Gereja Katolik meyakini bahwa setelah kematian, jiwa akan menghadapi pengadilan khusus di mana ia akan diputuskan masuk surga, api penyucian, atau neraka. Jiwa yang masuk surga akan menikmati kebahagiaan kekal bersama Allah, sedangkan yang masuk neraka akan menderita siksaan kekal. Gereja juga mengajarkan bahwa pada akhir zaman, Kristus akan datang kembali untuk mengadakan
2. Pertanyaan reflektif:
• Apa reaksi Anda ketika mendengar
ada orang meninggal?
• Apa yang Anda rasakan ketika orang-
orang tercinta Anda meninggal?
• Apa yang Anda lakukan berhadapan
dengan kematian?
• Apa yang Anda bayangkan dan pahami
tentang hidup setelah kematian?
3. Eskatologi Kristiani: Realistis – Optimistis
terhadap “Rahasia Maut”
• “Di hadapan mautlah teka-teki kenyataan manusia mencapai
puncaknya. Manusia sungguh menderita bukan hanya karena rasa
sakit dan semakin rusaknya badan, melainkan juga, bahkan lebih lagi,
karena rasa takut akan kehancuran yang definitif. Memang wajarlah
perasaan berdasarkan naluri hatinya, bila ia mengelakkan dan
menolak kehancuran total dan tamatnya riwayat pribadinya untuk
selamanya. Tetapi benih keabadian yang dibawanya serta tidak dapat
dikembalikan kepada kejasmanian belaka, maka memberontak
melawan maut. Segala upaya keahlian tehnis, kendati sangat berguna,
tidak mampu meredakan kegelisahan manusia. Sebab lanjutnya usia
yang diperpanjang secara biologis pun tidak dapat memuaskan
kerinduannya akan hidup di akhirat, yang berurat akar dalam hatinya
dan pantang hancur.
4. • Sementara kenyataan maut sama sekali tidak terbayangkan, Gereja
yang diterangi oleh perwahyuan ilahi menyatakan, bahwa manusia
diciptakan oleh Allah untuk tujuan penuh kebahagiaan, melampaui
batas-batas kemalangan di dunia. Kecuali itu kematian badan, yang
dapat di hindari seandainya manusia tidak berdosa, menurut iman
kristiani akan dika-lahkan, karena manusia akan dipulihkan oleh Sang
Penyelamat yang mahakuasa dan penuh belas kasihan kepada
keselamatan, yang telah hilang karena kesalahannya. Sebab Allah
telah dan tetap memanggil manusia, untuk dengan seutuh kodratnya
bersatu dengan Allah dalam persekutuan kekal-abadi kehidupan ilahi
yang tak kenal binasa. Kejaya-annya itu direbut oleh Kristus, yang
dengan wafat-Nya membebaskan manusia dari maut, dan telah
bangkit untuk kehidupan.
Konsili Vatikan II,
Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini
(Gaudium et Spes) Art. 18.
5. Gereja Musafir yang ber-Pengharapan
Eskatologis
• Dalam Yesus Kristus kita semua dipanggil kepada Gereja, dan di situ
kita memperoleh kesucian berkat rahmat Allah. Gereja itu baru
mencapai kepenuhannya dalam kemuliaan di sorga, bila akan tiba
saatnya segala-sesuatu diperbaharui (Kis 3:21), dan bila bersama
dengan umat manusia dunia semesta pun, yang berhubungan erat
secara dengan manusia dan bergerak ke arah tujuannya melalui
manusia, akan diperbaharui secara sempurna dalam Kristus (lih. Ef
1:10; Kol 1:20; 2Ptr 3:10-13).
6. • Adapun Kristus, yang ditinggikan dari bumi, menarik semua orang kepada
diri-Nya (lih. Yoh. 12:32 yun). Sesudah bangkit dari kematian (lih. Rom
6:9) Ia mengutus Roh-Nya yang menghidupkan ke dalam hati para murid-
Nya, dan melalui Roh itu Ia menjadikan Tubuh-Nya, yakni Gereja,
sakramen keselamatan bagi semua orang. Ia duduk di sisi kanan Bapa,
namun tiada hentinya berkarya di dunia, untuk mengantar orang-orang
kepada Gereja, dan melalui Gereja menyatukan mereka lebih erat dengan
diri-Nya; lagipula untuk memberi mereka santapan Tubuh dan Darah-Nya
sendiri, serta dengan demikian mengikut-sertakan mereka dalam
kehidupan-Nya yang mulia. Jadi pembaharuan, janji yang kita dambakan,
telah mulai dalam kristus, digerakkan dengan perutusan Roh Kudus, dan
karena Roh itu berlangsung terus dalam Gereja. Berkat iman kita di situ
menerima pengertian tentang makna hidup kita yang fana, sementara
karya yang oleh Bapa dipercayakan kepada kita di dunia kita selesaikan
dengan baik dalam harapan akan kebahagiaan di masa mendatang, dan
kita mengerjakan keselamatan kita (lih. Flp 2:12).
