SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 21
Downloaden Sie, um offline zu lesen
SALINAN
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2OI8
TENTANG
BADAN STANDARDISASI NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2OL4 tentang
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, perlu
menetapkan Peraturan Presiden tentang Badan
Standardisasi Nasional;
Mengingat
2.
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2Ol4 tentang
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 216,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 558a);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN
STANDARDI SASI NASIONAL.
TENTANG BADAN
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
Badan Standardisasi Nasional berada di
bertanggung jawab kepada Presiden melalui
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
teknologi, dan pendidikan tinggi.
bawah dan
menteri yang
bidang riset,
Pasal2...
#D
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
Pasal 2
Badan Standardisasi Nasional mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
standardisasi dan penilaian kesesuaian.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, Badan Standardisasi Nasional
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan nasional di bidang
pengembangan standar, penerapan standar, penilaian
kesesuaian, penyelenggaraan akreditasi lembaga
penilaian kesesuaian, dan pengelolaan standar
nasional satuan ukuran;
b. pelaksanaan kebijakan nasional di bidang
pengembangan standar, penerapan standar, penilaian
kesesuaian, penyelenggaraan akreditasi lembaga
penilaian kesesuaian, dan pengelolaan standar
nasional satuan ukuran;
c. pemantauan dan evaluasi di bidang pengembangan
standar, penerapan standar, penilaian kesesuaian,
penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian
kesesuaian, dan pengelolaan standar nasional satuan
ukuran;
d. pengoordinasian kegiatan fungsional dalam
pelaksanaan tugas Badan Standardisasi Nasional;
e. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh
unit organisasi di lingkungan Badan Standardisasi
Nasional;
f. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Badan Standardisasi Nasional; dan
g. pengawasan intern atas pelaksanaan tugas Badan
Standardisasi Nasional.
BAB II
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-3-
BAB II
ORGANISASI
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi
Pasal 4
Badan Standardisasi Nasional terdiri atas:
a. Kepala;
b. Sekretariat Utama;
c. Deputi Bidang Pengembangan Standar;
d. Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian
Kesesuaian;
e. Deputi Bidang Akreditasi; dan
f. Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran.
Bagian Kedua
Kepala
Pasal 5
Kepala mempunyai tugas memimpin Badan Standardisasi
Nasional dalam melaksanakan tugas dan fungsi Badan
Standardisasi Nasional.
Bagian Ketiga
Sekretariat Utama
Pasal 6
Sekretariat Utama merupakan unsur pembantu
pemimpin yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala.
Sekretariat Utama dipimpin oleh Sekretaris Utama.
(1)
(2t
Pasal 7
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-4-
Pasal 7
Sekretariat Utama mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan Badan Standardisasi Nasional.
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7, Sekretariat Utama menyelenggarakan
fungsi:
a. koordinasi kegiatan di
Standardisasi Nasional;
lingkungan Badan
b. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan
anggaran Badan Standardisasi Nasional;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
yang meliputi ketatausahaan, sumber daya
aparatur, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama,
hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi
Badan Standardisasi Nasional;
d. pembinaan dan penataan organisasi serta tata
laksana;
e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-
undangan serta pelaksanaan advokasi hukum;
f. penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara
atau kekayaan negara dan pelayanan pengadaan
barang/jasa; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
Pasal 9
(1) Sekretariat Utama terdiri atas paling banyak 3 (tiga)
biro.
(21 Biro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
paling banyak 4 (empat) bagian dan/atau Kelompok
Jabatan Fungsional.
(3) Bagian .
(3)
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-5-
Bagian sebagaimana dimaksud
atas paling banyak 4 (empat)
Kelompok Jabatari Fungsional.
(4) Khusus bagian yang menangani tata usaha
pimpinan, terdiri atas sejumlah subbagian sesuai
kebutuhan.
Bagian Keempat
Deputi Bidang Pengembangan Standar
Pasal 10
Deputi Bidang Pengembangan Standar merupakan
unsur pelaksana tugas dan fungsi Badan
Standardisasi Nasional di bidang pengembangan
standar yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala.
Deputi Bidang Pengembangan Standar dipimpin oleh
deputi.
Pasal 11
Deputi Bidang Pengembangan Standar mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang pengembangan standar.
Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, Deputi Bidang Pengembangan Standar
menyelenggarakan fungsi:
a. pen5rusunan kebijakan di bidang pengembangan
Standar Nasional Indonesia dan standar
internasional sektor agro, kesehatan, energi, kimia,
infrastruktur, transportasi, elektroteknika,
teiekomunikasi, sistem manajemen, penilaian
kesesuaian, dan aneka;
b. pelaksanaan . . .
pada ayat (2) terdiri
subbagian dan/atau
(1)
(2t
c.
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan
Standar Nasional Indonesia dan standar
internasional sektor agro, kesehatan, energi, kimia,
infrastruktur, transportasi, elektroteknika,
telekomunikasi, sistem manajemen, penilaian
kesesuaian, dan aneka;
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang
pengembangan Standar Nasional Indonesia dan
standar internasional sektor agro, kesehatan, energi,
kimia, infrastruktur, transportasi, elektroteknika,
telekomunikasi, sistem manajemen, penilaian
kesesuaian, dan aneka;
pelaksanaan pemenuhan kewajiban internasional di
bidang pengembangan standar; dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
Pasal 13
Deputi Bidang Pengembangan Standar terdiri atas
paling banyak 4 (empat) direktorat.
Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau
paling banyak 4 (empat) subdirektorat.
Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau
paling banyak 2 (dua) seksi.
Bagian Kelima
Deputi Bidang Penerapan Standar
dan Penilaian Kesesuaian
Pasal 14
(1) Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian
Kesesuaian merupakan unsur pelaksana tugas dan
fungsi Badan Standardisasi Nasional di bidang
penerapan standar dan penilaian kesesuaian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala.
d.
e.
(1)
(21
(3)
(2) Deputi
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-7 -
(2) Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian
Kesesuaian dipimpin oleh deputi.
Pasal 15
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian
Kesesuaian mempunyai tugas melaksanakan
pen)rusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
penerapan standar dan penilaian kesesuaian.
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasai 15, Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Penilaian Kesesuaian menyelenggarakan fungsi:
a. pen5rusunan kebij akan di bidang pengembangan
sistem, konsultasi, diseminasi, dan pengendalian
penerapan standar dan penilaian kesesuaian;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan
sistem, konsultasi, diseminasi, dan pengendalian
penerapan standar dan penilaian kesesuaian;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang
pengembangan sistem, konsultasi, diseminasi, dan
pengendalian penerapan standar dan penilaian
kesesuaian;
d. pelaksanaan pemenuhan kewaj iban internasional di
bidang pengembangan sistem, konsultasi,
diseminasi, dan pengendalian penerapan standar
