SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 73
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Pariwisata Bahari
Latar Belakang 
Kondisi Umum Kepariwisataan Indonesia Saat Ini 
2
Pengertian 
 Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pengertian Wisata Bahari atau Tirta 
adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana 
serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk. 
 Kawasan pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah 
berdasarkan kriteria tertentu seperti karakter fisik, biologi, sosial dan ekonomi untuk dipertahankan 
keberadaannya. 
 Kawasan bahari adalah jenis pariwisata alternatif yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan 
laut maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan laut. 
 Menurut Soegiarto, 1976 definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan 
antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam 
air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; 
sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses 
alami seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun kegiatan yang disebabkan oleh manusia (dalam 
Dahuri 2008: 8). 
 Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami maupun buatan serta 
budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam 
dan sosial-budaya. Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam atau 
ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial 
masyarakat. 3
Pengertian Wisata Bahari 
 Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan olahraga air (water sport), lebih-lebih di 
danau, bengawan, pantai, teluk atau lepas pantai seperti memancing, berlayar, 
menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan 
mendayung, berkeliling melihat-lihat taman laut dengan pemandangan yang 
indah dibawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak 
dilakukan di daerah-daerah atau negara-negara maritim. 
 Konsep wisata bahari didasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik 
ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan 
dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. 
 Wheat (1994) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk 
orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. 
 Steele (1993) menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses 
ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka. 
4
Definisi Pulau dan Pulau-Pulau Kecil 
5 
No. Definisi Acuan 
1. Pulau dengan luas 10.000 km2 atau kurang dan mempunyai penduduk 500.000 
atau kurang 
Beller et al., (1990) 
2. Suatu wilayah dimana wilayah tersebut memiliki luas tidak lebih dari 2000 km2 
dan lebarnya tidak lebih dari 10 km 
Fakland (1991) 
3. Pulau sangat kecil yaitu wilayah yang memiliki luas tidak lebih besar dari 100 km2 
dan lebar tidak lebih dari 3 km 
UNESCO, 1991 
4. Pulau-pulau kecil adalah pulau dengan luas kurang dari 2.000 km2 atau pulau 
yang memiliki lebar kurang dari 10 km 
UNESCO, 1993 
5. Pulau merupakan daratan yang dikelilingi oleh laut. Pemahaman tersebut 
menyimpulkan bahwa seluruh daratan (termasuk kontinen/benua) di dunia ini 
adalah pulau karena struktur alam bumi memang hanya terdiri dari darat dan 
laut. Untuk pulau kecil sendiri memiliki luas > 1.000 km2 
Nunn (1994) dalam Adrianto 
(2006) 
6. Pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi oleh air dan 
selalu berada/muncul di atas permukaan air pasang 
Bengen dan Retraubun (2006) 
7. Pulau yang mempunyai luas area kurang dari atau sama dengan 10.000 km2, 
dengan jumlah penduduk kurang dari atau sama dengan 200.000 orang 
SK Menteri Kelautan dan 
Perikanan No 41 Tahun 2000 
8. Pulau dengan luas area maksimum 5.000 km2 CSC, 1984 dalam Bengen dan 
Retraubun (2006) 
9. Pulau dengan ukuran kurang dari 1.000 km2 atau lebarnya kurang dari 10 km Diaz dan Huertas (1986) dalam 
Bengen dan Retraubun (2006)
Kegiatan Wisata Bahari 
 Pada bentang laut dapat dilakukan kegiatan wisata antara lain 
berenang (swimming), memancing (fishing), bersampan yang 
meliputi mendayung (boating), atau berlayar (sailing), menyelam 
yang meliputi diving dan snorkeling, berselancar yang meliputi 
selancar air (wave surving) dan selancar angin (wind surving), serta 
berperahu dengan parasit (paraseling). 
 Pada bentang darat pantai dapat dilakukan kegiatan rekreasi yang 
berupa olahraga susur pantai, bola volley pantai, bersepeda pantai, 
panjat tebing pada dinding terjal pantai (cliff), dan menelusuri gua 
pantai. Disamping itu, pada bentang darat pantai dapat dilakukan 
rekreasi dengan bermain laying-layang, berkemah, berjemur, jalan-jalan 
melihat pemandangan, berkuda, atau naik dokar pantai. 
6
Prinsip Utama Ekowisata 
Low Choy dan Heillbronn (1996), merumuskan lima faktor batasan yang mendasar dalam 
penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu : 
 Lingkungan; ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relatif belum 
tercemar atau terganggu. 
 Masyarakat; ecotourism harus memberikan manfaat ekologi, social dan ekonomi langsung 
kepada masyarakat. 
 Pendidikan dan Pengalaman; ecotourism harus dapat meningkatkan pemahaman akan 
lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki. 
 Berkelanjutan; ecotourism dapat memberikan sumbangan positip bagi keberlanjutan 
ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 
 Manajemen; ecotourism harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan 
alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sekarang maupun 
generasai mendatang. 
7
Pelibatan Masyarakat 
Rencana pengembangan kawasan bahari harus dikaitkan dengan berbagai 
kepentingan yang mendasar, yaitu pemberdayaan masyarakat pesisir. Masyarakat 
pesisir adalah masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan tentang kondisi 
obyektif wilayahnya, oleh Karena itu dalam pengembangan kawasan wisata bahari, 
senantiasa hendaknya di mulai pendekatan terhadap masyarakat setempat sebagai 
suatu model pendekatan perencanaan partisipatif yang menempatkan masyarakat 
pesisir memungkinkan saling berbagi, meningkatkan dan menganalisa pengetahuan 
mereka tentang bahari dan kehidupan pesisir, membuat rencana dan bertindak. 
Pembangunan yang berpusat pada masyarakat lebih menekankan pada 
pemberdayaan (empowerment), yang memandang potensi masyarakat sebagai 
sumber daya utama dalam pembangunan dan memandang kebersamaan sebagai 
tujuan yang akan dicapai dalam proses pembangunan. Masyarakat pesisir adalah 
termasuk masyarakat hukum adat yang hidup secara tradisional di dalam kawasan 
pesisir maupun di luar kawasan pasisir. 
8
Prinsip Dasar Pengelolaan Kawasan Wisata Bahari 
 Prinsip co-ownership yaitu bahwa kawasan wisata bahari 
adalah milik bersama untuk itu ada hak-hak masyarakat di 
dalamnya yang harus diakui namun juga perlindungan yang 
harus dilakukan bersama. 
 Prinsip co-operation/co management yaitu bahwa 
kepemilikan bersama mengharuskan, pengelolaan pesisir 
untuk dilakukan bersama-sama seluruh komponen masyarakat 
(stakeholder) yang terdiri dari pemerintah, masyarakat dan 
organisasi non pemerintah (ORNOP) yang harus bekerja sama. 
 Prinsip co-responsibility yaitu bahwa keberadaan kawasan 
wisata bahari menjadi tanggung jawab bersama karena 
pengelolaan kawasan wisata bahari merupakan tujuan 
bersama. 
9
Pendekatan Pengembangan Wisata Bahari 
 Pengembangan kawasan pariwisata bahari lebih diarahkan dan dipergunakan menuju upaya 
pengembangan kawasan pariwisata ramah lingkungan. Pengembangan kawasan pariwisata bahari 
harus menghindari pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan pemborosan sumber daya alam 
bahari. 
 Pengembangan kawasan pariwisata bahari perlu mengetengahkan faktor kewaspadaan terhadap 
dampak lingkungan menjadi sangat penting, terutama dari kunjungan wisatawan yang tidak 
terkendali guna memelihara keberlanjutan kualitas lingkungan hidup/sumber daya alam wisata 
tropika khususnya dan menjamin pembangunan (ekonomi) berkelanjutan. 
 Analisis data potensi dan pemanfaatan sumber daya untuk mengidentifikasikan nilai-nilai yang 
berpengaruh terhadap kelangsungan pemeliharaan dan pengembangan sumber stakeholder cakupan 
identifikasi tersedia dan maupun untuk budi daya perairan, wisata pemukiman, bisnis rekreasi atau 
industri. 
 Pengembangan kawasan pariwisata bahari memiliki keterkaitan luas dengan peran masyarakat pesisir, 
oleh karena itu dalam pengembangan kawasan pariwisata bahari dibutuhkan penentuan zonasi yang 
tepat dari setiap wilayah diperlukan untuk tidak menjadi benturan kepentingan antara zona 
pertumbuhan pemukiman dengan zonasi kawasan pariwisata bahari yang dikelola dan dimanfaatkan 
bagi kegiatan rekreasi. 
 Pengembangan prasarana yang dapat mendorong pertumbuhan antar wilayah melalui sistem prioritas 
pengembangan kawasan pariwisata bahari berdasarkan tipe, potensi dan karakter alam yang dimiliki 
oleh masing-masing kawasan. 
10
Pemahaman Struktur Pengembangan Kepariwisataan 
11 
Aspek-Aspek Dalam Pembangunan KSPN 
Destinasi Pariwisata Pemasaran Pariwisata Industri Pariwisata Kelembagaan 
1. Daya Tarik Wisata 1. Pasar Wisatawan 1. Struktur Industri Kepariwisataan 
a. Daya Tarik Wisata Alam 2. Citra Pariwisata a. Hotel/Penginapan 1. Organisasi 
b Daya Tarik Wisata 3. Promosi Pariwisata b. Restoran dan Rumah Makan Kepariwisataan 
Budaya 4. Kemitraan c. BPW/BPU 2. SDM Pariwisata 
c. Daya Tarik Wisata Hasil Pemasaran d. Sarana dan Prasarana 3. Penelitian Dan 
Buatan Manusia Pariwisata Komunikasi Pengembangan 
2. Aksesibilitas Pariwisata e. Galeri Seni dan Toko 
3. Prasarana Umum, Fasilitas Cenderamata 
Umum dan Fasilitas f. Bank dan Penukaran Uang 
Pariwisata g. Aksesibilitas 
a. Prasarana Umum h. Paket Perjalanan Wisata 
b. Fasilitas Umum i. Informasi dan Sistem Informasi 
c. Fasilitas Pariwisata 2. Tanggung Jawab Terhadap 
4. Keterlibatan Masyarakat Lingkungan 
Dalam Kepariwisataan 3. Daya Saing 
5. Investasi di Bidang 4. Kemitraan Usaha 
Pariwisata 5. Kredibilitas Bisnis
Jenis Atraksi Wisata berdasarkan Jenis Wisata 
12 
Jenis Wisata Jenis Atraksi Wisata 
Wisata Pesisir & 
Pantai : 
Kegiatan wisata 
yang 
menempatkan 
pantai dan 
lingkungan pesisir 
sebagai daya tarik 
dan beraktivitas 
wisata. 
Wisata Rekreasi 
Kegiatan wisata yang memanfaatkan lingkungan obyek wisata pantai sebagai kegiatan rekreasi untuk tujuan berkunjung dan 
menikmati keindahan alam. Contoh : jalan-jalan, berjemur, bermain, berkemah, dsb. 
Wisata Olahraga 
Kegiatan wisata yang memanfaatkan olahraga dan aktivitas luar sebagai daya tarik (olahraga pantai : volley pantai, dsb). 
Wisata Budaya 
Kegiatan wisata yang memanfaatkan aktivitas budaya di areal pantai sebagai tempat penyelenggaraan budaya sebagai daya 
tarik wisata (mis: upacara adat, kampung nelayan dengan kehidupan penduduk asli, dsb). 
Wisata Belanja 
Kegiatan wisata yang memanfaatkan kawasan komersial perdagangan retail sebagai tempat rekreasi untuk tujuan berkunjung 
dan beraktivitas berbelanja untuk kebutuhan berwisata (retail makanan khas & souvenier). 
Wisata Makan 
Kegiatan wisata yang memanfaatkan areal gerai makanan sebagai tempat berwisata untuk tujuan berkunjung selain untuk 
kebutuhan pemenuhan makanan (daya tarik makanan khas daerah, daya tarik suasana tempat, atau daya tarik aglomerasi 
tempat makanan). 
Wisata Pendidikan 
Kegiatan wisata yang memanfaatkan sumber daya ilmu pengetahuan sebagai atraksi wisata, yang diselenggarakan atau yang 
memanfaatkan areal pantai atau pesisir sebagai tempat berwisata. (Mis: tambak, jenis-jenis museum bahari, kampung 
nelayan dengan keaslian pola kehidupan penduduk nelayan, taman laut nasional ). 
Wisata Laut : 
Kegiatan wisata 
yang 
memanfaatkan 
areal perairan laut 
sebagai daya tarik 
dan beraktivitas 
wisata. 
Wisata Rekreasi 
Kegiatan wisata yang memanfaatkan lingkungan perairan laut sebagai obyek wisata menjadi kegiatan rekreasi untuk tujuan 
berkunjung dan menikmati keindahan alam. (Mis: wisata observasi bawah air: taman laut nasional). 
Wisata Olahraga 
Kegiatan wisata yang memanfaatkan lingkungan perairan laut sebagai kegiatan olahraga dan aktivitas luar (Mis: berenang, 
memancing, surving, diving, snorkeling, berlayar, jet ski). 
Wisata Budaya 
Kegiatan wisata yang memanfaatkan aktivitas budaya di daerah perairan laut sebagai tempat penyelenggaraan aktivitas 
budaya sebagai daya tarik wisata (Mis: upacara adat, dsb).
Siklus Hidup Area Wisata 
13
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Perencanaan 
14 
Visi 
•Apa visi wilayah perencanaan ? 
•Apa yang perlu dilestarikan ? 
•Apa yang perlu dikembangkan ? 
•Apa yang perlu dimanfaatkan ? 
Fungsi 
•Fungsi-fungsi apa yang perlu diwadahi di Wilayah perencanaan sesuai dengan visi ? 
•Jenis apa ? 
•Skala berapa ? 
•Karakter bagaimana ? 
Ruang 
•Ruang-ruang seperti apa yang diperlukan untuk mewadahi fungsi ? 
•Seberapa besar ? 
•Lokasi dimana ? 
•Karakter bagaimana ? 
Infrastruktur 
•Infrastruktur seperti apa yang diperlukan untuk melayani fungsi ? 
•Infrastruktur apa ? 
•Lokasi dimana ? 
•Jenis dan karakter bagaimana ? 
Manajemen 
•Manajemen seperti apa yang diperlukan untuk mengatur fungsi, ruang, dan infrastruktur di Wilayah perencanaan ? 
•Lembaga pemerintah-swasta-masy. Apa ? 
•Pembiayaan berapa dan dari mana ? 
•Bagaimana mekanisme dan kontrol ?
Alur Pikir Perencanaan Tata Ruang Wilayah Perencanaan 
15
Satuan Ruang Wilayah Pariwisata 
dan Unsur Pembentuknya 
 Satuan ruang pariwisata pada hakekatnya akan bersifat hirarkis dan bergradasi menurut 
luasan, ketersediaan akses, dan kompleksitas unsur pembentuknya. Konsep satuan ruang 
pariwisata meliputi : 
 Ruang wilayah atau region; 
 Ruang destinasi; dan 
 Lokasi atau tapak (site) pariwisata. 
 Satuan region atau wilayah pariwisata merupakan skala pembagi ruang destinasi wisata 
nasional, lebih luas dari suatu provinsi dan dapat mencakup beberapa provinsi. Pada 
satuan ruang tersebut, kepentingan pengelolaan pariwisata cenderung berada pada level 
kebijakan dibandingkan kegiatan pengembangan lahan (land development). 
 Satuan wilayah atau region terbentuk melalui unsur-unsur : 
 Satu atau lebih destinasi pariwisata, 
 Satu atau lebih gerbang primer (entry), 
 Akses penghubung gerbang ke destinasi oleh prasarana transportasi, dan 
 Prasarana pendukung dan jasa wisata lainnya. 
16
Sistem Pusat-Pusat dan Koridor Sirkulasi Dalam 
Satuan Ruang Wilayah (Region) Pariwisata 
 Satuan wilayah atau region pariwisata dapat melingkupi satu atau 
beberapa kota besar, menengah, dan kecil serta hinterland yang 
melayani satu atau lebih destinasi pariwisata yang terhubungkan 
oleh prasarana transportasi dengan delineasi tidak terbatas dalam 
satu satuan administratif. 
 Gerbang primer yang umumnya diwakili oleh kota utama atau kota 
besar lainnya secara fungsional didukung oleh gerbang sekunder 
dan berbagai moda transportasi. 
17
18 
Skema Satuan Ruang Wilayah (Region) Pariwisata 
ACCESS 
dan Unsur Pembentuknya 
Potential travelers, tourists, recreationals. 
REGION 
CIRCULATION CORRIDOR 
MARKETS 
DESTINATION ZONE 
NON-ATTRACTION AREA 
ENTRANCE 
Potential travelers, tourists, recreationals.
Satuan Ruang Zona Destinasi 
 Dalam konteks Nasional, satuan ruang wilayah membagi wilayah kepariwisataan Nasional 
dalam beberapa satuan ruang yang terdiri dari satu atau lebih wilayah Provinsi atau dalam 
kebijakan pengembangan pariwisata Nasional relevan dengan DPN sebagaimana 
dimaksudkan oleh perwilayahan pariwisata. Dalam kebijakan nasional tersebut 
persyaratan pembentukan DPN adalah adanya daya tarik wisata yang bersifat unggulan; 
gerbang internasional sebagai akses primer; kota-kota sebagai gerbang sekunder; akses 
antara gerbang primer dan sekunder; serta adanya lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi 
yang mendukung kegiatan pariwisata. 
 Satuan destinasi pariwisata dimaksudkan sebagai bagian dari suatu satuan wilayah 
pariwisata yang mencakup satu atau lebih obyek dan atraksi wisata; dilengkapi prasarana 
dan sarana penunjang, kelompok masyarakat, dan lingkungan pendukung pariwisata. Pada 
satuan ruang tersebut, dibutuhkan peran berbagai pemangku kepentingan pariwisata, 
seperti pengembang, perencana, pelaku usaha wisata, dan Pemerintah Daerah dalam 
perencanaan dan pengelolaan pariwisata. 
 Satuan ruang destinasi pariwisata yang direpresentasikan oleh keberadaan obyek dan 
atraksi wisata dalam suatu cluster atau lebih; akses atau koridor sirkulasi utama yang 
diwakili oleh prasarana transportasi; komunitas yang menyelenggarakan jasa, pelayanan, 
sarana, dan atraksi wisata; serta adanya linkages yang menghubungkan seluruh fungsi 
yang ada. 19
Sistem Pusat-Pusat dan Koridor Sirkulasi Dalam 
Satuan Ruang Wilayah (Region) Pariwisata 
20 
Small 
Town 
Secondary Destination Zona Primary Destination Zona 
Rural Area 
Medium or 
Large City 
Circulation 
Corridor
Skema Satuan Ruang Zona Destinasi 
DESTINATION ZONE COMMUNITY 
Limit of community influence Service facilities, products, 
Withheld fromm travel 
tourism, recrestion 
development. 
ACCESS 
atractions. 
LINKAGE 
ATTRACTION COMPLEX 
Group of things to see and do 
based upon research-design. 
Gateway : direction, 
