SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.W DENGAN
POST OP TUR-P DI RUANG CEMPAKA RSUD PASAR
REBO
DISUSUN OLEH:
FLORENSIUS
NIM: 13.010
AKADEMI KEPERAWATAN BERKALA WIDYA HUSADA
JAKARTA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui tentang penyakit yang di derita oleh
penduduk usia lanjut mengingat semakin bertambahnya jumlah penduduk usia
lanjut di dunia dan di indonesia khususnya salah satu penyakit yang di derita
penduduk usia lanjut adalah BPH atau pembesaran kelenjar prostat, dalam bahasa
kedokteran yaitu benigna prostat hyperplesia.
Data WHO (2013)
terdapat sekitar 70 juta kasus degeneratif salah satunya adalah BPH, dengan insidensi di negara
maju sebanyak 19%, sedangkan di negara berkembang sebanyak 5,35% kasus.
Di Indonesia BPH nomor 2 terbanyak setelah batu pada saluran kemih. Tahun 2013 di Indonesia
terdapat 9,2 juta kasus BPH, diderita pria berusia di atas 60 tahun. Pada tahun 2014 sebanyak 45
kasus BPH (Riskesdas, 2013)
jumlah kasus dengan penderita BPH 50 kasus keseluruhan pasien yang dirawat yaitu 1.365 orang.
Komplikasi yang terjadi ISK, Hidronefrosis Uretra, Disfungsi Seksual, dan Gagal ginjal
akut/kronis.
Data dari medical record rumah sakit RSUD pasar rebo jakarta di ruang cempaka, data dari 6
bulan terakhir.
presentase berjumlah 3.66%
TUR-P
Cairan irigasi digunakan secara terus-menerus dengan cairan isotonis
selama prosedur
Komplikasi TUR-P jangka pendek adalah perdarahan, hiponatremia
atau retensio oleh karena bekuan darah.
operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra
menggunakan resektroskop, yang dilengkapi alat pemotong dan counter yang
disambungkan dengan arus listrik.
Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah striktura uretra, ejakulasi retrograd
(50-90%), impotensi (4-40%).
Peran perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan Post op TUR-P
Preventif
(pencegahan)
menganjurkan untuk
jangan menahan
keinginan untuk
berkemih dan
menghindari
konsumsi lemak
karena dapat
meningkatkan
pembesaran prostat.
promotif
(memberikan
pendidikan atau
penyuluhan)
menjelaskan tujuan
dari tindakan setiap
pengobatan untuk
mencegah komplikasi
kuratif (kegiatan
pengobatan)
penyembuhan penyakit
seperti tindakan operasi
TUR-P
rehabilitatif
(memulihkan)
dalam melakukan
pelaksanaan
keperawatan.
meliputi aspek bio
pisikologi dan spiritual
1 2
3 4
BAB II
Tinjauan Teoritis
A. Pengertian
BPH (Benigna
Prostat
Hyperplasia)
pembesaran progresif dari
kelenjar prostat yang dapat
menyebabkan obstruksi dan
ristriksi jalan urine (urethra).
(M. Clevo Rendi,
2012 : 116)
B. Etiologi
Penyebab
BPH
dapat dikaitkan dengan
keberadaan hormonal
yaitu hormon laki-laki
(testosteron).
BPH terjadi ketika seorang
laki-laki kadar hormon
estrogen meningkat dan kadar
hormon testosteron menurun
jaringan prostat menjadi lebih
sensitif terhadap estrogen serta
kurang responsif terhadap
dihydrotestosterone (DHT),
yang merupakan testosteron
eksogen.
Toto suharyanto & Abdul
Madjid (2009: 249)
fakta
C. Patofisiologi (proses perjalanan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi)
Proses Perjalanan Penyakit
terjadi setelah usia
pertengahan akibat
perubahan normal
prostat membesar
dengan
terbentuknya
adenoma
Pembesaran ini mendesak
jaringan prostat dan
menyempitkan uretra
mengakibatkan kesulitan
buang air kemih
buang air kemih tidak
efisien karena air kemih
yang di keluarkan hanya
sedikit menimbulkan urine
tertinggal di dalam
kandung kemih.
Manifestasi
Klinis (tanda
dan gejala)
obstruksi meliputi
hesitancy,
intermiten,
pengeluaran urin
yang tidak tuntas,
aliran urin yang
buruk, dan retensi
urin
komplikasi
hidronefrosis gagal
ginjal, Pielonefritis
dan hernia.
tindakan operasi
TUR-P
D. Penatalaksanaan Medis
Transuretral
reseksi
prostat
(TURP)
operasi
pengangkatan
jaringan
prostat lewat
uretra
menggunakan
resektroskop
yang dilengkapi
dengan alat
pemotong dan
counter yang
disambungkan
dengan arus
listrik
dilakukan
pada prostat
yang
mengalami
pembesaran
antara 30-60
gram
kemudian
dilakukan
reseksi.
Cairan irigasi
digunakan
secara terus-
menerus
dengan cairan
isotonis
selama
prosedur
Setelah dilakukan
TURP, dipasang
kateter Foley tiga
saluran no. 24
yang dilengkapi
balon 30 ml
Irigasi kandung
kemih yang
konstan
dilakukan setelah
24 jam dibilas
setiap 4 jam
sampai cairan
jernih.
Kateter dingkat
setelah 3-5 hari
setelah operasi
dan pasien
harus sudah
dapat berkemih
dengan lancar.
Komplikasi TUR-P jangka pendek
perdarahan, infeksi, hiponatremia atau
retensio oleh karena bekuan darah.
komplikasi jangka panjang adalah
striktura uretra, ejakulasi retrograd
(50-90%), impotensi (4-40%).
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi
skunder pada TUR-P.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari
TUR-P: bekuan darah.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
4. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten
akibat dari TUR-P.
5. Kurang pengetahuan tentang TUR-P berhubungan dengan kurang
informasi.
Bab III
TINJAUAN
KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.W dengan Post Op TUR-P di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo Jakarta ruang Cempaka, selama 3 hari mulai tanggal 28 sampai 30 April
2016.
1. Identitas klien
Nama klien Tn.W jenis kelamin laki-laki, Usia 61 tahun, Status Perkawinan sudah
menikah, Agama Islam, Suku Bangsa Jawa, Pendidikan Sekolah Dasar, Bahasa yang
digunakan Bahasa Indonesia, Pekerjaan Buruh, alamat Parung Serab Gang Sawo RT
08 / RW 004 Jakarta Selatan, No Register 2016-68.92.90, Diagnosa medis Post op