Konsili Vatikan II,
Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium) Art. 48.
7. Hidup Setelah Kematian: Menuju Kepenuhan
KEKEKALAN
PENGADILAN TERAKHIR
KEBANGKITAN BADAN
PARUSIA
NERAKA SURGA
PENGADILAN KHUSUS
KEMATIAN
Http://www.catholicapologetics.org
8. Kematian (Terpisahnya jiwa dan badan)
• Kitab Suci berbicara tentang
kematian dalam banyak
cara, seperti:
• Kembali menjadi debu (Kej
3:19);
• Suatu keberangkatan (2Tim
4:6; Flp 1:23);
• Tinggal dalam Tuhan (2Kor
5:8-9);
• Menanggalkan kemah (2Ptr 1:
13-14);
• Tidur (Mat 9:24, Yoh 11:11-13);
• Istirahat (Why 14:13);
• Kembali kepada Allah (Pkh
12:7);
• Ada bersama Kristus (Flp 1:23);
and
• Hidup bersama Kristus (2Tim
2:11).
9. Syahadat: “Aku percaya akan Kehidupan Kekal”
• “Kehidupan kekal adalah kehi-
dupan yang mulai langsung se-
telah kematian. Kehidupan ini
tidak mempunyai akhir, akan
didahului dengan pengadilan
khusus bagi setiap orang […].
Pengadilan khusus ini akan di-
pastikan pada pengadilan ter-
akhir.”
(Kompendium KGK No. 207)
10. Pengadilan Khusus
• Dalam Lukas 23:43, Yesus berkata kepada penjahat yang di salib bersama-
Nya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan
ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.“
• Magisterium Gereja, secara konsisten dalam sejarah, menyatakan bahwa
setiap jiwa akan diputuskan untuk masuk Surga, Api Penyucian atau
Neraka pada saat kematian.
• Paus Benediktus XII, dalam Dokumen Benedictus Deus (29 Januari 1336)
menulis: “Kami menyatakan bahwa jiwa dari semua orang kudus yang
telah meninggalkan kehidupan ini segera setelah kematian individu ada
atau akan berada di surga dan memiliki hidup yang kekal; di samping itu
kami menyatakan bahwa jiwa orang-orang mati dalam dosa berat aktual
segera setelah kematian individu turun ke neraka." (Denzinger 530)
11. • “Pengadilan khusus adalah pe-
ngadilan yang berakibat lang-
sung, terjadi setelah kematian.
Melalui jiwanya yang abadi, se-
tiap orang akan menerima pem-
balasan sesuai dengan iman dan
perbuatannya. Pembalasan ini
bisa berarti masuk ke dalam ke-
bahagiaan Surga, secara lang-
sung atau setelah proses pe-
murnian, atau masuk ke dalam
kutukan abadi Neraka.”
(Kompendium KGK No. 208)
12. Surga
• Kitab Suci bicara tentang
Surga dalam banyak
gambaran, seperti:
• Hidup - Sembuh (Mat 18:8);
• Hidup kekal (Mat 25:46);
• Mahkota kehidupan (Yak
1:12);
• Pohon kehidupan (Why 2:7);
• Kemuliaan (Rom 8:18);
• Kemuliaan kekal (2Tim 2:10);
• Kemuliaan Allah yang kekal (1Ptr
5:10);
• Tempat perhentian (Ibr 4:3, 11);
• Mahkota kebenaran (2Tim 4:8);
• Kerajaan (Mat 25: 34);
• Tempat kediaman di Surga (2Kor
5:1);
• Firdaus (Luk 23:43).
13. Di dalam Surga, orang yang terberkati …
• Akan ada bersama Allah (Why 21:3);
• Akan ada bersama Kristus (Mrk 16:19);
• Akan ada bersama malaikat-malaikat (Mat 22:30);
• Akan berada dalam rumah bapa di mana ada banyak tempat tinggal
(Yoh 14:2);
• Menjadi ahli waris Allah, ahli waris bersam Kristus (Rom 8:17);
• Akan melihat Allah muka dengan muka (1or 13:9-12);
• Akan melihat Allah dalam keadaan-Nya yang sebenarnya (1 Yoh
3:2).
14.
15. • “Surga berarti suatu keadaan ba-
hagia yang tertinggi dan definitif.