dan penilaian kesesuaian; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
Pasal 17
Deputi Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian
terdiri atas paling banyak 4 (empat) direktorat.
Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau
paling banyak 4 (empat) subdirektorat.
(r)
(2)
(3) Subdirektorat .
(1)
(2t
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
(3) Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau
paling banyak 2 (dua) seksi.
Bagian Keenam
Deputi Bidang Akreditasi
Pasal i8
Deputi Bidang Akreditasi merupakan unsur
pelaksana tugas dan fungsi Badan Standardisasi
Nasional di bidang penyelenggaraan akreditasi
lembaga penilaian kesesuaian yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala.
Deputi Bidang Akreditasi dipimpin oleh deputi.
Pasal 19
Deputi Bidang Akreditasi mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian
kesesuaian.
Pasai 20
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19, Deputi Bidang Akreditasi
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan di bidang akreditasi
laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi,
laboratorium medik, lembaga inspeksi,
penyelenggara uji profisiensi, produsen bahan acuan,
dan lembaga sertifikasi;
b. peiaksanaan kebijakan di bidang akreditasi
laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi,
laboratorium medik, lembaga inspeksi,
penyelenggara uji profisiensi, produsen bahan acuan,
dan lembaga sertifikasi;
c. pelaksanaan
mPRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
c.
-9-
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang
akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium
kalibrasi, Iaboratorium medik, lembaga inspeksi,
penyelenggara uji profisiensi, produsen bahan acuan,
dan lembaga sertilikasi;
pelaksanaan pemenuhan kewajiban internasional di
bidang penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian
kesesuaian; dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
Pasal 21
Deputi Bidang Akreditasi terdiri atas paling banyak 4
(empat) direktorat.
Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (l )
terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau
paling banyak 4 (empat) subdirektorat.
Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau
paling banyak 2 (dua) seksi.
Bagian Ketujuh
Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran
Pasal 22
(1) Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran
merupakan unsur pelaksana tugas dan fungsi
Badan Standardisasi Nasional di bidang pengelolaan
standar nasional satuan ukuran yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala.
(21 Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran
dipimpin oleh deputi.
Pasal 23
Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang standar nasional satuan
ukuran.
d.
(1)
(2t
(s)
Pasal 24
PRESIDEN
REPU BLIK IN DO N ESIA
- 10-
Pasal 24
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23, Deputi Bidang Standar Nasional Satuan
Ukuran menyelenggarakan fungsi:
a. pen5rusunan kebijakan di bidang pengelolaan
standar nasional satuan ukuran fisika, radiasi,
kimia, biologi, dan sistem ketertelusuran
pengukuran;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang standar nasional
satuan ukuran fisika, radiasi, kimia, biologi, dan
sistem ketertelusuran pengukuran;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang
pengelolaan standar nasional satuan ukuran f,rsika,
radiasi, kimia, biologi, dan sistem ketertelusuran
pengukuran;
d. pelaksanaan pemenuhan kewajiban internasional di
bidang pengelolaan standar nasionai satuan ukuran
fisika, radiasi, kimia, biologi, dan sistem
ketertelusuran pengukuran; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
Pasal 25
Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran
terdiri atas paling banyak 4 (empat) direktorat.
Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau
paling banyak 4 (empat) subdirektorat.
Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau
paling banyak 2 (dua) seksi.
(1)
(2t
(3)
Bagian
(1)
(2t
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA
- il-
Bagian Kedelapan
Unsur Pengawas
Pasal 26
Inspektorat dibentuk sebagai unsur pengawasan
intern Badan Standardisasi Nasional.
Inspektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala dan secara administratif dikoordinasikan
oleh Sekretaris Utama.
Inspektorat dipimpin oleh Inspektur.
Pasal 27
Inspektorat mempunyai tugas meiaksanakan pengawasan
intern atas pelaksanaan tugas Badan Standardisasi
Nasional.
Pasal 28
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27, Inspektorat menyelenggarakan fungsi:
a. penlusunan kebijakan teknis pengawasan intern;
b. pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja
dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas
penugasan Kepala;
d. pen)rusunan laporan hasil pengawasan; dan
e. pelaksanaanadministrasilnspektorat.
Pasal 29
Inspektorat terdiri atas subbagian yang menangani fungsi
ketatausahaan dan Kelompok Jabatan Fungsional
Auditor.
(3)
Bagian
(1)
(2)
(3)
(1)
(2t
(3)
PRES IOEN
REPU BLIK INDONESIA
-t2-
Bagian Kesembilan
Unsur Pendukung
Pasal 30
Pusat dapat dibentuk di lingkungan Badan
Standardisasi Nasional sebagai unsur pendukung
tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional.
Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
melalui Sekretaris Utama.
Pusat dipimpin oleh kepaia pusat.
Pasal 3 I
Penentuan jumlah pusat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 ayat (1) didasarkan pada analisis
organisasi dan beban kerja.
Pusat terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional
dan/atau paling banyak 3 (tiga) bidang dan 1 (satu)
Subbagian yang menangani fungsi ketatatusahaan.
Pusat yang lokasinya terpisah dari kantor pusat,
terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau
paling banyak 3 (tiga) bidang dan I (satu) Bagian
yang menangani fungsi ketatausahaan;
Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional
dan/atau paling banyak 2 (dua) subbidang;
Bagian yang menangani fungsi ketatausahaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat terdiri
atas paling banyak 2 (dua) subbagian.
(4t
(5)
Bagian
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-13-
Bagian Kesepuluh
Unit Pelaksana Teknis
Pasal 32
(1) Untuk melaksanakan tugas teknis operasional
dan/atau tugas teknis penunjang di lingkungan
Badan Standardisasi Nasional dapat dibentuk unit
pelaksana teknis;
(21 Unit petaksana teknis dipimpin oleh kepala unit
pelaksana teknis.
Pasal 33
Pembentukan unit pelaksana teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (l) ditetapkan oleh Kepala
setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
aparatur negara.
Bagian Kesebelas
Jabatan Fungsional
Pasal 34
Jabatan fungsional dapat ditetapkan di lingkungan
Badan Standardisasi Nasional sesuai dengan kebutuhan
yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB III
JABATAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN
Pasal 35
(l) Kepala merupakan jabatan pimpinan tinggi utama.
(2) Sekretaris Utama dan deputi merupakan jabatan
pimpinan tinggi madya.
(3) Kepala
(4)
(s)
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-14-
(3) Kepala biro, direktur, kepala pusat, dan Inspektur
merupakan jabatan pimpinan tinggi pratama.
Kepa1a bagian, kepala subdirektorat, dan kepala
bidang merupakan jabatan administrator.
Kepala subbagian, kepala seksi, dan kepala
subbidang merupakan jabatan pengawas.
Pasal 36
Kepala diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas
usul menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan
tinggi.
Pasal 37
Sekretaris Utama dan deputi diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden atas usul Kepala sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat pimpinan tinggi pratama ke bawah diangkat
