2. Pertama : PEMBINAAN MENTAL
Melalui tiga asas :
Pertama : melepaskan diri dari berbagai
penyakit.
Kedua : menanamkan kepercayaan
penuh dan keyakinan pada prinsip prinsip
pendidikan diri yang bisa membawa
pada prilaku yang konsisten.
Ketiga : kepercayaan dan kecintaan
pada pendidik.
3. Kedua : PRAKTIS APLIKATIF
Allah swt tidak pernah memerintahkan
keimanan kecuali untuk membangun aktifitas
tertentu. Keyakinan hati dan praktek nyata
dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Allah
swt berfirman :
َبوُط ِتاَحِلاَّالص واُلِمَعَو واُنَمآ َينِذَّالُن ْسُحَو ْمُهَل ى
ٍبآَم
Orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka kebahagiaan dan
tempat kembali yang baik (QS. Ar Ra’d : 29)
4. Ketiga : MEMBERI TUGAS
SESUAI KEMAMPUAN
Sayyidah A’isyah ra menggambarkan
bagaimana Rasulullah saw melakukannya
seraya berkata : “Jika beliau memerintahkan
mereka sesuatu niscaya beliau akan
memerintahkan mereka tugas yang bisa
mereka lakukan.” Rasulullah bersabda :
“ Jika aku memerintahkan sesuatu kepada
kalian, maka tunaikanlah sesuai dengan
kemampuan kalian”. (HR. Muslim).
5. Keempat : Menyeru Sesuai
dengan Tingkat Pemahaman.
Rasulullah saw bersabda :
“Kamu sekali-kali janganlah memberi
penjelasan kepada suatu kaum penjelasan
yang tidak bisa dijangkau oleh akal mereka,
kecuali ia akan fitnah bagi sebagian di
antara mereka.” (HR. Muslim).
“Sampaikanlah kepada orang-orang yang
bisa mreka mengerti. Apakah kalian suka, jika
Allah dan RasulNya didustakan?” (HR.
Bukhari)
6. Kelima : MEMPERHATIKAN
PERBEDAAN INDIVIDUAL
Beliau saw memperlakukan berbeda antara
anak-anak dan dewasa.
Memperlakukan kaum berbeda dengan
kaum lelaki.
Memperlakukan orang yang berniat baik
berbeda dengan orang yang berniat jahat.
Memperlakukan berbeda antara yang baru
masuk Islam dengan yang sudah lama Islam.
7. Keenam: TIDAK
MEMPERBANYAK NASEHAT
Syaqiq bin Abi Wa’il menuturkan : “Abdullah bin
Mas’ud setiap hari Kamis memberikan peringatan
(tadzkirah) pada kami. Kemudian ada seorang
lelaki yang berkata padanya : Wahai Abu
Abdurrahman , kami sangat menyukai ucapan
anda, dan kami menyukainya. Kami berharap jika
Anda berkenan menyampaikannya kepada kami
setiap hari. Beliau berkata: Tidak ada yang
menghalangiku untuk menyampaikannya kepada
kalian , selain keengganan akan membosankan
kalian. Sebab, Rasulullah biasa memperhatikan
nasehat yang diberikan setiap hari kepada kami,
karena tidak suka jika kami ditimpa kebosanan.”
8. Ketujuh : MEMBERI NASEHAT
PADA WAKTU YANG TEPAT
Dalam konteks inilah hikmahnya Allah swt
menurunkan ayat al Qur’an pada saat
terjadinya sebab-sebab tertentu yang
telah dipersiapkan untuk turunnya ayat
tersebut. Demikian juga hadits yang berisi
nasehat disampaikan pada peristiwa
tertentu.
9. Kedelapan : MENDAHULUKAN YANG
TERPENTING DARIPADA YANG PENTING
Kaidah pendidikan yang terpenting adalah urutan
prioritas. Anas bin Malik ra menuturkan : “ Ada
seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw
mengenai hari kiamat, lalu berkata : Kapan kiamat
akan tiba? Beliau balik bertanya : Apa yang sudah
kamu siapkan untuk menyongsongnya ? Dia
menjawab tidak ada, selain bahwa saya mencintai
Allah dan RasulNya. Beliau bersabda : Engkau akan
bersama siapa saja yang kamu cintai.” Ini
menunjukkan persiapan amal shaleh lebih penting
untuk ditanyakan daripada pengetahuan kapan
datangnya kiamat.
10. Kesembilan : MOTIVASI
MEMPERBANYAK KEBAIKAN
Motivasi ini penting mengingat ketika
dorongan kebajikan dalam jiwa manusia
itu kuat, begitu juga perbuatan baik dan
tindakannya kuat, semua akan
menolongnya untuk melemahkan
doorongan keburukan dalam jiwanya.
Dengan begitu , keburukan akan lenyap
hingga musnah. Inilah ungkapan Al
Quran (surat Hud ayat 114) :
اَئِي َّالس َنْبِهْذُي ِتاَن َسَحْال َّنِإِت
11. Kesepuluh : MELUPAKAN
KESALAHAN SILAM
Melupakan kesalahan silam, memutuskan
hubungan dengan kesalahan, dan hidup
kekinian dalam keadaan yang baik
adalah merupakan kaidah pendidikan
Rasululllah saw . Beliau bersabda : “
sesungguhnya Islam itu telah menghapus
apa yang telah dilakukan oleh seseorang
sebelumnya.”
12. Kesebelas : MEMBERI
PENGHARGAAN DAN HUKUMAN
Penghargaan didahulukan ketimbang
hukuman. Allah swt berfirman :
ِتاَرْيَخْال يِف َونُعِرا َسُي واُانَك ْمُهَّنِإًابَغَر اَنَنوُعْدَيَو
اَنَل واُانَكَو ًابَهَرَوَينِعِشاَخ
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka
berdoa kepada Kami dengan harap dan
cemas[970]. Dan mereka adalah orang-orang
yang khusyu' kepada Kami. (QS Al Anbiya :
90)
13. Keduabelas : HUKUMAN HANYA
DIBERIKAN TERHADAP KESSALAHAN
YANG DISENGAJA
Allah swt berfirman :
َطْخَأ اَميِف ٌاحَنُج ْمُكْيَلَع َسْيَلَواَم ْنِكَلَو ِهِب ْمُتْأ
ُفَغ ُ َّاَّلل َانَكَو ْمُكُبوُلُق ْتَدَّمَعَتاًرواًميِحَر
Dan tidak ada dosa atasmu terhadap
apa yang kamu khilaf padanya, tetapi
(yang ada dosanya) apa yang disengaja
oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Al Ahzab : 5)
14. Ketigabelas : TIDAK ADA SANKSI
SETELAH TAUBAT NASUHA
Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah saw dan
berkata : Saya seharusnya dikenai sanksi , maka
tegakkanlah sanksi itu kepadaku. Beliau
bersabda : Telah masuk waktu sholat. Orang
tersebut sholat bersama Nabi saw . Setelah selesai
Nabi saw sholat laki-laki itu mendatangi beliau,
dan berkata : Saya seharusnya dikenai sanksi ,
maka tegakkanlah kitab Allah. Beliau kemudian
bertanya : Bukankah kamu sudah mengerjakan
sholat bersama kami? Dia menjawab: benar.
Beliau bersabda : Allah sesungguhnya telah
mengampunimu dari dosamu, atau bersabda :
dari sanksimu.
15. Keempat belas : MEMAAFKAN
KESALAHAN DI ANTARA BANYAK
KEBAJIKAN