Mereka yang mati dalam keadaan
rahmat Allah dan tidak membu-
tuhkan pemurnian lebih jauh ber-
kumpul bersama Yesus dan Maria,
para malaikat, dan para kudus.
Mereka merupakan Gereja surga,
tempat mereka melihat ‘muka
dengan muka’ (1Kor 13:12). Me-
reka hidup dalam kesatuan cinta
dengan Tritunggal dan menjadi
pengantara kita.”
(Kompendium KGK No. 209)
16. Api Penyucian
• Kitab Suci dan iman Gereja menegaskan bahwa Surga dan Neraka,
sebagai tempat, sungguh ada. Selain itu, Gereja Katolik juga
menyatakan kepercayaan akan suatu keadaan, bukan suatu tempat,
yang disebut “Api Penyucian”.
• Istilah “Api Penyucian”, sama seperti istilah-istilah penting dalam iman
kristiani lainnya tidak terdapat dalam Kitab Suci.
• Api Penyucian didefinisikan sebagai suatu keadaan, yakni proses
penyucian jiwa setelah kematian badan, yang merupakan tanda belas
kasih Allah bagi mereka yang secara jujur berusaha mengenal Allah
dan melakukan kehendak-Nya dalam hidup di dunia ini namun yang
meninggal dalam keadaan masih terikat dengan dosa (ringan) atau
akibat dosa.
17. • Gereja hanya mempunyai dua ajaran resmi berkaitan dengan Api
Penyucian: (1) Api Penyucian itu ada, dan (2) doa-doa kita
membantu jiwa-jiwa di Api Penyucian.
• Katekismus Gereja Katolik No. 1031:
• “Gereja menamakan penyucian akhir para terpilih, yang sangat
berbeda dengan siksa para terkutuk, purgatorium [api
penyucian]. Ia telah merumuskan ajaran-ajaran iman yang
berhubungan dengan api penyucian terutama dalam Konsili
Firence (Bdk. DS 1304) dan Trente (Bdk. DS 1820; 1580). Tradisi
Gereja berbicara tentang api penyucian dengan berpedoman
pada teks-teks tertentu dari Kitab Suci (Bdk. misalnya 1 Kor 3:15;
1 Ptr 1:7).”
18. • “Api penyucian ialah
keadaan mereka yang
mati dalam persahabat-
an dengan Allah, ada
kepastian akan kesela-
matan kekal mereka,
tetapi masih membu-
tuhkan pemurnian un-
tuk masuk ke dalam
kebahagiaan Surga.”
(Kompendium KGK No. 210)
19. Neraka
• Matius 25: 31-46:
"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua
malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di
atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan
di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari
pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari
kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah
kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. […] Dan Ia
akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya:
Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk,
enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya.”
20. • Magisterium Gereja mengafirmasi eksistensi dan sifat dari
Neraka:
• Konsili Lateran IV, 1215 menyatakan: “Orang fasik (menerima),
hukuman abadi dengan setan.”
• Paus Innocentius IV (1243-1254) menyatakan: “Tapi kalau ada se-
seorang yang meninggal tidak bertobat dalam keadaan dosa berat , ia
pasti akan disiksa selamanya dalam api neraka yang kekal” (Surat
kepada Uskup Tusculum, Sesi 24)
• Konsili Vatikan I, 1869-70 menyatakan: “Oleh karena itu, semua yang
senyatanya mati dalam dosa berat dikecualikan dari Kerajaan Allah
dan akan selamanya mengalami siksaan neraka, di mana tidak ada
penebusan. Jika ada yang mengatakan bahwa seorang dapat dibe-
narkan bahkan setelah kematian; atau jika dia mengatakan bahwa
hukuman siksaan di neraka tidak akan berlangsung selamanya; ter-
kutuklah dia.”
21.
22. Parousia: Kedatangan Kristus yang Kedua
• Gereja Katolik meyakini bah-
wa Yesus Kristus akan datang
kembali pada akhir sejarah
manusia di bumi ini.
• Ada sejumlah sebutan untuk
peristiwa kedatangan Kristus
di akhir zaman itu: “Hari
Tuhan”, “Parousia”, “Akhir Za-
man” dan “Kedatangan Kristus
yang Kedua”.
23. • 1Tes 4:16-18: “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu
penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka
Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam
Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang
masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam
awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan
selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu
hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan
ini.”
• Gereja Katolik mengajarkan bahwa kita mesti menghindari spekulasi
yang sia-sia tentang “saatnya, tanda-tanda detailnya, sifat dari
kesulitan-kesulitannya, dll. Sebaliknya, Gereja menfokuskan diri
pada perlunya menghidupi Injil sebagai persiapan untuk
menyongsong Parousia kapanpun itu terjadi.
