MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
siskom
1. MAKALAH
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
INFORMASI
DAN KOMUNIKASI
Oleh :
Enggar pramudika (A410070066)
Yudha Trishananto (A410070077)
Priyawan lintang S (A410070084)
Anton Adi. S.K (A410070097)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
2. Dalam ilmu pengetahuan Al –Qur’an sebagai petunjuk peletak landasan
filosofik manusia dalam memang dan memahami alam semesta.
Al –Qur’an Kamus alam semesta
Apa yang ada dialam semesta ini semua terkandung dalam satu kitab yaitu
Al –Qur’an.Dalam Al –Qur’an terdapat dua ayat – ayat yang berjalan secara
pararel dan seimbang yaitu Ayat – ayat Kauniyah dan ayat – ayat Qazdiyah.
Dalam teknologi itu juga harus berbasiskan Al –Qur’an atau teknologi
yang Qur’anik yang disebut metode induksi Al –Qur’an. Mmengkaji Al –Qur’an
perlu dilakukan dan bahkan hukumnya fardlu’ain bagi ilmuan yang akan meriset
terhadap alam semesta.Dan produk teknologi harus bersunber pada Al –Qur’an .
Sedangkan teknologi dalam islam adalah bukan merupakan tujuan, tetapi sebagai
alat yang digunakan untuk meneropong terhadap ayat – ayat Allah. Jadi maju
teknologi maka semakin banyak informasi yang diperoleh.
Istilah pendidikan kerap diartikan secara longgar dan dapat mencakup
berbagai persoalan yang luas. Namun demikian, pendidikan sebenarnya dapat
ditinjau dari dua segi. Pertama dari sudut pandang masyarakat, dan kedua dari
segi pandang individu. (Langgulung, 2000 : 1).
Dari segi pendangan masyarakat, pendidikan berarti pewaris kebudayaan
dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap
berkelanjutan. Dari segi indiviu pendidikan berarti pegembangan potensi-petensi
yang terdalam. Pandangan lainnya adalah pendidikan yang ditinjau dari segi
masyarakat dan dari segi individu sekaligus. Dengan kata lain, pendidikan
dipandang sebagai sekumpulan pewaris kebudayaan dan pengembang potensi-
potensi.
Pada pengembangannya pendidikan dipahami orang tidak hanya dari tiga
sudut pandang di atas, bahkan melahirkan teori-teori baru yang tentu saja sangat
positif bagi kegiatan pengkajian. Namun, tidak hanya sampai di situ,
perkembangan ini pula telah melahirkan berbagai keracunan dari pengertian
pendidikan itu sendiri.
3. Doktrin Islam Tentang Pendidikan
Pembahasan tentang doktrin Islam tentang pendidikan, penulis mencoba
memulainya dari sumber-sumber yang ada dalam Alquran. Menurut Hasan
Langgulung, istilah pendidikan yang dalam bahasa Arab bisa dipergunakan ta’lim
sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah : 31.
“Dan Allah mengajarkan Adam segalamacam nama,
kemudian Ia berkata kepada malaikat : beritahukan Aku
nama-nama semua itu jika kamu benar” (QS. Al-Baqarah : 31)
Di samping kata ta’lim, kata tarbiyah juga dipergunakan untuk
pendidikan, seperti yang temuat dalam surat Bani Israil : 24.
“… Hai Tuhanku, sangilah keduanya sebagaimana mereka
mendidikku sewaktu kecil.” (QS. Bani Israil : 24).
Para ahli berpendapat bahwa kata ta’lim hanya menrujuk kepada
pengajaran, sedangkan kata tarbiyah merujuk pada pendidikan dalam lingkup
yang lebih luas lagi. Jadi, kata tarbiyah lebih luas pengertiannya ketimbang kata
ta’lim.Tema pendidikan ini secara implisit dapat dipahami dari wahyu yang
pertama diturunkan kepada Nabi sebagai spirit terhadap tugas kependidikan yang
pertama dan utama yang dilakukan Nabi.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang
menciptakan manusia dari gumpalan darah. Bacalah demi
Tuhanmu yang paling Pemurah. Yang mengajar dengan
perantaraan kalam. Yang mengajar manusia apa-apa yang
tidak diketahui.” (Al-‘Alaq : 1 – 5).