information, impression. 
Circulation 
corridor. 
SECTION 
CIRCULATION GATEWAY COMMUNITY LINKAGE ATTRACTION 
21
Satuan Tapak atau Lokasi (Site) Pariwisata 
 Satuan tapak atau lokasi (site) pariwisata merupakan satuan ruang destinasi wisata terkecil 
dimana obyek dan atraksi wisata berlokasi. 
 Satuan tapak atau lokasi dapat mewakili fungsi nucleus. Pada skala ini bekerja faktor-faktor 
fisik, ekologis, sosio-ekonomi, dan sosio-budaya secara intensif yang merupakan 
interaksi lingkungan binaan dengan lingkungan alam. Dalam konteks tersebut, maka 
kepentingan satuan tapak atau lokasi adalah berfungsinya sumberdaya setempat sebagai 
potensi obyek dan atraksi wisata. 
 Daya tarik wisata adalah : 
 Segala sesuatu yang dapat menarik pengunjung untuk datang berwisata ke suatu tempat tertentu 
 Segala sumberdaya permanen yang telah ditentukan dan dikendalikan dan yang dikelola untuk 
dinikmati, disenangi, menjadi tempat hiburan atau pendidikan bagi pengunjung umum 
Secara luas hal ini diwakili oleh keindahan dan kekayaan alam; kondisi klimatologi; 
lansekap; vegetasi; badan air permukaan; kehidupan satwa liar; biota akuatik; peninggalan 
sejarah, budaya, dan agama; kehidupan tradisional; fasilitas hiburan, sosial, dan budaya; 
produk kemajuan teknologi; atraksi spesifik yang diselenggarakan secara periodik; dan 
sebagainya. 
22
Konfigurasi Fungsional Zona Destinasi 
INVIOLATE BELT 
NUCLEUS 
THE PRINCIPAL ATTRACTION 
FORCE 
ZONE OF CLOSURE 
ESSENTIAL SETTING 
OUTER AREA OF INFLUENCE 
(MUST INCLUDE A SERVICE CENTER OR A 
COMMUNITY) 
23
Pertimbangan dalam Perencanaan Destinasi Pariwisata 
Posisi geografis. 
Unsur Destinasi Pariwisata 
24
Posisi Geografis Destinasi Pariwisata 
 Posisi geografis destinasi pariwisata menjelaskan mengenai 
hubungan antara segmen pasar dan destinasi pariwisata menurut 
fungsi jarak, waktu, dan kemudahan akses. 
 Sebagaimana telah dijelaskan dalam konsep keruangan, maka 
fungsi-fungsi tersebut diwakili oleh prasarana dan sarana 
transportasi menuju dan dari gerbang primer (entry); sistem 
penanganan (handling) wisatawan menuju destinasi; obyek dan 
atraksi wisata yang ditawarkan dalam suatu cluster atau lebih; 
koridor sirkulasi utama di dalam destinasi yang menghubungkan 
antara obyek dan atraksi wisata dengan prasarana dan sarana 
penunjang wisata; komunitas yang menyelenggarakan jasa, 
pelayanan, sarana, dan atraksi wisata. 
25
Posisi Geografis Destinasi Pariwisata 
1 
2 
3 
5 
4 
PLANE, SHIP ACESS 
CAR ACESS 
26
Pola Konfigurasi Spasial Destinasi Pariwisata 
Pola keruangan destinasi pariwisata diwakili oleh 5 (lima) konfigurasi yang perlu 
dipertimbangkan dalam perencanaan destinasi pariwisata, yaitu : 
 Single destination, dimana sebagian besar kegiatan wisata berada dalam satu 
destinasi 
 En route, dimana beberapa destinasi dapat dikunjungi dalam perjalanan ke 
destinasi utama 
 Base camp, dimana destinasi yang lain dapat dikunjungi sewaktu berada dalam 
destinasi utama 
 Regional tour, dimana beberapa destinasi dapat dikunjungi ketika berada dalam 
sebuah wilayah target 
 Trip chaining, merupakan tur perjalanan keliling yang dapat melingkupi beberapa 
destinasi 
27
Pola Konfigurasi Spasial Destinasi Pariwisata 
4. Regional Tour 
3. Base Camp 
2. En Route 
ORIGIN 
1. Single Destination 5. Trip Chaining 
28
Unsur Destinasi Pariwisata 
 Destinasi pariwisata terdiri atas 3 (tiga) unsur utama, yakni : 
 Kompleks obyek dan atraksi wisata, dapat direpresentasikan oleh suatu cluster atau 
gabungan beberapa cluster 
 Koridor sirkulasi di antara cluster 
 Area bukan obyek dan atraksi wisata, yang memiliki potensi untuk pengembangan 
pariwisata pada masa mendatang 
 Zonasi keruangan suatu destinasi pariwisata didelineasi ke dalam 3 (tiga) zona 
utama, yakni : 
 Nucleus yang merepresentasikan satuan ruang berupa kompleks atau cluster dimana 
fitur obyek dan atraksi wisata utama berada 
 Inviolate belt yang direpresentasikan oleh kawasan di sekeliling nucleus yang secara 
fungsional guna lahan dan estetikanya memberikan pengenalan bagi obyek dan 
atraksi wisata yang dituju 
 Zone of closure direpresentasikan oleh kawasan terluar, dimana fungsi kepentingan 
aksesibilitas, informasi, dan pelayanan masyarakat bagi pariwisata tersedia 
29
Hubungan Koridor Sirkulasi Dalam Destinasi Pariwisata 
30 
B. Incompatibility 
C. Distant Complementarity 
A. Compatibility 
1 + 1 > 2 
1 + 1 < 2 
Large attraction supported by 
other similar atractions. 
Disimilar attraction 
demand separation.
Hubungan Koridor Sirkulasi Dalam Destinasi Pariwisata 
 Koridor sirkulasi suatu destinasi pariwisata ditujukan untuk menciptakan akses di 
dalam destinasi direpresentasikan oleh prasarana dan sarana transportasi. 
 Koridor sirkulasi menghubungkan obuek dan atraksi wisata dengan prasarana dan 
sarana penunjang pariwisata, seperti lokasi air terjun, konservasi satwa dan 
tumbuhan, diving, paralayang, sailing, dan lainnya dengan hotel, cottage, 
penginapan, restoran, fasilitas kesehatan, dan lainnya. 
 Perencanaan koridor sirkulasi perlu mempertimbangkan pola keterhubungan 
(linkage) antara unsur-unsur wisata dalam destinasi, yaitu : 
 Compatibility atau saling melengkapi. Sirkulasi direncanakan dengan prinsip efisiensi 
dan pelayanan jumlah wisatawan yang lebih besar 
 Incompatibility, jika obyek dan atraksi wisata memiliki karakteristik berbeda, sehingga 
dalam perencanaan fisik dan manajemen perlu dipisahkan 
 Distant complementarity, jika obyek dan atraksi wisata terpisah jauh, sehingga perlu 
dihubungkan melalui manajemen paket perjalanan 
31
Konsep Zonasi Perencanaan Kawasan Pariwisata 
 Tripartite Concept 
 Core Zone atau Main Zone, merupakan zona inti atau atraksi sebuah kawasan 
pariwisata yang harus tetap terjaga dan memberi khas atau tema kawasan pariwisata 
tersebut. Building Rationya antara 10%-20% dari luas keseluruhan. 
 Buffer zone, merupakan zona penyangga berupa are natural yang berbentuk lanskap 
yang berfungsi sebagai penyangga atau penyeimbang untuk aktifitas maupun fasilitas 
yang ada dikawasan tersebut. Building Rationya antara 60%-80% dari luas 
keseluruhan. 
 Service Zone atau Public Zone, merupakan zona pelayanan yang biasanya digunakan 
untuk pengembangan fasilitas dan pelayanan untuk dikomersilkan. Building Rationya 
20% dari luas keseluruhan 
 Concept of Honey Pot 
Konsep ini merupakan salah satu aplikasi dari Clustering Concept yang mengkonsentrasikan fasilitas, 
prasarana, dan aktifitas pengunjung pada suatu area. Konsep ini diterapkan pada daerah yang 
memiliki tingkat kepadatan yang tinggi baik penduduk, aktivitas, maupun bangunan dan lokasinya 
berdekatan dengan pusat aksesibilitas. 
32
Model Perencanaan Fasilitas Pada Kawasan Wisata 
33
Komponen Daerah Tujuan Wisata 
Komponen daerah tujuan wisata yang saling mendukung (Cooper et. al., 1993), yang 
meliputi: 
 Attractions, atau dayatarik wisata, yang secara umum dapat dipilah dalam 
dayatarik alam, dayatarik budaya, dan dayatarik buatan 
 Amenities, atau fasilitas dan layanan pendukung wisata, yang antara lain meliputi 
akomodasi dan jasa boga, serta aneka jasa lain, termasuk retail dan jasa 
rekreasional lainnya 
 Access, atau pencapaian, baik menuju ke, maupun, di dalam daerah tujuan 
 Ancillary services, yang meliputi kegiatan pemasaran, pengembangan, serta 
koordinasi 
34
Komponen Dasar Pengembangan Wisata 
Sumber: Hasil Analisis & modifikasi dari Chalid Fandelli & Mukhlison, 2002. 35
Daya Dukung Wisata Bahari 
Daya dukung wisata bahari meliputi : 
 Daya dukung ekologis; Pigram (1983) dalam Nurisyah, S dkk (2001) 
mengemukakan bahwa daya dukung ekologis sebagai tingkat maksimal 
penggunaan suatu kawasan. 
 Daya dukung fisik. Suatu kawasan wiasata merupakan jumlah maksimum 
penggunaan atau kegiatan yang diakomodasikan dalam areal tanpa 
menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas. 
 Daya dukung sosial. Suatu kawasan wisata dinyatakan sebagai batas tingkat 
maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan dimana melampauinya akan 
menimbulkan penurunanan dalam tingkat kualitas pengalaman atau kepuasan. 
 Daya dukung rekreasi merupakan suatu konsep pengelolaan yang menempatkan 
kegiatan rekreasi dalam berbagai objek yang terkait dengan kemampuan 
kawasan. 
36
Kebijakan Pemerintah Pusat 
37
PERSPEKTIF DASAR 
PEMBANGUNAN PARIWISATA MERUPAKAN BAGIAN INTEGRAL DARI 
PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH 
PARIWISATA DIKEMBANGKAN UNTUK BERPERAN SERTA 
MENJAWAB/MENGATASI BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN YANG 
MENCAKUP DIMENSI EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, LINGKUNGAN, PERTAHANAN 
DAN KEAMANAN 
DOKUMEN RIPPDA DAN MASTERPLAN MERUPAKAN SALAH SATU MASUKAN 
BAGI PENYUSUNAN RIPPNAS 
DOKUMEN RIPPDA DAN MASTERPLAN MERUPAKAN ACUAN BAGI SEMUA 
STAKEHOLDER 
(PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT).
KONSEP PERENCANAAN PARIWISATA 
AKTIVITAS SISTEMATIS UNTUK MENGELOLA MASA DEPAN 
KEPARIWISATAAN SECARA KOMPREHENSIF, INTEGRAL DAN 
BERKELANJUTAN, 
DENGAN MENGOPTIMALKAN SUMBER DAYA ALAM DAN 
BUDAYA, 
UNTUK MERESPONS KEBUTUHAN MASYARAKAT DAN 
AKTIVITAS PARIWISATA, 
DALAM RANGKA : 
MENCIPTAKAN KUALITAS PENGALAMAN WISAWATAN, DAN 
MEMBERIKAN DAMPAK PEMERATAAN, DAN 
MEMBERIKAN DAMPAK PERTUMBUHAN KEPADA DAERAH 
DAN MASYARAKAT.
HIERARKI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DALAM PENATAAN RUANG
41 
PRINSIP DASAR PEMBANGUNAN 
KEPARIWISATAAN 
PELAKU/OPERATOR 
SUBJEK PEMBANGUNAN 
(DARI MASYARAKAT, OLEH MASYARAKAT 
DAN UNTUK MASYARAKAT) 
- LINTAS SEKTOR, 
- LINTAS WILAYAH 
-MULTI DIMENSI 
FASILITATOR 
REGULATOR 
PEMERINTAH 
SWASTA 
MASYARAKAT 
KARAKTERISTIK
• DESTINASI PARIWISATA ADALAH AREA ATAU KAWASAN 
GEOGRAFIS YANG BERADA DALAM SATU ATAU LEBIH 
WILAYAH ADMINISTRATIF YANG DI DALAMNYA TERDAPAT 
UNSUR : 
DAYA TARIK 
FASILITAS 
AKSESIBILITAS 
MASYARAKAT 
WI 
IS 
SA 
AT 
TA 
AW 
WA 
AN 
N 
YANG SALING TERKAIT DAN MELENGKAPI UNTUK TERWUJUDNYA KEGIATAN 
KEPARIWISATAAN DENGAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN REGULASI
POSISI STRATEGIS PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA 
1 . 
PENGEMBANGAN DESTINASI MERUPAKAN 
BAGIAN INTEGRAL PEMBANGUNAN PARIWISATA NASIONAL 
DESTINASI PARIWISATA MERUPAKAN UNSUR VITAL SEKALIGUS 
PENGGERAK UTAMA BAGI WISATAWAN DALAM MEMUTUSKAN 
PERJALANAN DAN KUNJUNGAN KE SUATU DAERAH ATAU NEGARA 
2 . 
KEBERHASILAN PEMBANGUNAN PARIWISATA SANGAT DIDUKUNG OLEH 
PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA SECARA PROFESIONAL, 
TERPADU SECARA SEKTORAL DAN KEWILAYAHAN, MEMILIKI KONSEP 
YANG JELAS, DIDUKUNG OLEH SISTEM JASA DAN LAYANAN YANG 
HANDAL SERTA DIPERKUAT OLEH SISTEM DAN STRATEGI PEMASARAN 
YANG AKTIF, TERFOKUS DAN TERPADU. 
3 .
Konsep Pembangunan Pariwisata Yang Berkelanjutan 
(Sustainable Tourism Development) 
44 
LINGKUNGAN 
Sustainable 
Tourism 
EKONOMI SOSIAL DAN 
Menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi 
dan dampak pertumbuhan ekonomi pada 
nilai sosial dan budaya 
BUDAYA
RPJPN 
RPJMN 
RPJPP 
RPJMP 
RPJP 
Kab/kota 
RPJM 
Kab/Kota 
Perencanaan Tata Ruang Perencanaan Kepariwisataan 
Rencana Umum Rencana Detil Rencana Umum Rencana Detil 
RTRWN RTR Pulau 
RTRWP 
RTR KSN 
RTR KSP 
RDTR Kota 
RTRW Kota 
RTRW Kab 
RTR KS Kota 
RDTR Kab 
RTR KS Kab 
RIPPARNAS 
RIPPARDA P 
RIPPARDA 
Kot 
RIPPARDA 
Kab 
PP No.15/2010 
PERDA P 
PERDA KOTA 
PERDA KAB 
PERPRES 
PP No.50/2011 
PERDA P 
PERDA KOTA 
PERDA KAB 
KSPN 
KEPPRES 
KSP P 
PERDA P 
KSP KOTA 
PERDA P 
KSP KAB 
PERDA P 
Integrasi Dan Keterkaitan Kebijakan Perwilayahan Kepariwisataan 
dan Tata Ruang
FASILITASI KOORDINASI 
FOKUS PADA 
MINAT KHUSUS 
1. Wisata Budaya & 
Sejarah 
2. Wisata alam dan 
ekowisata 
3. Wisata Olah Raga 
Rekreasi 
(menyelam, 
selancar, kapal layar, 
treking dan 
mendaki, golf, 
bersepeda, 
maraton) 
4. Wisata kapal pesiar 
5. Wisata kuliner dan 
belanja 
6. Wisata kesehatan 
dan kebugaran 
7. Wisata konvensi, 
insentif, pameran, 
dan even 
Fokus Dan Upaya Pengembangan Destinasi 
FOKUS LOKASI 
DESTINASI DENGAN 
KRITERIA: 
Memperhatikan 
sebaran lokasi 
PEMDA dapat diajak 
bekerja sama dengan 
baik 
Masuk dalam MP3Ei 
Memiliki DMO 
Mudah untuk 
dikembangkan 
UPAYA PENGEMBANGAN PADA FOKUS LOKASI DESTINASI 
YANG DIKEMBANGKAN 
Fasilitas Pariwisata 
Prasarana Umum 
Aksesibilitas 
Daya Tarik Wisata 
Investasi Pariwisata 
Industri Pariwisata 
Pemberdayaan 
Masyarakat 
Pencitraan & Promosi 
Destinasi Wisata 
Pemetaan dan Perancangan 
Fasilitasi pembangunan fisik 
Fasilitasi tatakelola 
Fasilitasi pengembangan 
profil dan promosi investasi 
Sertifikasi, standarisasi, pola 
perjalanan, paket wisata 
Sadar wisata, desa wisata, 
gerakan Indonesia Indah dan 
Bersih, Aktivasi ekonomi kreatif 
Harmonisasi kebijakan antar 
sektor, pusat dan daerah 
Kebijakan dan Regulasi 
komunikasi dan promosi 
3 Tahun Mendatang
Peta Pengembangan Destinasi Pariwisata Nasional 
Menurut PP 50/2011 tentang RIPPARNAS 
47
Daftar KSPN 
48 
1. KSPN. Kintamani–Danau Batur dskt 
2. KSPN. Komodo dan sekitarnya 
3. KSPN. Borobudur dan sekitarnya 
4. KSPN. Rinjani dan sekitarnya 
5. KSPN. Nongsa - Pulau Abang dskt 
6. KSPN. Toba dan sekitarnya 
7. KSPN. Bukittinggi dan sekitarnya 
8. KSPN. Bromo–Tengger–Semeru dskt 
9. KSPN. Bunaken dan sekitarnya 
10. KSPN. Raja Ampat dan sekitarnya 
11. KSPN. Pangandaran dan sekitarnya 
12. KSPN. Toraja dan sekitarnya 
13. KSPN. Ende–Kelimutu dan sekitarnya 
14. KSPN. Kota Tua–Sunda Kelapa dskt 
15. KSPN. Tanjung Puting dan sekitarnya 
16. KSPN. Teluk Dalam-Nias dskt 
17. KSPN. Dieng dan sekitarnya 
18. KSPN. Wakatobi dan sekitarnya 
19. KSPN. Pantai Selatan Lombok dskt 
20. KSPN. Siberut dan sekitarnya 
21. KSPN. Derawan–Sangalaki dskt 
22. KSPN. Bitung–Lembeh dan sekitarnya 
23. KSPN. Singkarak dan sekitarnya 
24. KSPN. Sentarum dan sekitarnya 
25. KSPN. Bandaneira dan sekitarnya 
26. KSPN. Weh dan sekitarnya 
27. KSPN. Kep Seribu dan sekitarnya 
28. KSPN. Ujung Kulon- Tj. Lesung dskt 
29. KSPN. Togean–Tomini dan sekitarnya 
30. KSPN. Merapi–Merbabu dan sekitarnya 
31. KSPN. Karimunjawa dan sekitarnya 
32. KSPN. Tambora dan sekitarnya 
33. KSPN. Tangkahan dan sekitarnya 
34. KSPN. Palembang Kota dskt ( Musi) 
35. KSPN. Tanjung Kelayang dan sekitarnya 
36. KSPN. Muaro Jambi dan sekitarnya 
37. KSPN. Kerinci Seblat dan sekitarnya 
38. KSPN. Trowulan dan sekitarnya 
39. KSPN. Way Kambas dan sekitarnya 
40. KSPN. Prambanan–Kalasan dan sekitarnya 
41. KSPN. Kuta–Sanur–Nusa Dua dskt 
42. KSPN. Morotai dan sekitarnya 
43. KSPN. Sentani dan sekitarnya 
44. KSPN. Sangiran dan sekitarnya 
45. KSPN. Takabonerate dan sekitarnya 
46. KSPN. Rupat dan sekitarnya 
47. KSPN. Agats–Asmat dan sekitarnya 
48. KSPN. Pagaralam dan sekitarnya 
49. KSPN. Krakatau dan sekitarnya 
50. KSPN. Natuna dan sekitarnya 
51. KSPN. Alor–Kalabahi dan sekitarnya 
52. KSPN. Yogyakarta Kota dan sekitarnya 
53. KSPN. Lhoksado dan sekitarnya 
54. KSPN. Karst Pacitan dan sekitarnya 
55. KSPN. Bali Utara / Singaraja dan sekitarnya 
56. KSPN. Gili Tramena dan sekitarnya 
57. KSPN. Moyo dan sekitarnya 
58. KSPN. Kota Bangun–Tanjung Isuy dskt 
59. KSPN. Kayan Mentarang dan sekitarnya 
60. KSPN. Ciwidey dan sekitarnya 
61. KSPN. Tomohon–Tondano dskt 
62. KSPN. Danau Ranau dan sekitarnya 
63. KSPN. Biak dan sekitarnya 
64. KSPN. Tangkuban Perahu dskt 
65. KSPN. Maninjau dan sekitarnya 
66. KSPN. Nemberala–Rotendao dskt 
67. KSPN. Pantai Selatan Yogya dskt 
68. KSPN. Karst Gunung Kidul dskt 
69. KSPN. Halimun dan sekitarnya 
70. KSPN. Ijen–Baluran dan sekitarnya 
71. KSPN. Waikabubak–Manupeh Tanah Daru dskt 
72. KSPN. Karangasem–Amuk dskt 
73. KSPN. Lagoi-Bintan dan sekitarnya 
74. KSPN. Enggano dan sekitarnya 
75. KSPN. Bandung Kota dan sekitarnya 
76. KSPN. Puncak–Gede Pangrango dskt 
77. KSPN. Teluk Cenderawasih dskt 
78. KSPN. Menjangan–Pemuteran dskt 
79. KSPN. Taman Nasional Bali Barat dskt 
80. KSPN. Tulamben–Amed dan sekitarnya 
81. KSPN. Bedugul dan sekitarnya 
82. KSPN. Nusa Penida dan sekitarnya 
83. KSPN. Ubud dan sekitarnya 
84. KSPN. Besakih–Gunung Agung dskt 
85. KSPN. Long Bagun dan sekitarnya 
86. KSPN. Sambas dan sekitarnya 
87. KSPN. Gorontalo Kota–Limboto dskt 
88. KSPN. Wazur–Merauke dan sekitarnya
Lokasi Destinasi Yang Akan Didorong Untuk Dikembangkan : 
“Bali Beyond” 
No DPN KPPN/KSPN Prop DAYA TARIK JENIS DT 
1 MEDAN–TOBA, dskt (S) Toba dskt Sumut Geowisata Pmlhraan-Revitalisasi 
2 JAKARTA–KEP SERIBU, dskt (S) Kep Seribu dskt DKI Jakarta Bahari Pmlhraan-Revitalisasi 
(S) Kota Tua–Sunda Kelapa dskt Budaya-Pusaka Pmlhraan-Revitalisasi 
3 BOROBUDUR–YOGYA, dskt (S) Borobudur dskt Jateng & DIY Budaya-Pusaka Pmlhraan-Revitalisasi 
4 BROMO–MALANG, dskt (S) Bromo–Tengger–Semeru dskt Jatim Ekowisata Pmlhraan-Revitalisasi 
5 BALI–NUSA LEMBONGAN, 
49 
dskt 
(S) Kintamani-Danau Batur, dskt Bali Geowisata Pmlhraan-Revitalisasi 
(S) Menjangan, Pemuteran, dskt Bahari Pmlhraan-Revitalisasi 
(S) Kuta, Sanur, Nusadua, dskt (MP3EI) Bahari Pmlhraan-Revitalisasi 
6 LOMBOK – GILI TRAMENA, 
dskt 
(S) Rinjani dskt NTB Ekowisata Pmlhraan-Revitalisasi 
7 KOMODO–RUTENG, dskt (S) Komodo dskt NTT Ekowisata Pmlhraan-Revitalisasi 
