SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 102
Downloaden Sie, um offline zu lesen
OPTIMALISASI PENGGUNAAN
SPEKTRUM FREKUENSI
RADIO OLEH
PENYELENGGARA
TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK)
iii
OPTIMALISASI PENGGUNAAN
SPEKTRUM FREKUENSI RADIO OLEH
PENYELENGGARA TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)
OPTIMALISASI PENGGUNAAN
SPEKTRUM FREKUENSI RADIO OLEH
PENYELENGGARA TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)
@ Hak Cipta Dilindungi Undang – Undang. Dilarang memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun
mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan sistem penyimpanan
lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Diterbitkan oleh Puslitbang SDPPI, Badan Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia – Kementerian Komunikasi dan Informatika
Cetakan Pertama
Desember 2011
i
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
SUBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga buku ―Optimalisasi Penggunaan
Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK)‖ dapat diterbitkan.
Penerbitan buku ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai
pengoptimalan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh penyelenggara teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Sebagaimana kita ketahui, spektrum frekuensi
merupakan salah satu sumber daya terbatas, sangat vital dan merupakan aset
nasional yang memerlukan kehati-hatian dalam mengaturnya. Untuk itu diperlukan
suatu kegiatan manajemen spektrum frekuensi dari suatu tahapan perencanaan
hingga pendistribusian ketersediaan untuk keperluan penyelenggaraan komunikasi
terkait.
Alokasi spektrum frekuensi yang terbatas ini diharapkan dapat di optimalkan bagi
penyelenggara teknologi informasi dan komunikasi serta dapat menghasilkan PNBP
yang maksimal.
Besar harapan kami buku ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan masyarakat, kalangan akademisi, dunia usaha dan para pembaca
tentang Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Menteri Komunikasi dan
Informatika yang telah memberikan kepercayaan dan arahan kepada kami dalam
penerbitan buku ini dan kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Perangkat Pos dan Informatika yang telah menerbitkan buku ini dan seluruh pihak
yang telah mendukung serta membantu penyelesaian buku ―Optimalisasi
Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK)‖.
Jakarta, Desember 2011
KEPALA BADAN LITBANG SDM
AIZIRMAN DJUSAN
ii
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Perangkat Pos dan Informatika – Badan Litbang SDM dapat menyusun dan
menerbitkan buku ―Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh
Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)‖.
Buku ini merupakan naskah publikasi dari Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum
Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi yang
telah dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Perangkat
Pos dan Informatika – Badan Litbang SDM bekerjasama dengan PT IMT Mitra
Solusi.
Buku ini terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu gambaran umum, pengumpulan data,
analisis, kesimpulan dan saran.
Besar harapan kami buku ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
masyarakat pada umumnya dan para pembaca khususnya. Kami menyadari bahwa
buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan masukan
yang konstruktif dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Menteri Komunikasi dan Informatika, Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, Para Direktur
Jenderal, Para Staf Ahli dan Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika yang
telah memberikan kepercayaan dan arahan kepada kami dalam penerbitan buku ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung serta membantu penyelesaian buku ―Optimalisasi Penggunaan Spektrum
Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)‖.
Jakarta, Desember 2011
KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PERANGKAT POS
DAN INFORMATIKA
BARINGIN BATUBARA
iii
SAMBUTAN ...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................v
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................vi
SINGKATAN DAN AKRONIM ................................................................................................ viii
BAB I GAMBARAN UMUM ...................................................................................................... 1
1.1 Kebijakan Kebijakan Pemerintah dalam Penggunaan Spektrum Frekuensi.....1
1.2 Migrasi TV Analog ke TV Digital....................................................................3
1.3 Layanan TVD-TT ...........................................................................................10
1.4 Daya Beli Masyarakat Indonesia ....................................................................27
BAB II PENGUMPULAN DATA.............................................................................................. 29
2.1 Hasil Tabulasi Kuesioner................................................................................29
2.2 Hasil Tabulasi In Depth Interview..................................................................34
2.3 Hasil FGD .......................................................................................................35
2.3.1 Hasil dari FGD dengan Pihak Broadcast ........................................................35
2.3.2 Hasil dari FGD dengan Pihak Telekomunikasi...............................................37
2.3.3 Hasil dari FGD dengan Pihak Expert..............................................................40
BAB III ANALISIS................................................................................................................... 43
3.1 Potensi Digital Dividend, potensi penggunaan dan Potensi Digital Dividend
Serupa..............................................................................................................43
3.1.1 Potensi Digital Dividend.................................................................................43
3.1.2 Potensi Penggunaan ........................................................................................48
3.1.3 Potensi Digital Dividend Serupa.....................................................................50
A. Satelit Broadcasting ........................................................................................50
B. Radio Konsesi Analog / Trunking ..................................................................51
C. Radio Broadcasting.........................................................................................52
3.2 Formulasi Kebijakan alokasi Spektrum Frekuensi Digital Dividend dan
Strategi Migrasi TV Analog ke TV Digital ....................................................53
3.2.1 Formulasi Kebijakan alokasi Spektrum Frekuensi Digital Dividend .............53
3.2.2 Kebijakan Penetapan Pita Spektrum Frekuensi Radio Hasil Digital Dividend59
3.2.3 Strategi Migrasi TV Analog Ke TV Digital....................................................61
3.3 Dampak Ekonomi ...........................................................................................64
3.4 Pembahasan Hasil In Depth Interview............................................................69
iv
3.5 Pembahasan Hasil Kuesioner..........................................................................70
3.6 Pembahasan Hasil FGD ..................................................................................72
3.7 Benchmark dari Negara Lain ..........................................................................75
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 83
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................83
4.2 Saran / Rekomendasi.......................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 87
v
Gambar 1.1. Peraturan-peraturan terkait dengan Spektrum Frekuensi Radio.... 2
Gambar 1.2. Interaktif TV Digital ...................................................................... 7
Gambar 1.3. Skema Wilayah Penyelenggaraan................................................ 11
Gambar 1.4. Rantai Produksi TVD-TT ............................................................ 12
Gambar 1.5. Rantai Layanan TVD-TT............................................................. 14
Gambar 1.6. Arsitektur Layanan TVD-TT dalam 1 (satu) Wilayah Jangkauan
Siaran ........................................................................................... 15
Gambar 1.7. Peran Lembaga Penyiaran dalam Rantai Pasok TVD-TT ........... 17
Gambar 1.8. Tahapan Penyelenggaraan TVD-TT............................................ 18
Gambar 1.9. Level Migrasi Penyiaran dengan Standar DVB-T.................... 24
Gambar 1.10. Persentase Pengeluaran Penduduk (Rural) per Bulan.................. 27
Gambar 2.1. Grafik Wilayah Kuadran untuk Broadcast (Scatter Diagram) .... 36
Gambar 2.2. Grafik Wilayah Kuadran untuk Penyelenggara Telekomunikasi
(Scatter Diagram)........................................................................ 39
Gambar 2.3. Grafik Wilayah Kuadran untuk Expert (Scatter Diagram) ......... 41
Gambar 3.1. Alokasi Band Frekuensi 700 MHz............................................... 43
Gambar 3.2. Refarming TV Digital Setelah Digital Switchover ...................... 46
Gambar 3.3. Penggunaan frekuensi untuk Broadcasting pada band UHF dan
gambaran Potensi Digital Dividend di masa mendatang............. 47
Gambar 3.4. Harapan National Broadband Network di Indonesia di masa
mendatang.................................................................................... 55
Gambar 3.5. Gambaran alternatif solusi pemenuhan infrastruktur ICT-NBN di
masa mendatang........................................................................... 55
Gambar 3.6. Hubungan antara Coverage Area dan Speed pada band 700 MHz.
..................................................................................................... 56
Gambar 3.7. Rencana Pembagian Channel ...................................................... 60
Gambar 3.8. Data Historis PDB dan Proyeksinya............................................ 67
Gambar 3.9. Supply Demand jasa layanan Broadband di Malaysia................. 77
Gambar 3.10. Data Statistik TIK di Malaysia pada tahun 2009......................... 78
vi
Tabel 1.1. Jadwal Analog Switched Off (ASO) di Eropa.............................. 20
Tabel 1.2. Jadwal Analog Switched Off di Asian(ADB meeting July 2009). 21
Tabel 1.3. Struktur MUX di Italia saat ini .................................................... 21
Tabel 1.4. Dampak perkembangan teknologi tahap 2 (fully digital) di Italia22
Tabel 1.5. Perubahan dalam migrasi DVB-T ke DVB-T2............................ 22
Tabel 2.1. Matrik Hasil Kuesioner yang sudah ditabulasi............................ 30
Tabel 2.2. Matrik Hasil In Depth Interview yang sudah ditabulasi .............. 34
Tabel 2.3. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap
penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Broadcast ..... 35
Tabel 2.4. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang
berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia
dari sisi Broadcast ....................................................................... 36
Tabel 2.5. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap
penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Penyelenggara
Telekomunikasi............................................................................ 38
Tabel 2.6. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang
berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia
dari sisi Penyelenggara Telekomunikasi...................................... 38
Tabel 2.7. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap
penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Expert........... 40
Tabel 2.8. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang
berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia
dari sisi Expert ............................................................................. 41
Tabel 3.1. Channel Frekuensi TV UHF........................................................ 44
Tabel 3.2. Channel Group TV Analog ......................................................... 44
Tabel 3.3. Kapasitas TV Digital ................................................................... 45
Tabel 3.4. Rekomendasi Channel Group TV Digital ................................... 45
Tabel 3.5. Rencana Jadwal Periode Simulcast per Zona .............................. 48
Tabel 3.6. Resume Rencana Jadwal Periode Simulcast per klasifikasi Daerah
Ekonomi....................................................................................... 48
Tabel 3.7. Alokasi Frekuensi Penyiaran Satelit............................................ 51
Tabel 3.8. Alokasi Pita Frekuensi Unplanned Band Untuk Satelit
Telekomunikasi Maupun Satelit Broadcasting............................ 51
Tabel 3.9. Persyaratan Spasi Kanal untuk Radio Komunikasi Trunking...... 52
Tabel 3.10. Alokasi Frekuensi Penyiaran Radio Terestrial Analog................ 52
Tabel 3.11. Jenis Media penyiaran dan Estimasi Penggunaanya pada saat ini
dan di masa mendatang................................................................ 54
Tabel 3.12. Potensi Pendapatan PNBP – BHP Frekuensi............................... 57
Tabel 3.13. Formulasi Kecocokan alokasi Digital Dividend kepada Portofolio
Layanan TIK................................................................................ 58
Tabel 3.14. Asumsi-asumsi pada perhitungan Cost Benefit Analisys............. 65
Tabel 3.15. Hasil Analisa Cost Benefit Migrasi TV Analog ke Digital dan
Alokasi Digital Dividend pada Industri Telekomunikasi ............ 65
Tabel 3.16. Data Historis PDB dan Pertumbuhannya beserta Proyeksinya ... 66
Tabel 3.17. Multiplier efek Penggunaan Digital Dividend terhadap
Pertumbuhan Ekonomi GDP. ...................................................... 67
Tabel 3.18. Estimasi Jumlah Lapangan Kerja ................................................ 68
vii
Tabel 3.19. Estimasi Pendapatan Pajak Tambahan sebagai Efek Implementasi
Digital Dividend .......................................................................... 68
Tabel 3.20. Estimasi Biaya BHP Frekuensi setelah kondisi ASO.................. 69
Tabel 3.21. Resume Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Migrasi TV
Analog ke TV Digital dari Hasil FGD......................................... 72
Tabel 3.22. Digital Terresterial Television System – Global Deployments ... 75
Tabel 3.23. Adopsi dan pembangunan jenis teknologi tertentu di dunia........ 75
Tabel 3.24. Pemanfaatan Digital Dividend Hasil Benchmarking................... 82
viii
ATSC Advanced Television Systems Committee
CAPEX Capital Expenditure
BWA Broadband Wireless Access
DMB-T Digital Multimedia Broadcasting – Terrestrial
DVB-C Digital Video Broadcasting – Cable
DVB-S Digital Video Broadcasting – Satellite
DVB-T Digital Video Broadcasting – Terrestrial
DVB-T2 Digital Video Broadcasting – Terrestrial second version.
EDTV Enhanced Definition TV
FTA Free To Air
HDTV High Definition TV
IPP Izin Penyelenggaraan Penyiaran
ISDB-T Integrated Services Digital Broadcasting– Terrestrial
ISR Izin Stasiun Radio
LPP Lembaga Penyiaran Publik
LPS Lembaga Penyiaran Swasta
LTE Long Term Evolution
MFN Multi Frequency Network
MIMO Multiple Input Multiple Output
MPEG-2 Moving Pictures Experts Group-2
MPEG-4 Moving Pictures Experts Group-4
NTSC National Television Systems Committee
OPEX Operation Expenditure
PAL Phase Alternation Line
PDB Product Domestic Product
Permen Peraturan Menteri
PM Peraturan Menteri
PPP Pedoman Perilaku Penyiaran
QAM Quadrature Amplitude Modulation
SDTV Standard Definition TV
SECAM SEQuentiel A Memoire – Memory Sequential
SFN Single Frequency Network
ix
SPS Standar Pedoman Penyiaran
STB-T Set-Top Box – Terrestrial
T-DMB Terrestrial-Digital Multimedia Broadcasting
TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi
TKDN Tingkat Kandungan Dalam Negeri
TVD-TT Televisi Digital – Teresterial Tetap
UHF Ultra High Frequency
UMTS Universal Mobile Telecommunication Services
VHF Very High Frequency
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
1
Pada gambaran umum ini berisi penjelasan secara komprehensif mengenai :
kebijakan, migrasi TV Analog ke TV Digital, layanan TVD-TT, daya beli, dan
benchmarking.
1.1 Kebijakan Kebijakan Pemerintah dalam Penggunaan Spektrum
Frekuensi
Ketentuan regulasi yang terkait dengan frekuensi disebutkan dalam Undang-
undang No 36 tahun 1999 pada pasal 33 dan pasal 34 yaitu :
Pasal 33
Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit wajib mendapatkan
izin pemerintah
Penggunaan spektrum frekuensi dan orbit satelit harus sesuai dengan
peruntukannya dan tidak saling mengganggu
Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan sepktrum
frekuensi radio dan orbit satelit
Pasal 34
Pengguna spektrum frekuensi radio wajib membayar biaya penggunaan
frekuensi, yang besaranya didasarkan atas penggunaan jenis dan lebar pita
frekuensi
Pengguna orbit satelit wajib membayar biaya hak penggunaan orbit satelit
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2000 tentang Penggunaan
Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit, menjelaskan secara lebih detil yang
terdiri dari :
Pembinaan
Spektrum Frekuensi radio yang menjelaskan mengenai perencanaan,
Penggunaan, Perizinan, Realokasi Frekuensi radio, Biaya Hak Penggunaan
(BHP) Spektrum Frekuensi Radio, dan Biaya Hak Penggunaan (BHP) Orbit
Satelit
Pengawasan dan Pengendalian
Dalam ketentuan terkait dengan perencanaan spektrum frekuensi radio, dijelaskan
beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
Mencegah terjadinya saling mengganggu
Efisien dan ekonomis
Perkembangan teknologi
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
2
Kebutuhan spektrum frekuensi radio di masa depan
Mendahulukan kepentingan pertahanan keamanan negara, keselamatan dan
penanggulangan keadaaan marabahaya (Safety dan Distress), pencarian dan
pertolongan (Search and Rescue/ SAR), kesejahteraan masyarakat dan
kepentingan umum.
Dalam hal perencanaan spektrum frekuensi, pemerintah telah
merencanakannya dan dituangkan dalam tabel alokasi frekuensi radio. Ketentuan
dalam regulasi yang ada pada saat ini secara keseluruhan dapat digambarkan seperti
pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.1. Peraturan-peraturan terkait dengan Spektrum Frekuensi Radio
Peraturan-peraturan ini sudah berjalan dalam beberapa tahun sehingga sudah
banyak manfaat yang sudah diperoleh oleh para stakeholder, meskipun ada
bebeberapa permasalahan-permasalahan yang ada. Oleh sebab itu di masa mendatang
UU no. 36/1999 ttg
Telekomunikasi
PP No. 52/2000 ttg
Penyelenggaraan
Telekomunikasi
PP No. 7/2009 ttg
Jenis dan Tarif Atas
Jenis PNBP ...
DEPKOMINFO
PP No. 38/2007 ttg
Pembagian Urusan
Pemerintahan ...
Kabupaten/Kota
PP No. 53/2000 ttg
Penggunaan
Spektrum
Frekuensi Radio
dan Orbit Satelit
Permen No.
43/2009 ttg
Penyelenggaraan
Penyiaran ...
Penyiaran Televisi
Permen No.
3/2006 ttg Peluang
Usaha u/
Penyelenggaraan
Jar. Bergerak ...
Nasional
Perdirjen Postel
No. 96/2008 ttg
Ppersyaratan
Teknis Alat
Perangkat ...
Frek.2.3 GHz
Kepdirjen Postel
No. 223/2002 ttg
Pengelompokan
Alat dan Perangkat
Telekomunikasi
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
3
diharapkan segala permalahan yang muncul pada saat ini bisa dieliminasi dan bisa
mengantisipasi permasalahan-permasalahan di masa mendatang, agar supaya di masa
mendatang kebutuhan dari para stakeholder spektrum frekuensi radio bisa dilayani
dengan baik dengan sudah mempertimbangkan segala aspek yang terkait secara
komprehensif.
Overview terhadap Kinerja Regulasi pada Saat Ini
Penggunaan frekuensi semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya
perkembangan bisnis telekomunikasi di Indonesia terutama sebagai akibat adanya
penggunaan perangkat telekomunikasi yang menggunakan spektrum frekuensi.
Penggunaan pita frekuensi menunjukkan peningkatan yang semakin tinggi dari tahun
ke tahun sejalan dengan semakin beragamnya penggunaan pita frekuesi untuk
berbagai kebutuhan. Teknologi telekomunikasi dan informatika yang semakin
berkembang juga mendukung peningkatan penggunaan pita frekuensi yang semakin
tinggi.
1.2 Migrasi TV Analog ke TV Digital
Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat memberikan kontribusi
yang sangat signifikan terhadap konvergensi di bidang penyiaran, telekomunikasi
dan transaksi elektronik, yang antara lain menghasilkan siaran TV Digital yang
berkualitas tinggi, jumlah siaran/program per saluran frekuensi yang lebih
banyak/variatif dan dapat dinikmati oleh pemirsa melalui pesawat TV standar,
telepon genggam (Handphone), PDA (Personal Digital Assistant) dan komputer.
Sistem penyiaran digital saat ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat dunia untuk
memperoleh informasi.
Sejarah pertelevisian di Indonesia mulai pada tahun 1962 dengan satu stasiun
TVRI, yang kemudian berkembang di tahun 1990-an menjadi 6 stasiun TV (5 swasta
+ 1 TVRI), dan selanjutnya bertambah lagi dengan 5 stasiun swasta di tahun 2002,
sehingga pada saat ini ada 11 stasiun TV Terestrial yang beroperasi di seluruh
Indonesia disamping kurang lebih 100 stasiun TV Lokal yang mulai beroperasi di
beberapa daerah tertentu.
Dari perkembangan siaran TV di Indonesia diperoleh bahwa TV merupakan
suatu media informasi yang sangat strategis dan efektif bagi masyarakat untuk
penyampaian/penyebaran informasi yang dapat berperan dalam pembangunan
karakter bangsa, memajukan ekonomi negara, dan mempererat persatuan bangsa.
Menyadari manfaat seperti tersebut diatas, minat masyarakat begitu besar,
seperti terlihat pada pemohon izin LPS (Lembaga Penyiaran Swasta) Lokal yang
jumlahnya begitu banyak, sehingga tidak mungkin tertampung dalam alokasi
frekuensi yang tersedia. Dengan terselenggaranya siaran digital yang dapat memuat 6
kali lebih banyak program siaran dalam satu kanal, diharapkan masalah ini dapat
teratasi.
Menyadari kebutuhan frekuensi yang makin meningkat, masyarakat yang
menuntut kualitas, ragam dan jumlah program siaran untuk meningkatkan kualitas
hidup, pemerintah telah mengadakan studi untuk melakukan migrasi dari siaran
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
4
analog ke digital. Buku Putih ini akan membahas mengenai rencana penyelenggaraan
TV Digital Penerimaan Tetap (TVD-TT).
Pelaksanaan migrasi ke TV Digital akan dilakukan 2 tahap, yaitu Tahap
―Simulcast‖ (tahap dimana TV analog dan digital disiarkan bersama-sama) dan
Tahap ‖Cut Off” (tahap dimana siaran TV analog dihentikan secara total). Tahap
simulcast bertujuan mempersiapkan masyarakat agar secara bertahap menggunakan
alat bantu penerima siaran TV digital (set-top box/STB) atau sekaligus menggunakan
pesawat TV digital, dan kepada Lembaga Penyiaran untuk mengalihkan siarannya
dari analog ke digital.
Siaran televisi digital atau penyiaran digital sendiri merupakan jenis siaran
televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan
sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi. DVB-T adalah si bungsu dari
sistem utama DVB — DVB-C untuk kabel dan DVB-S untuk satelit. Hebatnya lagi,
DVB adalah teknologi standar terbuka (open standard) yang berarti
pengembangannya secara bisnis bisa sangat luas. Sistem penyiaran digital saat ini
sudah menjadi kebutuhan masyarakat dunia untuk memperoleh informasi.
Perkembangan sistem penyiaran TV digital di Amerika, Jepang dan Eropa
sudah dimulai beberapa tahun lalu. Bahkan di Amerika telah memberikan
mandat akan menghentikan siaran TV analognya secara total (cut-off) di tahun
2009, begitu pula Jepang di tahun 2011, dan negara-negara Eropa dan kawasan
Asia juga akan mengikuti migrasi total dari sistem analog ke sistem digital. Di
Singapura, TV digital telah diluncurkan sejak Agustus 2004. Di Malaysia
pembangunan TV digital juga dirintis sejak 1998, dan mulai dioperasikan pada
tahun 2006.
Perubahan dari sistem penyiaran TV analog ke sistem penyiaran digital
merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini terjadi karena terdapat suatu
kesepakatan banyak negara, bahwa pada suatu saat nanti, semua sinyal TV
Analog akan dihentikan, dan digantikan oleh sinyal TV Digital. Kondisi tersebut
dikenal dengan istilah "Analog Switched Off (ASO)".
Sejarah pertelevisian di Indonesia mulai pada tahun 1962 dengan satu stasiun
TVRI, yang kemudian berkembang di tahun 1990-an menjadi 6 stasiun TV (5 swasta
+ 1 TVRI), dan selanjutnya bertambah lagi dengan 5 stasiun swasta di tahun 2002,
sehingga pada saat ini ada 11 stasiun TV Terestrial yang beroperasi di seluruh
Indonesia disamping kurang lebih 100 stasiun TV Lokal yang mulai beroperasi di
beberapa daerah tertentu. Pada saat ini di Indonesia memiliki jumlah stasiun radio
dan TV terbesar kedua setelah Cina. Negeri ini punya satu TV publik, 10 TV swasta
nasional, 70 TV swasta lokal, dua TV kabel, satu TV satelit dan lebih dari 1.800
stasiun radio.
Dari perkembangan siaran TV di Indonesia diperoleh bahwa TV merupakan
suatu media informasi yang sangat strategis dan efektif bagi masyarakat untuk
penyampaian/penyebaran informasi yang dapat berperan dalam pembangunan
karakter bangsa, memajukan ekonomi negara, dan mempererat persatuan bangsa.
Menyadari manfaat seperti tersebut di atas, minat masyarakat begitu besar, seperti
terlihat pada pemohon izin LPS (Lembaga Penyiaran Swasta) Lokal yang jumlahnya
begitu banyak, sehingga tidak mungkin tertampung dalam alokasi frekuensi yang
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
5
tersedia. Dengan terselenggaranya siaran digital yang dapat memuat 6 kali lebih
banyak program siaran dalam satu kanal, diharapkan masalah ini dapat teratasi.
Menyadari kebutuhan frekuensi yang makin meningkat, masyarakat yang
menuntut kualitas, ragam dan jumlah program siaran untuk meningkatkan kualitas
hidup, pemerintah telah mengadakan studi untuk melakukan migrasi dari siaran
analog ke digital. Buku Putih ini akan membahas mengenai rencana penyelenggaraan
TV Digital Penerimaan Tetap (TVD-TT). Pelaksanaan migrasi ke TV Digital akan
dilakukan 2 tahap, yaitu Tahap ―Simulcast‖ (tahap dimana TV analog dan digital
disiarkan bersama-sama) dan Tahap ”Cut Off” (tahap dimana siaran TV analog
dihentikan secara total). Tahap simulcast bertujuan mempersiapkan masyarakat agar
secara bertahap menggunakan alat bantu penerima siaran TV digital (set-top
box/STB) atau sekaligus menggunakan pesawat TV digital, dan kepada Lembaga
Penyiaran untuk mengalihkan siarannya dari analog ke digital. Uji-coba DVB-T di
Indonesia sudah dilakukan oleh TVRI dan RCTI pada Juli-Desember 2006.
Kemudian DVB-H, adaptasi DVB-T untuk telepon selular, memungkinkan siaran
MetroTV, SCTV dan TVRI sudah bisa dinikmati di Nokia N92.
Adanya migrasi sistem penyiaran TV analog ke TV digital, akan membuka
kemungkinan pengembangan konten-konten lokal karena tidak ada lagi keterbatasan.
Pada tahun 2010, tambahnya, seluruh TV swasta nasional akan berjaringan sehingga
akan terjadi penguatan konten lokal. ''Industri kreatif menjual ide atau maindset , dan
kemampuan-kemampuan tersebut harus terus dikembangkan oleh Depdiknas,
perguruan tinggi, dan masyarakat, termasuk asosiasi animasi, design, dan lainnya,''
katanya.
Dikemukakan, idealnya konten TV hendaknya membawa nuansa lokal, dan
hal itu dapat dilakukan oleh TV digital. Jika konten TV hanya berasal dari satu
wilayah saja, maka kesadaran masyarakat terhadap budaya lokal akan semakin
berkurang dan akhirnya akan lebih banyak konten dari luar negeri yang membanjiri
konten TV yang ada. Ia menambahkan, digitalisasi TV merupakan suatu pemicu di
mana konten dapat dikembangkan dengan produk-produk konten lokal yang juga
dominan.
Hampir semua stasiun TV penyiaran baik TVRI maupun TV swasta nasional
memanfaatkan sistem teknologi penyiaran dengan teknologi digital khususnya pada
sistem perangkat studio untuk memproduksi program, melakukan editing, perekaman
dan penyimpanan data. Pengiriman sinyal gambar, suara dan data telah
menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan satelit yang umumnya
dimanfaatkan sebagai siaran TV-Berlangganan. Sistem transmisi digital melalui
satelit ini menggunakan standar yang disebut DVB-T (Digital Video Broadcasting
Satellite).
Dari hasil uji coba siaran digital TV, teknologi DVB-T mampu memultipleks
beberapa program sekaligus. Enam program siaran dapat dimasukkan ke dalam satu
kanal TV berlebar pita 8 MHz, dengan kualitas cukup baik. Di samping itu,
penambahan varian DVB-H (handheld) mampu menyediakan tambahan sampai
enam program siaran lagi, khususnya untuk penerimaan bergerak (mobile). Hal ini
sangat memungkinkan bagi penambahan siaran-siaran TV baru.
Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan aplikasi teknologi digital
pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90 an dan
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
6
diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya
dilakukan siaran TV secara simulcast atau siaran bersama dengan siaran analog
sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil
penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari
negara yang mengoperasikan.
Secara teknik pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi
analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada
perubahan pita alokasi baik VHF maupun UHF (Ultra High Frequency). Sedangkan
lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya
bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal
transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan
teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal
transmisi sekaligus dengan program yang berbeda tentunya.
Selain ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan yang berubah, TV digital perlu ditunjang oleh sejumlah pemancar yang
membentuk jaringan berfrekuensi sama atau SFN (single frequency network)
sehingga daerah cakupan dapat diperluas. Produksi peralatan pengolah gambar yang
baru (cable, satellite, VCR, DVD players, camcorders, video games consoles) adalah
dengan menggunakan format digital. Untuk itu supaya pesawat analog masih dapat
dipakai diperlukan inverter (set top box) yang dapat merubah signal digital ke analog
sehingga dapat dilihat dengan menggunakan TV receiver biasa.
Siaran DVB-T mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan siaran
TV analog. Keunggulan tersebut meliputi tahan terhadap efek interferensi, kualitas
gambar yang lebih baik, tidak ada noise (bintik-bintik, semut), bayangan atau
"ghost", interaktif, EPG (Electronic Program Guide) yang menampilkan jadwal
acara sampai beberapa hari ke depan, serta penerimnaan yang lebih jelas pada saat
bergerak (mobile). Kelebihannya lainnya adalah efisiensi di banyak hal antara pada
spektrum (efisiensi bandwidth), efisiensi dalam network transmission, transmission
power, dan power konsumsi.
Dengan adanya teknologi TV digital juga dapat memberikan keuntungan
kepada masyarakat khususnya bagi yang ingin mendirikan lembaga penyiaran swasta
Dengan banyaknya program siaran yang bisa disalurkan menjadikan penggunaan
frekuensi menjadi efesien dan efektif sehingga banyaknya pemohon pendirian
lembaga penyiaran swasta pada saat ini yang terkendala masalah keterbatasan
frekuensi menjadi bisa terselesaikan.
Selain itu TV digital memberikan fleksibilitas aplikasi-aplikasi yang bisa
bersifat interaktif dibanding TV analog. Sehingga dengan semakin cepatnya
perkembangan TV digital di suatu wilayah, akan sangat membantu mempercepat
kebutuhan interaksi antara suatu perusahaan (enterprise) dengan penggunanya baik
yang bersifat komersial seperti pengiklanan interaktif (interactive advertisment),
berita jarak jauh (tele-news), perbankan jarak jauh (tele-banking), belanja jarak
jauh (tele shopping), maupun non komersial seperti pendidikan jarak jauh (tele-
education), informasi traflk jarak jauh (tele-trajic).
Siaran TV akan menjadi media yang sangat strategis mendistribusikan
layananya. Layanan interaktif TV digital ini dapat dilihat pada Gambar dibawah
