELEKOMUNIKASI Pasal 16 Setiap orang dapat mempergunakan segala fasilitas telekomunikasi yang terbuka bagi umum dengan memperhatikan ketentuan- ketentuan yang berlaku. Pasal 17 Tarip telekomunikasi dalam negeri, prioritas penggunaan fasilitas telekomunikasi, demikian pula ketentuan-ketentuan umum tentang hubungan telekomunikasi yang diselenggarakan untuk umum diatur dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah. Pasal 18 Negara atau pemegang izin tidak bertanggung-jawab atas kerugian-kerugian yang timbul dalam penggunaan fasilitas telekomunikasi seperti termaksud dalam pasal 16 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini, kecuali dalam hal-hal yang tercantum dalam pasal-pasal 433 dan 434 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Pasal 19 1. Dengan tidak mengurangi hak penggunaan fasilitas telekomunikasi tersebut dalam pasal 16 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini setiap berita atau percakapan yang isinya membahayakan keselamatan negara, mengganggu ketertiban umum atau berlawanan dengan tata susila, dapat ditolak atau dihentikan pengirimannya atau dihentikan kelanjuatan percakapannya. 2. Alasan penolakan atau penghentian termaksud pada ayat (1) pasal ini diberitahukan kepada yang bersangkutan dan yang berwajib. Pasal 20 1. Apabila timbul perang atau ada bahaya perang, ada huru-hara didalam negeri atau terjadi perang antara negara-negara asing yang menyangkut kepentingan Indonesia, Jaksa Agung atau penjabat yang ditunjuk olehnya dapat meminta penjelasan tentang atau salinan/ulangan dari setiap berita tertulis atau terekam. 2. Dalam rangka penyelesaian perkara pidana Jaksa Agung atau penjabat yang ditunjuk olehnya dapat memerintahkan kepada setiap orang untuk menyerahkan berita-berita tertulis atau terekam yang sekiranya dapat dijadikan alat pembuktian. BAB VII HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pasal 21 1. Ketentuan-ketentuan tentang telekomunikasi internasional ditetapkan dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan- ketentuan dalam perjanjian telekomunikasi internasional dan peraturan- peraturan yang menyertainya serta perjanjian-perjanjian internasional *10993 lainnya. 2. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan termaktub pada ayat (1) pasal ini, maka jika dianggap perlu Pemerintah Republik Indonesia dapat mengadakan persetujuan dalam bidang telekomunikasi dengan pemerintah negara asing.
  • 6. 6 BAB VIII DEWAN TELEKOMUNIKASI. Pasal 22 Untuk kepentingan keamanan, kelancaran dan perkembangan telekomunikasi di Indonesia dibentuk suatu Dewan Telekomunikasi yang susunan tugas dan wewenangnya diatur dengan keputusan Presiden. BAB IX KETENTUAN PIDANA. Pasal 23 1. Barangsiapa melanggar ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam pasal-pasal 2 ayat (1), 4 ayat-ayat (1) dan (3), 5 ayat (2) 10 ayat (1), 11 ayat-ayat (1) dan (2) dan 15 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini dipidana dengan kurungan selama-lamanya satu tahun atau denda setinggi-tingginya seratus ribu rupiah. 2. Tindak pidana tersebut pada ayat (1) pasal ini yang dilakukan lagi oleh terpidana didalam waktu satu tahun, setelah putusan pidana dijatuhkan oleh Hakim terhaadap terpidana tersebut dan telah mempunyai kekuatan mengikat diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 tahun 4 bulan atau denda setinggi- tingginya lima ratus ribu rupiah. 3. Peraturan-peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang ini tidak dapat menetakan ancaman pidana kurungan atau denda yang lebih berat dari pada yang tersebut dalam ayat (1) pasal ini. 4. Tindak pidana yang dilakukan oleh atau atas tanggung-jawab sesuatu badan hukum, penuntutan dilakukan dan pidana dijatuhkan terhadap pengurus, kecuali apabila pengurus dapat membuktikan bahwa tindakan itu tidak karena kesalahannya. 5. Semua alat telekomunikasi dan barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dalam pasal ini, dapat disita/dirampas. (6)Tindak pidana yang disebut dalam pasal ini adalah pelanggaran. Pasal 24 1. Untuk menyidik pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang ini serta peraturan-peraturan pelaksanaannya, selain petugas-petugas yang berwenang menyidik tindak pidana pada umumnya berwenang juga petugas-petugas tertentu yang ditunjuk oleh Menteri Pertama atau Menteri yang ditunjuk olehnya. 2. Petugas tersebut pada ayat (1) pasal ini melakukan penyidikan pelanggaran itu bersama-sama dengan petugas-petugas yang berwenang menyidik tindak pidana pada umumnya, kecuali dalam hal keadaan memaksa. 3. Hal-hal lain yang erat hubungannya dengan penyidikan ditetapkan dalam peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang. *10994 BAB X KETENTUAN PERALIHAN. KETENTUAN Pasal 25 Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan mengenai telekomunikasi berdasarkan Undang-undang, yang pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini sudah ada, tetap berlaku sepanjang peraturan- peraturan dan ketentuan-ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini.
  • 7. 7 BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini disebut Peraturan Telekomunikasi dan mulai berlaku pada hari diundangkannya dan mempunyai daya surut sampai tanggal 1 Mei 1963. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 Juni 1963. Pejabat Presiden Republik Indonesia, DJUANDA. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 15 Juni 1963. Menteri/Pj. Sekretaris Negara, A.W. SURJOADININGRAT S.H. -------------------------------- CATATAN : di download dan Diedit ULANG