Dokumen ini membahas sejarah pengakuan iman dalam Gereja Yesus Kristus, mulai dari konsep dasar doktrin iman, kategori doktrin, unsur-unsur terkait doktrin, hingga perkembangan pengakuan iman sejak zaman Gereja Perdana, Konsili-konsili ekumenik, gerakan Reformasi, hingga zaman modern. Dokumen ini juga menjelaskan kontribusi pemikiran tokoh-tokoh teologi perdana seperti Yustinus
1. KISAH IMAN YANG HIDUP
Menelusuri Sejarah Ajaran Iman
dalam Gereja Yesus Kristus
Y.B. Prasetyantha, MSF
2. DOKTRIN:
pengajaran iman
yang hendaknya
dipercaya dan
diterapkan dalam
hidup → sifat:
evokatif dan
simbolik: pertamatama meneguhkan
relasi (umat)
manusia dengan
Allah dalam Kristus
3. Tiga
Kategori Doktrin (George Lindbeck, The
Nature of Doctrine, Religion and Theology in
a Postliberal Age, London, 1984):
PERNYATAAN:
kata-kata yang tepat dan lengkap
dalam mengungkapkan pengalaman religius
sekaligus menjadi ukuran untuk penghayatan iman
selanjutnya (proposisional-eksperiensial)
KISAH: kata-kata yang nyata yang menyentuh dan
mengerakkan hidup (regulatif-eksperiensial)
UNGKAPAN PENGALAMAN AKAN KEHADIRAN
ALLAH: kata-kata yang otentik yang
mengungkapkan sekaligus mengantar pada
perjumpaan pribadi dengan Allah (kulturallinguistik)
4. Unsur-unsur
terkait yang disoroti:
Pokok-pokok dasar TATA BAHASA iman
→ sehingga aman dalam bicara bahasa
kristiani
Kekayaan PERBENDAHARAAN kata iman
→ menggerakkan inisiatif untuk bicara
dengan kata yang tepat
ATURAN MAIN dalam komunikasi iman →
pandai memperluas jaringan komunikasi
iman
6. Pengakuan Iman
dalam Gereja yang Hidup
Pengakuan
iman (syahadat-credo)
Beriman:
Percaya
dan mempercayakan diri kepada
Allah dan
Memberi kesaksian tentang apa yang
dipercayai itu dalam perkataan (dan
perbuatan)
→ rumusan yang diakui bersama oleh
seluruh umat beriman (kristiani)
7. Gereja
Perdana: berkembang HOMOLOGI
(pengakuan) sebagai penyerahan dan pujian,
→ pengakuan merupakan suatu penyataan
(a) publik
(b) mengikat
(c) menciptakan suatu ikatan baru
8. → Contoh: “Sebab jika kamu mengaku
“
dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah
Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa
Allah telah membangkitkan Dia dari antara
orang mati, maka kamu akan
diselamatkan” (Rom 10:9)
→ Homologi paling dasar adalah pengakuan
para martir: “Akulah orang kristiani!”
