SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 17
PENGANTAR TEKNOLOGI MINERAL
Fridolin Bin Stefanus
TUJUAN PERKULIAHAN
 Diharapkan mahasiswa mampu memahami
perkembangan industri pertambangan di Indonesia
Peranan industri pertambangan
1. Merupakan pilar pembangunan
ekonomi bagi suatu negara, sehingga
besifat strategis.
2. Adanya kebutuhan atau permintaan
pasar akan bahan tambang yang
bernilai ekonomis untuk
dimanfaatkan.
REGULASI PERTAMBANGAN DI INDONESIA PADA MASA PRA KEMERDEKAAN
DAN PASCA KEMERDEKAAN SEBELUM DIUNDANGKANNYA UU NO. 4 TAHUN
2009.
 Regulasi mengenai kegiatan usaha pertambangan di
Indonesia mengalami beberapa perubahan seiring
berjalannya waktu, yang mana perubahan tersebut
membawa pengaruh yang tidak kecil terhadap kondisi
perekonomian bangsa.
 Indische Mijnwet 1899
Regulasi mengenai kegiatan usaha pertambangan di
Indonesia pertama kali dimuat dalam Indische Mijnwet (
Mining act of the Indies) tahun 1899. Dalam “Wet”
tersebut terkandung prinsip dasar bahwa hak atas
tanah, tidak meliputi kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya, karena kekayaan alam tersebut dikuasai oleh
negara.
Beberapa regulasi penting dalam Indische Mijnwet tersebut
antara lain:
 Pengelolaan mineral dikontrol oleh izin yang dikeluarkan oleh
Biro Pertambangan atau Pemerintah Provinsi;
 Konsesi pertambangan diberikan berdasarkan permohonan
yang diajukan kepada Gubernur Jenderal;
 Izin untuk perolehan konsesi hanya dapat diberikan kepada
orang belanda (dutch subjects), penduduk Hindia Belanda,
dan perusahaan yang terdaftar di negeri Belanda atau di
Hindia Belanda;
 Terdapat pengaturan mengenai kewajiban pembayaran
(iuran) tahunan dan kewajiban-kewajiban lainnya seperti
pajak, dllTerdapat pula pengaturan mengenai royalti dari
pemilik konsesi pertambangan;
 Dan lain-lain
UNDANG-UNDANG NO. 37/PRP. TAHUN 1960
 Pada masa setelah Indonesia merdeka banyak tuntutan
untuk mengadakan reformasi peraturan perundang-
undangan peninggalan Belanda yang banyak
mengandung nuansa politik kolonial yang sudah tidak
sesuai dengan alam kemerdekaan. Akhirnya pada tahun
1960, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang (PERPU) terkait pengelolaan
sumber daya alam. Ada dua produk berbentuk PERPU
yang dikeluarkan oleh pemerintah, yaitu UU No.
44/Prp. Tahun 1960 tentang (pertambangan) minyak
dan gas bumi dan UU No. 37/Prp. Tahun 1960 tentang
pertambangan (Semua Mineral selain Minyak dan Gas
Bumi).
 Dalam UU No. 37/Prp. Tahun 1960 tentang
Pertambangan (selanjutnya disebut sebagai UU 37/Prp.
1960) kembali diadopsi prinsip kedaulatan negara atas
sumber daya alam sebagaimana yang terdapat pada
peraturan-perundang-undangan di masa
kolonialisme.Hal tersebut tercermin dari pasal 2 ayat (1)
UU 37/Prp 1960
 :
“Segala bahan galian yang berada didalam, diatas dan
dibawah permukaan bumi, dalam wilayah hukum
pertambangan Indonesia yang merupakan letakan-
letakan atau timbunan-timbunan alam adalah kekayaan
nasional dan dikuasai oleh Negara”
 Beberapa pokok pengaturan dalam PERPU ini antara lain:
a. UU 37/Prp. 1960 adalah ditiadakannya sistem konsesi sebagaimana
mana yang ada dalam Indische Mijnwet 1899. Dalam PERPU ini negara
(melalui Perusahaan Naerah) dan atau daerah (Perusahaan Daerah)
menjadi otoritas yang selalu terlibat dalam kegiatan usaha
pertambangan.
b. Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan dilakukan oleh negara
(Perusahaan Negara) atau oleh negara bersama-sama daerah untuk
bahan galian strategis. Kemudian pelaksanaan kegiatan pertambangan
bahan galian vital dilakukan oleh negara (Perusahaan Negara) atau
daerah (Perusahaan Daerah) serta dilakukan oleh Badan atau
perorangan swasta yang melakukan usaha bersama dengan negara
atau daerah dimana harus Badan usaha tersebut harus berbadan hukum
Indonesia dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan. Untuk bahan
galian yang bukan termasuk bahan galian strategis dan bahan galian
vital diatur oleh Pemrerintah Daerah Tk. I (Pemerintah Provinsi). Melihat
ketentuan tersebut di atas, maka perusahaan asing tidak dapat secara
langsung melakukan kegiatan usaha pertambangan di Indonesia bahkan
untuk bahan galian non-strategis dan atau bahan galian non-vital
sekalipun.
c .Pengusahaan pertambangan terhadap bahan-bahan
galian sebagaimana tersebut di atas (strategis dan vital)
hanya dapat dilakukan setelah memperoleh Kuasa
Pertambangan.
d. Pendapatan negara melalui UU 37/Prp 1960 didapat
dari pungutan-pungutan terhadap iuran pasti, iuran
eksplorasi dan/atau eksplotasi dan/atau pembayaran-
pembayaran lainnya yang berhubungan dengan
pemberian kuasa pertambangan yang bersangkutan.
e. Belum terdapat pengaturan mengenai Kontrak Karya