dan diberhentikan oleh Kepala sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat administrator ke bawah dapat diangkat dan
diberhentikan oleh pejabat yang diberi pelimpahan
wewenang oleh Kepala sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB IV
TATA KERJA
Pasal 38
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Badan
Standardisasi Nasional harus menyusun peta bisnis
proses yang menggambarkan tata hubungan kerja yang
efektif dan efisien antar unit organisasi di lingkungan
Badan Standardisasi Nasional.
(1)
(2t
(3)
Pasal 39
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-15-
Pasal 39
Kepala menyampaikan laporan kepada Presiden melalui
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dibidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi mengenai
hasil pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang
standardisasi dan penilaian kesesuaian secara berkala
atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
Pasal 40
Badan Standardisasi Nasional harus menyusun analisis
j abatan, peta jabatan, analisis beban kerja, dan uraian
tugas terhadap seluruh jabatan di lingkungan Badan
Standardisasi Nasional.
Pasal 41
Setiap unsur di lingkungan Badan Standardisasi
Nasional dalam melaksanakan tugasnya harus
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi dalam lingkungan Badan Standardisasi
Nasional maupun dalam hubungan antar instansi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pasal 42
Setiap pimpinan unit organisasi harus menerapkan
sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan
masing-masing untuk mewujudkan terlaksananya
mekanisme akuntabilitas publik melalui penyusunan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang
terintegrasi.
Pasal 43
Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab
memimpin dan mengoordinasikan bawahan dan
memberikan pengarahan serta petunjuk bagi
pelaksanaan tugas bawahan.
Pasal 44
PRESIOEN
REPUBLIK IN DON ES IA
-16-
Pasal 44
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengawasi
pelaksanaan tugas bawahannya masing-masing dan
apabila tedadi penyimpangan harus mengambil langkah
yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 45
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengikuti dan
mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada
atasan masing-masing dan menyampaikan laporan
kinerja secara berkala tepat pada waktunya.
Pasal 46
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit
organisasi harus melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap unit organisasi di bawahnya.
BAB V
PENDANAAN
Pasal 47
Pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan
tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional
dibebankan kepada anggaran pendapatan dan
belanja negara.
Selain pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(i), pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan
tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional
dapat diperoleh dari sumber lain yang sah dan tidak
mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(1)
(2t
BAB VI
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-17-
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 48
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan
organisasi, dan tata kerja Badan Standardisasi Nasional
Standardisasi Nasional diatur dengan Peraturan Kepala
Badan Standardisasi Nasional, yang ditetapkan setelah
mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
aparatur negara.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 49
Trgas dan fungsi mengenai standar nasional untuk
satuan ukuran sebagaimana diatur dalam Keputusan
Presiden Nomor 79 Tahun 2001 tentang Komite Standar
Nasional Untuk Satuan Ukuran dialihkan ke dalam tugas
dan fungsi Badan Standardisasi Nasional.
Pasal 50
(1) Pegawai negeri sipil yang melaksanakan tugas dan
fungsi mengenai standar nasional satuan ukuran di
lingkungan Pusat Penelitian Metrologi lrmbaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia menjadi pegawai negeri sipil
di lingkungan Badan Standardisasi Nasional.
(21 Perlengkapan, pembiayaan, dan dokumen
pengelolaan standar nasional satuan ukuran pada
Pusat Penelitian Metrologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia dialihkan menjadi
perlengkapan, pembiayaan, dan dokumen Badan
Standardisasi Nasional.
(3) Pengalihan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18-
(3) Pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dikoordinasikan oleh menteri yang
menyelenggaralan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara dengan melibatkan
unsur Badan Kepegawaian Negara, kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
riset, teknologi, dan pendidikan tinggi, kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan, Badan Standardisasi Nasional,
dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, serta
instansi terkait.
(4) Pelaksanaan pengalihan pegawai negeri sipil,
perlengkapan, pembiayaan, dan dokumen
pengelolaan standar nasional satuan ukuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21
dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 1
(satu) tahun sejak tanggal pengundangan Peraturan
Presiden ini.
Pasal 5l
Seluruh pejabat yang memangku jabatan di lingkungan
Badan Standardisasi Nasional sebagaimana dimaksud
dalam Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001
tentang Unit Organisasi dan Trgas Eselon I Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2OL3 tentang Perubahan Kedelapan Atas
Keputusan Presiden Nomor I l0 Tahun 20l l tentang Unit
Organisasi dan Trgas Eselon I Lembaga pemerintah Non
Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 11) tetap melaksanakan tugas dan
fungsinya sampai dengan diangkatnya pejabat baru
berdasarkan Peraturan Presiden ini.
BAB VIII
PRESIDEN
REPUELIK IN OO N ESIA
-19-
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 52
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari:
a. Keputusan Presiden Nomor 79 Tahun 200i tentang
Komite Standar Nasional Untuk Satuan Ukuran;
b. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
145 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan Atas
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 3221; dan
c. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang
Unit Organisasi dan Trgas Eselon I Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 4 Tahun 20i3 tentang Perubahan
Kedelapan Atas Keputusan Presiden Nomor 1 10
Tahun 2011 tentang Unit Organisasi dan Trgas
Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 11),
dinyatakan rnasih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan
Presiden ini.
Pasal 53
PRESIDEN
REPUALIK INDONESIA
-20-
Pasai 53
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku:
a. Keputusan Presiden Nomor 79 Tahun 2001 tentang
Komite Standar Nasional Untuk Satuan Ukuran;
b. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
145 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan Atas
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Trgas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 322) sepanjang yang mengatur
mengenai Badan Standardisasi Nasional; dan
c. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kedelapan Atas Keputusan Presiden Nomor 1 l0
Tahun 2011 tentang Unit Organisasi dan Trgas
Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 11) sepanjang yang mengatur mengenai unit
organisasi di lingkungan Badan Standardisasi
Nasional,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku'
Pasal 54
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar
PRESIDEN
R EPUBLIK INDONESIA
-21 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggai 2 Februari 2018
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 Februari 2018
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 10
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
,sisten Deputi Bidang Politik, Hukum, dan
peputi Bidang Hukum dan

