PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KONTEKSTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 RENDANG
Perbandingan Numerasi di Malaysia dan United Kingdom
Ähnlich wie PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KONTEKSTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 RENDANG
Ähnlich wie PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KONTEKSTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 RENDANG (20)
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KONTEKSTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 RENDANG
1. e-Journal Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Matematika (Volume 3 Tahun 2019)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI
REPRESENTASI BERBANTUAN VIDEO KONTEKSTUAL TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII
SMP NEGERI 1 RENDANG
I.P.G.G. Satriawan, I.G.P. Sudiarta, I.P.P. Suryawan
Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: gedegiri@rocketmail.com, gussudiarta@yahoo.de,
putu.pasek@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi.experiment) yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Diskursus Multi Representasi berbantuan
video kontekstual terhadap pemahaman konsep matematika peserta didik kelas VII SMP
Negeri 1 Rendang Desain. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test
only control group design. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri
1 Rendang semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 yaitu sebanyak 235 orang yang
terdistribusi ke dalam 8 kelas. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random
sampling. Data mengenai pemahaman konsep matematika peserta didik dikumpulkan
dengan menggunakan tes essay dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji-t satu
ekor pada taraf signifikansi 5%. Hasil analisis menunjukkan bahwa thitung = 1, 91309 dan
ttabel = 1, 67203. Hal ini berarti pemahaman konsep matematika peserta didik kelas VII SMP
Negeri 1 Rendang yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berbantuan video kontekstual lebih baik dari pada pemahaman konsep
matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Oleh
karena itu, model pembelajaran Diskursus Multi Representasi berbantuan video
kontekstual berpengaruh positif terhadap pemahaman konsep matematika peserta didik.
Kata kunci : Diskursus Multi Representasi, video kontekstual, pemahaman konsep
matematika.
Abstract
This research is a quasi-experimental research which aims to find out the influence of
Discourse Multy Representation contextual video assisted in understanding students'
mathematical concepts in class VII in SMP N 1 Rengdang. The research used in this study
is the post-test only control group design. The population of this study was students of
class VII of SMP Negeri 1 Rendang in the odd semester of the 2019/2020 school year in
which 235 people were distributed into 8 classes. The research sample was determined by
cluster random sampling technique. Data on understanding students' mathematical
concepts are collected using essay tests and then analyzed using one-tailed t-test at a
significance level of 5%. The analysis showed that thitung = 1, 91309 and ttabel = 1, 67203.
This means that the understanding of the mathematical concepts of student class VII of
SMP Negeri 1 Rendang who are taught with contextual video-assisted Discourse Multy
Reprecentation learning models are better than the understanding of mathematical
concepts of students who are taught with conventional learning. Therefore, the contextual
video assisted Discourse Multy Reprcentation learning model has a positive effect on the
understanding of students' mathematical concepts.
2. e-Journal Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Matematika (Volume 3 Tahun 2019)
Keywords: Discourse Multy Representation, contextual video, understanding of
mathematical concepts.
PENDAHULUAN
Dalam lampiran Permendikbud
Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum
SMP dijelaskan bahwa salah satu tujuan
dari pembelajaran matematika adalah
agar peserta didik dapat memahami
konsep matematika. Konsep matematika
merupakan kompetensi dalam
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
menggunakan konsep maupun algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam memecahkan suatu masalah.
Dalam kecakapan ini yang termasuk
melakukan algoritma atau prosedur, yaitu
kompetensi yang ditunjukkan saat bekerja
dan menerapkan konsep-konsep
matematika seperti melakukan operasi
hitung, melakukan operasi aljabar,
melakukan manipulasi aljabar, dan
keterampilan melakukan pengukuran dan
melukis atau menggambarkan atau
merepresentasikan konsep keruangan.
Menurut NCTM (dalam Principles and
Standard for School Matematichs, 2000)
tentang prinsip pembelajaran, peserta
didik harus belajar matematika dengan
pemahaman dan secara aktif membangun
pengetahuannya dari pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Berdasarkan hal tersebut, pemahaman
konsep yang baik sangatlah penting di
dalam proses pembelajaran matematika.
Mengingat pentingnya pembelajaran
matematika, sangat diharapkan peserta
didik di setiap jenjang mempunyai
kemampuan matematika yang baik.