Bertolak dari spirit di atas, Nabi Muammad saw mulai melaksanakan tugas
sebagai pendidik yang dimulai dari lingkungan keluarga dekatnya, kemudian
melebar ke wilayah sosial yang lebih luas lagi. Mahmud Yunus, dalam bukunya
4. “Sejarah Pendidikan Islam,” menuliskan bahwa pendidikan Islam pada fase ini
meliputi empat hal :
Pertama, pendidikan kegamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama
Allah semata-mata.Kedua, pendidikan akaliyah dan ilmiah, yaitu mempelajari
kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta. Ketiga,
pendidikan akhlak dan budi pekerti, Nabi Muhammad Saw Mengajar sahabatnya
agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.Keempat, pendidikan jasmani
(kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempa kediaman
Oleh karena Alquran memuat sejumlah dasar umum pendidikan, maka
Alquran sendiri pada prinsipnya dapat dikatakan sebagai pedoman normatif-
teoritis dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Ayat-ayat yang tertuang dalam
Alquran merupakan prinsip dasar yang kemudian diterjemahkan oleh para ahli
menjadi suatu rumusan pendidikan Islam yang dapat mengantarkan pada tujuan
pendidikan yang sebenarnya.Secara eksplisit, percakapan dalam Alquran tentang
pendidikan sudah pasti melabar kepada pujian Alquran terhadap orang-orang
beriman dan kepada ilmu-ilmu itu sendiri.“Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di atara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.” (Al-Mujadalah : 11)Di sini dapat dipahami bahwa ayat di atas
merupakan kunci ayat yang berkaitan dengan ilmu. Imam al-Gahazali
menafsirkan bahwa nama-nama (asma) adalah sejumlah contoh, Ibnu Abbas
sendiri menafsirkan bahwa Adam telah diajarkan semua nama yang baik maupun
yang buruk.
Seperti halnya Alquran, Sunnah juga memberikan rambu-rambu tentang
pentingnya pendidikan. Secara sederhana para ahli pendidikan Islam mencoba
mengembangkan konsep-konsepnya dari kedua sumber ini, yaitu Alquran dan
Sunnah sebagai dasar ideal pendidikan Islam. Dasar ideal ini kemudian yang
menjadi akar pendidikan sebagai sumber nilai kebenaran dan kekuatan. Nilai-nilai
yang dipahami dari Alquran dan Sunnah ini adalah cermin nilai yang universal
yang dapat dioprasionalkan ke berbagai sisi kehidupan umat sekaligus sebagai
5. standar nilai dalam mengevaluasi jalannya kegiatan pendidikan Islam. Juga
dengan jelas dipahami bahwa ilmu sangat tinggi kedudukannya dalam Islam.
Untuk mamahami ilmu, manusia dituntut menggunakan pikirannya, belajar dan
memahaminya. Dalam pendidikan, ilmu adalah hal yang paling esensial. Pada
intinya, pendidikan dalam Islam sangat utama dan penting bagi kehidupan
manusia.
Seperti ditulis Hanun Asrohah, selain Alquran dan Sunnah yang secara
jelas menyerukan umat Islam untuk belajar, ada empat aspek lain yang
mendorong umat Islam untuk senantiasa belajar, sehingga pendidikan selalu
menjadi perhatian umat Islam. “Aspek itu adalah bahwa Islam memiliki Alquran
sebagai sumber kehendak Tuhan.” (Asrohah, 1999 : 7). Artinya, motovasi
pendidikan secara doktrinal memang sudah menjadi bagian dari ajaran Islam,
sehingga perjalanan umat Islam selalu berpedoman pada kedua sumber ini sebagai
ajaran dan sebgai spirit kependidikan sekaligus.