24. Kebangkitan Badan
• Semua orang Kristen memegang teguh keyakinan akan kebangkitan
badan, sebagaimana diajarkan dalam Kitab Suci dan dicerminkan
dalam kebangkitan Yesus.
• Yang dimaksud dengan “kebangkitan” tidak terbatas dalam arti
hidupnya kembali badan manusia yang sudah meninggal;
kebangkitan berarti mengambil suatu eksistensi yang sama sekali
baru.
• Gereja percaya bahwa kita akan bangkit dengan badan yang sama,
seperti yang kita punyai di bumi ini. Akan tetapi kebangkitan akan
mengubah badan ini dalam bentuknya yang mulia.
25. • Para teolog Katolik membedakan dengan rinci beberapa kualitas
badan kita yang dibangkitkan ini: (1) bebas dari penyakit-penyakit
fisik dan sejenisnya, (2) sepenuhnya didominasi oleh jiwa
(Spiritualisasi badan), (3) dengan mudah dan cepat digerakkan oleh
jiwa, (4) bebas dari cacat dan mempunyai keindahan dan cahaya
yang agung.
• Konsili Lateran IV, 1215 menyatakan: “Ia (Kristus) akan datang
kembali pada akhir dunia; Ia akan menghakimi orang hidup dan
orang mati; dan Ia akan menganjar semua, baik mereka yang hilang
maupun orang-orang pilihan, sesuai dengan perbuatan mereka. Dan
semua ini akan bangkit dengan badan mereka masing-masing yang
sekarang mereka punyai supaya mereka menerima sepadan dengan
perbuatan mereka, baik ataupun tidak baik; orang jahat: hukuman
abadi bersama setan, orang baik: kemuliaan kekal bersama Kristus”
(Denzinger 429)
26. Pengadilan Terakhir
• Dalam eskatologi kristiani, selain dibicarakan tentang pengadilan
khusus yang dialami setiap individu segera setelah kematiannya,
dibicarakan juga tentang pengadilan umum.
• Kitab Suci dengan jelas menyatakan bahwa ada pengadilan umum
untuk semua orang pada akhir zaman, yakni pengadilan yang akan
dialami oleh semua orang sebagai anggota masyarakat dunia. Saat
itulah, setelah kebangkitan, badan ambil bagian dalam pengadilan
yang dialami oleh jiwa.
• Pengadilan terakhir dialamatkan untuk setiap orang, setiap badan
yang dibangkitkan dan disatukan dengan jiwa mereka, dan untuk
seluruh masyarakat manusia.
27. Gereja Katolik berdoa dan mengafirmasi iman mereka akan pengadilan
terakhir dalam Syahadat Para Rasul dan Syahadat Nisea: “Yesus Kristus …
duduk di sebelah kanan Bapa yang Mahakuasa, dari situ Ia akan datang
untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati.”
28. • “Pengadilan akhir merupakan ke-
putusan untuk masuk ke dalam
kebahagiaan atau hukuman abadi
yang dijatuhkan Yesus terhadap
‘orang-orang yang benar maupun
orang-orang yang tidak benar’ (Kis
24:15) pada saat Dia kembali se-
bagai Hakim yang mengadili orang
yang hidup dan yang mati. Sesu-
dah pengadilan terakhir badan
yang dibangkitkan akan meng-
ambil bagian dalam ganjaran yang
diterima oleh jiwa pada peng-
adilan khusus.”
(Kompendium KGK No. 214)
29. Ciptaan Baru
• Kitab Suci mengisahkan bahwa kehidupan yang akan
berlangsung setelah pengadilan terakhir akan seperti yang
Santo Yohanes tulis dalam vision-nya tentang ciptaan baru
dalam Kitab Wahyu 5:13:
• “Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan
yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut
dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia
yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah
puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai
selama-lamanya!””
30. Harapan akan Langit dan Bumi yang baru
“Setelah pengadilan terakhir, seluruh dunia akan dibebaskan dari
belenggu kehancuran. Dengan terbitnya ‘langit yang baru’ dan
‘bumi yang baru’ (2Ptr 3:13), dunia mengambil bagian dalam
kemuliaan Kristus. Kepenuhan Kerajaan Allah akan terjadi, yang
berarti rencana keselamatan Allah ‘untuk mempersatukan segala
sesuatu dalam Kristus sebagai Kepala, baik yang di Surga maupun
yang di Bumi’ (Ef 1:10) akan diwujudkan secara definitive. Maka
dalam kehidupan abadi itu, Allah akan menjadi ‘semua di dalam
semua’ (1Kor 15:28).”
(Kompendium KGK No. 216)