(Contract of Work) yang mana “saudara”nya yaitu, UU
No. 44/Prp tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak
dan Gas bumi telah mengaturnya.
UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 1967
UU 11/1967 pada pokoknya mengatur mengenai antara lain:
a. Prinsip yang dianut dalam Undang-Undang ini sama
dengan apa yang dianut oleh negara-negara Eropa
Kontinental, Indische Mijnwet 1899, UU No. 37/Prp. 1960,
yaitu bahwa negara menguasai segala bahan galian (sumber
daya mineral dan batubara) yang ada dalam wilayah hukum
pertambangan Indonesia.
b. Terdapat penggolongan bahan galian sebagaimana yang
terdapat dalam UU 37/Prp 1960, yaitu bahan galian strategis,
bahan galian vital, bahan galian non-strategis dan non-
vital.Dalam pasal 1 huruf a dan b PP No. 27 tahun 1980
tentang penggolongan bahan galian disebutkan bahwa
sebagian mineral seperti timah dan nikel serta batubara
masuk kepada golongan bahan galian strategis sedangkan
sebagian mineral seperti tembaga dan emas masuk ke
golongan bahan galian vital.
c. Pelaksanaan pertambangan bahan galian strategis
dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang ditunjuk oleh
menteri atau perusahaan negara. Yang membedakan dengan
UU 37/Prp 1960 adalah dalam UU 11/1967 pelaksanaan
pertambangan bahan galian strategis tersebut dapat
dilaksanakan oleh badan usaha swasta yang telah memenuhi
syarat sebagai badan hukum Indonesia apabila atas dasar
pertimbangan ekonomi tertentu lebih menguntungkan apabila
dilaksanakan oleh swasta. Dan dapat pula diusahakan melalui
pertambangan rakyat apabila jumlahnya sangat kecil.
d. Pelaksanaan pertambangan juga dapat di serahkan kepada
pihak lain sebagai kontraktor (kontrak karya).
e. Apabila, bahan galian yang dijadikan objek dalam adalah
bahan galian strategis dan berbentuk penanaman modal
asing, maka kontrak karya yang dilakukan pemerintah baru
berlaku setelah ada persetujuan DPR.
f. Usaha Pertambangan (sama seperti UU 37/Prp 1960) dapat dilakukan
oleh pelaksana pertambangan sebagaimana tersebut di atas setelah
mendapat Pertambangan, kecuali untuk kontrak karya/perjanjian karya.
Kuasa Pertambangan sebagaimana tersebut di atas diberikan dalam
bentuk:
- Surat Keputusan Penugasan Pertambangan (diberikan kepada
instansi pemerintah yang meliputi penyeledikan umum dan eksplorasi
- Surat Keputusan Izin Pertambangan Rakyat (diberikan kepada
kepada rakyat setempat untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan
secara kecil-kecilan
- Surat Keputusan Kuasa Pertambangan (diberikan kepada
Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Badan usaha swasta untuk
melakukan kegiatan usaha pertambangan sebagaimana yang
disebutkan dalam pasal 14 UU 11/1967)
g. Pendapatan negara diperoleh dari Iuran tetap, iuran eksplorasi
dan/atau eksploitasi dan/atau pembayaran-pembayaran lain yang
berhubungan dengan kuasa pertambangan yang bersangkutan. Dalam
hal perjanjian karya/kontrak karya maka yang wajib membayar adalah
kontraktor.
h. Terkait dengan adanya sengketa dalam kontrak karya
maka sengketa tersebut dapat diselesaikan salah satunya di
forum International Center for Settlement of Disputes (ICSID),
namun apabila ICSID tidak dapat menyelesaikan maka
sengketa dapat di bawa badan arbitrase yang lain.
i. Khusus mengenai kontrak karya di pengusahaan
pertambangan batubara diatur dalam PP No. 75 tahun 1996
tentang ketentuan pokok perjanjian karya pengusahaan
pertambangan mineral dan batubara (PKP2B).
j. Terjadi perubahan yang cukup signifikan dari substansi
dalam UU 37/Prp 1960 pada UU 11/1967. Diantaranya adalah
mengenai masuknya investasi asing ke Indonesia dan adanya
pengaturan mengenai Kontrak Karya yang terkait juga pada
waktu itu dengan UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing.
REGULASI PERTAMBANGAN SETELAH
DIUNDANGKANNYA UU NO. 4 TAHUN 2009
 Pada akhir tahun 2008, pemerintah mengesahkan Undang-
Undang No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batubara (yang sering disebut sebagai UU Minerba). Satu hal
yang tampak mencolok dari undang-undang tersebut dapat
terlihat dari judulnya yang secara jelas menyebutkan bahwa
undang-undang tersebut mengatur mengenai pertambangan
mineral dan batubara. Berbeda dengan pendahulunya yang
judulnya adalah tentang ketentuan-ketentuan pokok
pertambangan. Hal tersebut tertuang dalam pasal 34 ayat (1)
yang menyatakan bahwa usaha pertambangan terdiri dari
pertambangan mineral dan pertambangan batubara. Sama
seperti pendahulu-pendahulunya dimana prinsip kedaulatan
negara atas penguasaan sumber daya alam tetap menjadi “ruh”
dalam UU Minerba mengenai pengaturan mengenai usaha
pertambangan mineral dan batubara.
 Beberapa ketentuan dalam UU Minerba

