SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 13
Penyebab Tingginya Persentase Desa Siaga Tidak Aktif Di Kabupaten Situbondo
Shonafiri Janna Bidari
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
E-mail: firiijb@gmail.com
ABSTRACT
Desa Siaga program is an effort to achieve Healthy Indonesia 2015 program.This program is successful
if 80% of villages have become desa siaga in 2015. In 2011, 58% of the villages in the Situbondo are still
included in the inactive desa siaga category. This research was conducted to identify factors that cause a high
percentage of inactive desa siaga, started from October 5th until December 5th 2012, using an observational
descriptive design with applying cross sectional approach. Interviews using a questionnaire conducted in 30
inactive desa siaga,with respondents consisting of30 facilitators and 30 cadres were using purposive sampling.
Independent variables were the facilitator factors include technical skill and motivation, cadre factors include
education level, technical skills, motivation, perception of distance and ease of transport and support from the
chief village and the implementation of the eight desa siaga indicators include forum villagers, primary health
care, community based health efforts, community-based surveilance, coaching PKM PONED, disaster alert
system, community-based health financing and environmental assessment based on PHBS. The result of this
research were facilitators factor and cadres factor were low and the implementations of eight indicators for desa
siaga was not in accordance with existing guidelines. The conclusion of this research was the technical ability,
education levels and motivation which are low, that can contribute to the desa siaga program not working
properly. Perception about distance traveled, and a difficult transport also affecting the performance of cadres.
The main causative factor was the lack of support from the chief village. There is no operational funds and lack of
infrastructure programs is also an obstacle factor.Advice that can be given is to provide training and socialization
to the facilitator and cadres and approaches to the village chief with across sectors activities and programs in
each of working areas.
Keywords : Desa Siaga indicator,Inactive Desa Siaga,Empowerment
LATAR BELAKANG
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010 telah menetapkan Visi
Pembangunan Kesehatan berupa Indonesia Sehat2015 yaitu ”Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”
yang menggambarkan bahwa pada tahun 2015 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat,
berperilaku hidup bersih dan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, diperlukan upaya
terobosan yang memiliki daya ungkit bagi meningkatnya derajat kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia.
Upaya untuk mendukung Visi Pembangunan Kesehatan tersebut,Departemen Kesehatan RI “Membuat
rakyat sehat” serta strategi “Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat” berupaya untuk
memfasilitasi percepatan dan percapaian derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk
dengan mengembangkan kesiap-siagaan ditingkat desa yang disebut desa siaga. Sehubungan dengan itu
Departemen Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
564/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 02 Agustus 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga.
Berkaitan dengan strategi tersebut,sasaran terpenting yang ingin dicapai adalah pada akhir tahun 2015, seluruh
desa telah menjadi desa siaga.
Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan
mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakatdengan memanfaatkan potensi setempat secara
gotong royong. Pengembangan desa siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat desa, menyiapsiagakan masyarakat menghadapi munculnya masalah kesehatan,
memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti kegiatan desa siaga
adalah agar masyarakattahu,mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangan d esa
siaga diperlukan langkah-langkah edukatif berupa upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk
menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah kesehatan yang dihadapinya. Desa
siaga yang berkembang atau desa siaga aktif adalah desa yang sudah memenuhi indikator input desa siaga
yaitu desa yang sudah mempunyai minimal satu Pos Kesehatan Desa, sudah ada satu bidan desa dan dua
kader aktif yang dibina Puskesmas serta sudah menjalankan indikator process desa siaga seperti menjalankan
fungsi FMD (Forum Masyarakat Desa), memfungsikan UKBM Poskesdes dan dibina Puskesmas PONED.
Program desa siaga merupakan program nasional,dimana sasaran utamanya masyarakat di Indonesia
dan target pencapaiannya adalah pada tahun 2015 seluruh desa di Indonesia, sekurang-kurangnya 80% dari
jumlah keseluruhan desa telah menjadi desa siaga.Begitu juga di Jawa Timur, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Timur menyatakan dalam buku Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga Jawa Timur tahun 2006
bahwa pada tahun 2010 seluruh desa di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur harus sudah menjadi desa siaga dan
60% jumlah desa siaga telah menjadi desa siaga aktif. Pada tahun 2011 seluruh desa di Kabupaten Situbondo
yang berjumlah 136 desa telah menjadi desa siaga, namun perkembangannya masih rendah yaitu hanya 58
desa siaga yang telah menjadi desa siaga aktif, atau sebesar 43% dan sebanyak 78 desa atau 57% masih
merupakan desa siaga tidak aktif. Persentase tersebut masih belum mencukupi dari target p encapaian desa
siaga aktif tahun 2011 sebesar 60%.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dibuat, maka rum usan
masalah yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana faktor fasilitator meliputi tingkat pendidikan, kemampuan teknis dan motivasi kerja dalam
menjalankan program pelaksanaan desa siaga di Kabupaten Situbondo?
2. Bagaimana faktor masyarakat meliputi tingkat pendidikan kader, kemampuan teknis kader, motivasi kerja
kader, dukungan dari Kepala Desa, persepsi kader mengenai jarak tempuh dan kemudahan transportasi
dalam menjalankan program pelaksanaan desa siaga di Kabupaten Situbondo?
3. Bagaimana pelaksanaan desa siaga dengan indikator Forum Masyarakat Desa, Pelayanan Kesehatan
Dasar, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat, Surveilans Berbasis Masyarakat, Pembinaan
Puskesmas PONED, Sistem Siaga Bencana, Pembiayaan Kesehatan Berbasis Masyarakat, Pengkajian
Lingkungan Sehat Ber-PHBS di Kabupaten Situbondo?
4. Apakah faktor fasilitator, faktor masyarakat dan pelaksanaan 8 indikator desa siaga menjadi penyebab
tingginya persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Situbondo?
Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengidentifikasi faktor penyebab tingginya persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Situbondo
Tahun 2011
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi faktor fasilitator meliputi tingkat pendidikan, kemampuan teknis dan motivasi kerja dalam
menjalankan program pelaksanaan desa siaga di Kabupaten Situbondo.
2. Mengidentifikasi faktor masyarakat meliputi tingkat pendidikan kader, kemampuan teknis kader, motivasi
kerja kader, dukungan dari Kepala Desa, persepsi kader mengenai jarak tempuh dan kemudahan
transportasi dalam menjalankan program pelaksanaan desa siaga di Kabupaten Situbondo.
3. Mengidentifikasi pelaksanaan desa siaga dengan indikator Forum Masyarakat Desa, Pelayanan Kesehatan
Dasar, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat, Surveilans Berbasis Masyarakat, Pembinaan
Puskesmas PONED, Sistem Siaga Bencana, Pembiayaan Kesehatan Berbas is Masyarakat, Pengkajian
Lingkungan Sehat Ber-PHBS di Kabupaten Situbondo.
4. Mengidentifikasi faktor fasilitator, faktor masyarakat dan pelaksanaan 8 indikator desa siaga sebagai
penyebab tingginya persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Situbondo.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan, manfaat yang diharapkan antara lain:
1. Bagi Peneliti
Memperoleh tambahan pengetahuan, wawasan dan pengalaman mengenai pedoman pelaksanaan
program desa siaga beserta faktor yang menghambat perkembangan desa siaga khususnya di Kabupaten
Situbondo.
2. Bagi Instansi Terkait
a. Sebagai bahan usulan dan bahan pertimbangan dalam evaluasi pelaksanaan desa siaga.
b. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan tentang program atau intervensi yang tepat untuk
mengatasi masalah rendahnya tingkat perkembangan desa siaga.
3. Bagi Fakultas
Sebagai bahan kajian ilmiah dan tambahan informasi di bidang Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan untuk pendidikan dan pengajaran bagi mahasiswa. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi referensi bagi peneliti yeng berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
PUSTAKA
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan, secara mandiri.
Desa siaga merupakan program pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2015.
Pengembangan desa siaga perlu dilaksanakan karena desa merupakan basis bagi kesehatan masyarakat
Indonesia. Desa yang dimaksud dalam desa siaga adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatsetempatyang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia (Dinkes Propinsi
Jawa Timur, 2008).
Tujuan Desa Siaga
Program desa siaga memiliki beberapa tujuan, menurut Dinkes (2008), tujuan dari pembentukan
program desa siaga adalah terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap
masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya. Tujuan khususnya adalah:
1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan
melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
2. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk m enolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan.
3. Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa.
4. Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan sebagainya).
Landasan Hukum
Landasan hukum yang terkait dengan desa siaga menurut Dinkes (2008), adalah:
1. UU No.12 Tahun 1992 tantang kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.547/Menkkes/SK/IV/2000 tahun 2000 tentang Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.131/Menkes/SK/II/2004 tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1529/Menkes/SK/X/2010 tentang pedoman umum pengembangan
desa dan kelurahan siaga aktif
Sasaran Pengembangan Desa Siaga
Sasaran desa siaga merupakan faktor utama dalam keberhasilan program desa siaga, karena sasaran
pengembanagan desa siaga juga merupakan pelaku program. Menurut Depkes RI (2007), sasaran desa siaga