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Permen no.24 tahun 2009 penilai amdal
Permen no.24 tahun 2009 penilai amdalPermen no.24 tahun 2009 penilai amdal
Permen no.24 tahun 2009 penilai amdal
yuni06
 
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraUU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Zulfikri Armada
 
No. 4 ttg perubahan kedua atas peraturan daerah kab. ppb no. 6 thn 2008 tenta...
No. 4 ttg perubahan kedua atas peraturan daerah kab. ppb no. 6 thn 2008 tenta...No. 4 ttg perubahan kedua atas peraturan daerah kab. ppb no. 6 thn 2008 tenta...
No. 4 ttg perubahan kedua atas peraturan daerah kab. ppb no. 6 thn 2008 tenta...
ppbkab
 

Was ist angesagt? (16)

Pp 11 tahun 2017
Pp 11 tahun 2017Pp 11 tahun 2017
Pp 11 tahun 2017
 
Pp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pns
Pp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pnsPp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pns
Pp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pns
 
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...
 
Penyusun data dan informasi
Penyusun data dan informasiPenyusun data dan informasi
Penyusun data dan informasi
 
Anjab sekretaris
Anjab sekretarisAnjab sekretaris
Anjab sekretaris
 
114342500 pengadministrasi-kepegawaian
114342500 pengadministrasi-kepegawaian114342500 pengadministrasi-kepegawaian
114342500 pengadministrasi-kepegawaian
 
Permen no.24 tahun 2009 penilai amdal
Permen no.24 tahun 2009 penilai amdalPermen no.24 tahun 2009 penilai amdal
Permen no.24 tahun 2009 penilai amdal
 
Analisis Jabatan Pengadministrasian Umum
Analisis Jabatan Pengadministrasian UmumAnalisis Jabatan Pengadministrasian Umum
Analisis Jabatan Pengadministrasian Umum
 
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraUU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
 
5 tahun 2012
5 tahun 20125 tahun 2012
5 tahun 2012
 
Pengelola dokumen perijinan
Pengelola dokumen perijinanPengelola dokumen perijinan
Pengelola dokumen perijinan
 
Permenpan2013 045
Permenpan2013 045Permenpan2013 045
Permenpan2013 045
 
Uji dokumen amdal
Uji dokumen amdalUji dokumen amdal
Uji dokumen amdal
 
No. 4 ttg perubahan kedua atas peraturan daerah kab. ppb no. 6 thn 2008 tenta...
No. 4 ttg perubahan kedua atas peraturan daerah kab. ppb no. 6 thn 2008 tenta...No. 4 ttg perubahan kedua atas peraturan daerah kab. ppb no. 6 thn 2008 tenta...
No. 4 ttg perubahan kedua atas peraturan daerah kab. ppb no. 6 thn 2008 tenta...
 