8 KELIMUTU–MEUMERE, dskt (S) Ende–Kelimutu dskt Ekowisata Pmlhraan-Revitalisasi 
9 PALANGKARAYA–TANJUNG 
PUTING, dskt 
(S) Tanjung Puting dskt Kalteng Ekowisata Prntisan-Pmbngunan 
10 TORAJA–LORELINDU, dskt (S) Toraja dskt Sulsel Budaya-Pusaka Pmlhraan-Revitalisasi 
11 MANADO-BUNAKEN, dskt (S) Bunaken dskt Sulut Bahari Pmlhraan-Revitalisasi 
12 KENDARI–WAKATOBI, dskt (S) Wakatobi dskt Sultra Bahari Prntisan-Pmbngunan 
13 SORONG–RAJA AMPAT, dskt (S) Raja Ampat dskt Papua Barat Bahari Prntisan-Pmbngunan 
13 DPN 16 KSPN 12 PROP
Bentuk Fasilitasi Kemenparekraf dalam Pembangunan KSPN
Kemenparekraf Sebagai Koordinator Pengembangan KSPN 
PEMANGKU KEPENTINGAN KOORDINASI PEMBANGUNAN 
Pemerintah Non Pemerintah 
PROSES/TAHAPAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 
Pemetaan & 
Analisis 
Perencanaan dan 
perancangan Pemeliharaan Pelaksanaan 
Pembangunan 
PERWILAYAHAN 
PEMBANGUNAN 
KSPN 
ASPEK PEMBANGUNAN 
Destinasi Pemasaran Industri Kelembagaan 
MONITORING DAN EVALUASI 
Pusat Daerah 
Bisnis (investor, 
pelaku usaha, asosiasi, 
DMO) 
Masyarakat 
dan komunitas 
Intelektual 
(Akademisi, 
pemangku adat) 
88 Kawasan Strategis 
Pariwisata Nasional (KSPN) 
(Perpres Sudah Diproses)
PEMERINTAH PROPINSI 
SEKRETARIAT DAERAH 
DINAS PARIWISATA 
DINAS PERHUBUNGAN, 
KOMINFO 
DINAS PERINDUSTRIAN & 
PERDAGANGAN 
DINAS SOSIAL & TENAGA KERJA 
DINAS KEBERSIHAN & 
PERTAMANAN 
DINAS KOPERASI & UKM 
DINAS PERTANIAN & 
PERKEBUNAN 
DINAS BINA MARGA & 
PENGAIRAN 
DINAS CIPTA KARYA 
DINAS PENDIDIKAN 
DINAS KEBUDAYAAN 
BADAN LINGKUNGAN HIDUP 
DINAS PENDAPATAN DAERAH 
BADAN PERENCANAAN DAERAH 
BADAN KOORDINASI 
PENANAMAN MODAL DAERAH 
DINAS KEPENDUDUKAN & 
CATATAN SIPIL 
GUBERNUR & WAKIL 
PEMERINTAH KOTA & KABUPATEN 
SEKRETARIAT DAERAH 
DINAS PARIWISATA 
DINAS PERHUBUNGAN, 
KOMINFO 
DINAS PERINDUSTRIAN & 
PERDAGANGAN 
DINAS SOSIAL & TENAGA KERJA 
DINAS KEBERSIHAN & 
PERTAMANAN 
DINAS KOPERASI & UKM 
DINAS PERTANIAN & 
PERKEBUNAN 
DINAS BINA MARGA & 
PENGAIRAN 
DINAS CIPTA KARYA 
DINAS PENDIDIKAN 
DINAS KEBUDAYAAN 
BADAN LINGKUNGAN HIDUP 
DINAS PENDAPATAN DAERAH 
BADAN PERENCANAAN DAERAH 
BADAN KOORDINASI 
PENANAMAN MODAL DAERAH 
DINAS KEPENDUDUKAN & 
CATATAN SIPIL 
BUPATI / WALIKOTA & WAKIL, 
CAMAT, LURAH 
PEMERINTAH PUSAT 
(KEMENTERIAN) 
PARIWISATA & EKONOMI 
KREATIF 
PERHUBUNGAN 
KOMINFO 
PEKERJAAN UMUM 
PENDIDIKAN & 
KEBUDAYAAN 
DALAM NEGERI 
KEHUTANAN 
KOPERASI & UKM 
KELAUTAN & PERIKANAN 
PERINDUSTRIAN 
BUMN 
Pemerintah Sebagai Pemangku Kepentingan Terkait
Tahapan Pengembangan KSPN 
t1 t2 – t4 t5 
Dokumen Inisiasi 
Perencanaan 
Perancangan 
Pemantauan Keluaran 
& Evaluasi 
Implementasi 
Masukan 
Dokumentasi 
Closure 
Pengguna 
akhir 
Manajemen 
Informasi 
PERSIAPAN 
IMPLEMENTASI 
EXIT STRATEGY 
Pemetaan dan perencanaan Pendampingan, pemberdayaan, dan 
pengembangan 
Exit strategy 
Pemantauan 
& Evaluasi 
Pemantauan & Evaluasi secara 
menyeluruh
54 
SKENARIO PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL 
Skenario 
PENINGKATAN DAYA 
SAING 
Skenario 
PENYEBARAN 
PERTUMBUHAN
55 
SKENARIO PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL 
Skenario PENINGKATAN DAYA SAING 
Pola pengembangan yang ditujukan untuk mempercepat pencapaian target peningkatan kunjungan pasar utama 
dan potensial mancanegara dalam rangka mendorong peningkatan devisa, positioning destinasi dalam peta 
kepariwisataan internasional serta kompetisi regional 
FOKUS PENGEMBANGAN : 
1. PEMELIHARAAN 
Pemantapan/konsolidasi, peremajaan dan intensifikasi peningkatan kualitas destinasi pariwisata sehingga tetap 
memiliki daya saing secara berkelanjutan 
2. REVITALISASI 
Rekonstruksi dan Revitalisasi destinasi pariwisata yang menurun kinerjanya 
3. PEMBANGUNAN 
Kegiatan pembangunan baru di lokasi/ destinasi pariwisata yang memiliki kelayakan potensi dan kapasitas 
pengembangannya.
13 Wilayah provinsi yang menjadi tujuan kunjungan 15 pasar strategis: 
56 
Yaitu skenario pengembangan yang dikaitkan dengan upaya mengejar target peningkatan kunjungan 
pasar utama dan potensial mancanegara dalam mendorong peningkatan devisa, positioning dalam peta 
kepariwisataan internasional serta kompetisi regional 
56 
Dasar pijakan pengembangan: 
• 15 negara Pasar strategis Indonesia 
• Provinsi yang menjadi destinasi kunjungan wisatawan dari 15 negara pasar strategis 
• Preferensi produk dari 15 negara pasar strategis Indonesia pada wilayah provinsi yang menjadi tujuan 
kunjungan wisatawan dari pasar strategis tersebut. 
1,800,000 
1,600,000 
1,400,000 
1,200,000 
1,000,000 
800,000 
600,000 
400,000 
200,000 
0 
2004 2005 
-23,0 % 
-3,4 % 
-8,9 % 
-2,0 % -31,4 % 
-3,4 % -18,0 % -17,2 % -1,5 % 
-13,4 % 
Singapore Malaysia Japan Korea.Rep Taiwan Germany Netherland UK USA Australia 
2004 1,644,717 622,541 615,720 228,408 384,226 134,625 92,152 113,578 153,268 408,705 
2005 1,266,461 601,525 560,935 223,761 263,577 130,095 108,744 133,123 151,004 353,945 
120,000 
100,000 
80,000 
60,000 
40,000 
20,000 
0 
102,5 
% 
21 
% 
76,8 
% 
8 
% 
7,4 % 17, 
7 
% 
- 6,1 
% 
30 
% 
12 % 
CHINA INDIA MID EAST AFRIKA RUSIA 
24,5 
% 
2003 40,840 29,895 31,371 30,244 14,413 
2004 50,856 36,169 33,870 35,594 18,812 
2005 102,995 63,930 36,369 33,408 21,078 
PASAR UTAMA 
1. Singapore 
2. Malaysia 
3. Jepang 
4. Korea 
5. Taiwan 
6. Geermany 
7. Belanda 
8. USA 
9. UK 
10. Australia 
PASAR BERKEMBANG 
1. China 
2. India 
3. Timur Tengah 
4. Rusia 
4. Jatim 
5. DIY 
6. Jateng 
7. Batam - Bintan 
8. Sulawesi Utara 
9. Sulawesi Selatan, 
1. Jakarta 
2. Bali 
3. Jabar & 
Banten 
Tema Pengembangan : 
• MICE 
• BELANJA 
• EKOWISATA 
• BUDAYA 
• BAHARI 
• ZIARAH 
• NICHE PRODUCT 
10. Sumatera Utara 
11. Sumatera Barat 
12. NTB 
13. NTT 
Fokus Pengembangan : 
• PEMELIHARAAN 
• REVITALISASI 
• PEMBANGUNAN 
SKENARIO PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL 
Skenario PENINGKATAN DAYA SAING
 Kegiatan pembangunan baru di lokasi/destinasi pariwisata yang memiliki kelayakan potensi dan kapasitas 
pengembangannya. 
57 
SKENARIO PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL 
Skenario PENYEBARAN PERTUMBUHAN 
Pola pengembangan yang ditujukan untuk pemerataan/penyebaran pembangunan kepariwisataan pada wilayah 
yang memiliki sumber daya kepariwisataan potensial namun tertinggal (potensi kepariwisataan yang dimiliki belum 
memberikan kontribusi/ manfaat yang signifikan). 
FOKUS PENGEMBANGAN : 
1. PERINTISAN 
 Kegiatan eksploratif dan perintisan pengembangan destinasi pariwisata yang potensial dan inovatif (baru) 
2. PEMBANGUNAN 
3. REVITALISASI 
 Rekonstruksi dan Revitalisasi destinasi pariwisata yang menurun kinerjanya
FOKUS Pengembangan: 
• PERINTISAN 
• PEMBANGUNAN 
• REVITALISASI 
58 
Skenario yang dikaitkan dengan upaya pemerataan dan penyebaran 
pertumbuhan kepariwisataan pada wilayah yang memiliki sumber daya kepariwisataan 
potensial namun tertinggal (potensi kepariwisataan yang dimiliki belum mampu memberikan 
kontribusi/ manfaat ekonomi signifikan bagi wilayah terkait). 
Wilayah provinsi yang dikembangkan berdasarkan pola ini adalah : 
6. Lampung 
7. Babel 
8. Kalbar 
9. Kalteng 
10. Kalsel 
Tema Pengembangan : 
• BAHARI 
• EKOWISATA 
• BUDAYA 
• BELANJA 
• MICE ZIARAH 
• NICHE PRODUCT 
11. Kaltim 
12. Sulteng 
13.Sultra 
14. Banten 
1. NAD 
2. Riau 
3. Jambi 
4. Bengkulu 
5. Sumsel 
15. Maluku Utara 
16. Gorontalo 
17. Maluku 
18. Irian Jaya Barat 
19. Papua 
Dasar pijakan pengembangan: 
Berdasarkan pemetaan data kunjungan wisatawan (wisman dan wisnus) di seluruh wilayah 
provinsi di Indonesia, maka wilayah yang termasuk dalam kategori rendah perkembangan 
kepariwisataannya meliputi 19 wilayah provinsi, yaitu: 
NAD, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Lampung, Babel, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kalsel, 
Sultra, Sulteng, Sulbar, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, Irian Jaya Barat, Papua, 
58 
SKENARIO PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL 
Skenario PENYEBARAN PERTUMBUHAN
59 
PROFIL PASAR TERHADAP FOKUS DAYA TARIK WISATA 
NEGARA 
DAYA 
TARIK FOKUS DAYA TARIK/
60 
PROFIL PASAR TERHADAP FOKUS DESTINASI 
DESTINASI 
NEGARA
TAHAPAN PERKEMBANGAN PARIWISATA 
1. TAHAP I 
Kepariwisataan dipandang sebagai sektor yang dapat memberikan keuntungan ekonomis. Untuk itu pemerintah menawarkan insentif 
kepada pengusaha hotel. Pada tahap ini spekulasi tanah belum terjadi dan upah buruh masih murah. 
2. TAHAP II 
Pada tahap yang berlangsung sekitar antara 5 – 10 tahun ini, pengusaha hotel mulai membangun dan mengoperasikan hotel. Penyediaan 
produk lokal berlangsung dengan harga yang masuk diakal. Keuntungan mulai dapat diterima kalangan pengusaha. 
3. TAHAP III 
Pada tahap ini mulai ada kesenjangan antara penduduk setempat dengan wisatawan, khususnya dalam hal pendapatan. Pemerintah 
setempat mulai mengambil kebijakan yang tegas di bidang kepariwisataan, ketika biaya-biaya yang berhubungan dengan pembangunan 
kepariwisataan mulai meningkat (seperti kebocoran investasi kepariwisataan, kompetisi antar sektor). Spekulator tanah mulai menjadi 
semain kaya. 
4. TAHAP IV 
Pengusaha hotel mulai berhadapan dengan biaya tinggi/terus meningkat. Masa pembebasan pajak berakhir, harga makanan laut dan produk 
lokal terus meningkat. Buruh semakin mahal dan efisiensinya menurun. Wisatawan mendapat layanan yang buruk. Dampaknya, kunjungan 
ulang wisatawan berakhir. Pemerintah bereaksi dengan meningkatkan anggaran pemasaran/promosi. Karyawan asing mulai tidak mendapat 
ijin untuk bekerja di industri perhotelan. Usaha untuk melatih karyawan lokal dilakukan, tetapi tidak sepenuhnya berhasil. Perkembangan 
pariwisata mulai mencapai titik jenuh. Resesi pada pasar pariwisata menyebabkan keuntuhan keberadaansektor pariwisata di wilayah 
tersebut. 
5. TAHAP V 
Pengusaha hotel berada pada masa-masa sulit, dengan terlalu banyaknya hotel yang dibangun pada maa sebelumnya. Hotel baru dibangun 
di atas lahan yang harganya lebih mahal, dibangun dalam wujud bangunan bertingkat, dibangun dengan biaya yang mahal, berdampingan 
dengan bangunan bertingkat lainnya. Investor hotel baru menyadari adanya kesulitan untuk membangun dan mengoperasikan hotel, 
sehingga harus menggandengkan pengoperasiannya dengan international chains hotel, memanfaatkan fasilitas pemasaran yang lebih luas. 
6. TAHAP VI 
Pengusaha hotel harus berhadapan dengan sejumlah persoalan politik dan lainnya, yang timbul dengan semakin berkembangnya kawasan. 
Ada kemungkinan terjadi kerusuhan massal. Adanya perencanaan dari pemerintah yang baik akan dapat mencegah hal ini.
62 
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN 
PARIWISATA BAHARI 
1. WISATA BAHARI DIKEMBANGKAN DALAM RANGKA MENUMBUHKAN BUDAYA BAHARI 
DAN PEMAHAMAN WAWASAN NUSANTARA 
2. WISATA BAHARI TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN WILAYAH, DIMAKSUDKAN 
KEGIATAN DAPAT MEMPERCEPAT PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DAERAH, SERTA 
UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR EKONOMI DAN SOSIAL DASAR 
MASYARAKAT 
3. WISATA BAHARI BERTUMPU PADA DAYA TARIK ALAM DAN BUDAYA MASYARAKAT 
SETEMPAT 
4. PENGEMBANGAN BUDAYA SETEMPAT BAIK SENI PERTUNJUKKAN MAUPUN INDUSTRI 
KERJAINAN PERLU DITINGKATKAN SEBAGAI SATU KESATUAN DAYA TARIK WISATA 
SEKALIGUS MEMPERKUAT EKONOMI RAKYAT 
5. PENGEMBANGAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI AGAR DAPAT MENARIK INVESTOR 
ASING DAN LOKAL DALAM PENGEMBANGAN KEGIATAN WISATA BAHARI 
6. PENGEMBANGAN MANAJEMEN, SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI WISATA BAHARI 
YANG MEMADUKAN KEMAMPUAN LOKAL DENGAN PERKEMBANGAN MODERN DUNIA 
GLOBAL 
7. KOORDINASI LINTAS SEKTOR DIKEMBANGKAN BERKAITAN DENGAN KUALITAS 
PELAYANAN YANG MAMPU MERESPON KEBUTUHAN PASAR
63 
RENCANA PENGEMBANGAN 
PARIWISATA BAHARI 
- PENGEMBANGAN SDM & 
KELEMBAGAAN 
- PENGEMBANGAN INVESTASI & 
PEMASARAN 
- PENGEMBANGAN PRODUK WISATA 
BAHARI 
- PENGEMBANGAN HUBUNGAN 
PELABUHAN, KAPAL PHINISI & SEAPORT 
- PENGEMBANGAN KAWASAN
64 
PRIORITAS PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI 
Barelang dan 
Riau Kepulauan 
11 
Pulau Nias 
dan 
5 
Kepulauan Mentawai 
12 
7 
Ujung Kulon 
dan Anak Krakatau 
Kepulauan Derawan -Maratua 
10 
Kepulauan Bali 
dan Lombok 
8 
4 
Pulau Komodo 
1 
Kepulauan Padaido - Biak 
Kepulauan Selayar 
- Take Bone Rate 
2 
Kepulauan Wakatobi 
6 
Kepulauan Raja Empat 
U 
3 
-Sangalaki - Kakaban 
9 
Teluk Tomini 
- Kepulauan Togean 
13 
Kepulauan Bunaken 
Kawasan Prioritas 
Pengembangan 
Pariwisata Bahari 
KRITERIA PENENTUAN 
PRIORITAS KAWASAN YANG 
AKAN DIKEMBANGKAN, 
DITENTUKAN OLEH: 
• POTENSI KAWASAN 
• VARIASI KEGIATAN 
WISATA BAHARI 
• VARIASI TEMA 
PENGEMBANGAN 
• VARIASI LOKASI, 
TERUTAMA 
MENDUKUNG 
PENGEMBANGAN 
KAWASAN TIMUR 
INDONESIA 
• KESIAPAN PEMERINTAH 
DAERAH
65 
PENYEBARAN DESTINASI SURFING DI INDONESIA 
PULAU LOKASI 
SUMATERA NIAS, BAWA, P. ASU, P. SORAKE, P. MENTAWAI 
JAWA P. PANAITAN, P. DELI, BAYA, PELABUHAN RATU, TG. GENTENG, 
TANJUNG KUNCUR 
BALI MADEWI, BALIAN, CANGGU, PADMA, KUTA, BALANGAN, 
ULUWATU, NYANGNYANG, NUSA DUA TANDJUNG SANUR, 
PADANG GALAK, KETEWEEL, LEBIH, NUSA LEMBONGAN, 
PADANG BAI 
NUSA TENGGARA P. SAFARI, BANGKO-BANGKO, BELONGAS, SELONGAS, SELONG 
BELANAK, A’AN, GRUPUK, GILI INUS, EKAS, LABUHAN HAJI, 
SENGGIGI, GILI (TRAWANGAN DAN MENO), SILUNG BELANAK, 
PASONA
66 
PENYEBARAN DESTINASI DIVING 
PULAU LOKASI 
SUMATERA BINTAN 
JAWA UJUNG KULON, KRAKATAU, P. SERIBU 
BALI MENJANGAN, TULAMBEN, CEMELUK, CANDI DASA, PADANG BAI, 
NUSA DUA, NUSA PENIDA, SANUR, PEMUTERAN 
SULAWESI MANADO TUA, BUNAKEN, MONTEHAGE, BITUNG, SANGIHE 
TALAUD, UJUNG PANDANG, TUKANG BESI (WAKATOBI), P. 
TOGIAN, SANGALAKI, KAKABAN, P. SIAU 
MALUKU AMBON, BANDA, PINDITO 
IRIAN AYU, ASIA, MAPIA, PADAIDO, SORONG, MANOKWARI, 
CENDRAWASIH, WAIGEO-BATANTA 
NUSA TENGGARA GILI (TRAWANGAN, MENO, AIR), KOMODO, LEMBATA, KUPANG, 
ROTI, MAUMERE, ALOR
67 
PENYEBARAN DESTINASI FISHING 
DAERAH LOKASI 
NAD PULAU WEH 
SUMATERA BARAT PULAU SIBERUT MENTAWAI 
KEPPRI KEPULAUAN NATUNA 
BENGKULU PULAU ENGGANO 
LAMPUNG PULAU KRAKATAU 
JAWA BARAT PULAU KULON TAMAN NASIONAL UJUNG KULON 
JAWA TENGAH PULAU KARIMUN JAWA 
NTB PULAU MOYO 
NTT PULAU ROTI 
SULAWESI UTARA BITUNG 
SULAWESI 
SELATAN 
KEPULAUAN TAKABONERATE
68 
PENYEBARAN DESTINASI KAPAL PESIAR (CRUISE SHIPS) 
DAERAH LOKASI 
SUMATERA 
UTARA 
BELAWAN 
SUMATERA 
BARAT 
TELUK BAYUR 
JAWA TENGAH TANJUNG EMAS 
BALI BENOA, PADANG BAI 
SULAWESI UTARA BITUNG 
SULAWESI 
SELATAN 
PARE-PARE, MAKASSAR 
NTT KOMODO, KUPANG, ALOR, RIUNG, LARANTUKA 
PAPUA BIAK, JAYA PURA
DUKUNGAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI 
PRASARANA LINGKUNGAN 
FASILITAS WISATA DASAR 
FASILITAS PENUNJANG KEGIATAN WISATA
DUKUNGAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI 
PRASARANA LINGKUNGAN 
1- Akses masuk. 
2- Penyediaan sistem air bersih : 
a. Jaringan air bersh. 
b. Instalasi pengelolaan air bersih. 
c. Bak penampungan air bersih. 
3- Penyediaan sistem tenaga listrik 
: 
a. PLN. 
b. Generator. 
4- Penyediaan sistem pengolahan 
limbah : 
a. IPAL cair. 
b. Terminal limbah padat/TPS. 
c. Saluran air limbah. 
5- Administrasi : penyediaan kantor 
administrasi. 
6- Penyediaan gedung fasilitas 
telekomunikasi. 
7- Penyediaan sistem saluran 
drainase : saluran drainase.
DUKUNGAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI 
FASILITAS WISATA DASAR 
1- Area publik : plaza. 
2- Informasi : 
a. Pusat informasi pengunjung. 
b. Miniatur obyek. 
c. Rambu-rambu penunjuk arah. 
d. Papan informasi utama. 
e. Papan informasi khusus. 
f. Pramuwisata. 
g. Brosur, leaflet, dan legenda. 
3- Perbelanjaan : 
a. Penjualan cenderamata. 
b. Warung makanan. 
c. Restoran/rumah makan/kafetaria. 
d. Kios kebutuhan pribadi 
wisatawan. 
4- Penginapan. 
5- Peribadatan. 
6- Pengamanan : 
a. Pos keamanan. 
b. Pagar pengamanan. 
c. Hidran/alat pemadam kebakaran. 
7- Keselamatan : Pos P3K. 
8- Kebersihan : 
a. Kamar mandi/WC umum. 
b. Tempat sampah. 
c. Gerobak sampah.
DUKUNGAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI 
FASILITAS PENUNJANG KEGIATAN WISATA 
1- Renang : 
a. Tempat bilas. 
b. Penyewaan alat. 
c. Kamar ganti/locker. 
d. Kamar mandi/WC. 
e. Menara pengawas. 
f. Rambu batas aman renang. 
2- Berjemur : 
a. Tenda. 
b. Sewa tikar. 
3- Snorkling, wind surfing : 
a. Sewa alat/pakaian. 
b. Area snorkling, wind surfing. 
c. Ruang tunggu. 
d. Ruang reservasi. 
e. Tower/menara pengamat. 
f. Kantor penjaga pantai. 
g. Penjaga pantai. 
h. Alat-alat komunikasi. 
4- Berlayar, memancing : 
a. Penyewaan perahu. 
b. Alat pancing. 
c. Dermaga. 
e. Ruang reservasi. 
f. Penunjuk arah angin. 
g. Lajur ke luar-masuk perahu. 
h. Menara pengawas. 
5- Olahraga pantai : 
a. Panggung/tribun penonton. 
b. Ruang peralatan olahraga. 
6- Mengamati flora dan fauna laut : 
a. Oseanorium. 
b. Menara pandang. 
c. Glass bottom boat. 
7- Menikmati pemandangan untuk fotografi : 
a. Promenade. 
b. Papan informasi. 
c. Shelter. 
d. Titik pengambilan foto. 
8- Jalan-jalan, joging : 
a. Jalur untuk berjalan kaki. 
b. Jogging track. 
9- Bermain, rekreasi keluarga : 
a. Shelter/bangku dan meja piknik. 
b. Areal piknik. 
c. Areal bermain.
Metodologi Penyusunan Rencana Detil KSPN 
73

