SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 4
Tabi'in artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi
wassallam dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam. Usianya tentu saja
lebih muda dari Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada
masa Sahabat masih hidup. Tabi'in disebut juga sebagai murid Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam.

http://biografi-islami.blogspot.com/2012/03/pengertian-tabiin.html

    A. Pusat-Pusat Pembinaan Hadis

Tercatat beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam meriwayatkan hadis, sebagai tempat tujuan para tabi’in
dalam mencari hadis. Kota-kota tersebut ialah Madinah, Makkah, Kufah, Basrah, Syam, Mesir, Maghribi dan
Andalus, Yaman dan Khurasan.[1]

Pusat pembinaan pertama adalah Madinah. Karena disinilah Rasul Saw menetap setelah hijrah. Disini pula Rasul
Saw membina masyarakat Islam yang di dalamnya terdiri atas Muhajirin dan Ansar, dari berbagai suku atau
kabilah, disamping dilidunginya umat-umat non Muslim, seperti Yahudi. Dan para sahabat yang menetap disini
diantaranya Khulafa Al-Rasyidin, Abu Hurairah, Siti ‘Aisyah, abdullah ibn Umar dan Abu Said Al-Khudri, dengan
menghasilkan para pembesar Tabi’in, seperti Sa’id Ibn Al-Musyayyab, ‘Urwah Ibn Zubair, Ibn Shihab Al-Zuhri,
Ubaidullah Ibn ’Utbah Ibn Mas’ud dan Salim Ibn Abdillah Ibn Umar.

Di antara para tabi’in yang membina hadis di Makkah seperti Mujtahid ibn Jabar, Atha ibn Abi Rabah, Thawus ibn
kaisan, dan Ikrimah maula Ibn Abbas. Di Kufah, ialah Al-Rabi’ ibn Qasim, Kamal ibn Zaid Al-Nakha’i, Said ibn Zubair
Al-Asadi, Amir ibn Sarahil Al-Sya’bi, Ibrahim Al-Nakha’i, dan abu Ishaq Al-sa’bi.di Basrah, ialah Hasan Al-basri,
Muhammad ibn sirrin, Ayub Al-Sakhyatani, Yunus ibnu ‘Ubaid, Abdullah ibn ‘Aun, Khatadah ibn Du’amah Al-Sudusi,
dan Hisyam ibn Hasan.di Syam, ialah Salim ibn Abdillah Al-Muharibi, Abu Idris Al-Khaulani, Abu Sulaiman Al-Darani,
dan Umar ibn hana’i. Di Mesir, ialah Amr ibn Al-Haris, Khair ibn Nu’aimi Al-hadrami, Yazid ibn Abi habib, Abdullah
ibn Abi jafar, dan Abdullah ibn Sulaiman Al-Thawil. Di Andalus, ialah Ziyad ibn An’am Al-Mu’afil, Abdurrahman ibn
Ziyad, Yazid ibn Rafi’, dan Muslim ibn Yasar. Di Yaman, ialah Hammam ibn Munabah dan Wahab ibn Munabah,
Thawus dan Ma’mar ibn Rasyid. Kemudian di Khurasan, para sahabat yang terjun, antara lain Muhammad ibn Ziyad
ibn Tsabit Al-Anhsari, dan Yahya ibn Sabih Al-Mugri.[2]

C. Pembukuan Hadis Pada Masa Tabi’in

Para tabi’in menerima ilmu dari para sahabat. Mereka bergaul dekat, mengetahui segala sesuatu dari mereka,
menerima banyak hadist Rasulullah dari mereka, dan mengetahui kapan para sahabat melarang serta
membolehkan penulisan hadist.

