SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 7
Downloaden Sie, um offline zu lesen
ISSN:2089 – 6158 Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (2013) Vol.1 No.1 halaman 111
Januari 2013
PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK
FISIKA SMA KELAS XI 1)
Tri Wahyuningsih 2)
, Trustho Raharjo 3)
, Dyah Fitriana Masithoh 3)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta, email: triw43@ymail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menyusun dan menghasilkan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap
miskonsepsi siswa dalam materi Fluida dan Teori Kinetik Gas di Sekolah Menengah Atas kelas XI
semester genap.
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pengembangan. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan adalah tes diagnostik untuk mengidentifikasi miskonsepsi Fisika pada siswa. Model
pengembangan yang digunakan yaitu model pengembangan 4 D (four D model) oleh S. Thigarajan,
Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu:
(1) Define (Pendefinisian), (2) Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan), dan (4) Disseminate
(Penyebaran). Obyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta dan siswa kelas
XII IPA 4 dan 5 SMA Negeri 1 Kartasura. Hasil draft awal sebanyak 56 butir soal tes diagnostik yang
sudah di validasi teoritik. Validasi empiris dilakukan dengan dua kali uji coba. Uji coba I digunakan soal
sebanyak 56 item dengan bentuk soal pilihan ganda alasan yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan
revisi soal berdasarkan hasil analisis dan wawancara terhadap siswa. Uji coba II digunakan bentuk soal
pilihan ganda alasan terbuka dengan dua tipe soal, yaitu A dan B. Jumlah soal untuk masing-masing tipe
adalah 33 butir soal.
Uji coba I diperoleh nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,41. Artinya, instrumen tersebut tingkat keajegan
dalam mengungkap miskonsepsi siswa adalah cukup. Uji coba II dihasilkan nilai reliabilitas cukup, yaitu
0,611 untuk soal tipe A dan 0,6 untuk soal tipe B. Artinya, instrumen tersebut tingkat keajegan dalam
mengungkap miskonsepsi siswa adalah cukup. Dari Penelitian dihasilkan instrumen tes diagnostik untuk
mengungkap miskonsepsi materi Fluida dan Teori Kinetik Gas dengan dua tipe soal yaitu A dan B.
Bentuk soal pilihan ganda dengan alasan terbuka dengan jumlah soal masing-masing tipe adalah 33 butir
soal.
Kata kunci: Tes diagnostik, miskonsepsi, Fluida, Teori Kinetik Gas
1)
Penelitian Pengembangan Instrumen Tes
2)
Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA FKIP UNS
3)
Dosen Prodi Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA FKIP UNS
Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 112
ABSTRACT
The objective of this study is to draw up and to produce an instrument of diagnostic test to uncover the
students’ misconception in learning Fluid and Kinetics Theory of Gases for Senior High School grade XI
in even semester.
This study is categorized as research development. Learning device that was developed is diagnostic test.
It is to identify the students’ misconception of physics. The model of development used is four D model
by S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel and Melvyn I. Semmel. The four D model consists of four main
stages: (1) Define, (2) Design (3) Develop, and (4) Disseminate. The object of this research is the students
of SMA Negeri 6 Surakarta grade XI Sience 2 and the students of SMA Negeri 1 Kartasura grade XII
Science 4 and XII Sience 5. The result of the first draft is 56 items of diagnostic test, which the validity
theoretically had been proved. The testing of empirical validity was done for twice. Test I used questions
of 56 items with the form of multiple choices the specified reasons. Then, the items were revised based
on the results of the analysis and the interview to students. Test II used questions of 56 items with the
form of multiple choices the opened reason by two types of questions, namely A and B. The number of
questions for each type is 33 items.
Test I obtained sufficient reliability values, that is 0, 41. It means that, the consistency of the instruments
in uncovering the students’ misconception is enough. Test II obtained sufficient reliability values, that is
0, 611 for the question type A and 0, 6 for the question type B. It means that, the consistency of the
instruments in uncovering the students’ misconception is enough. The result of the study is the instrument
of diagnostic test, which is to uncover the students’ misconception in learning Fluid and Kinetics Theory
of Gases by two types of questions, namely A and B. The form of the questions is multiple choices the
opened reason by the number of questions for each type is 33 items.
Keywords: Diagnostic tests, misconception, Fluid, Kinetic Theory of Gases
PENDAHULUAN
Tujuan dari mata pelajaran Fisika di SMA dan MA menurut kurikulum 2004 antara lain
sebagai sarana: mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif
dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa
alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif; menguasai
pengetahuan, konsep dan prinsip Fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi (Depdiknas, 2003). Siswa diharapkan memiliki kemampuan
menguasai konsep-konsep Fisika setelah pembelajaran berakhir. Dahar menyatakan
bahwa : “Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi
untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi” (1989: 79).
Permasalahan pendidikan yang mendasar sering berkaitan dengan penanaman
pemahaman konsep yang kadang-kadang keliru. Sebagian orang berpendapat bahwa
kesalahan pemahaman siswa terhadap suatu konsep Fisika adalah sesuatu yang wajar
dan dapat dianggap sebagai kurang berhasilnya proses belajar mengajar. Kesalahan
pemahaman konsep oleh siswa secara konsisten akan mempengaruhi efektivitas proses
belajar selanjutnya dari siswa yang bersangkutan. Setelah pembelajaran di sekolah,
ternyata seringkali kerangka konsep yang telah dibangun oleh siswa tersebut
menyimpang dari konsep yang benar. Selanjutnya kerangka konsep siswa yang salah
tersebut akan disebut sebagai miskonsepsi.
Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 113
Belajar Fisika adalah belajar tentang alam. Proses belajar alam dapat diperoleh
seseorang sejak orang tersebut berinteraksi dengan alam melalui pengalaman. Banyak
hal yang dapat diperoleh melalui pengalaman dan hal tersebut menjadi sebuah
pengetahuan awal ketika seseorang tersebut memasuki pendidikan formal.
Pengetahuan awal yang dimiliki seorang anak sebelum jenjang pendidikan sekolah bisa
benar atau salah. Hal ini disebabkan pengetahuan awal tersebut diperoleh dari
pengalaman yang berbeda-beda dan sumber informasi yang tidak akurat. Padahal
penguasaan pengetahuan awal yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap
perolehan pengetahuan di sekolah.
Sebelum mengikuti pembelajaran secara formal di sekolah, siswa sudah membawa