ini
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
7
Gambar 1.2. Interaktif TV Digital
Sumber: Hary Aryanto FT UI, 2010
Teknologi digital efisien dalam pemanfaatan spektrum. Ada satu
penyelenggara televisi digital meminta spektrum dalam jumlah yang cukup besar
artinya tidak cukup hanya 1 (satu) kanal carrier melainkan lebih. Hal ini disebabkan
dalam penyelenggaraannya nanti penyelenggara hanya akan berfungsi sebagai
operator penyelenggara jaringan yaitu untuk mentransfer program dari stasiun-
stasiun televisi lain yang ada di dunia menjadi satu paket layanan sebagaimana
penyelenggaraan televisi kabel berlangganan yang ada saat ini.
Meningkatnya penyelenggaraan televisi dimasa depan dapat diantisipasi
dengan suatu terobosan kebijakan dalam pemanfaatan spektrum frekuensi, misalkan
penyelenggara televisi digital hanya berfungsi sebagai operator penyelenggara
jaringan televisi digital, sedangkan programnya dapat diselenggarakan oleh operator
yang khusus menyelenggarakan jasa program televisi digital (operator lain). Dari
aspek regulasi akan terdapat ijin penyelenggara jaringan dan ijin penyelenggara jasa
sehingga dapat menampung sekian banyak perusahaan baru yang akan bergerak
dibidang penyelenggaraan televisi digital. Dengan demikian akan dapat dihindari
adanya monopoli penyelenggaraan televisi digital di Indonesia.
Kelebihan sinyal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise
dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi
error (error correction code). Sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang
rendah (less power). Pada transmisi digital menggunakan less bandwidth (high
efficiency bandwidth) karena interference digital channel lebih rendah, sehingga
beberapa channel bisa dikemas atau "dipadatkan" dan dihemat. Hal ini menjadi
sangat mungkin karena broadcasting TV Digital menggunakan sistem OFDM
(Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang tangguh dalam mengatasi efek
lintas jamak (multipath fading). Kemudian keuntungan lainnya adalah bahwa sinyal
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
8
digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power). Aplikasi teknologi
siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan multimedia lainnya serta
integrasi dengan layanan interaktif seperti Video on Demand (VoD), Pay Per View
(PPV), bahkan layanan komunikasi dua arah seperti teleconference.
Migrasi dari era analog menuju era digital memiliki konsekuensi tersedianya
saluran siaran yang lebih banyak. Tidak ada lagi antrian ataupun penolakan ijin
terhadap : none internet, sehingga sangat integratif fungsinya. Penyiaran TV Digital
Terrestrial bisa diterima oleh sistem penerimaan TV Fixed dan penerimaan TV
Bergerak. Kebutuhan daya pancar tv digital juga lebih kecil dan ketahanan terhadap
interferensi dan kondisi lintasan radio yang berubah-ubah terhadap waktu (seperti
yang terjadi jika penerima TV berada di atas mobil yang berjalan cepat), serta
penggunaan bandwidth yang lebih efisien. Finest sound. Kemampuan mereproduksi
suara seperti sumber aslinya.
Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital yang ada di Indonesia dibagi
berdasarkan kualitas penyiaran, manfaat dan keunggulan TV Digital tersebut. TV
Digital dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang berbeda di tiap wilayah
(area) penyiaran. Oleh karena itu, karakteristik sistem penyiaran TV Digital akan
sama apabila berada di radius yang sama.
Kualitas gambar dan warna yang dihasilkan jauh lebih bagus daripada televisi
analog. Desain dan implementasi sistem siaran TV digital terutama ditujukan pada
peningkatan kualitas gambar. Terdapat dua aspek yang berbeda dan memerlukan
kompromi dalam hal ini. Pada satu sisi, teknologi TV digital memungkinkan
pengiriman gambar dengan akurasi dan resolusi sangat tinggi, tetapi pada sisi lain
memerlukan tersedianya kanal dengan laju sangat tinggi, mencapai belasan Mbps.
Sistem TV digital juga diharapkan mampu menghasilkan penerimaan gambar yang
jernih, stabil, dan tanpa efek bayangan atau gambar ganda, walaupun pesawat
penerima berada dalam keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi.
Pemirsa juga dapat memilih sendiri kapan akan menonton, remote tidak lagi
untuk memilih saluran tapi juga untuk melihat simpanan program, (siaran interaktif).
Televisi yang menjadi siaran interaktif akan lebih memudahkan pemirsanya untuk
mencari-cari program yang dia sukai. Tidak ada lagi prime-time karena saat itu
pemirsa dapat mencari program lain yang dibutuhkan. Penerimaan mobile, efisiensi
kanal frekuensi, dan potensi jasa tambahan seperti TV-Interaktif dan layanan data-
casting.
Aplikasi teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan
multimedia lainnya serta integrasi dengan layanan interaktif seperti Video on
Demand (VoD), Pay Per View (PPV), bahkan layanan komunikasi dua arah seperti
teleconference. Pesawat TV analog tidak akan bisa menerima sinyal digital, maka
diperlukan pesawat TV digital yang baru agar TV dapat menggunakan alat tambahan
baru yang berfungsi merubah sinyal digital menjadi analog. Perangkat tambahan
tersebut disebut dengan decoder atau set top box (STB). Proses perpindahan dari
teknologi analog ke teknologi digital akan membutuhkan sejumlah penggantian
perangkat baik dari sisi pemancar TV-nya ataupun dari sisi penerima siaran.
Pada saat pemerintah memulai siaran digital yang berbasis terestrial perlu
dilakukan proses transisi migrasi dengan meminimalkan resiko kerugian khusus yang
dihadapi baik oleh operator TV (Broadcasters) maupun masyarakat. Resiko kerugian
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
9
khusus yang dimaksud adalah informasi program ataupun perangkat tambahan yang
harus dipasang. Bila perubahan diputuskan untuk dilakukan maka perlu dilaksanakan
melalui masa ‘Simulcast’, yaitu masa dimana sebelum masyarakat mampu membeli
pesawat penerima digital dan pesawat penerima analog yang dimilikinya harus tetap
dapat dipakai menerima siaran analog dari pemancar TV yang menyiarkan siaran TV
Digital.
Masa transisi diperlukan untuk melindungi puluhan juta pemirsa (masyarakat)
yang telah memiliki pesawat penerima TV analog untuk dapat secara perlahan-lahan
beralih ke teknologi TV digital dengan tanpa terputus layanan siaran yang ada
selama ini. Selain juga melindungi industri dan investasi operator TV analog yang
telah ada, dengan memberi kesempatan prioritas bagi operator TV eksisting.
Keuntungan memberikan prioritas kepada operator TV eksisting adalah
mereka dapat memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun, seperti studio, tower,
bangunan, SDM dan lain sebagainya. Selain itu karena infrastruktur TV digital
terrestrial relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan infrastruktur TV analog,
maka efisiensi dan penggunaan kembali fasilitas dan infrastruktur yang telah
dibangun menjadi sangat penting.
Untuk membuka kesempatan bagi pendatang baru di dunia TV siaran digital
ini, maka dapat ditempuh pola Kerja Sama Operasi antar penyelenggara TV eksisting
dengan calon penyelenggara TV digital. Sehingga di kemudian hari penyelenggara
TV digital dapat dibagi menjadi "network provider" dan "program / content
provider". Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang
baru, selain penyelenggara TV siaran digital terestrial harus membangun sendiri
infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting
seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah
menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah
habis.
Perspektif bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran di era digital juga
mengalami perubahan yang berarti baik dari pemanfaatan kanal maupun teknologi
jasa pelayanannya. Pada pemanfaatan kanal frekuensi akan terjadi efisiensi
penggunaan kanal yang sangat berarti. Satu kanal frekuensi yang saat ini hanya bisa
diisi oleh satu program saja nantinya akan bisa diisi antara empat sampai enam
program sekaligus. Sepuluh program siaran TV-swasta Nasional saat ini yang
menduduki juga 10 kanal di UHF (Ultra High Frequency) hanya menduduki 2 atau 3
kanal saja.
Disisi lain pendudukan kanal-kanal saat ini untuk sistem tranmisi analog juga
tidak hemat karena antara kanal yang berdekatan harus ada 1 kanal kosong sebagai
kanal perantara. Kanal perantara ini tidak ada disistem digital dan kanal frekuensi di
sistem digital bisa dimanfaatkan secara berurutan. Bentuk jasa pelayanan sistem
penyiaran digital secara blok jaringan juga akan terpisah-pisah yaitu mulai dari
penyedia program (content creators) kemudian akan dikirim ke content agregators
yang berfungsi sebagai pendistribusi program yang kemudian program itu diubah
dalam bentuk format MPEG2 atau MPEG4. Lalu dikirim ke ‗MPEG2 multiplexer
providers’ dan kemudian disalurkan ke berbagai pemirsa melalui jaringan pemancar
TV Digital oleh ‗transport providers’.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
10
Masing-masing bentuk jasa pelayanan di atas bisa membentuk badan usaha
yang disesuaikan dengan kompetensi jasa pelayanan tersebut. Dengan pemisahan ini
maka masing-masing bisa lebih terkonsentrasi pada bidang bisnisnya sendiri
sehingga masyarakat pemirsa TV akan memperoleh kualitas pelayanan yang lebih
beragam dan tentunya lebih baik. Pada sistem penyiaran TV Digital dimungkinkan
munculnya jasa-jasa layanan baru seperti informasi-informasi laporan lalu lintas,
ramalan cuaca, berita, olahraga, pendidikan, bursa saham, kesehatan dan informasi-
informasi layanan masyarakat lainnya. Para penyedia content hanya terkonsentrasi
pada isi program saja dan tidak perlu mengurus penyiapan infrastruktur jaringan dan
pengoperasiannya. Penyedia content hanya membayar sewa jaringan transmisi saja
atau bisa dijual kepada content distributor.
1.3 Layanan TVD-TT
Definisi Terkait Penyiaran TV Digital Penerimaan Tetap adalah media
komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam
bentuk suara dan gambar, berupa program yang teratur dan berkesinambungan
dengan menggunakan teknologi digital serta dipancarkan secara terestrial dan
diterima dengan perangkat penerima tetap.
Berbeda dengan penyiaran TV analog, maka dalam penyiaran TVD-TT,
dibedakan antara ‖saluran‖ dan ‖saluran siaran‖. ‖Saluran‖ adalah kanal frekuensi
dan ‖saluran siaran‖ adalah saluran yang dibutuhkan untuk satu program siaran.
Dalam penyiaran TVD-TT, beberapa ‖saluran siaran‖ digabung dalam suatu
‖Multiplekser‖ untuk kemudian disalurkan ke ‖pemirsa‖ melalui sistem peralatan
pemancar (pemancar, antena dan menara). Sistem Multiplekser terdiri dari perangkat
Multiplekser dan transmisi.
Pemirsa dapat menerima siaran TVD-TT dengan menggunakan pesawat
penerima TVD-TT atau pesawat penerima TV Analog yang dilengkapi dengan alat
bantu penerima TV digital (STB).
1. Wilayah jangkauan siaran atau wilayah layanan (service area)
Menurut PP 50/2005
Wilayah Jangkauan Siaran adalah wilayah layanan siaran sesuai dengan izin
yang diberikan, yang dalam wilayah tersebut dijamin bahwa sinyal dapat
diterima dengan baik dan bebas dari gangguan atau interferensi sinyal
frekuensi radio lainnya.
Menurut KM 76/2003
Wilayah layanan (service area) adalah wilayah penerimaan stasiun radio
yang diproteksi dari gangguan/interferensi sinyal frekuensi radio lainnya.
Berdasarkan butir 1.1 dan 1.2 diatas maka, wilayah jangkauan siaran atau
wilayah layanan (service area) adalah wilayah layanan siaran sesuai dengan
izin yang diberikan, yang dalam wilayah tersebut dijamin bahwa sinyal dapat
diterima dengan baik dan bebas dari gangguan atau interferensi sinyal
frekuensi radio lainnya.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
11
2. Wilayah cakupan (coverage area)
Wilayah cakupan (coverage area) adalah suatu wilayah yang merupakan bagian
dari wilayah jangkauan siaran yang nilai kuat medan (field strength) terluarnya
adalah sama dengan nilai kuat medan minimum (Minimum Field Strength) dan
tidak menimbulkan interferensi terhadap wilayah jangkauan siaran di sekitarnya.
3. Zona layanan
Zona layanan adalah suatu wilayah yang merupakan kumpulan dari beberapa
wilayah jangkauan siaran.
Zona layanan merupakan ―wilayah layanan baru‖ yang diperkenalkan dalam
Penyelenggaraan TVD-TT untuk Penyelenggara Multipleks.
Gambar 1.3. Skema Wilayah Penyelenggaraan
Sementara menunggu konvergensi undang-undang tentang penyiaran,
telekomunikasi dan transaksi elektronik yang diharapkan dapat ditetapkan pada akhir
2010, dan mempertimbangkan penggelaran layanan TVD-TT perlu segera
dilaksanakan mengingat tahapan-tahapan uji coba telah dilakukan, maka pemerintah
akan menerbitkan suatu kebijakan tentang TVD-TT dengan memperhatikan dan
mematuhi undang-undang yang berlaku dan aturan-aturan yang dirancang yang
antara lain terdiri dari :
UU RI No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran :
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
12
―LPS jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran TV masing-masing hanya dapat
menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1 (satu) saluran siaran pada 1 (satu)
cakupan wilayah jangkauan siaran‖
UU RI No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi.
o Pasal 33 ayat (1) :
―penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit wajib mendapatkan
izin dari Pemerintah.”
o Pasal 33 ayat (4)
―ketentuan penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit yang
digunakan dalam penyelenggaraan telekomunikasi diatur dengan Peraturan
Pemerintah‖
PP RI No. 50 Tahun 2005 Tentang Lembaga Penyiaran Swasta, Pasal 2 ayat (2) :
― Dalam menyelenggarakan penyiaran multipleksing, Lembaga Penyiaran Swasta
hanya dapat menyiarkan 1 (satu) program siaran‖
PP 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi dan Orbit Satelit.
PP 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi
Adapun Rantai Produksi Penyiaran TVD-TT dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1.4. Rantai Produksi TVD-TT
Rantai produksi penyiaran TVD-TT dapat diuraikan sesuai Gambar 4.1 Rantai
Produksi TVD-TT sebagai berikut :
1. Konten, akan diproduksi oleh Penyedia Konten, individu atau Penyelenggara
Program Siaran.
2. Program Siaran, merupakan gabungan dari konten-konten yang siap
disiarkan serta disusun berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.
3. Multiplekser, merupakan suatu sistem perangkat untuk menyalurkan
beberapa program siaran dari para Penyelenggara Program Siaran yang
kemudian dipancarkan kepada masyarakat/pemirsa melalui suatu perangkat
transmisi. Sistem perangkat Multiplekser terdiri dari encoder, Multiplekser,
dll.
4. Transmisi, merupakan perangkat untuk memancarkan siaran dari
Multiplekser kepada masyarakat/pemirsa dengan menggunakan media
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
13
spektrum frekuensi radio. Sistem perangkat transmisi terdiri atas peralatan
pemancar, program input monitoring, sistem antena, dll.
5. Perangkat Penerima, dapat berbentuk sebagai pesawat penerima TV digital
atau pesawat TV analog yang dilengkapi dengan alat bantu penerima TV
digital (Set-top Box).
Model bisnis Layanan TVD-TT terdiri dari 2 (dua) Penyelenggaraan yaitu
Penyelenggara Program Siaran dan Penyelenggara Multiplekser (Multipleksing dan
Transmisi) yang masing-masingnya membutuhkan izin tersendiri. Penyelenggara
Multiplekser sekaligus sebagai Pemegang Hak Penggunaan Frekuensi. Aturan yang
dikenakan kepada masing-masing penyelenggara diatur dalam bab tersendiri.
Dengan model ini maka diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai beriktu :
• TVD-TT dapat cepat diimplementasikan, karena model bisnis ini sama
dengan model dalam uji coba penyiaran digital.
• Rantai layanan lebih singkat dan sederhana sehingga menjadi lebih cepat
dalam implementasi.
• Biaya relatif lebih rendah karena rantai layanan penyelenggaraan lebih
singkat dan lebih sedikit melibatkan penyelenggara.
• Dalam hal penanganan keluhan terkait dengan masalah teknis, Penyelenggara
Program Siaran lebih mudah karena hanya berhubungan dengan 1 (satu)
Penyelenggara Multiplekser di 1 (satu) zona layanan.
• Penyelenggara Multiplekser memperoleh Hak Penggunaan Frekuensi dalam
zona layanannya sehingga dapat mengatur daya pancar pemancarnya dengan
lebih leluasa untuk menghindari interferensi dengan Penyelenggara
Multipleks lain pada wilayah jangkauan siaran yang sama dan yang
bersebelahan.
Dalam rangka menuju era konvergensi UU Telekomunikasi, Penyiaran dan UU
terkait lainnya, maka struktur usaha dan perizinan perlu disesuaikan dari ―vertikal‖
ke ―horizontal‖, namun pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap agar bisa
berlangsung tanpa goncangan (discruption) dan lancar/mulus (seamless).
Alokasi frekuensi radio berdasarkan Peraturan Pemerintah no 53 tahun 2000
adalah pencantuman pita frekuensi tertentu dalam tabel alokasi frekuensi untuk
penggunaan oleh satu atau lebih dinas komunikasi radio teresterial atau dinas
komunikasi radio ruang angkasa atau dinas radio astronomi berdasarkan persyaratan
tertentu.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
14
Gambar 1.5. Rantai Layanan TVD-TT
Dalam penyelenggara TV analog – TT, LPS mendapat satu lisensi untuk
menyelenggarakan semua fungsi-fungsi yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan
siaran. Dengan kemajuan teknologi digital dan keterbatasan alokasi frekuensi untuk
penyiaran TVD-TT, maka fungsi-fungsi penyelenggara TVD-TT dapat dibagi seperti
blok diagram di atas :
1. Penyedia konten (PK) : tanpa lisensi
2. Penyelenggara Program Siaran (PS) : Lisensi LPS
3. Penyelenggara Multipleks (PMx) : Lisensi Infrastruktur
4. Pemegang Hak Penggunaan Frekuensi : Lisensi BHP
5. Penyedia Menara (PM) : Standarisasi
6. Perangkat Penerima : Sertifikasi
Agar dapat terjadi efisiensi biaya (cost), fokus atas bisnis sesuai fungsi-fungsinya
dan terjadi kompetisi yang sehat maka Penyelenggara Program Siaran (content
service provider) dan Penyelenggara Multiplekser yang juga Pemegang Hak
Penggunaan Frekuensi, masing-masing memiliki lisensi tersendiri dan tidak harus
dimiliki oleh satu badan hukum tertentu.
Pemberian izin penyelenggaraan multiplekser/transmisi ini akan melalui
tahapan/mekanisme seleksi (lelang atau beauty contest). Izin Penyelenggara Program
Siaran berlaku untuk wilayah jangkauan siaran sesuai wilayah jangkauan siaran yang
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
15
tercantum dalam IPP setiap Penyelenggara Program Siaran, sedangkan izin
Penyelenggara Multiplekser berlaku untuk satu zona layanan.
Dalam satu wilayah jangkauan siaran, Penyelenggara Multipleks hanya boleh
menggunakan 1 kanal frekuensi. Penyelenggara Program Siaran (PS) Swasta hanya
boleh menyiarkan 1 (satu) program siaran yang disalurkan melalui Penyelenggara
Multipleks yang beroperasi dalam wilayah jangkauan siaran sebagaimana tercantum
pada IPP yang dimiliki PS tersebut. Tidak boleh ada kepemilikan silang pada
Penyelenggara Multipleks dalam 1 (satu) zona layanan. Penyelenggara Multipleks
harus memiliki izin stasiun radio (ISR) untuk zona layanannya dan membayar BHP
pita frekuensi. BHP Pita Frekuensi untuk Penyelenggara Multiplex akan dikenakan
secara bertahap dari harga sekarang menjadi harga sesuai dengan nilai spektrum
frekuensi yang diduduki (spectrum denial) dalam masa transisi 5 tahun. BHP
frekuensi untuk penyelenggara analog akan dikenakan langsung sesuai dengan nilai
frekuensi yang diduduki pada saat sudah ada Penyelenggara Multipleks didaerahnya.
Pemerintah akan menetapkan harga sewa maksimum untuk sewa saluran siaran pada
Penyelenggara Multipleks.
Arsitektur Layanan TVD-TT
Gambar 1.6. Arsitektur Layanan TVD-TT dalam 1 (satu) Wilayah Jangkauan
Siaran
Dari blok diagram pada Gambar 1.6 tersebut di atas, dapat dijelaskan tentang siapa
‖pemain‖ dan apa ‖tugas dan wewenang‖ masing-masing terkait dengan
penyelenggaraan TVD-TT :
Penyedia Konten (PK)
o Penyedia konten memproduksi siaran-siaran seperti : berita, siaran
pendidikan, program anak-anak, program budaya dan kesenian, penyuluhan
masyarakat, iklan, dsb.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
16
o Konten dapat diproduksi oleh individu, ‖production house‖ atau
Penyelenggara Program Siaran .
Penyelenggara Program Siaran (PS)
o Penyelenggara Program Siaran berfungsi menggabungkan program-program
siaran dari Penyedia Konten sesuai dengan susunan dan jadwal tertentu untuk
dipancarkan melalui Penyelenggara Multiplekser.
o Penyelenggara Program Siaran wajib mematuhi aturan-aturan konten yang
telah ditetapkan dalam UU RI No. 32 Tahun 2002 dan PP No. 50 Tahun
2005.
o Penyelenggara Program Siaran wajib memiliki lisensi IPP yang akan diatur
tersendiri.
Penyelenggara Multiplekser (PMx)
o Penyelenggara Multiplekser berfungsi menggabungkan beberapa program
siaran dari Penyelenggara Program Siaran untuk kemudian dipancarkan ke
pemirsa melalui suatu sistem peralatan transmisi (pemancar, sistem antena
dan menara).
o Jumlah Penyelenggara Multiplekser dalam satu zona layanan disesuaikan
dengan ‖Master Plan‖ TVD-TT yang ditetapkan oleh Menteri/Ditjen Postel.
o Penyelenggara Program Siaran dapat mengajukan permohonan izin baru
sebagai Penyelenggara Multiplekser, namun mengingat jumlahnya tidak
sebanyak jumlah PS, maka pemberian izin/lisensi dilakukan melalui
mekanisme seleksi.
Penyedia Menara (PM)
o Penyedia Menara adalah perusahaan yang menyediakan menara untuk
menyiarkan siaran dari beberapa Penyelenggara Multipleks.
o Menara yang digunakan, wajib mengikuti standar dan persyaratan teknis yang
ditetapkan oleh Menteri.
Sesuai ketentuan/aturan dalam UU 32/2002 dan PP 50/2005, LPS harus
bertanggung jawab atas isi siaran, sehingga kedudukan LPS penyiaran analog-TT
dapat diposisikan sebagai Penyelenggara Program Siaran (content service provider).
Penyelenggara Multiplekser mempunyai fungsi menyalurkan program-
program siaran dari para Penyelenggara Program Siaran dan kemudian
memancarkannya secara teresterial melalui menara kepada pemirsa. Penyelenggara
Program Siaran dapat mengajukan sebagai Penyelenggara Multiplekser namun hanya
dapat menyiarkan satu saluran siaran yang dimiliki dalam satu wilayah jangkauan
siaran dan sisa kapasitasnya digunakan untuk menampung Penyelenggara Program
Siaran yang bukan miliknya.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
17
Gambar 1.7. Peran Lembaga Penyiaran dalam Rantai Pasok TVD-TT
Penggunaan Frekuensi dalam zona layanan dan wilayah jangkauan siaran
harus mematuhi UU RI No.36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, PP 52 Tahun
2000, PP 53 Tahun 2000 dan aturan-aturan terkait yang ditetapkan oleh
Menteri/Ditjen Postel.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
18
Gambar 1.8. Tahapan Penyelenggaraan TVD-TT
Penerapan TVD-TT dilakukan secara bertahap dengan batas waktu cut-off
TV Analog paling lambat 2017; implementasi akan dimulai secara bertahap dengan
kota-kota besar seperti Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Medan,
Palembang, Makasar, Denpasar, Banjarmasin dan kota-kota lainnya. Sosialisasi
kepada masyarakat secara lebih intensif akan dilakukan melalui promosi, iklan
masyarakat, pampflet, penyuluhan ke sekolah-sekolah, dealer-dealer/toko-toko
pesawat penerima TV dll. Dengan cara sosialisasi yang insentif, diharapkan
masyarakat dapat memahami TVD-TT, langkah-langkah apa saja yang perlu
dilakukan untuk menerima/menikmati siaran TVD-TT dan juga memahami bahwa
dalam jangka waktu tertentu, siaran TV Analog akan dihentikan sama sekali.
Selama masa transisi migrasi atau simulcast, masyarakat dapat menikmati
siaran TVD-TT dengan alat bantu penerima STBT yang dihubungkan ke pesawat
penerima TV analog yang telah dimiliki. Pemerintah akan mendorong agar industri
dalam negeri dapat memproduksi STB standar dengan harga terjangkau oleh
masyarakat. Pusat-pusat bantuan masyarakat atau ‖call center‖ akan disediakan oleh
semua stakeholder termasuk pemerintah, industri penyiaran, industri STB dan
dealer-nya; agar transisi dapat berjalan secara mulus dengan kerugian seminimal
mungkin bagi masyarakat dan industri.
Diharapkan bila penetrasi jangkauan dalam suatu wilayah telah mencapai
lebih dari 80% (delapan puluh per seratus) dan 80% (delapan puluh per seratus)
pemirsa telah memiliki STB atau pesawat TV digital maka siaran analog di wilayah
akan dihentikan. Masa simulcast diperkirakan berjangka waktu + 3 (tiga) tahun di
daerah ekonomi maju dan + 5 tahun di daerah ekonomi kurang maju dan dapat
ditinjau kembali sesuai kesiapan masyarakat dan penyelenggara, sehingga
diperkirakan pada tahun 2018 – 2020 TV analog dapat dihentikan secara total.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
19
Bila terdapat pemirsa yang masih tidak dapat menerima siaran TVD-TT
setelah ‖analog cut off‖, maka pemirsa tersebut masih dapat menerima siaran TVD
melalui siaran TV kabel atau satelit. Alokasi frekuensi yang digunakan untuk TVD-
TT selama simulcast dan setelah ‖analog cut off‖ akan diatur melalui peraturan
Ditjen Postel yang akan segera disusun.Sistem Penyiaran TVD-TT telah
diimplementasikan oleh sebagian besar negara di dunia, bahkan mengalami
perkembangan yang sangat cepat. Beberapa negara telah melakukan penghentian
secara total (cut off) terhadap TV analognya atau paling tidak menentukan secara
resmi kapan akan melakukan cut off (Daftar negara yang telah cut off/ switched off
atau dalam persiapan cut off di Eropa dan Asia dapat dilihat pada Tabel 2.11-2.12).
Untuk standar kompresinya sebagian besar negara-negara di dunia masih
menggunakan MPEG-2, namun beberapa negara telah menggunakan MPEG-4.
Dalam hal standar teknologi untuk sistem transmisi TVD-TT, ada beberapa alternatif
pilihan terhadap standar yang digunakan. Berdasarkan pertimbangan aspek teknis,
layanan, jumlah Negara-negara pengguna, harga STB yang terjangkau, dll, maka
pada tanggal 21/3/2007 melalui PerMen No. 07/P/M.Kominfo/3/2007 Tentang
Standar Penyiaran Digital Teresterial untuk TV Penerimaan Tetap, Indonesia telah
memilih DVB-T sebagai standar teknologinya.Pada bulan Mei 2007 dalam rapat
bersama antar Menteri Komunikasi dan Informasi, DVB-T telah ditetapkan juga
sebagai standar TVD-TT untuk seluruh negara ASEAN.
Implementasi siaran TV digital, dimana standar teknologi yang digunakan
oleh negara-negara di Eropa dan Asia adalah DVB-T (kecuali Filipina yang belum
menentukan standar teknologinya). Standar DVB-T telah mengalami pengembangan
menjadi DVB-T2 dan beberapa negara telah dan sedang dalam persiapan untuk
menggunakan DVB-T2. Perkembangan implementasi TVD-TT di Italia diambil
sebagai contoh, karena kesamaan standar teknologi yang digunakan dan jumlah
TVD-TT menempati persentase cukup signifikan, yaitu lebih dari 60%, dibandingkan
dengan TVD-Satelit dan TVD-Cable. Perkembangan teknologi TV Digital di Italia
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
20
Tabel 1.1. Jadwal Analog Switched Off (ASO) di Eropa
Spectrum Value Partners 2008. Broadcast Migration Study
Country DTT launch date Completion of ASO Compression Format
United Kingdom 1998 2012 MPEG-2
Sweden 1999 Completed (2007) MPEG-2
Spain 2000/2005 2010 MPEG-2
Finland 2001 Completed (2007) MPEG-2
Switzerland 2001 Completed (2008) MPEG-2
Germany 2002 December 2008 MPEG-2
Belgium 2002 2011 MPEG-2
The Netherlands 2003 Completed (2006) MPEG-2
Italy 2004 2012 MPEG-2
France 2005 2011 MPEG-2/MPEG-4 AVC
Czech Republic 2005 2011 MPEG-2
Denmark 2006 2009 MPEG-2/MPEG-4 AVC
Slovenia 2006 2011 MPEG-4 AVC
Austria 2006 2010 MPEG-2
Estonia 2006 2012 MPEG-4 AVC
Norway 2007 2009 MPEG-4 AVC
Lithuania 2008 2012 MPEG-4 AVC
Hungary 2008 2011 MPEG-4 AVC
Portugal 2009 2012 MPEG-4 AVC
Slovakia 2009 2012
Ireland 2009 2012 MPEG-4 AVC
Russia 2009 2015
Poland 2009 2014
Latvia TBC 2012
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
21
Tabel 1.2. Jadwal Analog Switched Off di Asian(ADB meeting July 2009)
Country DTT launch date Completion of ASO Compression Format
Brunei Mei 2009 2011 MPEG4
Kamboja 2010 ?
Indonesia 2008 2013-2018 MPEG2
Laos 2007 2015
Malaysia 2007 2012-2015 MPEG4
Myanmar ? ?
Philipina 2007 (DVB-T & ISDB) ?
Singapura 2006
(2009 testing indoor reception)
Soon after trial succeed MPEG4
Thailand 2010 ?
Vietnam Since 2007
(40 locations)
2015 MPEG2
Tabel 1.3. Struktur MUX di Italia saat ini
Spectrum Value Partners 2008. Broadcast Migration Study
Technical
standard
MUX 1 MUX 2 MUX 3 MUX 4 MUX 5 MUX 6 MUX 7 MUX 8 MUX 9 MUX 10
UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF
DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-H DVB-H DVB-T DVB-T DVB-T
Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM
Guard Band 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4
FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3
Total Capacity 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91
% reserved
for non-TV
21% 18% 21% 18% 18% 21% 21% 21%
Remaining
capacity
15.74 16.34 15.741 16.34 16.34 15.741 15.741 15.741
Compression MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2
No.of channels 6 6 6 6 6 6 6 6
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
22
Tabel 1.4. Dampak perkembangan teknologi tahap 2 (fully digital) di Italia
Spectrum Value Partners 2008. Broadcast Migration Study
Technical standard MUX 1 MUX 2 MUX 3 MUX 4 MUX 5 MUX 6 MUX 7 MUX 8 MUX 9
UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF
DVB-T DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-H DVB-H DVB-T2 DVB-T2
Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM
Guard Band 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32
FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3
Total Capacity 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19
% reserved for non-
TV
13% 11% 13% 11% 11% 13% 13%
Remaining capacity 31.47 32.07 31.47 32.07 32.07 31.47 31.47
Compression MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4
No. of channels 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6
Technical standard MUX 10 MUX 11 MUX 12 MUX 13 MUX 14 MUX 15 MUX 16 MUX 17 MUX 18
UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF
DVB-T DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2
Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM
Guard Band 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32
FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3
Total Capacity 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19
% reserved for non-
TV
13% 13% 13% 13% 13% 13% 13% 13% 15%
Remaining capacity 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 26.95
Compression MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4
No. of channels 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 5
Tabel 1.5. Perubahan dalam migrasi DVB-T ke DVB-T2
Technical standard DVB-T DVB-T2
Modulation 16/64QAM 64QAM
Guard Band 1/4 1/32
No. Program 48 Max. 416
No. MUX 8 16
Compression MPEG2 MPEG4
No. of channels/MUX 6 22-26
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
23
Pada tabel perubahan dalam migrasi DVB-T ke DVB-T2 di atas, tampak
bahwa perubahan jumlah MUX dan jumlah chanel per MUX sangat besar, yaitu dari
8 menjadi 16 MUX dan jumlah saluran siaran per MUX dari 6 menjadi 22-26. Hal
ini berarti dengan DVB-T2 dapat dihasilkan jumlah program dapat mencapai
maksimal 416 program siaran.
Ada beberapa standar teknologi transmisi yang sekarang telah berkembang di
dunia, yaitu :
- ATSC dari Amerika, yang diluncurkan sejak November 1998
- DVB-T dari Eropa, yang diluncurkan sejak September 1998
- ISDB-T dari Jepang, yang diluncurkan sejak 1 Desember 2003
- T-DMB dari Korea, yang diluncurkan mulai + tahun 2005
- DMB-T dari Cina, yang diluncurkan official tahun 2008 (published 2006)
Masing-masing standar dan beberapa variannya telah diadopsi oleh sejumlah
negara. Untuk negara-negara di Eropa, Asia dan Australia, termasuk Indonesia, telah
memilih DVB-T sebagai standar teknologinya. Bahkan standar-standar tersebut
sudah mengalami pengembangan-pengembangan menuju teknologi yang lebih maju,
seperti DVB-T menjadi DVB-T2.Sehingga dapat disimpulkan bahwa standar,
teknologi, perangkat keras, perangkat lunak baik untuk operator maupun pengguna
telah siap (mature) di pasar dunia.
Di Indonesia sampai dengan tahun 2009, Lembaga Penyiaran Berlangganan