9. PISTIS
FORMUL: rumus
singkat iman yang
menguraikan pokok-pokok
iman (karya Allah dalam
Kristus) yang menjadi
dasar untuk pengakuan
iman
Berpusat pada Kristus
Mengenang peristiwa
historis
Melawan ancaman
iman dari dalam jemaat
10. → Contoh: “Tentang Anak-Nya, yang
“T
menurut daging diperanakkan dari
keturunan Daud, dan menurut Roh
kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia
adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus
Kristus Tuhan kita.” (Rom 1:3 dst)
11. Setelah
zaman Para Rasul: regula fidei →
suatu patokan kebenaran
Yang memuat pokok-pokok pewartaan
Tuntutan utama dari iman kristiani
Yang kedudukannya tidak di atas Kitab
Suci
Dipakai sebagai semacam “kanon dalam
kanon” (aturan hermeneutik untuk
membaca KS dengan tepat)
→ Contoh: Ireneus, Adversus haereses
pasal 10)
12. Pada
abad ke-3: pengakuan iman mulai
diterangkan pada katekumen, dihafal dan
diucapkan pada liturgi baptisan
Pada zaman ini juga pengakuan iman dipakai
oleh pengajar iman (uskup, teolog) untuk
menyatakan ortodoksi
→ Contoh: Pernyataan iman Antiokhia
(324/425) yang menjadi pendahulu rumusan
Konsili ekumenik Nisea
13. Konsili
Nisea (325): mulai dicari suatu
pengakuan iman sebagai patokan untuk iman
yang berlalu universal
Latar belakang: Kaisar Konstantin →
kesatuan dalam gereja dan kesatuan
dalam (rumus) ajaran menjaga kesatuan
negara
Nisea menentukan pengertian iman
selanjutnya karena rumusnya diterima luas
dalam gereja-gereja di seluruh dunia
14. Kesimpulan:
Pengakuan
iman mengikat (publik dan
definitif), membina pemahaman, membuat
orang menjadi anggota, dan menentukan
keanggotaan (normatif)
Pengakuan iman menciptakan ikatan
sejauh orang beriman ingin mengikatkan
diri secara definitif pada Allah sebagaimana
Kristus dan para rasul
Pengakuan iman adalah kesatuan hidup
dari ikatan pribadi
15. CONFESSIO
Konteks:
gerakan
reformasi
Pengakuan iman
mendapat arti baru,
ketika jemaat protestan
merumuskan dan
menganut “confessio”
untuk membedakan diri
dari Gereja Katolik Roma
16. → Contoh: Confessio Augustana (1530), yang
isinya:
Pengakuan iman Konsili Nisea
Pokok-pokok perselisihan Reformasi dan
Katolik
Perbedaan di antara gereja reformasi
sendiri
17. Dalam
Gereja Katolik,
keputusan Konsili Trente
(1545) menjadi semacam
confessio juga → Professio
Fidei Tridentinae, yang
isinya:
Syahadat Konsili Nisea
Keputusan-keputusan
dogmatik Konsili Trente
yang mengikat
19. Saat-saat
iman:
Konteks:
yang menentukan Pengakuan
zaman modern dengan rasionalisme
(tekanan pada pikiran rasional) dan pietisme
(tekanan pada kebatinan iman) serta
kekuatan politik totaliter
Gereja berhadapan dengan dunia yang tidak
mengenal warta kristiani
Pengakuan iman menjadi kesaksian iman →
martyria: orang beriman dituntut untuk
memberikan mempertanggungjawabkan iman
20. Pengakuan
Iman dalam Gereja yang
Hidup (kesimpulan umum):
Pengakuan
iman main peranan penting,
bahkan dipandang sebagai inti hidup
paguyuban orang beriman
Bagaimanapun, peran ini berubah dari zaman
ke zaman
Pengakuan iman tinggal kertas, kalau tidak
menggerakkan hidup dan kalau tidak
digerakkan oleh keterlibatan umat
22. Denzinger-Schönmetzer
kumpulan
(DS):
teks-teks dokumen gerejani dalam
suatu “Enchiridion symbolorum et
definitionum et declarationum de rebus fidei et
morum”
(handbook mengenai syahadat dan
ketetapan-ketetapan yang mengenai hal iman
dan moral berasal dari konsili-konsili
ekumenik dan para paus).
23. Heinrich
Denzinger (1819-1883) pertama
kali menerbitkan pada tahun 1854, direvisi
dan disempurnakan, terutama tahun 1963
oleh A. Schönmetzer ► “DS”
NB. Joseph Neuner dan Jacques Dupuis:
The Christian Faith in the Doctrinal
Documents of the Catholic Church. ≠
kronologis tetapi tematis.