Filsafat Pendidikan Islam
Menyinggung soal paradigma, Mastuhu melihat bahwa dengan menggali
kembali ajaran Islam, baik Alquran, Hadits, sejarah Islam maupun tulisan para
ulama dan sarjana Muslim dari pelbagai disiplin ilmu, akan ditemukan paradigma
baru pendidikan Islam. Paradigma pendidikan Islam yang dimaksud Mastuhu
tidak lain adalah pemikiran yang terus-menerus harus dikembangkan melalui
pendidikan untuk merebut kembali iptek, sebagaimana zaman keemasan yang
pernah dicapai Islam. Pencarian paradigma baru dalam pendidikan Islam dimulai
dari konsep manusia menurut Islam, pandangan Islam terhadap iptek, dan setelah
itu baru dirumuskan konsep atau sistem pendidikan Islam secara utuh. Bagi
Mastuhu, paradigma pendidikan Islam tidak ada dikotomi antara ilmu dan agama,
ilmu tidak bebas nilai, tetapi bibas dinilai, mengjarkan agama dengan bahasa ilmu
pengetahuan dan tidak hanya mengajarkan sisi tradisional, melainkan sisi
rasional.Hal menarik lainnya yang ditulis Mastuhu adalah tema pendidikan Islam
yang integral-holistik, yaitu pendidikan Islam yang beroriensi kepada persoalan
6. dunia dan ukhrawi. Gagasan ini menarik memang untuk diangkat kembali ke
dalam pendidikan Islam, sebab dalam pengamatan Mastuhu banyak lembaga-
lembaga pendidikan Islam yang cendrung mementingkan dimensi keakhiratan
semata daripada keduniawian. Ini terjadi karena kehidupan ukhrawi dipandang
sebagai kehidupan yang sesungguhnya dan terakhir, sedangkan kehidupan dunia
bersifat sementara, bukan kehidupan yang terakhir
Lebih jauh lagi, manarik kiranya bila kita kutip rumusan dari tujuan
pendidikan menurut al-Ghazali seperti yang ditulis Abidin:
… tujuan pendidikan menurut al-Ghazali adalah sebagai berikut.
1. Dekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan dengan
kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunnah.
2. Menggali dan mengambangkan potensi atau fitrah manusia.
3. Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan
dengan sebaik-baiknya.
4. Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi
dan sifat-sifat tercela.
5. Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama, sehingga menjadi manusia
yang manusiawi. (Abidin, 1998 : 60-61).
Hampir senada dengan itu, Ibnu Khaldun, seperti yang ditulis Abidin Nata,
melihat bahwa dalam roses pendidikan (belajar) atau menuntut ilmu pengetahuan,
manusia di samping harus sungguh-sungguh juga harus memiliki bakat. Dan
berhasilnya suatu keahlian dalam satu bidang ilmu atau disiplin memerlukan
pengajaran.
7. Kesimpulan :
Al –Qur’an sebagai petunjuk peletak landasan filosofik
manusia dalam memang dan memahami alam semesta. Dalam
Al –Qur’an terdapat dua ayat – ayat yang berjalan secara
pararel dan seimbang yaitu Ayat – ayat Kauniyah dan ayat –
ayat Qazdiyah. Mmengkaji Al –Qur’an perlu dilakukan dan
bahkan hukumnya fardlu’ain bagi ilmuan yang akan meriset
terhadap alam semesta.Dan produk teknologi harus bersunber
pada Al –Qur’an . pendidikan mempunyuai dua segi pandang.
Pertama dari sudut pandang masyarakat, dan kedua dari segi
pandang individu. Dari segi pendangan masyarakat, pendidikan
berarti pewaris kebudayaan dari generasi tua kepada generasi
muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Dari segi
indiviu pendidikan berarti pegembangan potensi-petensi yang
terdalam. Pandangan lainnya adalah pendidikan yang ditinjau
dari segi masyarakat dan dari segi individu sekaligus. Dengan
kata lain, pendidikan dipandang sebagai sekumpulan pewaris
kebudayaan dan pengembang potensi-potensi.Allah berfirman
dalam surat Al- ‘Alaq:1 -5,yang artinya: “Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia
dari gumpalan darah. Bacalah demi Tuhanmu yang paling
Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Yang
mengajar manusia apa-apa yang tidak diketahui.” (Al-‘Alaq :
1 – 5).kandungan didalamnya adalah agar manusia berusaha
menjadi kolifah di bumi ini dan selalu ingat kepada Allah SWT
yang telah menciptakan kita dengan begitu
sempurnanya.contoh aj kita diberi dua tangan yang utu, bisa
bergerak,bisa untuk makan.Seandaiya saja tangan kita tidak
ada satu atau tidak bekerja sebagaimana mestinya maka kita
juga akan kesulitan dalam mencari nafkah.
8. Pertanyaan yang belum bisa dijawab oleh kelompok III
1. Bagaimana cara mengetahui itu ayat kauniyah atau ayat
qazdiyah,dan contoh dalam kehidupan sehari – hari .
2. Bagai mana cara menyeimbangkan dan berjalan paralel ayat –
ayat kauniyan dengan ayat – ayat qazdiyah.