baik melalui satelit dan kabel telah menggunakan teknologi digital DVB-S untuk
satelit dan DVB-C untuk kabel. Jumlah total pelanggannya saat ini kurang lebih 1,1
juta pelanggan. Dengan fitur-fitur yang lebih beragam, lebih menarik, lebih
berkualitas, maka jumlah pemirsa penyiaran analog teresterial yang saat ini telah
dinikmati oleh 30-40 juta rumah tangga diharapkan akan meningkat lebih pesat
dengan TVD-TT.
Setelah penyiaran analog secara bertahap dihentikan total mulai tahun 2013,
maka diharapkan : teknologi DVB-T2, MPEG4 yang saat ini masih diuji lapangan di
negara-negara maju akan sudah matang dan tahan uji di lapangan, harga
STB/MPEG4 semakin murah, masyarakat Indonesia telah siap dan memahami siaran
TV digital sehinga TVD-TT yang dimulai dengan DVB-T/MPEG2/SDTV dapat
beralih ke DVB-T2/MPEG4/SDTV/HDTV sehingga kualitas hidup masyarakat dan
industri di Indonesia dapat makin meningkat.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
24
Peta Jalan (Road Map) Teknologi Penyiaran Digital
Gambar 1.9. Level Migrasi Penyiaran dengan Standar DVB-T
Proses migrasi dari analog ke digital dengan menggunakan standar teknologi
DVB-T, tidak berhenti sampai pada implementasi DVB-T. Seperti telah disebutkan
di atas bahwa DVB-T telah mengalami pengembangan-pengembangan menjadi
DVB-T2. Sehingga migrasi dari analog ke DVB-T akan dilanjutkan menuju tahap
berikutnya yaitu tahap adopsi DVB-T2.
Proses migrasi dari siaran TV analog ke TVD-TT dapat dibagi dalam 3 tahap
sebagai berikut, yaitu :
Tahap 1 :
Simulcast penyiaran TV analog bersamaan dengan TVD-TT dengan
menggunakan kompresi video MPEG-2 dan SDTV.
Tahap 2 :
Tahapan dimana siaran TV analog dihentikan secara total (analog switch off,
fully digital), secara bertahap mulai dengan daerah-daerah yang
masyarakatnya telah siap menerima siaran digital.
Untuk daerah yang sudah fully digital, maka migrasi ke tahap berikutnya
dapat direncanakan dari MPEG2 ke MPEG4, sehingga jumlah saluran siaran
dapat lebih banyak, HDTV dapat mulai diuji coba dan bila dibutuhkan sistem
MFN (Multi Frequency Network) dapat dialihkan menjadi SFN (Single
Frequency Network) untuk menghemat penggunaan frekuensi.
Tahap 3 :
Di tahap 3, Indonesia diharapkan sudah fully digital secara menyeluruh yang
jadwalnya dalam 2015-2018. Pada masa tahap 3 ini, adopsi teknologi yang
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
25
lebih advanced (DVB-T2) dengan fitur-fitur serta keuntungan yang lebih
besar, akan dapat mulai diterapkan.
Besarnya potensi pasar dalam bisnis penyiaran mengakibatkan minat pelaku
bisnis untuk bergabung dalam bisnis penyiaran semakin besar. Pada saat ini LPS
analog yang telah mendapat izin penyiaran berjumlah 11, dan LPS analog lokal 115,
pemohon baru yang tidak tertampung berjumlah kurang lebih 450. Di sisi lain
sumber daya frekuensi merupakan sumber daya yang sangat terbatas, baik dibatasi
oleh alam maupun oleh adanya standar internasional yang berlaku. Keterbatasan
spektrum frekuensi ini, secara teknis menjadi sulit untuk dapat mengakomodasi izin
penyiaran yang telah dikeluarkan.
Digitalisasi sinyal dalam sistem TVD-TT memungkinkan kompresi data dan
transmisi yang jauh lebih efisien, sehingga penggunaan frekuensi jadi lebih efisien
pula dimana 1 (satu) saluran frekuensi dapat menampung 4-6 (empat sampai enam)
saluran siaran. Dengan demikian meskipun alokasi frekuensi terbatas, tetapi
kebutuhan frekuensi untuk penyiaran masih tetap dapat dipenuhi.
Proses migrasi dari analog ke digital, harus melalui masa transisi simulcast,
agar bagi penyelenggara dapat menggelar siaran TVD-TT secara merata di wilayah
layanannya dan bagi masyarakat agar memahami dan merasa nyaman menikmati
siaran TVD-TT. Selama masa simulcast ini, spektrum frekuensi akan digunakan
bersama-sama untuk siaran analog dan digital. Hal ini akan menyebabkan
penggunaan spektrum frekuensi relatif lebih besar, sehingga alokasi frekuensi untuk
penyiaran digital semakin berkurang.
Televisi merupakan media informasi yang paling banyak digunakan di
seluruh pelosok dunia, termasuk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia + 230 juta,
dengan jumlah TV household 35-40 juta dan jumlah pemirsa lebih dari 140 juta
orang. Jumlah televisi dan pemirsa sebanyak itu tentu saja merupakan pasar yang
sangat potensial bagi industri penyiaran di Indonesia. Bagi sebagian masyarakat
Indonesia yang masih awam untuk memanfaatkan teknologi internet sebagai alat
untuk mengakses informasi, dapat memanfaatkan siaran TV sebagai sumber
informasi yang paling mudah diakses. Pada kenyataannya, selain minat masyarakat
Indonesia yang sangat tinggi terhadap siaran televisi, daya beli yang dimiliki cukup
tinggi untuk membeli perangkat penerima TV.
Standar kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap kualitas dan ragam siaran
pada saat ini sudah semakin tinggi. Televisi bagi masyarakat saat ini tidak hanya
sekedar sebagai sarana untuk memperoleh informasi, tetapi lebih sebagai media
informasi dan hiburan keluarga yang berkualitas. Dengan semakin besarnya minat
masyarakat untuk membeli televisi dengan teknologi yang tinggi dan semakin
banyak jumlah pelanggan untuk TV Berlangganan, membuktikan bahwa masyarakat
pada saat ini semakin membutuhkan layanan siaran TV yang berkualitas dan
beragam.
Masyarakat Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam dan latar
belakang sosial yang berbeda-beda, sehingga kebutuhan jenis siaran juga berbeda-
beda. Pada TVD-TT ragam siaran yang lebih banyak dapat mengakomodasi
kebutuhan masyarakat yang makin spesifik terhadap jenis siaran akan dapat
diwujudkan.Secara ekonomi, belanja iklan yang merupakan salah satu sumber
penghasilan Penyelenggara Penyiaran akan meningkat secara signifikan, seiring
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
26
dengan jumlah program siaran dalam TVD-TT.Sistem TVD-TT memberikan banyak
keuntungan dari segi kinerja, keandalan maupun kualitas penyiaran dibanding sistem
penyiaran analog. Dengan sistem TVD-TT kinerja sistem dalam melakukan
kompresi data dan transmisi menjadi lebih efisien. Kualitas siaran TVD-TT jauh
lebih baik dibandingkan siaran TV analog. Berdasarkan hasil uji coba teknis, siaran
TVD-TT terbukti memiliki keandalan yang lebih baik, pemanfaatan pita frekuensi
lebih optimal dan kualitas gambar serta keandalan siaran TV yang jauh lebih baik
dibandingkan siaran TV analog. Uji coba lapangan TVD-TT di Jabodetabek
membuktikan, sebagian daerah blank spot di wilayah jangkauan siaran TV analog,
dapat dieliminir.
Sistem digital memiliki kemampuan melakukan pengiriman informasi yang
jauh lebih banyak dan penerimaan sinyal yang lebih baik dibanding analog. Hal-hal
tersebut membuat sistem TVD-TT memungkinkan untuk memiliki kualitas siaran
yang lebih baik dan program siaran menjadi lebih banyak dan beragam dibanding TV
analog. Dalam hal kebutuhan daya, sistem penyiaran digital membutuhkan daya
pancar lebih rendah dibandingkan siaran TV analog untuk mencapai daerah
jangkauan siaran yang sama. Kebutuhan daya listrik pun menjadi lebih rendah.
Dapat disimpulkan bahwa dengan sistem penyiaran digital, akan memberikan
kualitas, kinerja dan keandalan sistem penyiaran yang jauh lebih baik dibanding
sistem penyiaran analog.
Meski pemerintah telah melakukan sosialisasi awal tentang migrasi sistem
penyiaran dari analog ke digital, tetapi sosialisasi mengenai rencana penggelaran
siaran TVD-TT dan penghentian siaran TV analog harus terus menerus dilakukan
hingga masyarakat benar-benar siap, sampai masa cut off siaran TV analog.
Sosialisasi tersebut akan dilakukan dalam bentuk promosi, publisitas, pusat bantuan
pemirsa. Promosi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
manfaat migrasi ke digital dan tanggal penghentian cut off siaran analog. Publisitas
dan konsultasi untuk menerangkan/menjelaskan kepada masyarakat mengenai segala
hal yang berkaitan dengan sistem penyiaran TVD-TT, baik dalam bentuk penyuluhan
keliling, maupun program siaran melalui media informasi, dan penempelan-
penempelan label/pamflet/poster yang berisi informasi pada fasilitas transportasi
publik atau fasilitas umum lain. Pusat bantuan pemirsa perlu disiapkan dengan tujuan
memberikan pelayanan dan bantuan secara aktif kepada masyarakat yang mengalami
kesulitan dalam hal yang berkaitan dengan sistem penyiaran TVD-TT.
Pemerintah akan mendorong penyediaan STB dan alat penerimaan lain
dengan harga terjangkau dan mudah diperoleh. Pemerintah akan melakukan tindakan
penanggulangan terhadap keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga
tidak bisa mendapatkan akses ke TVD-TT. Dalam masa uji coba diharapkan
masyarakat sudah mempunyai pengalaman dengan TV Digital dan telah dapat
menikmati siaran digital.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
27
1.4 Daya Beli Masyarakat Indonesia
Berdasarkan data dan informasi dari BPS yang menjelaskan mengenai
besarnya pengeluaran rata-rata per bulan yang diklasifikasikan dalam kategori daerah
Urban dan Rural di seluruh Indonesia yang ditampilkan dalam beberapa regional
yaitu :
Sumatra
DKI Jakarta
Jabar & Banten
Jateng & DIY
Jatim
Kalimantan
Sulawesi
IBT Lainnya
Gambaran tingkat daya beli masyarakat Indonesia secara regional dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 1.10. Persentase Pengeluaran Penduduk (Rural) per Bulan
Sumber : Data BPS dan hasil Pengolahan PT. IMT Mitra Solusi
<100K 100-149K 150 -200K 200 -300K 300 -500K 500 -750K 750 -1 Juta > 1 Juta
Sumatera 188.871 1.196.805 3.065.696 10.295.867 18.365.222 9.564.013 4.129.429 3.115.870
DKIJakarta - - 14.634 238.715 1.938.990 2.819.768 1.589.606 2.544.468
Jabar Banten 100.098 1.423.779 4.559.329 12.181.304 17.614.195 9.006.387 3.262.583 3.649.639
Jateng DIY 118.662 2.156.219 4.776.708 10.226.946 10.542.235 4.640.089 1.739.593 1.894.440
Jatim 185.845 2.464.952 5.925.344 11.334.884 10.429.028 4.166.492 1.555.757 1.032.535
Bali Nusra 307.149 985.736 1.595.582 3.139.374 3.997.644 1.670.572 714.284 430.334
Kalimantan 12.163 242.913 782.485 2.711.110 3.990.151 2.226.371 878.374 795.533
Sulawesi 351.813 1.638.903 2.501.532 5.039.541 4.542.321 2.152.939 610.999 436.134
Maluku & Papua 22.174 317.365 768.293 1.298.401 1.675.375 948.256 398.233 321.524
-
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
14.000.000
16.000.000
18.000.000
20.000.000
JumlahPenduduk
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
28
Diperkirakan pada saat ini jumlah TV-household diperkirakan sekitar 35 – 40
juta dan jumlah pemirsa diperkirakan sekitar 140 juta orang. Jumlah pemirsa yang
sangat besar merupakan potensi pasar yang sangat besar di Indonesia, meskipun pada
saat ini daya beli masyarakat Indonesia masih belum tinggi. Keberhasilan program
pemerintah yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan
daya beli masyarakat masyarakat dan selanjutnya akan meningkatkan penggunaan
jasa layanan Televisi di masa mendatang.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
29
2.1 Hasil Tabulasi Kuesioner
Tabel dibawah ini adalah matrik hasil dari rekapitulasi dari pertanyaan –
pertanyaan yang diajukan pada kuesioner, sebagai dasar/patokan untuk menjawab
permasalahan – permasalahan yang dajukan pada penelitian ini di samping nantinya
akan di kompilasi dengan data – data sekunder yang didapatkan dalam negeri BPS
atau pun dari luar negeri, misalnya dari GSM Association, APT (Asia Pacific
Telecommunication). Matrik ini merupakan hasil data primer yang dikumpulkan dari
para stakeholder yaitu penyelenggara broadcast, penyelenggara telekomunikasi,
vendor perangkat penyiaran dan telekomunikasi serta expert dalam hal ini Mastel
(masyarakat telematika), Akademisi, dan Kominfo.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
30
Tabel 2.1.Matrik Hasil Kuesioner yang sudah ditabulasi
31
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
32
33
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
34
2.2 Hasil Tabulasi In Depth Interview
Tabel 2.2.Matrik Hasil In Depth Interview yang sudah ditabulasi
No Pertanyaan Telekomunikasi Direktur Penyiaran Broadcast
1 Berapa potensi digital dividend yang bisa
diperoleh dari hasil proses migrasi televisi analog
ke digital, serta teknologi informasi dan
komunikasi apa saja yang berpotensi memberikan
digital dividend serupa di masa mendatang?
dan fleksibilitas kebutuhan frekuensi
b. Kesiapan penyerapan market size
Potensi digital dividend secara konsensi diperuntukkan untuk penyiara( belum
final). Oleh karena itu ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan
penataan operator penyiaran , yaitu:1) .Aspek Ekonomi ; 2) Aspek Geografis (
daerah ekonomi maju Vs Daerah Ekonomi kurang maju);3) Aspek Teknis
(ketersediaan frekuensi). Terkait dengan teknologi yang berpotensi
memberikan DD untuk sementara menunggu ketetapan peraturan menteri,
karena hal ini berdasarkan konsensi dengan pihak industri. Pertemuan terakhir
disepakati bahwa teknologi yang akan digunakan adalah DVBT MPEG4
sementara DVBTT belum diatur dalam ITU
Masukkan dari broadcasting terkait dengan digital dividend
sudah sering dilakukan, bahkan sudah dipisahkan antara TV
lokal dan TV Nasional.Menurut broadcasting pemerintah
memberi janji akan mengeluarkan ijin digital TV pada Juli
2011.Sudah dibentuk asosiasi yang membahas hal tersebut,
yaitu ATLSI (Asosiasi TV Lokal Swasta Indonesia).
2 Secara teknis DD dapat dipindahkan pada tempat lain yang lebih produktif dan
bermanfaat. Namun , berdasarkan kebijakan pemerintah ( belum final RPM)
ditetapkan bahwa potensi DD diperuntukan untuk penyiaran. Adapun rincian
pembagian channel ( belum final) adalah sebagai berikut: terestrial 18 vhanel
yang terbagi ke dalam 3 group yang terbagi menjadi 6 channel. Untuk Jawa dan
Sumatra dapat menyelenggarakan 6 channel tapi untuk kota kecil kurang lebih
3 channel terkait dengan kontinyuitas usaha provider. Channel 22-27
diperuntukkan untuk advance broadcasting;28 -48 untuk terestrial;49-51 untuk
reserve dan > 51 untuk DD.
Usulan yang diberikan dari asosiasi tersebut, yaitu DVB-T
dangan menggunakan MPEG4.DVB-T menggunakan MPEG4,
konten bisa mencapai 60 konten.Daerah yang dilakukan
migrasi TV digital terlebih dahulu yaitu ibu kota propinsi.
Cut off TV analog dilakukan pada tahun 2018.
10 TV swasta telah mengajukan ijin TV digital, tinggal
menunggu pemberian ijin dari pemerintah.
Berdasarkan kebijakan pemerintah direncanakan program simulcas dilakukan
pada tahun 2012. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
terkait dengan kesiapan menuju TV digital, yaitu:1) Industri yang memproduksi
set top box;2) sosialisasi yang gencar atas program migrasi dan 3) Pembiayaan
untuk set top box tidak ditanggung oleh pemerintah ( non subsidied). hal ini
dibiarkan berjalan secara natural, nantinya diakhir periode simulcas akan
diadakan evaluasi untuk menentukan pembiayaan set top box : apakah
dsubsidi oleh pemerintah atau mandiri atau kombinasi dari keduanya.
Kesiapan SCTV untuk migrasi ke TV digital dari sisi perangkat
sudah siap, sebab 60% perangkat yang dimiliki SCTV sudah siap
untuk digunakan TV digital.Terkait dengan set up box, pihak
SCTV belum memiliki gambaran siapa yang akan menyediakan
set up box tersebut.Dahulu telah dibentuk KTDI (Komisi
Televisi Digital Indonesia) yang terdiri dari 6 TV broadcasting,
Percobaan TV digital dilakukan oleh TVRI di kota Jakarta,
Bandung, Medan, dan Surabaya.
3 Bagaimana dampak ekonomi (PDB, produktivitas,
lapangan kerja, serta pendapatan negara baik
pajak maupun bukan pajak) dari pemanfaatan
digital dividend tersebut?
Dampak DD ini melalui program migrasi
TV analog menjadi TV digital pada
dasarnya secara sosial akan
memberikan kontribusi positif terkait
dengan penyiaran.
Dampak DD ini melalui program migrasi TV analog menjadi TV digital pada
dasarnya secara sosial akan memberikan kontribusi positif terkait dengan
penyiaran.
Menurut pihak SCTV, peluang bisnis ke depan setelah migrasi
ke TV digital yaitu berlomba-lomba pada konten yang
menarik.TV digital menurut pelanggan menguntungkan. Hal ini
dilihat dari jumlah pelanggan pada saat uji coba mencapai
50.000 pelanggan.
Bagaimana kebijakan penetapan pita spektrum
frekuensi radio hasil digital dividend kepada
portofolio layanan TIK antara lain seperti
penyiaran, telekomunikasi, ubiquitous network ,
atau keperluan negara (militer dan kepentingan
publik) serta bagaimana strategi migrasinya?
a. Perlu adanya evaluasi kesehatan
industri telekomunikasi.
b. Pemerintah sebaiknya membagi blok
– blok, misalnya per 5 MHz.
c. Pengurangan jumlah operator dengan
meregulasi agar bisa merger/akuisisi.
d. Digital Dividend dari hasil migrasi TV
analog ke TV digital sebaiknya
diprioritaskan untuk ditawarkan ke
operator existing setelah itu baru
ditenderkan ke operator – operator
baru.
e. Penawaran TD-LTE sebaiknya
diprioritaskan kepada pemain BWA
existing dan operator mobile existing.g.
Pengadaan set up box untuk belanggan,
sebaiknya disubsidi pemerintah bukan
dari operator.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
35
2.3 Hasil FGD
Hasil FGD ini menunjukkan beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi
keberhasilan program migrasi TV Analog ke TV Digital sehingga digital dividend
dapat termanfaatkan secara optimal, yang mana faktor – faktor tersebut
dikelompokkan ke dalam empat faktor, yaitu faktor penentu, faktor penghubung,
faktor terikat dan faktor bebas. Penetuan faktor – faktor tersebut didasari atas hasil
analisis perspektif dengan menggunakan aspirasi dari para peserta FGD. Adapun
hasil analisis perspektif dari hasil FGD yang dilakukan adalah sebagai berikut.
2.3.1 Hasil dari FGD dengan Pihak Broadcast
FGD (Focus Group Discussion), hari pertama dilakukan di Hotel Akmani,
pada hari Selasa 26 Juli 2011, pada pukul 09.00 – 12.00 WIB, dan pukul 14.00 –
17.00 WIB. Serta hari Rabu, 27 Juli 2011 pada pukul 09.00 – 12.00 WIB.
Berdasarkan hasil FGD dengan para broadcast:
Faktor-faktor yang berpengaruh
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya menyelesaikan beberapa permasalahan
di atas, setelah dilakukan diskusi intensif, diperoleh 9 faktor yaitu:
1. Investasi
2. Regulasi
3. Content Provider
4. Network Provider
5. Set Top Box
6. Sosialisasi Program
7. Sustainability
8. Channel
Dengan menggunakan skala Likert dari nilai 0 sd 3, dimana 0 berarti tidak ada
pengaruh sama sekali dan 3 memiliki pengaruh sangat kuat. Hasil diskusi yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap
penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Broadcast
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
36
Setelah melalui proses dalam kegiatan Perpektif analysis akan diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 2.4. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang
berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari
sisi Broadcast
Jika dipetakan seperti gambar berikut.
Gambar 2.1. Grafik Wilayah Kuadran untuk Broadcast (Scatter Diagram)
Berdasarkan diagram di atas :
1. Regulation, Channel, dan Program Socialization sebagai faktor penentu, artinya
keberadaannya sangat berpengaruh terhadap optimalisasi penggunaan spektrum
frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) khususnya digital dividend dan ketergantungannya terhadap faktor-faktor
lainnya sangat kecil.
Faktor
Influence
(I)
Koordinat (I ;
D)
klasifikasi faktor
regulasi 1,75 ( 1,75 ; 0,66 ) Faktor Penentu
investmet 0,41 ( 0,41 ; 1,33 ) Faktor Terikat
content provider 0,75 ( 0,75 ; 1 ) Faktor Bebas
network provider 0,91 ( 0,91 ; 1,16 ) Faktor Terikat
program sosialisatio 1,08 ( 1,08 ; 0,66 ) Faktor Penentu
sustainability 1,08 ( 1,08 ; 1,41 ) Faktor penghubung
set top box 0,5 ( 0,5 ; 0,83 ) Faktor Bebas
channel 1,5 ( 1,5 ; 0,91 ) Faktor Penentu0,9118 11
Dependences
(D)
0,66
1,33
1
1,16
0,66
1,41
0,83
13 8
13 17
6 10
5 16
9 12
11 14
Pengaruh Ketergantungan
21 8
2 Faktor Penentu Faktor Penghubung
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2 Faktor Bebas Faktor Terikat
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2
Ketergantungan
Pengaruh
settopbox
regulasi
program
Sosialisasi
channel
sustainability
Investment
networkprovidercontentprofider
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
37
2. Sustainability sebagai faktor penghubung artinya keberadaan sustainability
dominan untuk mempengaruhi dan juga dominan dipengaruhi faktor penentu,
faktor bebas, dan faktor terikat pada optimalisasi penggunaan spektrum
frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) khususnya digital dividend.
3. Network Provider dan Investment sebagai faktor terikat artinya, keberadaan
faktor tersebut sangat tergantung pada faktor penentu, faktor bebas, dan faktor
penghubung dalam optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh
penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital
dividend.
4. Content provider dan Set Top Box sebagai faktor bebas artinya, keberadaan
faktor tersebut dapat diabaikan dalam optimaslisasi penggunaan spektrum
frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) khususnya digital dividend.
2.3.2 Hasil dari FGD dengan Pihak Telekomunikasi
Faktor-faktor yang berpengaruh
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya menyelesaikan beberapa permasalahan
di atas, setelah dilakukan diskusi intensif, diperoleh 9 faktor yaitu:
1. Cara Perolehan
2. Channel
3. Tarif Retail
4. BHP
5. Investasi
6. Integrasi Frekuensi
7. Teknologi
8. Quality of Service
9. Regulasi
Dengan menggunakan skala Likert dari nilai 0 sd 3, dimana 0 berarti tidak ada
pengaruh sama sekali dan 3 memiliki pengaruh sangat kuat. Hasil diskusi yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
38
Tabel 2.5. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap
penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Penyelenggara
Telekomunikasi
Setelah melalui proses dalam kegiatan Perpektif analisis akan diperoleh hasil sebagai
berikut.
Tabel 2.6. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang
berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari
sisi Penyelenggara Telekomunikasi
Influences
(Pengaruh)
Dependences
(Ketergantungan)
Cara Perolehan 3 3 3 0 2 0 0 3 14
Channel 3 1 3 3 2 0 3 2 17
Tarif Retail 0 0 0 0 0 0 3 0 3
BHP 3 0 3 0 3 0 0 3 12
Investasi 0 0 3 0 1 2 3 0 9
Integrasi Frekuensi 3 3 1 3 3 3 0 3 19
Teknologi Netral 3 0 1 0 3 3 0 3 13
Quality of Service 0 0 0 0 3 0 0 1 4
Regulasi 3 3 2 3 2 3 3 2 21
TOTAL SCORE 15 9 14 12 14 14 8 11 15 112
Teknologi
Netral
Qualityof
Service
Regulasi
TOTAL
SCORE
Investasi
Integrasi
Frekuensi
Cara
Perolehan
Channel
TarifRetail
BHP
Faktor
Influence
(I)
Koordinat
(I ; D)
klasifikasi faktor
Cara Perolehan 1,03 ( 1,03 ; 1,11 )Faktor penghubung
Channel 1,25 ( 1,25 ; 0,66 )Faktor Penentu
Tarif Retail 0,22 ( 0,22 ; 1,03 )Faktor Terikat
BHP 0,88 ( 0,88 ; 0,88 )Faktor Bebas
Investasi 0,66 ( 0,66 ; 1,03 )Faktor Terikat
Integrasi Frekuensi 1,4 ( 1,4 ; 1,03 ) Faktor penghubung
Teknologi Netral 0,96 ( 0,96 ; 0,59 )Faktor Bebas
Quality of Service 0,29 ( 0,29 ; 0,81 )Faktor Bebas
Regulasi 1,55 ( 1,55 ; 1,11 )Faktor penghubung
4 11 0,81
21 15 1,11
19 14 1,03
13 8 0,59
12 12 0,88
9 14 1,03
17 9 0,66
3 14 1,03
14 15 1,11
Pengaruh Ketergantungan
Dependences
(D)
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
39
Jika dipetakan seperti gambar berikut.
Gambar 2.2. Grafik Wilayah Kuadran untuk Penyelenggara Telekomunikasi (Scatter
Diagram)
Berdasarkan diagram di atas :
1. Channel sebagai faktor penentu, artinya keberadaannya sangat berpengaruh
terhadap optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh
penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital
dividend dan ketergantungannya terhadap faktor-faktor lainnya sangat kecil.
2. Cara Perolehan, Regulasi dan Integrasi Frekuensi sebagai faktor penghubung
artinya keberadaan sustainability dominan untuk mempengaruhi dan juga
dominan dipengaruhi faktor penentu, faktor bebas, dan faktor terikat pada
optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend.
3. Tarif retail dan Investasi sebagai faktor terikat artinya, keberadaan faktor
tersebut sangat tergantung pada faktor penentu, faktor bebas, dan faktor
penghubung dalam optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh
penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital
dividend.
4. Teknologi, BHP dan QoS sebagai faktor bebas artinya, keberadaan faktor
tersebut dapat diabaikan dalam optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi
r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
khususnya digital dividend.
.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
40
2.3.3 Hasil dari FGD dengan Pihak Expert
Faktor-faktor yang berpengaruh
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya menyelesaikan beberapa permasalahan
di atas, setelah dilakukan diskusi intensif, diperoleh 9 faktor yaitu:
1. Set Top Box
2. Regulasi Pusat
3. Penataan Frekuensi
4. Strategi Migrasi
5. Ownership Multiplexing
6. Regulasi Daerah
7. Database/mapping penyiaran
8. Teknologi (Standarisasi)
9. Kasiapan Industri Nasional
10. Business Arrangement Antar Operator
Dengan menggunakan skala Likert dari nilai 0 sd 3, dimana 0 berarti tidak ada
pengaruh sama sekali dan 3 memiliki pengaruh sangat kuat. Hasil diskusi yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
Tabel 2.7. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap
penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Expert
Influences
(Pengaruh)
Dependences
(Ketergantungan)
Set Top Box 3 3 3 3 3 3 3 21
Regulasi Pusat 0 1 1 0 3 0 0 5
Penataan Frekuansi (fixed/adaptif) 0 1 1 1 3 0 3 9
Strategi Migrasi 0 3 1 1 3 0 3 11
Ownership Multiplexing 2 2 1 3 1 3 1 13
Regulasi Daerah 2 2 3 3 1 1 1 13
Mapping Penyiaran 1 2 0 0 2 1 0 6
Teknologi (standarisasi) 3 3 3 3 0 3 3 18
TOTAL SCORE 8 16 12 14 8 17 10 11 96
Mapping
Penyiaran
Teknologi
(standarisasi)
TOTAL SCORE
Ownership
Multiplexing
Regulasi
Daerah
SetTopBox
Regulasi
Pusat
Penataan
Frekuansi
(fixed/adapti
Strategi
Migrasi
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
41
Setelah melalui proses dalam kegiatan Perpektif analysis akan diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 2.8. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang
berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari
sisi Expert
Jika dipetakan seperti gambar berikut.
Gambar 2.3. Grafik Wilayah Kuadran untuk Expert (Scatter Diagram)
Berdasarkan diagram di atas :
1. Set top box, Regulasi, Ownershipmultiplexing sebagai faktor penentu, artinya
keberadaannya sangat berpengaruh terhadap optimalisasi penggunaan
spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend dan ketergantungannya terhadap
faktor-faktor lainnya sangat kecil.
2. Regulasi Daerah sebagai faktor penghubung artinya keberadaan regulasi daerah
dominan untuk mempengaruhi dan juga dominan dipengaruhi faktor penentu,
faktor bebas, dan faktor terikat pada optimaslisasi penggunaan spektrum
frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) khususnya digital dividend.
Faktor
Influence
(I)
Koordinat (I ;
D)
klasifikasi faktor
Set Top Box 1,75 ( 1,75 ; 0,66 ) Faktor Penentu
Regulasi Pusat 0,41 ( 0,41 ; 1,33 ) Faktor Terikat
Penataan Frekuansi (fixed/adaptif) 0,75 ( 0,75 ; 1 ) Faktor Terikat
Strategi Migrasi 0,91 ( 0,91 ; 1,16 ) Faktor Terikat
Ownership Multiplexing 1,08 ( 1,08 ; 0,66 ) Faktor Penentu
Regulasi Daerah 1,08 ( 1,08 ; 1,41 ) Faktor Penghubung
Mapping Penyiaran 0,5 ( 0,5 ; 0,83 ) Faktor Bebas
Teknologi (standarisasi) 1,5 ( 1,5 ; 0,91 ) Faktor Penentu18 11 0,91
13 17 1,41
6 10 0,83
11 14 1,16
13 8 0,66
5 16 1,33
9 12 1
21 8 0,66
Pengaruh
Ketergantunga
n
Dependences
(D)
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
42
3. Regulasi Pusat, Penataan Frekuensi, Strategi Migrasi sebagai faktor terikat
artinya, keberadaan faktor tersebut sangat tergantung pada faktor penentu, faktor
bebas, dan faktor penghubung dalam optimaslisasi penggunaan spektrum
frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) khususnya digital dividend.
4. Mapping Penyiaran dan Regulasi Daerah sebagai faktor bebas artinya,
keberadaan faktor tersebut dapat diabaikan dalam optimalisasi penggunaan
spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
43
Dalam melakukan analisa ini, permasalahan-permasalahan dalam penelitian
ini menjadi pertimbangan utama, dimana dalam permasalahan yang diformulasikan
lebih cenderung menekankan pemberdayaan digital dividend dari pada melakukan
analisa permasalahan yang muncul yang dihadapi oleh Broadcasting dan bagaimana
strategi untuk mendapatkan digital dividend.
• Berapa potensi digital dividend yang bisa diperoleh dari hasil proses migrasi
televisi analog ke digital, serta teknologi informasi dan komunikasi apa saja
yang berpotensi memberikan digital dividend serupa di masa mendatang?
• Bagaimana kebijakan penetapan pita spektrum frekuensi radio hasil digital
dividend kepada portofolio layanan TIK antara lain seperti penyiaran,
telekomunikasi, ubiquitous network, atau keperluan negara (militer dan
kepentingan publik) serta bagaimana strategi migrasinya?
• Bagaimana dampak ekonomi (PDB, produktivitas, lapangan kerja, serta
pendapatan negara baik pajak maupun bukan pajak) dari pemanfaatan digital
dividend tersebut?
Pada bab ini akan dianalisa permasalahan-permasalahan yang ada dan juga dibahas
mengenai hasil-hasil yang diperoleh dalam kegiatan In Depth Interview dan Forum
Discussion Group (FGD).
3.1 Potensi Digital Dividend, potensi penggunaan dan Potensi Digital
Dividend Serupa
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai item bahasan yaitu :
Potensi Digital Dividend
Potensi penggunaan dan
Potensi digital dividend serupa
3.1.1 Potensi Digital Dividend
Band frekuensi 700 MHz berada pada pita frekuensi 478-806 MHz yang
terbagi dalam 41 channel (channel 22 s/d channel 62), saat ini ditempati oleh TV
broadcast analog.
Gambar 3.1. Alokasi Band Frekuensi 700 MHz
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
44
Channel 22-62 tersebut memliki lebar 8 MHz untuk tiap channel-nya. Berikut daftar
frekuensi untuk masing-masing channel pada pita frekuensi UHF.
Tabel 3.1. Channel Frekuensi TV UHF
Channel-channel UHF tersebut dikelompokkan menjadi 6 channel group
yang di tunjukkan seperti tabel di bawah ini.
Tabel 3.2. Channel Group TV Analog
Migrasi TV analog menjadi TV digital dengan periode simulcast sampai
dengan tahun 2018 untuk keseluruhan wilayah Indonesia dan ditargetkan pada akhir
tahun 2014 TV analog akan dimatikan untuk kota-kota besar di Indonesia. Hal
tersebut akan membuat efisiensi spektrum TV digital dengan 1 kanal RF 8 MHz
tersebut bisa menampung lebih banyak program siaran TV dengan standar kompresi
TV digital, jika dibandingkan TV analog 1 kanal RF 8 MHz hanya 1 program TV
siaran.
Pada tabel berikut ini terdapat kapasitas TV digital pada modulasi dan coding
rate yang bervariasi.
Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
45
Tabel 3.3. Kapasitas TV Digital
Dari tabel di atas dapat dilihat semakin tinggi skema modulasi, maka akan
menghasilkan bandwidth yang rendah dengan bit rate konstan (2,4 Mbps). Dengan
sistem penyiaran digital, maka jumlah stasiun TV dapat diatur menurut modulasi
yang digunakan. Dengan mengambil kondisi terburuk, maka dalam 1 kanal TV
analog 8 MHz dapat diisi dengan 2 siaran TV digital. Sehingga alokasi minimal yang
dibutuhkan untuk TV digital di Indonesia mulai dari channel 22-45. Sehingga
channel group pada TV digital dapat dikompresi seperti tabel di bawah ini.
Tabel 3.4. Rekomendasi Channel Group TV Digital
Alokasi 24 channel dengan teknologi yang diadopsi DVB-T MPEG-2
mencukupi untuk jumlah TV eksisting di Indonesia saat ini sampai 10 tahun akan
datang dengan asumsi pertambahan operator penyelenggara broadcast 10
peyelenggara per tahun. Sehingga dapat diperoleh potensi digital dividend sebesar
132 MHz.
Jika teknologi yang diadopsi DVB-T2 MPEG-4, alokasi 12 channel
mencukupi untuk jumlah TV eksisting di Indonesia saat ini sampai 10 tahun akan
datang dengan asumsi pertambahan operator penyelenggara broadcast > 25
peyelenggara per tahun. Sehingga kemungkinan alokasi frekuensi yang bebas atau
potensi digital dividend yang dapat diperoleh sebesar 228 MHz.
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM
OPTIMASI SPEKTRUM

