Dokumen tersebut membahas tentang hukum ijara dalam Islam, meliputi definisi, macam-macam, rukun, syarat, dan dasar penetuan upah ijara. Dibahas pula ijara pada manfaat haram, ijara dalam ibadah, dan ijara non-Muslim.
3. POKOK BAHASAN
7. Ijarah Pada Manfaat
Haram
8. Ijarah Dalam Ibadah
9. Ijarah Non Muslim
4. 1. PENGERTIAN IJARAH
اللغة في اإلجارة:وهو األجر من مشتقة
العوض.
Ijarah menurut arti bahasa :
berasal dari akar kata al-ajru
(upah, Ingg : wage)
yang berarti pengganti /
kompensasi (al-'iwadh)
(Ingg : countervalue).
5. َع ٌدَْقع هي فاإلجارة الشرع في أماَلى
ضَوِعِب ِةَعَفْنَمال
Sedang menurut istilah syar'i,
Ijarah adalah akad atas manfaat
dengan pengganti / kompensasi
(‘iwadh).
(Taqiyuddin An-Nabhani, al-
Syakhshiyyah al-Islamiyyah, 2/317).
6. 2. MACAM-MACAM IJARAH
Berdasarkan jenis "manfaat", ada 3 (tiga) macam :
(1) Ijarah untuk manfaat benda/barang (العين ,)منفعة
disebut "penyewaan benda“ (األعيان .)استأجار
Mis : penyewaan (rental) mobil, penyewaan
komputer, penyewaan AC, penyewaan rumah, dll.
(2) Ijarah untuk manfaat perbuatan (العمل .)منفعة
Mis : jasa dokter, jasa arsitek, jasa bimbingan
belajar, jasa kursus, dll.
(3) Ijarah untuk manfaat orang (الشخص .)منفعة
Mis : jasa pembantu rumah tangga, jasa buruh, dll.
7. 3. HUKUM IJARAH
Hukumnya jâ’iz (mubah)
Dalil Al-Qur`an : (QS az-Zukhruf : 32)
ْمُهَأَونُمِسْقَيَةَمْحَرَكِبَرُنْحَنَنْمَسَقاْمُهَنْيَبْمُهَتَشيِعَميِفَحْالِةاَياَيْنُّدالاَنْعَفَرَو
ْمُهَضْعَبَق ْوَفْضعَباتَجََردَذ ِخَّتَيِلَبْمُهُضْعْضاعَباي ِرُْخسْحَرَوُةَمَكِبَرٌرْيَخ
اَّمِمَُونعَمْجَي
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
kami telah meninggikan sebahagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.
Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan. (QS Az Zukhruf : 32).
8. 3. HUKUM IJARAH
Dalil Al-Qur`an QS ath-Thalaq : 6
ْنِإَفَْنعَضْرَأْمُكَلَّنُهوُتآَفُأَّنُهَُورج
“Kemudian jika mereka (mantan istri
yang sudah diceraikan) menyusukan
(anak-anak)mu untukmu maka
berikanlah kepada mereka upahnya.”
(QS At Thalaq : 6).
9. 3. HUKUM IJARAH
Dalil as-Sunnah :
ا َرَجْأَتْساَو اَهْنَع ُ َّاَّلل َي ِضَر ََةشِئَاع َْنعِهْيَلَع ُ َّاَّلل ىَّلَص ُّيِبَّنلرْكَب ُوبَأَو َمَّلَسَو
ْب ِدْبَع يِنَب ْنِم َّمُث ِلِيالد يِنَب ْنِم ًُلجَرالخريت ايت ِر ِخ اِيداَه ِيدَع ِن:الماهر
بالهداية-الهجرة في لهما أذن عندما وذلك الطريق على ليدلهما
"Diriwayatkan dari Aisyah RA, Rasulullah SAW dan
Abu Bakar pernah mempekerjakan seorang laki-laki
dari Bani Ad-Dil, kemudian dari Bani Abdi bin Adi,
sebagai penunjuk jalan, yaitu saat keduanya hijrah."
(HR Bukhari)
10. 4. RUKUN-RUKUN IJARAH
(1) Al-'Aqidani (dua pihak yang
berakad), yaitu yang menyewa
(musta`jir) dan yang disewa /
dipekerjakan (muajjir / ajiir).
(2) Al-Ma'qud 'alaihi (objek akad),
yaitu manfaat dan upah.
(3) Shighat , yaitu apa saja yang
menunjukkan Ijab dan Kabul,
perkataan maupun perbuatan.
11. 5. SYARAT-SYARAT IJARAH
Syarat pada rukun pertama (Al-
'Aqidani) :
Yaitu kedua pihak wajib :
(1) Berakal (Aqil),
(2) Mumayyiz,
(3) Ikhtiyar (tidak dipaksa).