Para Tabi’in senantiasa meneladani para sahabat. Mereka, para sahabat, adalah generasi pertama yang
memelihara Al-Qura’an dan As-Sunnah. Maka, pada umumnya, para tabi’in dan para sahabat sependapat tentang
masalah pembukuan hadits.[3] Faktor-faktor yang mendorong Khulafa ar-Rasyidin dan para sahabat menolak
penulisan hadis juga adalah faktor yang mendorong tabi’in bersikap sama. Mereka memiliki satu sikap. Mereka
menolak penulisan hadis selama sebab-sebabnya ada. Sebaliknya, jika sebab-seba tersebut tidak ada, mereka
sepakat tentang kebolehan menuliskan hadis. Bahkan, kebanyakan dari mereka mendorong dan menumbuhkan
sikap berani membukukan hadis

Diantara tabi’in yang melarang penulisan hadis adalah Ubaidah bin Amr as-Salmani al-Muradi (w. 72 H), Ibrahim
bin Yazid at-Taimi (W. 92 H), Jabir bin Zaid (w. 93 H), dan Ibrahim an-Nakha’I (w. 96 H).

Ketidaksukaan Tabi’in untuk menulis hadis itu semakin bertambah ketika pendapat pribadi mereka dikenal oleh
masyarakat luas. Mereka khawatir pendapat-pendapat itu di bukukan oleh murid-murid mereka bersama hadis
sehingga timbul kekaburan.
Kami menyimpulkan bahwa tabi’in yang tidak menyukai penulisan hadits dan bertahan dengan sikap ini semata-
mata didorong oleh rasa tidak suka pendapatnya dibukukan. “Adapun kabar yang bersumber dari mereka, yang
menunjukkan keengganan generasi ini (tabi’in) menulis hadits harus ditafsirkan dengan tidak menyalahi
kesimpulan kami bahwa mereka semua adalah ulama fikih.” Tidak ada seorang pun ahli hadits di antara mereka
yang bukan ahli fikih.

Semua sikap tabi’in itu diriwayatkan dari para ulama yang kemudian dikutip oleh sejarawan. Hal itu menunjukkan
secara jelas bahwa mereka bukan menolak penulisan hadis, tetapi menolak penulisan pendapat pribadi. Kabar-
kabar yang berisi larangan menulis hanyalah bermaksud larangan menulis pendapat.[4] Hal ini serupa dengan
ketidaksukaan Rasulullah Saw dan para sahabat generasi pertama terhadap penulisan hadis yang dilandasi
kekhawatiran bahwa hadis akan bercampur dengan Al-Qur’an atau terjadi pengabaian Al-Qur’an.

Pendapat diatas diperkuat oleh kabar-kabar dari tabi’in. Mereka mendorong penulisan hadis dan membolehkan
murid mereka menulis hadis dari mereka. Para tabi’in menulis hadis di dalam kelompok-kelompok kajian para
sahabat. Bahkan, sebagian dari mereka sangat bersemangat menulis hadis. Bukti tentang hal ini antara lain sebagai
berikut.

Sa’id bin Jubair (w. 95 H) menulis hadis dari Ibnu Abbas. Ketika lembaran-lembaran miliknya telah penuh dengan
hadis, Sa’id menulis hadis di sandalnya sehingga penuh dengan hadis. Diriwayatkan pula dari Sa’id bahwa ia
berkata, ketika saya berjalan bersama Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, saya mendengar hadis dari keduanya. Maka,
saya menulis hadis itu diatas kendaraan dan setelah turun saya menuliskannya kembali.

Amir asy-Syabi berkata, “Tulisan itu adalah pengikat ilmu.” Ia mendorong penulisan hadis dengan berkata, Jika
kamu mendengar sesuatu dariku maka tulislah sekalipun di dinding. Ia mendiktekan hadis kepada murid-muridnya
dan mendorong mereka menulis hadis.

Tulisan-tulisan itu tersebar luas sehingga al-Hasan al-Basri (w. 110 H) berkata, kami memiliki tulisan-tulisan yang
selalu kami pelihara. Umar bin Abdul Aziz (61-101 H) juga menulis hadis. Diriwayatkan dari Abu Qilabah bahwa ia
berkata, “Umar bin Abdul Aziz mendatangi kami untuk shalat zuhur sambil membawa kertas. Ketika ia mendatangi
kami untuk shalat ashar, ia juga membawa kertas. Saya bertanya kepadanya, Wahai Amirul-Mukminin, tulisan
apakah ini? Ia menjawab, ini adalah hadis yang saya terima dari Aun bin bin Abdullah. Saya mengagumi hadis ini
sehingga saya menulisnya.