konsep tertentu yang mereka kembangkan lewat pengalaman hidup mereka sebelumnya.
Sesuai dengan pernyataan Pinker (2003) bahwa: “Siswa hadir di kelas umumnya tidak
dengan kepala kosong, melainkan mereka telah membawa sejumlah pengalaman-
pengalaman atau ide-ide yang dibentuk sebelumnya ketika mereka berinteraksi dengan
lingkungannya” (Simamora & Redhana, 2007: 150). Konsep yang dibawa siswa dapat
sesuai dengan konsep ilmiah tetapi juga dapat tidak sesuai dengan konsep ilmiah.
Konsep awal yang dimiliki siswa disebut dengan konsepsi. Konsep awal atau konsepsi
yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah disebut sebagai miskonsepsi.
Miskonsepsi dapat berbentuk konsep awal, kesalahan hubungan yang tidak benar antara
konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang salah. Novak & Gowin (1984)
menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan suatu interpretasi konsep-konsep dalam
suatu pernyataan yang tidak dapat diterima (Suparno, 2005: 4). Secara rinci,
miskonsepsi dapat merupakan pengertian yang tidak akurat tentang konsep, penggunaan
konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah tentang penerapan konsep,
pemaknaan konsep yang berbeda, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan
hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar.
Miskonsepsi yang dialami setiap siswa di sekolah bisa berlainan dengan penyebab yang
berbeda-beda. Pada satu kelas dapat terjadi bermacam-macam miskonsepsi dengan
penyebab miskonsepsi berbeda pula. Sebagai fasilitator pembelajaran, guru hendaknya
memiliki kemampuan untuk menggali dan mengenali pengetahuan awal siswa, terutama
pengetahuan awal yang salah agar tidak terjadi miskonsepsi yang berkepanjangan.
Selain itu, guru juga hendaknya memiliki kemampuan untuk mengatasi miskonsepsi
yang terjadi pada siswa.
Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi penyebab
miskonsepsi pada siswa. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas
dalam lima kelompok, yaitu : siswa, guru, buku teks, konsteks, dan metode mengajar.
Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri berbagai hal, seperti prakonsepsi awal,
kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lain. Penyebab
kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan bahan,
cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru yang berelasi dengan siswa kurang baik.
Konteks, seperti budaya dan bahasa sehari - hari juga mempengaruhi miskonsepsi
siswa. Sedangkan metode mengajar yang hanya menekankan kebenaran satu segi sering
memunculkan salah pengertian pada siswa (Suparno, 2005:29).
Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 114
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu adanya tes diagnostik dalam menganalisis
miskonsepsi yang dialami siswa. Djamarah berpendapat, “Tes diagnostik dimaksudkan
untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang dialami siswa berdasarkan hasil tes
formatif sebelumnya” (2002: 215). Diagnosis kesulitan belajar siswa lebih luas dari
pada pelaksanaan tes diagnostik, sehingga dalam pelaksanaan diagnosis kesulitan
belajar, selain pelaksanaan tes, perlu dilakukan kegiatan lain, yaitu penelusuran jenis,
sumber serta penyebab kesalahan. Namun guru masih mengalami kebingungan perihal
model asesmen yang baik agar dapat merekam dan menganalisis miskonsepsi yang
dialami oleh siswa.
Yunita Kurnia Sholfiani telah melakukan penelitian yang berjudul Penyusunan Tes
Diagnostik Fisika Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus Untuk Siswa Kelas X SMA
di Kota Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa butir tes diagnostik Fisika yang disusun memiliki taraf kesukaran rata-rata
sedang, dan daya pembeda rata-rata cukup. Persentase kevalidan soal 94,28%, derajat
realibilitasnya tergolong sedang dengan koefisien realibilitas soal pilihan ganda sebesar
0.56 dan untuk soal esai 0.671. Persentase pencapaian siswa secara umum berada di
bawah batas pencapaian (passing score) yaitu 65%. Siswa secara umum memiliki
kelemahan pada pencapaian tujuan pengajaran, penguasaan prasyarat pengetahuan,
pengetahuan terstruktur dan masih mangalami miskonsepsi.
Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian di atas, maka dilakukan penelitian dengan
judul “Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI”. Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah instrumen tes yang memenuhi standar untuk
mendiagnosis miskonsepsi siswa dalam pembelajaran Fisika pada materi Fluida dan
Teori Kinetik Gas siswa SMA kelas XI. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menyusun dan menghasilkan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap miskonsepsi
siswa dalam materi Fluida dan Teori Kinetik Gas di Sekolah Menengah Atas kelas XI
semester genap.
Secara etimologis, diagnostik diambil dari bahasa Inggris ”diagnostic”. Bentuk kata
kerjanya adalah ”to diagnose”, yang artinya ”to determine the nature of disease from
observation of symptoms”. Mendiagnosis berarti melakukan observasi terhadap penyakit
tertentu, sebagai dasar menentukan macam atau jenis penyakitnya. Sehingga, tes
diagnostik sengaja dirancang sebagai alat untuk menemukan kesulitan belajar yang
sedang dihadapi siswa. Hasil tes diagnostik dapat digunakan sebagai dasar
penyelenggaraan pengajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya,
termasuk kesulitan-kesulitan belajarnya. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi
bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada
mata pelajaran tertentu. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-
konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karenanya, tes ini berisi
materi yang dirasa sulit oleh siswa, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.
Brueckner & Melby menyatakan, ”Tes diagnostik digunakan untuk menentukan
elemen-elemen dalam suatu mata pelajaran yang mempunyai kelemahan-kelemahan
khusus dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab kekurangan tersebut” (1981:
73). Ada beberapa tipe tes diagnostik: seperti the Compass Arithmetic Tests, tes yang
berguna untuk mencari kelemahan siswa berkenaan dengan berbagai unsur yang
Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 115
mendasari keseluruhan proses. Perbandingan prestasi siswa dengan skor standar
memungkinkan guru untuk menentukan langkah secara umum, seperti penjumlahan
bilangan bulat, maupun pecahan. Tes yang lain seperti the Brueckner Diagnostik Tests,
tes yang berguna untuk mencari kelemahan siswa berkenaan dengan pecahan dan sistem
desimal. Tes diagnostik di dalam aritmatika seperti latihan inventori yang menyeluruh
dengan maksud guru dapat menempatkan tipe contoh atau proses tertentu yang sulit
untuk siswa secara berkelompok atau untuk siswa secara individu. Dalam beberapa hal
hampir semua tes mungkin disebut diagnostik. Banyak dari tes yang diberi label
”diagostik” oleh penyusunnya, tetapi kenyataannya adalah tes prestasi umum karena
hasil tes tidak menyediakan informasi yang khusus mengenai prestasi siswa yang