dibedakan menjadi tiga jenis untuk mempermudah strategi intervensi, yaitu :
1. Semua individu dan keluarga di desa,yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat,serta peduli dan
tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat
menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk
tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader, serta petugas kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan,peraturan perundang-undangan, dana, tenaga,
sarana,dan lain-lain seperti Kepala Desa,Camat,para pejabatterkait, swasta,para donatur,dan pemangku
kepentingan lainnya.
Tahapan dan Kriteria Desa Siaga
Agar sebuah desa menjadi desa siaga maka desa tersebut harus memiliki forum desa atau lembaga
kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana atau akses pelayanan kesehatan dasar. Menurut Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Timur (2007) yang menyebutkan dalam tahapan pengembangan, desa siaga akan
meningkatdengan membagi menjadi empatkriteria desa siaga yaitu tahap bina, tahap tumbuh, tahap kembang
dan tahap paripurna.
Sedangkan kriteria yang harus ada dalam sebuah desa sehingga desa tersebut dapat disebut desa
siaga menurut Depkes RI (2011) antara lain forum masyarakat desa, pelayanan kesehatan dasar, upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat, surveilans berbasis masyarakat, pembinaan Puskesmas PONED,
system siaga bencana, pembiayaan berbasis masyarakat dan pengkajian lingkungan sehat ber-PHBS.
Indikator Keberhasilan Desa Siaga
Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur (2007),keberhasilan upaya pengembangan desa siaga
dapat dilihat dari empat kelompok indikator yaitu:
1. Indikator Input
Indikator input atau masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan
dalam rangka pengembangan desa siaga. Indikator masukan terdiri atas beberapa hal berikut :
a. Ada atau tidak Forum Masyarakat Desa.
b. Ada atau tidak sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan dan peralatannya.
c. Ada atau tidak UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
d. Ada atau tidak tenaga kesehatan (minimal satu bidan).
e. Ada atau tidak kader aktif (minimal dua kader aktif).
f. Ada atau tidak sarana bangunan atau Poskesdes sebagai pusat pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
g. Ada atau tidak alat komunikasi yang lazim dipakai masyarakat yang dimanfaatkan untuk mendukung
penggerakan surveilans berbasis masyarakat misal: kentongan, bedug.
2. Indikator Process
Indikator process adalah indikator untk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu
desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indikator proses terdiri atas beberapa hal sebagai berikut :
a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
b. Berfungsi atau tidak Pelayanan Kesehatan Dasar.
c. Berfungsi atau tidak UKBM yang ada.
d. Ada atau tidak pembinaan dari Puskesmas PONED.
e. Berfungsi atau tidak sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana.
f. Berfungsi atau tidak sistem surveilans berbasis masyarakat.
g. Ada atau tidak sistem pembiayaan berbasis masyarakat.
h. Berjalan atau tidak pelaksanaan pengkajian lingkungan sehat ber-PHBS.
3. Indikator Output
Indikator output atau keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang
dicapai di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal berikut :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar (terutama KIA).
b. Cakupan pelayanan UKBM.
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan yang dilaporkan.
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk Kadarzi dan PHBS.
e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat.
4. Indikator Outcome
Indikator outcome atau dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dari hasil
kegiatan desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indikator dampak terdiri dari beberapa hal berikut:
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit.
b. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
d. Jumlah balita dengan gizi buruk.
e. Tidak terjadinya KLB penyakit.
f. Respon cepat masalah kesehatan.
Srategi Promosi Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007), untuk menunjang visi dan misi program desa siaga, diperlukan
pendekatan yang strategis agar tercapai secara efektif dan efisien. Cara ini sering disebut strategi. Jadi strategi
adalah cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien. Teori
yang akin digunakan disini adalah teori strategi global menurut WHO 1984, antara lain:
a. Advokasi (Advocacy)
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan (decision maker) atau penentu kebijakan (policy
makers) baik di bidang kesehatan maupun di sektor lain di luar kesehatan, yang mempunyai pengaruhm
terhadap publik. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan, antara lain dalam
bentuk peraturan, undang-undang, instruksi dan sebagainnya yang menguntungakn kesehatan publik. Bentuk
kegiatan advokasi ini antara lain lobying, pendekatan atau pembicaraan formal atau informal terhadap para
pembuat keputusan, penyajian isu atau masalah kesehatan atau yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
setempat, seminar masalah kesehatan dan sebagainya.
Output kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan daerah, instruksi yang mengikat
masyarakatdan instansi yang terkaitdengan masalah kesehatan.Oleh sebab itu,sasaran advokasi adalah para
pejabat eksekutif dan legislatif, para pemimpin dan pengusaha, serta organisasi politik dan organisasi
masyarakat, baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa atau kelurahan.
b. Dukungan Sosial (Social Support)
Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, lurah, camat, petugas
kesehatan) maupun informal (misalnya tokoh agama) yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuan
kegiatan ini adalah agar kegiatan atau program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh
masyarakatdan tokoh agama.Selanjutnya tokoh masyarakatdan tokoh agama diharapkan dapatmenjembatani
antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat.
Pada masyarakatyang masih paternalistic seperti di Indonesia ini, tokoh masyarakat dan tokoh agama
merupakan panutan perilaku masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu apabila tokoh masyarakat dan
tokoh agama sudah mempunyai perilaku sehat,semakin mudah ditiru oleh anggota masyarakat lain (Depkes RI,
2007).Bentuk kegiatan mencari dukungan sosial ini antara lain pemberian pelatihan tokoh masyarakatdan tokoh
agama, seminar, lokakarya, penyuluhan.
c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakatlangsung sebagai sasaran primer atau utama promosi
kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara
lain penyuluhan kesehatan,pengorganisasian dan pembangunan masyarakat dalam bentuk misalnya Koperasi
dan pelatihan keterampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (menjahit, pertukangan misalnya).
Melalui kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (self relince in health). Oleh karena bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini
lebih pada kegiatan penggerakan masyarakat untuk kesehatan, misalnya adanya dana sehat, pos obat desa,
gotong royong kesehatan, maka kegiatan ini sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Meskipun
demikian, tidak semua pemberdayaan masyarakat itu berupa kegiatan gerakan masyarakat.
Teori Pemberian Kompensasi
Suatu cara untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan adalah melalu i
kompensasi. Kompensasi adalah segala sesuatu yag diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja
mereka (Supriyanto, 2003).
Tujuan administrasi kompensasi adalah:
1. Memperoleh personalian yang qualified
2. Mempertahankan para karyawan yang ada sekarang
3. Menjamin keadilan
4. Menghargai perilaku yang diinginkan
5. Mengendalikan biaya-biaya
6. Memenuhi peraturan-peraturan legal
Teori Belajar Skinner
Teori Operant Conditioning dari skinner adalah teori yang bisa diaplikasikan dengan mudah dalam
kehidupan sehari-hari,ciri khas teori Skinner adalah adanya Positive Reinforcement dan Negative Reinforcement
(Skinner, 1938).
1. Positive Reinforcement (Reward): Cara untuk memperkuat suatu perilaku atau menghambat perilaku
dengan cara memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi subyek segera setelah perilaku itu muncul.
Contoh: Apabila ada petugas kesehatan yang tidak mau mengikuti pelatihan, maka kantor harus
mendelegasikan (mewajibkan) untuk mengikuti pelatihan yang sesuai dengan tupokjanya dengan pemberian
imbalan setiap selesai mengikuti pelatihan.Dengan harapan bahwa petugas kesehatan akan terbiasa atau
terpicu untuk meningkatkan kemampuan dengan mengikuti pelatihan.
2. Negative Reinforcement (Punishment): Cara untuk memperkuatsuatu perilaku atau menghambatperilaku
dengan cara mencabut sumber ketidaknyamanan atau ketegangan subjek setiap kali perilaku itu muncul.
Contoh:Seorang petugas kesehatan sering dating terlambat atau alpa dating ke kantor, maka perlu dibuat
kebijakan bahwa setiap terlambat lebih dari tiga kali atau alpa tanpa keterangan lebih dari dua kali maka
intensiftambahan isal untuk lembur atau tunjangan lauk pauk tidak diberikan. Dengan harapan bahwa lain
kali petugas tersebut kan dating tepat waktu dan tidak alpa.
METODE
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif observasional karena peneliti
tidak memberikan perlakuan terhadap variabel yang diteliti, tetapi hanya melakukan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada sampel dan melihat dokumen desa siaga sebagai alat pengumpulan data.
Sedangkan rancang bangun penelitian ini bersifat cross sectional karena penelitian dilakukan pada saatitu untuk
meneliti keadaan pada saat itu juga.
Populasi penelitian ini adalah semua fasilitator dalam hal ini adalah tenaga kesehatan
(bidan/perawat/tenaga kesehatan) dan kader desa siaga di Kabupaten Situbondo.Jumlah seluruh desa siaga di
Kabupaten Situbondo adalah 136 desa dengan jumlah fasilitator sebanyak 136 orang, dan jumlah kader desa
siaga sebanyak 543 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah kelompok desa siaga tidak aktif, yaitu sebanyak
78 desa siaga tidak aktif dari total 136 desa siaga dan 17 kecamatan di Kabupaten Situbondo tahun 2011.
Pengambilan sampel dalam kelompok desa siaga tidak aktif dilakukan secara purposive dengan
memperhatikan kriteria tertentu yang telah dibuat peneliti terhadap objek yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Kriteria desa siaga yang dijadikan sampel adalah :
1. Kecamatan dengan jumlah desa siaga aktif yang paling rendah atau sebesar 0%.
2. Kecamatan dengan jumlah desa siaga aktif rendah atau sebesar 0.7% dengan wilayah sulit dijangkau.