Faktanya meskipun pelajaran matematika
telah diberikan di setiap jenjang
pendidikan, prestasi matematika peserta
didik Indonesia saat ini masih termasuk
rendah. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
survei kemampuan matematika peserta
didik Indonesia dalam Tohir (2019) dari
Programme for Internasional Student
Assessment (PISA) yang menunjukkan
prestasi matematika peserta didik
Indonesia pada tahun 2015 berada di
peringkat 63 dari 70 negara dengan rerata
skor 386 dan pada tahun 2018
Indonesia.ada pada peringkat 73 dari 79
negara dengan rerata 373. OECD (2017)
menjelaskan bahwa dalam studi PISA,
gambaran tes yang mengukur kecerdasan
anak dalam mengukur kemampuan literasi
matematika yaitu komunikasi, matematis,
representasi, penalaran dan argumen,
merancang strategi untuk memecahkan
masalah, menggunakan bahasa simbolik,
formal, dan teknik. Dilihat dari hasil nilai
rata-rata UN matematika SMP di Bali yang
dikeluarkan kemendikbud juga
menunjukkan bahwa nilai rata-rata
mengalami penurunan. Sejak tahun 2016
sampai 2018 terjadi penurunan nilai rata-
rata UN.matematika, meski terdapat
peningkatan pada tahun 2019 namun nilai
rata-rata UN matematika di Bali masih
berada di bawah nilai standar yang di
tetapkan oleh kemendikbud.yaitu 50.
sehingga hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan peserta didik SMP di Bali
pada bidang matematika masih dikatakan
cukup rendah.
Penyebab rendahnya prestasi
matematika peserta didik pada ajang PISA
serta turunnya nilai rata-rata UN di di Bali
diduga karena peserta didik belum
memiliki pemahaman konsep yang baik,
sehingga belum bisa menyelesaikan
masalah atau soal-soal.yang di tuntut tes
yang diadakan. Salah satu masalah yang
menyebabkan masih rendahnya
pemahaman konsep matematika peserta
didik adalah keterlibatan peserta.didik
dalam pembelajaran Kurang siapnya
peserta didik serta pasifnya peserta didik
saat di kelas untuk bertanya dan
menyampaikan pendapat berdampak
pada buruknya hasil pembelajaran dan
prestasi belajar peserta didik. Selain itu,
model pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran kurang sesuai
dengan yang diajarkan sehingga
mengabaikan proses pemahaman konsep
peserta didik, maka perlu adanya suatu
upaya untuk meningkatkan pemahaman
konsep matematika peserta didik.
Masalah di atas mengindikasikan
perlu adanya upaya baru dalam
pembelajaran matematika yang bisa
mengoneksikan konsep-konsep
3. e-Journal Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Matematika (Volume 3 Tahun 2019)
matematika tersebut, sehingga.konsep-
konsep itu tertanam kuat pada peserta
didik. Pemahaman konsep dapat dicapai
oleh peserta didik dengan mengonstruksi
sendiri pengetahuannya melalui kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (student centered). Menurut
Suarsana, I.M, dkk (2018) Pemahaman
konsep memainkan peran penting dalam
membangun kerangka kognitif peserta
didik sehingga pemahaman mereka
tentang materi pembelajaran dapat
dikembangkan secara optimal. Kemudian
menyatakan konsep dalam matematika
didefinisikan sebagai ide-ide abstrak yang
bisa dipakai untuk mengklarifikasikan
objek-objek atau peristiwa-peristiwa.
Dengan konsep-konsep tersebut orang
bisa menentukan apakah suatu objek atau
peristiwa adalah contoh atau bukan
contoh dari konsep tersebut. Disamping
hal itu, belajar matematika perlu
memahami konsep-konsep serta struktur-
struktur yang terdapat dalam bahasan
yang dipelajari, dan mencari hubungan
antara konsep serta struktur tersebut.
Setelah peserta didik mampu memahami
konsep, barulah diperlukan keterampilan
untuk mengaplikasikan konsep tersebut.
Pemahaman konsep yang baik dalam
matematika sangat membantu peserta
didik dalam memahami suatu pokok
bahasan matematika. Oleh karena itu
peserta didik harus memahami konsep-
konsep matematika sebelum memiliki
keterampilan dalam memecahkan soal
ataupun mampu menggunakan apa yang
telah peserta didik pelajari.untuk
menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelas peran guru bukan pemberi
jawaban akhir atas peserta didik,
melainkan mengarahkan peserta didik
untuk mengonstruksi pengetahuan
matematika sehingga diperoleh
pemahaman konsep yang terstruktur
dalam pembelajaran matematika.