mungkin digunakan untuk tujuan diagnostik. Suwarto & Afif A. berpendapat, ”Tes
yang benar-benar untuk keperluan diagnostik adalah tes yang harus berdasarkan pada
analisa terperinci yang mengijinkan penempatan yang tepat kelemahan di mana ada
kesukaran, atau tahap secara umum di mana ada kekurangan” (2011: 147).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu adanya tes diagnostik dalam menganalisis
miskonsepsi yang dialami siswa. Djamarah berpendapat, “Tes diagnostik dimaksudkan
untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang dialami siswa berdasarkan hasil tes
formatif sebelumnya” (2002: 215). Djiwandono berpendapat bahwa “Tes diagnostik
digunakan untuk memastikan kesulitan belajar yang dialami siswa” (2008: 412).
Diagnosis kesulitan belajar siswa lebih luas dari pada pelaksanaan tes diagnostik,
sehingga dalam pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar, selain pelaksanaan tes, perlu
dilakukan kegiatan lain, yaitu penelusuran jenis, sumber serta penyebab kesalahan.
Mehrens & Lehmann menyatakan, “Tes diagnostik yang baik dapat memberikan
gambaran akurat tentang miskonsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan informasi
kesalahan yang dibuatnya” (1973: 410). Zeilik memberikan batasan fungsi tes
diagnostik yaitu digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa terhadap konsep-
konsep kunci (key concepts) pada topik tertentu, secara khusus untuk konsep-konsep
yang cenderung dipahami secara salah (1998). Berdasarkan pendapat ini, dapat
didefinisikan ciri-ciri tes diagnostik, yaitu topik terbatas dan spesifik, serta ditujukan
untuk mengungkap miskonsepsi, dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab
kekurangannya. Tes diagnostik yang digunakan, dapat berupa tes berbentuk multiple
choice (pilihan ganda) dengan reasoning terbuka, multiple choice dengan alasan yang
telah ditentukan dan tes esai tertulis.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pengembangan, perangkat pembelajaran
yang dikembangkan adalah tes diagnostik untuk mengidentifikasi miskonsepsi Fisika
pada siswa. Model pengembangan yang digunakan yaitu model pengembangan 4 D
(four D model) oleh S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model
pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (Pendefinisian), (2)
Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan), dan (4) Disseminate
(Penyebaran).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Hasil analisis deskriptif ini diperoleh dari hasil analisis data kuantitatif dalam bentuk
nilai reliabilitas soal yang digunakan untuk mengungkap miskonsepsi siswa pada
Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 116
konsep tentang massa jenis, tekanan, tekanan hidrostatis, tekanan terukur, tekanan
atmosfir, hukum Pascal, hukum pokok hidrostatika, hukum Archimedes, tegangan
permukaan, kontinuitas, debit, hukum Bernoulli, viskositas, hukum-hukum gas, tekanan
pada gas, energi kinetik translasi rata-rata, kelajuan rms, kelajuan gas, ekipartisi energi,
dan energi dalam.
HASIL PENELITIAN
Pembuatan soal tes diagnostik dilakukan melalui revisi dan validasi berdasarkan telaah
soal oleh ahli, uji coba I dan uji coba II sehingga menghasilkan tes diagnostik baku. Uji
coba I melibatkan 35 siswa dari kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 6 Surakarta. Dari 56
soal pilihan ganda dengan alasan yang telah ditentukan diberikan waktu untuk
mengerjakan selama 90 menit. Uji coba II melibatkan 39 siswa dari kelas XII IPA 4 dan
38 siswa dari kelas XII IPA 5 di SMA Negeri 1 Kartasura. Untuk soal tipe A
diujicobakan di kelas XII IPA 4 dan soal tipe B diujicobakan di kelas XII IPA 5.
Adapun waktu yang diberikan untuk mengerjakan selama 90 menit.
Dari hasil uji coba I tersebut diperoleh nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,41. Soal dengan
alasan sudah ditentukan menjadikan siswa cenderung untuk memaksakan diri memilih
alasan tersebut. Walaupun diberikan opsi untuk menulis alasan sendiri, mereka lebih
memilih menjawab asal dengan alasan tersebut. Karena waktu yang tidak mencukupi,
sehingga pada soal nomor-nomor akhir yaitu pada konsep teori kinetik gas sebagian
besar tidak dikerjakan. Dapat disimpulkan bahwa uji coba soal dengan jumlah soal dan
waktu yang tidak seimbang akan diperoleh hasil yang kurang baik. Bentuk soal juga
berpengaruh terhadap jawaban siswa.
Pada uji coba II dihasilkan nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,611 untuk soal tipe A dan 0,6
untuk soal tipe B. Bentuk soal yang digunakan adalah pilihan ganda dengan alasan
terbuka. Sehingga pada penelitian penyusunan instrument tes diagnostik untuk materi
Fluida dan Teori Kinetik Gas dihasilkan dua tipe soal yaitu A dan B dengan jumlah soal
untuk masing-masing tipe adalah 33 item.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran antara lain: (1) hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya dan
upaya bersama antara guru, siswa, serta pihak sekolah lainnya agar dapat membantu
siswa dalam meningkatkan proses dan hasil belajar Fisika secara maksimal; (2) dari
hasil penelitian diketahui bahwa siswa tidak dapat terlepas dari miskonsepsi. Oleh
karena itu penelitian tentang miskonsepsi penting untuk dikembangkan guna
mengetahui keberhasilan pembelajaran konsep yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga
2. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004, Standar Kompetensi
Mata Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta:
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 117
3. Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
4. Djiwandono, S. E. W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
5. Mahrens, W. A., & Lehmann, I. J. (1973). Measurement and Evaluation in
Education and Psychology. New York: Holt, Rinehart and Winston. Inc.
6. Sholfiani, Y. K. (2006). Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Pokok Bahasan
Kinematika Gerak Lurus untuk Siswa Kelas X SMA di Kota Semarang. Skripsi
Tidak Dipublikasikan. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
7. Simamora, M & Redhana, I.W (2007). Identifikasi Miskonsepsi Guru Kimia pada
Pembelajaran Konsep Struktur Atom, 1(2), 150.
8. Suparno, P. (2005). Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta:
PT.Grasindo.
9. Suparno, P. (2005). Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta:
PT.Grasindo.
10. Suwarto & Afghohani, A. (2011). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Program
Komputer. Dalam Wijayava, R. & Komariah, A. (Ed). Proceeding Seminar Hasil
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, hlm. 146-155. Sukoharjo: LPPM
Universitas Veteran Bangun Nusantara.
11. Trianto. (2010). Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
12. Zeilik, M. (1998). Classroom Assessment Techniques Conceptual Diagnostic Test.
Diperoleh 25 Februari 2012, dari http://www.flaguide.org/cat/diagnostic
/diagnostic7.php.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum PembelajaranKisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum PembelajaranMuhammad Imam BW
 
