SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 9
GEOLOGI REGIONAL KOTA SEMARANG

1.1 Keadaan Umum Wilayah Semarang
         Secara geografis, wilayah Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah
    terletak pada koordinat 110º16’20’’ - 110 º 30’29’’ Bujur Timur dan 6 º
    55’34’’ - 7º 07’04’’ Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km2.
    Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia
    beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan yang silih
    berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah
    Semarang utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan
    antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata per bulan
    berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338 mm/bulan,
    curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan
    curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan
•        Sebelah Utara berbatasan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai ± 13,6
    km
•        Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang
•        Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak
•        Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal
         Secara administrasi, Kota Semarang terdiri dari 16 Kecamatan dan 177
    Kelurahan. Letak kota Semarang hampir berada di tengah – tengah bentangan
    panjang kepulauan Indonesia dari arah Barat ke Timur.
           Curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September
    dengan curah hujan antara 58 - 131 mm/bulan. Temperatur udara berkisar
    antara 240 C sampai dengan 330 C dengan kelembaban udara rata – rata
    bervariasi antara 62% sampai dengan 84%. Sedangkan kecepatan angin rata –
    rata adalah 5,9 Km/jam.
1.2 Topografi Daerah Semarang
       Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 – 348 m di
   atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir,
   dataran dan perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar antara 0% – 45%.


1.3 Morfologi Daerah Semarang
   Morfologi daerah Semarang berdasarkan pada bentuk topografi dan
kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu:
   a. Dataran rendah
           Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah bagian
       barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng
       umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan
       antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian tempat di bagian utara antara 0 - 25 m
       dpl dan di bagian barat daya ketinggiannya antara 225 - 275 m dpl. Luas
       penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah Semarang.
       Dataran rendah membentang sejajar garis pantai Laut Jawa, dengan lebar
       2,5 km – 10 km, dengan 10 m di atas permukaan air laut. Daerah
       ini<ketinggian tempat membentuk kawasan luapan banjir pada sisi sungai
       dengan aluvial hidromorf yang berupa kerikil, pasir, lanau dan
       lempung.Pertemuan dengan garis pantai, endapan aluvial membentuk delta
       berupa pasir, lanau dan lempung. Akibat gelombang dan pasang surut air
       laut, maka endapan tersebut menyebar ke arah Timur Laut dan Barat Daya,
       dan membuat garis pantai semakin maju.


   b. Daerah Bergelombang
           Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit
       dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus
       dengan kemiringan lereng medan 5 - 10% (3-9%), ketinggian tempat
       antara 25 - 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km 2. (17,36%)
       dari seluruh daerah Semarang.
   c. Daerah Dataran Tinggi
Merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang yang berhulu
   di Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola meranting, dan masih terus
   mengikis tegak lurus kebawah kearah hulu dengan kuat, membentuk
   daerah yang mempunyai derajat erosi yang tinggi dan luas.
d. Daerah antara
          Terletak diantara Daerah rendah dan Daerah Tinggi. Morfologi
   daerah antara ini, umumnya berupa daerah perbukitan dengan kelerengan
   yang sedang hingga terjal.
e. Perbukitan Berlereng Landai
          Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan,
   mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan
   lereng 10 - 15 % dengan ketinggian wilayah 25 - 435 m dpl. Luas
   penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari seluruh daerah Semarang.
f. Perbukitan Berlereng Agak Terjal
          Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan
   dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 -
   30%, ketinggian tempat antara 25 - 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar
   57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah Semarang.
g. Perbukitan Berlereng Terjal
          Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan
   dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 - 50%,
   ketinggian tempat antara 40 - 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar
   17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah Semarang.
h. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal
          Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai
   dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50
   - 70%, ketinggian tempat antara 45 - 165 m dpl. Luas penyebarannya
   sekitar 2,26 Km2(0,58%) dari seluruh daerah Semarang.
i. Perbukitan Berlereng Curam
          Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan
   lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat
antara 100 - 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%)
         dari seluruh daerah Semarang.