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Prinsip Pariwisata Berkelanjutan - Partisipasi
Prinsip Pariwisata Berkelanjutan - PartisipasiPrinsip Pariwisata Berkelanjutan - Partisipasi
Prinsip Pariwisata Berkelanjutan - Partisipasifcsari
 
Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah Dadang Solihin
 
Pembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalPembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalSri Wahyuni
 
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiaPpt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiamasmukriyadi
 
KEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
KEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTANKEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
KEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTANNesha Mutiara
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanPepen Mahale
 
Sistem kepariwisataan
Sistem kepariwisataan Sistem kepariwisataan
Sistem kepariwisataan Yani Adriani
 
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Rencana Pembangunan Desa Wisata
Rencana Pembangunan Desa WisataRencana Pembangunan Desa Wisata
Rencana Pembangunan Desa Wisataactnow2profit
 
Geosfer sebagai sumberdaya wisata
Geosfer sebagai sumberdaya wisataGeosfer sebagai sumberdaya wisata
Geosfer sebagai sumberdaya wisataRichie Rafsanjani
 
Komponen kegiatan pariwisata
Komponen kegiatan pariwisataKomponen kegiatan pariwisata
Komponen kegiatan pariwisataSekar Advianty
 
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Pengantar pariwisata
Pengantar pariwisataPengantar pariwisata
Pengantar pariwisataDesi Rizki
 
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1PT. SASA
 
02 konsep kepariwisataan
02 konsep kepariwisataan02 konsep kepariwisataan
02 konsep kepariwisataanEko Efendi
 
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu IPengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu ICanny Nainggolan
 

Was ist angesagt? (20)

Prinsip Pariwisata Berkelanjutan - Partisipasi
Prinsip Pariwisata Berkelanjutan - PartisipasiPrinsip Pariwisata Berkelanjutan - Partisipasi
Prinsip Pariwisata Berkelanjutan - Partisipasi
 
Zonasi destinasi pariwisata
Zonasi destinasi pariwisataZonasi destinasi pariwisata
Zonasi destinasi pariwisata
 
Pengembangan Eko Wisata
Pengembangan Eko WisataPengembangan Eko Wisata
Pengembangan Eko Wisata
 
Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah Pengembangan Pariwisata Daerah
Pengembangan Pariwisata Daerah
 
Urban tourism vs rural tourism
Urban tourism vs rural tourismUrban tourism vs rural tourism
Urban tourism vs rural tourism
 
Pembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalPembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi Lokal
 
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiaPpt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
 
KEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
KEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTANKEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
KEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
 
Sistem kepariwisataan
Sistem kepariwisataan Sistem kepariwisataan
Sistem kepariwisataan
 
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 07 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Rencana Pembangunan Desa Wisata
Rencana Pembangunan Desa WisataRencana Pembangunan Desa Wisata
Rencana Pembangunan Desa Wisata
 
Geosfer sebagai sumberdaya wisata
Geosfer sebagai sumberdaya wisataGeosfer sebagai sumberdaya wisata
Geosfer sebagai sumberdaya wisata
 
Komponen kegiatan pariwisata
Komponen kegiatan pariwisataKomponen kegiatan pariwisata
Komponen kegiatan pariwisata
 
Tujuan Global SDGS Ke-14
Tujuan Global SDGS Ke-14 Tujuan Global SDGS Ke-14
Tujuan Global SDGS Ke-14
 
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Pengantar pariwisata
Pengantar pariwisataPengantar pariwisata
Pengantar pariwisata
 
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
 
02 konsep kepariwisataan
02 konsep kepariwisataan02 konsep kepariwisataan
02 konsep kepariwisataan
 
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu IPengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
 

Ähnlich wie Pengembangan pariwisata bahari

Konsep_Pengembangan_Kawasa_Pariwisata.pptx
Konsep_Pengembangan_Kawasa_Pariwisata.pptxKonsep_Pengembangan_Kawasa_Pariwisata.pptx
Konsep_Pengembangan_Kawasa_Pariwisata.pptxamrin syahrafi
 
Peran Laut Sebagai Rekreasi
Peran Laut Sebagai RekreasiPeran Laut Sebagai Rekreasi
Peran Laut Sebagai RekreasiFikri Azhari
 
MIFTAHUL HUDA - PENGELOLAAN SDL UNTUK WISATA BAHARI.pdf
MIFTAHUL HUDA - PENGELOLAAN SDL UNTUK WISATA BAHARI.pdfMIFTAHUL HUDA - PENGELOLAAN SDL UNTUK WISATA BAHARI.pdf
MIFTAHUL HUDA - PENGELOLAAN SDL UNTUK WISATA BAHARI.pdfDewiSyamsul
 
10. Ruang Lingkup Ekoiwisata Laut.pptx
10. Ruang Lingkup Ekoiwisata Laut.pptx10. Ruang Lingkup Ekoiwisata Laut.pptx
10. Ruang Lingkup Ekoiwisata Laut.pptxAmirullahBaso2
 
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENT
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENTBLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENT
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENTSunoto Mes
 
Strategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasanStrategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasanpra_yoga2305
 
Potensi Maritim Indonesia.pptx
Potensi Maritim Indonesia.pptxPotensi Maritim Indonesia.pptx
Potensi Maritim Indonesia.pptxArsyadLabiq
 
Analisis potensi-wisata-alam-bahari
Analisis potensi-wisata-alam-bahariAnalisis potensi-wisata-alam-bahari
Analisis potensi-wisata-alam-baharimoharifbahtiar
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
 
Kebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptxKebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptxMuhRifaldhi1
 
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisir
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisirKonsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisir
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisirAl Amin
 
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptx
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptxPPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptx
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptxSuBagio6
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangAlfian Muhammad
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautSiti Sahati
 
Arfik pemetaan potensi desa menuju desa wisata yang berkarakter
Arfik pemetaan potensi desa menuju desa wisata yang berkarakterArfik pemetaan potensi desa menuju desa wisata yang berkarakter
Arfik pemetaan potensi desa menuju desa wisata yang berkarakterarfikputrazega
 
Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangAdy Purnomo
 

Ähnlich wie Pengembangan pariwisata bahari (20)

Konsep_Pengembangan_Kawasa_Pariwisata.pptx
Konsep_Pengembangan_Kawasa_Pariwisata.pptxKonsep_Pengembangan_Kawasa_Pariwisata.pptx
Konsep_Pengembangan_Kawasa_Pariwisata.pptx
 
Peran Laut Sebagai Rekreasi
Peran Laut Sebagai RekreasiPeran Laut Sebagai Rekreasi
Peran Laut Sebagai Rekreasi
 
MIFTAHUL HUDA - PENGELOLAAN SDL UNTUK WISATA BAHARI.pdf
MIFTAHUL HUDA - PENGELOLAAN SDL UNTUK WISATA BAHARI.pdfMIFTAHUL HUDA - PENGELOLAAN SDL UNTUK WISATA BAHARI.pdf
MIFTAHUL HUDA - PENGELOLAAN SDL UNTUK WISATA BAHARI.pdf
 
Kelompok 4 teori pembangunan
Kelompok 4 teori pembangunanKelompok 4 teori pembangunan
Kelompok 4 teori pembangunan
 
10. Ruang Lingkup Ekoiwisata Laut.pptx
10. Ruang Lingkup Ekoiwisata Laut.pptx10. Ruang Lingkup Ekoiwisata Laut.pptx
10. Ruang Lingkup Ekoiwisata Laut.pptx
 
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENT
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENTBLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENT
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENT
 
Pengelolaan Pesisir
Pengelolaan  PesisirPengelolaan  Pesisir
Pengelolaan Pesisir
 
3.BAB_II (1).pdf
3.BAB_II (1).pdf3.BAB_II (1).pdf
3.BAB_II (1).pdf
 
Strategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasanStrategi peningkatan dan pengawasan
Strategi peningkatan dan pengawasan
 
Potensi Maritim Indonesia.pptx
Potensi Maritim Indonesia.pptxPotensi Maritim Indonesia.pptx
Potensi Maritim Indonesia.pptx
 
Analisis potensi-wisata-alam-bahari
Analisis potensi-wisata-alam-bahariAnalisis potensi-wisata-alam-bahari
Analisis potensi-wisata-alam-bahari
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
Kebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptxKebijakan Kelautan.pptx
Kebijakan Kelautan.pptx
 
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisir
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisirKonsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisir
Konsep dan defenisi pengelolaan wilayah pesisir
 
Presentasi
PresentasiPresentasi
Presentasi
 
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptx
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptxPPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptx
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptx
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu Karang
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
 
Arfik pemetaan potensi desa menuju desa wisata yang berkarakter
Arfik pemetaan potensi desa menuju desa wisata yang berkarakterArfik pemetaan potensi desa menuju desa wisata yang berkarakter
Arfik pemetaan potensi desa menuju desa wisata yang berkarakter
 
Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu Karang
 

Mehr von Fitri Indra Wardhono

Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Fitri Indra Wardhono
 
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"Fitri Indra Wardhono
 
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanAneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanFitri Indra Wardhono
 
Instrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataanInstrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataanFitri Indra Wardhono
 
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahEvaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahFitri Indra Wardhono
 
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat UsahaMeruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat UsahaFitri Indra Wardhono
 
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Fitri Indra Wardhono
 
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasPanduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasFitri Indra Wardhono
 
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasTata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasFitri Indra Wardhono
 

Mehr von Fitri Indra Wardhono (20)

Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
 
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
 
Ad dukhon 43 – 59
Ad dukhon 43 – 59Ad dukhon 43 – 59
Ad dukhon 43 – 59
 
Pedoman RIPPDA 2015
Pedoman RIPPDA 2015Pedoman RIPPDA 2015
Pedoman RIPPDA 2015
 
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanAneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
 
Kumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standarKumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standar
 
Instrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataanInstrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataan
 
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahEvaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
 
Daftar ayat ayat ruqyah
Daftar ayat ayat ruqyahDaftar ayat ayat ruqyah
Daftar ayat ayat ruqyah
 
Kebatinan & kejawen islam
Kebatinan & kejawen   islamKebatinan & kejawen   islam
Kebatinan & kejawen islam
 
Daftar ayat & surat untuk ruqyah
Daftar ayat & surat untuk ruqyahDaftar ayat & surat untuk ruqyah
Daftar ayat & surat untuk ruqyah
 
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat UsahaMeruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
 
Sistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataanSistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataan
 
Penataan ruang kepariwisataan
Penataan ruang kepariwisataanPenataan ruang kepariwisataan
Penataan ruang kepariwisataan
 
Paparan dompak
Paparan dompakPaparan dompak
Paparan dompak
 
Renstra cipta karya 2006
Renstra cipta karya 2006Renstra cipta karya 2006
Renstra cipta karya 2006
 
Kek teroritis
Kek teroritisKek teroritis
Kek teroritis
 
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
 
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasPanduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
 
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasTata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
 