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 LilyCarmelia
 
Teori Belajar Polya
Teori Belajar PolyaTeori Belajar Polya
Teori Belajar PolyaMia Ervina
 
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadratRpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadratmohamad muchtar
 
RPP K13 Kelas 4 Revisi Terbaru Semester 2 Tahun 2018 tema 6
RPP K13 Kelas 4 Revisi Terbaru Semester 2 Tahun 2018 tema 6RPP K13 Kelas 4 Revisi Terbaru Semester 2 Tahun 2018 tema 6
RPP K13 Kelas 4 Revisi Terbaru Semester 2 Tahun 2018 tema 6Chusnul Labib
 
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)Yoshiie Srinita
 
Soal diagnosis materi aljabar smp
Soal diagnosis materi aljabar smpSoal diagnosis materi aljabar smp
Soal diagnosis materi aljabar smpTri Yulianto
 
Lkpd pola bilangan (2)
Lkpd pola bilangan (2)Lkpd pola bilangan (2)
Lkpd pola bilangan (2)Cecep Aceng
 
Lkpd 3.31.1 (turunan fungsi a ljabar)
Lkpd 3.31.1 (turunan fungsi a ljabar)Lkpd 3.31.1 (turunan fungsi a ljabar)
Lkpd 3.31.1 (turunan fungsi a ljabar)Eko Agus Triswanto
 
Model pembelajaran lc 3 e, 4e, 5e, 6e, dan 7e
Model pembelajaran lc 3 e, 4e, 5e, 6e, dan 7eModel pembelajaran lc 3 e, 4e, 5e, 6e, dan 7e
Model pembelajaran lc 3 e, 4e, 5e, 6e, dan 7eZuha Farhana
 
Lembar kerja peserta didik 1 materi spltv sma kelas x
Lembar kerja peserta didik 1 materi spltv sma kelas xLembar kerja peserta didik 1 materi spltv sma kelas x
Lembar kerja peserta didik 1 materi spltv sma kelas xMartiwiFarisa
 
Ulangan Harian Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar
Ulangan Harian Bilangan Berpangkat dan Bentuk AkarUlangan Harian Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar
Ulangan Harian Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akarika rani
 
Materi ipa kelas III semester 1 bab 3 lingkungan ktsp 2006
Materi ipa kelas III  semester 1 bab 3 lingkungan  ktsp 2006Materi ipa kelas III  semester 1 bab 3 lingkungan  ktsp 2006
Materi ipa kelas III semester 1 bab 3 lingkungan ktsp 2006Rachmah Safitri
 
RPP (FUNGSI KOMPOSISI)
RPP (FUNGSI KOMPOSISI)RPP (FUNGSI KOMPOSISI)
RPP (FUNGSI KOMPOSISI)yuni dwinovika
 

Was ist angesagt? (20)

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum PembelajaranKisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
 
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
 
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
 
Teori Belajar Polya
Teori Belajar PolyaTeori Belajar Polya
Teori Belajar Polya
 
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadratRpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
Rpp persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
 
BARISAN DAN DERET (RPP & LKPD)
BARISAN DAN DERET (RPP & LKPD)BARISAN DAN DERET (RPP & LKPD)
BARISAN DAN DERET (RPP & LKPD)
 
MATRIKS (RPP & LKPD)
MATRIKS (RPP & LKPD)MATRIKS (RPP & LKPD)
MATRIKS (RPP & LKPD)
 
RPP K13 Kelas 4 Revisi Terbaru Semester 2 Tahun 2018 tema 6
RPP K13 Kelas 4 Revisi Terbaru Semester 2 Tahun 2018 tema 6RPP K13 Kelas 4 Revisi Terbaru Semester 2 Tahun 2018 tema 6
RPP K13 Kelas 4 Revisi Terbaru Semester 2 Tahun 2018 tema 6
 
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
 
Soal diagnosis materi aljabar smp
Soal diagnosis materi aljabar smpSoal diagnosis materi aljabar smp
Soal diagnosis materi aljabar smp
 
Lkpd pola bilangan (2)
Lkpd pola bilangan (2)Lkpd pola bilangan (2)
Lkpd pola bilangan (2)
 