Hal di atas membuktikan bahwa penulisan hadis telah meluas diantara generasi-generasi tabi’in, dan tidak bisa
diingkari penulisan hadis pada masa-masa terakhir abad pertama dan masa-masa permulaan abad kedua. Pada
masa itu telah banyak lembaran dan tulisan.[5] Mujahid bin Jabr (w. 103 H), misalnya, mengijinkan sebagian
sabatnaya masuk ke kamarnya, lalu ia menyerahkan tulisannya kepada mereka untuk di salin.

Hisyam bin Abdul Malik meminta salah seorang pejabat agar bertanya kepada Raja’ bin Haiwah (w. 122 H) tentang
suatu hadis. Raja’ berkata, “Saya tentu lupa akan hadis itu sekiranya hadis itu tidak saya tulis.

Atha bin Abi Rabah (w. 122 H) menulis hadis untuk dirinya. Ia memerintahkan anaknya menuliskan hadis untuknya.
Murid-muridnya juga menulis hadis di hadapannya. Ia mendorong para muridnya mempelajari dan menulis hadis.

Gerakan ilmiah semakin aktif dengan kegiatan penulisan hadis dan mempelajarinya dari para ulama. Hal ini
ditunjukkan oleh riwayat dari al-Walid bi Abi as-Saib, ia berkata “saya melihat Makhul, Nafi’ dan Atha disodori
banyak hadis.
Seseorang bertanya kepada Nafi tentang penulisan hadis (setelah penulisan hadis meluas dan menjadi kebutuhan
setiap penuntut ilmu). Nafi menjawab, Apa yang menghalangimu menulis hadis, sedangkan Allah Yang Maha Halus
lagi Maha Mengetahui memberitahukan bahwa dia menulis, seperti dalam firman-Nya, thaha:54


1.Suparta, Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. ke-4, 2003.

[2] M. Hasbi ,Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Jakarta: PT Bulan Bintang, Cet. Ke-11 th. 1993. hlm. 74-75


[3] Al-Khatib, Muhammad Ajaj, As-Sunnah Qablat-Tadwin, Beirut: Darul Fikr Cet. V Th. 1401-1981 M. Hlm. 363

[4] Ibid. Hlm. 366.

[5] Ibid. hlm. 368

                                                                   KESIMPULAN


Kabar dari tabi’in yaitu tentang larangan atau izin penulisan hadis, tidak timbul sebagai akibat adanya dua
kelompok, yang salah satunya membolehkan penulisan hadis dan yang lain melarangnya. Yang benar, mereka
membolehkan penulisan hadis ketika sebab-sebab pelarangnya tidak ada. Sebaliknya, mereka melarang penulisan
hadis hadis ketika di temukan sebab-sebab pelarangannya, seperti ke khawatiran tercampurnya Al-Qur’an dengan
As-Sunnah atau kekhawatiran jika Al-Qur’an disamakan dengan kitab-kitab hadis.


Umar bin Abdul bin Aziz mengkhawatirkan hilangnya As-Sunnah dan terjadinya pemalsuan terhadapnya, maka ia
memerintahkan penghimpunan As-Sunnah oleh para ulama tabi’in. ia memerintahkan semua pejabat di berbagai
wilayah kekuasaan Islam untuk memperhatikan hadis dan menumbuhkan keberanian para ulama membentuk
kelompok-kelompok pengkajian hadis di mesjid-mesjid. Umar sendiri, bersama-sama ulama, terjun langsung
mewujudkan prakarsa itu. Sebelum meninggal, ia membagi-bagikan apayang berhasil ditulis oleh Imam az-Zuhri.
Umar berjasa besar dengan menugaskan pejabat pemerintah memelihara As-Sunnah secara resmi.


                                                            DAFTAR PUSTAKA


Al-Khatib, Muhammad Ajaj, As-Sunnah Qablat-Tadwin, Beirut: Darul Fikr Cet. V Th. 1401 H-1981 M.


Ash Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Jakarta: PT Bulan Bintang, Cet. Ke-11 1993.