Pengembangan pariwisata bahari

  • 2. Latar Belakang Kondisi Umum Kepariwisataan Indonesia Saat Ini 2
  • 3. Pengertian  Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pengertian Wisata Bahari atau Tirta adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.  Kawasan pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu seperti karakter fisik, biologi, sosial dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.  Kawasan bahari adalah jenis pariwisata alternatif yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan laut.  Menurut Soegiarto, 1976 definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun kegiatan yang disebabkan oleh manusia (dalam Dahuri 2008: 8).  Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. 3
  • 4. Pengertian Wisata Bahari  Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan olahraga air (water sport), lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk atau lepas pantai seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat-lihat taman laut dengan pemandangan yang indah dibawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau negara-negara maritim.  Konsep wisata bahari didasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah.  Wheat (1994) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam.  Steele (1993) menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka. 4
  • 5. Definisi Pulau dan Pulau-Pulau Kecil 5 No. Definisi Acuan 1. Pulau dengan luas 10.000 km2 atau kurang dan mempunyai penduduk 500.000 atau kurang Beller et al., (1990) 2. Suatu wilayah dimana wilayah tersebut memiliki luas tidak lebih dari 2000 km2 dan lebarnya tidak lebih dari 10 km Fakland (1991) 3. Pulau sangat kecil yaitu wilayah yang memiliki luas tidak lebih besar dari 100 km2 dan lebar tidak lebih dari 3 km UNESCO, 1991 4. Pulau-pulau kecil adalah pulau dengan luas kurang dari 2.000 km2 atau pulau yang memiliki lebar kurang dari 10 km UNESCO, 1993 5. Pulau merupakan daratan yang dikelilingi oleh laut. Pemahaman tersebut menyimpulkan bahwa seluruh daratan (termasuk kontinen/benua) di dunia ini adalah pulau karena struktur alam bumi memang hanya terdiri dari darat dan laut. Untuk pulau kecil sendiri memiliki luas > 1.000 km2 Nunn (1994) dalam Adrianto (2006) 6. Pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi oleh air dan selalu berada/muncul di atas permukaan air pasang Bengen dan Retraubun (2006) 7. Pulau yang mempunyai luas area kurang dari atau sama dengan 10.000 km2, dengan jumlah penduduk kurang dari atau sama dengan 200.000 orang SK Menteri Kelautan dan Perikanan No 41 Tahun 2000 8. Pulau dengan luas area maksimum 5.000 km2 CSC, 1984 dalam Bengen dan Retraubun (2006) 9. Pulau dengan ukuran kurang dari 1.000 km2 atau lebarnya kurang dari 10 km Diaz dan Huertas (1986) dalam Bengen dan Retraubun (2006)
  • 6. Kegiatan Wisata Bahari  Pada bentang laut dapat dilakukan kegiatan wisata antara lain berenang (swimming), memancing (fishing), bersampan yang meliputi mendayung (boating), atau berlayar (sailing), menyelam yang meliputi diving dan snorkeling, berselancar yang meliputi selancar air (wave surving) dan selancar angin (wind surving), serta berperahu dengan parasit (paraseling).  Pada bentang darat pantai dapat dilakukan kegiatan rekreasi yang berupa olahraga susur pantai, bola volley pantai, bersepeda pantai, panjat tebing pada dinding terjal pantai (cliff), dan menelusuri gua pantai. Disamping itu, pada bentang darat pantai dapat dilakukan rekreasi dengan bermain laying-layang, berkemah, berjemur, jalan-jalan melihat pemandangan, berkuda, atau naik dokar pantai. 6
  • 7. Prinsip Utama Ekowisata Low Choy dan Heillbronn (1996), merumuskan lima faktor batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu :  Lingkungan; ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relatif belum tercemar atau terganggu.  Masyarakat; ecotourism harus memberikan manfaat ekologi, social dan ekonomi langsung kepada masyarakat.  Pendidikan dan Pengalaman; ecotourism harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki.  Berkelanjutan; ecotourism dapat memberikan sumbangan positip bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.  Manajemen; ecotourism harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang. 7
  • 8. Pelibatan Masyarakat Rencana pengembangan kawasan bahari harus dikaitkan dengan berbagai kepentingan yang mendasar, yaitu pemberdayaan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan tentang kondisi obyektif wilayahnya, oleh Karena itu dalam pengembangan kawasan wisata bahari, senantiasa hendaknya di mulai pendekatan terhadap masyarakat setempat sebagai suatu model pendekatan perencanaan partisipatif yang menempatkan masyarakat pesisir memungkinkan saling berbagi, meningkatkan dan menganalisa pengetahuan mereka tentang bahari dan kehidupan pesisir, membuat rencana dan bertindak. Pembangunan yang berpusat pada masyarakat lebih menekankan pada pemberdayaan (empowerment), yang memandang potensi masyarakat sebagai sumber daya utama dalam pembangunan dan memandang kebersamaan sebagai tujuan yang akan dicapai dalam proses pembangunan. Masyarakat pesisir adalah termasuk masyarakat hukum adat yang hidup secara tradisional di dalam kawasan pesisir maupun di luar kawasan pasisir. 8
  • 9. Prinsip Dasar Pengelolaan Kawasan Wisata Bahari  Prinsip co-ownership yaitu bahwa kawasan wisata bahari adalah milik bersama untuk itu ada hak-hak masyarakat di dalamnya yang harus diakui namun juga perlindungan yang harus dilakukan bersama.  Prinsip co-operation/co management yaitu bahwa kepemilikan bersama mengharuskan, pengelolaan pesisir untuk dilakukan bersama-sama seluruh komponen masyarakat (stakeholder) yang terdiri dari pemerintah, masyarakat dan organisasi non pemerintah (ORNOP) yang harus bekerja sama.  Prinsip co-responsibility yaitu bahwa keberadaan kawasan wisata bahari menjadi tanggung jawab bersama karena pengelolaan kawasan wisata bahari merupakan tujuan bersama. 9
  • 10. Pendekatan Pengembangan Wisata Bahari  Pengembangan kawasan pariwisata bahari lebih diarahkan dan dipergunakan menuju upaya pengembangan kawasan pariwisata ramah lingkungan. Pengembangan kawasan pariwisata bahari harus menghindari pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan pemborosan sumber daya alam bahari.  Pengembangan kawasan pariwisata bahari perlu mengetengahkan faktor kewaspadaan terhadap dampak lingkungan menjadi sangat penting, terutama dari kunjungan wisatawan yang tidak terkendali guna memelihara keberlanjutan kualitas lingkungan hidup/sumber daya alam wisata tropika khususnya dan menjamin pembangunan (ekonomi) berkelanjutan.  Analisis data potensi dan pemanfaatan sumber daya untuk mengidentifikasikan nilai-nilai yang berpengaruh terhadap kelangsungan pemeliharaan dan pengembangan sumber stakeholder cakupan identifikasi tersedia dan maupun untuk budi daya perairan, wisata pemukiman, bisnis rekreasi atau industri.  Pengembangan kawasan pariwisata bahari memiliki keterkaitan luas dengan peran masyarakat pesisir, oleh karena itu dalam pengembangan kawasan pariwisata bahari dibutuhkan penentuan zonasi yang tepat dari setiap wilayah diperlukan untuk tidak menjadi benturan kepentingan antara zona pertumbuhan pemukiman dengan zonasi kawasan pariwisata bahari yang dikelola dan dimanfaatkan bagi kegiatan rekreasi.  Pengembangan prasarana yang dapat mendorong pertumbuhan antar wilayah melalui sistem prioritas pengembangan kawasan pariwisata bahari berdasarkan tipe, potensi dan karakter alam yang dimiliki oleh masing-masing kawasan. 10
  • 11. Pemahaman Struktur Pengembangan Kepariwisataan 11 Aspek-Aspek Dalam Pembangunan KSPN Destinasi Pariwisata Pemasaran Pariwisata Industri Pariwisata Kelembagaan 1. Daya Tarik Wisata 1. Pasar Wisatawan 1. Struktur Industri Kepariwisataan a. Daya Tarik Wisata Alam 2. Citra Pariwisata a. Hotel/Penginapan 1. Organisasi b Daya Tarik Wisata 3. Promosi Pariwisata b. Restoran dan Rumah Makan Kepariwisataan Budaya 4. Kemitraan c. BPW/BPU 2. SDM Pariwisata c. Daya Tarik Wisata Hasil Pemasaran d. Sarana dan Prasarana 3. Penelitian Dan Buatan Manusia Pariwisata Komunikasi Pengembangan 2. Aksesibilitas Pariwisata e. Galeri Seni dan Toko 3. Prasarana Umum, Fasilitas Cenderamata Umum dan Fasilitas f. Bank dan Penukaran Uang Pariwisata g. Aksesibilitas a. Prasarana Umum h. Paket Perjalanan Wisata b. Fasilitas Umum i. Informasi dan Sistem Informasi c. Fasilitas Pariwisata 2. Tanggung Jawab Terhadap 4. Keterlibatan Masyarakat Lingkungan Dalam Kepariwisataan 3. Daya Saing 5. Investasi di Bidang 4. Kemitraan Usaha Pariwisata 5. Kredibilitas Bisnis
  • 12. Jenis Atraksi Wisata berdasarkan Jenis Wisata 12 Jenis Wisata Jenis Atraksi Wisata Wisata Pesisir & Pantai : Kegiatan wisata yang menempatkan pantai dan lingkungan pesisir sebagai daya tarik dan beraktivitas wisata. Wisata Rekreasi Kegiatan wisata yang memanfaatkan lingkungan obyek wisata pantai sebagai kegiatan rekreasi untuk tujuan berkunjung dan menikmati keindahan alam. Contoh : jalan-jalan, berjemur, bermain, berkemah, dsb. Wisata Olahraga Kegiatan wisata yang memanfaatkan olahraga dan aktivitas luar sebagai daya tarik (olahraga pantai : volley pantai, dsb). Wisata Budaya Kegiatan wisata yang memanfaatkan aktivitas budaya di areal pantai sebagai tempat penyelenggaraan budaya sebagai daya tarik wisata (mis: upacara adat, kampung nelayan dengan kehidupan penduduk asli, dsb). Wisata Belanja Kegiatan wisata yang memanfaatkan kawasan komersial perdagangan retail sebagai tempat rekreasi untuk tujuan berkunjung dan beraktivitas berbelanja untuk kebutuhan berwisata (retail makanan khas & souvenier). Wisata Makan Kegiatan wisata yang memanfaatkan areal gerai makanan sebagai tempat berwisata untuk tujuan berkunjung selain untuk kebutuhan pemenuhan makanan (daya tarik makanan khas daerah, daya tarik suasana tempat, atau daya tarik aglomerasi tempat makanan). Wisata Pendidikan Kegiatan wisata yang memanfaatkan sumber daya ilmu pengetahuan sebagai atraksi wisata, yang diselenggarakan atau yang memanfaatkan areal pantai atau pesisir sebagai tempat berwisata. (Mis: tambak, jenis-jenis museum bahari, kampung nelayan dengan keaslian pola kehidupan penduduk nelayan, taman laut nasional ). Wisata Laut : Kegiatan wisata yang memanfaatkan areal perairan laut sebagai daya tarik dan beraktivitas wisata. Wisata Rekreasi Kegiatan wisata yang memanfaatkan lingkungan perairan laut sebagai obyek wisata menjadi kegiatan rekreasi untuk tujuan berkunjung dan menikmati keindahan alam. (Mis: wisata observasi bawah air: taman laut nasional). Wisata Olahraga Kegiatan wisata yang memanfaatkan lingkungan perairan laut sebagai kegiatan olahraga dan aktivitas luar (Mis: berenang, memancing, surving, diving, snorkeling, berlayar, jet ski). Wisata Budaya Kegiatan wisata yang memanfaatkan aktivitas budaya di daerah perairan laut sebagai tempat penyelenggaraan aktivitas budaya sebagai daya tarik wisata (Mis: upacara adat, dsb).
  • 13. Siklus Hidup Area Wisata 13
  • 14. Perencanaan Tata Ruang Wilayah Perencanaan 14 Visi •Apa visi wilayah perencanaan ? •Apa yang perlu dilestarikan ? •Apa yang perlu dikembangkan ? •Apa yang perlu dimanfaatkan ? Fungsi •Fungsi-fungsi apa yang perlu diwadahi di Wilayah perencanaan sesuai dengan visi ? •Jenis apa ? •Skala berapa ? •Karakter bagaimana ? Ruang •Ruang-ruang seperti apa yang diperlukan untuk mewadahi fungsi ? •Seberapa besar ? •Lokasi dimana ? •Karakter bagaimana ? Infrastruktur •Infrastruktur seperti apa yang diperlukan untuk melayani fungsi ? •Infrastruktur apa ? •Lokasi dimana ? •Jenis dan karakter bagaimana ? Manajemen •Manajemen seperti apa yang diperlukan untuk mengatur fungsi, ruang, dan infrastruktur di Wilayah perencanaan ? •Lembaga pemerintah-swasta-masy. Apa ? •Pembiayaan berapa dan dari mana ? •Bagaimana mekanisme dan kontrol ?
  • 15. Alur Pikir Perencanaan Tata Ruang Wilayah Perencanaan 15
  • 16. Satuan Ruang Wilayah Pariwisata dan Unsur Pembentuknya  Satuan ruang pariwisata pada hakekatnya akan bersifat hirarkis dan bergradasi menurut luasan, ketersediaan akses, dan kompleksitas unsur pembentuknya. Konsep satuan ruang pariwisata meliputi :  Ruang wilayah atau region;  Ruang destinasi; dan  Lokasi atau tapak (site) pariwisata.  Satuan region atau wilayah pariwisata merupakan skala pembagi ruang destinasi wisata nasional, lebih luas dari suatu provinsi dan dapat mencakup beberapa provinsi. Pada satuan ruang tersebut, kepentingan pengelolaan pariwisata cenderung berada pada level kebijakan dibandingkan kegiatan pengembangan lahan (land development).  Satuan wilayah atau region terbentuk melalui unsur-unsur :  Satu atau lebih destinasi pariwisata,  Satu atau lebih gerbang primer (entry),  Akses penghubung gerbang ke destinasi oleh prasarana transportasi, dan  Prasarana pendukung dan jasa wisata lainnya. 16
  • 17. Sistem Pusat-Pusat dan Koridor Sirkulasi Dalam Satuan Ruang Wilayah (Region) Pariwisata  Satuan wilayah atau region pariwisata dapat melingkupi satu atau beberapa kota besar, menengah, dan kecil serta hinterland yang melayani satu atau lebih destinasi pariwisata yang terhubungkan oleh prasarana transportasi dengan delineasi tidak terbatas dalam satu satuan administratif.  Gerbang primer yang umumnya diwakili oleh kota utama atau kota besar lainnya secara fungsional didukung oleh gerbang sekunder dan berbagai moda transportasi. 17
  • 18. 18 Skema Satuan Ruang Wilayah (Region) Pariwisata ACCESS dan Unsur Pembentuknya Potential travelers, tourists, recreationals. REGION CIRCULATION CORRIDOR MARKETS DESTINATION ZONE NON-ATTRACTION AREA ENTRANCE Potential travelers, tourists, recreationals.
  • 19. Satuan Ruang Zona Destinasi  Dalam konteks Nasional, satuan ruang wilayah membagi wilayah kepariwisataan Nasional dalam beberapa satuan ruang yang terdiri dari satu atau lebih wilayah Provinsi atau dalam kebijakan pengembangan pariwisata Nasional relevan dengan DPN sebagaimana dimaksudkan oleh perwilayahan pariwisata. Dalam kebijakan nasional tersebut persyaratan pembentukan DPN adalah adanya daya tarik wisata yang bersifat unggulan; gerbang internasional sebagai akses primer; kota-kota sebagai gerbang sekunder; akses antara gerbang primer dan sekunder; serta adanya lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi yang mendukung kegiatan pariwisata.  Satuan destinasi pariwisata dimaksudkan sebagai bagian dari suatu satuan wilayah pariwisata yang mencakup satu atau lebih obyek dan atraksi wisata; dilengkapi prasarana dan sarana penunjang, kelompok masyarakat, dan lingkungan pendukung pariwisata. Pada satuan ruang tersebut, dibutuhkan peran berbagai pemangku kepentingan pariwisata, seperti pengembang, perencana, pelaku usaha wisata, dan Pemerintah Daerah dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata.  Satuan ruang destinasi pariwisata yang direpresentasikan oleh keberadaan obyek dan atraksi wisata dalam suatu cluster atau lebih; akses atau koridor sirkulasi utama yang diwakili oleh prasarana transportasi; komunitas yang menyelenggarakan jasa, pelayanan, sarana, dan atraksi wisata; serta adanya linkages yang menghubungkan seluruh fungsi yang ada. 19
  • 20. Sistem Pusat-Pusat dan Koridor Sirkulasi Dalam Satuan Ruang Wilayah (Region) Pariwisata 20 Small Town Secondary Destination Zona Primary Destination Zona Rural Area Medium or Large City Circulation Corridor
  • 21. Skema Satuan Ruang Zona Destinasi DESTINATION ZONE COMMUNITY Limit of community influence Service facilities, products, Withheld fromm travel tourism, recrestion development. ACCESS atractions. LINKAGE ATTRACTION COMPLEX Group of things to see and do based upon research-design. Gateway : direction, information, impression. Circulation corridor. SECTION CIRCULATION GATEWAY COMMUNITY LINKAGE ATTRACTION 21
  • 22. Satuan Tapak atau Lokasi (Site) Pariwisata  Satuan tapak atau lokasi (site) pariwisata merupakan satuan ruang destinasi wisata terkecil dimana obyek dan atraksi wisata berlokasi.  Satuan tapak atau lokasi dapat mewakili fungsi nucleus. Pada skala ini bekerja faktor-faktor fisik, ekologis, sosio-ekonomi, dan sosio-budaya secara intensif yang merupakan interaksi lingkungan binaan dengan lingkungan alam. Dalam konteks tersebut, maka kepentingan satuan tapak atau lokasi adalah berfungsinya sumberdaya setempat sebagai potensi obyek dan atraksi wisata.  Daya tarik wisata adalah :  Segala sesuatu yang dapat menarik pengunjung untuk datang berwisata ke suatu tempat tertentu  Segala sumberdaya permanen yang telah ditentukan dan dikendalikan dan yang dikelola untuk dinikmati, disenangi, menjadi tempat hiburan atau pendidikan bagi pengunjung umum Secara luas hal ini diwakili oleh keindahan dan kekayaan alam; kondisi klimatologi; lansekap; vegetasi; badan air permukaan; kehidupan satwa liar; biota akuatik; peninggalan sejarah, budaya, dan agama; kehidupan tradisional; fasilitas hiburan, sosial, dan budaya; produk kemajuan teknologi; atraksi spesifik yang diselenggarakan secara periodik; dan sebagainya. 22