Responden untuk instrumen kuesioner adalah fasilitator dan kader desa siaga. Dalam penelitian ini
telah ditetapkan jumlah responden adalah satu orang fasilitator dan satu orang kader desa siaga tidak aktif.
Jumlah kader desa siaga di Kabupaten Situbondo tidak sama dalam setiap desa, pengambilan satu orang
sampel untuk kader ini dipilih kader yang pada saat penelitian sedang bertugas di Poskesdes.
Setelah diketahui teknik pengambilan sampel, maka kemudian diukur besar sampelnya
Instrumen yang dipergunakan untuk penelitian ini adalah berupa kuesioner. Sedangkan pengumpulan
data diperoleh melalui:
1. Data primer yaitu diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada kader desa siaga dan fasilitator desa
siaga pada sampel desa siaga tidak aktif mengenai pelaksanaan delapan indikator desa siaga dan faktor
yang mempengaruhi tingginya persentase desa siaga tidak aktif di wilayah Kabupaten Situb ondo.
2. Data sekunder yaitu diperoleh dari dokumen desa siaga di Poskesdes tentang desa siaga tahun 2011 di
wilayah Kabupaten Situbondo.
Data yang diperoleh melalui pengumpulan data,diteliti dan dikoreksi kebenarannya (cleaning data), bila
masih ada yang belum lengkap,maka dilengkapi dengan cara mendatangi kembali sampel yang bersangkutan.
Kemudian data diolah dengan komputer menggunakan program SPSS 11.5 menggunakan tabulasi silang dan
analisis tabel frekuensi untuk mengetahui faktor yang menyebabkan delapan indikator desa siaga tidak berjalan
optimal dan disajikan dalam bentuk tabel serta narasi. Kemudian hasilnya dianalisis secara deskriptif untuk
menggambarkan faktor yang menyebabkan tingginya persentase desa siaga tidak aktif di kabupaten Situbondo.
Setelah diketahui variabel mana saja yang menjadi faktor penyebab, variabel dikelompokkan lagi
menjadi faktor penyebab utama (dominan) dan faktor penyebab lain.Kriteria yang digunakan dalam menentukan
faktor penyebab utama adalah variabel dengan kategori rendah/buruk yang paling banyak muncul menjadi faktor
penyebab atau variabel dengan persentase paling tinggi sebagai penyebab pelaksanaan 8 indikator desa siaga
tidak berjalan.Cara menghitung persentase paling tinggi pada variabel adalah dengan menjumlah kan seluruh
persentase variabel dengan kategori rendah. Hasil akhir variabel dengan persentase paling tinggi merupakan
faktor penyebab utama tingginya persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Situbondo.
Desa siaga tidakaktif
Kec.amatandenganjumlah desa siaga aktif
0%
Sumber Malang:9 Desa
Kendit: 7 Desa
Kecamatandenganjumlah desa siaga aktif
0,7% dengan wilayah susahdi jangkau
Mlandingan:7 Desa
Jatibanteng:7 Desa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1 Hasil Analisis Variabel Yang Menyebabkan Tingginya Persentase Desa Siaga Tidak Aktif Di Kabupaten
Situbondo
Variabel
Penyebab Tingginya Persentase Desa Siaga Tidak Aktif
Iya Tidak
Tingkat Pendidikan Fasilitator - √
Kemampuan Fasilitator √ -
Motvasi Kerja Fasilitator - √
Tingkat Pendidikan Kader √ -
Kemampuan Kader √ -
Motivasi Kerja Kader √ -
Dukungan Kepala Desa √ -
FMD √ -
Yankesdas - √
UKBM √ -
Surveilans Berbasis Masyarakat √ -
Pembinaan Puskesmas PONED √ -
Sistem Siaga Bencana √ -
Pembiayaan Berbasis Masy. √ -
Pengkajian Lingk. Sehat Ber-PHBS √ -
Dapat dilihat pada tabel 1 bahwa ada 12 faktor yang menjadi penyebab program desa siaga tidak
berjalan dan ada 3 faktor yang bukan menjadi penyebab desa siaga termasuk ke dalam kategori desa siaga tidak
aktif. Faktor penyebab adalah kemampuan fasilitator, tingkat pendidikan kader, kemampuan teknis kader,
motivasi kerja kader, persepsi kader mengenai jarak tempuh menuju Poskesdes, persepsi kader mengenai
kemudahan transport menuju Poskesdes, forum masyarakat desa, upaya kesehatan berbasis masyarakat,
sistem siaga bencana, pembinaan oleh Puskesmas PONED, pembiayaan berbasis masyarakat, surveilans
berbasis masyarakat dan pengkajian lingkungan sehat ber-PHBS.
Faktor yang bukan menjadi penyebab program desa siaga tidak berhasil adalah tingkat pendidikan
fasilitator,motivasi kerja fasilitator dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar oleh masysrakat.Dimana hal itu
dikarenakan 3 faktor tersebut ternyata menunjukkan tingkatan yang baik pada hasil penelitian.
Pembahasan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan yang pada fasilitator adalah sesuai dengan
kriteria minimal yang telah ditentukan Dinas Kesehatan sedangkan tingkat pendidikan kader adalah rendah, hal
ini dapat mempengaruhi pelaksanaan dan keberhasilan program desa siaga. Tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi penggunaan fasilitas kesehatan.Seperti yang telah dikemukakan Gesler (1988) pendidikan lebih
tinggi akan mempunyai informasi tentang kesehatan yang lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan rendah.
Kemampuan teknis fasilitator dan kader termasuk dalam kategori rendah, hal ini mempengaruhi
pelaksanaan program desa siaga. Kemampuan teknis fasilitator dapat diperoleh melalui keikutsertaan dalam
suatu pendidikan atau pelatihan. Pendidikan dan pelatihan merupakan pemberian bantuan kepada kesehatan
agar dapat berkembang ke tingkat kecerdasan pengetahuan dan kemampuan lebih tinggi (Manullang, 2000).
Menurut Azwar (1996), motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan dan atau
pembangkit tenaga pada seseorang dan ataupun sekelompok masyarakat mau berbuat dan bekerja sama
secara cepatmelaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari
hasil pene;itian diketahui motivasi kader adalah rendah, sedangkan motivasi fasilitator sudah tinggi. Walaupun
lebih dari setengah jumlah sampel memiliki motivasi kerja yang tinggi,hal ini tidak berdampak pada keberhasilan
program, persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Situbondo masih tinggi.
Dalam penelitiannya, Supriyanto (2002) mengatakan makin jauh jarak tempat tinggal penduduk dari
Puskesmas makin sedikit jumlah yang berkunjung ke Puskesmas dan bahwa kemudahan transportasi akan
mempengaruhi besar kecilnya jumlah kunjungan ke Puskesmas Supriyanto (2002).Pendapatini sejalan dengan
hasil penelitian, bahwa jarak tempuh yang jauh dan sulitnya transportasi menuju ke Poskesdes menyebabkan
kader tidak menjalankan tugas di Poskesdes setiap hari.
Dukungan merupakan faktor eksternal dari diri petugas yang berperan penting mendukung pencapaian
keberhasilan suatu program. Dalam hal ini adalah dukungan dari Kepala Desa sebagai penentu kebijakan
tertinggi di desa,dimana Kepala Desa merupakan pemegang peranan penting dalam menggerakkan masyarakat
sebagai sasaran sekaligus pelaku program desa siaga. Sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa tidak adanya
dukungan dari pemegang jabatan tertinggi merupakan penyebab utama program tidak berhasil.
SIMPULAN
Pada faktor fasilitator, hanya kemampuan teknis fasilitator yang merupakan faktor penyebab.
Sedangkan pada faktor masyarakat, semua variabel merupakan faktor penyebab yaitu variabel kemampuan
teknis kader, motivasi kerja kader, tingkat pendidikan kader, persepsi kader mengenai jara k tempuh menuju
Poskesdes,persepsi kader mengenai kemudahan transportasi menuju Poskesdes serta dukungan Kepala Desa.
Pada faktor pelaksanaan 8 indikator desa siaga, 7 indikator merupakan faktor penyebab yaitu
pelaksanaan FMD, UKBM, Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM), sistem siaga bencana, pembinaan oleh
Puskesmas PONED,pembiayaan kesehatan berbasis masyarakatdan pengkajian lingkungan sehat ber-PHBS.
Dari analisis dan perhitungan seluruh variabel yang menjadi faktor penyebab, maka diperoleh
kesimpulan bahwa faktor penyebab utama tingginya persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Sitobondo
adalah kemampuan kader yang rendah dan tidak adanya dukungan kepala desa. Saran yang dapat diberikan
adalah, pemberian pelatihan dan sosialisasi yang kemudian diadakan pre-test dan post-test untuk tingkat
kemampuan kader,yang kedua adalah bekerjasama dengan pihak luar untuk pemberian pendampingan purna
waktu bagi pengembang desa siaga,pendampingan dan monitoring evaluasi bisa dari Sarjana Kesehatan ya ng
telah dilatih.
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes., Jawa Timur, (2007). Pedoman Pengembangan Desa Siaga. Dinkes Jawa Timur. Surabaya.
Dinkes., Jawa Timur, (2008). Buku Pedoman Pengembangan Desa Siaga Bagi Kader. Surabaya; Program
Promkes Subdin PSD.
Depkes., R.I., (2007). Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat dalam Pengembangan
Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta.
Depkes., R.I., (2006). Buku Saku Bidan Poskesdes Untuk Mewujudkan Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta.
Depkes., R.I., (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat dalam
Pengembangan Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta.
Depkes., R.I., (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dalam Pengembangan Desa Siaga.
Depkes R.I. Jakarta.
Depkes., R.I., (2008). Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Depkes R.I. Jakarta.
Depkes, R.I., (2007). Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta.
Farich, Achmad. (2011). Elearning: Desa Siaga Aktif. Retrieved from
http://afaelearning.blogspot.com/2013/05/elearning-desakelurahan-siaga-aktif-mhs.html
Fauzi, Muchamad, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif. Walinsongo Press. Semarang.
Gesler,WM., (1988). Location and Population Factor In Health Seeking.Health service Reasearch. Vol. 23 No. 3
Agustus. 1988.
Kotler, P., (2002). Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Buku satu PT Prehallindo. Jakarta.
Manullang, M., (2000). Manajemen Personal. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Notoadmodjo, S., (1995). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset.
Yogyakarta.
Notoatmodjo, S., (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
Omika, Hefri. (2013). Struktur Sosial. Retrieved from http://infosos.wordpress.com/kelas-xi-ips/struktur-sosial
Purnomo,W. Handoutdan Bahan Kuliah Statistika dan Statistika Manajemen. Surabaya; Universitas Airlangga.
Riyanto, Agus, (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.
Santjaka, Aris, (2011). Statistik untuk Penelitian Kesehatan 2. Nuha Medika. Yogyakarta.
Santoso, S., (2003). SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Supangat, Andri, (2008). Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Kencana Prenada
Media Group. Jakarta.
Supriyanto, S., (2002). Metodologi Penelitian Administrasi. CV ALFABETA. Bandung.
Supriyanto, S., (2003).Manajemen Pemasaran Jasa Pelayanan Kesehatan.Surabaya:FKM Unair.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi burukStandar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi burukyusup firmawan
 