1.4 Tata Guna Lahan
        Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah
terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran
perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak
terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan serta
konservasi.


1.5 Susunan Stratigrafi
           Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang -
   Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai
   berikut :
   1.     Aluvium
          Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai
   litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya
   mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari
   kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun
   andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir.


   2.     Batuan Gunung api Gajah Mungkur
          Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir
   halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan augit,
   bersifat keras dan kompak. Setempat memperlihatkan struktur kekar
   berlembar (sheeting joint).


   3.     Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)
          BatuanGunungapi Kaligesik berupa lava basalt, berwarna abu-abu
   kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit,
   sangat keras.
4.   Formasi Jongkong
     Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut
batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman,
komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut - membundar tanggung dengan
masa dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna
abu-abu tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler
(berongga).


5.   Formasi Damar
     Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi
volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus - kasar,
komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar
tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan
hingga kehitaman, komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran
0,5 - 5 cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi
volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman,
komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 - 20 cm, menyudut -
membundar tanggung, agak keras.


6.   Formasi Kaligetas
      Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus
sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung
mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat
kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa
dasar tufa, komponen umumnya menyudut - menyudut tanggung, porositas
sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak
rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning
keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna
hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur
dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang,
   porositas sedang, agak keras.


   7.   Formasi Kalibeng
         Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal
   berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral
   lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras
   dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini
   setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning
   kehitaman, halus - kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping
   merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.
   8.   Formasi Kerek
         Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi
   volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua, gampingan,
   sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil
   foram, moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat
   dalam batu lempung di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping
   umumnya berlapis, kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih
   dari 400 m.


1.6 Struktur Geologi
         Struktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya berupa
   sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal
   relatif berarah barat - timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser
   berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal
   relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan
   Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter
   dan tersier. Geseran-geseran intensif sering terlihat pada batuan napal dan batu
   lempung, yang terlihat jelas pada Formasi Kalibiuk di daerah Manyaran dan
   Tinjomoyo. Struktur sesar ini merupakan salah satu penyebab daerah tersebut
mempunyai jalur “lemah”, sehingga daerahnya mudah tererosi dan terjadi
   gerakan tanah.


1.7 Gerakan Tanah
          Dari hasil analisis kemantapan lereng diketahui bahwa tanah
    pelapukan batu lempung mempunyai sudut lereng kritis paling kecil yaitu
    14,85%. pelapukan napal sudut lereng kritisnya adalah 19,5% , Pelapukan
    batu pasir tufaan mempunyai sudut lereng kritis 20,8% dan pelapukan breksi
    sudut lereng kritisnya 23,5%. Berdasarkan analisis di atas maka daerah
    Kotamadya Semarang dapat dibagi menjadi empat zona kerentanan gerakan
    tanah, yaitu Zona Kerentanan Gerakan Tanah sangat Rendah, Rendah,
    Menengah dan Tinggi.
    1.        Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah
         Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi
    gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah terjadi gerakan
    tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah baru, terkecuali pada
    daerah tidak luas di sekitar tebing sungai. Merupakan daerah datar sampai
    landai dengan kemiringan lereng alam kurang dari 15 % dan lereng tidak
    dibentuk oleh endapan gerakan tanah, bahan timbunan atau lempung yang
    bersifat mengembang. Lereng umumnya dibentuk oleh endapan aluvium
    (Qa), batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), dan lava andesit
    (Qhg). Daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah
    sebagian besar meliputi bagian utara Kodya Semarang, mulai dari
    Mangkang, kota semarang, Gayamsari, Pedurungan, Plamongan, Gendang,
    Kedungwinong, Pengkol, Kaligetas, Banyumanik, Tembalang, Kondri dan
    Pesantren, dengan luas sekitar 222,8 Km2 (57,15%) dari seluruh daerah
    Semarang.