24. Tujuan:
ingin
menyediakan suatu kerangka ajaran
iman, khususnya teks yang menangkis
kesesatan-kesesatan,
juga sebagai sarana untuk meningkatkan
kualitas teologi dengan menghubungkan
pengakuan iman dewasa ini dengan tradisi
dan perjuangan iman gereja sepanjang
sejarah.
25. Iman Kristiani di Lingkungan
Tidak Ramah
Konteks
Kota
baru:
yunani-romawi yang berbakti kepada
dewa-dewa yang menjamin tata
kesejahteraan kekaisaran.
Tradisi religius monoteis PL dan gaya hidup
orang kristiani kurang dipahami, dicurigai
bahkan dijelekkan.
Lahirlah karangan-karangan peneguhan
iman dan karangan-karangan yang berbentuk
“apologia” (pembelaan)
27. Antiokhia:
Kota
kedua paling besar dan berkuasa
setelah Roma pada zaman kekaisaran
Romawi, tetap hellenis
Tempat perjumpaan dunia yunani dan
pemikiran dualis (Persia) dan alam religiusitas
semit
28. Teologi
kerygmatik (≈
naratif) supaya
diteruskan apa yang
mendapat asal usul ilahi
pada Yesus Kristus →
meneruskan Injil
(evangelisasi)
Tokoh: Ignatius dari
Antiokhia, Polykarpus
dari Smyrna, Yustinus
Martir, Ireneus.
29. Alexandria:
Kota
seluruhnya hellenis, pertemuan segala
macam kelompok etnis, agama dan aliran
pemikiran
Teologi yang inkulturatif supaya wahyu
Allah menjadi nyata dalam hidup dan
kebijaksanaan manusia
Tokoh: Klemens dari Alexandria, Origenes,
Athanasius, Cyrillus.
30. Kartago:
Kota
serba romawi-
latin
Teologi ekklesialpolitik yang melawan
kebijaksanaan dunia
Tokoh: Tertullianus,
Cyprianus, Agustinus.
31. Justinus
Martir (†c.165):
Hidup:
Lahir
di Sichem dari keluarga politeis.
Kecewa dengan sekolah filsafat, bertobat
menjadi kristen, tergerak oleh keberanian
orang kristiani yang berhadapan dengan
kemartiran.
Berkeliling sebagai pengkotbah di banyak kota
dan pada akhirnya menetap di Roma, di mana
mati dipenggal bersama enam orang kristen
lainnya pada tahun 165.
32. Teologia:
Justinus
bicara mengenai Allah dalam alam
pikiran platonisme tengah (plus logika
Aristoteles) dan bicara moral kristiani dalam
alam pikiran Stoa.
Namun Justinus tidak hanya memakai filsafat
yunani, ia menilainya.
Pada pusat pemikirannya, Justinus memakai
ajaran KS mengenai Allah dan relasiNya
dengan dunia untuk menilai kembali namanama besar dari sejarah filsafat yunani.
33. Sumbangan
pemikiran:
Dalam percikan-percikan kebenaran yang
terdapat dalam pemikiran semua orang
(logoi spermatikoi) semua menangkap
kebenaran sejati (Kristus) dan sebaliknya
Orthos Logos yang satu dan sejati bekerja
secara universal.
34. Klemens
dari Alexandria (†215):
Hidup:
Lahir
dengan nama Titus Flavius Klemens
pada tahun 150 di Atena
Tak diketahui kisah pertobatannya, yang
hampir jelas dia kemudian berkeliling
sampai ke Italia selatan, Siria dan
Palestina.
DI Alexandria ia terpikat dengan pelajaran
dari Pantenus dan memutuskan untuk
tinggal disana.
35. Sekitar
tahun 200 menjadi direktur sekolah
untuk para katekumen
Tiga tahun kemudian terpaksa
meninggalkan Mesir untuk menghindari
penganiayaan yang diperintahkan oleh
Settimius Severus.