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie OPTIMASI SPEKTRUM

Studi trunking 2007
Studi trunking 2007Studi trunking 2007
Studi trunking 2007fsfarisya
 
Studi roadmap tik 2005
Studi roadmap tik 2005Studi roadmap tik 2005
Studi roadmap tik 2005fsfarisya
 
Sistem jaringan berbasis mikrotik os
Sistem jaringan berbasis mikrotik osSistem jaringan berbasis mikrotik os
Sistem jaringan berbasis mikrotik osAbdus Syakur Rosidi
 
teknik penyiaran dan produksi program tv film radio jilid-2
teknik penyiaran dan produksi program tv film radio jilid-2teknik penyiaran dan produksi program tv film radio jilid-2
teknik penyiaran dan produksi program tv film radio jilid-2unedo12
 
Teknik penyiaran dan produksi program tv, film, radio kelas 1
Teknik penyiaran dan produksi program tv, film, radio  kelas  1Teknik penyiaran dan produksi program tv, film, radio  kelas  1
Teknik penyiaran dan produksi program tv, film, radio kelas 1Bais Wong
 
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKRAlat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKREko Supriyadi
 
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_104 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1Setyo Alfarezi
 
Sejarah penataan frek. 4g.indonesia
Sejarah penataan frek. 4g.indonesiaSejarah penataan frek. 4g.indonesia
Sejarah penataan frek. 4g.indonesiaRudi Hernowo
 
Materi Mingguan UKM DCFC.pptx
Materi Mingguan UKM DCFC.pptxMateri Mingguan UKM DCFC.pptx
Materi Mingguan UKM DCFC.pptxSwanDharu1
 
Bab 1 pendahuluan telekomunikasi
Bab 1 pendahuluan telekomunikasiBab 1 pendahuluan telekomunikasi
Bab 1 pendahuluan telekomunikasiEKO SUPRIYADI
 
Bab i pendahuluan komunikasi
Bab i pendahuluan komunikasiBab i pendahuluan komunikasi
Bab i pendahuluan komunikasiEKO SUPRIYADI
 
Telecomunication Doc.
Telecomunication Doc.Telecomunication Doc.
Telecomunication Doc.Rexsy RS
 
Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi
Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi
Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi lombkTBK
 
Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi
Perekayasaan Sistem Radio dan TelevisiPerekayasaan Sistem Radio dan Televisi
Perekayasaan Sistem Radio dan TelevisilombkTBK
 
Pengantar telematika
Pengantar telematikaPengantar telematika
Pengantar telematikabangzafran
 
Pert. 5 frekwensi dan digitalisai radio
Pert. 5 frekwensi dan digitalisai radioPert. 5 frekwensi dan digitalisai radio
Pert. 5 frekwensi dan digitalisai radioNur Alfiyatur Rochmah
 
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3Eko Supriyadi
 
Permasalahan system telekomunikasi
Permasalahan system telekomunikasiPermasalahan system telekomunikasi
Permasalahan system telekomunikasiAulia Rizqi
 
Jaringan dasar 2
Jaringan dasar 2Jaringan dasar 2
Jaringan dasar 2Ahmad Asum
 

Ähnlich wie OPTIMASI SPEKTRUM (20)

Studi trunking 2007
Studi trunking 2007Studi trunking 2007
Studi trunking 2007
 
Studi roadmap tik 2005
Studi roadmap tik 2005Studi roadmap tik 2005
Studi roadmap tik 2005
 
Sistem jaringan berbasis mikrotik os
Sistem jaringan berbasis mikrotik osSistem jaringan berbasis mikrotik os
Sistem jaringan berbasis mikrotik os
 
teknik penyiaran dan produksi program tv film radio jilid-2
teknik penyiaran dan produksi program tv film radio jilid-2teknik penyiaran dan produksi program tv film radio jilid-2
teknik penyiaran dan produksi program tv film radio jilid-2
 
Teknik penyiaran dan produksi program tv, film, radio kelas 1
Teknik penyiaran dan produksi program tv, film, radio  kelas  1Teknik penyiaran dan produksi program tv, film, radio  kelas  1
Teknik penyiaran dan produksi program tv, film, radio kelas 1
 
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKRAlat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKR
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 1 - TKR
 
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_104 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1
04 alat ukur_dan_teknik_pengukuran_jilid_1
 
Sejarah penataan frek. 4g.indonesia
Sejarah penataan frek. 4g.indonesiaSejarah penataan frek. 4g.indonesia
Sejarah penataan frek. 4g.indonesia
 
Materi Mingguan UKM DCFC.pptx
Materi Mingguan UKM DCFC.pptxMateri Mingguan UKM DCFC.pptx
Materi Mingguan UKM DCFC.pptx
 
Bab 1 pendahuluan telekomunikasi
Bab 1 pendahuluan telekomunikasiBab 1 pendahuluan telekomunikasi
Bab 1 pendahuluan telekomunikasi
 
Bab i pendahuluan komunikasi
Bab i pendahuluan komunikasiBab i pendahuluan komunikasi
Bab i pendahuluan komunikasi
 
Telecomunication Doc.
Telecomunication Doc.Telecomunication Doc.
Telecomunication Doc.
 
Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi
Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi
Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi
 
Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi
Perekayasaan Sistem Radio dan TelevisiPerekayasaan Sistem Radio dan Televisi
Perekayasaan Sistem Radio dan Televisi
 
Pengantar telematika
Pengantar telematikaPengantar telematika
Pengantar telematika
 
Pert. 5 frekwensi dan digitalisai radio
Pert. 5 frekwensi dan digitalisai radioPert. 5 frekwensi dan digitalisai radio
Pert. 5 frekwensi dan digitalisai radio
 
Jaringan dasar 2
Jaringan dasar 2Jaringan dasar 2
Jaringan dasar 2
 
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3
Alat ukur dan teknik pengukuran jilid 3
 
Permasalahan system telekomunikasi
Permasalahan system telekomunikasiPermasalahan system telekomunikasi
Permasalahan system telekomunikasi
 
Jaringan dasar 2
Jaringan dasar 2Jaringan dasar 2
Jaringan dasar 2
 

Mehr von fsfarisya

Studi smart card rfid 2009
Studi smart card rfid 2009Studi smart card rfid 2009
Studi smart card rfid 2009fsfarisya
 
Studi qo s konvergensi 2011
Studi qo s konvergensi 2011Studi qo s konvergensi 2011
Studi qo s konvergensi 2011fsfarisya
 
Himpunan naskah internasional (ii b) - moedjiono
Himpunan naskah internasional (ii b) - moedjionoHimpunan naskah internasional (ii b) - moedjiono
Himpunan naskah internasional (ii b) - moedjionofsfarisya
 
Himpunan naskah nasional & internasional (i) moedjiono
Himpunan naskah nasional & internasional (i)   moedjionoHimpunan naskah nasional & internasional (i)   moedjiono
Himpunan naskah nasional & internasional (i) moedjionofsfarisya
 
Himpunan naskah nasional (ii a) - moedjiono
Himpunan naskah nasional (ii a) - moedjionoHimpunan naskah nasional (ii a) - moedjiono
Himpunan naskah nasional (ii a) - moedjionofsfarisya
 
Studi next generation network 2005
Studi next generation network 2005Studi next generation network 2005
Studi next generation network 2005fsfarisya
 
Studi fixed wireless 2005
Studi fixed wireless 2005Studi fixed wireless 2005
Studi fixed wireless 2005fsfarisya
 
Studi backbone telekomunikasi 2006
Studi backbone telekomunikasi 2006Studi backbone telekomunikasi 2006
Studi backbone telekomunikasi 2006fsfarisya
 
Studi sms premium 2007
Studi sms premium 2007Studi sms premium 2007
Studi sms premium 2007fsfarisya
 
Studi iptv 2007
Studi iptv 2007Studi iptv 2007
Studi iptv 2007fsfarisya
 
Studi smart card 2008
Studi smart card 2008Studi smart card 2008
Studi smart card 2008fsfarisya
 
Studi sihru 2008
Studi sihru 2008Studi sihru 2008
Studi sihru 2008fsfarisya
 
Studi igos 2008
Studi igos 2008Studi igos 2008
Studi igos 2008fsfarisya
 
Studi uu ite dan uu kip 2009
Studi uu ite dan uu kip 2009Studi uu ite dan uu kip 2009
Studi uu ite dan uu kip 2009fsfarisya
 
Studi smart card rfid 2009
Studi smart card rfid 2009Studi smart card rfid 2009
Studi smart card rfid 2009fsfarisya
 
Studi layanan telekomunikasi 2009
Studi layanan telekomunikasi 2009Studi layanan telekomunikasi 2009
Studi layanan telekomunikasi 2009fsfarisya
 
Studi layanan jasa internet 2009
Studi layanan jasa internet 2009Studi layanan jasa internet 2009
Studi layanan jasa internet 2009fsfarisya
 
Studi diseminasi bencana 2009
Studi diseminasi bencana 2009Studi diseminasi bencana 2009
Studi diseminasi bencana 2009fsfarisya
 
Studi uso 2010
Studi uso 2010Studi uso 2010
Studi uso 2010fsfarisya
 
Studi menara 2010
Studi menara 2010Studi menara 2010
Studi menara 2010fsfarisya
 

Mehr von fsfarisya (20)

Studi smart card rfid 2009
Studi smart card rfid 2009Studi smart card rfid 2009
Studi smart card rfid 2009
 
Studi qo s konvergensi 2011
Studi qo s konvergensi 2011Studi qo s konvergensi 2011
Studi qo s konvergensi 2011
 
Himpunan naskah internasional (ii b) - moedjiono
Himpunan naskah internasional (ii b) - moedjionoHimpunan naskah internasional (ii b) - moedjiono
Himpunan naskah internasional (ii b) - moedjiono
 
Himpunan naskah nasional & internasional (i) moedjiono
Himpunan naskah nasional & internasional (i)   moedjionoHimpunan naskah nasional & internasional (i)   moedjiono
Himpunan naskah nasional & internasional (i) moedjiono
 
Himpunan naskah nasional (ii a) - moedjiono
Himpunan naskah nasional (ii a) - moedjionoHimpunan naskah nasional (ii a) - moedjiono
Himpunan naskah nasional (ii a) - moedjiono
 
Studi next generation network 2005
Studi next generation network 2005Studi next generation network 2005
Studi next generation network 2005
 
Studi fixed wireless 2005
Studi fixed wireless 2005Studi fixed wireless 2005
Studi fixed wireless 2005
 
Studi backbone telekomunikasi 2006
Studi backbone telekomunikasi 2006Studi backbone telekomunikasi 2006
Studi backbone telekomunikasi 2006
 
Studi sms premium 2007
Studi sms premium 2007Studi sms premium 2007
Studi sms premium 2007
 
Studi iptv 2007
Studi iptv 2007Studi iptv 2007
Studi iptv 2007
 
Studi smart card 2008
Studi smart card 2008Studi smart card 2008
Studi smart card 2008
 
Studi sihru 2008
Studi sihru 2008Studi sihru 2008
Studi sihru 2008
 
Studi igos 2008
Studi igos 2008Studi igos 2008
Studi igos 2008
 
Studi uu ite dan uu kip 2009
Studi uu ite dan uu kip 2009Studi uu ite dan uu kip 2009
Studi uu ite dan uu kip 2009
 
Studi smart card rfid 2009
Studi smart card rfid 2009Studi smart card rfid 2009
Studi smart card rfid 2009
 
Studi layanan telekomunikasi 2009
Studi layanan telekomunikasi 2009Studi layanan telekomunikasi 2009
Studi layanan telekomunikasi 2009
 
Studi layanan jasa internet 2009
Studi layanan jasa internet 2009Studi layanan jasa internet 2009
Studi layanan jasa internet 2009
 
Studi diseminasi bencana 2009
Studi diseminasi bencana 2009Studi diseminasi bencana 2009
Studi diseminasi bencana 2009
 