Suparta,       Munzier,         Ilmu      Hadis,        Jakarta:       PT      Raja      Grafindo        Persada,       Cet.   ke-4,   2003.

http://tafsiralquranhadis.blogspot.com/2010/07/hadis-pada-masa-tabiin.html
Hadist tabiin

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatKhairul Muttaqin
 
02.pembukuan hadits
02.pembukuan hadits02.pembukuan hadits
02.pembukuan haditsufiurwati
 
Metode pendokumentasian al quran
Metode pendokumentasian al quranMetode pendokumentasian al quran
Metode pendokumentasian al quranAzham Abd Razak
 
Power Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anPower Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anMythaChan
 
penghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanpenghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanKeonk Hawk
 
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Riezal Bintan
 
Bidayah wan nihayah ibnu katsir
Bidayah wan nihayah   ibnu katsirBidayah wan nihayah   ibnu katsir
Bidayah wan nihayah ibnu katsirabemat1
 
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)annisa berliana
 
Pengumpulan al quran
Pengumpulan al quranPengumpulan al quran
Pengumpulan al quranWan Syafawati
 
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari MuslimKumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari MuslimDarminto WS
 
08 tajuk 1_penglan_kpd_al-quran_1-29.doc
08 tajuk 1_penglan_kpd_al-quran_1-29.doc08 tajuk 1_penglan_kpd_al-quran_1-29.doc
08 tajuk 1_penglan_kpd_al-quran_1-29.docAmmar Yassir
 
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasiFakhri Cool
 

Was ist angesagt? (20)

Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
 
Makalah bersama
Makalah bersamaMakalah bersama
Makalah bersama
 
PERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITSPERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITS
 
Hadis pada masa rasul
Hadis pada masa rasulHadis pada masa rasul
Hadis pada masa rasul
 
TUGAS TAFSIR TEMATIK OLEH NUR FADILLA NASUTION (0104183200) SM IV-E MD FDK UI...
TUGAS TAFSIR TEMATIK OLEH NUR FADILLA NASUTION (0104183200) SM IV-E MD FDK UI...TUGAS TAFSIR TEMATIK OLEH NUR FADILLA NASUTION (0104183200) SM IV-E MD FDK UI...
TUGAS TAFSIR TEMATIK OLEH NUR FADILLA NASUTION (0104183200) SM IV-E MD FDK UI...
 
02.pembukuan hadits
02.pembukuan hadits02.pembukuan hadits
02.pembukuan hadits
 
Metode pendokumentasian al quran
Metode pendokumentasian al quranMetode pendokumentasian al quran
Metode pendokumentasian al quran
 
Power Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anPower Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'an
 
Kritik sanad
Kritik sanadKritik sanad
Kritik sanad
 
Sejarah hadits
Sejarah  haditsSejarah  hadits
Sejarah hadits
 
penghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanpenghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraan
 
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
 
Bidayah wan nihayah ibnu katsir
Bidayah wan nihayah   ibnu katsirBidayah wan nihayah   ibnu katsir
Bidayah wan nihayah ibnu katsir
 
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
 
Pengumpulan al quran
Pengumpulan al quranPengumpulan al quran
Pengumpulan al quran
 
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari MuslimKumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim
 
Hadits Maudlu
Hadits MaudluHadits Maudlu
Hadits Maudlu
 
08 tajuk 1_penglan_kpd_al-quran_1-29.doc
08 tajuk 1_penglan_kpd_al-quran_1-29.doc08 tajuk 1_penglan_kpd_al-quran_1-29.doc
08 tajuk 1_penglan_kpd_al-quran_1-29.doc
 
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi
 
Al hadist (as-sunnah)
Al hadist (as-sunnah)Al hadist (as-sunnah)
Al hadist (as-sunnah)
 

Ähnlich wie Hadist tabiin

Studi Kitab Hadits Abu Dawud
Studi Kitab Hadits Abu DawudStudi Kitab Hadits Abu Dawud
Studi Kitab Hadits Abu DawudIntan El-Durroty
 
Sejarah Perkembangan Hadis.pptx
Sejarah Perkembangan Hadis.pptxSejarah Perkembangan Hadis.pptx
Sejarah Perkembangan Hadis.pptxAmanahTahfiz
 