Tur-p.
2. Resume
Klien Tn W umur 61tahun datang ke RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur dengan keluhan
nyeri saat buang air kecil, saat air mengeluarkan air kencing sangat sedikit dan
mengeluarkan darah, klien selalu merasa masih ada sisa urine di kandung kemih klien
menderita penyakit ini sudah 3 hari.
Klien dilakukan operasi TUR-P pada tanggal 23 april 2016 operasi berlangsung dari
jam 10.15 wib – 13.15 wib.
Data yang didapat setelah melakukan pengkajian pada tanggal 28 April 2016 ialah
tampak cairan berwarna kuning bercampur dengan gumpalan darah pada urine bag,
tampak kandung kemih teraba penuh, klien mengatakan nyeri saat buang air kecil, klien
mengatakan baru minum 1 buah aqua gelas (240 ml), klien sudah terpasang kateter selama
6 hari , terpasang infus Nacl 0,9% 20 Tpm sudah 6 hari, terpasang spoling kateter Nacl
0,9% 20 Tpm, klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak
pernah menerima info audiovisual dan info dari tenaga kesehatan , tampak klien tidak
mampu menjawab pertanyaan seputar Tur-p, klien mengatakan merasa pusing jika bangun
dari tempat tidur, klien mengatakan badannya terasa panas/hangat dari hasil observasi
TTV didapat: tekanan darah 100/70mmhg, Suhu 37̊,9C, nadi 80x/menit RR 19x/menit.
Analisa Data
DATA FOKUS
DIAGNOSA 1
Data subjektif:
Klien mengatakan baru minum 1 gelas aqua (240 ml) dalam 4 jam terakhir.
Klien mengatakan nyeri saat buang air kecil dan terasa tidak tuntas.
Klien mengatakan kandung kemih terasa penuh.
Data objektif :
Tampak cairan urine berwarna kuning bercampur dengan gumpalan darah pada
urine bak.
Rumus :
IWL = (15 x BB )
24 jam
IWL = (15 x 59 ) = 36,8 cc/jam
24 jam
Dalam 24 jam ----> 36,8 x 24 = 883cc
Input Cairan:
Infus = 1500 cc
Minum = 1200 cc
AM = 295 cc (5 cc x bb kg) +
———————————————
2995 cc
Output cairan:
Urine = 2100 cc
IWL = 883 cc +
———————————
2983 cc
Jadi Balance cairan Tn W dalam
24 jam : Intake cairan – output
cairan
2995 cc – 2983 cc
= + 12 cc.
DIAGNOSA 2
Data subjektif
Klien mengatakan merasa pusing jika bangun dari tempat tidur
Klien mengatakan badanya terasa panas/hangat
Data objektif
Klien sudah terpasang kateter selama 6 hari
Terpasang infus Nacl 0,9% 20 Tpm sudah 6 hari
Dari hasil
observasi TTV
didapat: tekanan
darah
100/70mmhg, Suhu 37,9̊C, Nadi 80x/menit RR
20x/menit.
Leukosit : 11,01rb sel /mm3
DIAGNOSA 3
Data subjektif
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
Klien mengatakan tidak pernah menerima info audiovisual dan info dari tenaga
kesehatan.
Data objektif
Tampak klien tidak mampu menjawab pertanyaan seputar Tur-p.
Diagnosa keperawatan
1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P:
bekuan darah.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
rutinitas pasca operasi, gejala untuk dilaporkan, perawatan di rumah dan
intruksi evaluasi.
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA 1
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P:
bekuan darah
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan: klien dapat berkemih tanpa
disertai retensi urine.
Kriteria Hasil :
1. Klien menunjukan eliminasi urine tidak terganggu: bau, jumlah dan warna
urine dalam batas normal.
2. Klien berkemih tanpa retensi
3. Tidak terdapat bekuan darah sehingga urine lancar lewat kateter.
4. Tidak terdapat distensi kandung kemih.
Tindakan :
1. Kaji output urine dan karakteristiknya.
2. Pantau eliminasi, meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
warna jika perlu.
3. Pertahankan irigasi kandung kemih yang konstan selama 24 jam
pertama.
4. Anjurkan intake cairan 2500-3000 ml sesuai toleransi.
5. Setelah kateter diangkat, pantau jumlah urine dan ukuran aliran.
6. Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan
berkemih, urgensi atau gejala-gejala retensi.
observasi keadaan umum klien, respon hasil: klien tampak lemas, infus menetes
lancar. melakukan observasi TTV :TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 37,90C, RR
: 20 x/menit.
mengobservasi bau, volume, warna urine, dan menganjurkan klien untuk minum
hasil : klien mengatakan minum sudah 1 gelas aqua, mukosa mulut tampak lembab,
kulit elastis, melakukan tindakan spull kateter respon hasil: klien mengatakan saat
BAK tidak sakit lagi tampak cairan urine yang mengalir lewat kateter lancar dan
tidak terdapat bekuan darah
melakukan tindakan spull kateter respon hasil: klien mengatakan saat BAK tidak
sakit lagi tampak cairan urine yang mengalir lewat kateter lancar dan tidak terdapat
bekuan darah
memasang cairan infus Nacl 0.9%, respon hasil, infus menetes lancar 20 tpm
mengup infus hasil : tampak wajah klien sudah segar dan bisa makan sendiri.
Pelaksanaan :
Evaluasi
Sabtu, 30 April 2016, Jam 14.00 Wib.
Subjektif:
Klien mengatakan minum sudah habis 6 gelas aqua kecil selama 8 jam terakhir.
Objektif :
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi pada klien turgor kulit elastis, urine
berwarna kuning jernih, klien banyak minum 1-2 liter/hari, balance
cairan
Rumus :
IWL = (15 x BB )
24 jam
IWL = (15 x 59 ) = 36,8 cc/jam
24 jam
Dalam 24 jam ----> 36,8 x 24 = 883cc
Input Cairan:
Infus = 1500 cc
Minum = 1200 cc
AM = 295 cc (5 cc x bb kg) +
———————————————
2995 cc
Output cairan:
Urine = 2103 cc
IWL = 883 cc +
—————————————
——-
2986 cc
Jadi Balance cairan Tn W dalam
24 jam : Intake cairan – output
cairan
2995 cc – 2986 cc
= + 10 cc.
Analisa :
Tujuan tercapai sebagian
Planning :
Lanjutkan tindakan spoling jika terjadi penumpukan cairan darah dalam
kateter.