Mengungsi ke Kapadokia, dimana dia
meninggal.
36. Teologia:
Dia
adalah musuh gnosis kafir, dan
memutuskan untuk mengembangkan
gnosis kristiani dengan maksud
menyelaraskan iman dan pengetahuan/
rasio → dianggap sebagai pelopor teologi
spekulatif
Sistem teologisnya berpusat pada doktrin
tentang Logos yang membentuk forma
Trinitas bersama Bapa dan Roh Kudus.
37. Sumbangan
pemikiran:
Seluruh sejarah adalah bagaikan suatu
paideia, yakni suatu proses pendidikan
ilahi terhadap umat manusia.
Sesuai kisah KS, dalam Logos yang
menjadi manusia, Allah dalam kebebasanNya bertindak secara konkrit menghantar
(paid-agoge) umat manusia ke dalam
kesatuan dengan-Nya.
38. Iman
berasal dari Allah
melalui pewartaan dan
baptisan, bukan dari
usaha intelektual manusia
sendiri.
Bagaimanapun, iman itu
penuh kesadaran,
pendidikan tidak
mendasari tetapi
memperkaya hidup iman.
39. Klemens
juga mengembangkan ajaran
moral yang penuh tanggung jawab
menghargai dunia sekaligus peringatan
untuk menjauhi gaya hidup duniawi.
Dengan karya Klemens, apologetik tidak
lagi terbatas pada pembelaan, tetapi juga
sumbangan: agar iman kristiani
meresapi kebudayaan dan kebudayaan
membuat iman kristiani makin nyata dan
kaya.
40. Origenes
(†253/4):
Hidup:
Lahir
185 dari keluarga kristiani di
Alessandria
Ayahnya meninggal selama penganiayaan
Kaisar Setimius Severus (202)
Sekolah di Alexandria yang ketat
(mengkebiri diri)
Ditahbiskan imam, diekskomunikasi, pergi
ke Palestina
Meninggal di Tiro 253.
41. Karya:
Mengarang
sekitar
2000 buku (800 buku?)
Yang terkenal:
Hexapla dan Peri
Archoon (mengenai
asas-asas) suatu
pengantar untuk
memahami iman
kristiani.
42. Teologi:
Tiga tema yang mendapat perhatian:
Pengenalan akan Allah
manusia mengenal Allah karena Allah
dengan bebas memperkenalkan diri
pada manusia
pengenalan akan Allah (pihak manusia)
sekaligus merupakan pemberian Diri
(pihak Allah)
43. Hidup
kristiani dalam dunia
Ciptaan adalah karya kebaikan Allah
yang melimpah, sehingga kehidupan
bersifat rohani,
namun karena dosa kehidupan rohani
itu terkurung dalam materi, amat
dipengaruhi oleh dosa.
Maka hidup kristiani diterangkan
sebagai perlawanan antara roh dan
materi, bertumbuh dalam roh berarti
mengingkari hawa nafsu.
44. Kristus
Kristus
adalah Logos/Hidup ilahi yang
seluruhnya menjadi satu dengan
kemanusiaan.
Karena itu bukan usaha moral
melainkan kesatuan hidup dengan
Kristus yang merupakan jalan
keselamatan.
“Salvation is deification.”
45. Sumbangan:
Perhatian
utama pada Kitab Suci,
sebagai satu-satunya sumber wahyu
yang tak pernah habis.
Karangan KS lebih unggul dari pada
kisah tokoh-tokoh filsafat atau dongengdongeng yunani.
46. Dalam
KS terungkap Allah yang pribadi,
yang dinamik dan merdeka, yang
mengenal hati manusia, yang mengawali
perubahan dan membangkitkan hidup
baru.
Maka usaha teologis harus membantu
orang untuk menemukan arti dari sabda
Allah (dalam KS) bagi hidup manusia di
dunia.
