Dokumen tersebut membahas tentang penerapan ergonomi di rumah sakit untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya untuk menyesuaikan tugas dengan kondisi fisik. Penerapan ergonomi di rumah sakit meliputi penyesuaian posisi kerja, proses kerja, tata letak tempat kerja, dan shift work untuk mengurangi kelelahan. Hal ini bertu
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT
1. 1 | F e r a R a u s a n n i I l m a U l i l A
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan
penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas untuk berbagai
jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang
waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat
diantisipasi berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut
adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja. Penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi
ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara proporsi pekerja, proses
kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik (Pusat
Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI).
Setiap tempat kerja baik yang bersifat pribadi maupun umum, aspek ergonominya harus
diperhatikan. Rumah sakit sebagai salah satu intitusi yang bergerak dalam penyediaan pelayanan
jasa kesehatan. Dalam rumah sakit, sejumlah orang yang bekerja di dalam intitusi tersebut saling
bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Semua unsur dalam rumah sakit harus dapat
melibatkan diri dan memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai apa yang menjadi tujuan
akhir rumah sakit dimana mereka bergabung. Tak terkecuali pimpinan yang dalam hal ini
memiliki peranan yang sangat menentukan dalam menggerakkan orang-orang bawahan termasuk
pada dirinya sendiri
Dalam bidang kesehatan, rumah sakit boleh dibilang salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan dimana memiliki fungsi sebagai penyedia pelayanan paripurna kesehatan dan
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu dalam pelayanan
rumah sakit perlu diperhatikan aspek ergonomi baik dari segi fisik maupun psikis karena
ergonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi dan efektifitas dari produktifitas
rumah sakit baik yang berupa barang maupun jasa. Namun demikian dalam pelaksanaannya teori
yang ada mengenai ergonomi ini sering terlihat masih belum maksimal.
Masalah utama rumah sakit, yang berkaitan dengan pengorganisasian sumber daya
manusia adalah bagaimana cara merangsang sekelompok orang yang masing – masing memiliki
kebutuhan yang khas dan kepribadian yang unik, untuk bekerjasama menuju pencapaian sasaran
– sasaran rumah sakit. Jika seseorang itu termotivasi maka dia akan berusaha keras. Tetapi usaha
2. 2 | F e r a R a u s a n n i I l m a U l i l A
keras ini harus sesuai dengan tujuan rumah sakit dengan cara mengarahkan usaha kerasnya
secara konsisten. Sebaliknya, rumah sakit harus terus membina motivasi karyawan melalui
proses pemuasan kebutuhan. Kepada karyawan akan diberikan perhatian yang sebaik – baiknya
berupa peningkatan kesejahteraaan, keterampilan, kenyamanan kerja dan jenjang karier.
Produktivitas pelayanan kesehatan ini dipengaruhi oleh ergonomi juga adanya motif–
motif khusus yang dimiliki karyawan, dalam hal bekerja pada bagian tertentu dan dalam hal
melakukan pekerjaan tertentu. Semakin tinggi motivasi karyawan dalam bekerja, maka akan
semakin baik pula pelayanan yang diberikan bagi masyarakat karena seseorang dengan motivasi
tinggi selalu memiliki keinginan untuk berusaha sebaik – baiknya dalam bekerja. Kebanyakan
karyawan mengembangkan perilaku mereka dalam bekerja agar memiliki peluang untuk
memperoleh insentif kerja yang lebih besar serta berpelung untuk meraih promosi jabatan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang hendak
dikaji adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi?
2. Bagaimanakah metode penerapan ergonomi di rumah sakit?
3. Seberapa besarkah pengaruh ergonomi terhadap produktivitas kerja karyawan?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui seberapa pengaruh ergonomi atau penyesuaian tugas pekerjaan yang
disesuaikan dengan kondisi tubuh/ fisik seseorang dalam kaitannya dengan peningkatan
produktivitas kerja karyawan di rumah sakit
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian ergonomi.