Dorong pemasukan 2500-3000 ml / hari sesuai toleransi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan ini menggambarkan asuhan keperawatan tinjauan teori dan praktek, serta
menganalisa berbagai faktor pendukung dan penghambat ataupun alternatif untuk
memecahkan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan.
Pada penatalaksanaan medis terdapat perbedaan antara teori dan kasus yaitu Kateter
dingkat setelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih dengan
lancar sedangkan yang ada pada kasus klien terpasang kateter selama 6 hari dan masih
terdapat gumapalan darah yang bercampur dengan urine karena infeksi akibat
komplikasi TUR-P jangka pendek yaitu perdarahan, infeksi, hiponatremia atau retensi
yang menyebabkan terbentuknya bekuan darah
PENGKAJIAN
Tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus pada etiologi, patofisiologi, dan
manifestasi klinis.
Faktor pendukung yang penulis temukan selama proses pengkajian yaitu
keluarga dan klien mau terbuka akan kondisi kesehatan klien Selain itu juga
data-data yang ada di status klien dan catatan medis cukup menunjang, serta
informasi dari perawat ruangan yang sangat membantu penghambat kesulitan
dalam pemeriksaan fisik, hal itu dikarenakan pasien terkadang suka lupa
tentang hal yang sudah dilakukan .
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada pada teori dan ada pada kasus adalah:
1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari
TUR-P: bekuan darah
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih
3. Kurang pengetahuan tentang TUR-P berhubungan dengan kurang
informasi.
Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi skunder
pada TUR-P, diagnosa ini tidak diangkat karena klien mengatakan sudah tidak
merasa nyeri dan tidak terdapat tanda dan gejala akibat nyeri.
2. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat
dari TUR-P. Diagnosa ini tidak diangkat karena klien mengatakan merasa
sudah tua diumurnya yang ke 61 tahun dan sudah tidak memiliki dorongan
seksual lagi dan merasa sudah cukup memiliki 2 orang anak serta 5 cucu
Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun perencanaan keperawatan meliputi penentuan
masalah, prioritas masalah, perumusan tujuan yang ditetapkan dalam 3x24 jam,
kriteria hasil ditetapkan sesuai dengan waktu yang ditetapkan berdasarkan SMART
Pada rencana tindakan diagnosa Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan
obstruksi sekunder dari TUR-P: bekuan darah terdapat pebedaan antara teori dan
kasus yaitu setelah kateter diangkat, pantau jumlah urine dan ukuran aliran,
perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan berkemih,
urgensi atau gejala-gejala retensi. Karena pada kasus kateter belum aff/diangkat
karena masih terdapat gumapalan darah yang bercampur dengan urine karena
adanya proses resiko infeksi akibat komplikasi TUR-P.
Tidak terdapat pebedaan antara teori dan kasus pada diagnosa
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih
Kurang pengetahuan tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari perencanaan, dimana penulis akan
membahas tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dan tidak
dilaksanakan. Pelaksanaan menurut Wartonah Tarwono, (2006) implementasi
merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam perawatan. Tindakan yan
mencakup tindakan mandiri (independen), dan kolaborasi.
Diagnosa pertama terdapat perbedaan antara teori dan kasus yang tidak dilakukan
ialah setelah kateter diangkat, pantau jumlah urine dan ukuran aliran, perhatikan
keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan berkemih, urgensi atau gejala-
gejala retensi.
Tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus pada diagnosa
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih
 Kurang pengetahuan tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, evaluasi yang
dilakukan meliputi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif didokumentasikan di dalam
catatan keperawatan yakni sesuai dengan pelaksanaan tindakan keperawatan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah penilaian akhir dari proses keperawatan dengan
menentukan tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diharapkan dari proses
keperawatan yang telah diberikan terhadap klien
Dari tiga masalah keperawatan yang ditemukan pada klien Tn.W didapat :
Masalah keperawatan yang tujuannya tercapai yaitu kurang pengetahuan tentang
TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
Masalah keperawatan tercapai sebagian yaitu
perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P: bekuan
darah
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan,
kateter, irigasi kandung kemih sering. karena waktu yang terbatas untuk dilakukan
pemberian asuhan keperawatan.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah menguraikan beberapa hal tentang Asuhan Keperawatan Pada Tn.W dengan
BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat
yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi jalan urine (urethra).
aspek yang menonjol yaitu pada klien Tn.W pada teori kateter bisa
diangkat/aff setelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien harus sudah dapat
berkemih dengan lancar sedangkan yang ada pada kasus klien terpasang
kateter selama 6 hari dan masih terdapat gumapalan darah yang bercampur
dengan urine.
Saran
Dapat menjalin hubungan yang baik dengan perawat ruangan agar dapat
bekerjasama dengan perawat ruangan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien dengan benigna prostat hiperplesia dan post op TUR-P
TERIMA KASIH