    2.    Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
         Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi
    gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah jika
tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat gerakan tanah
lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin
dapat terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai. Kisaran kemiringan
lereng mulai dari landai (5 - 5%) sampai sangat terjal (50 - 70%).
Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah
pembentuk lereng. Pada lereng terjal umumnya dibentuk oleh tanah
pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi penutup baik cukup tipis dan
vegetasi penutup baik, umumnya berupa hutan atau perkebunan. Lereng
pada umumnya dibentuk oleh breksi volkanik (Qpkg), batu pasir tufaan
(QTd), breksi andesit (Qpj) dan lava (Qhg). Daerah yang termasuk zona ini
antara lain Jludang, Salamkerep, Wonosari, Ngaliyan, Karangjangkang,
Candisari, Ketileng, Dadapan, G. Gajahmungkur, Mangunsari, Prebalan,
Ngrambe, dan Mijen dengan luas penyebaran 77,00 km2 (19,88%) dari luas
daerah Semarang.


3.    Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
     Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi
gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada
daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir tebing jalan atau jika
lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat
curah hujan yang tinggi. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 -
15%) sampai sangat terjal (50 - 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik
dan keteknikan batuan dan tanah sebagai material pembentuk lereng.
Umumnya lereng mempunyai vegetasi penutup kurang. Lereng pada
umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmk), perselingan batu lempung dan
napal (Tmkl), batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), lava (Qhg)
dan lahar (Qpk). Penyebaran zona ini meliputi daerah sekitar Tambakaji,
Bringin, Duwet, Kedungbatu, G. Makandowo, Banteng, Sambiroto, G.
Tugel, Deli, Damplak, Kemalon, Sadeng, Kalialang, Ngemplak dan
Srindingan dengan luas sekitar 64,8 Km2 (16,76%) dari seluruh daerah
Semarang.
4.    Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
     Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan
tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah
lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat curah hujan tinggi
dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng mulai landai (5 - 15%)
sampai curam (>70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan
batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang. Lereng
pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmkl), perselingan batu
lempung dan napal (Tmk), batu pasir tufaan (QTd) dan breksi volkanik
(Qpkg). Daerah yang termasuk zona ini antara lain: Pucung, Jokoprono,
Talunkacang, Mambankerep, G. Krincing, Kuwasen, G. Bubak, Banaran,
Asinan, Tebing Kali Garang dan Kali Kripik bagian tengah dan selatan,
Tegalklampis, G. Gombel, Metaseh, Salakan dan Sidoro dengan luas
penyebaran sekitar 23,6 km2(6,21%) dari seluruh daerah Semarang.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal VulkanikLaporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik'Oke Aflatun'
 
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad FauzanTugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzanopelnufail
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiMario Yuven
 
Laporan geomorf Peta kontur
Laporan geomorf  Peta konturLaporan geomorf  Peta kontur
Laporan geomorf Peta kontur'Oke Aflatun'
 
BATUAN SEDIMEN KLASTIK.pptx
BATUAN SEDIMEN KLASTIK.pptxBATUAN SEDIMEN KLASTIK.pptx
BATUAN SEDIMEN KLASTIK.pptxDarfiinn
 
bentuklahan karst
bentuklahan karstbentuklahan karst
bentuklahan karstnur wulan
 
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstoneResume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone'Oke Aflatun'
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuInri Pata'dungan
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuadbel Edwar
 
Laporan denudasional
Laporan denudasional Laporan denudasional
Laporan denudasional 'Oke Aflatun'
 
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastikMekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastikDiki Prasetya
 

Was ist angesagt? (20)

Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal VulkanikLaporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
 
Piroksen
PiroksenPiroksen
Piroksen
 
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad FauzanTugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
 
Geologi dasar
Geologi dasarGeologi dasar
Geologi dasar
 
Laporan geomorf Peta kontur
Laporan geomorf  Peta konturLaporan geomorf  Peta kontur
Laporan geomorf Peta kontur
 
Batuan sedimen
Batuan sedimenBatuan sedimen
Batuan sedimen
 
Magma
MagmaMagma
Magma
 
Bentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvialBentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvial
 