 a.Izin Usaha Pertambangan, Pasca diundangkannya UU Minerba,
salah satunya implikasi yang cukup signifikan pengaruhnya adalah
adanya penyatuan dalam perolehan hak atas kegiatan usaha
pertambangan dalam satu atap, dan terbagi dalam 3 ruangan yaitu Izin
Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR), dan Izin
Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Dengan begitu maka sistem-
sistem perolehan dalam regulasi yang sebelumnya, antara lain Sistem
Konsesi, Kuasa Pertambangan (KP), pengusahaan pertambangan
mineral dan batubara (PKP2B), dan Kontrak Karya (KK) tidak berlaku
lagi kecuali yang diatur dalam ketentuan peralihan UU Minerba.
 b. Investasi Asing, Indonesia telah menjadi anggota World Trade
Organization (WTO). Implikasi dari fakta tersebut adalah kran investasi
asing harus di buka “sederas” mungkin. UU Minerba tampaknya meng-
akomodasi adanya fakta tersebut dalam beberapa ketentuannya, antara
lain mengenai keringanan dan fasilitas perpajakan yang diberikan
pemerintah.
c. Penerimaan Negara dan Daerah, Dalam UU Minerba,
dibanding UU pendahulunya “lebih jelas” dalam pengaturan
mengenai penerimaan negara dan daerah. Karena dalam UU
Minerba tersebut mengenai penerimaan negara dan daerah di
bagi menjadi dua, yaitu penerimaan pajak dan penerimaan
bukan pajak.
d. Sengketa di bidang Pertambangan Dalam UU Minerba,
diperjelas mengenai forum untuk penyelesaian sengketa, dimana
dalam UU tersebut terdapat pengaturan yang jelas mengenai
forum penyelesaian sengketa yaitu penyelesaian harus dilakukan
di Indonesia, baik melalui arbitrase maupun pengadilan. Hal ini
menarik karena ada pembatasan mengenai forum penyelesaian
sengketa, dimana pada UU 11/1967 terdapat pembebasan forum
penyelesaian sengketa, bahkan dapat memakai ICSID, karena
memang pada dasarnya selain melalui Kuasa Pertambangan,
ada juga sistem perolehan hak yang sifatnya “kontraktual” seperti
kontrak karya, yang mana dalam perjanjian dimungkinkannya
terjadi pilihan forum penyelesaian sengketa
PERKEMBANGAN PERTAMBANGAN DI
INDONESIA
Perkembangan pertambangan di
Indonesia di mulai tahun 1966 yang
menunjukkan peningkatan yang pesat
hingga sekarang.
Hal ini disebabkan karena adanya
investor-investor atau partisipasi dari
perusahaan asing yang melakukan
kontrak karya pertambangan.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapankusyanto Anto
 