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.pjj_kemenkes
 
Pert 6 ffq dan dietary history
Pert 6 ffq dan dietary historyPert 6 ffq dan dietary history
Pert 6 ffq dan dietary historyDhila Faya
 
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi KeperawatanJenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidurAsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidurAmee Hidayat
 
Model dokumentasi-keperawatan
Model dokumentasi-keperawatanModel dokumentasi-keperawatan
Model dokumentasi-keperawatanBita Fadillah
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemikgustians
 
EVIDENCE BASED PRACTICE DALAM PENATALAKSANAAN MASALAH.pptx
EVIDENCE BASED PRACTICE DALAM PENATALAKSANAAN MASALAH.pptxEVIDENCE BASED PRACTICE DALAM PENATALAKSANAAN MASALAH.pptx
EVIDENCE BASED PRACTICE DALAM PENATALAKSANAAN MASALAH.pptxssuserc3081c
 
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014Winda Darpianur
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 
Organisasi Profesi Keperawatan
Organisasi Profesi KeperawatanOrganisasi Profesi Keperawatan
Organisasi Profesi Keperawatanpjj_kemenkes
 
Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)
Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)
Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)Phiea Elizabeth
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chn03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chnSyahrum Syuib
 
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmakalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmaung8
 

Was ist angesagt? (20)

Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
 
Pert 6 ffq dan dietary history
Pert 6 ffq dan dietary historyPert 6 ffq dan dietary history
Pert 6 ffq dan dietary history
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
Lk
LkLk
Lk
 
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi KeperawatanJenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
 
Askep kanker serviks
Askep kanker serviksAskep kanker serviks
Askep kanker serviks
 
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidurAsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
 
Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Model dokumentasi-keperawatan
Model dokumentasi-keperawatanModel dokumentasi-keperawatan
Model dokumentasi-keperawatan
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
EVIDENCE BASED PRACTICE DALAM PENATALAKSANAAN MASALAH.pptx
EVIDENCE BASED PRACTICE DALAM PENATALAKSANAAN MASALAH.pptxEVIDENCE BASED PRACTICE DALAM PENATALAKSANAAN MASALAH.pptx
EVIDENCE BASED PRACTICE DALAM PENATALAKSANAAN MASALAH.pptx
 
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Kelalaian
KelalaianKelalaian
Kelalaian
 
Organisasi Profesi Keperawatan
Organisasi Profesi KeperawatanOrganisasi Profesi Keperawatan
Organisasi Profesi Keperawatan
 
Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)
Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)
Pengkajian pada keperawatan keluarga (KOMUNITAS)
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisi
 
03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chn03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chn
 
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmakalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
 
Makalah vulnus laceratum
Makalah vulnus laceratumMakalah vulnus laceratum
Makalah vulnus laceratum
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (20)

Post Op TURP
Post Op TURPPost Op TURP
Post Op TURP
 
Askep bph keperawatan dewasa ii
Askep bph keperawatan dewasa iiAskep bph keperawatan dewasa ii
Askep bph keperawatan dewasa ii
 
BPH ppt
BPH pptBPH ppt
BPH ppt
 
1. asuhan keperawatan pada bph
1. asuhan keperawatan pada bph1. asuhan keperawatan pada bph
1. asuhan keperawatan pada bph
 
Askep bph
Askep bphAskep bph
Askep bph
 
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
 
Hiperplasia prostat benigna
Hiperplasia prostat benignaHiperplasia prostat benigna
Hiperplasia prostat benigna
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan bph (5)
Asuhan keperawatan pada klien dengan bph (5)Asuhan keperawatan pada klien dengan bph (5)
Asuhan keperawatan pada klien dengan bph (5)
 