2. Untuk mengetahui metode penerapan ergonomi rumah sakit.
3. 3 | F e r a R a u s a n n i I l m a U l i l A
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ergonomi terhadap produktivitas
kerja karyawan di rumah sakit.
D. PEMBAHASAN
1. Pengertian Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan
dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya
antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan
tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the
job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya.
2. Metode dan Penerapan Ergonomi
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang
pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya
tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja
dan lingkungan kerja
2.1 Metode Ergonomi
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian
fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja
lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment,
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang
sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai.
Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
4. 4 | F e r a R a u s a n n i I l m a U l i l A
3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan
kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-
lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan dan lain-lain.
2.2 Penerapan Ergonomik
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan
sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan
timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
3. Penerapan Ergonomi di rumah sakit
Dari hasil identifikasi yang dilakukan di rumah sakit didapat hasil yaitu ergonomi dibagi
menjadi kajian ergonomi yang diterapkan untuk pasien dan ergonomi diterapkan pada pegawai
(untuk structural atau fungsional).
a. Anatomi
Pada aspek anatomi dan fisiologi tubuh pekerja upaya ergonomi yang teridentifikasi di rumah
sakit antara lain pemilihan tenaga kerja yang memenuhi criteria kesehatan dimana memiliki
kondisi tubuh yang baik dan sehat secara fisik maupun psikis.
b. Tempat dan Kondisi Lingkungan Kerja
Tempat kerja adalah tempat manusia melakukan aktivitas pekerjaannya. Tempat kerja
haruslah sesuai dengan manusia. Kondisi lingkungan kerja yang perlu diperhatikan antara
5. 5 | F e r a R a u s a n n i I l m a U l i l A
lain : cahaya, temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, kebisingan, getaran, bau-bauan, tata
warna, dekorasi, music tempat kerja, dan keamanan di tempat kerja.
Dirumah sakit karena sudah dalam tingkatan pelayanan kesehatan tingkat 2 maka di
dalamnya terdapat fasilitas yang kompleks guna melayani masyarakat. Adapun tempat kerja
meliputi ruang poliklinik, UGD, ICU, ruang operasi, rawat inap, ruang jenazah, apotek,
laboratorium, ruang peralatan, kantor, kantin, binatu, parkir, fasilitas pengolahan sampah
medis, dan ruang diklat.
c. Anthropometri
Data antropometri sangat bermanfaat dalam perencanaan peralatan kerja (termasuk ruang
kerja) dan penentuan ukuran maksimum atau minimum. Beberapa perancangan antropometri
antara lain tinggi pintu, perancangan rak (tinggi untuk jangkauan ke depan maksimum),
tinggi genggaman kopor, tinggi tempat duduk, ukuran handel (pegangan tangan),
perancangan pengaman mesin perkakas, dll.
Di rumah sakit penerapan antropomeri sudah dilakukan untuk beberapa fasilitas saja antara
lain pada ranjang rawat inap kelas VIP yang sudah menggunakan ranjang yang bisa
disesuaikan namun masih konvensional, ranjang ruang operasi sudah menggunakan yang
lebih modern yaitu dengan sistem digital atau elektrik untuk pengaturannya. Tetapi untuk
ranjang di kelas ekonomi belaum digunakan ranjang yang bisa disesuaikan dengan pasien
sehingga pasien masih banyak yang merasa kurang nyaman.
d. Desain,
Desain yang dimaksud disini adalah design dari tempat kerja dimana dalam hal ini harus
disesuaikan antara manusia dengan pekerjaannya. Terdapat pula nantinya interaksi antara
manusia dengan mesin atau yang dalam hal ini dalaha alat-alat kesehatan. Dari interaksi ini
akan membutuhkan suatu displai untuk penyalur dari mesin ke manusia. Denagan tersalurnya
informasi tersebut maka manuasia dapat menghasilkan kerja dan untuk pelaksaanaannya dpat
dilakukan pengendalian-pengendalian. Sehingga aktivitas kerja dapat diukur dan
keberhasilan kerja dapat dicapai.