Anggaran Rumah Tangga Ikatan Penyuluh KB (IPeKB) Indonesia Tahun 2017
Anggaran Rumah Tangga Ikatan Penyuluh KB (IPeKB) Indonesia Tahun 2017Anggaran Rumah Tangga Ikatan Penyuluh KB (IPeKB) Indonesia Tahun 2017
Anggaran Rumah Tangga Ikatan Penyuluh KB (IPeKB) Indonesia Tahun 2017
 
Anggaran Dasar Ikatan Penyuluh KB (IPeKB) Indonesia Tahun 2017
Anggaran Dasar Ikatan Penyuluh KB (IPeKB) Indonesia Tahun 2017Anggaran Dasar Ikatan Penyuluh KB (IPeKB) Indonesia Tahun 2017
Anggaran Dasar Ikatan Penyuluh KB (IPeKB) Indonesia Tahun 2017
 

Ähnlich wie 03 perpres nomor-4-tahun-2018 bsn

Uu nomor 20 tahun 2014 standardisasi dan penilaian kesesuaian
Uu nomor 20 tahun 2014 standardisasi dan penilaian kesesuaianUu nomor 20 tahun 2014 standardisasi dan penilaian kesesuaian
Uu nomor 20 tahun 2014 standardisasi dan penilaian kesesuaian
Winarto Winartoap
 
Perpres no 106 th 2007
Perpres no 106 th 2007Perpres no 106 th 2007
Perpres no 106 th 2007
ADIJM
 
Komite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakitKomite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakit
mochammad rasyiid
 
Uu 20 tahun-2014_standardisasi dan penilaian kesesuaian
Uu 20 tahun-2014_standardisasi dan penilaian kesesuaianUu 20 tahun-2014_standardisasi dan penilaian kesesuaian
Uu 20 tahun-2014_standardisasi dan penilaian kesesuaian
Mohammad Singgih
 
Permen lh-no-05-th-2013-tentang-pedoman-adiwiyata
Permen lh-no-05-th-2013-tentang-pedoman-adiwiyataPermen lh-no-05-th-2013-tentang-pedoman-adiwiyata
Permen lh-no-05-th-2013-tentang-pedoman-adiwiyata
Agus Fattah Riadi
 
Ind puu-7-2013-permen lh 05 th 2013 adiwiyata
Ind puu-7-2013-permen lh 05 th 2013 adiwiyataInd puu-7-2013-permen lh 05 th 2013 adiwiyata
Ind puu-7-2013-permen lh 05 th 2013 adiwiyata
Agung Nugroho Zaini
 
Permendagri no.52 thn 2011 ttg standar operasional prosedur di lingkungan pe...
Permendagri no.52 thn 2011 ttg standar operasional prosedur  di lingkungan pe...Permendagri no.52 thn 2011 ttg standar operasional prosedur  di lingkungan pe...
Permendagri no.52 thn 2011 ttg standar operasional prosedur di lingkungan pe...
PA Rianto
 

Ähnlich wie 03 perpres nomor-4-tahun-2018 bsn (20)

Kepmen nomor 03 10 2002
Kepmen nomor 03 10 2002Kepmen nomor 03 10 2002
Kepmen nomor 03 10 2002
 
Bn418 2017
Bn418 2017Bn418 2017
Bn418 2017
 
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]
 
Perpres no 66 tahun 2015 ttg Bappenas
Perpres no 66 tahun 2015 ttg BappenasPerpres no 66 tahun 2015 ttg Bappenas
Perpres no 66 tahun 2015 ttg Bappenas
 
Permenlh nomor 02_tahun_2009_ttg_adiwiyata
Permenlh nomor 02_tahun_2009_ttg_adiwiyataPermenlh nomor 02_tahun_2009_ttg_adiwiyata
Permenlh nomor 02_tahun_2009_ttg_adiwiyata
 
Permen No 5 tentang TTG Sistem SKKNI
Permen No 5 tentang TTG Sistem SKKNIPermen No 5 tentang TTG Sistem SKKNI
Permen No 5 tentang TTG Sistem SKKNI
 
Permenakertrans 5 2012
Permenakertrans 5 2012Permenakertrans 5 2012
Permenakertrans 5 2012
 
Sop
SopSop
Sop
 
Uu nomor 20 tahun 2014 standardisasi dan penilaian kesesuaian
Uu nomor 20 tahun 2014 standardisasi dan penilaian kesesuaianUu nomor 20 tahun 2014 standardisasi dan penilaian kesesuaian
Uu nomor 20 tahun 2014 standardisasi dan penilaian kesesuaian
 
Salinan perpres nomor 110 tahun 2021
Salinan perpres nomor 110 tahun 2021Salinan perpres nomor 110 tahun 2021
Salinan perpres nomor 110 tahun 2021
 
Perpres no 106 th 2007
Perpres no 106 th 2007Perpres no 106 th 2007
Perpres no 106 th 2007
 
Komite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakitKomite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakit
 
Uu 20 tahun-2014_standardisasi dan penilaian kesesuaian
Uu 20 tahun-2014_standardisasi dan penilaian kesesuaianUu 20 tahun-2014_standardisasi dan penilaian kesesuaian
Uu 20 tahun-2014_standardisasi dan penilaian kesesuaian
 
ittama-Knowledge-Sharing-Sosialisasi-Policy-Brief-di-Sekretariat-Jenderal-DPR...
ittama-Knowledge-Sharing-Sosialisasi-Policy-Brief-di-Sekretariat-Jenderal-DPR...ittama-Knowledge-Sharing-Sosialisasi-Policy-Brief-di-Sekretariat-Jenderal-DPR...
ittama-Knowledge-Sharing-Sosialisasi-Policy-Brief-di-Sekretariat-Jenderal-DPR...
 