47. Tertullianus
(155?-225?):
Hidup:
Quintus
Settimius Florenzius Tertullianus
lahir di Kartago 155
Menjadi pengacara di Roma
Bertobat menjadi kristiani 193
Kembali ke Kartago
Tahun 207 menganut montanisme
Meninggal 225
48. Teologi:
Mengenakan
untuk pertama kali istilah
trinitas pada tiga pribadi Allah
Dalam buku De pudicitia bicara tentang
Trinitas dari keilahian, Bapa, Putera dan
Roh Kudus
Menyebut Putera sebagai sehakekat
dengan Bapa
49. Sumbangan:
Tertullianus
mempergunakan karangankarangan filsafat dan sastra sebagai
wahana untuk mengantar warta injil.
Untuk berteologi dan membela iman
kristiani orang mesti bertolak dari sastra
dan alam pikiran yang mengelilingi
sekaligus bersikap kritis dengan mengacu
pada Kristus yang dikisahkan KS sebagai
andalan iman.
50. Kesimpulan:
Doktrin
Gereja → iman diungkap dalam
ajaran sedemikian rupa sehingga ternyata
dipertanggung-jawabkan dalam rangka
hidup dan budaya manusia.
Sebagai ajaran, iman yang dipercaya dapat
dimengerti (inkulturatif) sekaligus diteruskan
kabar gembira Allah dalam Kristus
(kerygmatik) dalam membangun iman gereja
dan melawan kebijaksanaan dunia (ekklesialpolitik).
51. Iman Menjadi “Se-ya … se-kata”
Konteks:
Hellenisme
→ Iman kristiani tak dapat tidak
mendapat ungkapan hellenis – artinya:
keyakinan agama rakyat dan agama leluhur
diuji dengan filsafat
Positifnya: iman diterangkan dan karenanya
bisa dipahami
Bahayanya: berkembang dinamika yang
menyeleweng dari kerygma awal
52. Dekrit
Milan (Konstantin) 313:
Kebebasan beragama → kristiani diakui
bahkan kemudian menjadi agama resmi.
Masuk unsur politik dalam hidup Gereja:
rivalitas antar uskup, perbedaan pendapat
mengenai devosi dan saingan antar biara.
Efek positif: Dalam
perselisihan/perdebatan teologikristologi-soteriologi diuji keaslian
pengakuan iman orang kristiani sezaman.
54. Aliran
Antiokhia (teologi dari bawah):
Tekanan
pada perbedaan mendasar antara
Allah dan manusia dalam diri Kristus
Secara khusus berpegang pada kepenuhan
dan otonomi dari kemanusiaan Kristus
Kristologi logos-anthropos (Sabda-manusia),
55. Suka
bicara tentang: Kristus sebagai Adam
kedua, dalam Kristus Allah mengambil (rupa)
seorang manusia sejati, Sabda tinggal dalam
manusia Yesus seperti sebuah kenisah yang
digunakan sebagai alat-sarana
Dasar: kodrat dasar dunia dan bicara
berangkat dari manusia
Bahaya: kesatuan Yesus dan Allah hanya
dalam arti moral.
56. Aliran
Alexandria (teologi dari atas):
Tekanan
pada kesatuan antara Sabda Allah
dan ke-badan-an Yesus
Konsep dasarnya: manusia Yesus ini adalah
Allah (setelah Kalsedon: Allah yang
menderita untuk kita)
Kristologi logos-sarx (Sabda-daging)
57. Suka
bicara: Sabda
menjadi manusia,
bukan masuk dalam
atau mengambil
seorang manusia
Dasar: dunia telah
kehilangan
otonominya
Bahaya: tidak
mengindahkan
kepenuhan
kemanusiaan
Yesus.