2. UbD.pptx
2. UbD.pptx2. UbD.pptx
2. UbD.pptx
 
Lkpd 3.31.1 (turunan fungsi a ljabar)
Lkpd 3.31.1 (turunan fungsi a ljabar)Lkpd 3.31.1 (turunan fungsi a ljabar)
Lkpd 3.31.1 (turunan fungsi a ljabar)
 
Model pembelajaran lc 3 e, 4e, 5e, 6e, dan 7e
Model pembelajaran lc 3 e, 4e, 5e, 6e, dan 7eModel pembelajaran lc 3 e, 4e, 5e, 6e, dan 7e
Model pembelajaran lc 3 e, 4e, 5e, 6e, dan 7e
 
Lembar kerja peserta didik 1 materi spltv sma kelas x
Lembar kerja peserta didik 1 materi spltv sma kelas xLembar kerja peserta didik 1 materi spltv sma kelas x
Lembar kerja peserta didik 1 materi spltv sma kelas x
 
Ulangan Harian Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar
Ulangan Harian Bilangan Berpangkat dan Bentuk AkarUlangan Harian Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar
Ulangan Harian Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar
 
Materi ipa kelas III semester 1 bab 3 lingkungan ktsp 2006
Materi ipa kelas III  semester 1 bab 3 lingkungan  ktsp 2006Materi ipa kelas III  semester 1 bab 3 lingkungan  ktsp 2006
Materi ipa kelas III semester 1 bab 3 lingkungan ktsp 2006
 
Materi : Logaritma
Materi : LogaritmaMateri : Logaritma
Materi : Logaritma
 
Instrumen penelitian IPA siklus 2
Instrumen penelitian IPA siklus 2Instrumen penelitian IPA siklus 2
Instrumen penelitian IPA siklus 2
 
RPP (FUNGSI KOMPOSISI)
RPP (FUNGSI KOMPOSISI)RPP (FUNGSI KOMPOSISI)
RPP (FUNGSI KOMPOSISI)
 

Ähnlich wie Penyusunan tes diagnostik 1

Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatMiskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatPuji Lestari
 
Analisis pemahaman siswa terhadapa pembelajaran kimia di sma pab 4 sampali
Analisis pemahaman siswa terhadapa pembelajaran kimia di sma pab 4 sampaliAnalisis pemahaman siswa terhadapa pembelajaran kimia di sma pab 4 sampali
Analisis pemahaman siswa terhadapa pembelajaran kimia di sma pab 4 sampalititiindralestari
 
Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01fathinirin
 
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)vilda roswinda
 
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docx
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docxJurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docx
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docxLoueMois
 
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxProsiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxmeimunah3
 
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868Mujahid Imam Muttaqin
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsiSayid Barca
 
BAB I DAN BAB II.docx
BAB I DAN BAB II.docxBAB I DAN BAB II.docx
BAB I DAN BAB II.docxzuryatiarmi1
 
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdfLiterasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdfkustiyantidew94
 
Metodologi Penelitian
Metodologi PenelitianMetodologi Penelitian
Metodologi PenelitianAstika Rahayu
 

Ähnlich wie Penyusunan tes diagnostik 1 (20)

Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatMiskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
 
Ao vs di
Ao vs diAo vs di
Ao vs di
 
Analisis pemahaman siswa terhadapa pembelajaran kimia di sma pab 4 sampali
Analisis pemahaman siswa terhadapa pembelajaran kimia di sma pab 4 sampaliAnalisis pemahaman siswa terhadapa pembelajaran kimia di sma pab 4 sampali
Analisis pemahaman siswa terhadapa pembelajaran kimia di sma pab 4 sampali
 
Jp kim ia121redhana
Jp kim ia121redhanaJp kim ia121redhana
Jp kim ia121redhana
 
Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01Jurnal1 130117153631-phpapp01
Jurnal1 130117153631-phpapp01
 
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
 
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docx
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docxJurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docx
Jurnal Artikel Muhammad Badrussya ban.docx
 
Journal lks inkuiri
Journal lks inkuiriJournal lks inkuiri
Journal lks inkuiri
 
4435 14519-1-pb
4435 14519-1-pb4435 14519-1-pb
4435 14519-1-pb
 
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxProsiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
 
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868
Analisis Jurnal 1 mujahid imam muttaqin 1906868
 
Tugas resume jurnal
Tugas resume jurnalTugas resume jurnal
Tugas resume jurnal
 
Bab i awal
Bab i awalBab i awal
Bab i awal
 
pemgaruh DL.pdf
pemgaruh DL.pdfpemgaruh DL.pdf
pemgaruh DL.pdf
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsi
 
JURNAL SAINS 4
JURNAL SAINS 4JURNAL SAINS 4
JURNAL SAINS 4
 
BAB I DAN BAB II.docx
BAB I DAN BAB II.docxBAB I DAN BAB II.docx
BAB I DAN BAB II.docx
 
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdfLiterasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
 
DL X PBL.pdf
DL X PBL.pdfDL X PBL.pdf
DL X PBL.pdf
 
Metodologi Penelitian
Metodologi PenelitianMetodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
 

Mehr von Sugiatno Sakidin

Mehr von Sugiatno Sakidin (9)

Openended math scoring_manual_g34_2
Openended math scoring_manual_g34_2Openended math scoring_manual_g34_2
Openended math scoring_manual_g34_2
 
Apakah teori itu
Apakah teori ituApakah teori itu
Apakah teori itu
 
Handout analisis real
Handout analisis realHandout analisis real
Handout analisis real
 
Bahan inovasi pembelajaran mat
Bahan inovasi pembelajaran matBahan inovasi pembelajaran mat
Bahan inovasi pembelajaran mat
 
Artikel pm pmp 2012
Artikel pm pmp 2012Artikel pm pmp 2012
Artikel pm pmp 2012
 
Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012
 
Ed practices 19
Ed practices 19Ed practices 19
Ed practices 19
 
Contoh kajian kritis kkg
Contoh kajian kritis kkgContoh kajian kritis kkg
Contoh kajian kritis kkg
 