Perencanaan peledakan
Perencanaan peledakanPerencanaan peledakan
Perencanaan peledakanUDIN MUHRUDIN
 
Bab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanBab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanMuhammad Nafis
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Bayu Laoli
 
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruckestimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruckevamanroe
 
Pengantar perencanaan tambang
Pengantar perencanaan tambangPengantar perencanaan tambang
Pengantar perencanaan tambangIpung Noor
 
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakanMenentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakanseed3d
 
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...Sylvester Saragih
 
Kekar dan sesar dan lipatan
Kekar dan sesar dan lipatanKekar dan sesar dan lipatan
Kekar dan sesar dan lipatanMario Yuven
 
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPAPRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPAUNIVERSITY OF PAPUA
 
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Sylvester Saragih
 
Rancangan Peledakan Underground
Rancangan Peledakan UndergroundRancangan Peledakan Underground
Rancangan Peledakan UndergroundMario Yuven
 
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Amiin Majiid Nugroho
 

Was ist angesagt? (20)

Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
 
Humprey spiral
Humprey spiralHumprey spiral
Humprey spiral
 
Sistem ventilasi tbt
Sistem ventilasi tbtSistem ventilasi tbt
Sistem ventilasi tbt
 
Perencanaan peledakan
Perencanaan peledakanPerencanaan peledakan
Perencanaan peledakan
 
Bab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanBab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran Peledakan
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1
 
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruckestimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
 
Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan GalianPengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian
 
Definisi tereka, terukur dll
Definisi tereka, terukur dllDefinisi tereka, terukur dll
Definisi tereka, terukur dll
 
Pengantar perencanaan tambang
Pengantar perencanaan tambangPengantar perencanaan tambang
Pengantar perencanaan tambang
 
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakanMenentukan lokasi pemboran dan peledakan
Menentukan lokasi pemboran dan peledakan
 
Istilah-istilah Pertambangan
Istilah-istilah  PertambanganIstilah-istilah  Pertambangan
Istilah-istilah Pertambangan
 
Pola peledakan
Pola peledakanPola peledakan
Pola peledakan
 
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
 
Pemboran tambang
Pemboran tambangPemboran tambang
Pemboran tambang
 
Kekar dan sesar dan lipatan
Kekar dan sesar dan lipatanKekar dan sesar dan lipatan
Kekar dan sesar dan lipatan
 
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPAPRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
PRODUKSI PELEDAKAN MINE'13 UNIPA
 
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
 
Rancangan Peledakan Underground
Rancangan Peledakan UndergroundRancangan Peledakan Underground
Rancangan Peledakan Underground
 
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
 

Ähnlich wie REGULASI MINERBA

MAKALAH REGULASI PERTAMBANGAN.docx
MAKALAH REGULASI PERTAMBANGAN.docxMAKALAH REGULASI PERTAMBANGAN.docx
MAKALAH REGULASI PERTAMBANGAN.docxebbyabadi
 
Makalah penanaman modal 2
Makalah penanaman modal 2Makalah penanaman modal 2
Makalah penanaman modal 2Dewi Pramitha
 
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009Nikka Sasongko
 
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesia
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesiaMAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesia
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesiasitirahmadalimunte
 