Tasyri' Era Sahabat generasi kedua
Tasyri' Era Sahabat generasi keduaTasyri' Era Sahabat generasi kedua
Tasyri' Era Sahabat generasi keduaMarhamah Saleh
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalRatih Aini
 
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptx
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptxKEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptx
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptxInezAuliana
 
PROSES PERIWAYATAN HADIS MASA TABIIN.pdf
PROSES PERIWAYATAN HADIS MASA TABIIN.pdfPROSES PERIWAYATAN HADIS MASA TABIIN.pdf
PROSES PERIWAYATAN HADIS MASA TABIIN.pdfMuhamadIhsan56
 
Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits Liseu Taqillah
 
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyah
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyahIlmuwan muslim terkemuka daulah umayyah
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyahNurWahid25
 
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyah
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyahIlmuwan muslim terkemuka daulah umayyah
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyahNurWahid25
 
Tarikh tasyrik 8
Tarikh tasyrik 8Tarikh tasyrik 8
Tarikh tasyrik 8mas karebet
 
Power Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anPower Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anMythaChan
 
akidah Ath thahawi
akidah Ath thahawiakidah Ath thahawi
akidah Ath thahawiLina Wy
 
Biografi syu'bah bin al-Halaj
Biografi syu'bah bin al-HalajBiografi syu'bah bin al-Halaj
Biografi syu'bah bin al-HalajKiwSukrawCenel
 
Bagi_Makalah_biografi_4_Imam_Mazhab.docx
Bagi_Makalah_biografi_4_Imam_Mazhab.docxBagi_Makalah_biografi_4_Imam_Mazhab.docx
Bagi_Makalah_biografi_4_Imam_Mazhab.docxKhoirulikhsanNurarif
 

Ähnlich wie Hadist tabiin (20)

Studi Kitab Hadits Abu Dawud
Studi Kitab Hadits Abu DawudStudi Kitab Hadits Abu Dawud
Studi Kitab Hadits Abu Dawud
 
Penyusunan sunnah
Penyusunan sunnahPenyusunan sunnah
Penyusunan sunnah
 
Sejarah Perkembangan Hadis.pptx
Sejarah Perkembangan Hadis.pptxSejarah Perkembangan Hadis.pptx
Sejarah Perkembangan Hadis.pptx
 
Tasyri' Era Sahabat generasi kedua
Tasyri' Era Sahabat generasi keduaTasyri' Era Sahabat generasi kedua
Tasyri' Era Sahabat generasi kedua
 
Makalah ilmu hadis (1).docx
Makalah ilmu hadis (1).docxMakalah ilmu hadis (1).docx
Makalah ilmu hadis (1).docx
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
 
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptx
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptxKEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptx
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptx
 
Ulumul quran 1
Ulumul quran 1Ulumul quran 1
Ulumul quran 1
 
PROSES PERIWAYATAN HADIS MASA TABIIN.pdf
PROSES PERIWAYATAN HADIS MASA TABIIN.pdfPROSES PERIWAYATAN HADIS MASA TABIIN.pdf
PROSES PERIWAYATAN HADIS MASA TABIIN.pdf
 
N ama lengkapnya adalah abul fida
N ama lengkapnya adalah abul fidaN ama lengkapnya adalah abul fida
N ama lengkapnya adalah abul fida
 
Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits
 
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyah
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyahIlmuwan muslim terkemuka daulah umayyah
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyah
 
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyah
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyahIlmuwan muslim terkemuka daulah umayyah
Ilmuwan muslim terkemuka daulah umayyah
 
UQ MATERI 10.pdf
UQ  MATERI 10.pdfUQ  MATERI 10.pdf
UQ MATERI 10.pdf
 
Tarikh tasyrik 8
Tarikh tasyrik 8Tarikh tasyrik 8
Tarikh tasyrik 8
 
Power Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'anPower Point 'Ulumul Qur'an
Power Point 'Ulumul Qur'an
 
akidah Ath thahawi
akidah Ath thahawiakidah Ath thahawi
akidah Ath thahawi
 
Biografi syu'bah bin al-Halaj
Biografi syu'bah bin al-HalajBiografi syu'bah bin al-Halaj
Biografi syu'bah bin al-Halaj
 