Studi uso 2010
Studi uso 2010Studi uso 2010
Studi uso 2010
 
Studi menara 2010
Studi menara 2010Studi menara 2010
Studi menara 2010
 

OPTIMASI SPEKTRUM

  • 1.
  • 2. OPTIMALISASI PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO OLEH PENYELENGGARA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)
  • 3. iii OPTIMALISASI PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO OLEH PENYELENGGARA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)
  • 4. OPTIMALISASI PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO OLEH PENYELENGGARA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) @ Hak Cipta Dilindungi Undang – Undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. Diterbitkan oleh Puslitbang SDPPI, Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia – Kementerian Komunikasi dan Informatika Cetakan Pertama Desember 2011
  • 5. i KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga buku ―Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)‖ dapat diterbitkan. Penerbitan buku ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai pengoptimalan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh penyelenggara teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sebagaimana kita ketahui, spektrum frekuensi merupakan salah satu sumber daya terbatas, sangat vital dan merupakan aset nasional yang memerlukan kehati-hatian dalam mengaturnya. Untuk itu diperlukan suatu kegiatan manajemen spektrum frekuensi dari suatu tahapan perencanaan hingga pendistribusian ketersediaan untuk keperluan penyelenggaraan komunikasi terkait. Alokasi spektrum frekuensi yang terbatas ini diharapkan dapat di optimalkan bagi penyelenggara teknologi informasi dan komunikasi serta dapat menghasilkan PNBP yang maksimal. Besar harapan kami buku ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat, kalangan akademisi, dunia usaha dan para pembaca tentang Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Menteri Komunikasi dan Informatika yang telah memberikan kepercayaan dan arahan kepada kami dalam penerbitan buku ini dan kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika yang telah menerbitkan buku ini dan seluruh pihak yang telah mendukung serta membantu penyelesaian buku ―Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)‖. Jakarta, Desember 2011 KEPALA BADAN LITBANG SDM AIZIRMAN DJUSAN
  • 6. ii Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika – Badan Litbang SDM dapat menyusun dan menerbitkan buku ―Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)‖. Buku ini merupakan naskah publikasi dari Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika – Badan Litbang SDM bekerjasama dengan PT IMT Mitra Solusi. Buku ini terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu gambaran umum, pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran. Besar harapan kami buku ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat pada umumnya dan para pembaca khususnya. Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan masukan yang konstruktif dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Menteri Komunikasi dan Informatika, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, Para Direktur Jenderal, Para Staf Ahli dan Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika yang telah memberikan kepercayaan dan arahan kepada kami dalam penerbitan buku ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung serta membantu penyelesaian buku ―Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)‖. Jakarta, Desember 2011 KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT POS DAN INFORMATIKA BARINGIN BATUBARA
  • 7. iii SAMBUTAN ...............................................................................................................................i KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................v DAFTAR TABEL.......................................................................................................................vi SINGKATAN DAN AKRONIM ................................................................................................ viii BAB I GAMBARAN UMUM ...................................................................................................... 1 1.1 Kebijakan Kebijakan Pemerintah dalam Penggunaan Spektrum Frekuensi.....1 1.2 Migrasi TV Analog ke TV Digital....................................................................3 1.3 Layanan TVD-TT ...........................................................................................10 1.4 Daya Beli Masyarakat Indonesia ....................................................................27 BAB II PENGUMPULAN DATA.............................................................................................. 29 2.1 Hasil Tabulasi Kuesioner................................................................................29 2.2 Hasil Tabulasi In Depth Interview..................................................................34 2.3 Hasil FGD .......................................................................................................35 2.3.1 Hasil dari FGD dengan Pihak Broadcast ........................................................35 2.3.2 Hasil dari FGD dengan Pihak Telekomunikasi...............................................37 2.3.3 Hasil dari FGD dengan Pihak Expert..............................................................40 BAB III ANALISIS................................................................................................................... 43 3.1 Potensi Digital Dividend, potensi penggunaan dan Potensi Digital Dividend Serupa..............................................................................................................43 3.1.1 Potensi Digital Dividend.................................................................................43 3.1.2 Potensi Penggunaan ........................................................................................48 3.1.3 Potensi Digital Dividend Serupa.....................................................................50 A. Satelit Broadcasting ........................................................................................50 B. Radio Konsesi Analog / Trunking ..................................................................51 C. Radio Broadcasting.........................................................................................52 3.2 Formulasi Kebijakan alokasi Spektrum Frekuensi Digital Dividend dan Strategi Migrasi TV Analog ke TV Digital ....................................................53 3.2.1 Formulasi Kebijakan alokasi Spektrum Frekuensi Digital Dividend .............53 3.2.2 Kebijakan Penetapan Pita Spektrum Frekuensi Radio Hasil Digital Dividend59 3.2.3 Strategi Migrasi TV Analog Ke TV Digital....................................................61 3.3 Dampak Ekonomi ...........................................................................................64 3.4 Pembahasan Hasil In Depth Interview............................................................69
  • 8. iv 3.5 Pembahasan Hasil Kuesioner..........................................................................70 3.6 Pembahasan Hasil FGD ..................................................................................72 3.7 Benchmark dari Negara Lain ..........................................................................75 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 83 4.1 Kesimpulan .....................................................................................................83 4.2 Saran / Rekomendasi.......................................................................................85 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 87
  • 9. v Gambar 1.1. Peraturan-peraturan terkait dengan Spektrum Frekuensi Radio.... 2 Gambar 1.2. Interaktif TV Digital ...................................................................... 7 Gambar 1.3. Skema Wilayah Penyelenggaraan................................................ 11 Gambar 1.4. Rantai Produksi TVD-TT ............................................................ 12 Gambar 1.5. Rantai Layanan TVD-TT............................................................. 14 Gambar 1.6. Arsitektur Layanan TVD-TT dalam 1 (satu) Wilayah Jangkauan Siaran ........................................................................................... 15 Gambar 1.7. Peran Lembaga Penyiaran dalam Rantai Pasok TVD-TT ........... 17 Gambar 1.8. Tahapan Penyelenggaraan TVD-TT............................................ 18 Gambar 1.9. Level Migrasi Penyiaran dengan Standar DVB-T.................... 24 Gambar 1.10. Persentase Pengeluaran Penduduk (Rural) per Bulan.................. 27 Gambar 2.1. Grafik Wilayah Kuadran untuk Broadcast (Scatter Diagram) .... 36 Gambar 2.2. Grafik Wilayah Kuadran untuk Penyelenggara Telekomunikasi (Scatter Diagram)........................................................................ 39 Gambar 2.3. Grafik Wilayah Kuadran untuk Expert (Scatter Diagram) ......... 41 Gambar 3.1. Alokasi Band Frekuensi 700 MHz............................................... 43 Gambar 3.2. Refarming TV Digital Setelah Digital Switchover ...................... 46 Gambar 3.3. Penggunaan frekuensi untuk Broadcasting pada band UHF dan gambaran Potensi Digital Dividend di masa mendatang............. 47 Gambar 3.4. Harapan National Broadband Network di Indonesia di masa mendatang.................................................................................... 55 Gambar 3.5. Gambaran alternatif solusi pemenuhan infrastruktur ICT-NBN di masa mendatang........................................................................... 55 Gambar 3.6. Hubungan antara Coverage Area dan Speed pada band 700 MHz. ..................................................................................................... 56 Gambar 3.7. Rencana Pembagian Channel ...................................................... 60 Gambar 3.8. Data Historis PDB dan Proyeksinya............................................ 67 Gambar 3.9. Supply Demand jasa layanan Broadband di Malaysia................. 77 Gambar 3.10. Data Statistik TIK di Malaysia pada tahun 2009......................... 78
  • 10. vi Tabel 1.1. Jadwal Analog Switched Off (ASO) di Eropa.............................. 20 Tabel 1.2. Jadwal Analog Switched Off di Asian(ADB meeting July 2009). 21 Tabel 1.3. Struktur MUX di Italia saat ini .................................................... 21 Tabel 1.4. Dampak perkembangan teknologi tahap 2 (fully digital) di Italia22 Tabel 1.5. Perubahan dalam migrasi DVB-T ke DVB-T2............................ 22 Tabel 2.1. Matrik Hasil Kuesioner yang sudah ditabulasi............................ 30 Tabel 2.2. Matrik Hasil In Depth Interview yang sudah ditabulasi .............. 34 Tabel 2.3. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Broadcast ..... 35 Tabel 2.4. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari sisi Broadcast ....................................................................... 36 Tabel 2.5. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Penyelenggara Telekomunikasi............................................................................ 38 Tabel 2.6. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari sisi Penyelenggara Telekomunikasi...................................... 38 Tabel 2.7. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Expert........... 40 Tabel 2.8. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari sisi Expert ............................................................................. 41 Tabel 3.1. Channel Frekuensi TV UHF........................................................ 44 Tabel 3.2. Channel Group TV Analog ......................................................... 44 Tabel 3.3. Kapasitas TV Digital ................................................................... 45 Tabel 3.4. Rekomendasi Channel Group TV Digital ................................... 45 Tabel 3.5. Rencana Jadwal Periode Simulcast per Zona .............................. 48 Tabel 3.6. Resume Rencana Jadwal Periode Simulcast per klasifikasi Daerah Ekonomi....................................................................................... 48 Tabel 3.7. Alokasi Frekuensi Penyiaran Satelit............................................ 51 Tabel 3.8. Alokasi Pita Frekuensi Unplanned Band Untuk Satelit Telekomunikasi Maupun Satelit Broadcasting............................ 51 Tabel 3.9. Persyaratan Spasi Kanal untuk Radio Komunikasi Trunking...... 52 Tabel 3.10. Alokasi Frekuensi Penyiaran Radio Terestrial Analog................ 52 Tabel 3.11. Jenis Media penyiaran dan Estimasi Penggunaanya pada saat ini dan di masa mendatang................................................................ 54 Tabel 3.12. Potensi Pendapatan PNBP – BHP Frekuensi............................... 57 Tabel 3.13. Formulasi Kecocokan alokasi Digital Dividend kepada Portofolio Layanan TIK................................................................................ 58 Tabel 3.14. Asumsi-asumsi pada perhitungan Cost Benefit Analisys............. 65 Tabel 3.15. Hasil Analisa Cost Benefit Migrasi TV Analog ke Digital dan Alokasi Digital Dividend pada Industri Telekomunikasi ............ 65 Tabel 3.16. Data Historis PDB dan Pertumbuhannya beserta Proyeksinya ... 66 Tabel 3.17. Multiplier efek Penggunaan Digital Dividend terhadap Pertumbuhan Ekonomi GDP. ...................................................... 67 Tabel 3.18. Estimasi Jumlah Lapangan Kerja ................................................ 68
  • 11. vii Tabel 3.19. Estimasi Pendapatan Pajak Tambahan sebagai Efek Implementasi Digital Dividend .......................................................................... 68 Tabel 3.20. Estimasi Biaya BHP Frekuensi setelah kondisi ASO.................. 69 Tabel 3.21. Resume Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Migrasi TV Analog ke TV Digital dari Hasil FGD......................................... 72 Tabel 3.22. Digital Terresterial Television System – Global Deployments ... 75 Tabel 3.23. Adopsi dan pembangunan jenis teknologi tertentu di dunia........ 75 Tabel 3.24. Pemanfaatan Digital Dividend Hasil Benchmarking................... 82
  • 12. viii ATSC Advanced Television Systems Committee CAPEX Capital Expenditure BWA Broadband Wireless Access DMB-T Digital Multimedia Broadcasting – Terrestrial DVB-C Digital Video Broadcasting – Cable DVB-S Digital Video Broadcasting – Satellite DVB-T Digital Video Broadcasting – Terrestrial DVB-T2 Digital Video Broadcasting – Terrestrial second version. EDTV Enhanced Definition TV FTA Free To Air HDTV High Definition TV IPP Izin Penyelenggaraan Penyiaran ISDB-T Integrated Services Digital Broadcasting– Terrestrial ISR Izin Stasiun Radio LPP Lembaga Penyiaran Publik LPS Lembaga Penyiaran Swasta LTE Long Term Evolution MFN Multi Frequency Network MIMO Multiple Input Multiple Output MPEG-2 Moving Pictures Experts Group-2 MPEG-4 Moving Pictures Experts Group-4 NTSC National Television Systems Committee OPEX Operation Expenditure PAL Phase Alternation Line PDB Product Domestic Product Permen Peraturan Menteri PM Peraturan Menteri PPP Pedoman Perilaku Penyiaran QAM Quadrature Amplitude Modulation SDTV Standard Definition TV SECAM SEQuentiel A Memoire – Memory Sequential SFN Single Frequency Network
  • 13. ix SPS Standar Pedoman Penyiaran STB-T Set-Top Box – Terrestrial T-DMB Terrestrial-Digital Multimedia Broadcasting TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi TKDN Tingkat Kandungan Dalam Negeri TVD-TT Televisi Digital – Teresterial Tetap UHF Ultra High Frequency UMTS Universal Mobile Telecommunication Services VHF Very High Frequency
  • 14. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 1 Pada gambaran umum ini berisi penjelasan secara komprehensif mengenai : kebijakan, migrasi TV Analog ke TV Digital, layanan TVD-TT, daya beli, dan benchmarking. 1.1 Kebijakan Kebijakan Pemerintah dalam Penggunaan Spektrum Frekuensi Ketentuan regulasi yang terkait dengan frekuensi disebutkan dalam Undang- undang No 36 tahun 1999 pada pasal 33 dan pasal 34 yaitu : Pasal 33 Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit wajib mendapatkan izin pemerintah Penggunaan spektrum frekuensi dan orbit satelit harus sesuai dengan peruntukannya dan tidak saling mengganggu Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan sepktrum frekuensi radio dan orbit satelit Pasal 34 Pengguna spektrum frekuensi radio wajib membayar biaya penggunaan frekuensi, yang besaranya didasarkan atas penggunaan jenis dan lebar pita frekuensi Pengguna orbit satelit wajib membayar biaya hak penggunaan orbit satelit Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit, menjelaskan secara lebih detil yang terdiri dari : Pembinaan Spektrum Frekuensi radio yang menjelaskan mengenai perencanaan, Penggunaan, Perizinan, Realokasi Frekuensi radio, Biaya Hak Penggunaan (BHP) Spektrum Frekuensi Radio, dan Biaya Hak Penggunaan (BHP) Orbit Satelit Pengawasan dan Pengendalian Dalam ketentuan terkait dengan perencanaan spektrum frekuensi radio, dijelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : Mencegah terjadinya saling mengganggu Efisien dan ekonomis Perkembangan teknologi
  • 15. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 2 Kebutuhan spektrum frekuensi radio di masa depan Mendahulukan kepentingan pertahanan keamanan negara, keselamatan dan penanggulangan keadaaan marabahaya (Safety dan Distress), pencarian dan pertolongan (Search and Rescue/ SAR), kesejahteraan masyarakat dan kepentingan umum. Dalam hal perencanaan spektrum frekuensi, pemerintah telah merencanakannya dan dituangkan dalam tabel alokasi frekuensi radio. Ketentuan dalam regulasi yang ada pada saat ini secara keseluruhan dapat digambarkan seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 1.1. Peraturan-peraturan terkait dengan Spektrum Frekuensi Radio Peraturan-peraturan ini sudah berjalan dalam beberapa tahun sehingga sudah banyak manfaat yang sudah diperoleh oleh para stakeholder, meskipun ada bebeberapa permasalahan-permasalahan yang ada. Oleh sebab itu di masa mendatang UU no. 36/1999 ttg Telekomunikasi PP No. 52/2000 ttg Penyelenggaraan Telekomunikasi PP No. 7/2009 ttg Jenis dan Tarif Atas Jenis PNBP ... DEPKOMINFO PP No. 38/2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintahan ... Kabupaten/Kota PP No. 53/2000 ttg Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Permen No. 43/2009 ttg Penyelenggaraan Penyiaran ... Penyiaran Televisi Permen No. 3/2006 ttg Peluang Usaha u/ Penyelenggaraan Jar. Bergerak ... Nasional Perdirjen Postel No. 96/2008 ttg Ppersyaratan Teknis Alat Perangkat ... Frek.2.3 GHz Kepdirjen Postel No. 223/2002 ttg Pengelompokan Alat dan Perangkat Telekomunikasi
  • 16. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 3 diharapkan segala permalahan yang muncul pada saat ini bisa dieliminasi dan bisa mengantisipasi permasalahan-permasalahan di masa mendatang, agar supaya di masa mendatang kebutuhan dari para stakeholder spektrum frekuensi radio bisa dilayani dengan baik dengan sudah mempertimbangkan segala aspek yang terkait secara komprehensif. Overview terhadap Kinerja Regulasi pada Saat Ini Penggunaan frekuensi semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan bisnis telekomunikasi di Indonesia terutama sebagai akibat adanya penggunaan perangkat telekomunikasi yang menggunakan spektrum frekuensi. Penggunaan pita frekuensi menunjukkan peningkatan yang semakin tinggi dari tahun ke tahun sejalan dengan semakin beragamnya penggunaan pita frekuesi untuk berbagai kebutuhan. Teknologi telekomunikasi dan informatika yang semakin berkembang juga mendukung peningkatan penggunaan pita frekuensi yang semakin tinggi. 1.2 Migrasi TV Analog ke TV Digital Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap konvergensi di bidang penyiaran, telekomunikasi dan transaksi elektronik, yang antara lain menghasilkan siaran TV Digital yang berkualitas tinggi, jumlah siaran/program per saluran frekuensi yang lebih banyak/variatif dan dapat dinikmati oleh pemirsa melalui pesawat TV standar, telepon genggam (Handphone), PDA (Personal Digital Assistant) dan komputer. Sistem penyiaran digital saat ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat dunia untuk memperoleh informasi. Sejarah pertelevisian di Indonesia mulai pada tahun 1962 dengan satu stasiun TVRI, yang kemudian berkembang di tahun 1990-an menjadi 6 stasiun TV (5 swasta + 1 TVRI), dan selanjutnya bertambah lagi dengan 5 stasiun swasta di tahun 2002, sehingga pada saat ini ada 11 stasiun TV Terestrial yang beroperasi di seluruh Indonesia disamping kurang lebih 100 stasiun TV Lokal yang mulai beroperasi di beberapa daerah tertentu. Dari perkembangan siaran TV di Indonesia diperoleh bahwa TV merupakan suatu media informasi yang sangat strategis dan efektif bagi masyarakat untuk penyampaian/penyebaran informasi yang dapat berperan dalam pembangunan karakter bangsa, memajukan ekonomi negara, dan mempererat persatuan bangsa. Menyadari manfaat seperti tersebut diatas, minat masyarakat begitu besar, seperti terlihat pada pemohon izin LPS (Lembaga Penyiaran Swasta) Lokal yang jumlahnya begitu banyak, sehingga tidak mungkin tertampung dalam alokasi frekuensi yang tersedia. Dengan terselenggaranya siaran digital yang dapat memuat 6 kali lebih banyak program siaran dalam satu kanal, diharapkan masalah ini dapat teratasi. Menyadari kebutuhan frekuensi yang makin meningkat, masyarakat yang menuntut kualitas, ragam dan jumlah program siaran untuk meningkatkan kualitas hidup, pemerintah telah mengadakan studi untuk melakukan migrasi dari siaran
  • 17. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 4 analog ke digital. Buku Putih ini akan membahas mengenai rencana penyelenggaraan TV Digital Penerimaan Tetap (TVD-TT). Pelaksanaan migrasi ke TV Digital akan dilakukan 2 tahap, yaitu Tahap ―Simulcast‖ (tahap dimana TV analog dan digital disiarkan bersama-sama) dan Tahap ‖Cut Off” (tahap dimana siaran TV analog dihentikan secara total). Tahap simulcast bertujuan mempersiapkan masyarakat agar secara bertahap menggunakan alat bantu penerima siaran TV digital (set-top box/STB) atau sekaligus menggunakan pesawat TV digital, dan kepada Lembaga Penyiaran untuk mengalihkan siarannya dari analog ke digital. Siaran televisi digital atau penyiaran digital sendiri merupakan jenis siaran televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi. DVB-T adalah si bungsu dari sistem utama DVB — DVB-C untuk kabel dan DVB-S untuk satelit. Hebatnya lagi, DVB adalah teknologi standar terbuka (open standard) yang berarti pengembangannya secara bisnis bisa sangat luas. Sistem penyiaran digital saat ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat dunia untuk memperoleh informasi. Perkembangan sistem penyiaran TV digital di Amerika, Jepang dan Eropa sudah dimulai beberapa tahun lalu. Bahkan di Amerika telah memberikan mandat akan menghentikan siaran TV analognya secara total (cut-off) di tahun 2009, begitu pula Jepang di tahun 2011, dan negara-negara Eropa dan kawasan Asia juga akan mengikuti migrasi total dari sistem analog ke sistem digital. Di Singapura, TV digital telah diluncurkan sejak Agustus 2004. Di Malaysia pembangunan TV digital juga dirintis sejak 1998, dan mulai dioperasikan pada tahun 2006. Perubahan dari sistem penyiaran TV analog ke sistem penyiaran digital merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini terjadi karena terdapat suatu kesepakatan banyak negara, bahwa pada suatu saat nanti, semua sinyal TV Analog akan dihentikan, dan digantikan oleh sinyal TV Digital. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah "Analog Switched Off (ASO)". Sejarah pertelevisian di Indonesia mulai pada tahun 1962 dengan satu stasiun TVRI, yang kemudian berkembang di tahun 1990-an menjadi 6 stasiun TV (5 swasta + 1 TVRI), dan selanjutnya bertambah lagi dengan 5 stasiun swasta di tahun 2002, sehingga pada saat ini ada 11 stasiun TV Terestrial yang beroperasi di seluruh Indonesia disamping kurang lebih 100 stasiun TV Lokal yang mulai beroperasi di beberapa daerah tertentu. Pada saat ini di Indonesia memiliki jumlah stasiun radio dan TV terbesar kedua setelah Cina. Negeri ini punya satu TV publik, 10 TV swasta nasional, 70 TV swasta lokal, dua TV kabel, satu TV satelit dan lebih dari 1.800 stasiun radio. Dari perkembangan siaran TV di Indonesia diperoleh bahwa TV merupakan suatu media informasi yang sangat strategis dan efektif bagi masyarakat untuk penyampaian/penyebaran informasi yang dapat berperan dalam pembangunan karakter bangsa, memajukan ekonomi negara, dan mempererat persatuan bangsa. Menyadari manfaat seperti tersebut di atas, minat masyarakat begitu besar, seperti terlihat pada pemohon izin LPS (Lembaga Penyiaran Swasta) Lokal yang jumlahnya begitu banyak, sehingga tidak mungkin tertampung dalam alokasi frekuensi yang
  • 18. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 5 tersedia. Dengan terselenggaranya siaran digital yang dapat memuat 6 kali lebih banyak program siaran dalam satu kanal, diharapkan masalah ini dapat teratasi. Menyadari kebutuhan frekuensi yang makin meningkat, masyarakat yang menuntut kualitas, ragam dan jumlah program siaran untuk meningkatkan kualitas hidup, pemerintah telah mengadakan studi untuk melakukan migrasi dari siaran analog ke digital. Buku Putih ini akan membahas mengenai rencana penyelenggaraan TV Digital Penerimaan Tetap (TVD-TT). Pelaksanaan migrasi ke TV Digital akan dilakukan 2 tahap, yaitu Tahap ―Simulcast‖ (tahap dimana TV analog dan digital disiarkan bersama-sama) dan Tahap ”Cut Off” (tahap dimana siaran TV analog dihentikan secara total). Tahap simulcast bertujuan mempersiapkan masyarakat agar secara bertahap menggunakan alat bantu penerima siaran TV digital (set-top box/STB) atau sekaligus menggunakan pesawat TV digital, dan kepada Lembaga Penyiaran untuk mengalihkan siarannya dari analog ke digital. Uji-coba DVB-T di Indonesia sudah dilakukan oleh TVRI dan RCTI pada Juli-Desember 2006. Kemudian DVB-H, adaptasi DVB-T untuk telepon selular, memungkinkan siaran MetroTV, SCTV dan TVRI sudah bisa dinikmati di Nokia N92. Adanya migrasi sistem penyiaran TV analog ke TV digital, akan membuka kemungkinan pengembangan konten-konten lokal karena tidak ada lagi keterbatasan. Pada tahun 2010, tambahnya, seluruh TV swasta nasional akan berjaringan sehingga akan terjadi penguatan konten lokal. ''Industri kreatif menjual ide atau maindset , dan kemampuan-kemampuan tersebut harus terus dikembangkan oleh Depdiknas, perguruan tinggi, dan masyarakat, termasuk asosiasi animasi, design, dan lainnya,'' katanya. Dikemukakan, idealnya konten TV hendaknya membawa nuansa lokal, dan hal itu dapat dilakukan oleh TV digital. Jika konten TV hanya berasal dari satu wilayah saja, maka kesadaran masyarakat terhadap budaya lokal akan semakin berkurang dan akhirnya akan lebih banyak konten dari luar negeri yang membanjiri konten TV yang ada. Ia menambahkan, digitalisasi TV merupakan suatu pemicu di mana konten dapat dikembangkan dengan produk-produk konten lokal yang juga dominan. Hampir semua stasiun TV penyiaran baik TVRI maupun TV swasta nasional memanfaatkan sistem teknologi penyiaran dengan teknologi digital khususnya pada sistem perangkat studio untuk memproduksi program, melakukan editing, perekaman dan penyimpanan data. Pengiriman sinyal gambar, suara dan data telah menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan satelit yang umumnya dimanfaatkan sebagai siaran TV-Berlangganan. Sistem transmisi digital melalui satelit ini menggunakan standar yang disebut DVB-T (Digital Video Broadcasting Satellite). Dari hasil uji coba siaran digital TV, teknologi DVB-T mampu memultipleks beberapa program sekaligus. Enam program siaran dapat dimasukkan ke dalam satu kanal TV berlebar pita 8 MHz, dengan kualitas cukup baik. Di samping itu, penambahan varian DVB-H (handheld) mampu menyediakan tambahan sampai enam program siaran lagi, khususnya untuk penerimaan bergerak (mobile). Hal ini sangat memungkinkan bagi penambahan siaran-siaran TV baru. Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan aplikasi teknologi digital pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90 an dan
  • 19. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 6 diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV secara simulcast atau siaran bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang mengoperasikan. Secara teknik pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada perubahan pita alokasi baik VHF maupun UHF (Ultra High Frequency). Sedangkan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda tentunya. Selain ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, TV digital perlu ditunjang oleh sejumlah pemancar yang membentuk jaringan berfrekuensi sama atau SFN (single frequency network) sehingga daerah cakupan dapat diperluas. Produksi peralatan pengolah gambar yang baru (cable, satellite, VCR, DVD players, camcorders, video games consoles) adalah dengan menggunakan format digital. Untuk itu supaya pesawat analog masih dapat dipakai diperlukan inverter (set top box) yang dapat merubah signal digital ke analog sehingga dapat dilihat dengan menggunakan TV receiver biasa. Siaran DVB-T mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan siaran TV analog. Keunggulan tersebut meliputi tahan terhadap efek interferensi, kualitas gambar yang lebih baik, tidak ada noise (bintik-bintik, semut), bayangan atau "ghost", interaktif, EPG (Electronic Program Guide) yang menampilkan jadwal acara sampai beberapa hari ke depan, serta penerimnaan yang lebih jelas pada saat bergerak (mobile). Kelebihannya lainnya adalah efisiensi di banyak hal antara pada spektrum (efisiensi bandwidth), efisiensi dalam network transmission, transmission power, dan power konsumsi. Dengan adanya teknologi TV digital juga dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat khususnya bagi yang ingin mendirikan lembaga penyiaran swasta Dengan banyaknya program siaran yang bisa disalurkan menjadikan penggunaan frekuensi menjadi efesien dan efektif sehingga banyaknya pemohon pendirian lembaga penyiaran swasta pada saat ini yang terkendala masalah keterbatasan frekuensi menjadi bisa terselesaikan. Selain itu TV digital memberikan fleksibilitas aplikasi-aplikasi yang bisa bersifat interaktif dibanding TV analog. Sehingga dengan semakin cepatnya perkembangan TV digital di suatu wilayah, akan sangat membantu mempercepat kebutuhan interaksi antara suatu perusahaan (enterprise) dengan penggunanya baik yang bersifat komersial seperti pengiklanan interaktif (interactive advertisment), berita jarak jauh (tele-news), perbankan jarak jauh (tele-banking), belanja jarak jauh (tele shopping), maupun non komersial seperti pendidikan jarak jauh (tele- education), informasi traflk jarak jauh (tele-trajic). Siaran TV akan menjadi media yang sangat strategis mendistribusikan layananya. Layanan interaktif TV digital ini dapat dilihat pada Gambar dibawah ini