Bph
BphBph
Bph
 
Tugas uas ilkom anindya arum cempaka
Tugas uas ilkom anindya arum cempakaTugas uas ilkom anindya arum cempaka
Tugas uas ilkom anindya arum cempaka
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
bph dan vesiclithiasis
bph dan vesiclithiasis bph dan vesiclithiasis
bph dan vesiclithiasis
 
Penatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartum
Penatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartumPenatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartum
Penatalaksanaan rujukan pada pendarahan postpartum
 
Makalah turp sindrome
Makalah turp sindromeMakalah turp sindrome
Makalah turp sindrome
 
Aulia venny dt retensi urin dr. indra
Aulia venny dt retensi urin dr. indraAulia venny dt retensi urin dr. indra
Aulia venny dt retensi urin dr. indra
 
Hipertropi prostat
Hipertropi prostatHipertropi prostat
Hipertropi prostat
 
5. spooling and buffering
5. spooling and buffering 5. spooling and buffering
5. spooling and buffering
 
BLAST
BLASTBLAST
BLAST
 
Benign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasiaBenign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasia
 
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietas
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietasAsuhan keperawatan pada klien dg ansietas
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietas
 

Ähnlich wie ASUHAN KEPERAWATAN TUR-P

PPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxPPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxRahmaIke
 
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptxMR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptxGeriko1
 
Askep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasAskep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasEgas Xavier
 
Askep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.EgasAskep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.EgasEgas Xavier
 
Case report anestesi
Case report anestesiCase report anestesi
Case report anestesiGhea Pradana
 
PPT Kematian 123.pptx
PPT Kematian 123.pptxPPT Kematian 123.pptx
PPT Kematian 123.pptxindah107935
 
Pertemuan 3.pdf
Pertemuan 3.pdfPertemuan 3.pdf
Pertemuan 3.pdfsinaga25
 
Manajemen Perioperatif Pada Efusi Pleura
Manajemen Perioperatif Pada Efusi PleuraManajemen Perioperatif Pada Efusi Pleura
Manajemen Perioperatif Pada Efusi PleuraDimasZabirurrohmanPu
 
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxMuhammadMutashimBill
 
335020321 laporan-kasus-anestesi
335020321 laporan-kasus-anestesi335020321 laporan-kasus-anestesi
335020321 laporan-kasus-anestesifitri handayani
 
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Pangestu S
 
Model Dokumentasi Keperawatan Orchitis
Model Dokumentasi Keperawatan OrchitisModel Dokumentasi Keperawatan Orchitis
Model Dokumentasi Keperawatan Orchitisrizkyaidatul42
 
Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdf
Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdfNefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdf
Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdfLuthfiHamda
 

Ähnlich wie ASUHAN KEPERAWATAN TUR-P (20)

BPH KELOMPOK 1.pptx
BPH KELOMPOK 1.pptxBPH KELOMPOK 1.pptx
BPH KELOMPOK 1.pptx
 
PPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxPPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptx
 
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptxMR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
 
Askep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasAskep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.Egas
 
Askep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.EgasAskep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.Egas
 
Case report anestesi
Case report anestesiCase report anestesi
Case report anestesi
 
Askep retensio urine
Askep retensio urineAskep retensio urine
Askep retensio urine
 
Satpel bph
Satpel bphSatpel bph
Satpel bph
 
Gsr post op ca serviks
Gsr post op ca serviksGsr post op ca serviks
Gsr post op ca serviks
 
PPT Kematian 123.pptx
PPT Kematian 123.pptxPPT Kematian 123.pptx
PPT Kematian 123.pptx
 
Pertemuan 3.pdf
Pertemuan 3.pdfPertemuan 3.pdf
Pertemuan 3.pdf
 
Pawer point
Pawer pointPawer point
Pawer point
 
Manajemen Perioperatif Pada Efusi Pleura
Manajemen Perioperatif Pada Efusi PleuraManajemen Perioperatif Pada Efusi Pleura
Manajemen Perioperatif Pada Efusi Pleura
 
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
 
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptxLASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
LASKAP ANAK ITP (2) copy.pptx
 
Bph
BphBph
Bph
 
335020321 laporan-kasus-anestesi
335020321 laporan-kasus-anestesi335020321 laporan-kasus-anestesi
335020321 laporan-kasus-anestesi
 
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
Askep klien dengan apendik by Kelompok 4 Poltekes Tanjungpinang Keperawatan K...
 
