Teks dengan tema anekdot hukum peradilan
Judulnya adalah Salam Tempel di Jalan Tol.
Teks ini disertai dengan struktur teks anekdot.
-kelompok 6, SMA Negeri 51 Jakarta-
3. SALAM TEMPEL DI JALAN
TOL
Suatu hari setelah pulang sekolah ada 3 remaja yang
mengendarai sebuah mobil di jalan tol. Kebetulan pada sore itu
suasana jalanan padat merayap. Karena ketidaksabaran si
pengemudi, akhirnya mereka menggunakan bahu jalan. Salah
seorang temannya mengingatkan si pengemudi untuk tidak
menggunakan bahu jalan, “Nanda, kenapa kita menggunakan
bahu jalan? Bukankah kita dilarang menggunakannya?”. Cintantya
menyahuti komentar Ajeng, “Tenang saja, paling tidak ada polisi”.
Tanpa disadari, pada jarak beberapa meter ada mobil polisi
yang sedang berpatroli. Akhirnya mereka bertiga berhenti, seorang
polisi pun menghampiri mereka dan bertanya “Selamat sore, Dik.
Kamu tau kesalahan kamu apa?”.
4. Nanda pun berpura-pura tidak tahu apa kesalahannya, ia pun berkata “Sore Pak.
Maaf saya tidak tahu apa kesalahan saya”. Dengan tegas polisi itu menjelaskan
pelanggaran si pengemudi, “Kamu tahu tidak? Kamu telah melanggar dua
pelanggaran, yang pertama kamu mengemudi dibawah umur dan belum memiliki
SIM, yang kedua kamu menggunakan bahu jalan. Maaf kamu terpaksa saya
tilang dan harus mengikuti sidang pengadilan”.
Nanda dan kedua temannya pun panik, tiba-tiba salah seorang rekan
polisi tersebut menghampiri mereka dan berkata, “Begini saja Dik, daripada
kalian repot mengikuti peradilan bagaimana jika saya bantu saja. Lewat jalur
damai”. Dengan wajah berat hati Nanda mengikuti saran polisi tersebut. Nanda
dengan kedua temannya mengumpulkan uang untuk memberi salam tempel,
mereka pun akhirnya dibebaskan dari surat tilang.
Cintantya pun berkata pada Ajeng “Mudahkan? Jadi orang Indonesia.
Uanglah yang berbicara apapun bisa menjadi mudah dengan uang”. Mereka
bertiga pun tertawa terbahak-bahak sambil melanjutkan perjalanan.
5. ABSTRAKSI
Suatu hari setelah pulang sekolah ada tiga
orang remaja mengendarai mobil dijalan
tol.
ORIENTASI Suasana dijalan tol padat merayap.
Saat mereka ditilang polisiKRISIS
6. REAKSI
Polisi dengan tegas menjalankan tugasnya
dan ketiga remaja itu panik.
KODA
Mereka terbebas dari surat tilang dan
melanjut kan perjalanan.
7. Isi sindiran dari teks anekdot tersebut:
Polisi yang menawarkan kepada remaja
yang melanggar lalulintas dengan memberikan
sejumlah uang (menyogok) kepada polisi.
Partisipan yang disindir pada anekdot tersebut:
Aparat Kepolisian.
8. Nanda (pengemudi) : Kita lewat bahu jalan ya supaya cepat.
Ajeng : Nanda, kenapa kita menggunakan bahu
jalan? Bukankah kita dilarang
menggunakannya?
Nanda : Loh kok di depan ada polisi? Bagaimana
nih kita? Mau tidak mau kita harus berhenti.
Polisi : Sore, dik. Kamu tahu kesalahan kamu apa?
Nanda : Sore, pak. Maaf saya tidak tahu apa salah
saya.
Polisi : Kamu sudah melanggar 2 pelanggaran.
Kamu telah mengemudi di bawah umur dan
belum memiliki SIM dan juga kamu
menggunakan bahu jalan.
DIALOG ANEKDOT
9. Nanda : Jangan di tangkap dong, pak.
Memangnya tidak ada cara lain selain
ke pengadilan?
Rekan Polisi : Yasudah, begini saja dik.
Bagaimana kalau saya bantu kalian
lewat jalan damai?
Nanda : Eh, Cinta, Ajeng ayo kita kumpulin
uang daripada kita ke pengadilan.
Rekan Polisi : Oke, kalian telah di bebaskan, lain
kali jangan mengulangi kesalahan
yang sama ya!
Cintantya : Mudahkan? Jadi orang Indonesia,
uang lah yang berbicara, apapun bisa
menjadi mudah.
Ajeng, Cintantya, Nanda : Hahaha....
10. KUHP Dalam Anekdot.
Secara luas anekdot tersebut bermaksud untuk menyindir
ketegasan hukum di Indonesia, yang masih dapat dicampur tangani
oleh uang.
Anekdot Hukum Peradilan.
Secara luas anekdot tersebut bermaksud untuk menyindir
peradilan Indonesia yang masih tidak adil secara hukum.
Politisi Blusukan Banjir.
Secara luas anekdot tersebut bermaksud untuk menyindir Politisi-
Politisi yang hanya ingin mencari citra baik dihadapan masyarakat dan
tidak menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati.
Puntung Rokok.
Secara luas anekdot tersebut bermaksud untuk menyindir
kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak taat peraturan.