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
 

Penyusunan tes diagnostik 1

  • 1. ISSN:2089 – 6158 Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (2013) Vol.1 No.1 halaman 111 Januari 2013 PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI 1) Tri Wahyuningsih 2) , Trustho Raharjo 3) , Dyah Fitriana Masithoh 3) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta, email: triw43@ymail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menyusun dan menghasilkan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap miskonsepsi siswa dalam materi Fluida dan Teori Kinetik Gas di Sekolah Menengah Atas kelas XI semester genap. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pengembangan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah tes diagnostik untuk mengidentifikasi miskonsepsi Fisika pada siswa. Model pengembangan yang digunakan yaitu model pengembangan 4 D (four D model) oleh S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (Pendefinisian), (2) Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan), dan (4) Disseminate (Penyebaran). Obyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta dan siswa kelas XII IPA 4 dan 5 SMA Negeri 1 Kartasura. Hasil draft awal sebanyak 56 butir soal tes diagnostik yang sudah di validasi teoritik. Validasi empiris dilakukan dengan dua kali uji coba. Uji coba I digunakan soal sebanyak 56 item dengan bentuk soal pilihan ganda alasan yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan revisi soal berdasarkan hasil analisis dan wawancara terhadap siswa. Uji coba II digunakan bentuk soal pilihan ganda alasan terbuka dengan dua tipe soal, yaitu A dan B. Jumlah soal untuk masing-masing tipe adalah 33 butir soal. Uji coba I diperoleh nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,41. Artinya, instrumen tersebut tingkat keajegan dalam mengungkap miskonsepsi siswa adalah cukup. Uji coba II dihasilkan nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,611 untuk soal tipe A dan 0,6 untuk soal tipe B. Artinya, instrumen tersebut tingkat keajegan dalam mengungkap miskonsepsi siswa adalah cukup. Dari Penelitian dihasilkan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap miskonsepsi materi Fluida dan Teori Kinetik Gas dengan dua tipe soal yaitu A dan B. Bentuk soal pilihan ganda dengan alasan terbuka dengan jumlah soal masing-masing tipe adalah 33 butir soal. Kata kunci: Tes diagnostik, miskonsepsi, Fluida, Teori Kinetik Gas 1) Penelitian Pengembangan Instrumen Tes 2) Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA FKIP UNS 3) Dosen Prodi Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA FKIP UNS
  • 2. Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 112 ABSTRACT The objective of this study is to draw up and to produce an instrument of diagnostic test to uncover the students’ misconception in learning Fluid and Kinetics Theory of Gases for Senior High School grade XI in even semester. This study is categorized as research development. Learning device that was developed is diagnostic test. It is to identify the students’ misconception of physics. The model of development used is four D model by S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel and Melvyn I. Semmel. The four D model consists of four main stages: (1) Define, (2) Design (3) Develop, and (4) Disseminate. The object of this research is the students of SMA Negeri 6 Surakarta grade XI Sience 2 and the students of SMA Negeri 1 Kartasura grade XII Science 4 and XII Sience 5. The result of the first draft is 56 items of diagnostic test, which the validity theoretically had been proved. The testing of empirical validity was done for twice. Test I used questions of 56 items with the form of multiple choices the specified reasons. Then, the items were revised based on the results of the analysis and the interview to students. Test II used questions of 56 items with the form of multiple choices the opened reason by two types of questions, namely A and B. The number of questions for each type is 33 items. Test I obtained sufficient reliability values, that is 0, 41. It means that, the consistency of the instruments in uncovering the students’ misconception is enough. Test II obtained sufficient reliability values, that is 0, 611 for the question type A and 0, 6 for the question type B. It means that, the consistency of the instruments in uncovering the students’ misconception is enough. The result of the study is the instrument of diagnostic test, which is to uncover the students’ misconception in learning Fluid and Kinetics Theory of Gases by two types of questions, namely A and B. The form of the questions is multiple choices the opened reason by the number of questions for each type is 33 items. Keywords: Diagnostic tests, misconception, Fluid, Kinetic Theory of Gases PENDAHULUAN Tujuan dari mata pelajaran Fisika di SMA dan MA menurut kurikulum 2004 antara lain sebagai sarana: mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif; menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip Fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (Depdiknas, 2003). Siswa diharapkan memiliki kemampuan menguasai konsep-konsep Fisika setelah pembelajaran berakhir. Dahar menyatakan bahwa : “Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi” (1989: 79). Permasalahan pendidikan yang mendasar sering berkaitan dengan penanaman pemahaman konsep yang kadang-kadang keliru. Sebagian orang berpendapat bahwa kesalahan pemahaman siswa terhadap suatu konsep Fisika adalah sesuatu yang wajar dan dapat dianggap sebagai kurang berhasilnya proses belajar mengajar. Kesalahan pemahaman konsep oleh siswa secara konsisten akan mempengaruhi efektivitas proses belajar selanjutnya dari siswa yang bersangkutan. Setelah pembelajaran di sekolah, ternyata seringkali kerangka konsep yang telah dibangun oleh siswa tersebut menyimpang dari konsep yang benar. Selanjutnya kerangka konsep siswa yang salah tersebut akan disebut sebagai miskonsepsi.