Hukum agraria
Hukum agraria Hukum agraria
Hukum agraria Mr.Mahmud
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ilham Mustafa
 
Uu tambang dan perburuhan materi 1
Uu tambang dan perburuhan materi 1Uu tambang dan perburuhan materi 1
Uu tambang dan perburuhan materi 1Sylvester Saragih
 
UUT 3_ UU 11 thn 1967.pptx
UUT 3_ UU 11 thn 1967.pptxUUT 3_ UU 11 thn 1967.pptx
UUT 3_ UU 11 thn 1967.pptxMhd Iqball
 
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxHukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxary-red78
 
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di Indonesia
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaHak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di Indonesia
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaRizki Gumilar
 
PRESENTASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG HAK MILIK DI INDONESIA.pdf
PRESENTASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG HAK MILIK DI INDONESIA.pdfPRESENTASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG HAK MILIK DI INDONESIA.pdf
PRESENTASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG HAK MILIK DI INDONESIA.pdfUsmanJambak1
 
makalah konversi UUPA 5/1960 dan hak atas tanah yang bersifat sementara.doc
makalah konversi UUPA 5/1960 dan hak atas tanah yang bersifat sementara.docmakalah konversi UUPA 5/1960 dan hak atas tanah yang bersifat sementara.doc
makalah konversi UUPA 5/1960 dan hak atas tanah yang bersifat sementara.docadi setyawan
 
Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...
Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...
Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...basrizal82
 
Hukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialHukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialindra wijaya
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agrariayoko14
 

Ähnlich wie REGULASI MINERBA (20)

MAKALAH REGULASI PERTAMBANGAN.docx
MAKALAH REGULASI PERTAMBANGAN.docxMAKALAH REGULASI PERTAMBANGAN.docx
MAKALAH REGULASI PERTAMBANGAN.docx
 
Makalah penanaman modal 2
Makalah penanaman modal 2Makalah penanaman modal 2
Makalah penanaman modal 2
 
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
 
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesia
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesiaMAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesia
MAKALAH SENGKETA TANAH. Hukum perdata indonesia
 
UU No. 11 1967
UU No. 11 1967UU No. 11 1967
UU No. 11 1967
 
Hukum agraria
Hukum agraria Hukum agraria
Hukum agraria
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
 
Uu tambang dan perburuhan materi 1
Uu tambang dan perburuhan materi 1Uu tambang dan perburuhan materi 1
Uu tambang dan perburuhan materi 1
 
UUT 3_ UU 11 thn 1967.pptx
UUT 3_ UU 11 thn 1967.pptxUUT 3_ UU 11 thn 1967.pptx
UUT 3_ UU 11 thn 1967.pptx
 
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptxHukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
Hukum Agraria Pasca Kolonial SIp.pptx
 
Uu 04 1952
Uu 04 1952Uu 04 1952
Uu 04 1952
 
Pertambangan
PertambanganPertambangan
Pertambangan
 
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di Indonesia
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaHak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di Indonesia
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di Indonesia
 
PRESENTASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG HAK MILIK DI INDONESIA.pdf
PRESENTASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG HAK MILIK DI INDONESIA.pdfPRESENTASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG HAK MILIK DI INDONESIA.pdf
PRESENTASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG HAK MILIK DI INDONESIA.pdf
 
makalah konversi UUPA 5/1960 dan hak atas tanah yang bersifat sementara.doc
makalah konversi UUPA 5/1960 dan hak atas tanah yang bersifat sementara.docmakalah konversi UUPA 5/1960 dan hak atas tanah yang bersifat sementara.doc
makalah konversi UUPA 5/1960 dan hak atas tanah yang bersifat sementara.doc
 
Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...
Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...
Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...
 
Hukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialHukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonial
 
Dasar hukum agraria
Dasar hukum agrariaDasar hukum agraria
Dasar hukum agraria
 
07_Gunawan
07_Gunawan07_Gunawan
07_Gunawan
 
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesiaKerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
 

Kürzlich hochgeladen

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Kürzlich hochgeladen (20)

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

REGULASI MINERBA

  • 2. TUJUAN PERKULIAHAN  Diharapkan mahasiswa mampu memahami perkembangan industri pertambangan di Indonesia
  • 3. Peranan industri pertambangan 1. Merupakan pilar pembangunan ekonomi bagi suatu negara, sehingga besifat strategis. 2. Adanya kebutuhan atau permintaan pasar akan bahan tambang yang bernilai ekonomis untuk dimanfaatkan.
  • 4. REGULASI PERTAMBANGAN DI INDONESIA PADA MASA PRA KEMERDEKAAN DAN PASCA KEMERDEKAAN SEBELUM DIUNDANGKANNYA UU NO. 4 TAHUN 2009.  Regulasi mengenai kegiatan usaha pertambangan di Indonesia mengalami beberapa perubahan seiring berjalannya waktu, yang mana perubahan tersebut membawa pengaruh yang tidak kecil terhadap kondisi perekonomian bangsa.  Indische Mijnwet 1899 Regulasi mengenai kegiatan usaha pertambangan di Indonesia pertama kali dimuat dalam Indische Mijnwet ( Mining act of the Indies) tahun 1899. Dalam “Wet” tersebut terkandung prinsip dasar bahwa hak atas tanah, tidak meliputi kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, karena kekayaan alam tersebut dikuasai oleh negara.
  • 5. Beberapa regulasi penting dalam Indische Mijnwet tersebut antara lain:  Pengelolaan mineral dikontrol oleh izin yang dikeluarkan oleh Biro Pertambangan atau Pemerintah Provinsi;  Konsesi pertambangan diberikan berdasarkan permohonan yang diajukan kepada Gubernur Jenderal;  Izin untuk perolehan konsesi hanya dapat diberikan kepada orang belanda (dutch subjects), penduduk Hindia Belanda, dan perusahaan yang terdaftar di negeri Belanda atau di Hindia Belanda;  Terdapat pengaturan mengenai kewajiban pembayaran (iuran) tahunan dan kewajiban-kewajiban lainnya seperti pajak, dllTerdapat pula pengaturan mengenai royalti dari pemilik konsesi pertambangan;  Dan lain-lain
  • 6. UNDANG-UNDANG NO. 37/PRP. TAHUN 1960  Pada masa setelah Indonesia merdeka banyak tuntutan untuk mengadakan reformasi peraturan perundang- undangan peninggalan Belanda yang banyak mengandung nuansa politik kolonial yang sudah tidak sesuai dengan alam kemerdekaan. Akhirnya pada tahun 1960, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (PERPU) terkait pengelolaan sumber daya alam. Ada dua produk berbentuk PERPU yang dikeluarkan oleh pemerintah, yaitu UU No. 44/Prp. Tahun 1960 tentang (pertambangan) minyak dan gas bumi dan UU No. 37/Prp. Tahun 1960 tentang pertambangan (Semua Mineral selain Minyak dan Gas Bumi).
  • 7.  Dalam UU No. 37/Prp. Tahun 1960 tentang Pertambangan (selanjutnya disebut sebagai UU 37/Prp. 1960) kembali diadopsi prinsip kedaulatan negara atas sumber daya alam sebagaimana yang terdapat pada peraturan-perundang-undangan di masa kolonialisme.Hal tersebut tercermin dari pasal 2 ayat (1) UU 37/Prp 1960  : “Segala bahan galian yang berada didalam, diatas dan dibawah permukaan bumi, dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia yang merupakan letakan- letakan atau timbunan-timbunan alam adalah kekayaan nasional dan dikuasai oleh Negara”