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPPEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPZakiah dr
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmKlinikSubanmedika
 
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptx
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptxPosyandu bagian dari ILP_Jateng.pptx
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptxHanggaraKiran
 
Analisa masalah promkes ptp(1)
Analisa masalah promkes ptp(1)Analisa masalah promkes ptp(1)
Analisa masalah promkes ptp(1)Yesir Hasan
 
MATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxMATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxAchmadAS
 
Kak intervensi-pis-pk-docx
Kak intervensi-pis-pk-docxKak intervensi-pis-pk-docx
Kak intervensi-pis-pk-docxsiti romlah
 
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakat
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakatKuesioner identifikasi kebutuhan masyarakat
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakatTheodorus Indarto
 
Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016Zakiah dr
 
Penentuan strata posyandu
Penentuan strata posyanduPenentuan strata posyandu
Penentuan strata posyandukhafidz huda
 
Kak pemantauan bumil resti
Kak pemantauan bumil restiKak pemantauan bumil resti
Kak pemantauan bumil restiAnipahMadrid
 
12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smd12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smdMhd ansyari
 

Was ist angesagt? (20)

Buku Panduan Kader Posyandu
Buku Panduan Kader PosyanduBuku Panduan Kader Posyandu
Buku Panduan Kader Posyandu
 
09.KAK Posyandu.docx
09.KAK Posyandu.docx09.KAK Posyandu.docx
09.KAK Posyandu.docx
 
sop posyandu.docx
sop posyandu.docxsop posyandu.docx
sop posyandu.docx
 
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi burukStandar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
 
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPPEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
 
Ukbm di puskesmas
Ukbm di puskesmasUkbm di puskesmas
Ukbm di puskesmas
 
3. kak penyuluhan
3. kak penyuluhan3. kak penyuluhan
3. kak penyuluhan
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukm
 
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptx
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptxPosyandu bagian dari ILP_Jateng.pptx
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptx
 
Analisa masalah promkes ptp(1)
Analisa masalah promkes ptp(1)Analisa masalah promkes ptp(1)
Analisa masalah promkes ptp(1)
 
MATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxMATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptx
 
Kak intervensi-pis-pk-docx
Kak intervensi-pis-pk-docxKak intervensi-pis-pk-docx
Kak intervensi-pis-pk-docx
 
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakat
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakatKuesioner identifikasi kebutuhan masyarakat
Kuesioner identifikasi kebutuhan masyarakat
 
Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016
 
Pedoman UKM PKPR.docx
Pedoman UKM PKPR.docxPedoman UKM PKPR.docx
Pedoman UKM PKPR.docx
 
Penentuan strata posyandu
Penentuan strata posyanduPenentuan strata posyandu
Penentuan strata posyandu
 
Kak pemantauan bumil resti
Kak pemantauan bumil restiKak pemantauan bumil resti
Kak pemantauan bumil resti
 
Kebijakan pis pk
Kebijakan pis pkKebijakan pis pk
Kebijakan pis pk
 
Poskestren
PoskestrenPoskestren
Poskestren
 
12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smd12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smd
 

Andere mochten auch

Pedoman desa siaga
Pedoman desa siagaPedoman desa siaga
Pedoman desa siagaAnggit T A W
 
Evaluasi Proses Pemantauan Jentik Daerah Kepadatan Jentik Rendah
Evaluasi Proses Pemantauan Jentik Daerah Kepadatan Jentik RendahEvaluasi Proses Pemantauan Jentik Daerah Kepadatan Jentik Rendah
Evaluasi Proses Pemantauan Jentik Daerah Kepadatan Jentik RendahLidia Fibriana
 
Materi Sosialisasi Desa Siaga
Materi Sosialisasi Desa SiagaMateri Sosialisasi Desa Siaga
Materi Sosialisasi Desa SiagaDinkes Kab Lebak
 
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANPeraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANAdelina Hutauruk
 