12. Syarat pada rukun kedua (manfaat)
(1) Manfaat harus mubah,
مباحة المنفعة تكون أن
(2) manfaat harus ma'lum
(diketahui dengan jelas)
معلومة المنفعة تكون أن
13. (3) manfaat harus dapat
diserahterimakan (taslim)
التسليم على القدرة
(4) manfaat tak boleh
menghilangkan zat sumber manfaat
العين هًلك المنفعة إستيفاء يتضمن ال أن
14. (5) manfaat harus mempunyai nilai
(mutaqawwam)
متقومة المنفعة تكون أن
(6) manfaat harus dapat dinikmati
yang menyewa (musta'jir)
المستأجر إلى راجعة المنفعة تكون أن
(Shalah al Shawi & Abdullah Muslih,
Maa Laa Yasa’u At Tajir Jahluhu, hlm.
186-187).
15. Syarat upah (ujrah) ada 6 (enam):
(1) berupa harta (maal) yang mubah
(2) berupa harta suci (thahir),
(3) diketahui dg jelas (ma'luum)
(4) dpt dimanfaatkan. (muntafa'an bihi)
(5) dapat diserahterimakan.
(6) hak milik yg menyewa (musta`jir).
(Shalah al Shawi & Abdullah Muslih, Maa
Laa Yasa’u At Tajir Jahluhu, hlm. 188).
16. KADIAH FIQIH TENTANG UPAH:
كلماجازأنيكونثمنافيالبيعجازأنيكونأجرافي
اإلجارة
“Setiap apa saja yang boleh menjadi harga
dalam jual beli, boleh pula menjadi upah
dalam ijarah.”
(Shalah al Shawi & Abdullah Muslih, Maa
Laa Yasa’u At Tajir Jahluhu, hlm. 188).
17. 6. DASAR PENENTUAN UPAH
(1) Menurut doktrin kapitalisme,
upah didasarkan pada taraf
kebutuhan hidup minimum.
(2) Menurut doktrin sosialisme,
upah didasarkan pada nilai dari
barang yg diproduksi.
(3) Menurut Islam, upah
didasarkan pada manfaat yang
diberikan pekerja/buruh.
(Taqiyuddin An Nabhani, An Nizhamul Iqtishadi fil Islam, hlm.
108-109).
18. CARA PENENTUAN UPAH
BURUH DALAM ISLAM
(1) Ditentukan berdasarkan
kesepakatan buruh dgn perusahaan.
(2) Jika tak terjadi kesepakatan,
ditentukan oleh ahli (khubara`) yang
dipilih oleh buruh & wakil perusahaan
(3) Jika tak terjadi kesepakatan,
ditentukan oleh ahli (khubara’) yang
dipilih oleh negara/pemerintah.
(Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah Al
Islamiyyah, 2/324).
19. 7. IJARAH PADA MANFAAT HARAM
Kaidah fiqih menyebutkan :
التجوزإجارةاألجيرفيمامنفعتهمحرحة
“Laa tajuuzu ijaratul ajiiri fiimaa
manfa’atuhu muharromah”
Artinya : “Tidak boleh ijaratul ajiir
[mempekerjakan pegawai] pada segala
manfaat (jasa) yang telah diharamkan
syariah.”
(Taqiyuddin An Nabhani, An Nizham Al Iqtishadi fil
Islam, 93).
20. 7. IJARAH PADA MANFAAT HARAM
Contoh ijarah pada manfaat (jasa)
yang diharamkan syariah :
(1) bekerja sebagai karyawan untuk
mengangkut khamr kepada
pembelinya,
(2) bekerja sebagai karyawan untuk
memeras khamr
(3) bekerja sebagai karyawan untuk
mengangkut babi atau bangkai dll.
(Taqiyuddin An Nabhani, An Nizham Al Iqtishadi fil
Islam, 93).
21. 7. IJARAH PADA MANFAAT HARAM
(4) bekerja di bank, hukumnya sbb :
jika pekerjaannya terkait dengan riba
baik langsung maupun tidak langsung,
seperti pimpinan bank, akuntan bank,
auditor bank, dll, hukumnya haram.
jika pekerjaannya tidak terkait riba
baik langsung maupun tidak langsung,
seperti satpam bank, pegawai cleaning
service, office boy, maka hukumnya
boleh.
(Taqiyuddin An Nabhani, An Nizham Al Iqtishadi fil
Islam, 94).
22. 7. IJARAH PADA MANFAAT HARAM
(4) bekerja di perusahaan yang
akadnya batil, seperti PT (syirkah
musahamah), asuransi, atau koperasi :
jika pekerjaannya diharamkan syara’,
atau akadnya batil, seperti pencatat
akad asuransi, karyawan pembagi SHU
koperasi, karyawan yang tugasnya
menjual saham PT, dll, hukumnya
haram.