Permendikbud No. 45 tahun 2013
Permendikbud No. 45 tahun 2013Permendikbud No. 45 tahun 2013
Permendikbud No. 45 tahun 2013
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013
 
Permen lh-no-05-th-2013-tentang-pedoman-adiwiyata
Permen lh-no-05-th-2013-tentang-pedoman-adiwiyataPermen lh-no-05-th-2013-tentang-pedoman-adiwiyata
Permen lh-no-05-th-2013-tentang-pedoman-adiwiyata
 
Ind puu-7-2013-permen lh 05 th 2013 adiwiyata
Ind puu-7-2013-permen lh 05 th 2013 adiwiyataInd puu-7-2013-permen lh 05 th 2013 adiwiyata
Ind puu-7-2013-permen lh 05 th 2013 adiwiyata
 
Pertemuan keenam Lanjutan STANDARISASI dan SERTIFIKASI PRODUK.pptx
Pertemuan keenam Lanjutan STANDARISASI dan SERTIFIKASI PRODUK.pptxPertemuan keenam Lanjutan STANDARISASI dan SERTIFIKASI PRODUK.pptx
Pertemuan keenam Lanjutan STANDARISASI dan SERTIFIKASI PRODUK.pptx
 
Permendagri no.52 thn 2011 ttg standar operasional prosedur di lingkungan pe...
Permendagri no.52 thn 2011 ttg standar operasional prosedur  di lingkungan pe...Permendagri no.52 thn 2011 ttg standar operasional prosedur  di lingkungan pe...
Permendagri no.52 thn 2011 ttg standar operasional prosedur di lingkungan pe...
 

Kürzlich hochgeladen (8)

evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
 
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 

03 perpres nomor-4-tahun-2018 bsn

  • 1. SALINAN PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2OI8 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2OL4 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Badan Standardisasi Nasional; Mengingat 2. 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2Ol4 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 558a); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN STANDARDI SASI NASIONAL. TENTANG BADAN BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 Badan Standardisasi Nasional berada di bertanggung jawab kepada Presiden melalui menyelenggarakan urusan pemerintahan di teknologi, dan pendidikan tinggi. bawah dan menteri yang bidang riset, Pasal2... #D
  • 2. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -2- Pasal 2 Badan Standardisasi Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian. Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Badan Standardisasi Nasional menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan kebijakan nasional di bidang pengembangan standar, penerapan standar, penilaian kesesuaian, penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian, dan pengelolaan standar nasional satuan ukuran; b. pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengembangan standar, penerapan standar, penilaian kesesuaian, penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian, dan pengelolaan standar nasional satuan ukuran; c. pemantauan dan evaluasi di bidang pengembangan standar, penerapan standar, penilaian kesesuaian, penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian, dan pengelolaan standar nasional satuan ukuran; d. pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan Standardisasi Nasional; e. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Standardisasi Nasional; f. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Badan Standardisasi Nasional; dan g. pengawasan intern atas pelaksanaan tugas Badan Standardisasi Nasional. BAB II
  • 3. PRESIDEN REPU BLIK INDONESIA -3- BAB II ORGANISASI Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 4 Badan Standardisasi Nasional terdiri atas: a. Kepala; b. Sekretariat Utama; c. Deputi Bidang Pengembangan Standar; d. Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian; e. Deputi Bidang Akreditasi; dan f. Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran. Bagian Kedua Kepala Pasal 5 Kepala mempunyai tugas memimpin Badan Standardisasi Nasional dalam melaksanakan tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional. Bagian Ketiga Sekretariat Utama Pasal 6 Sekretariat Utama merupakan unsur pembantu pemimpin yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala. Sekretariat Utama dipimpin oleh Sekretaris Utama. (1) (2t Pasal 7
  • 4. PRESIDEN REPUELIK INDONESIA -4- Pasal 7 Sekretariat Utama mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Standardisasi Nasional. Pasal 8 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi kegiatan di Standardisasi Nasional; lingkungan Badan b. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Badan Standardisasi Nasional; c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, sumber daya aparatur, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Badan Standardisasi Nasional; d. pembinaan dan penataan organisasi serta tata laksana; e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang- undangan serta pelaksanaan advokasi hukum; f. penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara atau kekayaan negara dan pelayanan pengadaan barang/jasa; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala. Pasal 9 (1) Sekretariat Utama terdiri atas paling banyak 3 (tiga) biro. (21 Biro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 4 (empat) bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian .
  • 5. (3) PRESIDEN REPU BLIK INDONESIA -5- Bagian sebagaimana dimaksud atas paling banyak 4 (empat) Kelompok Jabatari Fungsional. (4) Khusus bagian yang menangani tata usaha pimpinan, terdiri atas sejumlah subbagian sesuai kebutuhan. Bagian Keempat Deputi Bidang Pengembangan Standar Pasal 10 Deputi Bidang Pengembangan Standar merupakan unsur pelaksana tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional di bidang pengembangan standar yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. Deputi Bidang Pengembangan Standar dipimpin oleh deputi. Pasal 11 Deputi Bidang Pengembangan Standar mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan standar. Pasal 12 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Deputi Bidang Pengembangan Standar menyelenggarakan fungsi: a. pen5rusunan kebijakan di bidang pengembangan Standar Nasional Indonesia dan standar internasional sektor agro, kesehatan, energi, kimia, infrastruktur, transportasi, elektroteknika, teiekomunikasi, sistem manajemen, penilaian kesesuaian, dan aneka; b. pelaksanaan . . . pada ayat (2) terdiri subbagian dan/atau (1) (2t
  • 6. c. PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA -6- b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan Standar Nasional Indonesia dan standar internasional sektor agro, kesehatan, energi, kimia, infrastruktur, transportasi, elektroteknika, telekomunikasi, sistem manajemen, penilaian kesesuaian, dan aneka; pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan Standar Nasional Indonesia dan standar internasional sektor agro, kesehatan, energi, kimia, infrastruktur, transportasi, elektroteknika, telekomunikasi, sistem manajemen, penilaian kesesuaian, dan aneka; pelaksanaan pemenuhan kewajiban internasional di bidang pengembangan standar; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala. Pasal 13 Deputi Bidang Pengembangan Standar terdiri atas paling banyak 4 (empat) direktorat. Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 4 (empat) subdirektorat. Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 2 (dua) seksi. Bagian Kelima Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian Pasal 14 (1) Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian merupakan unsur pelaksana tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional di bidang penerapan standar dan penilaian kesesuaian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. d. e. (1) (21 (3) (2) Deputi
  • 7. PRESIDEN REPU BLIK INDONESIA -7 - (2) Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian dipimpin oleh deputi. Pasal 15 Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian mempunyai tugas melaksanakan pen)rusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penerapan standar dan penilaian kesesuaian. Pasal 16 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasai 15, Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian menyelenggarakan fungsi: a. pen5rusunan kebij akan di bidang pengembangan sistem, konsultasi, diseminasi, dan pengendalian penerapan standar dan penilaian kesesuaian; b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sistem, konsultasi, diseminasi, dan pengendalian penerapan standar dan penilaian kesesuaian; c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan sistem, konsultasi, diseminasi, dan pengendalian penerapan standar dan penilaian kesesuaian; d. pelaksanaan pemenuhan kewaj iban internasional di bidang pengembangan sistem, konsultasi, diseminasi, dan pengendalian penerapan standar dan penilaian kesesuaian; dan e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala. Pasal 17 Deputi Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian terdiri atas paling banyak 4 (empat) direktorat. Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 4 (empat) subdirektorat. (r) (2) (3) Subdirektorat .
  • 8. (1) (2t PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -8- (3) Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 2 (dua) seksi. Bagian Keenam Deputi Bidang Akreditasi Pasal i8 Deputi Bidang Akreditasi merupakan unsur pelaksana tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional di bidang penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. Deputi Bidang Akreditasi dipimpin oleh deputi. Pasal 19 Deputi Bidang Akreditasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian. Pasai 20 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Deputi Bidang Akreditasi menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan kebijakan di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi, penyelenggara uji profisiensi, produsen bahan acuan, dan lembaga sertifikasi; b. peiaksanaan kebijakan di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi, penyelenggara uji profisiensi, produsen bahan acuan, dan lembaga sertifikasi; c. pelaksanaan
  • 9. mPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA c. -9- pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang akreditasi laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, Iaboratorium medik, lembaga inspeksi, penyelenggara uji profisiensi, produsen bahan acuan, dan lembaga sertilikasi; pelaksanaan pemenuhan kewajiban internasional di bidang penyelenggaraan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala. Pasal 21 Deputi Bidang Akreditasi terdiri atas paling banyak 4 (empat) direktorat. Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (l ) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 4 (empat) subdirektorat. Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 2 (dua) seksi. Bagian Ketujuh Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran Pasal 22 (1) Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran merupakan unsur pelaksana tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional di bidang pengelolaan standar nasional satuan ukuran yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. (21 Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran dipimpin oleh deputi. Pasal 23 Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang standar nasional satuan ukuran. d. (1) (2t (s) Pasal 24
  • 10. PRESIDEN REPU BLIK IN DO N ESIA - 10- Pasal 24 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran menyelenggarakan fungsi: a. pen5rusunan kebijakan di bidang pengelolaan standar nasional satuan ukuran fisika, radiasi, kimia, biologi, dan sistem ketertelusuran pengukuran; b. pelaksanaan kebijakan di bidang standar nasional satuan ukuran fisika, radiasi, kimia, biologi, dan sistem ketertelusuran pengukuran; c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan standar nasional satuan ukuran f,rsika, radiasi, kimia, biologi, dan sistem ketertelusuran pengukuran; d. pelaksanaan pemenuhan kewajiban internasional di bidang pengelolaan standar nasionai satuan ukuran fisika, radiasi, kimia, biologi, dan sistem ketertelusuran pengukuran; dan e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala. Pasal 25 Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran terdiri atas paling banyak 4 (empat) direktorat. Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 4 (empat) subdirektorat. Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 2 (dua) seksi. (1) (2t (3) Bagian