Peningkatan kualitas pembelajaran
tergantung kepada profesionalisme guru,
model, dan strategi pembelajaran yang
digunakannya. Menurut Huda (2016) Guru
juga sebagai seorang pendidik akan
mengutamakan untuk menggunakan cara
yang baik pada saat berinteraksi dengan
peserta didik, baik di dalam maupun diluar
sekolah. Banyak model dan strategi
pembelajaran yang telah diuji cobakan
dan dihasilkan dengan tujuan untuk
menaikkan kualitas pembelajaran serta
interaksi dengan peserta didik. Salah satu
model pembelajaran yang diduga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran serta
interaksi dengan peserta didik adalah
model pembelajaran Diskursus.Multi
Representasi.
Menurut Lestari, K.E., Yudhanegara,
M.R. (2012) Diskursus Multi Representasi
adalah model pembelajaran yang memiliki
orientasi pada pembentukan,
penggunaan, dan pemanfaatan berbagai
representasi dengan setting kelas dan
kerja kelompok. Dalam model
pembelajaran Diskursus Multi
Representasi ini dimulai dengan peserta
didik dibagi atas beberapa kelompok
selanjutnya guru membagikan
materi/wacana dibantu melalui media yang
nantinya akan di ringkas oleh tiap peserta
didik.Langkah selanjutnya peserta didik
membuat laporan atas masalah-masalah
yang sudah diberikan pada media maupun
wacana oleh guru yang nantinya akan di
pesentasiakn oleh perwakilan kelompok.
Dan pada langkah akhir guru melakukan
evaluasi terhadap tiap peserta didik.
Dari lima tahap pembelajaran dalam
model Diskursus Multi Representasi,
keterkaitan.pemahaman konsep peserta
didik terdapat pada tahap pengembangan
serta penutup. Pada tahap
pengembangan peserta didik mulai
mendiskusikan LKS yang diberikan oleh
guru dengan menggunakan daya
representasi peserta didik dalam menggali
informasi yang mana pada tahap ini dapat
diterapkan indikator menyatakan konsep
dengan kata-kata sendiri serta dapat
memberikan contoh maupun non contoh
dari konsep. Terakhir pada tahap penutup
peserta didik melakukan evaluasi
dalam.bentuk tes yang mana pada tahap
ini dapat di terapkan indikator
menggunakan konsep dengan benar
dalam berbagai situasi.
Hasil penelitian Tamin, M.F. (2015)
menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model
4. e-Journal Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Matematika (Volume 3 Tahun 2019)
pembelajaran Diskursus Multi
Representasi dengan puzzle kubus dan
balok untuk meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar materi pokok kubus dan balok
peserta didik kelas VIII D SMP
Muhammadiyah 8 Semarang tahun
pelajaran 2014/2015 berjalan dengan baik,
hal ini dibuktikan dengan peningkatan
keaktifan dan hasil belajar pada setiap
siklusnya. Pada penelitian ini terdapat
kekurangan, salah sataunya waktu
penelitian yang sangat singkat, sehingga
materi harus disampaikan dengan singkat
dan padat, tidak semua peserta didik bisa
memahami materi dengan cepat.
Hasil penelitian Huda (2016)
menunjukkan bahwa konsep model
Diskursus Multi Representasi dalam hal
meningkatkan keterampilan sosial mampu
tercapai melalui tugas kelompok serta
diskusi yang dapat mengutarakan
pendapat peserta didik. Serta
implementasi model model Diskursus Multi
Representasi dalam hal meningkatkan
keterampilan sosial mampu tercapai
melalui penyaluran pendapat peserta didik
ketika mengerjakan tugas. Pada penelitian
ini terdapat kekurangan, yaitu ada dua
faktor yang masih menghambat tetapi
masih dalam skala yang tidak signifikan,
ialah rasa takut yang masih dimiliki
sebagian peserta didik dan masih ada
beberapa peserta didik yang mengganggu
temannya ketika pelajaran berlangsung.
Hasil penelitian Tristiyanti, T. dkk.
(2016) menunjukkan bahwa peningkatan
kemampuan pemecahan masalah
matematika yang mendapatkan model
pembelajaran kooperatif tipe Diskursus
Multi Representasi berdasarkan analisis
data diperoleh peningkatannya sedang.
Penelitian ini terdapat kekurangan, yaitu
ketika menyelesaikan soal-soal yang
diberikan beberapa peserta didik masih
belum maksimal dalam pengerjaannya,
hal tersebut diakibatkan tidak semua
peserta didik dapat belajar secara mandiri
atau melalui diskusi kelompok. Selain itu,
terlihat beberapa peserta didik memilih
untuk diam dari pada harus bertanya pada
guru mengenai hal yang belum
dipahaminya atau tidak memperhatikan
ketika guru menjelaskan materi yang
mereka tanyakan.
