Dokumen tersebut membahas tentang pengangguran di Indonesia, khususnya pengangguran usia produktif. Ia menjelaskan teori-teori pengangguran dan usia produktif kerja, serta jenis dan penyebab pengangguran di Indonesia, termasuk dampaknya bagi negara. Dokumen ini bertujuan memahami masalah pengangguran usia produktif dan cara-cara penanggulangannya.
PENGARUH PENGANGGURAN USIA PRODUKTIF TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah
penduduk di setiap tahunya meningkat tanpa diikuti dengan pertambahan lapangan
pekerjaan. Sedikitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menyebabkan permasalah
ketenagakerjaan yaitu banyaknya pengangguran di usia produkktif.
Beberapa indikator ekonomi yang mempengaruhi tingkat pengangguran
adalah pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Apabila suatu negara pertumbuhan
ekonominya mengalami peningkatan maka hal tersebut diharapkan akan menurunkan
tingkat pengangguran di negara tersebut sedangkan apabila tingkat inflasi meningkat
maka hal tersebut akan menyebabkan naiknya tingkat pengangguran.
Pengangguran merupakan salah satu pemersalahan dari ketenagakerjaan.
ketenagakerjaan memiliki banyak keterkaitan dengan beberapa pihak diantaranya
yaitu pemerintahan, pengusaha dan pekerja maka dari itu diperlunya gabungan dari
tiga kelompok tersebut untuk pembangunan ketenagakerjaan yang terpadu dan saling
mendukung satu sama lain.
Tenaga kerja merupakan faktor pendukung perekonomian suatu Negara.
Untuk memajukan perekonomian suatu Negara diperlukan tenaga kerja yang
berkualitas yang memilki skill bagus. Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur
sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi
tenaga kerja dan pekerja/buruh serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan
kondisi yang kondusif bagi pengembangan perekonomian di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori pengangguran ?
2. Bagaimana teori usia produktif kerja ?
3. Apakah pengangguran di usia produktif ?
4. Apa saja dampak dari adanya pengangguran ?
1
2. 5. Bagaimana penanggulangan pengangguran usia produktif di indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana teori dari
pengangguran, bagaimana teori usia produktif kerja yang ada di Indonesia,
mengetahui bagaimana tingkat pengangguran usia produktif di Indonesia, mengetahui
dampak dari adanya pengangguran terhadap negara Indonesia dan untuk mengetahui
bagaimana cara penanggulangan pengangguran usia produktif di Indonesia.
2
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
1. Teori Pengangguran
Menurut buku Makroekonomi N. Gregory Mankiw pengangguran
merupakan masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara
langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan orang
kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan
psikologis.
Kehilangan pekerjaan, perolehan pekerjaan dan tingkat pengangguran
ilmiah dapat dapat dikembangkan dalam sebuah model dinamika angkatan
kerja yang menunjukkan hal-hal faktor penentu tingkat pengangguran ilmiah.
Faktor-faktor penentu ini dilambangkan dengan beberapa notasi. Berikut ini
notasinya, notasi L menunjukkan angkatan kerja, E jumlah orang yang
bekerja, dan U jumlah pengangguran.
L=E+U
Maka angkatan kerja adalah jumlah orang yang bekerja danmen ganggur.
Dalam notasi tersebut maka tingkat pengangguran adalah U/L.
U/L=1/1+f/s
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengangguran kondisi
mapan U/L bergantung pada tingkat pemutusan kerja s dan tingkat perolehan
harga f. Semakin tinggi tingkat pemutusan kerja, semakin tinggi tingkat
pengangguran. Semakin tinggi tingkat perolehan kerja semakin rendah tingkat
pengangguran.
Model tingkat pengangguran alamiah tersebut memiliki implikasi yang
jelas tetapi penting bagi kebijakan publik. Semua kebijakan yang bertujuan
menurunkan tingkat pengangguran alamiah akan menurunkan tingkat
pemutusan kerja atau meningkatkan tingkat perolehan pekerjaan. Demikian
3
4. pula semua kebijakan yang mempengaruhi tingkat perumusan kerja atau
perolehan pekerjaan akan mengubah tingkat pengangguran alamiah.
Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa
didapat dari prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah
angkatan kerja.
Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x
100%
Namun secara aktif mencari pekerjaan tidak dapat digolongkan sebagai
penganggur. Penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan
berusaha memperoleh pekerjaan. Selain itu pengangguran diartikan sebagai
suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja yang
ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum memperolehnya.