Biografi syu'bah
Biografi syu'bah Biografi syu'bah
Biografi syu'bah
 
Bagi_Makalah_biografi_4_Imam_Mazhab.docx
Bagi_Makalah_biografi_4_Imam_Mazhab.docxBagi_Makalah_biografi_4_Imam_Mazhab.docx
Bagi_Makalah_biografi_4_Imam_Mazhab.docx
 

Hadist tabiin

  • 1. Tabi'in artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam. Usianya tentu saja lebih muda dari Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa Sahabat masih hidup. Tabi'in disebut juga sebagai murid Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam. http://biografi-islami.blogspot.com/2012/03/pengertian-tabiin.html A. Pusat-Pusat Pembinaan Hadis Tercatat beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam meriwayatkan hadis, sebagai tempat tujuan para tabi’in dalam mencari hadis. Kota-kota tersebut ialah Madinah, Makkah, Kufah, Basrah, Syam, Mesir, Maghribi dan Andalus, Yaman dan Khurasan.[1] Pusat pembinaan pertama adalah Madinah. Karena disinilah Rasul Saw menetap setelah hijrah. Disini pula Rasul Saw membina masyarakat Islam yang di dalamnya terdiri atas Muhajirin dan Ansar, dari berbagai suku atau kabilah, disamping dilidunginya umat-umat non Muslim, seperti Yahudi. Dan para sahabat yang menetap disini diantaranya Khulafa Al-Rasyidin, Abu Hurairah, Siti ‘Aisyah, abdullah ibn Umar dan Abu Said Al-Khudri, dengan menghasilkan para pembesar Tabi’in, seperti Sa’id Ibn Al-Musyayyab, ‘Urwah Ibn Zubair, Ibn Shihab Al-Zuhri, Ubaidullah Ibn ’Utbah Ibn Mas’ud dan Salim Ibn Abdillah Ibn Umar. Di antara para tabi’in yang membina hadis di Makkah seperti Mujtahid ibn Jabar, Atha ibn Abi Rabah, Thawus ibn kaisan, dan Ikrimah maula Ibn Abbas. Di Kufah, ialah Al-Rabi’ ibn Qasim, Kamal ibn Zaid Al-Nakha’i, Said ibn Zubair Al-Asadi, Amir ibn Sarahil Al-Sya’bi, Ibrahim Al-Nakha’i, dan abu Ishaq Al-sa’bi.di Basrah, ialah Hasan Al-basri, Muhammad ibn sirrin, Ayub Al-Sakhyatani, Yunus ibnu ‘Ubaid, Abdullah ibn ‘Aun, Khatadah ibn Du’amah Al-Sudusi, dan Hisyam ibn Hasan.di Syam, ialah Salim ibn Abdillah Al-Muharibi, Abu Idris Al-Khaulani, Abu Sulaiman Al-Darani, dan Umar ibn hana’i. Di Mesir, ialah Amr ibn Al-Haris, Khair ibn Nu’aimi Al-hadrami, Yazid ibn Abi habib, Abdullah ibn Abi jafar, dan Abdullah ibn Sulaiman Al-Thawil. Di Andalus, ialah Ziyad ibn An’am Al-Mu’afil, Abdurrahman ibn Ziyad, Yazid ibn Rafi’, dan Muslim ibn Yasar. Di Yaman, ialah Hammam ibn Munabah dan Wahab ibn Munabah, Thawus dan Ma’mar ibn Rasyid. Kemudian di Khurasan, para sahabat yang terjun, antara lain Muhammad ibn Ziyad ibn Tsabit Al-Anhsari, dan Yahya ibn Sabih Al-Mugri.[2] C. Pembukuan Hadis Pada Masa Tabi’in Para tabi’in menerima ilmu dari para sahabat. Mereka bergaul dekat, mengetahui segala sesuatu dari mereka, menerima banyak hadist Rasulullah dari mereka, dan mengetahui kapan para sahabat melarang serta membolehkan penulisan hadist. Para Tabi’in senantiasa meneladani para sahabat. Mereka, para sahabat, adalah generasi pertama yang memelihara Al-Qura’an dan As-Sunnah. Maka, pada umumnya, para tabi’in dan para sahabat sependapat tentang masalah pembukuan hadits.