Dalam hasil beberapa penelitian
dengan model pembelajaran Diskursus
Multi Representasi di atas, masih terdapat
beberapa kekurang pada penerapannya.
Selain itu beberapa penelitian di atas juga
masih belum ada yang menerapkan media
visual sebagai bantuan dalam media
pembelajannya. Kekurangan-kekurangan
penerapan model Diskursus Multi
Representasi di atas dapat di minimalisir
ataupun dapat dihilangkan salah satunya
dengan cara menambahkan media
pembelajaran. Media dalam pembelajaran
diartikan sebagai segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan, merangsang pikiran, perhatian,
perasaan, dan kemauan peserta didik
sehingga dapat meningkatkan proses
belajaran.
Salah satu media pembelajaran
yang mampu membuat peserta didik
memahami konsep adalah penggabungan
teknologi video dalam program pendidikan
guru. Menurut Julie (2017)
“Penggabungan teknologi video dalam
program pendidikan guru pada umumnya
menggunakan tiga bentuk video
tradisional: video yang dipublikasikan,
video preservice guru sendiri, dan video
kolega”. Dalam penelitian ini
mensimulasikan video yang dibuat sendiri
oleh guru, serta adapun jenis video yang
akan dirancang ialah video kontekstual.
Video merupakan suatu media yang
dirancang dengan berpedoman pada
kurikulum yang berlaku dan dalam
pengembangannya mengaplikasikan
pronsip-prinsip pembelajaran sehingga
media tersebut memungkinkan peserta
didik mencerna materi pelajaran secara
lebih mudah dan menarik. Sedangkan
menurut Sanjaya (2006) kontekstual
merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan peserta didik untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong
peserta didik untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan meraka.
Menurut pandangan beberapa ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, model
pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berbantuan video
5. e-Journal Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Matematika (Volume 3 Tahun 2019)
kontekstual adalah pembelajaran yang
mampu menciptakan komunikasi dan
keaktifan peserta didik melalui pesan
berupa gambar dan suara yang.dikaitkan
dengan lingkungan sekitar dalam
kehidupan nyata, sehingga kemampuan,
potensi peserta didik, dan bakat dapat
berkembang, yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman konsep
peserta didik.
Adapun hasil penelitian dari Dewi
(2013), menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran kuantum berbantuan
media video kontekstual dapat
memberikan pengaruh signifikan terhadap
hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan pemaparan
sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berpotensi memberikan
kontribusi positif untuk meningkatkan
pemahaman konsep matematika
karena model.pembelajaran Diskursus
Multi Representasi berorientasi pada
pembentukan, penggunaan dan
pemanfaatan berbagai representasi
dengan setting kelas dan kerja
kelompok. Hal ini sesuai dengan
penelitian Tamin, M.F. (2015)
menunjukkan bahwa adanya
peningkatan hasil belajar dan keaktifan
matematika peserta didik melalui model
pembelajaran Diskursus Multi
Representasi.
2. Penggunaan video konteksuatal dapat
berpotensi menarik perhatian peserta
didik khususnya dalam peningkatan
konsep matematika. Karena melalui
video kontekstual peserta didik terbantu
dalam memahami konsep pada materi,
sehingga masalah yang diberikan tidak
menjadi salah tafsir bagi peserta didik
dalam pemaknaannya serta dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta
didik. Hal ini sesuai dengan penelitian
Dewi (2013) menunjukkan bahwa
penggunaan model pembelajaran
kuantum berbantuan media video
kontekstual memberikan pengaruh
signifikan terhadap hasil belajar peserta
didik.
Berdasarkan Berdasarkan
pemaparan (1) dan (2) dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Diskursus
Multi Representasi berbantuan Video
Kontekstual dan pengaruhnya terhadap
pemahaman konsep sangat penting untuk
diteliti. Sehingga dalam penelitian ini akan
dikaji pengaruh model pembelajaran
Diskursus Multi Representasi berbantuan
Video Kontekstual terhadap pemahaman
konsep peserta didik dalam penelitian
yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Diskursus Multi
Reperesentasi Berbantuan Vidio
Kontekstual Terhadap Pemahaman
Konsep Matematika Peserta Didik Kelas
VII SMP Negeri 1 Rendang”.