Andere mochten auch (7)

Panduan desa siaga
Panduan desa siagaPanduan desa siaga
Panduan desa siaga
 
Pedoman desa siaga
Pedoman desa siagaPedoman desa siaga
Pedoman desa siaga
 
Desa siaga aktif
Desa siaga aktifDesa siaga aktif
Desa siaga aktif
 
Tentang donor darah
Tentang donor darahTentang donor darah
Tentang donor darah
 
Evaluasi Proses Pemantauan Jentik Daerah Kepadatan Jentik Rendah
Evaluasi Proses Pemantauan Jentik Daerah Kepadatan Jentik RendahEvaluasi Proses Pemantauan Jentik Daerah Kepadatan Jentik Rendah
Evaluasi Proses Pemantauan Jentik Daerah Kepadatan Jentik Rendah
 
Materi Sosialisasi Desa Siaga
Materi Sosialisasi Desa SiagaMateri Sosialisasi Desa Siaga
Materi Sosialisasi Desa Siaga
 
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANPeraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
 

Ähnlich wie Faktor Tingginya Desa Siaga Tidak Aktif

Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang Kesehatan
Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang KesehatanPetunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang Kesehatan
Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang KesehatanMuh Saleh
 
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015Muh Saleh
 
194358704 desa-siaga-fifi
194358704 desa-siaga-fifi194358704 desa-siaga-fifi
194358704 desa-siaga-fifiali mustofa
 
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-comBuletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-comLalu Suhaedi
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019ainunchairat
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019ainunchairat
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)pjj_kemenkes
 
GEMAR CAHTING "Gerakan Bersama Terpadu Cegah Stunting"
GEMAR CAHTING "Gerakan Bersama Terpadu Cegah Stunting"GEMAR CAHTING "Gerakan Bersama Terpadu Cegah Stunting"
GEMAR CAHTING "Gerakan Bersama Terpadu Cegah Stunting"Sendy Halim Toana
 
PERKEMBANGAN_DESA_SIAGA.ppt
PERKEMBANGAN_DESA_SIAGA.pptPERKEMBANGAN_DESA_SIAGA.ppt
PERKEMBANGAN_DESA_SIAGA.pptnurnautami1
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)pjj_kemenkes
 
Sosialisasi kegiatan konvergensi pencegahan stunting (hamparan rawang)
Sosialisasi kegiatan konvergensi pencegahan stunting (hamparan rawang)Sosialisasi kegiatan konvergensi pencegahan stunting (hamparan rawang)
Sosialisasi kegiatan konvergensi pencegahan stunting (hamparan rawang)Mohdsargawi
 
Analisis situasi daerah tinggi stunting
Analisis situasi daerah tinggi stuntingAnalisis situasi daerah tinggi stunting
Analisis situasi daerah tinggi stuntingSitiNgaisahSPdMPd
 

Ähnlich wie Faktor Tingginya Desa Siaga Tidak Aktif (20)

Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang Kesehatan
Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang KesehatanPetunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang Kesehatan
Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang Kesehatan
 
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015
 
194358704 desa-siaga-fifi
194358704 desa-siaga-fifi194358704 desa-siaga-fifi
194358704 desa-siaga-fifi
 
KAK REFKAD PKM LWG.doc
KAK REFKAD PKM LWG.docKAK REFKAD PKM LWG.doc
KAK REFKAD PKM LWG.doc
 
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-comBuletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
Buletin perdesaan-sehat-2-perdesaansehat-com
 
POSYANDU
 POSYANDU POSYANDU
POSYANDU
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
 
Kb 5 Desa Siaga
Kb 5 Desa SiagaKb 5 Desa Siaga
Kb 5 Desa Siaga
 
GEMAR CAHTING "Gerakan Bersama Terpadu Cegah Stunting"
GEMAR CAHTING "Gerakan Bersama Terpadu Cegah Stunting"GEMAR CAHTING "Gerakan Bersama Terpadu Cegah Stunting"
GEMAR CAHTING "Gerakan Bersama Terpadu Cegah Stunting"
 
PERKEMBANGAN_DESA_SIAGA.ppt
PERKEMBANGAN_DESA_SIAGA.pptPERKEMBANGAN_DESA_SIAGA.ppt
PERKEMBANGAN_DESA_SIAGA.ppt
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
 
Desa siaga book
Desa siaga bookDesa siaga book
Desa siaga book
 
Sosialisasi kegiatan konvergensi pencegahan stunting (hamparan rawang)
Sosialisasi kegiatan konvergensi pencegahan stunting (hamparan rawang)Sosialisasi kegiatan konvergensi pencegahan stunting (hamparan rawang)
Sosialisasi kegiatan konvergensi pencegahan stunting (hamparan rawang)
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
Posy Remaja dll.ppt
Posy Remaja dll.pptPosy Remaja dll.ppt
Posy Remaja dll.ppt
 
Analisis situasi daerah tinggi stunting
Analisis situasi daerah tinggi stuntingAnalisis situasi daerah tinggi stunting
Analisis situasi daerah tinggi stunting
 

Kürzlich hochgeladen

jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologissuser7c01e3
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Currentaditya romadhon
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADARismaZulfiani
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptab368
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 

Kürzlich hochgeladen (13)

jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 

Faktor Tingginya Desa Siaga Tidak Aktif

  • 1. Penyebab Tingginya Persentase Desa Siaga Tidak Aktif Di Kabupaten Situbondo Shonafiri Janna Bidari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: firiijb@gmail.com ABSTRACT Desa Siaga program is an effort to achieve Healthy Indonesia 2015 program.This program is successful if 80% of villages have become desa siaga in 2015. In 2011, 58% of the villages in the Situbondo are still included in the inactive desa siaga category. This research was conducted to identify factors that cause a high percentage of inactive desa siaga, started from October 5th until December 5th 2012, using an observational descriptive design with applying cross sectional approach. Interviews using a questionnaire conducted in 30 inactive desa siaga,with respondents consisting of30 facilitators and 30 cadres were using purposive sampling. Independent variables were the facilitator factors include technical skill and motivation, cadre factors include education level, technical skills, motivation, perception of distance and ease of transport and support from the chief village and the implementation of the eight desa siaga indicators include forum villagers, primary health care, community based health efforts, community-based surveilance, coaching PKM PONED, disaster alert system, community-based health financing and environmental assessment based on PHBS. The result of this research were facilitators factor and cadres factor were low and the implementations of eight indicators for desa siaga was not in accordance with existing guidelines. The conclusion of this research was the technical ability, education levels and motivation which are low, that can contribute to the desa siaga program not working properly. Perception about distance traveled, and a difficult transport also affecting the performance of cadres. The main causative factor was the lack of support from the chief village. There is no operational funds and lack of infrastructure programs is also an obstacle factor.Advice that can be given is to provide training and socialization to the facilitator and cadres and approaches to the village chief with across sectors activities and programs in each of working areas. Keywords : Desa Siaga indicator,Inactive Desa Siaga,Empowerment LATAR BELAKANG Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010 telah menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan berupa Indonesia Sehat2015 yaitu ”Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” yang menggambarkan bahwa pada tahun 2015 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
  • 2. dan merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, diperlukan upaya terobosan yang memiliki daya ungkit bagi meningkatnya derajat kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia. Upaya untuk mendukung Visi Pembangunan Kesehatan tersebut,Departemen Kesehatan RI “Membuat rakyat sehat” serta strategi “Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat” berupaya untuk memfasilitasi percepatan dan percapaian derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan ditingkat desa yang disebut desa siaga. Sehubungan dengan itu Departemen Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 564/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 02 Agustus 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Berkaitan dengan strategi tersebut,sasaran terpenting yang ingin dicapai adalah pada akhir tahun 2015, seluruh desa telah menjadi desa siaga. Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakatdengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong. Pengembangan desa siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiapsiagakan masyarakat menghadapi munculnya masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti kegiatan desa siaga adalah agar masyarakattahu,mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangan d esa siaga diperlukan langkah-langkah edukatif berupa upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah kesehatan yang dihadapinya. Desa siaga yang berkembang atau desa siaga aktif adalah desa yang sudah memenuhi indikator input desa siaga yaitu desa yang sudah mempunyai minimal satu Pos Kesehatan Desa, sudah ada satu bidan desa dan dua kader aktif yang dibina Puskesmas serta sudah menjalankan indikator process desa siaga seperti menjalankan fungsi FMD (Forum Masyarakat Desa), memfungsikan UKBM Poskesdes dan dibina Puskesmas PONED. Program desa siaga merupakan program nasional,dimana sasaran utamanya masyarakat di Indonesia dan target pencapaiannya adalah pada tahun 2015 seluruh desa di Indonesia, sekurang-kurangnya 80% dari jumlah keseluruhan desa telah menjadi desa siaga.Begitu juga di Jawa Timur, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur menyatakan dalam buku Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga Jawa Timur tahun 2006 bahwa pada tahun 2010 seluruh desa di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur harus sudah menjadi desa siaga dan 60% jumlah desa siaga telah menjadi desa siaga aktif. Pada tahun 2011 seluruh desa di Kabupaten Situbondo yang berjumlah 136 desa telah menjadi desa siaga, namun perkembangannya masih rendah yaitu hanya 58 desa siaga yang telah menjadi desa siaga aktif, atau sebesar 43% dan sebanyak 78 desa atau 57% masih merupakan desa siaga tidak aktif. Persentase tersebut masih belum mencukupi dari target p encapaian desa siaga aktif tahun 2011 sebesar 60%.
  • 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dibuat, maka rum usan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana faktor fasilitator meliputi tingkat pendidikan, kemampuan teknis dan motivasi kerja dalam menjalankan program pelaksanaan desa siaga di Kabupaten Situbondo? 2. Bagaimana faktor masyarakat meliputi tingkat pendidikan kader, kemampuan teknis kader, motivasi kerja kader, dukungan dari Kepala Desa, persepsi kader mengenai jarak tempuh dan kemudahan transportasi dalam menjalankan program pelaksanaan desa siaga di Kabupaten Situbondo? 3. Bagaimana pelaksanaan desa siaga dengan indikator Forum Masyarakat Desa, Pelayanan Kesehatan Dasar, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat, Surveilans Berbasis Masyarakat, Pembinaan Puskesmas PONED, Sistem Siaga Bencana, Pembiayaan Kesehatan Berbasis Masyarakat, Pengkajian Lingkungan Sehat Ber-PHBS di Kabupaten Situbondo? 4. Apakah faktor fasilitator, faktor masyarakat dan pelaksanaan 8 indikator desa siaga menjadi penyebab tingginya persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Situbondo? Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengidentifikasi faktor penyebab tingginya persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Situbondo Tahun 2011 b. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi faktor fasilitator meliputi tingkat pendidikan, kemampuan teknis dan motivasi kerja dalam menjalankan program pelaksanaan desa siaga di Kabupaten Situbondo. 2. Mengidentifikasi faktor masyarakat meliputi tingkat pendidikan kader, kemampuan teknis kader, motivasi kerja kader, dukungan dari Kepala Desa, persepsi kader mengenai jarak tempuh dan kemudahan transportasi dalam menjalankan program pelaksanaan desa siaga di Kabupaten Situbondo. 3. Mengidentifikasi pelaksanaan desa siaga dengan indikator Forum Masyarakat Desa, Pelayanan Kesehatan Dasar, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat, Surveilans Berbasis Masyarakat, Pembinaan Puskesmas PONED, Sistem Siaga Bencana, Pembiayaan Kesehatan Berbas is Masyarakat, Pengkajian Lingkungan Sehat Ber-PHBS di Kabupaten Situbondo. 4. Mengidentifikasi faktor fasilitator, faktor masyarakat dan pelaksanaan 8 indikator desa siaga sebagai penyebab tingginya persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Situbondo.
  • 4. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan, manfaat yang diharapkan antara lain: 1. Bagi Peneliti Memperoleh tambahan pengetahuan, wawasan dan pengalaman mengenai pedoman pelaksanaan program desa siaga beserta faktor yang menghambat perkembangan desa siaga khususnya di Kabupaten Situbondo. 2. Bagi Instansi Terkait a. Sebagai bahan usulan dan bahan pertimbangan dalam evaluasi pelaksanaan desa siaga. b. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan tentang program atau intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah rendahnya tingkat perkembangan desa siaga. 3. Bagi Fakultas Sebagai bahan kajian ilmiah dan tambahan informasi di bidang Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan untuk pendidikan dan pengajaran bagi mahasiswa. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti yeng berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. PUSTAKA Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Desa siaga merupakan program pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2015. Pengembangan desa siaga perlu dilaksanakan karena desa merupakan basis bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Desa yang dimaksud dalam desa siaga adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatsetempatyang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia (Dinkes Propinsi Jawa Timur, 2008). Tujuan Desa Siaga Program desa siaga memiliki beberapa tujuan, menurut Dinkes (2008), tujuan dari pembentukan program desa siaga adalah terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya. Tujuan khususnya adalah: 1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) 2. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk m enolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