[3] Faktor-faktor yang mendorong Khulafa ar-Rasyidin dan para sahabat menolak penulisan hadis juga adalah faktor yang mendorong tabi’in bersikap sama. Mereka memiliki satu sikap. Mereka menolak penulisan hadis selama sebab-sebabnya ada. Sebaliknya, jika sebab-seba tersebut tidak ada, mereka sepakat tentang kebolehan menuliskan hadis. Bahkan, kebanyakan dari mereka mendorong dan menumbuhkan sikap berani membukukan hadis Diantara tabi’in yang melarang penulisan hadis adalah Ubaidah bin Amr as-Salmani al-Muradi (w. 72 H), Ibrahim bin Yazid at-Taimi (W. 92 H), Jabir bin Zaid (w. 93 H), dan Ibrahim an-Nakha’I (w. 96 H). Ketidaksukaan Tabi’in untuk menulis hadis itu semakin bertambah ketika pendapat pribadi mereka dikenal oleh masyarakat luas. Mereka khawatir pendapat-pendapat itu di bukukan oleh murid-murid mereka bersama hadis sehingga timbul kekaburan.
  • 2. Kami menyimpulkan bahwa tabi’in yang tidak menyukai penulisan hadits dan bertahan dengan sikap ini semata- mata didorong oleh rasa tidak suka pendapatnya dibukukan. “Adapun kabar yang bersumber dari mereka, yang menunjukkan keengganan generasi ini (tabi’in) menulis hadits harus ditafsirkan dengan tidak menyalahi kesimpulan kami bahwa mereka semua adalah ulama fikih.” Tidak ada seorang pun ahli hadits di antara mereka yang bukan ahli fikih. Semua sikap tabi’in itu diriwayatkan dari para ulama yang kemudian dikutip oleh sejarawan. Hal itu menunjukkan secara jelas bahwa mereka bukan menolak penulisan hadis, tetapi menolak penulisan pendapat pribadi. Kabar- kabar yang berisi larangan menulis hanyalah bermaksud larangan menulis pendapat.[4] Hal ini serupa dengan ketidaksukaan Rasulullah Saw dan para sahabat generasi pertama terhadap penulisan hadis yang dilandasi kekhawatiran bahwa hadis akan bercampur dengan Al-Qur’an atau terjadi pengabaian Al-Qur’an. Pendapat diatas diperkuat oleh kabar-kabar dari tabi’in. Mereka mendorong penulisan hadis dan membolehkan murid mereka menulis hadis dari mereka. Para tabi’in menulis hadis di dalam kelompok-kelompok kajian para sahabat. Bahkan, sebagian dari mereka sangat bersemangat menulis hadis. Bukti tentang hal ini antara lain sebagai berikut. Sa’id bin Jubair (w. 95 H) menulis hadis dari Ibnu Abbas. Ketika lembaran-lembaran miliknya telah penuh dengan hadis, Sa’id menulis hadis di sandalnya sehingga penuh dengan hadis. Diriwayatkan pula dari Sa’id bahwa ia berkata, ketika saya berjalan bersama Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, saya mendengar hadis dari keduanya. Maka, saya menulis hadis itu diatas kendaraan dan setelah turun saya menuliskannya kembali. Amir asy-Syabi berkata, “Tulisan itu adalah pengikat ilmu.” Ia mendorong penulisan hadis dengan berkata, Jika kamu mendengar sesuatu dariku maka tulislah sekalipun di dinding. Ia mendiktekan hadis kepada murid-muridnya dan mendorong mereka menulis hadis. Tulisan-tulisan itu tersebar luas sehingga al-Hasan al-Basri (w. 110 H) berkata, kami memiliki tulisan-tulisan yang selalu kami pelihara. Umar bin Abdul Aziz (61-101 H) juga menulis hadis. Diriwayatkan dari Abu Qilabah bahwa ia berkata, “Umar bin Abdul Aziz mendatangi kami untuk shalat zuhur sambil membawa kertas. Ketika ia mendatangi kami untuk shalat ashar, ia juga membawa kertas. Saya bertanya kepadanya, Wahai Amirul-Mukminin, tulisan apakah ini? Ia menjawab, ini adalah hadis yang saya terima dari Aun bin bin Abdullah. Saya mengagumi hadis ini sehingga saya menulisnya. Hal di atas membuktikan bahwa penulisan hadis telah meluas diantara generasi-generasi tabi’in, dan tidak bisa diingkari penulisan hadis pada masa-masa terakhir abad pertama dan masa-masa permulaan abad kedua. Pada masa itu telah banyak lembaran dan tulisan.