  • 8.  Beberapa pokok pengaturan dalam PERPU ini antara lain: a. UU 37/Prp. 1960 adalah ditiadakannya sistem konsesi sebagaimana mana yang ada dalam Indische Mijnwet 1899. Dalam PERPU ini negara (melalui Perusahaan Naerah) dan atau daerah (Perusahaan Daerah) menjadi otoritas yang selalu terlibat dalam kegiatan usaha pertambangan. b. Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan dilakukan oleh negara (Perusahaan Negara) atau oleh negara bersama-sama daerah untuk bahan galian strategis. Kemudian pelaksanaan kegiatan pertambangan bahan galian vital dilakukan oleh negara (Perusahaan Negara) atau daerah (Perusahaan Daerah) serta dilakukan oleh Badan atau perorangan swasta yang melakukan usaha bersama dengan negara atau daerah dimana harus Badan usaha tersebut harus berbadan hukum Indonesia dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan. Untuk bahan galian yang bukan termasuk bahan galian strategis dan bahan galian vital diatur oleh Pemrerintah Daerah Tk. I (Pemerintah Provinsi). Melihat ketentuan tersebut di atas, maka perusahaan asing tidak dapat secara langsung melakukan kegiatan usaha pertambangan di Indonesia bahkan untuk bahan galian non-strategis dan atau bahan galian non-vital sekalipun.
  • 9. c .Pengusahaan pertambangan terhadap bahan-bahan galian sebagaimana tersebut di atas (strategis dan vital) hanya dapat dilakukan setelah memperoleh Kuasa Pertambangan. d. Pendapatan negara melalui UU 37/Prp 1960 didapat dari pungutan-pungutan terhadap iuran pasti, iuran eksplorasi dan/atau eksplotasi dan/atau pembayaran- pembayaran lainnya yang berhubungan dengan pemberian kuasa pertambangan yang bersangkutan. e. Belum terdapat pengaturan mengenai Kontrak Karya (Contract of Work) yang mana “saudara”nya yaitu, UU No. 44/Prp tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas bumi telah mengaturnya.
  • 10. UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 1967 UU 11/1967 pada pokoknya mengatur mengenai antara lain: a. Prinsip yang dianut dalam Undang-Undang ini sama dengan apa yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental, Indische Mijnwet 1899, UU No. 37/Prp. 1960, yaitu bahwa negara menguasai segala bahan galian (sumber daya mineral dan batubara) yang ada dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia. b. Terdapat penggolongan bahan galian sebagaimana yang terdapat dalam UU 37/Prp 1960, yaitu bahan galian strategis, bahan galian vital, bahan galian non-strategis dan non- vital.Dalam pasal 1 huruf a dan b PP No. 27 tahun 1980 tentang penggolongan bahan galian disebutkan bahwa sebagian mineral seperti timah dan nikel serta batubara masuk kepada golongan bahan galian strategis sedangkan sebagian mineral seperti tembaga dan emas masuk ke golongan bahan galian vital.
  • 11. c. Pelaksanaan pertambangan bahan galian strategis dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang ditunjuk oleh menteri atau perusahaan negara. Yang membedakan dengan UU 37/Prp 1960 adalah dalam UU 11/1967 pelaksanaan pertambangan bahan galian strategis tersebut dapat dilaksanakan oleh badan usaha swasta yang telah memenuhi syarat sebagai badan hukum Indonesia apabila atas dasar pertimbangan ekonomi tertentu lebih menguntungkan apabila dilaksanakan oleh swasta. Dan dapat pula diusahakan melalui pertambangan rakyat apabila jumlahnya sangat kecil. d. Pelaksanaan pertambangan juga dapat di serahkan kepada pihak lain sebagai kontraktor (kontrak karya). e. Apabila, bahan galian yang dijadikan objek dalam adalah bahan galian strategis dan berbentuk penanaman modal asing, maka kontrak karya yang dilakukan pemerintah baru berlaku setelah ada persetujuan DPR.
  • 12. f. Usaha Pertambangan (sama seperti UU 37/Prp 1960) dapat dilakukan oleh pelaksana pertambangan sebagaimana tersebut di atas setelah mendapat Pertambangan, kecuali untuk kontrak karya/perjanjian karya. Kuasa Pertambangan sebagaimana tersebut di atas diberikan dalam bentuk: - Surat Keputusan Penugasan Pertambangan (diberikan kepada instansi pemerintah yang meliputi penyeledikan umum dan eksplorasi - Surat Keputusan Izin Pertambangan Rakyat (diberikan kepada kepada rakyat setempat untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan secara kecil-kecilan - Surat Keputusan Kuasa Pertambangan (diberikan kepada Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Badan usaha swasta untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 14 UU 11/1967) g. Pendapatan negara diperoleh dari Iuran tetap, iuran eksplorasi dan/atau eksploitasi dan/atau pembayaran-pembayaran lain yang berhubungan dengan kuasa pertambangan yang bersangkutan. Dalam hal perjanjian karya/kontrak karya maka yang wajib membayar adalah kontraktor.