  • 20. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 7 Gambar 1.2. Interaktif TV Digital Sumber: Hary Aryanto FT UI, 2010 Teknologi digital efisien dalam pemanfaatan spektrum. Ada satu penyelenggara televisi digital meminta spektrum dalam jumlah yang cukup besar artinya tidak cukup hanya 1 (satu) kanal carrier melainkan lebih. Hal ini disebabkan dalam penyelenggaraannya nanti penyelenggara hanya akan berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan yaitu untuk mentransfer program dari stasiun- stasiun televisi lain yang ada di dunia menjadi satu paket layanan sebagaimana penyelenggaraan televisi kabel berlangganan yang ada saat ini. Meningkatnya penyelenggaraan televisi dimasa depan dapat diantisipasi dengan suatu terobosan kebijakan dalam pemanfaatan spektrum frekuensi, misalkan penyelenggara televisi digital hanya berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan televisi digital, sedangkan programnya dapat diselenggarakan oleh operator yang khusus menyelenggarakan jasa program televisi digital (operator lain). Dari aspek regulasi akan terdapat ijin penyelenggara jaringan dan ijin penyelenggara jasa sehingga dapat menampung sekian banyak perusahaan baru yang akan bergerak dibidang penyelenggaraan televisi digital. Dengan demikian akan dapat dihindari adanya monopoli penyelenggaraan televisi digital di Indonesia. Kelebihan sinyal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code). Sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power). Pada transmisi digital menggunakan less bandwidth (high efficiency bandwidth) karena interference digital channel lebih rendah, sehingga beberapa channel bisa dikemas atau "dipadatkan" dan dihemat. Hal ini menjadi sangat mungkin karena broadcasting TV Digital menggunakan sistem OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang tangguh dalam mengatasi efek lintas jamak (multipath fading). Kemudian keuntungan lainnya adalah bahwa sinyal
  • 21. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 8 digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power). Aplikasi teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan multimedia lainnya serta integrasi dengan layanan interaktif seperti Video on Demand (VoD), Pay Per View (PPV), bahkan layanan komunikasi dua arah seperti teleconference. Migrasi dari era analog menuju era digital memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak. Tidak ada lagi antrian ataupun penolakan ijin terhadap : none internet, sehingga sangat integratif fungsinya. Penyiaran TV Digital Terrestrial bisa diterima oleh sistem penerimaan TV Fixed dan penerimaan TV Bergerak. Kebutuhan daya pancar tv digital juga lebih kecil dan ketahanan terhadap interferensi dan kondisi lintasan radio yang berubah-ubah terhadap waktu (seperti yang terjadi jika penerima TV berada di atas mobil yang berjalan cepat), serta penggunaan bandwidth yang lebih efisien. Finest sound. Kemampuan mereproduksi suara seperti sumber aslinya. Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital yang ada di Indonesia dibagi berdasarkan kualitas penyiaran, manfaat dan keunggulan TV Digital tersebut. TV Digital dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang berbeda di tiap wilayah (area) penyiaran. Oleh karena itu, karakteristik sistem penyiaran TV Digital akan sama apabila berada di radius yang sama. Kualitas gambar dan warna yang dihasilkan jauh lebih bagus daripada televisi analog. Desain dan implementasi sistem siaran TV digital terutama ditujukan pada peningkatan kualitas gambar. Terdapat dua aspek yang berbeda dan memerlukan kompromi dalam hal ini. Pada satu sisi, teknologi TV digital memungkinkan pengiriman gambar dengan akurasi dan resolusi sangat tinggi, tetapi pada sisi lain memerlukan tersedianya kanal dengan laju sangat tinggi, mencapai belasan Mbps. Sistem TV digital juga diharapkan mampu menghasilkan penerimaan gambar yang jernih, stabil, dan tanpa efek bayangan atau gambar ganda, walaupun pesawat penerima berada dalam keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi. Pemirsa juga dapat memilih sendiri kapan akan menonton, remote tidak lagi untuk memilih saluran tapi juga untuk melihat simpanan program, (siaran interaktif). Televisi yang menjadi siaran interaktif akan lebih memudahkan pemirsanya untuk mencari-cari program yang dia sukai. Tidak ada lagi prime-time karena saat itu pemirsa dapat mencari program lain yang dibutuhkan. Penerimaan mobile, efisiensi kanal frekuensi, dan potensi jasa tambahan seperti TV-Interaktif dan layanan data- casting. Aplikasi teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan multimedia lainnya serta integrasi dengan layanan interaktif seperti Video on Demand (VoD), Pay Per View (PPV), bahkan layanan komunikasi dua arah seperti teleconference. Pesawat TV analog tidak akan bisa menerima sinyal digital, maka diperlukan pesawat TV digital yang baru agar TV dapat menggunakan alat tambahan baru yang berfungsi merubah sinyal digital menjadi analog. Perangkat tambahan tersebut disebut dengan decoder atau set top box (STB). Proses perpindahan dari teknologi analog ke teknologi digital akan membutuhkan sejumlah penggantian perangkat baik dari sisi pemancar TV-nya ataupun dari sisi penerima siaran. Pada saat pemerintah memulai siaran digital yang berbasis terestrial perlu dilakukan proses transisi migrasi dengan meminimalkan resiko kerugian khusus yang dihadapi baik oleh operator TV (Broadcasters) maupun masyarakat. Resiko kerugian
  • 22. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 9 khusus yang dimaksud adalah informasi program ataupun perangkat tambahan yang harus dipasang. Bila perubahan diputuskan untuk dilakukan maka perlu dilaksanakan melalui masa ‘Simulcast’, yaitu masa dimana sebelum masyarakat mampu membeli pesawat penerima digital dan pesawat penerima analog yang dimilikinya harus tetap dapat dipakai menerima siaran analog dari pemancar TV yang menyiarkan siaran TV Digital. Masa transisi diperlukan untuk melindungi puluhan juta pemirsa (masyarakat) yang telah memiliki pesawat penerima TV analog untuk dapat secara perlahan-lahan beralih ke teknologi TV digital dengan tanpa terputus layanan siaran yang ada selama ini. Selain juga melindungi industri dan investasi operator TV analog yang telah ada, dengan memberi kesempatan prioritas bagi operator TV eksisting. Keuntungan memberikan prioritas kepada operator TV eksisting adalah mereka dapat memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun, seperti studio, tower, bangunan, SDM dan lain sebagainya. Selain itu karena infrastruktur TV digital terrestrial relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan infrastruktur TV analog, maka efisiensi dan penggunaan kembali fasilitas dan infrastruktur yang telah dibangun menjadi sangat penting. Untuk membuka kesempatan bagi pendatang baru di dunia TV siaran digital ini, maka dapat ditempuh pola Kerja Sama Operasi antar penyelenggara TV eksisting dengan calon penyelenggara TV digital. Sehingga di kemudian hari penyelenggara TV digital dapat dibagi menjadi "network provider" dan "program / content provider". Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru, selain penyelenggara TV siaran digital terestrial harus membangun sendiri infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah habis. Perspektif bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran di era digital juga mengalami perubahan yang berarti baik dari pemanfaatan kanal maupun teknologi jasa pelayanannya. Pada pemanfaatan kanal frekuensi akan terjadi efisiensi penggunaan kanal yang sangat berarti. Satu kanal frekuensi yang saat ini hanya bisa diisi oleh satu program saja nantinya akan bisa diisi antara empat sampai enam program sekaligus. Sepuluh program siaran TV-swasta Nasional saat ini yang menduduki juga 10 kanal di UHF (Ultra High Frequency) hanya menduduki 2 atau 3 kanal saja. Disisi lain pendudukan kanal-kanal saat ini untuk sistem tranmisi analog juga tidak hemat karena antara kanal yang berdekatan harus ada 1 kanal kosong sebagai kanal perantara. Kanal perantara ini tidak ada disistem digital dan kanal frekuensi di sistem digital bisa dimanfaatkan secara berurutan. Bentuk jasa pelayanan sistem penyiaran digital secara blok jaringan juga akan terpisah-pisah yaitu mulai dari penyedia program (content creators) kemudian akan dikirim ke content agregators yang berfungsi sebagai pendistribusi program yang kemudian program itu diubah dalam bentuk format MPEG2 atau MPEG4. Lalu dikirim ke ‗MPEG2 multiplexer providers’ dan kemudian disalurkan ke berbagai pemirsa melalui jaringan pemancar TV Digital oleh ‗transport providers’.
  • 23. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 10 Masing-masing bentuk jasa pelayanan di atas bisa membentuk badan usaha yang disesuaikan dengan kompetensi jasa pelayanan tersebut. Dengan pemisahan ini maka masing-masing bisa lebih terkonsentrasi pada bidang bisnisnya sendiri sehingga masyarakat pemirsa TV akan memperoleh kualitas pelayanan yang lebih beragam dan tentunya lebih baik. Pada sistem penyiaran TV Digital dimungkinkan munculnya jasa-jasa layanan baru seperti informasi-informasi laporan lalu lintas, ramalan cuaca, berita, olahraga, pendidikan, bursa saham, kesehatan dan informasi- informasi layanan masyarakat lainnya. Para penyedia content hanya terkonsentrasi pada isi program saja dan tidak perlu mengurus penyiapan infrastruktur jaringan dan pengoperasiannya. Penyedia content hanya membayar sewa jaringan transmisi saja atau bisa dijual kepada content distributor. 1.3 Layanan TVD-TT Definisi Terkait Penyiaran TV Digital Penerimaan Tetap adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar, berupa program yang teratur dan berkesinambungan dengan menggunakan teknologi digital serta dipancarkan secara terestrial dan diterima dengan perangkat penerima tetap. Berbeda dengan penyiaran TV analog, maka dalam penyiaran TVD-TT, dibedakan antara ‖saluran‖ dan ‖saluran siaran‖. ‖Saluran‖ adalah kanal frekuensi dan ‖saluran siaran‖ adalah saluran yang dibutuhkan untuk satu program siaran. Dalam penyiaran TVD-TT, beberapa ‖saluran siaran‖ digabung dalam suatu ‖Multiplekser‖ untuk kemudian disalurkan ke ‖pemirsa‖ melalui sistem peralatan pemancar (pemancar, antena dan menara). Sistem Multiplekser terdiri dari perangkat Multiplekser dan transmisi. Pemirsa dapat menerima siaran TVD-TT dengan menggunakan pesawat penerima TVD-TT atau pesawat penerima TV Analog yang dilengkapi dengan alat bantu penerima TV digital (STB). 1. Wilayah jangkauan siaran atau wilayah layanan (service area) Menurut PP 50/2005 Wilayah Jangkauan Siaran adalah wilayah layanan siaran sesuai dengan izin yang diberikan, yang dalam wilayah tersebut dijamin bahwa sinyal dapat diterima dengan baik dan bebas dari gangguan atau interferensi sinyal frekuensi radio lainnya. Menurut KM 76/2003 Wilayah layanan (service area) adalah wilayah penerimaan stasiun radio yang diproteksi dari gangguan/interferensi sinyal frekuensi radio lainnya. Berdasarkan butir 1.1 dan 1.2 diatas maka, wilayah jangkauan siaran atau wilayah layanan (service area) adalah wilayah layanan siaran sesuai dengan izin yang diberikan, yang dalam wilayah tersebut dijamin bahwa sinyal dapat diterima dengan baik dan bebas dari gangguan atau interferensi sinyal frekuensi radio lainnya.
  • 24. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 11 2. Wilayah cakupan (coverage area) Wilayah cakupan (coverage area) adalah suatu wilayah yang merupakan bagian dari wilayah jangkauan siaran yang nilai kuat medan (field strength) terluarnya adalah sama dengan nilai kuat medan minimum (Minimum Field Strength) dan tidak menimbulkan interferensi terhadap wilayah jangkauan siaran di sekitarnya. 3. Zona layanan Zona layanan adalah suatu wilayah yang merupakan kumpulan dari beberapa wilayah jangkauan siaran. Zona layanan merupakan ―wilayah layanan baru‖ yang diperkenalkan dalam Penyelenggaraan TVD-TT untuk Penyelenggara Multipleks. Gambar 1.3. Skema Wilayah Penyelenggaraan Sementara menunggu konvergensi undang-undang tentang penyiaran, telekomunikasi dan transaksi elektronik yang diharapkan dapat ditetapkan pada akhir 2010, dan mempertimbangkan penggelaran layanan TVD-TT perlu segera dilaksanakan mengingat tahapan-tahapan uji coba telah dilakukan, maka pemerintah akan menerbitkan suatu kebijakan tentang TVD-TT dengan memperhatikan dan mematuhi undang-undang yang berlaku dan aturan-aturan yang dirancang yang antara lain terdiri dari : UU RI No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran :
  • 25. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 12 ―LPS jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran TV masing-masing hanya dapat menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1 (satu) saluran siaran pada 1 (satu) cakupan wilayah jangkauan siaran‖ UU RI No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi. o Pasal 33 ayat (1) : ―penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit wajib mendapatkan izin dari Pemerintah.” o Pasal 33 ayat (4) ―ketentuan penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit yang digunakan dalam penyelenggaraan telekomunikasi diatur dengan Peraturan Pemerintah‖ PP RI No. 50 Tahun 2005 Tentang Lembaga Penyiaran Swasta, Pasal 2 ayat (2) : ― Dalam menyelenggarakan penyiaran multipleksing, Lembaga Penyiaran Swasta hanya dapat menyiarkan 1 (satu) program siaran‖ PP 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi dan Orbit Satelit. PP 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi Adapun Rantai Produksi Penyiaran TVD-TT dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 1.4. Rantai Produksi TVD-TT Rantai produksi penyiaran TVD-TT dapat diuraikan sesuai Gambar 4.1 Rantai Produksi TVD-TT sebagai berikut : 1. Konten, akan diproduksi oleh Penyedia Konten, individu atau Penyelenggara Program Siaran. 2. Program Siaran, merupakan gabungan dari konten-konten yang siap disiarkan serta disusun berdasarkan jadwal yang telah ditentukan. 3. Multiplekser, merupakan suatu sistem perangkat untuk menyalurkan beberapa program siaran dari para Penyelenggara Program Siaran yang kemudian dipancarkan kepada masyarakat/pemirsa melalui suatu perangkat transmisi. Sistem perangkat Multiplekser terdiri dari encoder, Multiplekser, dll. 4. Transmisi, merupakan perangkat untuk memancarkan siaran dari Multiplekser kepada masyarakat/pemirsa dengan menggunakan media
  • 26. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 13 spektrum frekuensi radio. Sistem perangkat transmisi terdiri atas peralatan pemancar, program input monitoring, sistem antena, dll. 5. Perangkat Penerima, dapat berbentuk sebagai pesawat penerima TV digital atau pesawat TV analog yang dilengkapi dengan alat bantu penerima TV digital (Set-top Box). Model bisnis Layanan TVD-TT terdiri dari 2 (dua) Penyelenggaraan yaitu Penyelenggara Program Siaran dan Penyelenggara Multiplekser (Multipleksing dan Transmisi) yang masing-masingnya membutuhkan izin tersendiri. Penyelenggara Multiplekser sekaligus sebagai Pemegang Hak Penggunaan Frekuensi. Aturan yang dikenakan kepada masing-masing penyelenggara diatur dalam bab tersendiri. Dengan model ini maka diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai beriktu : • TVD-TT dapat cepat diimplementasikan, karena model bisnis ini sama dengan model dalam uji coba penyiaran digital. • Rantai layanan lebih singkat dan sederhana sehingga menjadi lebih cepat dalam implementasi. • Biaya relatif lebih rendah karena rantai layanan penyelenggaraan lebih singkat dan lebih sedikit melibatkan penyelenggara. • Dalam hal penanganan keluhan terkait dengan masalah teknis, Penyelenggara Program Siaran lebih mudah karena hanya berhubungan dengan 1 (satu) Penyelenggara Multiplekser di 1 (satu) zona layanan. • Penyelenggara Multiplekser memperoleh Hak Penggunaan Frekuensi dalam zona layanannya sehingga dapat mengatur daya pancar pemancarnya dengan lebih leluasa untuk menghindari interferensi dengan Penyelenggara Multipleks lain pada wilayah jangkauan siaran yang sama dan yang bersebelahan. Dalam rangka menuju era konvergensi UU Telekomunikasi, Penyiaran dan UU terkait lainnya, maka struktur usaha dan perizinan perlu disesuaikan dari ―vertikal‖ ke ―horizontal‖, namun pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap agar bisa berlangsung tanpa goncangan (discruption) dan lancar/mulus (seamless). Alokasi frekuensi radio berdasarkan Peraturan Pemerintah no 53 tahun 2000 adalah pencantuman pita frekuensi tertentu dalam tabel alokasi frekuensi untuk penggunaan oleh satu atau lebih dinas komunikasi radio teresterial atau dinas komunikasi radio ruang angkasa atau dinas radio astronomi berdasarkan persyaratan tertentu.
  • 27. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 14 Gambar 1.5. Rantai Layanan TVD-TT Dalam penyelenggara TV analog – TT, LPS mendapat satu lisensi untuk menyelenggarakan semua fungsi-fungsi yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan siaran. Dengan kemajuan teknologi digital dan keterbatasan alokasi frekuensi untuk penyiaran TVD-TT, maka fungsi-fungsi penyelenggara TVD-TT dapat dibagi seperti blok diagram di atas : 1. Penyedia konten (PK) : tanpa lisensi 2. Penyelenggara Program Siaran (PS) : Lisensi LPS 3. Penyelenggara Multipleks (PMx) : Lisensi Infrastruktur 4. Pemegang Hak Penggunaan Frekuensi : Lisensi BHP 5. Penyedia Menara (PM) : Standarisasi 6. Perangkat Penerima : Sertifikasi Agar dapat terjadi efisiensi biaya (cost), fokus atas bisnis sesuai fungsi-fungsinya dan terjadi kompetisi yang sehat maka Penyelenggara Program Siaran (content service provider) dan Penyelenggara Multiplekser yang juga Pemegang Hak Penggunaan Frekuensi, masing-masing memiliki lisensi tersendiri dan tidak harus dimiliki oleh satu badan hukum tertentu. Pemberian izin penyelenggaraan multiplekser/transmisi ini akan melalui tahapan/mekanisme seleksi (lelang atau beauty contest). Izin Penyelenggara Program Siaran berlaku untuk wilayah jangkauan siaran sesuai wilayah jangkauan siaran yang
  • 28. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 15 tercantum dalam IPP setiap Penyelenggara Program Siaran, sedangkan izin Penyelenggara Multiplekser berlaku untuk satu zona layanan. Dalam satu wilayah jangkauan siaran, Penyelenggara Multipleks hanya boleh menggunakan 1 kanal frekuensi. Penyelenggara Program Siaran (PS) Swasta hanya boleh menyiarkan 1 (satu) program siaran yang disalurkan melalui Penyelenggara Multipleks yang beroperasi dalam wilayah jangkauan siaran sebagaimana tercantum pada IPP yang dimiliki PS tersebut. Tidak boleh ada kepemilikan silang pada Penyelenggara Multipleks dalam 1 (satu) zona layanan. Penyelenggara Multipleks harus memiliki izin stasiun radio (ISR) untuk zona layanannya dan membayar BHP pita frekuensi. BHP Pita Frekuensi untuk Penyelenggara Multiplex akan dikenakan secara bertahap dari harga sekarang menjadi harga sesuai dengan nilai spektrum frekuensi yang diduduki (spectrum denial) dalam masa transisi 5 tahun. BHP frekuensi untuk penyelenggara analog akan dikenakan langsung sesuai dengan nilai frekuensi yang diduduki pada saat sudah ada Penyelenggara Multipleks didaerahnya. Pemerintah akan menetapkan harga sewa maksimum untuk sewa saluran siaran pada Penyelenggara Multipleks. Arsitektur Layanan TVD-TT Gambar 1.6. Arsitektur Layanan TVD-TT dalam 1 (satu) Wilayah Jangkauan Siaran Dari blok diagram pada Gambar 1.6 tersebut di atas, dapat dijelaskan tentang siapa ‖pemain‖ dan apa ‖tugas dan wewenang‖ masing-masing terkait dengan penyelenggaraan TVD-TT : Penyedia Konten (PK) o Penyedia konten memproduksi siaran-siaran seperti : berita, siaran pendidikan, program anak-anak, program budaya dan kesenian, penyuluhan masyarakat, iklan, dsb.
  • 29. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 16 o Konten dapat diproduksi oleh individu, ‖production house‖ atau Penyelenggara Program Siaran . Penyelenggara Program Siaran (PS) o Penyelenggara Program Siaran berfungsi menggabungkan program-program siaran dari Penyedia Konten sesuai dengan susunan dan jadwal tertentu untuk dipancarkan melalui Penyelenggara Multiplekser. o Penyelenggara Program Siaran wajib mematuhi aturan-aturan konten yang telah ditetapkan dalam UU RI No. 32 Tahun 2002 dan PP No. 50 Tahun 2005. o Penyelenggara Program Siaran wajib memiliki lisensi IPP yang akan diatur tersendiri. Penyelenggara Multiplekser (PMx) o Penyelenggara Multiplekser berfungsi menggabungkan beberapa program siaran dari Penyelenggara Program Siaran untuk kemudian dipancarkan ke pemirsa melalui suatu sistem peralatan transmisi (pemancar, sistem antena dan menara). o Jumlah Penyelenggara Multiplekser dalam satu zona layanan disesuaikan dengan ‖Master Plan‖ TVD-TT yang ditetapkan oleh Menteri/Ditjen Postel. o Penyelenggara Program Siaran dapat mengajukan permohonan izin baru sebagai Penyelenggara Multiplekser, namun mengingat jumlahnya tidak sebanyak jumlah PS, maka pemberian izin/lisensi dilakukan melalui mekanisme seleksi. Penyedia Menara (PM) o Penyedia Menara adalah perusahaan yang menyediakan menara untuk menyiarkan siaran dari beberapa Penyelenggara Multipleks. o Menara yang digunakan, wajib mengikuti standar dan persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Menteri. Sesuai ketentuan/aturan dalam UU 32/2002 dan PP 50/2005, LPS harus bertanggung jawab atas isi siaran, sehingga kedudukan LPS penyiaran analog-TT dapat diposisikan sebagai Penyelenggara Program Siaran (content service provider). Penyelenggara Multiplekser mempunyai fungsi menyalurkan program- program siaran dari para Penyelenggara Program Siaran dan kemudian memancarkannya secara teresterial melalui menara kepada pemirsa. Penyelenggara Program Siaran dapat mengajukan sebagai Penyelenggara Multiplekser namun hanya dapat menyiarkan satu saluran siaran yang dimiliki dalam satu wilayah jangkauan siaran dan sisa kapasitasnya digunakan untuk menampung Penyelenggara Program Siaran yang bukan miliknya.
  • 30. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 17 Gambar 1.7. Peran Lembaga Penyiaran dalam Rantai Pasok TVD-TT Penggunaan Frekuensi dalam zona layanan dan wilayah jangkauan siaran harus mematuhi UU RI No.36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, PP 52 Tahun 2000, PP 53 Tahun 2000 dan aturan-aturan terkait yang ditetapkan oleh Menteri/Ditjen Postel.
  • 31. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 18 Gambar 1.8. Tahapan Penyelenggaraan TVD-TT Penerapan TVD-TT dilakukan secara bertahap dengan batas waktu cut-off TV Analog paling lambat 2017; implementasi akan dimulai secara bertahap dengan kota-kota besar seperti Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Medan, Palembang, Makasar, Denpasar, Banjarmasin dan kota-kota lainnya. Sosialisasi kepada masyarakat secara lebih intensif akan dilakukan melalui promosi, iklan masyarakat, pampflet, penyuluhan ke sekolah-sekolah, dealer-dealer/toko-toko pesawat penerima TV dll. Dengan cara sosialisasi yang insentif, diharapkan masyarakat dapat memahami TVD-TT, langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk menerima/menikmati siaran TVD-TT dan juga memahami bahwa dalam jangka waktu tertentu, siaran TV Analog akan dihentikan sama sekali. Selama masa transisi migrasi atau simulcast, masyarakat dapat menikmati siaran TVD-TT dengan alat bantu penerima STBT yang dihubungkan ke pesawat penerima TV analog yang telah dimiliki. Pemerintah akan mendorong agar industri dalam negeri dapat memproduksi STB standar dengan harga terjangkau oleh masyarakat. Pusat-pusat bantuan masyarakat atau ‖call center‖ akan disediakan oleh semua stakeholder termasuk pemerintah, industri penyiaran, industri STB dan dealer-nya; agar transisi dapat berjalan secara mulus dengan kerugian seminimal mungkin bagi masyarakat dan industri. Diharapkan bila penetrasi jangkauan dalam suatu wilayah telah mencapai lebih dari 80% (delapan puluh per seratus) dan 80% (delapan puluh per seratus) pemirsa telah memiliki STB atau pesawat TV digital maka siaran analog di wilayah akan dihentikan. Masa simulcast diperkirakan berjangka waktu + 3 (tiga) tahun di daerah ekonomi maju dan + 5 tahun di daerah ekonomi kurang maju dan dapat ditinjau kembali sesuai kesiapan masyarakat dan penyelenggara, sehingga diperkirakan pada tahun 2018 – 2020 TV analog dapat dihentikan secara total.
  • 32. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 19 Bila terdapat pemirsa yang masih tidak dapat menerima siaran TVD-TT setelah ‖analog cut off‖, maka pemirsa tersebut masih dapat menerima siaran TVD melalui siaran TV kabel atau satelit. Alokasi frekuensi yang digunakan untuk TVD- TT selama simulcast dan setelah ‖analog cut off‖ akan diatur melalui peraturan Ditjen Postel yang akan segera disusun.Sistem Penyiaran TVD-TT telah diimplementasikan oleh sebagian besar negara di dunia, bahkan mengalami perkembangan yang sangat cepat. Beberapa negara telah melakukan penghentian secara total (cut off) terhadap TV analognya atau paling tidak menentukan secara resmi kapan akan melakukan cut off (Daftar negara yang telah cut off/ switched off atau dalam persiapan cut off di Eropa dan Asia dapat dilihat pada Tabel 2.11-2.12). Untuk standar kompresinya sebagian besar negara-negara di dunia masih menggunakan MPEG-2, namun beberapa negara telah menggunakan MPEG-4. Dalam hal standar teknologi untuk sistem transmisi TVD-TT, ada beberapa alternatif pilihan terhadap standar yang digunakan. Berdasarkan pertimbangan aspek teknis, layanan, jumlah Negara-negara pengguna, harga STB yang terjangkau, dll, maka pada tanggal 21/3/2007 melalui PerMen No. 07/P/M.Kominfo/3/2007 Tentang Standar Penyiaran Digital Teresterial untuk TV Penerimaan Tetap, Indonesia telah memilih DVB-T sebagai standar teknologinya.Pada bulan Mei 2007 dalam rapat bersama antar Menteri Komunikasi dan Informasi, DVB-T telah ditetapkan juga sebagai standar TVD-TT untuk seluruh negara ASEAN. Implementasi siaran TV digital, dimana standar teknologi yang digunakan oleh negara-negara di Eropa dan Asia adalah DVB-T (kecuali Filipina yang belum menentukan standar teknologinya). Standar DVB-T telah mengalami pengembangan menjadi DVB-T2 dan beberapa negara telah dan sedang dalam persiapan untuk menggunakan DVB-T2. Perkembangan implementasi TVD-TT di Italia diambil sebagai contoh, karena kesamaan standar teknologi yang digunakan dan jumlah TVD-TT menempati persentase cukup signifikan, yaitu lebih dari 60%, dibandingkan dengan TVD-Satelit dan TVD-Cable. Perkembangan teknologi TV Digital di Italia dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
  • 33. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 20 Tabel 1.1. Jadwal Analog Switched Off (ASO) di Eropa Spectrum Value Partners 2008. Broadcast Migration Study Country DTT launch date Completion of ASO Compression Format United Kingdom 1998 2012 MPEG-2 Sweden 1999 Completed (2007) MPEG-2 Spain 2000/2005 2010 MPEG-2 Finland 2001 Completed (2007) MPEG-2 Switzerland 2001 Completed (2008) MPEG-2 Germany 2002 December 2008 MPEG-2 Belgium 2002 2011 MPEG-2 The Netherlands 2003 Completed (2006) MPEG-2 Italy 2004 2012 MPEG-2 France 2005 2011 MPEG-2/MPEG-4 AVC Czech Republic 2005 2011 MPEG-2 Denmark 2006 2009 MPEG-2/MPEG-4 AVC Slovenia 2006 2011 MPEG-4 AVC Austria 2006 2010 MPEG-2 Estonia 2006 2012 MPEG-4 AVC Norway 2007 2009 MPEG-4 AVC Lithuania 2008 2012 MPEG-4 AVC Hungary 2008 2011 MPEG-4 AVC Portugal 2009 2012 MPEG-4 AVC Slovakia 2009 2012 Ireland 2009 2012 MPEG-4 AVC Russia 2009 2015 Poland 2009 2014 Latvia TBC 2012
  • 34. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 21 Tabel 1.2. Jadwal Analog Switched Off di Asian(ADB meeting July 2009) Country DTT launch date Completion of ASO Compression Format Brunei Mei 2009 2011 MPEG4 Kamboja 2010 ? Indonesia 2008 2013-2018 MPEG2 Laos 2007 2015 Malaysia 2007 2012-2015 MPEG4 Myanmar ? ? Philipina 2007 (DVB-T & ISDB) ? Singapura 2006 (2009 testing indoor reception) Soon after trial succeed MPEG4 Thailand 2010 ? Vietnam Since 2007 (40 locations) 2015 MPEG2 Tabel 1.3. Struktur MUX di Italia saat ini Spectrum Value Partners 2008. Broadcast Migration Study Technical standard MUX 1 MUX 2 MUX 3 MUX 4 MUX 5 MUX 6 MUX 7 MUX 8 MUX 9 MUX 10 UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-H DVB-H DVB-T DVB-T DVB-T Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM Guard Band 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 Total Capacity 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 % reserved for non-TV 21% 18% 21% 18% 18% 21% 21% 21% Remaining capacity 15.74 16.34 15.741 16.34 16.34 15.741 15.741 15.741 Compression MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 No.of channels 6 6 6 6 6 6 6 6
  • 35. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 22 Tabel 1.4. Dampak perkembangan teknologi tahap 2 (fully digital) di Italia Spectrum Value Partners 2008. Broadcast Migration Study Technical standard MUX 1 MUX 2 MUX 3 MUX 4 MUX 5 MUX 6 MUX 7 MUX 8 MUX 9 UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF DVB-T DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-H DVB-H DVB-T2 DVB-T2 Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM Guard Band 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 Total Capacity 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 % reserved for non- TV 13% 11% 13% 11% 11% 13% 13% Remaining capacity 31.47 32.07 31.47 32.07 32.07 31.47 31.47 Compression MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 No. of channels 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 Technical standard MUX 10 MUX 11 MUX 12 MUX 13 MUX 14 MUX 15 MUX 16 MUX 17 MUX 18 UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF DVB-T DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM Guard Band 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 Total Capacity 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 % reserved for non- TV 13% 13% 13% 13% 13% 13% 13% 13% 15% Remaining capacity 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 26.95 Compression MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 No. of channels 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 5 Tabel 1.5. Perubahan dalam migrasi DVB-T ke DVB-T2 Technical standard DVB-T DVB-T2 Modulation 16/64QAM 64QAM Guard Band 1/4 1/32 No. Program 48 Max. 416 No. MUX 8 16 Compression MPEG2 MPEG4 No. of channels/MUX 6 22-26
  • 36. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 23 Pada tabel perubahan dalam migrasi DVB-T ke DVB-T2 di atas, tampak bahwa perubahan jumlah MUX dan jumlah chanel per MUX sangat besar, yaitu dari 8 menjadi 16 MUX dan jumlah saluran siaran per MUX dari 6 menjadi 22-26. Hal ini berarti dengan DVB-T2 dapat dihasilkan jumlah program dapat mencapai maksimal 416 program siaran. Ada beberapa standar teknologi transmisi yang sekarang telah berkembang di dunia, yaitu : - ATSC dari Amerika, yang diluncurkan sejak November 1998 - DVB-T dari Eropa, yang diluncurkan sejak September 1998 - ISDB-T dari Jepang, yang diluncurkan sejak 1 Desember 2003 - T-DMB dari Korea, yang diluncurkan mulai + tahun 2005 - DMB-T dari Cina, yang diluncurkan official tahun 2008 (published 2006) Masing-masing standar dan beberapa variannya telah diadopsi oleh sejumlah negara. Untuk negara-negara di Eropa, Asia dan Australia, termasuk Indonesia, telah memilih DVB-T sebagai standar teknologinya. Bahkan standar-standar tersebut sudah mengalami pengembangan-pengembangan menuju teknologi yang lebih maju, seperti DVB-T menjadi DVB-T2.Sehingga dapat disimpulkan bahwa standar, teknologi, perangkat keras, perangkat lunak baik untuk operator maupun pengguna telah siap (mature) di pasar dunia. Di Indonesia sampai dengan tahun 2009, Lembaga Penyiaran Berlangganan baik melalui satelit dan kabel telah menggunakan teknologi digital DVB-S untuk satelit dan DVB-C untuk kabel. Jumlah total pelanggannya saat ini kurang lebih 1,1 juta pelanggan. Dengan fitur-fitur yang lebih beragam, lebih menarik, lebih berkualitas, maka jumlah pemirsa penyiaran analog teresterial yang saat ini telah dinikmati oleh 30-40 juta rumah tangga diharapkan akan meningkat lebih pesat dengan TVD-TT. Setelah penyiaran analog secara bertahap dihentikan total mulai tahun 2013, maka diharapkan : teknologi DVB-T2, MPEG4 yang saat ini masih diuji lapangan di negara-negara maju akan sudah matang dan tahan uji di lapangan, harga STB/MPEG4 semakin murah, masyarakat Indonesia telah siap dan memahami siaran TV digital sehinga TVD-TT yang dimulai dengan DVB-T/MPEG2/SDTV dapat beralih ke DVB-T2/MPEG4/SDTV/HDTV sehingga kualitas hidup masyarakat dan industri di Indonesia dapat makin meningkat.