Pengangguran dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :
1. Pengangguran Menurut Faktor Penyebabnya.
1. Pengangguran Siklis
Pengangguran yang dihubungkan dengan turunnya kegiatan
perekonomian suatu Negara atau keadaan sebuah Negara mengalami
resesi. Kegiatan perekonomian mengalami kemunduran, daya beli
masyarakat menurun, Salah satu contohnya adalah kasus yang
menghebohkan saat ini yaitu krisis global dimana terpuruknya
perekonomian Amerika yang berimbas ke Negara-negara yang ada
hubungan dengan Amerika seperti Indonesia. Pada masa resesi tingkat
pengangguran siklis miningkat disebabkan beberapa hal, diantaranya
orang akan banyak kehilangan pekerjaan meningkat dan diperlukan waktu
yang lama untuk mendapatkan pekerjaan kembali karena kondisi
perekonomian yang belum stabil.
2. Pengangguran Struktural
4
5. Pengangguran yang terjadi karena perubahan struktur atau perubahan
komposisi dari perekonomian. Perubahan tersebut memerlukan adanya
ketrampilan baru agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru.
Misalnya , adanya peralihan perekonomian dari sektor pertanian ke sektor
industri. Peralihan dari pertanian ke industri perlu adanya penyesuaian,
yang tentunya perlu mendapat pendidikan sesuai strukturnya. Sekarang
alat pertanian semakin modern hal tersebut menyebabkan cultural shock
terhadap para petani desa yang notabenya tidak memiliki pengetahuan
akan kemajuan teknologi yang canggih. Mereka yang tetap memilih
menggunakan alat tradisonal akan ketinggalan dalam segi produksi karena
mesin modern cenderung efisien dalam produksi.
Pengangguran struktural juga bisa diakibatkan karena penggunaan alat
dan teknologi yang semakin canggih. Pekerjaan yang semula dilakukan
banyak tenaga kerja, karena adanya peralatan canggih, maka tentu saja
hanya memerlukan beberapa tenaga kerja. Misalnya saja penemuan sebuah
robot yang dapat menggantikan manusia dalam bekerja. Penemuan robot
dapat menggeser tenaga kerja karena robot tidak memerlukan pengeluaran
yang banyak dan lebih efisien dari pada manusia. Sekarang banyak orang
di PHK dari pabrik karena mereka tergantikan oleh mesin-mesin otomatis
yang tinggal pencet tombol On/Off.
3. Pengangguran Friksional
Dalam buku Makroekonomi N. Gregory Mankiw pengangguran
friksional memiliki tiga asamsi yaitu bahwa seluruh pekerja dan seluruh
pekerjaan adalah identik, sehingga seluruh pekerja dianggap cocok untuk
seluruh pekerjaan. Jika hal tersebut benar dan pasar tenaga kerja berada
dalam kondisi ekuilibrium, maka kehilangan pekerjaan tidak menyebabkan
pengangguran karena pekerja yanng keluar dari pekerjaanya akan segera
mendapatkan pekerjaan baru pada upah pasar.
Dalam kenyataanya, pekerja memiliki keinginan untuk mendapatkan
pekerjaan yang mereka inginkan. Pekerjaan yang menurut mereka cocok
dengan keahlian dan upah yang diterima. Sementara itu, arus informasi
5
6. tentang calon karyawan dan lowongan kerja tidak sempurna sehingga
mencari pekerjaan yang tepat membutuhkan banyak waktu bagi mereka.
Pengangguran yang disebabkan oleh waktu yang diburuhkan orang
untuk mencari pekerjaan disebut pengangguran friksional. Pengangguran
ini terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pemberi kerja
dengan pelamar kerja. Kesulitan temporer ditimbulkan karena proses
bertemunya pihak pelamar dengan penyedia pekerjaan yang tentunya perlu
waktu untuk sesuai dengan target kerja. Pihak penyedia pekerjaan
berharap kualitas kerja yang diperoleh dan sebaliknya pihak pencari kerja
perlu waktu untuk dapat memutuskan pilihannya.
Pengangguran friksional juga diakibatkan adanya jarak dan kurangnya
informasi. Pelamar pekerjaan tidak mengetahui adanya lowongan kerja
dan pihak penyedia kerja kesulitan untuk mencari pekerja sesuai dengan
syarat yang diharapkan.
4. Pengangguran musiman
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya
fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang
harus nganggur. Misal nya saja seorang petani yang mengerjakan
sawahnya pada saat jarak musim panen ke musim tanam ada tenggang
Pengangguran terjadi karena pergantian musim. Hal ini terjadi karena
adanya waktu yang tidak terpakai karena tidak adanya pekerjaan dari
musim yang satu ke musim yang lain. Maka dari itu petani bisa disebut
dengan tenaga yang menganggur atau pengangguran musiman.
2. Pengangguran menurut lama waktu kerja
a. Pengangguran terbuka (open unemployment)
Pengangguran terjadi dimana situasi seseorang sama sekali tidak
bekerja dan berusaha mencari pekerjaan. Pengangguran terbuka
disebabkan orang sulit memeroleh pekerjaan karena lapangan kerja yang
tersedia jumlahnya terbatas sehingga orang betul-betul menganggur dan
tidak bekerja sama sekali.