Di rumah sakit pada proses identifikasi yang manjadi sampel ruangan adalah ruangan
Hemodialisis. Pada ruangan ini belum ergonomis karena beberapa pertimbangan antara lain
ruangan masih sempit, kondisi tidak tenang, belum adanya ruangan khusus untuk
penempatan alat dan bahan untuk hemodialisa.
6. 6 | F e r a R a u s a n n i I l m a U l i l A
e. Kapasitas Kerja dan Beban Kerja
Di rumah sakit beban kerja sudah disesuaikan dengan shif work dan kondisi pegawai saat
bekerja. Salin itu adanya spesialisasi dan pemilihan tenaga kerja yang sudah sesuai denga
spesialisai pekerjaannya juga sudah dilaksanakan sehingga pegawai tidak merasakan beban
kerja yang berlebih.
Selain beban oleh pekerjaan, beban biasanya juga disebaban oleh lingkungan. Di rumah sakit
lingkugan kerja sudah ditata dengan baik yaitu dengan sudah adanya taman yang asri dan
pemilihan warna cat bangunan yang disesuaikan dengan efeknya. Di rumah sakit hampir
semua cat ruangan menggunakan warna hijau, jadi cat ini sudah dapat memberikan efef
dingin dan lembut sehingga pasien akan menjadi lebih nyaman
f. Kelelahan Kerja
Di rumah sakit kelelahan kerja sudah diantisipasi dengan adanya pengadaan kantin, jam
istirahat, shif work dan cuti.
g. Shift Work
Waktu kerja dikaitkan dengan efisiensi dan prdukutifitas dari tenaga kerja. Hal terpenting
pada waktu kerja adalah lamanya sseorang bekerja secara baik, hubungan kerja dengan
waktu istirahat, dan pembagaian kerja selama pagi, siang dan malam. Sfift work ini ada
karena juga ada pertibanag bahwa setiap orang punya fluktuasi atau biological rythym
kemampuan tubuh yang berbeda dan adanya pekerjaan yang harus diselesaikan pada jam-jam
tertentu baik siang maupun malam. Beberapa contoh sfit work yang ada saat ini sistem 3 shift
perhari(8 jam kerja) :
Shift pagi (awal) jam 07.00 – 13.00
Shift siang jam 13.00 – 19.00
Shift malam jam 19.00 – 07.00
Pengaturan shift kerja akan berpengaruh terhadap physiological dan sosial. Shift kerja
dengan shift(12 jam kerja) tidak dijinkan dan kalaupun ada itu harus ada 2 hari libur.
Di rumah sakit masih menggunakan shift work seperti yang di atas. Untuk giliran shift satu
orang karyawan diperlakukan shif pagi, pagi, siang, siang, malam, malam, kemudian libur,
libur. Jadi ini sudah ergonomi tapi masih perlu disesuaikan denga kondisi pegawai lebih
lanjut.
7. 7 | F e r a R a u s a n n i I l m a U l i l A
h. Peralatan kerja
Di rumah sakit peralatan yang digunakan sudah cukup modern khususnya untuk alat
hemodialisa. Penyesuain dengan alat sudah diupayakan dengan cara melaksanakan pelatihan
untuk tenaga teknisi dan medis alta hemodialisa. Di RSUD Sanjiwani Gianyar saat ini sudah
mengirimkan staff kemodialisanya untuk mengikuti pelatihan nasional dari Depkes, dan
pelatihan di tingkat regional. Dengan adanya sertifikasi seperti itu maka diharapakan dapat
meningkatkan kepercayaan pasien dan pasien merasa lebih aman.
i. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Di rumah sakit sistem keselamatan dan kesehatan kerjanya sudah mengacu pada peraturan-
peraturan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah pusat, dan beberapa hal yang lebih
spesifik juga sudah mengacu pada peraturan daerah yang ada.
4. Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Rumah Sakit
Dari kajian literatur dan berdasarkan fakta-fakta lapangan diperoleh kesimpulan bahwa
penerapan ergonomi memiliki pengaruh yang signifikan pada efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerja karyawan di rumah sakit.