58. Arius
(256-336)
Pada
Arius proses hellenisasi memuncak
Dia dipengaruhi oleh kosmologi platonisme
tengah yang membedakan 2 asas dalam
Yang Ilahi:
Asas ketunggalan (monas) = Allah
sebelum segala sesuatu
Asas keduaan/jamak (dyas) yang berasal/
diciptakan dari asas ketunggalan = allah
kedua pengada (demiurgos) bagi segala
sesuatu yang diciptakan
60. Logos
adalah ciptaan yang paling sempurna,
gambar dari Allah yang tak kelihatan dan
model dari segala ciptaan
Logos menjadi daging bukan manusia, dalam
arti mengambil tempat jiwa manusiawi Yesus
Kristus bukan Allah dan manusia, tetapi suatu
ada perantara Allah dan manusia
= Modalisme dan Subordinationisme ≈ bdk.
Monoteisme Yahudi dan Islam.
61. Konsili
Dasar
Nisea (325)
pewartaan KS:
Kalau Allah
disamakan dengan
semacam asas
ketunggalan,
dikhianati gambaran
injili mengenai Allah
sebagai Bapa
62. KS
bicara tentang:
Allah yang Hidup dan Hidup memberikan
diri secara bebas dan utuh
Allah memberikan Diri demikian kesatuan
tidak dibagikan menjadi dua melainkan
ditingkatkan menjadi erat
Allah dari Allah, Allah sejati dari Allah
sejati.
63. Anak
bersatu-hidup dengan Bapa, seperti
yang dilahirkan dengan yang melahirkan,
bukan seperti yang diciptakan dengan yang
menciptakan
Kesatuan ini diterangkan oleh Nisea dengan
kata homo-usios – artinya sehakekat untuk
menekankan tiga unsur:
Prioritas pada Bapa, namun
sekaligus diungkapkan kesatuan antara
Anak dan Bapa serta
Diperlihatkan perbedaan antara Bapa dan
Anak.
64. Pelajaran
Satu
dari Konsili Nisea:
titik tolak baru dalam bahasa teologi:
kita mesti bicara mengenai Allah dalam
karyaNya, yakni bicara “teologia” dalam
“oikonomia”
Rahner: Trinitas dalam sejarah
keselamatan adalah Hidup Allah sendiri –
dan Hidup Allah sendiri adalah Trinitas
dalam sejarah keselamatan.
65. Nisea
menunjukkan bagaimana
Keselamatan
manusia berkaitan dengan iman
akan Allah, Bapa dan Putera dan Roh Kudus
Manusia mengambil bagian dalam Hidup yang
Memberikan Diri secara penuh (Rom 8:32)
Inkarnasi Anak (berasal dari Bapa) dan
kebangkitanNya (kembali kepada Bapa)
menyingkapkan: Allah yang memberikan Diri
dalam sejarah manusia dan manusia yang
menghidupi HidupNya.
66. Athanasius
(+373) dan para pembela
Nisea → Bapa-bapa Kapadokia: Basilius
(+379), Gregorius Nazianse (+389) dan
Gregorius Nyssa (+395)
Dasar
pemikiran soteriologis “penebusan”:
Logos Allah menjadi manusia supaya
makhluk yang berdosa (yang jauh dari Allah
dan musnah dalam kematian) diantar kembali
kepada Allah yang Hidup.
67. Konsili
Konstantinopel (381)
Menegaskan
arti Konsili Nisea dan
menjelaskan lebih lanjut kesatuan Allah
dalam hakekat dengan pengertian mengenai
tiga hypostase (personae?)
Kesatuan Allah diletakkan dalam hakekat
(ousia) perbedaan dalam pribadi
(hypostasis) ► Trinitas.
68. Nestorius
Uskup
(+451)
Konstantinopel, didikan Mazhab
Antiokhia, mengutuk mereka yang menyebut
Maria “bunda manusia” sekaligus mencurigai
mereka yang menghormati Maria sebagai
“bunda allah”
Nestorius tidak mau memperpadukan kodrat
ilahi dan kodrat manusiawi, meski dia yakin
gelar dan nama “Anak” tidak mungkin dibelahbelah menjadi anak Allah dan anak manusia.