  • 37. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 24 Peta Jalan (Road Map) Teknologi Penyiaran Digital Gambar 1.9. Level Migrasi Penyiaran dengan Standar DVB-T Proses migrasi dari analog ke digital dengan menggunakan standar teknologi DVB-T, tidak berhenti sampai pada implementasi DVB-T. Seperti telah disebutkan di atas bahwa DVB-T telah mengalami pengembangan-pengembangan menjadi DVB-T2. Sehingga migrasi dari analog ke DVB-T akan dilanjutkan menuju tahap berikutnya yaitu tahap adopsi DVB-T2. Proses migrasi dari siaran TV analog ke TVD-TT dapat dibagi dalam 3 tahap sebagai berikut, yaitu : Tahap 1 : Simulcast penyiaran TV analog bersamaan dengan TVD-TT dengan menggunakan kompresi video MPEG-2 dan SDTV. Tahap 2 : Tahapan dimana siaran TV analog dihentikan secara total (analog switch off, fully digital), secara bertahap mulai dengan daerah-daerah yang masyarakatnya telah siap menerima siaran digital. Untuk daerah yang sudah fully digital, maka migrasi ke tahap berikutnya dapat direncanakan dari MPEG2 ke MPEG4, sehingga jumlah saluran siaran dapat lebih banyak, HDTV dapat mulai diuji coba dan bila dibutuhkan sistem MFN (Multi Frequency Network) dapat dialihkan menjadi SFN (Single Frequency Network) untuk menghemat penggunaan frekuensi. Tahap 3 : Di tahap 3, Indonesia diharapkan sudah fully digital secara menyeluruh yang jadwalnya dalam 2015-2018. Pada masa tahap 3 ini, adopsi teknologi yang
  • 38. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 25 lebih advanced (DVB-T2) dengan fitur-fitur serta keuntungan yang lebih besar, akan dapat mulai diterapkan. Besarnya potensi pasar dalam bisnis penyiaran mengakibatkan minat pelaku bisnis untuk bergabung dalam bisnis penyiaran semakin besar. Pada saat ini LPS analog yang telah mendapat izin penyiaran berjumlah 11, dan LPS analog lokal 115, pemohon baru yang tidak tertampung berjumlah kurang lebih 450. Di sisi lain sumber daya frekuensi merupakan sumber daya yang sangat terbatas, baik dibatasi oleh alam maupun oleh adanya standar internasional yang berlaku. Keterbatasan spektrum frekuensi ini, secara teknis menjadi sulit untuk dapat mengakomodasi izin penyiaran yang telah dikeluarkan. Digitalisasi sinyal dalam sistem TVD-TT memungkinkan kompresi data dan transmisi yang jauh lebih efisien, sehingga penggunaan frekuensi jadi lebih efisien pula dimana 1 (satu) saluran frekuensi dapat menampung 4-6 (empat sampai enam) saluran siaran. Dengan demikian meskipun alokasi frekuensi terbatas, tetapi kebutuhan frekuensi untuk penyiaran masih tetap dapat dipenuhi. Proses migrasi dari analog ke digital, harus melalui masa transisi simulcast, agar bagi penyelenggara dapat menggelar siaran TVD-TT secara merata di wilayah layanannya dan bagi masyarakat agar memahami dan merasa nyaman menikmati siaran TVD-TT. Selama masa simulcast ini, spektrum frekuensi akan digunakan bersama-sama untuk siaran analog dan digital. Hal ini akan menyebabkan penggunaan spektrum frekuensi relatif lebih besar, sehingga alokasi frekuensi untuk penyiaran digital semakin berkurang. Televisi merupakan media informasi yang paling banyak digunakan di seluruh pelosok dunia, termasuk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia + 230 juta, dengan jumlah TV household 35-40 juta dan jumlah pemirsa lebih dari 140 juta orang. Jumlah televisi dan pemirsa sebanyak itu tentu saja merupakan pasar yang sangat potensial bagi industri penyiaran di Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Indonesia yang masih awam untuk memanfaatkan teknologi internet sebagai alat untuk mengakses informasi, dapat memanfaatkan siaran TV sebagai sumber informasi yang paling mudah diakses. Pada kenyataannya, selain minat masyarakat Indonesia yang sangat tinggi terhadap siaran televisi, daya beli yang dimiliki cukup tinggi untuk membeli perangkat penerima TV. Standar kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap kualitas dan ragam siaran pada saat ini sudah semakin tinggi. Televisi bagi masyarakat saat ini tidak hanya sekedar sebagai sarana untuk memperoleh informasi, tetapi lebih sebagai media informasi dan hiburan keluarga yang berkualitas. Dengan semakin besarnya minat masyarakat untuk membeli televisi dengan teknologi yang tinggi dan semakin banyak jumlah pelanggan untuk TV Berlangganan, membuktikan bahwa masyarakat pada saat ini semakin membutuhkan layanan siaran TV yang berkualitas dan beragam. Masyarakat Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam dan latar belakang sosial yang berbeda-beda, sehingga kebutuhan jenis siaran juga berbeda- beda. Pada TVD-TT ragam siaran yang lebih banyak dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang makin spesifik terhadap jenis siaran akan dapat diwujudkan.Secara ekonomi, belanja iklan yang merupakan salah satu sumber penghasilan Penyelenggara Penyiaran akan meningkat secara signifikan, seiring
  • 39. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 26 dengan jumlah program siaran dalam TVD-TT.Sistem TVD-TT memberikan banyak keuntungan dari segi kinerja, keandalan maupun kualitas penyiaran dibanding sistem penyiaran analog. Dengan sistem TVD-TT kinerja sistem dalam melakukan kompresi data dan transmisi menjadi lebih efisien. Kualitas siaran TVD-TT jauh lebih baik dibandingkan siaran TV analog. Berdasarkan hasil uji coba teknis, siaran TVD-TT terbukti memiliki keandalan yang lebih baik, pemanfaatan pita frekuensi lebih optimal dan kualitas gambar serta keandalan siaran TV yang jauh lebih baik dibandingkan siaran TV analog. Uji coba lapangan TVD-TT di Jabodetabek membuktikan, sebagian daerah blank spot di wilayah jangkauan siaran TV analog, dapat dieliminir. Sistem digital memiliki kemampuan melakukan pengiriman informasi yang jauh lebih banyak dan penerimaan sinyal yang lebih baik dibanding analog. Hal-hal tersebut membuat sistem TVD-TT memungkinkan untuk memiliki kualitas siaran yang lebih baik dan program siaran menjadi lebih banyak dan beragam dibanding TV analog. Dalam hal kebutuhan daya, sistem penyiaran digital membutuhkan daya pancar lebih rendah dibandingkan siaran TV analog untuk mencapai daerah jangkauan siaran yang sama. Kebutuhan daya listrik pun menjadi lebih rendah. Dapat disimpulkan bahwa dengan sistem penyiaran digital, akan memberikan kualitas, kinerja dan keandalan sistem penyiaran yang jauh lebih baik dibanding sistem penyiaran analog. Meski pemerintah telah melakukan sosialisasi awal tentang migrasi sistem penyiaran dari analog ke digital, tetapi sosialisasi mengenai rencana penggelaran siaran TVD-TT dan penghentian siaran TV analog harus terus menerus dilakukan hingga masyarakat benar-benar siap, sampai masa cut off siaran TV analog. Sosialisasi tersebut akan dilakukan dalam bentuk promosi, publisitas, pusat bantuan pemirsa. Promosi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai manfaat migrasi ke digital dan tanggal penghentian cut off siaran analog. Publisitas dan konsultasi untuk menerangkan/menjelaskan kepada masyarakat mengenai segala hal yang berkaitan dengan sistem penyiaran TVD-TT, baik dalam bentuk penyuluhan keliling, maupun program siaran melalui media informasi, dan penempelan- penempelan label/pamflet/poster yang berisi informasi pada fasilitas transportasi publik atau fasilitas umum lain. Pusat bantuan pemirsa perlu disiapkan dengan tujuan memberikan pelayanan dan bantuan secara aktif kepada masyarakat yang mengalami kesulitan dalam hal yang berkaitan dengan sistem penyiaran TVD-TT. Pemerintah akan mendorong penyediaan STB dan alat penerimaan lain dengan harga terjangkau dan mudah diperoleh. Pemerintah akan melakukan tindakan penanggulangan terhadap keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga tidak bisa mendapatkan akses ke TVD-TT. Dalam masa uji coba diharapkan masyarakat sudah mempunyai pengalaman dengan TV Digital dan telah dapat menikmati siaran digital.
  • 40. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 27 1.4 Daya Beli Masyarakat Indonesia Berdasarkan data dan informasi dari BPS yang menjelaskan mengenai besarnya pengeluaran rata-rata per bulan yang diklasifikasikan dalam kategori daerah Urban dan Rural di seluruh Indonesia yang ditampilkan dalam beberapa regional yaitu : Sumatra DKI Jakarta Jabar & Banten Jateng & DIY Jatim Kalimantan Sulawesi IBT Lainnya Gambaran tingkat daya beli masyarakat Indonesia secara regional dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1.10. Persentase Pengeluaran Penduduk (Rural) per Bulan Sumber : Data BPS dan hasil Pengolahan PT. IMT Mitra Solusi <100K 100-149K 150 -200K 200 -300K 300 -500K 500 -750K 750 -1 Juta > 1 Juta Sumatera 188.871 1.196.805 3.065.696 10.295.867 18.365.222 9.564.013 4.129.429 3.115.870 DKIJakarta - - 14.634 238.715 1.938.990 2.819.768 1.589.606 2.544.468 Jabar Banten 100.098 1.423.779 4.559.329 12.181.304 17.614.195 9.006.387 3.262.583 3.649.639 Jateng DIY 118.662 2.156.219 4.776.708 10.226.946 10.542.235 4.640.089 1.739.593 1.894.440 Jatim 185.845 2.464.952 5.925.344 11.334.884 10.429.028 4.166.492 1.555.757 1.032.535 Bali Nusra 307.149 985.736 1.595.582 3.139.374 3.997.644 1.670.572 714.284 430.334 Kalimantan 12.163 242.913 782.485 2.711.110 3.990.151 2.226.371 878.374 795.533 Sulawesi 351.813 1.638.903 2.501.532 5.039.541 4.542.321 2.152.939 610.999 436.134 Maluku & Papua 22.174 317.365 768.293 1.298.401 1.675.375 948.256 398.233 321.524 - 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000 16.000.000 18.000.000 20.000.000 JumlahPenduduk
  • 41. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 28 Diperkirakan pada saat ini jumlah TV-household diperkirakan sekitar 35 – 40 juta dan jumlah pemirsa diperkirakan sekitar 140 juta orang. Jumlah pemirsa yang sangat besar merupakan potensi pasar yang sangat besar di Indonesia, meskipun pada saat ini daya beli masyarakat Indonesia masih belum tinggi. Keberhasilan program pemerintah yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan daya beli masyarakat masyarakat dan selanjutnya akan meningkatkan penggunaan jasa layanan Televisi di masa mendatang.
  • 42. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 29 2.1 Hasil Tabulasi Kuesioner Tabel dibawah ini adalah matrik hasil dari rekapitulasi dari pertanyaan – pertanyaan yang diajukan pada kuesioner, sebagai dasar/patokan untuk menjawab permasalahan – permasalahan yang dajukan pada penelitian ini di samping nantinya akan di kompilasi dengan data – data sekunder yang didapatkan dalam negeri BPS atau pun dari luar negeri, misalnya dari GSM Association, APT (Asia Pacific Telecommunication). Matrik ini merupakan hasil data primer yang dikumpulkan dari para stakeholder yaitu penyelenggara broadcast, penyelenggara telekomunikasi, vendor perangkat penyiaran dan telekomunikasi serta expert dalam hal ini Mastel (masyarakat telematika), Akademisi, dan Kominfo.
  • 43. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 30 Tabel 2.1.Matrik Hasil Kuesioner yang sudah ditabulasi
  • 44. 31
  • 45. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 32
  • 46. 33
  • 47. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 34 2.2 Hasil Tabulasi In Depth Interview Tabel 2.2.Matrik Hasil In Depth Interview yang sudah ditabulasi No Pertanyaan Telekomunikasi Direktur Penyiaran Broadcast 1 Berapa potensi digital dividend yang bisa diperoleh dari hasil proses migrasi televisi analog ke digital, serta teknologi informasi dan komunikasi apa saja yang berpotensi memberikan digital dividend serupa di masa mendatang? dan fleksibilitas kebutuhan frekuensi b. Kesiapan penyerapan market size Potensi digital dividend secara konsensi diperuntukkan untuk penyiara( belum final). Oleh karena itu ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan penataan operator penyiaran , yaitu:1) .Aspek Ekonomi ; 2) Aspek Geografis ( daerah ekonomi maju Vs Daerah Ekonomi kurang maju);3) Aspek Teknis (ketersediaan frekuensi). Terkait dengan teknologi yang berpotensi memberikan DD untuk sementara menunggu ketetapan peraturan menteri, karena hal ini berdasarkan konsensi dengan pihak industri. Pertemuan terakhir disepakati bahwa teknologi yang akan digunakan adalah DVBT MPEG4 sementara DVBTT belum diatur dalam ITU Masukkan dari broadcasting terkait dengan digital dividend sudah sering dilakukan, bahkan sudah dipisahkan antara TV lokal dan TV Nasional.Menurut broadcasting pemerintah memberi janji akan mengeluarkan ijin digital TV pada Juli 2011.Sudah dibentuk asosiasi yang membahas hal tersebut, yaitu ATLSI (Asosiasi TV Lokal Swasta Indonesia). 2 Secara teknis DD dapat dipindahkan pada tempat lain yang lebih produktif dan bermanfaat. Namun , berdasarkan kebijakan pemerintah ( belum final RPM) ditetapkan bahwa potensi DD diperuntukan untuk penyiaran. Adapun rincian pembagian channel ( belum final) adalah sebagai berikut: terestrial 18 vhanel yang terbagi ke dalam 3 group yang terbagi menjadi 6 channel. Untuk Jawa dan Sumatra dapat menyelenggarakan 6 channel tapi untuk kota kecil kurang lebih 3 channel terkait dengan kontinyuitas usaha provider. Channel 22-27 diperuntukkan untuk advance broadcasting;28 -48 untuk terestrial;49-51 untuk reserve dan > 51 untuk DD. Usulan yang diberikan dari asosiasi tersebut, yaitu DVB-T dangan menggunakan MPEG4.DVB-T menggunakan MPEG4, konten bisa mencapai 60 konten.Daerah yang dilakukan migrasi TV digital terlebih dahulu yaitu ibu kota propinsi. Cut off TV analog dilakukan pada tahun 2018. 10 TV swasta telah mengajukan ijin TV digital, tinggal menunggu pemberian ijin dari pemerintah. Berdasarkan kebijakan pemerintah direncanakan program simulcas dilakukan pada tahun 2012. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan kesiapan menuju TV digital, yaitu:1) Industri yang memproduksi set top box;2) sosialisasi yang gencar atas program migrasi dan 3) Pembiayaan untuk set top box tidak ditanggung oleh pemerintah ( non subsidied). hal ini dibiarkan berjalan secara natural, nantinya diakhir periode simulcas akan diadakan evaluasi untuk menentukan pembiayaan set top box : apakah dsubsidi oleh pemerintah atau mandiri atau kombinasi dari keduanya. Kesiapan SCTV untuk migrasi ke TV digital dari sisi perangkat sudah siap, sebab 60% perangkat yang dimiliki SCTV sudah siap untuk digunakan TV digital.Terkait dengan set up box, pihak SCTV belum memiliki gambaran siapa yang akan menyediakan set up box tersebut.Dahulu telah dibentuk KTDI (Komisi Televisi Digital Indonesia) yang terdiri dari 6 TV broadcasting, Percobaan TV digital dilakukan oleh TVRI di kota Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya. 3 Bagaimana dampak ekonomi (PDB, produktivitas, lapangan kerja, serta pendapatan negara baik pajak maupun bukan pajak) dari pemanfaatan digital dividend tersebut? Dampak DD ini melalui program migrasi TV analog menjadi TV digital pada dasarnya secara sosial akan memberikan kontribusi positif terkait dengan penyiaran. Dampak DD ini melalui program migrasi TV analog menjadi TV digital pada dasarnya secara sosial akan memberikan kontribusi positif terkait dengan penyiaran. Menurut pihak SCTV, peluang bisnis ke depan setelah migrasi ke TV digital yaitu berlomba-lomba pada konten yang menarik.TV digital menurut pelanggan menguntungkan. Hal ini dilihat dari jumlah pelanggan pada saat uji coba mencapai 50.000 pelanggan. Bagaimana kebijakan penetapan pita spektrum frekuensi radio hasil digital dividend kepada portofolio layanan TIK antara lain seperti penyiaran, telekomunikasi, ubiquitous network , atau keperluan negara (militer dan kepentingan publik) serta bagaimana strategi migrasinya? a. Perlu adanya evaluasi kesehatan industri telekomunikasi. b. Pemerintah sebaiknya membagi blok – blok, misalnya per 5 MHz. c. Pengurangan jumlah operator dengan meregulasi agar bisa merger/akuisisi. d. Digital Dividend dari hasil migrasi TV analog ke TV digital sebaiknya diprioritaskan untuk ditawarkan ke operator existing setelah itu baru ditenderkan ke operator – operator baru. e. Penawaran TD-LTE sebaiknya diprioritaskan kepada pemain BWA existing dan operator mobile existing.g. Pengadaan set up box untuk belanggan, sebaiknya disubsidi pemerintah bukan dari operator.
  • 48. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 35 2.3 Hasil FGD Hasil FGD ini menunjukkan beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan program migrasi TV Analog ke TV Digital sehingga digital dividend dapat termanfaatkan secara optimal, yang mana faktor – faktor tersebut dikelompokkan ke dalam empat faktor, yaitu faktor penentu, faktor penghubung, faktor terikat dan faktor bebas. Penetuan faktor – faktor tersebut didasari atas hasil analisis perspektif dengan menggunakan aspirasi dari para peserta FGD. Adapun hasil analisis perspektif dari hasil FGD yang dilakukan adalah sebagai berikut. 2.3.1 Hasil dari FGD dengan Pihak Broadcast FGD (Focus Group Discussion), hari pertama dilakukan di Hotel Akmani, pada hari Selasa 26 Juli 2011, pada pukul 09.00 – 12.00 WIB, dan pukul 14.00 – 17.00 WIB. Serta hari Rabu, 27 Juli 2011 pada pukul 09.00 – 12.00 WIB. Berdasarkan hasil FGD dengan para broadcast: Faktor-faktor yang berpengaruh Faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya menyelesaikan beberapa permasalahan di atas, setelah dilakukan diskusi intensif, diperoleh 9 faktor yaitu: 1. Investasi 2. Regulasi 3. Content Provider 4. Network Provider 5. Set Top Box 6. Sosialisasi Program 7. Sustainability 8. Channel Dengan menggunakan skala Likert dari nilai 0 sd 3, dimana 0 berarti tidak ada pengaruh sama sekali dan 3 memiliki pengaruh sangat kuat. Hasil diskusi yang diperoleh adalah sebagai berikut. Tabel 2.3. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Broadcast
  • 49. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 36 Setelah melalui proses dalam kegiatan Perpektif analysis akan diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 2.4. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari sisi Broadcast Jika dipetakan seperti gambar berikut. Gambar 2.1. Grafik Wilayah Kuadran untuk Broadcast (Scatter Diagram) Berdasarkan diagram di atas : 1. Regulation, Channel, dan Program Socialization sebagai faktor penentu, artinya keberadaannya sangat berpengaruh terhadap optimalisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend dan ketergantungannya terhadap faktor-faktor lainnya sangat kecil. Faktor Influence (I) Koordinat (I ; D) klasifikasi faktor regulasi 1,75 ( 1,75 ; 0,66 ) Faktor Penentu investmet 0,41 ( 0,41 ; 1,33 ) Faktor Terikat content provider 0,75 ( 0,75 ; 1 ) Faktor Bebas network provider 0,91 ( 0,91 ; 1,16 ) Faktor Terikat program sosialisatio 1,08 ( 1,08 ; 0,66 ) Faktor Penentu sustainability 1,08 ( 1,08 ; 1,41 ) Faktor penghubung set top box 0,5 ( 0,5 ; 0,83 ) Faktor Bebas channel 1,5 ( 1,5 ; 0,91 ) Faktor Penentu0,9118 11 Dependences (D) 0,66 1,33 1 1,16 0,66 1,41 0,83 13 8 13 17 6 10 5 16 9 12 11 14 Pengaruh Ketergantungan 21 8 2 Faktor Penentu Faktor Penghubung 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 Faktor Bebas Faktor Terikat 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 Ketergantungan Pengaruh settopbox regulasi program Sosialisasi channel sustainability Investment networkprovidercontentprofider
  • 50. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 37 2. Sustainability sebagai faktor penghubung artinya keberadaan sustainability dominan untuk mempengaruhi dan juga dominan dipengaruhi faktor penentu, faktor bebas, dan faktor terikat pada optimalisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend. 3. Network Provider dan Investment sebagai faktor terikat artinya, keberadaan faktor tersebut sangat tergantung pada faktor penentu, faktor bebas, dan faktor penghubung dalam optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend. 4. Content provider dan Set Top Box sebagai faktor bebas artinya, keberadaan faktor tersebut dapat diabaikan dalam optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend. 2.3.2 Hasil dari FGD dengan Pihak Telekomunikasi Faktor-faktor yang berpengaruh Faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya menyelesaikan beberapa permasalahan di atas, setelah dilakukan diskusi intensif, diperoleh 9 faktor yaitu: 1. Cara Perolehan 2. Channel 3. Tarif Retail 4. BHP 5. Investasi 6. Integrasi Frekuensi 7. Teknologi 8. Quality of Service 9. Regulasi Dengan menggunakan skala Likert dari nilai 0 sd 3, dimana 0 berarti tidak ada pengaruh sama sekali dan 3 memiliki pengaruh sangat kuat. Hasil diskusi yang diperoleh adalah sebagai berikut.
  • 51. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 38 Tabel 2.5. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Penyelenggara Telekomunikasi Setelah melalui proses dalam kegiatan Perpektif analisis akan diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 2.6. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari sisi Penyelenggara Telekomunikasi Influences (Pengaruh) Dependences (Ketergantungan) Cara Perolehan 3 3 3 0 2 0 0 3 14 Channel 3 1 3 3 2 0 3 2 17 Tarif Retail 0 0 0 0 0 0 3 0 3 BHP 3 0 3 0 3 0 0 3 12 Investasi 0 0 3 0 1 2 3 0 9 Integrasi Frekuensi 3 3 1 3 3 3 0 3 19 Teknologi Netral 3 0 1 0 3 3 0 3 13 Quality of Service 0 0 0 0 3 0 0 1 4 Regulasi 3 3 2 3 2 3 3 2 21 TOTAL SCORE 15 9 14 12 14 14 8 11 15 112 Teknologi Netral Qualityof Service Regulasi TOTAL SCORE Investasi Integrasi Frekuensi Cara Perolehan Channel TarifRetail BHP Faktor Influence (I) Koordinat (I ; D) klasifikasi faktor Cara Perolehan 1,03 ( 1,03 ; 1,11 )Faktor penghubung Channel 1,25 ( 1,25 ; 0,66 )Faktor Penentu Tarif Retail 0,22 ( 0,22 ; 1,03 )Faktor Terikat BHP 0,88 ( 0,88 ; 0,88 )Faktor Bebas Investasi 0,66 ( 0,66 ; 1,03 )Faktor Terikat Integrasi Frekuensi 1,4 ( 1,4 ; 1,03 ) Faktor penghubung Teknologi Netral 0,96 ( 0,96 ; 0,59 )Faktor Bebas Quality of Service 0,29 ( 0,29 ; 0,81 )Faktor Bebas Regulasi 1,55 ( 1,55 ; 1,11 )Faktor penghubung 4 11 0,81 21 15 1,11 19 14 1,03 13 8 0,59 12 12 0,88 9 14 1,03 17 9 0,66 3 14 1,03 14 15 1,11 Pengaruh Ketergantungan Dependences (D)
  • 52. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 39 Jika dipetakan seperti gambar berikut. Gambar 2.2. Grafik Wilayah Kuadran untuk Penyelenggara Telekomunikasi (Scatter Diagram) Berdasarkan diagram di atas : 1. Channel sebagai faktor penentu, artinya keberadaannya sangat berpengaruh terhadap optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend dan ketergantungannya terhadap faktor-faktor lainnya sangat kecil. 2. Cara Perolehan, Regulasi dan Integrasi Frekuensi sebagai faktor penghubung artinya keberadaan sustainability dominan untuk mempengaruhi dan juga dominan dipengaruhi faktor penentu, faktor bebas, dan faktor terikat pada optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend. 3. Tarif retail dan Investasi sebagai faktor terikat artinya, keberadaan faktor tersebut sangat tergantung pada faktor penentu, faktor bebas, dan faktor penghubung dalam optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend. 4. Teknologi, BHP dan QoS sebagai faktor bebas artinya, keberadaan faktor tersebut dapat diabaikan dalam optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend. .
  • 53. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 40 2.3.3 Hasil dari FGD dengan Pihak Expert Faktor-faktor yang berpengaruh Faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya menyelesaikan beberapa permasalahan di atas, setelah dilakukan diskusi intensif, diperoleh 9 faktor yaitu: 1. Set Top Box 2. Regulasi Pusat 3. Penataan Frekuensi 4. Strategi Migrasi 5. Ownership Multiplexing 6. Regulasi Daerah 7. Database/mapping penyiaran 8. Teknologi (Standarisasi) 9. Kasiapan Industri Nasional 10. Business Arrangement Antar Operator Dengan menggunakan skala Likert dari nilai 0 sd 3, dimana 0 berarti tidak ada pengaruh sama sekali dan 3 memiliki pengaruh sangat kuat. Hasil diskusi yang diperoleh adalah sebagai berikut. Tabel 2.7. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Expert Influences (Pengaruh) Dependences (Ketergantungan) Set Top Box 3 3 3 3 3 3 3 21 Regulasi Pusat 0 1 1 0 3 0 0 5 Penataan Frekuansi (fixed/adaptif) 0 1 1 1 3 0 3 9 Strategi Migrasi 0 3 1 1 3 0 3 11 Ownership Multiplexing 2 2 1 3 1 3 1 13 Regulasi Daerah 2 2 3 3 1 1 1 13 Mapping Penyiaran 1 2 0 0 2 1 0 6 Teknologi (standarisasi) 3 3 3 3 0 3 3 18 TOTAL SCORE 8 16 12 14 8 17 10 11 96 Mapping Penyiaran Teknologi (standarisasi) TOTAL SCORE Ownership Multiplexing Regulasi Daerah SetTopBox Regulasi Pusat Penataan Frekuansi (fixed/adapti Strategi Migrasi
  • 54. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 41 Setelah melalui proses dalam kegiatan Perpektif analysis akan diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 2.8. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari sisi Expert Jika dipetakan seperti gambar berikut. Gambar 2.3. Grafik Wilayah Kuadran untuk Expert (Scatter Diagram) Berdasarkan diagram di atas : 1. Set top box, Regulasi, Ownershipmultiplexing sebagai faktor penentu, artinya keberadaannya sangat berpengaruh terhadap optimalisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend dan ketergantungannya terhadap faktor-faktor lainnya sangat kecil. 2. Regulasi Daerah sebagai faktor penghubung artinya keberadaan regulasi daerah dominan untuk mempengaruhi dan juga dominan dipengaruhi faktor penentu, faktor bebas, dan faktor terikat pada optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend. Faktor Influence (I) Koordinat (I ; D) klasifikasi faktor Set Top Box 1,75 ( 1,75 ; 0,66 ) Faktor Penentu Regulasi Pusat 0,41 ( 0,41 ; 1,33 ) Faktor Terikat Penataan Frekuansi (fixed/adaptif) 0,75 ( 0,75 ; 1 ) Faktor Terikat Strategi Migrasi 0,91 ( 0,91 ; 1,16 ) Faktor Terikat Ownership Multiplexing 1,08 ( 1,08 ; 0,66 ) Faktor Penentu Regulasi Daerah 1,08 ( 1,08 ; 1,41 ) Faktor Penghubung Mapping Penyiaran 0,5 ( 0,5 ; 0,83 ) Faktor Bebas Teknologi (standarisasi) 1,5 ( 1,5 ; 0,91 ) Faktor Penentu18 11 0,91 13 17 1,41 6 10 0,83 11 14 1,16 13 8 0,66 5 16 1,33 9 12 1 21 8 0,66 Pengaruh Ketergantunga n Dependences (D)
  • 55. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 42 3. Regulasi Pusat, Penataan Frekuensi, Strategi Migrasi sebagai faktor terikat artinya, keberadaan faktor tersebut sangat tergantung pada faktor penentu, faktor bebas, dan faktor penghubung dalam optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend. 4. Mapping Penyiaran dan Regulasi Daerah sebagai faktor bebas artinya, keberadaan faktor tersebut dapat diabaikan dalam optimalisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend.
  • 56. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 43 Dalam melakukan analisa ini, permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini menjadi pertimbangan utama, dimana dalam permasalahan yang diformulasikan lebih cenderung menekankan pemberdayaan digital dividend dari pada melakukan analisa permasalahan yang muncul yang dihadapi oleh Broadcasting dan bagaimana strategi untuk mendapatkan digital dividend. • Berapa potensi digital dividend yang bisa diperoleh dari hasil proses migrasi televisi analog ke digital, serta teknologi informasi dan komunikasi apa saja yang berpotensi memberikan digital dividend serupa di masa mendatang? • Bagaimana kebijakan penetapan pita spektrum frekuensi radio hasil digital dividend kepada portofolio layanan TIK antara lain seperti penyiaran, telekomunikasi, ubiquitous network, atau keperluan negara (militer dan kepentingan publik) serta bagaimana strategi migrasinya? • Bagaimana dampak ekonomi (PDB, produktivitas, lapangan kerja, serta pendapatan negara baik pajak maupun bukan pajak) dari pemanfaatan digital dividend tersebut? Pada bab ini akan dianalisa permasalahan-permasalahan yang ada dan juga dibahas mengenai hasil-hasil yang diperoleh dalam kegiatan In Depth Interview dan Forum Discussion Group (FGD). 3.1 Potensi Digital Dividend, potensi penggunaan dan Potensi Digital Dividend Serupa Pada sub bab ini akan dibahas mengenai item bahasan yaitu : Potensi Digital Dividend Potensi penggunaan dan Potensi digital dividend serupa 3.1.1 Potensi Digital Dividend Band frekuensi 700 MHz berada pada pita frekuensi 478-806 MHz yang terbagi dalam 41 channel (channel 22 s/d channel 62), saat ini ditempati oleh TV broadcast analog. Gambar 3.1. Alokasi Band Frekuensi 700 MHz
  • 57. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 44 Channel 22-62 tersebut memliki lebar 8 MHz untuk tiap channel-nya. Berikut daftar frekuensi untuk masing-masing channel pada pita frekuensi UHF. Tabel 3.1. Channel Frekuensi TV UHF Channel-channel UHF tersebut dikelompokkan menjadi 6 channel group yang di tunjukkan seperti tabel di bawah ini. Tabel 3.2. Channel Group TV Analog Migrasi TV analog menjadi TV digital dengan periode simulcast sampai dengan tahun 2018 untuk keseluruhan wilayah Indonesia dan ditargetkan pada akhir tahun 2014 TV analog akan dimatikan untuk kota-kota besar di Indonesia. Hal tersebut akan membuat efisiensi spektrum TV digital dengan 1 kanal RF 8 MHz tersebut bisa menampung lebih banyak program siaran TV dengan standar kompresi TV digital, jika dibandingkan TV analog 1 kanal RF 8 MHz hanya 1 program TV siaran. Pada tabel berikut ini terdapat kapasitas TV digital pada modulasi dan coding rate yang bervariasi.
  • 58. Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 45 Tabel 3.3. Kapasitas TV Digital Dari tabel di atas dapat dilihat semakin tinggi skema modulasi, maka akan menghasilkan bandwidth yang rendah dengan bit rate konstan (2,4 Mbps). Dengan sistem penyiaran digital, maka jumlah stasiun TV dapat diatur menurut modulasi yang digunakan. Dengan mengambil kondisi terburuk, maka dalam 1 kanal TV analog 8 MHz dapat diisi dengan 2 siaran TV digital. Sehingga alokasi minimal yang dibutuhkan untuk TV digital di Indonesia mulai dari channel 22-45. Sehingga channel group pada TV digital dapat dikompresi seperti tabel di bawah ini. Tabel 3.4. Rekomendasi Channel Group TV Digital Alokasi 24 channel dengan teknologi yang diadopsi DVB-T MPEG-2 mencukupi untuk jumlah TV eksisting di Indonesia saat ini sampai 10 tahun akan datang dengan asumsi pertambahan operator penyelenggara broadcast 10 peyelenggara per tahun. Sehingga dapat diperoleh potensi digital dividend sebesar 132 MHz. Jika teknologi yang diadopsi DVB-T2 MPEG-4, alokasi 12 channel mencukupi untuk jumlah TV eksisting di Indonesia saat ini sampai 10 tahun akan datang dengan asumsi pertambahan operator penyelenggara broadcast > 25 peyelenggara per tahun. Sehingga kemungkinan alokasi frekuensi yang bebas atau potensi digital dividend yang dapat diperoleh sebesar 228 MHz.