Model Dokumentasi Keperawatan Orchitis
Model Dokumentasi Keperawatan OrchitisModel Dokumentasi Keperawatan Orchitis
Model Dokumentasi Keperawatan Orchitis
 
Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdf
Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdfNefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdf
Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdf
 

Kürzlich hochgeladen

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 

Kürzlich hochgeladen (17)

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 

ASUHAN KEPERAWATAN TUR-P

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.W DENGAN POST OP TUR-P DI RUANG CEMPAKA RSUD PASAR REBO DISUSUN OLEH: FLORENSIUS NIM: 13.010 AKADEMI KEPERAWATAN BERKALA WIDYA HUSADA JAKARTA 2016
  • 2. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Sangat penting bagi kita untuk mengetahui tentang penyakit yang di derita oleh penduduk usia lanjut mengingat semakin bertambahnya jumlah penduduk usia lanjut di dunia dan di indonesia khususnya salah satu penyakit yang di derita penduduk usia lanjut adalah BPH atau pembesaran kelenjar prostat, dalam bahasa kedokteran yaitu benigna prostat hyperplesia.
  • 3. Data WHO (2013) terdapat sekitar 70 juta kasus degeneratif salah satunya adalah BPH, dengan insidensi di negara maju sebanyak 19%, sedangkan di negara berkembang sebanyak 5,35% kasus. Di Indonesia BPH nomor 2 terbanyak setelah batu pada saluran kemih. Tahun 2013 di Indonesia terdapat 9,2 juta kasus BPH, diderita pria berusia di atas 60 tahun. Pada tahun 2014 sebanyak 45 kasus BPH (Riskesdas, 2013) jumlah kasus dengan penderita BPH 50 kasus keseluruhan pasien yang dirawat yaitu 1.365 orang. Komplikasi yang terjadi ISK, Hidronefrosis Uretra, Disfungsi Seksual, dan Gagal ginjal akut/kronis. Data dari medical record rumah sakit RSUD pasar rebo jakarta di ruang cempaka, data dari 6 bulan terakhir. presentase berjumlah 3.66%
  • 4. TUR-P Cairan irigasi digunakan secara terus-menerus dengan cairan isotonis selama prosedur Komplikasi TUR-P jangka pendek adalah perdarahan, hiponatremia atau retensio oleh karena bekuan darah. operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop, yang dilengkapi alat pemotong dan counter yang disambungkan dengan arus listrik. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah striktura uretra, ejakulasi retrograd (50-90%), impotensi (4-40%).
  • 5. Peran perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan Post op TUR-P Preventif (pencegahan) menganjurkan untuk jangan menahan keinginan untuk berkemih dan menghindari konsumsi lemak karena dapat meningkatkan pembesaran prostat. promotif (memberikan pendidikan atau penyuluhan) menjelaskan tujuan dari tindakan setiap pengobatan untuk mencegah komplikasi kuratif (kegiatan pengobatan) penyembuhan penyakit seperti tindakan operasi TUR-P rehabilitatif (memulihkan) dalam melakukan pelaksanaan keperawatan. meliputi aspek bio pisikologi dan spiritual 1 2 3 4
  • 6. BAB II Tinjauan Teoritis A. Pengertian BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi jalan urine (urethra). (M. Clevo Rendi, 2012 : 116) B. Etiologi Penyebab BPH dapat dikaitkan dengan keberadaan hormonal yaitu hormon laki-laki (testosteron). BPH terjadi ketika seorang laki-laki kadar hormon estrogen meningkat dan kadar hormon testosteron menurun jaringan prostat menjadi lebih sensitif terhadap estrogen serta kurang responsif terhadap dihydrotestosterone (DHT), yang merupakan testosteron eksogen. Toto suharyanto & Abdul Madjid (2009: 249) fakta
  • 7. C. Patofisiologi (proses perjalanan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi) Proses Perjalanan Penyakit terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan normal prostat membesar dengan terbentuknya adenoma Pembesaran ini mendesak jaringan prostat dan menyempitkan uretra mengakibatkan kesulitan buang air kemih buang air kemih tidak efisien karena air kemih yang di keluarkan hanya sedikit menimbulkan urine tertinggal di dalam kandung kemih. Manifestasi Klinis (tanda dan gejala) obstruksi meliputi hesitancy, intermiten, pengeluaran urin yang tidak tuntas, aliran urin yang buruk, dan retensi urin komplikasi hidronefrosis gagal ginjal, Pielonefritis dan hernia. tindakan operasi TUR-P
  • 8. D. Penatalaksanaan Medis Transuretral reseksi prostat (TURP) operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop yang dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang disambungkan dengan arus listrik dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran antara 30-60 gram kemudian dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakan secara terus- menerus dengan cairan isotonis selama prosedur Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi balon 30 ml Irigasi kandung kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam dibilas setiap 4 jam sampai cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih dengan lancar. Komplikasi TUR-P jangka pendek perdarahan, infeksi, hiponatremia atau retensio oleh karena bekuan darah. komplikasi jangka panjang adalah striktura uretra, ejakulasi retrograd (50-90%), impotensi (4-40%).
  • 9. E. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi skunder pada TUR-P. 2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P: bekuan darah. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering. 4. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat dari TUR-P. 5. Kurang pengetahuan tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi.