  • 3. Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 113 Belajar Fisika adalah belajar tentang alam. Proses belajar alam dapat diperoleh seseorang sejak orang tersebut berinteraksi dengan alam melalui pengalaman. Banyak hal yang dapat diperoleh melalui pengalaman dan hal tersebut menjadi sebuah pengetahuan awal ketika seseorang tersebut memasuki pendidikan formal. Pengetahuan awal yang dimiliki seorang anak sebelum jenjang pendidikan sekolah bisa benar atau salah. Hal ini disebabkan pengetahuan awal tersebut diperoleh dari pengalaman yang berbeda-beda dan sumber informasi yang tidak akurat. Padahal penguasaan pengetahuan awal yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap perolehan pengetahuan di sekolah. Sebelum mengikuti pembelajaran secara formal di sekolah, siswa sudah membawa konsep tertentu yang mereka kembangkan lewat pengalaman hidup mereka sebelumnya. Sesuai dengan pernyataan Pinker (2003) bahwa: “Siswa hadir di kelas umumnya tidak dengan kepala kosong, melainkan mereka telah membawa sejumlah pengalaman- pengalaman atau ide-ide yang dibentuk sebelumnya ketika mereka berinteraksi dengan lingkungannya” (Simamora & Redhana, 2007: 150). Konsep yang dibawa siswa dapat sesuai dengan konsep ilmiah tetapi juga dapat tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Konsep awal yang dimiliki siswa disebut dengan konsepsi. Konsep awal atau konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah disebut sebagai miskonsepsi. Miskonsepsi dapat berbentuk konsep awal, kesalahan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang salah. Novak & Gowin (1984) menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima (Suparno, 2005: 4). Secara rinci, miskonsepsi dapat merupakan pengertian yang tidak akurat tentang konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah tentang penerapan konsep, pemaknaan konsep yang berbeda, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar. Miskonsepsi yang dialami setiap siswa di sekolah bisa berlainan dengan penyebab yang berbeda-beda. Pada satu kelas dapat terjadi bermacam-macam miskonsepsi dengan penyebab miskonsepsi berbeda pula. Sebagai fasilitator pembelajaran, guru hendaknya memiliki kemampuan untuk menggali dan mengenali pengetahuan awal siswa, terutama pengetahuan awal yang salah agar tidak terjadi miskonsepsi yang berkepanjangan. Selain itu, guru juga hendaknya memiliki kemampuan untuk mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu : siswa, guru, buku teks, konsteks, dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri berbagai hal, seperti prakonsepsi awal, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru yang berelasi dengan siswa kurang baik. Konteks, seperti budaya dan bahasa sehari - hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa. Sedangkan metode mengajar yang hanya menekankan kebenaran satu segi sering memunculkan salah pengertian pada siswa (Suparno, 2005:29).
  • 4. Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 114 Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu adanya tes diagnostik dalam menganalisis miskonsepsi yang dialami siswa. Djamarah berpendapat, “Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang dialami siswa berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya” (2002: 215). Diagnosis kesulitan belajar siswa lebih luas dari pada pelaksanaan tes diagnostik, sehingga dalam pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar, selain pelaksanaan tes, perlu dilakukan kegiatan lain, yaitu penelusuran jenis, sumber serta penyebab kesalahan. Namun guru masih mengalami kebingungan perihal model asesmen yang baik agar dapat merekam dan menganalisis miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Yunita Kurnia Sholfiani telah melakukan penelitian yang berjudul Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus Untuk Siswa Kelas X SMA di Kota Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa butir tes diagnostik Fisika yang disusun memiliki taraf kesukaran rata-rata sedang, dan daya pembeda rata-rata cukup. Persentase kevalidan soal 94,28%, derajat realibilitasnya tergolong sedang dengan koefisien realibilitas soal pilihan ganda sebesar 0.56 dan untuk soal esai 0.671. Persentase pencapaian siswa secara umum berada di bawah batas pencapaian (passing score) yaitu 65%. Siswa secara umum memiliki kelemahan pada pencapaian tujuan pengajaran, penguasaan prasyarat pengetahuan, pengetahuan terstruktur dan masih mangalami miskonsepsi. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah instrumen tes yang memenuhi standar untuk mendiagnosis miskonsepsi siswa dalam pembelajaran Fisika pada materi Fluida dan Teori Kinetik Gas siswa SMA kelas XI. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun dan menghasilkan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap miskonsepsi siswa dalam materi Fluida dan Teori Kinetik Gas di Sekolah Menengah Atas kelas XI semester genap. Secara etimologis, diagnostik diambil dari bahasa Inggris ”diagnostic”. Bentuk kata kerjanya adalah ”to diagnose”, yang artinya ”to determine the nature of disease from observation of symptoms”. Mendiagnosis berarti melakukan observasi terhadap penyakit tertentu, sebagai dasar menentukan macam atau jenis penyakitnya. Sehingga, tes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat untuk menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa. Hasil tes diagnostik dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan belajarnya. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep- konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karenanya, tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh siswa, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah. Brueckner & Melby menyatakan, ”Tes diagnostik digunakan untuk menentukan elemen-elemen dalam suatu mata pelajaran yang mempunyai kelemahan-kelemahan khusus dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab kekurangan tersebut” (1981: 73). Ada beberapa tipe tes diagnostik: seperti the Compass Arithmetic Tests, tes yang berguna untuk mencari kelemahan siswa berkenaan dengan berbagai unsur yang
  • 5. Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 115 mendasari keseluruhan proses. Perbandingan prestasi siswa dengan skor standar memungkinkan guru untuk menentukan langkah secara umum, seperti penjumlahan bilangan bulat, maupun pecahan. Tes yang lain seperti the Brueckner Diagnostik Tests, tes yang berguna untuk mencari kelemahan siswa berkenaan dengan pecahan dan sistem desimal. Tes diagnostik di dalam aritmatika seperti latihan inventori yang menyeluruh dengan maksud guru dapat menempatkan tipe contoh atau proses tertentu yang sulit untuk siswa secara berkelompok atau untuk siswa secara individu. Dalam beberapa hal hampir semua tes mungkin disebut diagnostik. Banyak dari tes yang diberi label ”diagostik” oleh penyusunnya, tetapi kenyataannya adalah tes prestasi umum karena hasil tes tidak menyediakan informasi yang khusus mengenai prestasi siswa yang mungkin digunakan untuk tujuan diagnostik. Suwarto & Afif A. berpendapat, ”Tes yang benar-benar untuk keperluan diagnostik adalah tes yang harus berdasarkan pada analisa terperinci yang mengijinkan penempatan yang tepat kelemahan di mana ada kesukaran, atau tahap secara umum di mana ada kekurangan” (2011: 147). Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu adanya tes diagnostik dalam menganalisis miskonsepsi yang dialami siswa. Djamarah berpendapat, “Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang dialami siswa berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya” (2002: 215). Djiwandono berpendapat bahwa “Tes diagnostik digunakan untuk memastikan kesulitan belajar yang dialami siswa” (2008: 412). Diagnosis kesulitan belajar siswa lebih luas dari pada pelaksanaan tes diagnostik, sehingga dalam pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar, selain pelaksanaan tes, perlu dilakukan kegiatan lain, yaitu penelusuran jenis, sumber serta penyebab kesalahan. Mehrens & Lehmann menyatakan, “Tes diagnostik yang baik dapat memberikan gambaran akurat tentang miskonsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan informasi kesalahan yang dibuatnya” (1973: 410). Zeilik memberikan batasan fungsi tes diagnostik yaitu digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa terhadap konsep- konsep kunci (key concepts) pada topik tertentu, secara khusus untuk konsep-konsep yang cenderung dipahami secara salah (1998). Berdasarkan pendapat ini, dapat didefinisikan ciri-ciri tes diagnostik, yaitu topik terbatas dan spesifik, serta ditujukan untuk mengungkap miskonsepsi, dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab kekurangannya. Tes diagnostik yang digunakan, dapat berupa tes berbentuk multiple choice (pilihan ganda) dengan reasoning terbuka, multiple choice dengan alasan yang telah ditentukan dan tes esai tertulis. METODE PENELITIAN Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pengembangan, perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah tes diagnostik untuk mengidentifikasi miskonsepsi Fisika pada siswa. Model pengembangan yang digunakan yaitu model pengembangan 4 D (four D model) oleh S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (Pendefinisian), (2) Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan), dan (4) Disseminate (Penyebaran). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil analisis deskriptif ini diperoleh dari hasil analisis data kuantitatif dalam bentuk nilai reliabilitas soal yang digunakan untuk mengungkap miskonsepsi siswa pada
  • 6. Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 116 konsep tentang massa jenis, tekanan, tekanan hidrostatis, tekanan terukur, tekanan atmosfir, hukum Pascal, hukum pokok hidrostatika, hukum Archimedes, tegangan permukaan, kontinuitas, debit, hukum Bernoulli, viskositas, hukum-hukum gas, tekanan pada gas, energi kinetik translasi rata-rata, kelajuan rms, kelajuan gas, ekipartisi energi, dan energi dalam. HASIL PENELITIAN Pembuatan soal tes diagnostik dilakukan melalui revisi dan validasi berdasarkan telaah soal oleh ahli, uji coba I dan uji coba II sehingga menghasilkan tes diagnostik baku. Uji coba I melibatkan 35 siswa dari kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 6 Surakarta. Dari 56 soal pilihan ganda dengan alasan yang telah ditentukan diberikan waktu untuk mengerjakan selama 90 menit. Uji coba II melibatkan 39 siswa dari kelas XII IPA 4 dan 38 siswa dari kelas XII IPA 5 di SMA Negeri 1 Kartasura. Untuk soal tipe A diujicobakan di kelas XII IPA 4 dan soal tipe B diujicobakan di kelas XII IPA 5. Adapun waktu yang diberikan untuk mengerjakan selama 90 menit. Dari hasil uji coba I tersebut diperoleh nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,41. Soal dengan alasan sudah ditentukan menjadikan siswa cenderung untuk memaksakan diri memilih alasan tersebut. Walaupun diberikan opsi untuk menulis alasan sendiri, mereka lebih memilih menjawab asal dengan alasan tersebut. Karena waktu yang tidak mencukupi, sehingga pada soal nomor-nomor akhir yaitu pada konsep teori kinetik gas sebagian besar tidak dikerjakan. Dapat disimpulkan bahwa uji coba soal dengan jumlah soal dan waktu yang tidak seimbang akan diperoleh hasil yang kurang baik. Bentuk soal juga berpengaruh terhadap jawaban siswa. Pada uji coba II dihasilkan nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,611 untuk soal tipe A dan 0,6 untuk soal tipe B. Bentuk soal yang digunakan adalah pilihan ganda dengan alasan terbuka. Sehingga pada penelitian penyusunan instrument tes diagnostik untuk materi Fluida dan Teori Kinetik Gas dihasilkan dua tipe soal yaitu A dan B dengan jumlah soal untuk masing-masing tipe adalah 33 item. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran antara lain: (1) hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya dan upaya bersama antara guru, siswa, serta pihak sekolah lainnya agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan proses dan hasil belajar Fisika secara maksimal; (2) dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa tidak dapat terlepas dari miskonsepsi. Oleh karena itu penelitian tentang miskonsepsi penting untuk dikembangkan guna mengetahui keberhasilan pembelajaran konsep yang telah dilakukan. DAFTAR PUSTAKA 1. Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga 2. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
  • 7. Indonesian Journal of Applied Physics. 2 (2013) halaman 117 3. Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 4. Djiwandono, S. E. W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia. 5. Mahrens, W. A., & Lehmann, I. J. (1973). Measurement and Evaluation in Education and Psychology. New York: Holt, Rinehart and Winston. Inc. 6. Sholfiani, Y. K. (2006). Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus untuk Siswa Kelas X SMA di Kota Semarang. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Negeri Semarang, Semarang. 7. Simamora, M & Redhana, I.W (2007). Identifikasi Miskonsepsi Guru Kimia pada Pembelajaran Konsep Struktur Atom, 1(2), 150. 8. Suparno, P. (2005). Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: PT.Grasindo. 9. Suparno, P. (2005). Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: PT.Grasindo. 10. Suwarto & Afghohani, A. (2011). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Program Komputer. Dalam Wijayava, R. & Komariah, A. (Ed). Proceeding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, hlm. 146-155. Sukoharjo: LPPM Universitas Veteran Bangun Nusantara. 11. Trianto. (2010). Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 12. Zeilik, M. (1998). Classroom Assessment Techniques Conceptual Diagnostic Test. Diperoleh 25 Februari 2012, dari http://www.flaguide.org/cat/diagnostic /diagnostic7.php.