BATUAN SEDIMEN KLASTIK.pptx
BATUAN SEDIMEN KLASTIK.pptxBATUAN SEDIMEN KLASTIK.pptx
BATUAN SEDIMEN KLASTIK.pptx
 
Bentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvialBentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvial
 
Morfologi karst
Morfologi karstMorfologi karst
Morfologi karst
 
bentuklahan karst
bentuklahan karstbentuklahan karst
bentuklahan karst
 
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstoneResume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan beku
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan beku
 
Laporan denudasional
Laporan denudasional Laporan denudasional
Laporan denudasional
 
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastikMekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
 
Mekanika batuan
Mekanika batuanMekanika batuan
Mekanika batuan
 

Ähnlich wie GEOLOGI SEMARANG

studi geologi regional 2017
studi geologi regional 2017studi geologi regional 2017
studi geologi regional 2017Bahrul Hidayah
 
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaFitri Indra Wardhono
 
Sulbar
SulbarSulbar
Sulbarlhetoy
 
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilirMoh. Dendy Fathurahman
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Nurul Afdal Haris
 
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethodProspek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethodKevin Pratama
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
PENGELOLAAN_RAWA_LEBAK_DAN_PASANG_SURUT.pptx
PENGELOLAAN_RAWA_LEBAK_DAN_PASANG_SURUT.pptxPENGELOLAAN_RAWA_LEBAK_DAN_PASANG_SURUT.pptx
PENGELOLAAN_RAWA_LEBAK_DAN_PASANG_SURUT.pptxResthuArthaNugraha
 
Success story Wanagama, Indonesia
Success story Wanagama, IndonesiaSuccess story Wanagama, Indonesia
Success story Wanagama, IndonesiaGPFLR
 
Formasi batubara di sumatera utara
Formasi batubara di sumatera utaraFormasi batubara di sumatera utara
Formasi batubara di sumatera utaraSulis Laruku Jrs
 
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...'Oke Aflatun'
 
Profil das brantas
Profil das brantasProfil das brantas
Profil das brantasAlif PG
 

Ähnlich wie GEOLOGI SEMARANG (20)

Bab ii rkpd 2012
Bab ii   rkpd 2012Bab ii   rkpd 2012
Bab ii rkpd 2012
 
studi geologi regional 2017
studi geologi regional 2017studi geologi regional 2017
studi geologi regional 2017
 
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
 
Sulbar
SulbarSulbar
Sulbar
 
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir
342050101 das-citarum-hulu-tengah-hilir
 
Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010
Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010
Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Bali dan Nusa Tenggara)
 
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethodProspek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
 
Tugas das brantas fauziyah
Tugas das brantas fauziyahTugas das brantas fauziyah
Tugas das brantas fauziyah
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
Gambaran umum wilayah kabupaten kuningan
Gambaran umum wilayah kabupaten kuninganGambaran umum wilayah kabupaten kuningan
Gambaran umum wilayah kabupaten kuningan
 
PENGELOLAAN_RAWA_LEBAK_DAN_PASANG_SURUT.pptx
PENGELOLAAN_RAWA_LEBAK_DAN_PASANG_SURUT.pptxPENGELOLAAN_RAWA_LEBAK_DAN_PASANG_SURUT.pptx
PENGELOLAAN_RAWA_LEBAK_DAN_PASANG_SURUT.pptx
 
Success story Wanagama, Indonesia
Success story Wanagama, IndonesiaSuccess story Wanagama, Indonesia
Success story Wanagama, Indonesia
 
Sumenep
SumenepSumenep
Sumenep
 
Ppt jatim
Ppt jatimPpt jatim
Ppt jatim
 
Geologi Irian Jaya (Papua)
Geologi Irian Jaya (Papua)Geologi Irian Jaya (Papua)
Geologi Irian Jaya (Papua)
 
Formasi batubara di sumatera utara
Formasi batubara di sumatera utaraFormasi batubara di sumatera utara
Formasi batubara di sumatera utara
 
hlLaporran lapangan prinsip ku
hlLaporran lapangan prinsip kuhlLaporran lapangan prinsip ku
hlLaporran lapangan prinsip ku
 
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMA...
 