METODE
Penelitian ini merupakan eksperimen
semu (quasi experiment). Penelitian semu
dapat digunakan untuk melihat pengaruh
yang ditimbulkan dari perlakuan berbeda
yang diberikan pada masing-masing
kelompok, di mana peneliti tidak dapat
mengontrol semua variabel dan kondisi
eksperimen secara ketat (Sugiyono,
2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta didik kelas VII
SMP Negeri 1 Rendang tahun pelajaran
2017/2018 yang berjumlah 485 peserta
didik yang tersebar ke dalam 13 kelas.
Sebelum melakukan penelitian,
sampel penelitian harus diuji terlebih
dahulu kesetaraannya. Data yang
digunakan dalam melakukan uji
kesetaraan adalah nilai Ujian Akhir (UN)
SD matematika peserta didik kelas VII
semester genap tahun ajaran 2019/2020.
Adapun uji kesetaraan sampel dengan
menggunakan uji-t dua ekor dengan taraf
signifikan 5%. Hasilnya adalah terpilihnya
dua kelas yang setara yaitu kelas VII A
dan VII C.
Selanjutnya dilakukan pengundian
untuk menentukan kelas yang akan
digunakan sebagai kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kelas eksperimen akan
diberikan perlakuan yaitu dengan model
Diskursus Multi Representasi berbantuan
video kontekstual sedangkan kelas kontrol
tidak ada perubahan perlakuan (model
pembelajaran konvensional). Hasil
pengundian adalah sebagai berikut. (1)
Kelas VII A sebagai kelompok eksperimen
6. e-Journal Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Matematika (Volume 3 Tahun 2019)
memperoleh perlakuan dengan model
pembelajaran Diskursus Multi
Representasi, (2) Kelas VII C sebagai
kelompok kontrol tidak diberikan
perubahan perlakuan (model
pembelajaran konvensional).
Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran di mana
model pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berbantuan video
kontekstual diterapkan pada kelompok
eksperimen dan model pembelajaran
konvensional diterapkan pada kelompok
kontrol. Sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan
pemecahan masalah matematika peserta
didik. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah post test only
control group design.
Dalam penelitian ini data yang
diperlukan adalah data kemampuan
pemecahan masalah matematika peserta
didik. Untuk mengumpulkan data tersebut
diperlukan sebuah instrumen penelitian
berupa tes pemahaman konsep
matematika. Tes pemahaman konsep
matematika yang digunakan dalam
penelitian ini berupa tes uraian (essay).
Tes kemampuan pemecahan masalah
matematika diperiksa dengan
menggunakan rubrik penskoran analitik
artinya rubrik penskoran yang digunakan
disesuaikan dengan permasalahan yang
diberikan dalam tes. Hal ini mengingat
tingkat kesulitan setiap masalah berbeda-
beda. Skor yang diberikan disesuaikan
dengan indikator pada tahapan-tahapan
pemecahan masalah.
Instrumen penelitian yang telah
disusun perlu diujicobakan untuk
mendapatkan gambaran secara empirik
tentang kelayakan tes tersebut
dipergunakan sebagai instrumen
penelitian.
Setelah instrumen penelitian
disusun, pertama akan dilakukan uji
pakar/ahli untuk mengetahui validitas isi
instrumen. Kemudian diuji cobakan
kepada peserta didik selain kelompok
eksperimen dan kelompok
control.Selanjutnya hasil uji coba tersebut
digunakan untuk menguji validitas dan
reliabilitas isntrumen penelitian. Untuk
menguji validitas butir soal uraian
digunakan rumus koefisien korelasi
product-moment Carl Pearson (Candiasa,
2010a) dengan rumus sebagai berikut.
))()()((
))((
2222
YYNXXN
YXXYN
rxy
Sedangkan untuk uji reliabilitasnya
digunakan rumus Alpha
Cronbachsebagai berikut (Candiasa,
2010a).
2
2
1
1 t
i
n
n
Sebelum melakukan uji hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
varians. Untuk menguji normalitas sebaran
data digunakan Uji Lilliefors, sedangkan
untuk menguji homogenitas varians
menggunakan Uji-F. Jika terbukti data
berdistribusi normal dan homogen, maka
untuk menguji hipotesisnya digunakan uji t
satu ekor (ekor kanan) dengan taraf
signifikan 5% )05,0( dan rumus
sebagai berikut.