  • 13. h. Terkait dengan adanya sengketa dalam kontrak karya maka sengketa tersebut dapat diselesaikan salah satunya di forum International Center for Settlement of Disputes (ICSID), namun apabila ICSID tidak dapat menyelesaikan maka sengketa dapat di bawa badan arbitrase yang lain. i. Khusus mengenai kontrak karya di pengusahaan pertambangan batubara diatur dalam PP No. 75 tahun 1996 tentang ketentuan pokok perjanjian karya pengusahaan pertambangan mineral dan batubara (PKP2B). j. Terjadi perubahan yang cukup signifikan dari substansi dalam UU 37/Prp 1960 pada UU 11/1967. Diantaranya adalah mengenai masuknya investasi asing ke Indonesia dan adanya pengaturan mengenai Kontrak Karya yang terkait juga pada waktu itu dengan UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.
  • 14. REGULASI PERTAMBANGAN SETELAH DIUNDANGKANNYA UU NO. 4 TAHUN 2009  Pada akhir tahun 2008, pemerintah mengesahkan Undang- Undang No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara (yang sering disebut sebagai UU Minerba). Satu hal yang tampak mencolok dari undang-undang tersebut dapat terlihat dari judulnya yang secara jelas menyebutkan bahwa undang-undang tersebut mengatur mengenai pertambangan mineral dan batubara. Berbeda dengan pendahulunya yang judulnya adalah tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Hal tersebut tertuang dalam pasal 34 ayat (1) yang menyatakan bahwa usaha pertambangan terdiri dari pertambangan mineral dan pertambangan batubara. Sama seperti pendahulu-pendahulunya dimana prinsip kedaulatan negara atas penguasaan sumber daya alam tetap menjadi “ruh” dalam UU Minerba mengenai pengaturan mengenai usaha pertambangan mineral dan batubara.
  • 15.  Beberapa ketentuan dalam UU Minerba   a.Izin Usaha Pertambangan, Pasca diundangkannya UU Minerba, salah satunya implikasi yang cukup signifikan pengaruhnya adalah adanya penyatuan dalam perolehan hak atas kegiatan usaha pertambangan dalam satu atap, dan terbagi dalam 3 ruangan yaitu Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR), dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Dengan begitu maka sistem- sistem perolehan dalam regulasi yang sebelumnya, antara lain Sistem Konsesi, Kuasa Pertambangan (KP), pengusahaan pertambangan mineral dan batubara (PKP2B), dan Kontrak Karya (KK) tidak berlaku lagi kecuali yang diatur dalam ketentuan peralihan UU Minerba.  b. Investasi Asing, Indonesia telah menjadi anggota World Trade Organization (WTO). Implikasi dari fakta tersebut adalah kran investasi asing harus di buka “sederas” mungkin. UU Minerba tampaknya meng- akomodasi adanya fakta tersebut dalam beberapa ketentuannya, antara lain mengenai keringanan dan fasilitas perpajakan yang diberikan pemerintah.
  • 16. c. Penerimaan Negara dan Daerah, Dalam UU Minerba, dibanding UU pendahulunya “lebih jelas” dalam pengaturan mengenai penerimaan negara dan daerah. Karena dalam UU Minerba tersebut mengenai penerimaan negara dan daerah di bagi menjadi dua, yaitu penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. d. Sengketa di bidang Pertambangan Dalam UU Minerba, diperjelas mengenai forum untuk penyelesaian sengketa, dimana dalam UU tersebut terdapat pengaturan yang jelas mengenai forum penyelesaian sengketa yaitu penyelesaian harus dilakukan di Indonesia, baik melalui arbitrase maupun pengadilan. Hal ini menarik karena ada pembatasan mengenai forum penyelesaian sengketa, dimana pada UU 11/1967 terdapat pembebasan forum penyelesaian sengketa, bahkan dapat memakai ICSID, karena memang pada dasarnya selain melalui Kuasa Pertambangan, ada juga sistem perolehan hak yang sifatnya “kontraktual” seperti kontrak karya, yang mana dalam perjanjian dimungkinkannya terjadi pilihan forum penyelesaian sengketa
  • 17. PERKEMBANGAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA Perkembangan pertambangan di Indonesia di mulai tahun 1966 yang menunjukkan peningkatan yang pesat hingga sekarang. Hal ini disebabkan karena adanya investor-investor atau partisipasi dari perusahaan asing yang melakukan kontrak karya pertambangan.