  • 23. Konfigurasi Fungsional Zona Destinasi INVIOLATE BELT NUCLEUS THE PRINCIPAL ATTRACTION FORCE ZONE OF CLOSURE ESSENTIAL SETTING OUTER AREA OF INFLUENCE (MUST INCLUDE A SERVICE CENTER OR A COMMUNITY) 23
  • 24. Pertimbangan dalam Perencanaan Destinasi Pariwisata Posisi geografis. Unsur Destinasi Pariwisata 24
  • 25. Posisi Geografis Destinasi Pariwisata  Posisi geografis destinasi pariwisata menjelaskan mengenai hubungan antara segmen pasar dan destinasi pariwisata menurut fungsi jarak, waktu, dan kemudahan akses.  Sebagaimana telah dijelaskan dalam konsep keruangan, maka fungsi-fungsi tersebut diwakili oleh prasarana dan sarana transportasi menuju dan dari gerbang primer (entry); sistem penanganan (handling) wisatawan menuju destinasi; obyek dan atraksi wisata yang ditawarkan dalam suatu cluster atau lebih; koridor sirkulasi utama di dalam destinasi yang menghubungkan antara obyek dan atraksi wisata dengan prasarana dan sarana penunjang wisata; komunitas yang menyelenggarakan jasa, pelayanan, sarana, dan atraksi wisata. 25
  • 26. Posisi Geografis Destinasi Pariwisata 1 2 3 5 4 PLANE, SHIP ACESS CAR ACESS 26
  • 27. Pola Konfigurasi Spasial Destinasi Pariwisata Pola keruangan destinasi pariwisata diwakili oleh 5 (lima) konfigurasi yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan destinasi pariwisata, yaitu :  Single destination, dimana sebagian besar kegiatan wisata berada dalam satu destinasi  En route, dimana beberapa destinasi dapat dikunjungi dalam perjalanan ke destinasi utama  Base camp, dimana destinasi yang lain dapat dikunjungi sewaktu berada dalam destinasi utama  Regional tour, dimana beberapa destinasi dapat dikunjungi ketika berada dalam sebuah wilayah target  Trip chaining, merupakan tur perjalanan keliling yang dapat melingkupi beberapa destinasi 27
  • 28. Pola Konfigurasi Spasial Destinasi Pariwisata 4. Regional Tour 3. Base Camp 2. En Route ORIGIN 1. Single Destination 5. Trip Chaining 28
  • 29. Unsur Destinasi Pariwisata  Destinasi pariwisata terdiri atas 3 (tiga) unsur utama, yakni :  Kompleks obyek dan atraksi wisata, dapat direpresentasikan oleh suatu cluster atau gabungan beberapa cluster  Koridor sirkulasi di antara cluster  Area bukan obyek dan atraksi wisata, yang memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata pada masa mendatang  Zonasi keruangan suatu destinasi pariwisata didelineasi ke dalam 3 (tiga) zona utama, yakni :  Nucleus yang merepresentasikan satuan ruang berupa kompleks atau cluster dimana fitur obyek dan atraksi wisata utama berada  Inviolate belt yang direpresentasikan oleh kawasan di sekeliling nucleus yang secara fungsional guna lahan dan estetikanya memberikan pengenalan bagi obyek dan atraksi wisata yang dituju  Zone of closure direpresentasikan oleh kawasan terluar, dimana fungsi kepentingan aksesibilitas, informasi, dan pelayanan masyarakat bagi pariwisata tersedia 29
  • 30. Hubungan Koridor Sirkulasi Dalam Destinasi Pariwisata 30 B. Incompatibility C. Distant Complementarity A. Compatibility 1 + 1 > 2 1 + 1 < 2 Large attraction supported by other similar atractions. Disimilar attraction demand separation.
  • 31. Hubungan Koridor Sirkulasi Dalam Destinasi Pariwisata  Koridor sirkulasi suatu destinasi pariwisata ditujukan untuk menciptakan akses di dalam destinasi direpresentasikan oleh prasarana dan sarana transportasi.  Koridor sirkulasi menghubungkan obuek dan atraksi wisata dengan prasarana dan sarana penunjang pariwisata, seperti lokasi air terjun, konservasi satwa dan tumbuhan, diving, paralayang, sailing, dan lainnya dengan hotel, cottage, penginapan, restoran, fasilitas kesehatan, dan lainnya.  Perencanaan koridor sirkulasi perlu mempertimbangkan pola keterhubungan (linkage) antara unsur-unsur wisata dalam destinasi, yaitu :  Compatibility atau saling melengkapi. Sirkulasi direncanakan dengan prinsip efisiensi dan pelayanan jumlah wisatawan yang lebih besar  Incompatibility, jika obyek dan atraksi wisata memiliki karakteristik berbeda, sehingga dalam perencanaan fisik dan manajemen perlu dipisahkan  Distant complementarity, jika obyek dan atraksi wisata terpisah jauh, sehingga perlu dihubungkan melalui manajemen paket perjalanan 31
  • 32. Konsep Zonasi Perencanaan Kawasan Pariwisata  Tripartite Concept  Core Zone atau Main Zone, merupakan zona inti atau atraksi sebuah kawasan pariwisata yang harus tetap terjaga dan memberi khas atau tema kawasan pariwisata tersebut. Building Rationya antara 10%-20% dari luas keseluruhan.  Buffer zone, merupakan zona penyangga berupa are natural yang berbentuk lanskap yang berfungsi sebagai penyangga atau penyeimbang untuk aktifitas maupun fasilitas yang ada dikawasan tersebut. Building Rationya antara 60%-80% dari luas keseluruhan.  Service Zone atau Public Zone, merupakan zona pelayanan yang biasanya digunakan untuk pengembangan fasilitas dan pelayanan untuk dikomersilkan. Building Rationya 20% dari luas keseluruhan  Concept of Honey Pot Konsep ini merupakan salah satu aplikasi dari Clustering Concept yang mengkonsentrasikan fasilitas, prasarana, dan aktifitas pengunjung pada suatu area. Konsep ini diterapkan pada daerah yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi baik penduduk, aktivitas, maupun bangunan dan lokasinya berdekatan dengan pusat aksesibilitas. 32
  • 33. Model Perencanaan Fasilitas Pada Kawasan Wisata 33
  • 34. Komponen Daerah Tujuan Wisata Komponen daerah tujuan wisata yang saling mendukung (Cooper et. al., 1993), yang meliputi:  Attractions, atau dayatarik wisata, yang secara umum dapat dipilah dalam dayatarik alam, dayatarik budaya, dan dayatarik buatan  Amenities, atau fasilitas dan layanan pendukung wisata, yang antara lain meliputi akomodasi dan jasa boga, serta aneka jasa lain, termasuk retail dan jasa rekreasional lainnya  Access, atau pencapaian, baik menuju ke, maupun, di dalam daerah tujuan  Ancillary services, yang meliputi kegiatan pemasaran, pengembangan, serta koordinasi 34
  • 35. Komponen Dasar Pengembangan Wisata Sumber: Hasil Analisis & modifikasi dari Chalid Fandelli & Mukhlison, 2002. 35
  • 36. Daya Dukung Wisata Bahari Daya dukung wisata bahari meliputi :  Daya dukung ekologis; Pigram (1983) dalam Nurisyah, S dkk (2001) mengemukakan bahwa daya dukung ekologis sebagai tingkat maksimal penggunaan suatu kawasan.  Daya dukung fisik. Suatu kawasan wiasata merupakan jumlah maksimum penggunaan atau kegiatan yang diakomodasikan dalam areal tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas.  Daya dukung sosial. Suatu kawasan wisata dinyatakan sebagai batas tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan dimana melampauinya akan menimbulkan penurunanan dalam tingkat kualitas pengalaman atau kepuasan.  Daya dukung rekreasi merupakan suatu konsep pengelolaan yang menempatkan kegiatan rekreasi dalam berbagai objek yang terkait dengan kemampuan kawasan. 36
  • 38. PERSPEKTIF DASAR PEMBANGUNAN PARIWISATA MERUPAKAN BAGIAN INTEGRAL DARI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH PARIWISATA DIKEMBANGKAN UNTUK BERPERAN SERTA MENJAWAB/MENGATASI BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN YANG MENCAKUP DIMENSI EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, LINGKUNGAN, PERTAHANAN DAN KEAMANAN DOKUMEN RIPPDA DAN MASTERPLAN MERUPAKAN SALAH SATU MASUKAN BAGI PENYUSUNAN RIPPNAS DOKUMEN RIPPDA DAN MASTERPLAN MERUPAKAN ACUAN BAGI SEMUA STAKEHOLDER (PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT).
  • 39. KONSEP PERENCANAAN PARIWISATA AKTIVITAS SISTEMATIS UNTUK MENGELOLA MASA DEPAN KEPARIWISATAAN SECARA KOMPREHENSIF, INTEGRAL DAN BERKELANJUTAN, DENGAN MENGOPTIMALKAN SUMBER DAYA ALAM DAN BUDAYA, UNTUK MERESPONS KEBUTUHAN MASYARAKAT DAN AKTIVITAS PARIWISATA, DALAM RANGKA : MENCIPTAKAN KUALITAS PENGALAMAN WISAWATAN, DAN MEMBERIKAN DAMPAK PEMERATAAN, DAN MEMBERIKAN DAMPAK PERTUMBUHAN KEPADA DAERAH DAN MASYARAKAT.
  • 40. HIERARKI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DALAM PENATAAN RUANG
  • 41. 41 PRINSIP DASAR PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PELAKU/OPERATOR SUBJEK PEMBANGUNAN (DARI MASYARAKAT, OLEH MASYARAKAT DAN UNTUK MASYARAKAT) - LINTAS SEKTOR, - LINTAS WILAYAH -MULTI DIMENSI FASILITATOR REGULATOR PEMERINTAH SWASTA MASYARAKAT KARAKTERISTIK
  • 42. • DESTINASI PARIWISATA ADALAH AREA ATAU KAWASAN GEOGRAFIS YANG BERADA DALAM SATU ATAU LEBIH WILAYAH ADMINISTRATIF YANG DI DALAMNYA TERDAPAT UNSUR : DAYA TARIK FASILITAS AKSESIBILITAS MASYARAKAT WI IS SA AT TA AW WA AN N YANG SALING TERKAIT DAN MELENGKAPI UNTUK TERWUJUDNYA KEGIATAN KEPARIWISATAAN DENGAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN REGULASI
  • 43. POSISI STRATEGIS PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA 1 . PENGEMBANGAN DESTINASI MERUPAKAN BAGIAN INTEGRAL PEMBANGUNAN PARIWISATA NASIONAL DESTINASI PARIWISATA MERUPAKAN UNSUR VITAL SEKALIGUS PENGGERAK UTAMA BAGI WISATAWAN DALAM MEMUTUSKAN PERJALANAN DAN KUNJUNGAN KE SUATU DAERAH ATAU NEGARA 2 . KEBERHASILAN PEMBANGUNAN PARIWISATA SANGAT DIDUKUNG OLEH PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA SECARA PROFESIONAL, TERPADU SECARA SEKTORAL DAN KEWILAYAHAN, MEMILIKI KONSEP YANG JELAS, DIDUKUNG OLEH SISTEM JASA DAN LAYANAN YANG HANDAL SERTA DIPERKUAT OLEH SISTEM DAN STRATEGI PEMASARAN YANG AKTIF, TERFOKUS DAN TERPADU. 3 .
  • 44. Konsep Pembangunan Pariwisata Yang Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development) 44 LINGKUNGAN Sustainable Tourism EKONOMI SOSIAL DAN Menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan dampak pertumbuhan ekonomi pada nilai sosial dan budaya BUDAYA
  • 45. RPJPN RPJMN RPJPP RPJMP RPJP Kab/kota RPJM Kab/Kota Perencanaan Tata Ruang Perencanaan Kepariwisataan Rencana Umum Rencana Detil Rencana Umum Rencana Detil RTRWN RTR Pulau RTRWP RTR KSN RTR KSP RDTR Kota RTRW Kota RTRW Kab RTR KS Kota RDTR Kab RTR KS Kab RIPPARNAS RIPPARDA P RIPPARDA Kot RIPPARDA Kab PP No.15/2010 PERDA P PERDA KOTA PERDA KAB PERPRES PP No.50/2011 PERDA P PERDA KOTA PERDA KAB KSPN KEPPRES KSP P PERDA P KSP KOTA PERDA P KSP KAB PERDA P Integrasi Dan Keterkaitan Kebijakan Perwilayahan Kepariwisataan dan Tata Ruang
  • 46. FASILITASI KOORDINASI FOKUS PADA MINAT KHUSUS 1. Wisata Budaya & Sejarah 2. Wisata alam dan ekowisata 3. Wisata Olah Raga Rekreasi (menyelam, selancar, kapal layar, treking dan mendaki, golf, bersepeda, maraton) 4. Wisata kapal pesiar 5. Wisata kuliner dan belanja 6. Wisata kesehatan dan kebugaran 7. Wisata konvensi, insentif, pameran, dan even Fokus Dan Upaya Pengembangan Destinasi FOKUS LOKASI DESTINASI DENGAN KRITERIA: Memperhatikan sebaran lokasi PEMDA dapat diajak bekerja sama dengan baik Masuk dalam MP3Ei Memiliki DMO Mudah untuk dikembangkan UPAYA PENGEMBANGAN PADA FOKUS LOKASI DESTINASI YANG DIKEMBANGKAN Fasilitas Pariwisata Prasarana Umum Aksesibilitas Daya Tarik Wisata Investasi Pariwisata Industri Pariwisata Pemberdayaan Masyarakat Pencitraan & Promosi Destinasi Wisata Pemetaan dan Perancangan Fasilitasi pembangunan fisik Fasilitasi tatakelola Fasilitasi pengembangan profil dan promosi investasi Sertifikasi, standarisasi, pola perjalanan, paket wisata Sadar wisata, desa wisata, gerakan Indonesia Indah dan Bersih, Aktivasi ekonomi kreatif Harmonisasi kebijakan antar sektor, pusat dan daerah Kebijakan dan Regulasi komunikasi dan promosi 3 Tahun Mendatang
  • 47. Peta Pengembangan Destinasi Pariwisata Nasional Menurut PP 50/2011 tentang RIPPARNAS 47
  • 48. Daftar KSPN 48 1. KSPN. Kintamani–Danau Batur dskt 2. KSPN. Komodo dan sekitarnya 3. KSPN. Borobudur dan sekitarnya 4. KSPN. Rinjani dan sekitarnya 5. KSPN. Nongsa - Pulau Abang dskt 6. KSPN. Toba dan sekitarnya 7. KSPN. Bukittinggi dan sekitarnya 8. KSPN. Bromo–Tengger–Semeru dskt 9. KSPN. Bunaken dan sekitarnya 10. KSPN. Raja Ampat dan sekitarnya 11. KSPN. Pangandaran dan sekitarnya 12. KSPN. Toraja dan sekitarnya 13. KSPN. Ende–Kelimutu dan sekitarnya 14. KSPN. Kota Tua–Sunda Kelapa dskt 15. KSPN. Tanjung Puting dan sekitarnya 16. KSPN. Teluk Dalam-Nias dskt 17. KSPN. Dieng dan sekitarnya 18. KSPN. Wakatobi dan sekitarnya 19. KSPN. Pantai Selatan Lombok dskt 20. KSPN. Siberut dan sekitarnya 21. KSPN. Derawan–Sangalaki dskt 22. KSPN. Bitung–Lembeh dan sekitarnya 23. KSPN. Singkarak dan sekitarnya 24. KSPN. Sentarum dan sekitarnya 25. KSPN. Bandaneira dan sekitarnya 26. KSPN. Weh dan sekitarnya 27. KSPN. Kep Seribu dan sekitarnya 28. KSPN. Ujung Kulon- Tj. Lesung dskt 29. KSPN. Togean–Tomini dan sekitarnya 30. KSPN. Merapi–Merbabu dan sekitarnya 31. KSPN. Karimunjawa dan sekitarnya 32. KSPN. Tambora dan sekitarnya 33. KSPN. Tangkahan dan sekitarnya 34. KSPN. Palembang Kota dskt ( Musi) 35. KSPN. Tanjung Kelayang dan sekitarnya 36. KSPN. Muaro Jambi dan sekitarnya 37. KSPN. Kerinci Seblat dan sekitarnya 38. KSPN. Trowulan dan sekitarnya 39. KSPN. Way Kambas dan sekitarnya 40. KSPN. Prambanan–Kalasan dan sekitarnya 41. KSPN. Kuta–Sanur–Nusa Dua dskt 42. KSPN. Morotai dan sekitarnya 43. KSPN. Sentani dan sekitarnya 44. KSPN. Sangiran dan sekitarnya 45. KSPN. Takabonerate dan sekitarnya 46. KSPN. Rupat dan sekitarnya 47. KSPN. Agats–Asmat dan sekitarnya 48. KSPN. Pagaralam dan sekitarnya 49. KSPN. Krakatau dan sekitarnya 50. KSPN. Natuna dan sekitarnya 51. KSPN. Alor–Kalabahi dan sekitarnya 52. KSPN. Yogyakarta Kota dan sekitarnya 53. KSPN. Lhoksado dan sekitarnya 54. KSPN. Karst Pacitan dan sekitarnya 55. KSPN. Bali Utara / Singaraja dan sekitarnya 56. KSPN. Gili Tramena dan sekitarnya 57. KSPN. Moyo dan sekitarnya 58. KSPN. Kota Bangun–Tanjung Isuy dskt 59. KSPN. Kayan Mentarang dan sekitarnya 60. KSPN. Ciwidey dan sekitarnya 61. KSPN. Tomohon–Tondano dskt 62. KSPN. Danau Ranau dan sekitarnya 63. KSPN. Biak dan sekitarnya 64. KSPN. Tangkuban Perahu dskt 65. KSPN. Maninjau dan sekitarnya 66. KSPN. Nemberala–Rotendao dskt 67. KSPN. Pantai Selatan Yogya dskt 68. KSPN. Karst Gunung Kidul dskt 69. KSPN. Halimun dan sekitarnya 70. KSPN. Ijen–Baluran dan sekitarnya 71. KSPN. Waikabubak–Manupeh Tanah Daru dskt 72. KSPN. Karangasem–Amuk dskt 73. KSPN. Lagoi-Bintan dan sekitarnya 74. KSPN. Enggano dan sekitarnya 75. KSPN. Bandung Kota dan sekitarnya 76. KSPN. Puncak–Gede Pangrango dskt 77. KSPN. Teluk Cenderawasih dskt 78. KSPN. Menjangan–Pemuteran dskt 79. KSPN. Taman Nasional Bali Barat dskt 80. KSPN. Tulamben–Amed dan sekitarnya 81. KSPN. Bedugul dan sekitarnya 82. KSPN. Nusa Penida dan sekitarnya 83. KSPN. Ubud dan sekitarnya 84. KSPN. Besakih–Gunung Agung dskt 85. KSPN. Long Bagun dan sekitarnya 86. KSPN. Sambas dan sekitarnya 87. KSPN. Gorontalo Kota–Limboto dskt 88. KSPN. Wazur–Merauke dan sekitarnya
  • 49. Lokasi Destinasi Yang Akan Didorong Untuk Dikembangkan : “Bali Beyond” No DPN KPPN/KSPN Prop DAYA TARIK JENIS DT 1 MEDAN–TOBA, dskt (S) Toba dskt Sumut Geowisata Pmlhraan-Revitalisasi 2 JAKARTA–KEP SERIBU, dskt (S) Kep Seribu dskt DKI Jakarta Bahari Pmlhraan-Revitalisasi (S) Kota Tua–Sunda Kelapa dskt Budaya-Pusaka Pmlhraan-Revitalisasi 3 BOROBUDUR–YOGYA, dskt (S) Borobudur dskt Jateng & DIY Budaya-Pusaka Pmlhraan-Revitalisasi 4 BROMO–MALANG, dskt (S) Bromo–Tengger–Semeru dskt Jatim Ekowisata Pmlhraan-Revitalisasi 5 BALI–NUSA LEMBONGAN, 49 dskt (S) Kintamani-Danau Batur, dskt Bali Geowisata Pmlhraan-Revitalisasi (S) Menjangan, Pemuteran, dskt Bahari Pmlhraan-Revitalisasi (S) Kuta, Sanur, Nusadua, dskt (MP3EI) Bahari Pmlhraan-Revitalisasi 6 LOMBOK – GILI TRAMENA, dskt (S) Rinjani dskt NTB Ekowisata Pmlhraan-Revitalisasi 7 KOMODO–RUTENG, dskt (S) Komodo dskt NTT Ekowisata Pmlhraan-Revitalisasi 8 KELIMUTU–MEUMERE, dskt (S) Ende–Kelimutu dskt Ekowisata Pmlhraan-Revitalisasi 9 PALANGKARAYA–TANJUNG PUTING, dskt (S) Tanjung Puting dskt Kalteng Ekowisata Prntisan-Pmbngunan 10 TORAJA–LORELINDU, dskt (S) Toraja dskt Sulsel Budaya-Pusaka Pmlhraan-Revitalisasi 11 MANADO-BUNAKEN, dskt (S) Bunaken dskt Sulut Bahari Pmlhraan-Revitalisasi 12 KENDARI–WAKATOBI, dskt (S) Wakatobi dskt Sultra Bahari Prntisan-Pmbngunan 13 SORONG–RAJA AMPAT, dskt (S) Raja Ampat dskt Papua Barat Bahari Prntisan-Pmbngunan 13 DPN 16 KSPN 12 PROP