2
2
1
2
21
n
S
n
S
XX
t
gabgab
hit
dimana,
)2(
)1()1(
21
2
22
2
112
nn
snsn
s
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rangkuman analisis terhadap data
tentang kemampuan pemecahan masalah
matematika peserta didik pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
tercantum pada Tabel 01 sebagai berikut
Tabel 01 Rangkuman Analisis terhadap Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
No. Variabel
Post-test
Eksperrimen Kontrol
1 N 30 29
7. e-Journal Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Matematika (Volume 3 Tahun 2019)
2 X 74,53 61,41
3 SD 19,91 17,55
Berdasarkan Tabel 01 terlihat bahwa
rata-rata nilai pemahaman konsep
matematika peserta didik pada kelompok
eksperimen yang mengikuti model
pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berbantuan video
kontekstual lebih tinggi daripada rata-rata
skor kemampuan pemecahan masalah
matematika peserta didik pada kelompok
kontrol yang mengikuti model
pemebelajaran konvensional.
Sebelum uji hipotesis dilakukan,
terlebih dahulu dilakukan pengujian
prasyarat yaitu uji normalitas dan
homogenitas varians terhadap data
nilaikemampuan pemecahan masalah
matematika peserta didik.
Hasil uji normalitas data kemampuan
pemecahan masalah matematika peserta
didik pada kelompok eksperimen diperoleh
Lhitung = 0,063 < Ltabel = 0,1618 (untuk n =
30 pada taraf signifikansi 5%), pada
kelompok kontrol diperoleh Lhitung = 0,1311
< Ltabel = 0,1645 (untuk n = 29 pada taraf
signifikansi 5%), maka H0 diterima yang
berarti data pemahaman konsep
matematika peserta didik berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Uji
homogenitas varians dilakukan dengan
Uji-F. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh bahwa nilai Fhitung = 0,7766 dan
nilai Ftabel = 1,8677. Apabila dibandingkan,
nilai Fhitung < Ftabel. Dengan demikian H0
diterima dan hal tersebut berarti tidak
terdapat perbedaan varians antara
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan
homogenitas varians diperoleh bahwa
data pemahaman konsep matematika
peserta didik kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol berdistristribusi normal
dan memiliki varians yang homogen. Oleh
karena itu, uji hipotesis dapat dilakukan
dengan uji-t satu ekor (ekor kanan).
Rangkuman hasi analisi uji-t ditunjukan
pada Tabel 02 sebagai berikut.
Tabel 02 Rangkuman Hasil Uji-t
Kelompok n 2
s hitungt tabelt
Eksperimen 30 74,53
693,47 1,91309 1,67203
Kontrol 37 61,41
Berdasarkan Tabel 02 dapat dilihat
bahwa 91309,1hitungt dan
67203,1tabelt
.
oleh karena hitungt > tabelt
maka H0 ditolak. Artinya kemampuan
pemahamn konsep matematika peserta
didik yang mengikuti model pembelajaran
Diskursus Multi Representasi berbantuan
video kontekstual lebih tinggi daripada
kemampuan pemahaman konsep
matematika peserta didik yang mengikuti
model pembelajaran konvensional.
Dari pengamatan selama proses
penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berbantuan video
kontekstual, dapat diamati bahwa peserta
didik lebih aktif saat proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini dikarenakan
pembelajaran dengan model
pembelajaran Diskursus Multri
Representasi ini memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk
mengemukakan gagasan dan
mengkontruksi pengetahuannya sendiri
karena pembelajaran berpusat kepada
peserta didik (student centered), dimana
guru hanya menjadi fasilitator yang
berperan sebagai pembimbing dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas.
Kegiatan pembelajaran dalam model
pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berbantuan video
kontekstual yang dilakukan yaitu melalui
diskusi kelompok yang mampu
8. e-Journal Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Matematika (Volume 3 Tahun 2019)
memberikan efek positif terhadap
pemahaman konsep matematika peserta
didik. Karena terdapat beberapa tahap
yang dilakukan, yaitu tahap persiapan,
tahap pendahuluan, tahap pengembangan
dan.tahap penutup.
Pada tahap persiapan, peserta didik
diorganisasikan ke dalam beberapa
kelompok dalam rangka menyelesaikan
permasalahan dalam bentuk LKS yang
diberikan guru melalui diskusi.
Tahap selanjutnya adalah tahap
pendahuluan, peserta didik mengingat
kembali materi yang telah dipelajari yang
memiliki keterkaitan dengan materi yang
akan diajarkan, proses pembelajaran ini
merupakan kegiatan mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan
yang sudah ada.