[5] Mujahid bin Jabr (w. 103 H), misalnya, mengijinkan sebagian sabatnaya masuk ke kamarnya, lalu ia menyerahkan tulisannya kepada mereka untuk di salin. Hisyam bin Abdul Malik meminta salah seorang pejabat agar bertanya kepada Raja’ bin Haiwah (w. 122 H) tentang suatu hadis. Raja’ berkata, “Saya tentu lupa akan hadis itu sekiranya hadis itu tidak saya tulis. Atha bin Abi Rabah (w. 122 H) menulis hadis untuk dirinya. Ia memerintahkan anaknya menuliskan hadis untuknya. Murid-muridnya juga menulis hadis di hadapannya. Ia mendorong para muridnya mempelajari dan menulis hadis. Gerakan ilmiah semakin aktif dengan kegiatan penulisan hadis dan mempelajarinya dari para ulama. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat dari al-Walid bi Abi as-Saib, ia berkata “saya melihat Makhul, Nafi’ dan Atha disodori banyak hadis.
  • 3. Seseorang bertanya kepada Nafi tentang penulisan hadis (setelah penulisan hadis meluas dan menjadi kebutuhan setiap penuntut ilmu). Nafi menjawab, Apa yang menghalangimu menulis hadis, sedangkan Allah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui memberitahukan bahwa dia menulis, seperti dalam firman-Nya, thaha:54 1.Suparta, Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. ke-4, 2003. [2] M. Hasbi ,Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Jakarta: PT Bulan Bintang, Cet. Ke-11 th. 1993. hlm. 74-75 [3] Al-Khatib, Muhammad Ajaj, As-Sunnah Qablat-Tadwin, Beirut: Darul Fikr Cet. V Th. 1401-1981 M. Hlm. 363 [4] Ibid. Hlm. 366. [5] Ibid. hlm. 368 KESIMPULAN Kabar dari tabi’in yaitu tentang larangan atau izin penulisan hadis, tidak timbul sebagai akibat adanya dua kelompok, yang salah satunya membolehkan penulisan hadis dan yang lain melarangnya. Yang benar, mereka membolehkan penulisan hadis ketika sebab-sebab pelarangnya tidak ada. Sebaliknya, mereka melarang penulisan hadis hadis ketika di temukan sebab-sebab pelarangannya, seperti ke khawatiran tercampurnya Al-Qur’an dengan As-Sunnah atau kekhawatiran jika Al-Qur’an disamakan dengan kitab-kitab hadis. Umar bin Abdul bin Aziz mengkhawatirkan hilangnya As-Sunnah dan terjadinya pemalsuan terhadapnya, maka ia memerintahkan penghimpunan As-Sunnah oleh para ulama tabi’in. ia memerintahkan semua pejabat di berbagai wilayah kekuasaan Islam untuk memperhatikan hadis dan menumbuhkan keberanian para ulama membentuk kelompok-kelompok pengkajian hadis di mesjid-mesjid. Umar sendiri, bersama-sama ulama, terjun langsung mewujudkan prakarsa itu. Sebelum meninggal, ia membagi-bagikan apayang berhasil ditulis oleh Imam az-Zuhri. Umar berjasa besar dengan menugaskan pejabat pemerintah memelihara As-Sunnah secara resmi. DAFTAR PUSTAKA Al-Khatib, Muhammad Ajaj, As-Sunnah Qablat-Tadwin, Beirut: Darul Fikr Cet. V Th. 1401 H-1981 M. Ash Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Jakarta: PT Bulan Bintang, Cet. Ke-11 1993. Suparta, Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. ke-4, 2003. http://tafsiralquranhadis.blogspot.com/2010/07/hadis-pada-masa-tabiin.html