69. Ia
mau menekankan kesatuan Anak dengan
membedakan kemanusiaan dan keallahan →
kesatuan dalam 2 kodrat. Sebab hilanglah
keallahan, kalau dalam Kristus kemanusiaan
menjadi bagian dari keallahan
Pandangan ini oleh lawan-lawannya diartikan
seakan-akan ia mau memecahkan kesatuan
dalam Kristus. (NB. Ahli sejarah sekarang
melihat tuduhan itu tidak benar!!!)
70. Cyrillus
dari Alexandria (380-444):
Uskup Alexandria, didikan Mazhab
Alexandria, mempermasalahkan
pengangkatan Nestorius sebagai uskup
Konstantinopel
Menuduhnya mengkhianati Kristus, Anak
Allah, karena tidak mau menyebut Maria
“Bunda Allah”
Keprihatinan: dalam Yesus Kristus kita
menjumpai Penebus yang ilahi, bukan hanya
manusia yang amat dekat dengan Allah.
71. Catatan
Historis:
Masalah
pastoral-teologis-kristologis: untuk
menemukan kata yang tepat dalam
mengungkapkan kesatuan pribadi Kristus
ini tenggelam dalam ramai-ramai politik
gerejani
Cyrillus berhasil menerangkan lebih baik
daripada Nestorius pandangannya tentang
kesatuan dari dua kodrat Kristus sesuai
dengan tata keselamatan
72. Yakni:
Jika
tubuh (kemanusiaan) Yesus bukan
tubuh (kemanusiaan) Allah maka dia tak
dapat memberi kita hidup
Jika kematian Yesus di salib bukan
kematian Allah maka dia tak dapat
menyelamatkan kita dari kematian.
73. Konsili
Kaisar
Efesus (431)
Theodosius II
dan Konsili Efesus
memenangkan
bahasa iman Cyrillus:
Maria adalah Bunda
Allah ► Theotokos
(DS 252)
Bagaimanapun, hal ini
tak menyelesaikan
perselisihan
kristologis
74. Muncul
perselisihan baru:
Eutikes
(monofisit: satu kodrat) >< Theodoret
dari Cyrus
→ Rumus kesatuan (kompromi) Antiokhia,
Alexandria dan gereja Roma (433) lih. DS
271-273
75. Paus
Leo Agung :
Tomus
ad Flavianum = Tomus Leonis (449)
yang isinya:
Keselamatan kita tergantung pada fakta
bahwa Kristus termasuk secara
keseluruhan pada (kemanusiaan) kita
sekaligus termasuk secara keseluruhan
pada (keilahian) Allah
“Totus in suis, totus in nostris”.
76. Konsili
Isi:
Kalsedon (451):
syahadat Nisea, Surat ekumenik Cyrillus,
Rumus kesatuan dan Tomus Leonis ► DS
301-302:
Yesus Kristus:
Sempurna dalam keilahian-Nya sekaligus
sempurna dalam kemanusiaan-Nya
Satu pribadi dalam dua kodrat → tak
tercampuradukkan dan tak terpisahkan
(sesuai kesaksian Perjanjian Baru)
77. PB:
Yesus Kristus orang unik (pribadi) itu
menjadi tanda kehadiran Allah dalam dunia
kita manusia
NB. Rumus Kalsedon dimaksudkan
sebagai suatu pedoman bagaimana para
teolog membahasakan iman tentang
Kristus.
78. Pelajaran
Tiga
dari Konsili-konsili awal:
kaidah praktis menentukan
kemenangan/kekalahan dalam perdebatan
gerejani dan teologis:
Jangan membantah Kitab Suci
Jangan merubah (cara) liturgi gereja
dan devosi umat
Jangan menimbulkan syak prasangka
mengenai (sarana) keselamatan !!!