  • 5. 3. Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa. 4. Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan sebagainya). Landasan Hukum Landasan hukum yang terkait dengan desa siaga menurut Dinkes (2008), adalah: 1. UU No.12 Tahun 1992 tantang kesehatan 2. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.547/Menkkes/SK/IV/2000 tahun 2000 tentang Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.131/Menkes/SK/II/2004 tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional 4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang pedoman pelaksanaan pengembangan desa siaga 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1529/Menkes/SK/X/2010 tentang pedoman umum pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif Sasaran Pengembangan Desa Siaga Sasaran desa siaga merupakan faktor utama dalam keberhasilan program desa siaga, karena sasaran pengembanagan desa siaga juga merupakan pelaku program. Menurut Depkes RI (2007), sasaran desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis untuk mempermudah strategi intervensi, yaitu : 1. Semua individu dan keluarga di desa,yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat,serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya. 2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader, serta petugas kesehatan. 3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan,peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana,dan lain-lain seperti Kepala Desa,Camat,para pejabatterkait, swasta,para donatur,dan pemangku kepentingan lainnya. Tahapan dan Kriteria Desa Siaga Agar sebuah desa menjadi desa siaga maka desa tersebut harus memiliki forum desa atau lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana atau akses pelayanan kesehatan dasar. Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur (2007) yang menyebutkan dalam tahapan pengembangan, desa siaga akan
  • 6. meningkatdengan membagi menjadi empatkriteria desa siaga yaitu tahap bina, tahap tumbuh, tahap kembang dan tahap paripurna. Sedangkan kriteria yang harus ada dalam sebuah desa sehingga desa tersebut dapat disebut desa siaga menurut Depkes RI (2011) antara lain forum masyarakat desa, pelayanan kesehatan dasar, upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, surveilans berbasis masyarakat, pembinaan Puskesmas PONED, system siaga bencana, pembiayaan berbasis masyarakat dan pengkajian lingkungan sehat ber-PHBS. Indikator Keberhasilan Desa Siaga Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur (2007),keberhasilan upaya pengembangan desa siaga dapat dilihat dari empat kelompok indikator yaitu: 1. Indikator Input Indikator input atau masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan desa siaga. Indikator masukan terdiri atas beberapa hal berikut : a. Ada atau tidak Forum Masyarakat Desa. b. Ada atau tidak sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan dan peralatannya. c. Ada atau tidak UKBM yang dibutuhkan masyarakat. d. Ada atau tidak tenaga kesehatan (minimal satu bidan). e. Ada atau tidak kader aktif (minimal dua kader aktif). f. Ada atau tidak sarana bangunan atau Poskesdes sebagai pusat pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan. g. Ada atau tidak alat komunikasi yang lazim dipakai masyarakat yang dimanfaatkan untuk mendukung penggerakan surveilans berbasis masyarakat misal: kentongan, bedug. 2. Indikator Process Indikator process adalah indikator untk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indikator proses terdiri atas beberapa hal sebagai berikut : a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa. b. Berfungsi atau tidak Pelayanan Kesehatan Dasar. c. Berfungsi atau tidak UKBM yang ada. d. Ada atau tidak pembinaan dari Puskesmas PONED. e. Berfungsi atau tidak sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana. f. Berfungsi atau tidak sistem surveilans berbasis masyarakat. g. Ada atau tidak sistem pembiayaan berbasis masyarakat. h. Berjalan atau tidak pelaksanaan pengkajian lingkungan sehat ber-PHBS.
  • 7. 3. Indikator Output Indikator output atau keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal berikut : a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar (terutama KIA). b. Cakupan pelayanan UKBM. c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan yang dilaporkan. d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk Kadarzi dan PHBS. e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat. 4. Indikator Outcome Indikator outcome atau dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dari hasil kegiatan desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indikator dampak terdiri dari beberapa hal berikut: a. Jumlah penduduk yang menderita sakit. b. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia. c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia. d. Jumlah balita dengan gizi buruk. e. Tidak terjadinya KLB penyakit. f. Respon cepat masalah kesehatan. Srategi Promosi Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2007), untuk menunjang visi dan misi program desa siaga, diperlukan pendekatan yang strategis agar tercapai secara efektif dan efisien. Cara ini sering disebut strategi. Jadi strategi adalah cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien. Teori yang akin digunakan disini adalah teori strategi global menurut WHO 1984, antara lain: a. Advokasi (Advocacy) Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan (decision maker) atau penentu kebijakan (policy makers) baik di bidang kesehatan maupun di sektor lain di luar kesehatan, yang mempunyai pengaruhm terhadap publik. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan, antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi dan sebagainnya yang menguntungakn kesehatan publik. Bentuk kegiatan advokasi ini antara lain lobying, pendekatan atau pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, penyajian isu atau masalah kesehatan atau yang mempengaruhi kesehatan masyarakat setempat, seminar masalah kesehatan dan sebagainya. Output kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan daerah, instruksi yang mengikat masyarakatdan instansi yang terkaitdengan masalah kesehatan.Oleh sebab itu,sasaran advokasi adalah para
  • 8. pejabat eksekutif dan legislatif, para pemimpin dan pengusaha, serta organisasi politik dan organisasi masyarakat, baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa atau kelurahan. b. Dukungan Sosial (Social Support) Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, lurah, camat, petugas kesehatan) maupun informal (misalnya tokoh agama) yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan atau program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakatdan tokoh agama.Selanjutnya tokoh masyarakatdan tokoh agama diharapkan dapatmenjembatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat. Pada masyarakatyang masih paternalistic seperti di Indonesia ini, tokoh masyarakat dan tokoh agama merupakan panutan perilaku masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu apabila tokoh masyarakat dan tokoh agama sudah mempunyai perilaku sehat,semakin mudah ditiru oleh anggota masyarakat lain (Depkes RI, 2007).Bentuk kegiatan mencari dukungan sosial ini antara lain pemberian pelatihan tokoh masyarakatdan tokoh agama, seminar, lokakarya, penyuluhan. c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment) Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakatlangsung sebagai sasaran primer atau utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain penyuluhan kesehatan,pengorganisasian dan pembangunan masyarakat dalam bentuk misalnya Koperasi dan pelatihan keterampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (menjahit, pertukangan misalnya). Melalui kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (self relince in health). Oleh karena bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini lebih pada kegiatan penggerakan masyarakat untuk kesehatan, misalnya adanya dana sehat, pos obat desa, gotong royong kesehatan, maka kegiatan ini sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Meskipun demikian, tidak semua pemberdayaan masyarakat itu berupa kegiatan gerakan masyarakat. Teori Pemberian Kompensasi Suatu cara untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan adalah melalu i kompensasi. Kompensasi adalah segala sesuatu yag diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Supriyanto, 2003). Tujuan administrasi kompensasi adalah: 1. Memperoleh personalian yang qualified 2. Mempertahankan para karyawan yang ada sekarang 3. Menjamin keadilan 4. Menghargai perilaku yang diinginkan
  • 9. 5. Mengendalikan biaya-biaya 6. Memenuhi peraturan-peraturan legal Teori Belajar Skinner Teori Operant Conditioning dari skinner adalah teori yang bisa diaplikasikan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari,ciri khas teori Skinner adalah adanya Positive Reinforcement dan Negative Reinforcement (Skinner, 1938). 1. Positive Reinforcement (Reward): Cara untuk memperkuat suatu perilaku atau menghambat perilaku dengan cara memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi subyek segera setelah perilaku itu muncul. Contoh: Apabila ada petugas kesehatan yang tidak mau mengikuti pelatihan, maka kantor harus mendelegasikan (mewajibkan) untuk mengikuti pelatihan yang sesuai dengan tupokjanya dengan pemberian imbalan setiap selesai mengikuti pelatihan.Dengan harapan bahwa petugas kesehatan akan terbiasa atau terpicu untuk meningkatkan kemampuan dengan mengikuti pelatihan. 2. Negative Reinforcement (Punishment): Cara untuk memperkuatsuatu perilaku atau menghambatperilaku dengan cara mencabut sumber ketidaknyamanan atau ketegangan subjek setiap kali perilaku itu muncul. Contoh:Seorang petugas kesehatan sering dating terlambat atau alpa dating ke kantor, maka perlu dibuat kebijakan bahwa setiap terlambat lebih dari tiga kali atau alpa tanpa keterangan lebih dari dua kali maka intensiftambahan isal untuk lembur atau tunjangan lauk pauk tidak diberikan. Dengan harapan bahwa lain kali petugas tersebut kan dating tepat waktu dan tidak alpa. METODE Berdasarkan jenisnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif observasional karena peneliti tidak memberikan perlakuan terhadap variabel yang diteliti, tetapi hanya melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada sampel dan melihat dokumen desa siaga sebagai alat pengumpulan data. Sedangkan rancang bangun penelitian ini bersifat cross sectional karena penelitian dilakukan pada saatitu untuk meneliti keadaan pada saat itu juga. Populasi penelitian ini adalah semua fasilitator dalam hal ini adalah tenaga kesehatan (bidan/perawat/tenaga kesehatan) dan kader desa siaga di Kabupaten Situbondo.Jumlah seluruh desa siaga di Kabupaten Situbondo adalah 136 desa dengan jumlah fasilitator sebanyak 136 orang, dan jumlah kader desa siaga sebanyak 543 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah kelompok desa siaga tidak aktif, yaitu sebanyak 78 desa siaga tidak aktif dari total 136 desa siaga dan 17 kecamatan di Kabupaten Situbondo tahun 2011. Pengambilan sampel dalam kelompok desa siaga tidak aktif dilakukan secara purposive dengan memperhatikan kriteria tertentu yang telah dibuat peneliti terhadap objek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria desa siaga yang dijadikan sampel adalah :