Pada tahap pengembangan, peserta
didik bersama kelompoknya memahami
materi yang diajarkan dengan
menyelesaikan permasalahan pada LKS,
LKS yang diberikan kepada peserta didik
menuntun peserta didik untuk memahami
konsep dari suatu materi dimana dalam
menanamkan konsep LKS yang dibuat
guru mencakup representasi dalam
penyelesaiannya, representasi yang
ditampilkan pada LKS tersebut berupa
gambar, persamaan matematis, menuntun
peserta didik menggunakan alat dalam
bentuk benda konkret dan penayangan
video kontekstual dalam penyelesaian
LKS tersebut.
Tahap selanjutnya yaitu tahap
penerapan, pada tahap ini perwakilan
kelompok peserta didik
mengomunikasikan hasil dari diskusi
kelompok yang telah dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa
jauh pemahaman yang telah dimiliki
peserta didik pada suatu materi. Pada
tahap ini kegiatan presentasi disertai
proses tanya jawab kelompok peserta
didik penyaji dan kelompok.peserta didik
lainnya, sehingga pembelajaran menjadi
lebih interaktif.
Tahap terakhir yaitu tahap penutup,
pada tahap ini.peserta didik merangkum
keseluruhan pembelajaran yang telah
dilakukan bersama.dengan guru dan
peserta didik memperoleh feedback
terhadap penguasaan diri terkait..materi
yang telah diajarkan dengan mengerjakan
tes yang diberikan.oleh guru.
Penerapan model pembelajaran
Diskursus Multi Representasi berbantuan
video kontekstual dalam pembelajaran
matematika ini mendorong peserta didik
dalam kelompoknya untuk berperan aktif
dalam mengajukan argumentasinya,
mencermati apa yang disampaikan
temannya. Peserta didik juga dapat
menghubungkan materi yang mereka
pelajari dengan topik lain maupun dalam
kehidupan sehari-hari melalui video
kontekstual yang di tayangkan sehingga
pemahaman konsep matematika peserta
didik meningkat. Dalam proses
pembelajaran, peserta didik dibantu dalam
memaknai pengetahuan dengan
memberikan latihan soal yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut berguna agar peserta didik benar-
benar paham akan pentingnya
mempelajari topik yang dipelajari sehingga
berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan kelompok
eksperimen, pada kelompok kontrol
peserta didik mengikuti model
pembelajaran konvensional. Dalam hal ini
model pembelajaran konvensional yang
digunakan oleh guru adalah model
pembelajaran discovery leraning. Dalam
pembelajaran konvensional, guru masih
mengambil alih pembelajaran karena
adanya peserta didik yang kurang
antusias mengikuti pembelajaran dan
tahap-tahap dari pembelajaran
konvensional kurang berjalan secara
optimal.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
dilihat bahwa model pembelajaran
Diskursus Multi Representasi berbantuan
video kontekstual berpengaruh positif
terhadap pemahaman konsep matematika
peserta didik. Temuan ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilaksanakan
sebelumnya. Tristiyanti, T. dkk. (2016)
menunjukkan bahwa interpretasi
peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika yang mendapatkan
model pembelajaran kooperatif tipe
Diskursus Multi Representasi berdasarkan
analisis data diperoleh peningkatannya
sedang. Hal ini didukung oleh penelitian
Huda (2016) yang mana diperoleh
9. e-Journal Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Matematika (Volume 3 Tahun 2019)
kesimpulan bahwa konsep model DMR
dalam hal meningkatkan keterampilan
sosial mampu tercapai melalui tugas
kelompok serta diskusi yang dapat
mengutarakan pendapat peserta didik.
Selain itu, Tamin, M.F. (2015). Dari
penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa
adanya peningkatan keaktifan dan hasil
belajar materi pokok kubus dan balok, hal
ini dibuktikan dengan peningkatan
keaktifan dan hasil belajar pada setiap
siklusnya. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa model Diskursus Multi
Representasi berdampak positif terhadap
kemampuan pemecahan masalah
matematika.
Adapun kendala-kendala yang
dihadapi adalah terbatasnya waktu
pelaksanaan pembelajaran dalam
membimbing peserta didik untuk
memecahkan permasalahan, sulitnya
peserta didik aktif dalam menyampaikan
pendapat, dan pada pelaksanaan proses
pembelajaran terjadinya kendala teknis
seperti mati listrik, LCD, dan kendala
lainnya..