  • 11. (1) (2t PRESIDEN REPUBLIK IN DO N ESIA - il- Bagian Kedelapan Unsur Pengawas Pasal 26 Inspektorat dibentuk sebagai unsur pengawasan intern Badan Standardisasi Nasional. Inspektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala dan secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Utama. Inspektorat dipimpin oleh Inspektur. Pasal 27 Inspektorat mempunyai tugas meiaksanakan pengawasan intern atas pelaksanaan tugas Badan Standardisasi Nasional. Pasal 28 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Inspektorat menyelenggarakan fungsi: a. penlusunan kebijakan teknis pengawasan intern; b. pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya; c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Kepala; d. pen)rusunan laporan hasil pengawasan; dan e. pelaksanaanadministrasilnspektorat. Pasal 29 Inspektorat terdiri atas subbagian yang menangani fungsi ketatausahaan dan Kelompok Jabatan Fungsional Auditor. (3) Bagian
  • 12. (1) (2) (3) (1) (2t (3) PRES IOEN REPU BLIK INDONESIA -t2- Bagian Kesembilan Unsur Pendukung Pasal 30 Pusat dapat dibentuk di lingkungan Badan Standardisasi Nasional sebagai unsur pendukung tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional. Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala melalui Sekretaris Utama. Pusat dipimpin oleh kepaia pusat. Pasal 3 I Penentuan jumlah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) didasarkan pada analisis organisasi dan beban kerja. Pusat terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 3 (tiga) bidang dan 1 (satu) Subbagian yang menangani fungsi ketatatusahaan. Pusat yang lokasinya terpisah dari kantor pusat, terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 3 (tiga) bidang dan I (satu) Bagian yang menangani fungsi ketatausahaan; Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 2 (dua) subbidang; Bagian yang menangani fungsi ketatausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat terdiri atas paling banyak 2 (dua) subbagian. (4t (5) Bagian
  • 13. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -13- Bagian Kesepuluh Unit Pelaksana Teknis Pasal 32 (1) Untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang di lingkungan Badan Standardisasi Nasional dapat dibentuk unit pelaksana teknis; (21 Unit petaksana teknis dipimpin oleh kepala unit pelaksana teknis. Pasal 33 Pembentukan unit pelaksana teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (l) ditetapkan oleh Kepala setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara. Bagian Kesebelas Jabatan Fungsional Pasal 34 Jabatan fungsional dapat ditetapkan di lingkungan Badan Standardisasi Nasional sesuai dengan kebutuhan yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB III JABATAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN Pasal 35 (l) Kepala merupakan jabatan pimpinan tinggi utama. (2) Sekretaris Utama dan deputi merupakan jabatan pimpinan tinggi madya. (3) Kepala
  • 14. (4) (s) PRESIDEN REPU BLIK INDONESIA -14- (3) Kepala biro, direktur, kepala pusat, dan Inspektur merupakan jabatan pimpinan tinggi pratama. Kepa1a bagian, kepala subdirektorat, dan kepala bidang merupakan jabatan administrator. Kepala subbagian, kepala seksi, dan kepala subbidang merupakan jabatan pengawas. Pasal 36 Kepala diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi. Pasal 37 Sekretaris Utama dan deputi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Kepala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pejabat pimpinan tinggi pratama ke bawah diangkat dan diberhentikan oleh Kepala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pejabat administrator ke bawah dapat diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang diberi pelimpahan wewenang oleh Kepala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IV TATA KERJA Pasal 38 Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Badan Standardisasi Nasional harus menyusun peta bisnis proses yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan efisien antar unit organisasi di lingkungan Badan Standardisasi Nasional. (1) (2t (3) Pasal 39
  • 15. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -15- Pasal 39 Kepala menyampaikan laporan kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi mengenai hasil pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. Pasal 40 Badan Standardisasi Nasional harus menyusun analisis j abatan, peta jabatan, analisis beban kerja, dan uraian tugas terhadap seluruh jabatan di lingkungan Badan Standardisasi Nasional. Pasal 41 Setiap unsur di lingkungan Badan Standardisasi Nasional dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam lingkungan Badan Standardisasi Nasional maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pasal 42 Setiap pimpinan unit organisasi harus menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan masing-masing untuk mewujudkan terlaksananya mekanisme akuntabilitas publik melalui penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang terintegrasi. Pasal 43 Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan bawahan dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan. Pasal 44
  • 16. PRESIOEN REPUBLIK IN DON ES IA -16- Pasal 44 Setiap pimpinan unit organisasi harus mengawasi pelaksanaan tugas bawahannya masing-masing dan apabila tedadi penyimpangan harus mengambil langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 45 Setiap pimpinan unit organisasi harus mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan kinerja secara berkala tepat pada waktunya. Pasal 46 Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit organisasi di bawahnya. BAB V PENDANAAN Pasal 47 Pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja negara. Selain pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (i), pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional dapat diperoleh dari sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (1) (2t BAB VI
  • 17. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -17- BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 48 Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Standardisasi Nasional Standardisasi Nasional diatur dengan Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional, yang ditetapkan setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 49 Trgas dan fungsi mengenai standar nasional untuk satuan ukuran sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 79 Tahun 2001 tentang Komite Standar Nasional Untuk Satuan Ukuran dialihkan ke dalam tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional. Pasal 50 (1) Pegawai negeri sipil yang melaksanakan tugas dan fungsi mengenai standar nasional satuan ukuran di lingkungan Pusat Penelitian Metrologi lrmbaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menjadi pegawai negeri sipil di lingkungan Badan Standardisasi Nasional. (21 Perlengkapan, pembiayaan, dan dokumen pengelolaan standar nasional satuan ukuran pada Pusat Penelitian Metrologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dialihkan menjadi perlengkapan, pembiayaan, dan dokumen Badan Standardisasi Nasional. (3) Pengalihan
  • 18. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 18- (3) Pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggaralan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara dengan melibatkan unsur Badan Kepegawaian Negara, kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi, kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan, Badan Standardisasi Nasional, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, serta instansi terkait. (4) Pelaksanaan pengalihan pegawai negeri sipil, perlengkapan, pembiayaan, dan dokumen pengelolaan standar nasional satuan ukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal pengundangan Peraturan Presiden ini. Pasal 5l Seluruh pejabat yang memangku jabatan di lingkungan Badan Standardisasi Nasional sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Trgas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2OL3 tentang Perubahan Kedelapan Atas Keputusan Presiden Nomor I l0 Tahun 20l l tentang Unit Organisasi dan Trgas Eselon I Lembaga pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 11) tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan diangkatnya pejabat baru berdasarkan Peraturan Presiden ini. BAB VIII
  • 19. PRESIDEN REPUELIK IN OO N ESIA -19- BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 52 Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari: a. Keputusan Presiden Nomor 79 Tahun 200i tentang Komite Standar Nasional Untuk Satuan Ukuran; b. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3221; dan c. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Trgas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 20i3 tentang Perubahan Kedelapan Atas Keputusan Presiden Nomor 1 10 Tahun 2011 tentang Unit Organisasi dan Trgas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 11), dinyatakan rnasih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini. Pasal 53
  • 20. PRESIDEN REPUALIK INDONESIA -20- Pasai 53 Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku: a. Keputusan Presiden Nomor 79 Tahun 2001 tentang Komite Standar Nasional Untuk Satuan Ukuran; b. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Trgas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322) sepanjang yang mengatur mengenai Badan Standardisasi Nasional; dan c. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan Atas Keputusan Presiden Nomor 1 l0 Tahun 2011 tentang Unit Organisasi dan Trgas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 11) sepanjang yang mengatur mengenai unit organisasi di lingkungan Badan Standardisasi Nasional, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku' Pasal 54 Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
  • 21. PRESIDEN R EPUBLIK INDONESIA -21 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggai 2 Februari 2018 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. JOKO WIDODO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 6 Februari 2018 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. YASONNA H. LAOLY LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 10 Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA ,sisten Deputi Bidang Politik, Hukum, dan peputi Bidang Hukum dan