  • 10. 1. Kecamatan dengan jumlah desa siaga aktif yang paling rendah atau sebesar 0%. 2. Kecamatan dengan jumlah desa siaga aktif rendah atau sebesar 0.7% dengan wilayah sulit dijangkau. Responden untuk instrumen kuesioner adalah fasilitator dan kader desa siaga. Dalam penelitian ini telah ditetapkan jumlah responden adalah satu orang fasilitator dan satu orang kader desa siaga tidak aktif. Jumlah kader desa siaga di Kabupaten Situbondo tidak sama dalam setiap desa, pengambilan satu orang sampel untuk kader ini dipilih kader yang pada saat penelitian sedang bertugas di Poskesdes. Setelah diketahui teknik pengambilan sampel, maka kemudian diukur besar sampelnya Instrumen yang dipergunakan untuk penelitian ini adalah berupa kuesioner. Sedangkan pengumpulan data diperoleh melalui: 1. Data primer yaitu diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada kader desa siaga dan fasilitator desa siaga pada sampel desa siaga tidak aktif mengenai pelaksanaan delapan indikator desa siaga dan faktor yang mempengaruhi tingginya persentase desa siaga tidak aktif di wilayah Kabupaten Situb ondo. 2. Data sekunder yaitu diperoleh dari dokumen desa siaga di Poskesdes tentang desa siaga tahun 2011 di wilayah Kabupaten Situbondo. Data yang diperoleh melalui pengumpulan data,diteliti dan dikoreksi kebenarannya (cleaning data), bila masih ada yang belum lengkap,maka dilengkapi dengan cara mendatangi kembali sampel yang bersangkutan. Kemudian data diolah dengan komputer menggunakan program SPSS 11.5 menggunakan tabulasi silang dan analisis tabel frekuensi untuk mengetahui faktor yang menyebabkan delapan indikator desa siaga tidak berjalan optimal dan disajikan dalam bentuk tabel serta narasi. Kemudian hasilnya dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan faktor yang menyebabkan tingginya persentase desa siaga tidak aktif di kabupaten Situbondo. Setelah diketahui variabel mana saja yang menjadi faktor penyebab, variabel dikelompokkan lagi menjadi faktor penyebab utama (dominan) dan faktor penyebab lain.Kriteria yang digunakan dalam menentukan faktor penyebab utama adalah variabel dengan kategori rendah/buruk yang paling banyak muncul menjadi faktor penyebab atau variabel dengan persentase paling tinggi sebagai penyebab pelaksanaan 8 indikator desa siaga tidak berjalan.Cara menghitung persentase paling tinggi pada variabel adalah dengan menjumlah kan seluruh persentase variabel dengan kategori rendah. Hasil akhir variabel dengan persentase paling tinggi merupakan faktor penyebab utama tingginya persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Situbondo. Desa siaga tidakaktif Kec.amatandenganjumlah desa siaga aktif 0% Sumber Malang:9 Desa Kendit: 7 Desa Kecamatandenganjumlah desa siaga aktif 0,7% dengan wilayah susahdi jangkau Mlandingan:7 Desa Jatibanteng:7 Desa
  • 11. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1 Hasil Analisis Variabel Yang Menyebabkan Tingginya Persentase Desa Siaga Tidak Aktif Di Kabupaten Situbondo Variabel Penyebab Tingginya Persentase Desa Siaga Tidak Aktif Iya Tidak Tingkat Pendidikan Fasilitator - √ Kemampuan Fasilitator √ - Motvasi Kerja Fasilitator - √ Tingkat Pendidikan Kader √ - Kemampuan Kader √ - Motivasi Kerja Kader √ - Dukungan Kepala Desa √ - FMD √ - Yankesdas - √ UKBM √ - Surveilans Berbasis Masyarakat √ - Pembinaan Puskesmas PONED √ - Sistem Siaga Bencana √ - Pembiayaan Berbasis Masy. √ - Pengkajian Lingk. Sehat Ber-PHBS √ - Dapat dilihat pada tabel 1 bahwa ada 12 faktor yang menjadi penyebab program desa siaga tidak berjalan dan ada 3 faktor yang bukan menjadi penyebab desa siaga termasuk ke dalam kategori desa siaga tidak aktif. Faktor penyebab adalah kemampuan fasilitator, tingkat pendidikan kader, kemampuan teknis kader, motivasi kerja kader, persepsi kader mengenai jarak tempuh menuju Poskesdes, persepsi kader mengenai kemudahan transport menuju Poskesdes, forum masyarakat desa, upaya kesehatan berbasis masyarakat, sistem siaga bencana, pembinaan oleh Puskesmas PONED, pembiayaan berbasis masyarakat, surveilans berbasis masyarakat dan pengkajian lingkungan sehat ber-PHBS. Faktor yang bukan menjadi penyebab program desa siaga tidak berhasil adalah tingkat pendidikan fasilitator,motivasi kerja fasilitator dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar oleh masysrakat.Dimana hal itu dikarenakan 3 faktor tersebut ternyata menunjukkan tingkatan yang baik pada hasil penelitian. Pembahasan Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan yang pada fasilitator adalah sesuai dengan kriteria minimal yang telah ditentukan Dinas Kesehatan sedangkan tingkat pendidikan kader adalah rendah, hal ini dapat mempengaruhi pelaksanaan dan keberhasilan program desa siaga. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi penggunaan fasilitas kesehatan.Seperti yang telah dikemukakan Gesler (1988) pendidikan lebih tinggi akan mempunyai informasi tentang kesehatan yang lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan rendah. Kemampuan teknis fasilitator dan kader termasuk dalam kategori rendah, hal ini mempengaruhi pelaksanaan program desa siaga. Kemampuan teknis fasilitator dapat diperoleh melalui keikutsertaan dalam suatu pendidikan atau pelatihan. Pendidikan dan pelatihan merupakan pemberian bantuan kepada kesehatan agar dapat berkembang ke tingkat kecerdasan pengetahuan dan kemampuan lebih tinggi (Manullang, 2000).
  • 12. Menurut Azwar (1996), motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan dan atau pembangkit tenaga pada seseorang dan ataupun sekelompok masyarakat mau berbuat dan bekerja sama secara cepatmelaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari hasil pene;itian diketahui motivasi kader adalah rendah, sedangkan motivasi fasilitator sudah tinggi. Walaupun lebih dari setengah jumlah sampel memiliki motivasi kerja yang tinggi,hal ini tidak berdampak pada keberhasilan program, persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Situbondo masih tinggi. Dalam penelitiannya, Supriyanto (2002) mengatakan makin jauh jarak tempat tinggal penduduk dari Puskesmas makin sedikit jumlah yang berkunjung ke Puskesmas dan bahwa kemudahan transportasi akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah kunjungan ke Puskesmas Supriyanto (2002).Pendapatini sejalan dengan hasil penelitian, bahwa jarak tempuh yang jauh dan sulitnya transportasi menuju ke Poskesdes menyebabkan kader tidak menjalankan tugas di Poskesdes setiap hari. Dukungan merupakan faktor eksternal dari diri petugas yang berperan penting mendukung pencapaian keberhasilan suatu program. Dalam hal ini adalah dukungan dari Kepala Desa sebagai penentu kebijakan tertinggi di desa,dimana Kepala Desa merupakan pemegang peranan penting dalam menggerakkan masyarakat sebagai sasaran sekaligus pelaku program desa siaga. Sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa tidak adanya dukungan dari pemegang jabatan tertinggi merupakan penyebab utama program tidak berhasil. SIMPULAN Pada faktor fasilitator, hanya kemampuan teknis fasilitator yang merupakan faktor penyebab. Sedangkan pada faktor masyarakat, semua variabel merupakan faktor penyebab yaitu variabel kemampuan teknis kader, motivasi kerja kader, tingkat pendidikan kader, persepsi kader mengenai jara k tempuh menuju Poskesdes,persepsi kader mengenai kemudahan transportasi menuju Poskesdes serta dukungan Kepala Desa. Pada faktor pelaksanaan 8 indikator desa siaga, 7 indikator merupakan faktor penyebab yaitu pelaksanaan FMD, UKBM, Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM), sistem siaga bencana, pembinaan oleh Puskesmas PONED,pembiayaan kesehatan berbasis masyarakatdan pengkajian lingkungan sehat ber-PHBS. Dari analisis dan perhitungan seluruh variabel yang menjadi faktor penyebab, maka diperoleh kesimpulan bahwa faktor penyebab utama tingginya persentase desa siaga tidak aktif di Kabupaten Sitobondo adalah kemampuan kader yang rendah dan tidak adanya dukungan kepala desa. Saran yang dapat diberikan adalah, pemberian pelatihan dan sosialisasi yang kemudian diadakan pre-test dan post-test untuk tingkat kemampuan kader,yang kedua adalah bekerjasama dengan pihak luar untuk pemberian pendampingan purna waktu bagi pengembang desa siaga,pendampingan dan monitoring evaluasi bisa dari Sarjana Kesehatan ya ng telah dilatih.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Dinkes., Jawa Timur, (2007). Pedoman Pengembangan Desa Siaga. Dinkes Jawa Timur. Surabaya. Dinkes., Jawa Timur, (2008). Buku Pedoman Pengembangan Desa Siaga Bagi Kader. Surabaya; Program Promkes Subdin PSD. Depkes., R.I., (2007). Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta. Depkes., R.I., (2006). Buku Saku Bidan Poskesdes Untuk Mewujudkan Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta. Depkes., R.I., (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta. Depkes., R.I., (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dalam Pengembangan Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta. Depkes., R.I., (2008). Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Depkes R.I. Jakarta. Depkes, R.I., (2007). Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta. Farich, Achmad. (2011). Elearning: Desa Siaga Aktif. Retrieved from http://afaelearning.blogspot.com/2013/05/elearning-desakelurahan-siaga-aktif-mhs.html Fauzi, Muchamad, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif. Walinsongo Press. Semarang. Gesler,WM., (1988). Location and Population Factor In Health Seeking.Health service Reasearch. Vol. 23 No. 3 Agustus. 1988. Kotler, P., (2002). Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Buku satu PT Prehallindo. Jakarta. Manullang, M., (2000). Manajemen Personal. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Notoadmodjo, S., (1995). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Yogyakarta. Notoatmodjo, S., (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. Omika, Hefri. (2013). Struktur Sosial. Retrieved from http://infosos.wordpress.com/kelas-xi-ips/struktur-sosial Purnomo,W. Handoutdan Bahan Kuliah Statistika dan Statistika Manajemen. Surabaya; Universitas Airlangga. Riyanto, Agus, (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Santjaka, Aris, (2011). Statistik untuk Penelitian Kesehatan 2. Nuha Medika. Yogyakarta. Santoso, S., (2003). SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Supangat, Andri, (2008). Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Supriyanto, S., (2002). Metodologi Penelitian Administrasi. CV ALFABETA. Bandung. Supriyanto, S., (2003).Manajemen Pemasaran Jasa Pelayanan Kesehatan.Surabaya:FKM Unair.