  • 50. Bentuk Fasilitasi Kemenparekraf dalam Pembangunan KSPN
  • 51. Kemenparekraf Sebagai Koordinator Pengembangan KSPN PEMANGKU KEPENTINGAN KOORDINASI PEMBANGUNAN Pemerintah Non Pemerintah PROSES/TAHAPAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN Pemetaan & Analisis Perencanaan dan perancangan Pemeliharaan Pelaksanaan Pembangunan PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN KSPN ASPEK PEMBANGUNAN Destinasi Pemasaran Industri Kelembagaan MONITORING DAN EVALUASI Pusat Daerah Bisnis (investor, pelaku usaha, asosiasi, DMO) Masyarakat dan komunitas Intelektual (Akademisi, pemangku adat) 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) (Perpres Sudah Diproses)
  • 52. PEMERINTAH PROPINSI SEKRETARIAT DAERAH DINAS PARIWISATA DINAS PERHUBUNGAN, KOMINFO DINAS PERINDUSTRIAN & PERDAGANGAN DINAS SOSIAL & TENAGA KERJA DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN DINAS KOPERASI & UKM DINAS PERTANIAN & PERKEBUNAN DINAS BINA MARGA & PENGAIRAN DINAS CIPTA KARYA DINAS PENDIDIKAN DINAS KEBUDAYAAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DINAS PENDAPATAN DAERAH BADAN PERENCANAAN DAERAH BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAH DINAS KEPENDUDUKAN & CATATAN SIPIL GUBERNUR & WAKIL PEMERINTAH KOTA & KABUPATEN SEKRETARIAT DAERAH DINAS PARIWISATA DINAS PERHUBUNGAN, KOMINFO DINAS PERINDUSTRIAN & PERDAGANGAN DINAS SOSIAL & TENAGA KERJA DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN DINAS KOPERASI & UKM DINAS PERTANIAN & PERKEBUNAN DINAS BINA MARGA & PENGAIRAN DINAS CIPTA KARYA DINAS PENDIDIKAN DINAS KEBUDAYAAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DINAS PENDAPATAN DAERAH BADAN PERENCANAAN DAERAH BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAH DINAS KEPENDUDUKAN & CATATAN SIPIL BUPATI / WALIKOTA & WAKIL, CAMAT, LURAH PEMERINTAH PUSAT (KEMENTERIAN) PARIWISATA & EKONOMI KREATIF PERHUBUNGAN KOMINFO PEKERJAAN UMUM PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN DALAM NEGERI KEHUTANAN KOPERASI & UKM KELAUTAN & PERIKANAN PERINDUSTRIAN BUMN Pemerintah Sebagai Pemangku Kepentingan Terkait
  • 53. Tahapan Pengembangan KSPN t1 t2 – t4 t5 Dokumen Inisiasi Perencanaan Perancangan Pemantauan Keluaran & Evaluasi Implementasi Masukan Dokumentasi Closure Pengguna akhir Manajemen Informasi PERSIAPAN IMPLEMENTASI EXIT STRATEGY Pemetaan dan perencanaan Pendampingan, pemberdayaan, dan pengembangan Exit strategy Pemantauan & Evaluasi Pemantauan & Evaluasi secara menyeluruh
  • 54. 54 SKENARIO PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL Skenario PENINGKATAN DAYA SAING Skenario PENYEBARAN PERTUMBUHAN
  • 55. 55 SKENARIO PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL Skenario PENINGKATAN DAYA SAING Pola pengembangan yang ditujukan untuk mempercepat pencapaian target peningkatan kunjungan pasar utama dan potensial mancanegara dalam rangka mendorong peningkatan devisa, positioning destinasi dalam peta kepariwisataan internasional serta kompetisi regional FOKUS PENGEMBANGAN : 1. PEMELIHARAAN Pemantapan/konsolidasi, peremajaan dan intensifikasi peningkatan kualitas destinasi pariwisata sehingga tetap memiliki daya saing secara berkelanjutan 2. REVITALISASI Rekonstruksi dan Revitalisasi destinasi pariwisata yang menurun kinerjanya 3. PEMBANGUNAN Kegiatan pembangunan baru di lokasi/ destinasi pariwisata yang memiliki kelayakan potensi dan kapasitas pengembangannya.
  • 56. 13 Wilayah provinsi yang menjadi tujuan kunjungan 15 pasar strategis: 56 Yaitu skenario pengembangan yang dikaitkan dengan upaya mengejar target peningkatan kunjungan pasar utama dan potensial mancanegara dalam mendorong peningkatan devisa, positioning dalam peta kepariwisataan internasional serta kompetisi regional 56 Dasar pijakan pengembangan: • 15 negara Pasar strategis Indonesia • Provinsi yang menjadi destinasi kunjungan wisatawan dari 15 negara pasar strategis • Preferensi produk dari 15 negara pasar strategis Indonesia pada wilayah provinsi yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan dari pasar strategis tersebut. 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 0 2004 2005 -23,0 % -3,4 % -8,9 % -2,0 % -31,4 % -3,4 % -18,0 % -17,2 % -1,5 % -13,4 % Singapore Malaysia Japan Korea.Rep Taiwan Germany Netherland UK USA Australia 2004 1,644,717 622,541 615,720 228,408 384,226 134,625 92,152 113,578 153,268 408,705 2005 1,266,461 601,525 560,935 223,761 263,577 130,095 108,744 133,123 151,004 353,945 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 102,5 % 21 % 76,8 % 8 % 7,4 % 17, 7 % - 6,1 % 30 % 12 % CHINA INDIA MID EAST AFRIKA RUSIA 24,5 % 2003 40,840 29,895 31,371 30,244 14,413 2004 50,856 36,169 33,870 35,594 18,812 2005 102,995 63,930 36,369 33,408 21,078 PASAR UTAMA 1. Singapore 2. Malaysia 3. Jepang 4. Korea 5. Taiwan 6. Geermany 7. Belanda 8. USA 9. UK 10. Australia PASAR BERKEMBANG 1. China 2. India 3. Timur Tengah 4. Rusia 4. Jatim 5. DIY 6. Jateng 7. Batam - Bintan 8. Sulawesi Utara 9. Sulawesi Selatan, 1. Jakarta 2. Bali 3. Jabar & Banten Tema Pengembangan : • MICE • BELANJA • EKOWISATA • BUDAYA • BAHARI • ZIARAH • NICHE PRODUCT 10. Sumatera Utara 11. Sumatera Barat 12. NTB 13. NTT Fokus Pengembangan : • PEMELIHARAAN • REVITALISASI • PEMBANGUNAN SKENARIO PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL Skenario PENINGKATAN DAYA SAING
  • 57.  Kegiatan pembangunan baru di lokasi/destinasi pariwisata yang memiliki kelayakan potensi dan kapasitas pengembangannya. 57 SKENARIO PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL Skenario PENYEBARAN PERTUMBUHAN Pola pengembangan yang ditujukan untuk pemerataan/penyebaran pembangunan kepariwisataan pada wilayah yang memiliki sumber daya kepariwisataan potensial namun tertinggal (potensi kepariwisataan yang dimiliki belum memberikan kontribusi/ manfaat yang signifikan). FOKUS PENGEMBANGAN : 1. PERINTISAN  Kegiatan eksploratif dan perintisan pengembangan destinasi pariwisata yang potensial dan inovatif (baru) 2. PEMBANGUNAN 3. REVITALISASI  Rekonstruksi dan Revitalisasi destinasi pariwisata yang menurun kinerjanya
  • 58. FOKUS Pengembangan: • PERINTISAN • PEMBANGUNAN • REVITALISASI 58 Skenario yang dikaitkan dengan upaya pemerataan dan penyebaran pertumbuhan kepariwisataan pada wilayah yang memiliki sumber daya kepariwisataan potensial namun tertinggal (potensi kepariwisataan yang dimiliki belum mampu memberikan kontribusi/ manfaat ekonomi signifikan bagi wilayah terkait). Wilayah provinsi yang dikembangkan berdasarkan pola ini adalah : 6. Lampung 7. Babel 8. Kalbar 9. Kalteng 10. Kalsel Tema Pengembangan : • BAHARI • EKOWISATA • BUDAYA • BELANJA • MICE ZIARAH • NICHE PRODUCT 11. Kaltim 12. Sulteng 13.Sultra 14. Banten 1. NAD 2. Riau 3. Jambi 4. Bengkulu 5. Sumsel 15. Maluku Utara 16. Gorontalo 17. Maluku 18. Irian Jaya Barat 19. Papua Dasar pijakan pengembangan: Berdasarkan pemetaan data kunjungan wisatawan (wisman dan wisnus) di seluruh wilayah provinsi di Indonesia, maka wilayah yang termasuk dalam kategori rendah perkembangan kepariwisataannya meliputi 19 wilayah provinsi, yaitu: NAD, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Lampung, Babel, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kalsel, Sultra, Sulteng, Sulbar, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, Irian Jaya Barat, Papua, 58 SKENARIO PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL Skenario PENYEBARAN PERTUMBUHAN
  • 59. 59 PROFIL PASAR TERHADAP FOKUS DAYA TARIK WISATA NEGARA DAYA TARIK FOKUS DAYA TARIK/
  • 60. 60 PROFIL PASAR TERHADAP FOKUS DESTINASI DESTINASI NEGARA
  • 61. TAHAPAN PERKEMBANGAN PARIWISATA 1. TAHAP I Kepariwisataan dipandang sebagai sektor yang dapat memberikan keuntungan ekonomis. Untuk itu pemerintah menawarkan insentif kepada pengusaha hotel. Pada tahap ini spekulasi tanah belum terjadi dan upah buruh masih murah. 2. TAHAP II Pada tahap yang berlangsung sekitar antara 5 – 10 tahun ini, pengusaha hotel mulai membangun dan mengoperasikan hotel. Penyediaan produk lokal berlangsung dengan harga yang masuk diakal. Keuntungan mulai dapat diterima kalangan pengusaha. 3. TAHAP III Pada tahap ini mulai ada kesenjangan antara penduduk setempat dengan wisatawan, khususnya dalam hal pendapatan. Pemerintah setempat mulai mengambil kebijakan yang tegas di bidang kepariwisataan, ketika biaya-biaya yang berhubungan dengan pembangunan kepariwisataan mulai meningkat (seperti kebocoran investasi kepariwisataan, kompetisi antar sektor). Spekulator tanah mulai menjadi semain kaya. 4. TAHAP IV Pengusaha hotel mulai berhadapan dengan biaya tinggi/terus meningkat. Masa pembebasan pajak berakhir, harga makanan laut dan produk lokal terus meningkat. Buruh semakin mahal dan efisiensinya menurun. Wisatawan mendapat layanan yang buruk. Dampaknya, kunjungan ulang wisatawan berakhir. Pemerintah bereaksi dengan meningkatkan anggaran pemasaran/promosi. Karyawan asing mulai tidak mendapat ijin untuk bekerja di industri perhotelan. Usaha untuk melatih karyawan lokal dilakukan, tetapi tidak sepenuhnya berhasil. Perkembangan pariwisata mulai mencapai titik jenuh. Resesi pada pasar pariwisata menyebabkan keuntuhan keberadaansektor pariwisata di wilayah tersebut. 5. TAHAP V Pengusaha hotel berada pada masa-masa sulit, dengan terlalu banyaknya hotel yang dibangun pada maa sebelumnya. Hotel baru dibangun di atas lahan yang harganya lebih mahal, dibangun dalam wujud bangunan bertingkat, dibangun dengan biaya yang mahal, berdampingan dengan bangunan bertingkat lainnya. Investor hotel baru menyadari adanya kesulitan untuk membangun dan mengoperasikan hotel, sehingga harus menggandengkan pengoperasiannya dengan international chains hotel, memanfaatkan fasilitas pemasaran yang lebih luas. 6. TAHAP VI Pengusaha hotel harus berhadapan dengan sejumlah persoalan politik dan lainnya, yang timbul dengan semakin berkembangnya kawasan. Ada kemungkinan terjadi kerusuhan massal. Adanya perencanaan dari pemerintah yang baik akan dapat mencegah hal ini.
  • 62. 62 ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI 1. WISATA BAHARI DIKEMBANGKAN DALAM RANGKA MENUMBUHKAN BUDAYA BAHARI DAN PEMAHAMAN WAWASAN NUSANTARA 2. WISATA BAHARI TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN WILAYAH, DIMAKSUDKAN KEGIATAN DAPAT MEMPERCEPAT PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DAERAH, SERTA UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR EKONOMI DAN SOSIAL DASAR MASYARAKAT 3. WISATA BAHARI BERTUMPU PADA DAYA TARIK ALAM DAN BUDAYA MASYARAKAT SETEMPAT 4. PENGEMBANGAN BUDAYA SETEMPAT BAIK SENI PERTUNJUKKAN MAUPUN INDUSTRI KERJAINAN PERLU DITINGKATKAN SEBAGAI SATU KESATUAN DAYA TARIK WISATA SEKALIGUS MEMPERKUAT EKONOMI RAKYAT 5. PENGEMBANGAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI AGAR DAPAT MENARIK INVESTOR ASING DAN LOKAL DALAM PENGEMBANGAN KEGIATAN WISATA BAHARI 6. PENGEMBANGAN MANAJEMEN, SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI WISATA BAHARI YANG MEMADUKAN KEMAMPUAN LOKAL DENGAN PERKEMBANGAN MODERN DUNIA GLOBAL 7. KOORDINASI LINTAS SEKTOR DIKEMBANGKAN BERKAITAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN YANG MAMPU MERESPON KEBUTUHAN PASAR
  • 63. 63 RENCANA PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI - PENGEMBANGAN SDM & KELEMBAGAAN - PENGEMBANGAN INVESTASI & PEMASARAN - PENGEMBANGAN PRODUK WISATA BAHARI - PENGEMBANGAN HUBUNGAN PELABUHAN, KAPAL PHINISI & SEAPORT - PENGEMBANGAN KAWASAN
  • 64. 64 PRIORITAS PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI Barelang dan Riau Kepulauan 11 Pulau Nias dan 5 Kepulauan Mentawai 12 7 Ujung Kulon dan Anak Krakatau Kepulauan Derawan -Maratua 10 Kepulauan Bali dan Lombok 8 4 Pulau Komodo 1 Kepulauan Padaido - Biak Kepulauan Selayar - Take Bone Rate 2 Kepulauan Wakatobi 6 Kepulauan Raja Empat U 3 -Sangalaki - Kakaban 9 Teluk Tomini - Kepulauan Togean 13 Kepulauan Bunaken Kawasan Prioritas Pengembangan Pariwisata Bahari KRITERIA PENENTUAN PRIORITAS KAWASAN YANG AKAN DIKEMBANGKAN, DITENTUKAN OLEH: • POTENSI KAWASAN • VARIASI KEGIATAN WISATA BAHARI • VARIASI TEMA PENGEMBANGAN • VARIASI LOKASI, TERUTAMA MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA • KESIAPAN PEMERINTAH DAERAH
  • 65. 65 PENYEBARAN DESTINASI SURFING DI INDONESIA PULAU LOKASI SUMATERA NIAS, BAWA, P. ASU, P. SORAKE, P. MENTAWAI JAWA P. PANAITAN, P. DELI, BAYA, PELABUHAN RATU, TG. GENTENG, TANJUNG KUNCUR BALI MADEWI, BALIAN, CANGGU, PADMA, KUTA, BALANGAN, ULUWATU, NYANGNYANG, NUSA DUA TANDJUNG SANUR, PADANG GALAK, KETEWEEL, LEBIH, NUSA LEMBONGAN, PADANG BAI NUSA TENGGARA P. SAFARI, BANGKO-BANGKO, BELONGAS, SELONGAS, SELONG BELANAK, A’AN, GRUPUK, GILI INUS, EKAS, LABUHAN HAJI, SENGGIGI, GILI (TRAWANGAN DAN MENO), SILUNG BELANAK, PASONA
  • 66. 66 PENYEBARAN DESTINASI DIVING PULAU LOKASI SUMATERA BINTAN JAWA UJUNG KULON, KRAKATAU, P. SERIBU BALI MENJANGAN, TULAMBEN, CEMELUK, CANDI DASA, PADANG BAI, NUSA DUA, NUSA PENIDA, SANUR, PEMUTERAN SULAWESI MANADO TUA, BUNAKEN, MONTEHAGE, BITUNG, SANGIHE TALAUD, UJUNG PANDANG, TUKANG BESI (WAKATOBI), P. TOGIAN, SANGALAKI, KAKABAN, P. SIAU MALUKU AMBON, BANDA, PINDITO IRIAN AYU, ASIA, MAPIA, PADAIDO, SORONG, MANOKWARI, CENDRAWASIH, WAIGEO-BATANTA NUSA TENGGARA GILI (TRAWANGAN, MENO, AIR), KOMODO, LEMBATA, KUPANG, ROTI, MAUMERE, ALOR
  • 67. 67 PENYEBARAN DESTINASI FISHING DAERAH LOKASI NAD PULAU WEH SUMATERA BARAT PULAU SIBERUT MENTAWAI KEPPRI KEPULAUAN NATUNA BENGKULU PULAU ENGGANO LAMPUNG PULAU KRAKATAU JAWA BARAT PULAU KULON TAMAN NASIONAL UJUNG KULON JAWA TENGAH PULAU KARIMUN JAWA NTB PULAU MOYO NTT PULAU ROTI SULAWESI UTARA BITUNG SULAWESI SELATAN KEPULAUAN TAKABONERATE
  • 68. 68 PENYEBARAN DESTINASI KAPAL PESIAR (CRUISE SHIPS) DAERAH LOKASI SUMATERA UTARA BELAWAN SUMATERA BARAT TELUK BAYUR JAWA TENGAH TANJUNG EMAS BALI BENOA, PADANG BAI SULAWESI UTARA BITUNG SULAWESI SELATAN PARE-PARE, MAKASSAR NTT KOMODO, KUPANG, ALOR, RIUNG, LARANTUKA PAPUA BIAK, JAYA PURA
  • 69. DUKUNGAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PRASARANA LINGKUNGAN FASILITAS WISATA DASAR FASILITAS PENUNJANG KEGIATAN WISATA
  • 70. DUKUNGAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PRASARANA LINGKUNGAN 1- Akses masuk. 2- Penyediaan sistem air bersih : a. Jaringan air bersh. b. Instalasi pengelolaan air bersih. c. Bak penampungan air bersih. 3- Penyediaan sistem tenaga listrik : a. PLN. b. Generator. 4- Penyediaan sistem pengolahan limbah : a. IPAL cair. b. Terminal limbah padat/TPS. c. Saluran air limbah. 5- Administrasi : penyediaan kantor administrasi. 6- Penyediaan gedung fasilitas telekomunikasi. 7- Penyediaan sistem saluran drainase : saluran drainase.
  • 71. DUKUNGAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI FASILITAS WISATA DASAR 1- Area publik : plaza. 2- Informasi : a. Pusat informasi pengunjung. b. Miniatur obyek. c. Rambu-rambu penunjuk arah. d. Papan informasi utama. e. Papan informasi khusus. f. Pramuwisata. g. Brosur, leaflet, dan legenda. 3- Perbelanjaan : a. Penjualan cenderamata. b. Warung makanan. c. Restoran/rumah makan/kafetaria. d. Kios kebutuhan pribadi wisatawan. 4- Penginapan. 5- Peribadatan. 6- Pengamanan : a. Pos keamanan. b. Pagar pengamanan. c. Hidran/alat pemadam kebakaran. 7- Keselamatan : Pos P3K. 8- Kebersihan : a. Kamar mandi/WC umum. b. Tempat sampah. c. Gerobak sampah.
  • 72. DUKUNGAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI FASILITAS PENUNJANG KEGIATAN WISATA 1- Renang : a. Tempat bilas. b. Penyewaan alat. c. Kamar ganti/locker. d. Kamar mandi/WC. e. Menara pengawas. f. Rambu batas aman renang. 2- Berjemur : a. Tenda. b. Sewa tikar. 3- Snorkling, wind surfing : a. Sewa alat/pakaian. b. Area snorkling, wind surfing. c. Ruang tunggu. d. Ruang reservasi. e. Tower/menara pengamat. f. Kantor penjaga pantai. g. Penjaga pantai. h. Alat-alat komunikasi. 4- Berlayar, memancing : a. Penyewaan perahu. b. Alat pancing. c. Dermaga. e. Ruang reservasi. f. Penunjuk arah angin. g. Lajur ke luar-masuk perahu. h. Menara pengawas. 5- Olahraga pantai : a. Panggung/tribun penonton. b. Ruang peralatan olahraga. 6- Mengamati flora dan fauna laut : a. Oseanorium. b. Menara pandang. c. Glass bottom boat. 7- Menikmati pemandangan untuk fotografi : a. Promenade. b. Papan informasi. c. Shelter. d. Titik pengambilan foto. 8- Jalan-jalan, joging : a. Jalur untuk berjalan kaki. b. Jogging track. 9- Bermain, rekreasi keluarga : a. Shelter/bangku dan meja piknik. b. Areal piknik. c. Areal bermain.