Profil das brantas
Profil das brantasProfil das brantas
Profil das brantas
 

GEOLOGI SEMARANG

  • 1. GEOLOGI REGIONAL KOTA SEMARANG 1.1 Keadaan Umum Wilayah Semarang Secara geografis, wilayah Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah terletak pada koordinat 110º16’20’’ - 110 º 30’29’’ Bujur Timur dan 6 º 55’34’’ - 7º 07’04’’ Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km2. Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan yang silih berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah Semarang utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata per bulan berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338 mm/bulan, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan • Sebelah Utara berbatasan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai ± 13,6 km • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang • Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak • Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal Secara administrasi, Kota Semarang terdiri dari 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Letak kota Semarang hampir berada di tengah – tengah bentangan panjang kepulauan Indonesia dari arah Barat ke Timur. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58 - 131 mm/bulan. Temperatur udara berkisar antara 240 C sampai dengan 330 C dengan kelembaban udara rata – rata bervariasi antara 62% sampai dengan 84%. Sedangkan kecepatan angin rata – rata adalah 5,9 Km/jam.
  • 2. 1.2 Topografi Daerah Semarang Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 – 348 m di atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir, dataran dan perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar antara 0% – 45%. 1.3 Morfologi Daerah Semarang Morfologi daerah Semarang berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu: a. Dataran rendah Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah bagian barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian tempat di bagian utara antara 0 - 25 m dpl dan di bagian barat daya ketinggiannya antara 225 - 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah Semarang. Dataran rendah membentang sejajar garis pantai Laut Jawa, dengan lebar 2,5 km – 10 km, dengan 10 m di atas permukaan air laut. Daerah ini<ketinggian tempat membentuk kawasan luapan banjir pada sisi sungai dengan aluvial hidromorf yang berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung.Pertemuan dengan garis pantai, endapan aluvial membentuk delta berupa pasir, lanau dan lempung. Akibat gelombang dan pasang surut air laut, maka endapan tersebut menyebar ke arah Timur Laut dan Barat Daya, dan membuat garis pantai semakin maju. b. Daerah Bergelombang Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 - 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 - 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km 2. (17,36%) dari seluruh daerah Semarang. c. Daerah Dataran Tinggi
  • 3. Merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang yang berhulu di Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola meranting, dan masih terus mengikis tegak lurus kebawah kearah hulu dengan kuat, membentuk daerah yang mempunyai derajat erosi yang tinggi dan luas. d. Daerah antara Terletak diantara Daerah rendah dan Daerah Tinggi. Morfologi daerah antara ini, umumnya berupa daerah perbukitan dengan kelerengan yang sedang hingga terjal. e. Perbukitan Berlereng Landai Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan ketinggian wilayah 25 - 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari seluruh daerah Semarang. f. Perbukitan Berlereng Agak Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara 25 - 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah Semarang. g. Perbukitan Berlereng Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 - 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah Semarang. h. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat antara 45 - 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2(0,58%) dari seluruh daerah Semarang. i. Perbukitan Berlereng Curam Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat
  • 4. antara 100 - 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah Semarang. 1.4 Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan serta konservasi. 1.5 Susunan Stratigrafi Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang - Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut : 1. Aluvium Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir. 2. Batuan Gunung api Gajah Mungkur Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan augit, bersifat keras dan kompak. Setempat memperlihatkan struktur kekar berlembar (sheeting joint). 3. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk) BatuanGunungapi Kaligesik berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras.