  • 10. Bab III TINJAUAN KASUS Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.W dengan Post Op TUR-P di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta ruang Cempaka, selama 3 hari mulai tanggal 28 sampai 30 April 2016. 1. Identitas klien Nama klien Tn.W jenis kelamin laki-laki, Usia 61 tahun, Status Perkawinan sudah menikah, Agama Islam, Suku Bangsa Jawa, Pendidikan Sekolah Dasar, Bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia, Pekerjaan Buruh, alamat Parung Serab Gang Sawo RT 08 / RW 004 Jakarta Selatan, No Register 2016-68.92.90, Diagnosa medis Post op Tur-p.
  • 11. 2. Resume Klien Tn W umur 61tahun datang ke RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur dengan keluhan nyeri saat buang air kecil, saat air mengeluarkan air kencing sangat sedikit dan mengeluarkan darah, klien selalu merasa masih ada sisa urine di kandung kemih klien menderita penyakit ini sudah 3 hari. Klien dilakukan operasi TUR-P pada tanggal 23 april 2016 operasi berlangsung dari jam 10.15 wib – 13.15 wib. Data yang didapat setelah melakukan pengkajian pada tanggal 28 April 2016 ialah tampak cairan berwarna kuning bercampur dengan gumpalan darah pada urine bag, tampak kandung kemih teraba penuh, klien mengatakan nyeri saat buang air kecil, klien mengatakan baru minum 1 buah aqua gelas (240 ml), klien sudah terpasang kateter selama 6 hari , terpasang infus Nacl 0,9% 20 Tpm sudah 6 hari, terpasang spoling kateter Nacl 0,9% 20 Tpm, klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak pernah menerima info audiovisual dan info dari tenaga kesehatan , tampak klien tidak mampu menjawab pertanyaan seputar Tur-p, klien mengatakan merasa pusing jika bangun dari tempat tidur, klien mengatakan badannya terasa panas/hangat dari hasil observasi TTV didapat: tekanan darah 100/70mmhg, Suhu 37̊,9C, nadi 80x/menit RR 19x/menit.
  • 12. Analisa Data DATA FOKUS DIAGNOSA 1 Data subjektif: Klien mengatakan baru minum 1 gelas aqua (240 ml) dalam 4 jam terakhir. Klien mengatakan nyeri saat buang air kecil dan terasa tidak tuntas. Klien mengatakan kandung kemih terasa penuh. Data objektif : Tampak cairan urine berwarna kuning bercampur dengan gumpalan darah pada urine bak. Rumus : IWL = (15 x BB ) 24 jam IWL = (15 x 59 ) = 36,8 cc/jam 24 jam Dalam 24 jam ----> 36,8 x 24 = 883cc Input Cairan: Infus = 1500 cc Minum = 1200 cc AM = 295 cc (5 cc x bb kg) + ——————————————— 2995 cc Output cairan: Urine = 2100 cc IWL = 883 cc + ——————————— 2983 cc Jadi Balance cairan Tn W dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan 2995 cc – 2983 cc = + 12 cc.
  • 13. DIAGNOSA 2 Data subjektif Klien mengatakan merasa pusing jika bangun dari tempat tidur Klien mengatakan badanya terasa panas/hangat Data objektif Klien sudah terpasang kateter selama 6 hari Terpasang infus Nacl 0,9% 20 Tpm sudah 6 hari Dari hasil observasi TTV didapat: tekanan darah 100/70mmhg, Suhu 37,9̊C, Nadi 80x/menit RR 20x/menit. Leukosit : 11,01rb sel /mm3
  • 14. DIAGNOSA 3 Data subjektif Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya. Klien mengatakan tidak pernah menerima info audiovisual dan info dari tenaga kesehatan. Data objektif Tampak klien tidak mampu menjawab pertanyaan seputar Tur-p.
  • 15. Diagnosa keperawatan 1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P: bekuan darah. 2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering. 3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang rutinitas pasca operasi, gejala untuk dilaporkan, perawatan di rumah dan intruksi evaluasi.
  • 16. RENCANA TINDAKAN DIAGNOSA 1 Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P: bekuan darah Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan: klien dapat berkemih tanpa disertai retensi urine. Kriteria Hasil : 1. Klien menunjukan eliminasi urine tidak terganggu: bau, jumlah dan warna urine dalam batas normal. 2. Klien berkemih tanpa retensi 3. Tidak terdapat bekuan darah sehingga urine lancar lewat kateter. 4. Tidak terdapat distensi kandung kemih. Tindakan : 1. Kaji output urine dan karakteristiknya. 2. Pantau eliminasi, meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna jika perlu. 3. Pertahankan irigasi kandung kemih yang konstan selama 24 jam pertama. 4. Anjurkan intake cairan 2500-3000 ml sesuai toleransi. 5. Setelah kateter diangkat, pantau jumlah urine dan ukuran aliran. 6. Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan berkemih, urgensi atau gejala-gejala retensi.
  • 17. observasi keadaan umum klien, respon hasil: klien tampak lemas, infus menetes lancar. melakukan observasi TTV :TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 37,90C, RR : 20 x/menit. mengobservasi bau, volume, warna urine, dan menganjurkan klien untuk minum hasil : klien mengatakan minum sudah 1 gelas aqua, mukosa mulut tampak lembab, kulit elastis, melakukan tindakan spull kateter respon hasil: klien mengatakan saat BAK tidak sakit lagi tampak cairan urine yang mengalir lewat kateter lancar dan tidak terdapat bekuan darah melakukan tindakan spull kateter respon hasil: klien mengatakan saat BAK tidak sakit lagi tampak cairan urine yang mengalir lewat kateter lancar dan tidak terdapat bekuan darah memasang cairan infus Nacl 0.9%, respon hasil, infus menetes lancar 20 tpm mengup infus hasil : tampak wajah klien sudah segar dan bisa makan sendiri. Pelaksanaan :
  • 18. Evaluasi Sabtu, 30 April 2016, Jam 14.00 Wib. Subjektif: Klien mengatakan minum sudah habis 6 gelas aqua kecil selama 8 jam terakhir. Objektif : Tidak ada tanda-tanda dehidrasi pada klien turgor kulit elastis, urine berwarna kuning jernih, klien banyak minum 1-2 liter/hari, balance cairan Rumus : IWL = (15 x BB ) 24 jam IWL = (15 x 59 ) = 36,8 cc/jam 24 jam Dalam 24 jam ----> 36,8 x 24 = 883cc Input Cairan: Infus = 1500 cc Minum = 1200 cc AM = 295 cc (5 cc x bb kg) + ——————————————— 2995 cc Output cairan: Urine = 2103 cc IWL = 883 cc + ————————————— ——- 2986 cc Jadi Balance cairan Tn W dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan 2995 cc – 2986 cc = + 10 cc.