Meskipun memiliki kendala dalam
penerapannya, secara umum penelitian ini
telah mampu menjawab rumusan masalah
sekaligus dapat menjadi solusi dalam
mengatasi rendahnya pemahman konsep
matematika peserta didik. Hal tersebut
didukung oleh hasil uji hipotesis yang
menunjukkan pemahaman konsep
matamatika peserta didik yang mengikuti
model pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berbantuan video
kontekstual lebih tinggi daripada
kemampuan pemecahan masalah
matematika peserta didik yang mengikuti
model pembelajaran konvensional. Jadi,
model pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berbantuan video
kontekstual dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif pembelajaran dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan khususnya
dalam pembelajaran matematika.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa pemahaman konsep matematika
peserta didik yang mengikuti model
pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berbantuan video
kontekstual lebih tinggi dari pada
pemahman konsep matematika peserta
didik yang mengikuti model pembelajaran
konvensional. Dengan kata lain ada
pengaruh positif model pembelajaran
Diskursus Multi Representasi berbantuan
video kontekstual terhadap pemahman
konsep matematika peserta didik kelas VII
SMP Negeri 1 Rendang.
Adapun saran yang dapat
disampaikan berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilaksanakan adalah sebagai
berikut.
Kepada praktisi pendidikan
matematika, khususnya guru mata
pelajaran matematika diharapkan dalam
pembelajaran di kelas dapat menerapkan
model pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berbantuan video
kontekstual sebagai salah satu alternatif
pembelajaran mengingat pengaruh positif
yang diberikan model pembelajaran
Diskursus Multi Representasi berbantuan
video kontekstual terhadap pemahaman
konsep matematika peserta didik.
Penelitian ini dilakukan pada
populasi dan materi pembelajaran yang
terbatas. Para peneliti lain disarankan
untuk melakukan penelitian terhadap
model pembelajaran Diskursus Multi
Representasi berbantuan video
kontekstual dengan populasi yang lebih
besar dan materi pembelajaran yang lebih
luas untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran Diskursus
Multi Representasi berbantuan video
kontekstual dalam pembelajaran
matematika secara lebih mendalam.
Peneliti maupun guru yang ingin
menerapkan model pembelajaran
Diskursus Multi Representasi berbantuan
video kontekstua diharapkan
memperhatikan beberapa kendala yang
didapat selama penelitian ini berlangsung.
Dengan itu, kendala-kendala tersebut
dapat lebih awal diantisipasi sehingga
pembelajaran bisa berjalan lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Candiasa, I.M. 2010. Pengujian Instrumen
Penelitian Disertai Aplikasi ITEMAN
dan BIGSTEPS. Singaraja: Unit
10. e-Journal Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Matematika (Volume 3 Tahun 2019)
Penerbitan Universitas Pendidikan
Ganesha.
Dewi, K. dkk. (2013). Pengaruh Model
Pembelajaran Kuantum Berbantuan
Media Video Kontekstual Terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa Di SDN 2
Dangin Puri. Artikel Penelitian.
Tersedia pada
https://ejournal.undiksha.ac.id/.
Huda, T. A. 2016. Implementasi Model
Diskursus Multi Reperesentasi Untuk
Meningkatkan Keterampilan Sosial
Peserta didik Pada Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak Di Mts Sabilul Ulum
Matong Jepara. Skripsi. Kudus:
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Kudus.
Julie, M. A. 2017. Video Simulations To
Develop Preservice Mathematics
Tercher’ Discourse Practices. Dalam
Journal Technology, Pegadogy and
Education [online]. Volume 27, 14
halaman, Tersedia pada
http://www.tandfonline.com
Lestari, K. E. & Yudhanegara, M. R. 2012.
Penelitian Pendidikan Matematika.
Jogja : Refiko Aditama
NCTM. 2000. Principles and Standards for
School Mathematics. United States
of America: The National Council of
Teachers of Mathematics, Inc.
Tersedia pada
https://www.nctm.org/standards/
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 21 Tahun 2016
tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta:
Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Sanjaya, W. 2006. Perencanaan dan
Desain Sistem Pembelajaran.
Bandung : Kencana Prenada Media
Group.
Suarsana, I. M., dkk. 2018. The Effect Of
Brain Based Learning On Second
Grade Junior Students’ Mathematics
Conceptual Understanding On
Polyhedron. Dalam Journal on
Mathematics Education [Online], Vol
9 (1), 12 halaman. Tersedia:
https://files.eric.ed.gov
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tohir, M. 2019. Hasil PISA Indonesia
Tahun 2018 Turun Dibanding Tahun
2015. Tersedia Online:
https://matematohir.wordpress.com
.