(Taqiyuddin An Nabhani, An Nizham Al Iqtishadi fil
Islam, 94).
23. 7. IJARAH PADA MANFAAT HARAM
jika pekerjaannya tidak diharamkan syara’,
atau tidak melaksanakan akad yang batil,
seperti menjadi satpam PT atau koperasi atau
asuransi, maka hukumnya boleh.
Kaidah fiqih :
ماحرمالقيامبهحرمأنيؤجرفيهأوأنيكونأجيرافيه
“Apa saja yang haram dikerjakan, haram
pula mempekerjakan orang lain untuk
mengerjakannya atau menjadi karyawan
untuk mengerjakannya.”
(Taqiyuddin An Nabhani, An Nizham Al
Iqtishadi fil Islam, hlm. 95).
24. 8. IJARAH NON MUSLIM
Boleh hukumnya mempekerjakan non
muslim, berdasarkan As Sunnah dan
Ijma’ Shahabat.
Rasulullah SAW pernah
mempekerjakan orang Yahudi menjadi
penulis (sekretaris) dan penerjemah.
Adapun jika suatu aktivitas haram
hukumnya, maka tidak boleh
mempekerjakan orang lain, baik
pekerja itu muslim atau non muslim.
(Taqiyuddin An Nabhani, An Nizham Al Iqtishadi fil
Islam, hlm. 95).
25. 8. IJARAH NON MUSLIM
Boleh hukumnya seorang muslim menjadi
pekerja bagi non muslim.
Ali bin Abi Thalib RA pernah menjadi
pekerja bagi orang Yahudi, dengan
pekerjaan mengairi tanaman, upahnya
adalah sebutir kurma untuk satu timba air
( كلدلوبتمرة )
Adapun jika suatu aktivitas ibadah
disyaratkan pelakunya muslim, seperti
adzan, imamah, haji, membayar zakat,
mengajarkan Qur`an, dll, maka tidak boleh
mempekerjakan non muslim.
(Taqiyuddin An Nabhani, An Nizham Al Iqtishadi fil
26. 9. IJARAH DALAM IBADAH
Ijarah dalam ibadah hukumnya dirinci
sbb :
(1) jika manfaat ibadah itu hanya untuk
pelakunya saja, seperti sholat fardhu
dll, maka hukumnya tidak boleh.
(2) Jika manfaat ibadah itu tidak hanya
untuk pelakunya, maka hukumnya
boleh, seperti adzan, imamah, haji
untuk mayyit (badal haji),
membayarkan zakat, dll.
(Taqiyuddin An Nabhani, An Nizham Al
Iqtishadi fil Islam, hlm. 97).
27. 9. IJARAH DALAM IBADAH
Mengajarkan Qur`an dengan upah,
makruh.
Sebab terdapat dalil yang mencela mencari
makan dengan Al Qur`an.
Rasulullah SAW bersabda :
اقرؤواالقرآنواعملوابهوالتأكلوامنه
“Bacalah oleh kamu Al Qur`an dan
amalkan dia, tapi janganlah kamu mencari
makan dari Al Qur`an.” (HR…).
(Imam Nawawi, Aadaabu Hamalatil Qur`an,
hlm. ….).
28. 9. IJARAH DALAM IBADAH
Akan tetapi, tapi celaan tsb tidak bersifat
tegas (jazim), karena ada qariinah
(petunjuk, indikasi) bolehnya mengambil
upah dari Al Qur`an.
Rasulullah SAW bersabda :
أحقماأخذتمعليهأجراكتابهللا
“Sesuatu yang paling berhak kamu ambil
upahnya adalah Al Qur`an.” (HR Bukhari).
(Taqiyuddin An Nabhani, An Nizham Al
Iqtishadi fil Islam, hlm. 97).
29. 9. IJARAH DALAM IBADAH
Mengumandangkan adzan dengan upah, makruh.
Sebab terdapat dalil yang mencela
mengumandangkan adzan dengan upah, tapi
celaan tsb tidak tegas (jazim).
Dari Utsman bin Abi Al Aash dia berkata :
أنمنآخرماعهدإليالنبيصلىهللاعليهوسلمأنأتخذمؤذناال
يأخذعلىأذانهأجرا
“Sesungguhnya di antara hal terakhir yang
dipesankan Nabi SAW kepadaku, adalah agar
aku mengangkat muadzin yang tidak mengambil
upah atas adzannya.” (HR Tirmidzi).
(Taqiyuddin An Nabhani, An Nizham Al
Iqtishadi fil Islam, hlm. 97).