  • 19. Analisa : Tujuan tercapai sebagian Planning : Lanjutkan tindakan spoling jika terjadi penumpukan cairan darah dalam kateter. Dorong pemasukan 2500-3000 ml / hari sesuai toleransi.
  • 20. BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan ini menggambarkan asuhan keperawatan tinjauan teori dan praktek, serta menganalisa berbagai faktor pendukung dan penghambat ataupun alternatif untuk memecahkan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada penatalaksanaan medis terdapat perbedaan antara teori dan kasus yaitu Kateter dingkat setelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih dengan lancar sedangkan yang ada pada kasus klien terpasang kateter selama 6 hari dan masih terdapat gumapalan darah yang bercampur dengan urine karena infeksi akibat komplikasi TUR-P jangka pendek yaitu perdarahan, infeksi, hiponatremia atau retensi yang menyebabkan terbentuknya bekuan darah PENGKAJIAN Tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus pada etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis. Faktor pendukung yang penulis temukan selama proses pengkajian yaitu keluarga dan klien mau terbuka akan kondisi kesehatan klien Selain itu juga data-data yang ada di status klien dan catatan medis cukup menunjang, serta informasi dari perawat ruangan yang sangat membantu penghambat kesulitan dalam pemeriksaan fisik, hal itu dikarenakan pasien terkadang suka lupa tentang hal yang sudah dilakukan .
  • 21. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang ada pada teori dan ada pada kasus adalah: 1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P: bekuan darah 2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih 3. Kurang pengetahuan tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada kasus adalah : 1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi skunder pada TUR-P, diagnosa ini tidak diangkat karena klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri dan tidak terdapat tanda dan gejala akibat nyeri. 2. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat dari TUR-P. Diagnosa ini tidak diangkat karena klien mengatakan merasa sudah tua diumurnya yang ke 61 tahun dan sudah tidak memiliki dorongan seksual lagi dan merasa sudah cukup memiliki 2 orang anak serta 5 cucu
  • 22. Perencanaan Pada tahap ini penulis menyusun perencanaan keperawatan meliputi penentuan masalah, prioritas masalah, perumusan tujuan yang ditetapkan dalam 3x24 jam, kriteria hasil ditetapkan sesuai dengan waktu yang ditetapkan berdasarkan SMART Pada rencana tindakan diagnosa Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P: bekuan darah terdapat pebedaan antara teori dan kasus yaitu setelah kateter diangkat, pantau jumlah urine dan ukuran aliran, perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan berkemih, urgensi atau gejala-gejala retensi. Karena pada kasus kateter belum aff/diangkat karena masih terdapat gumapalan darah yang bercampur dengan urine karena adanya proses resiko infeksi akibat komplikasi TUR-P. Tidak terdapat pebedaan antara teori dan kasus pada diagnosa Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih Kurang pengetahuan tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
  • 23. Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari perencanaan, dimana penulis akan membahas tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dan tidak dilaksanakan. Pelaksanaan menurut Wartonah Tarwono, (2006) implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam perawatan. Tindakan yan mencakup tindakan mandiri (independen), dan kolaborasi. Diagnosa pertama terdapat perbedaan antara teori dan kasus yang tidak dilakukan ialah setelah kateter diangkat, pantau jumlah urine dan ukuran aliran, perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan berkemih, urgensi atau gejala- gejala retensi. Tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus pada diagnosa  Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih  Kurang pengetahuan tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
  • 24. Evaluasi Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, evaluasi yang dilakukan meliputi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif didokumentasikan di dalam catatan keperawatan yakni sesuai dengan pelaksanaan tindakan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah penilaian akhir dari proses keperawatan dengan menentukan tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diharapkan dari proses keperawatan yang telah diberikan terhadap klien Dari tiga masalah keperawatan yang ditemukan pada klien Tn.W didapat : Masalah keperawatan yang tujuannya tercapai yaitu kurang pengetahuan tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi Masalah keperawatan tercapai sebagian yaitu perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P: bekuan darah Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering. karena waktu yang terbatas untuk dilakukan pemberian asuhan keperawatan.
  • 25. BAB V PENUTUP Kesimpulan Setelah menguraikan beberapa hal tentang Asuhan Keperawatan Pada Tn.W dengan BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi jalan urine (urethra). aspek yang menonjol yaitu pada klien Tn.W pada teori kateter bisa diangkat/aff setelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih dengan lancar sedangkan yang ada pada kasus klien terpasang kateter selama 6 hari dan masih terdapat gumapalan darah yang bercampur dengan urine. Saran Dapat menjalin hubungan yang baik dengan perawat ruangan agar dapat bekerjasama dengan perawat ruangan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan benigna prostat hiperplesia dan post op TUR-P