  • 5. 4. Formasi Jongkong Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut - membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga). 5. Formasi Damar Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5 cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 - 20 cm, menyudut - membundar tanggung, agak keras. 6. Formasi Kaligetas Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut - menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur
  • 6. dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras. 7. Formasi Kalibeng Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus - kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak. 8. Formasi Kerek Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m. 1.6 Struktur Geologi Struktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah barat - timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier. Geseran-geseran intensif sering terlihat pada batuan napal dan batu lempung, yang terlihat jelas pada Formasi Kalibiuk di daerah Manyaran dan Tinjomoyo. Struktur sesar ini merupakan salah satu penyebab daerah tersebut
  • 7. mempunyai jalur “lemah”, sehingga daerahnya mudah tererosi dan terjadi gerakan tanah. 1.7 Gerakan Tanah Dari hasil analisis kemantapan lereng diketahui bahwa tanah pelapukan batu lempung mempunyai sudut lereng kritis paling kecil yaitu 14,85%. pelapukan napal sudut lereng kritisnya adalah 19,5% , Pelapukan batu pasir tufaan mempunyai sudut lereng kritis 20,8% dan pelapukan breksi sudut lereng kritisnya 23,5%. Berdasarkan analisis di atas maka daerah Kotamadya Semarang dapat dibagi menjadi empat zona kerentanan gerakan tanah, yaitu Zona Kerentanan Gerakan Tanah sangat Rendah, Rendah, Menengah dan Tinggi. 1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah baru, terkecuali pada daerah tidak luas di sekitar tebing sungai. Merupakan daerah datar sampai landai dengan kemiringan lereng alam kurang dari 15 % dan lereng tidak dibentuk oleh endapan gerakan tanah, bahan timbunan atau lempung yang bersifat mengembang. Lereng umumnya dibentuk oleh endapan aluvium (Qa), batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), dan lava andesit (Qhg). Daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah sebagian besar meliputi bagian utara Kodya Semarang, mulai dari Mangkang, kota semarang, Gayamsari, Pedurungan, Plamongan, Gendang, Kedungwinong, Pengkol, Kaligetas, Banyumanik, Tembalang, Kondri dan Pesantren, dengan luas sekitar 222,8 Km2 (57,15%) dari seluruh daerah Semarang. 2. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah jika
  • 8. tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin dapat terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 5%) sampai sangat terjal (50 - 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal umumnya dibentuk oleh tanah pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi penutup baik cukup tipis dan vegetasi penutup baik, umumnya berupa hutan atau perkebunan. Lereng pada umumnya dibentuk oleh breksi volkanik (Qpkg), batu pasir tufaan (QTd), breksi andesit (Qpj) dan lava (Qhg). Daerah yang termasuk zona ini antara lain Jludang, Salamkerep, Wonosari, Ngaliyan, Karangjangkang, Candisari, Ketileng, Dadapan, G. Gajahmungkur, Mangunsari, Prebalan, Ngrambe, dan Mijen dengan luas penyebaran 77,00 km2 (19,88%) dari luas daerah Semarang. 3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 15%) sampai sangat terjal (50 - 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah sebagai material pembentuk lereng. Umumnya lereng mempunyai vegetasi penutup kurang. Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmk), perselingan batu lempung dan napal (Tmkl), batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), lava (Qhg) dan lahar (Qpk). Penyebaran zona ini meliputi daerah sekitar Tambakaji, Bringin, Duwet, Kedungbatu, G. Makandowo, Banteng, Sambiroto, G. Tugel, Deli, Damplak, Kemalon, Sadeng, Kalialang, Ngemplak dan Srindingan dengan luas sekitar 64,8 Km2 (16,76%) dari seluruh daerah Semarang.
  • 9. 4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng mulai landai (5 - 15%) sampai curam (>70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang. Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmkl), perselingan batu lempung dan napal (Tmk), batu pasir tufaan (QTd) dan breksi volkanik (Qpkg). Daerah yang termasuk zona ini antara lain: Pucung, Jokoprono, Talunkacang, Mambankerep, G. Krincing, Kuwasen, G. Bubak, Banaran, Asinan, Tebing Kali Garang dan Kali Kripik bagian tengah dan selatan, Tegalklampis, G. Gombel, Metaseh, Salakan dan Sidoro dengan luas penyebaran sekitar 23,6 km2(6,21%) dari seluruh daerah Semarang.