6
7. b. Setengah menganggur (under unemployment)
Pengangguran terjadi karena situasi dimana orang bekerja, tapi
tenaganya kurang termanfaatkan bila diukur dari jumlah jam kerja,
produktivitas kerja dan pendapatan yang diperoleh. Seorang pekerja lepas
(freelance) tidak ada kepastian waktu dalam mengerjakan pekerjaan.
c. Pengangguran terselubung (disguised unemployment)
Pengangguran terselubung terjadi karena tenaga kerja tidak bekerja
secara optimal. Ketidaksesuaian posisi pekerjaan yang dikerjakan tenaga
kerja tentunya akan berpengaruh produktivitas kerja dan penghasilan
rendah. Misalnya pekerja lulusan tehnik informatika mengerjakan pada
posisi pekerjaan bidang akuntansi (keuangan). Posisi pekerjaan ini tentu
akan menghambat proses kerja yang ada. Pengangguran terselubung juga
dapat terjadi karena terlalu banyak tenaga kerja yang mengerjakan suatu
pekerjaan yang melebihi batas optimal. Misalnya satu petak sawah bisa
diselesaikan dua tenaga kerja dalam sehari tetapi dikerjakan lima pekerja
dalam sehari. (Fitran, 2008).
2. Teori Usia Produktif Kerja
Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan
sebagai tenaga kerja diusia produktif yaitu mereka yang berusia antara 15
tahun sampai dengan 64 tahun. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No.
13 Tahun 2003, penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15
tahun dan berusia di atas 64 tahun bukan merupakan tenaga kerja sehingga
mereka dianggap tidak mampu bekerja meskipun ada permintaan berkerja.
Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan
anak-anak.
Angkatan kerja dapat digolongkan berdasarkan usia pekerja yang
produktif. Berikut ini pembagianya, ngkatan kerja terbesar yang paling banyak
bekerja adalah dari rentang usia 30-34 tahun. Hal ini dikarenakan ketika
berada dalam usia tersebut, kemampuan dan relasi yang dimiliki oleh seeorang
7
8. sedang berada dalam usia puncak. Diikuti dengan persentase terbesar
setelahnya, yaitu rentang usia 25-29 tahun dan 40-44 tahun. Pada usia emas
25-29 tahun adalah usianya pekerja aktif untuk mulai menuai hasil dari apa
yang dikerjakan sejak pertama kali mereka menyelesaikan jenjang pendidikan
di perguruan tinggi maupun sekolah menengah. Usia tersebut juga merupakan
usia paling aktif untuk melakukan sosialisasi sehingga banyak koneksi, relasi
dan jaringan kerja yang saling tersambung. Ketika berada di usia 40-44 tahun,
seseorang sudah memasuki kategori usia senior. Pada umumnya, seseorang di
usia tersebut adalah masa dimana seseorang sudah selayaknya mewariskan
atau membagikan ilmu, kemampuan serta pengalamannya selama bekerja
kepada mereka yang berusia lebih muda.
Berdasarkan kualitasnya setiap pekerja dibagi menjadi tiga golongan,
berikut ini golonganya:
1. Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian
atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan
formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
2. Tenaga kerja terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini
dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai
pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar
yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu
rumah tangga, dan sebagainya.
3. Pengangguran di Usia Produktif
8
9. Meski jumlah pengangguran terbuka Indonesia mencapai tingkat tertinggi
pada 2005 dan terus mengalami penurunan sampai 2014, namun jumlahnya
tetap besar sampai tahun sekarang. Pada tahun 2017 penurunan angka tingkat
pengangguran mencapai 5,5 persen, angka pengangguran itu tak lepas dari
perbaikan sektor pendidikan. Dunia pendidikan dinilai mampu melahirkan
tenaga kerja dengan keahlian yang mampu bersaing. Penganguran di usia
produktif ini di karnakan banyaknya angkatan kerja di suatu daerah dan tidak
seimbangnya kesempatan kerja beserta lapangan kerja yang kurang memadai.
Sehingga masyarakat itu harusnya berfikir sendiri bahwa dirinya itu sedang
“berlomba-lomba” untuk mendapatkan pekerjaan. Minat berwirausaha itu
dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya karakteristik kepribadian, factor
demografi, dan karakteristik lingkungan, dan factor budaya. Karakteristik
kepribadian seperti efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi merupakan
prediktor yang signifikan untuk dirinya berminat berwirausaha, faktor
demografi seperti umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan
pengalaman bekerja seseorang diperhitungkan sebagai penentu bagi minat
berwirausaha, faktor lingkungan seperti hubungan sosial, infrastruktur fisik
dan institusional serta faktor budaya dapat mempengaruhi minat berwirausaha.
Wirausahawan harus dapat menentukan jumlah modal yang diperlukan guna
memulai sebuah usaha, seorang wirausahawan pertama-tama harus
menentukan jumlah minimum dari masing-masing sumber daya yang
diperlukan. Sebagian sumber daya dibutuhkan dalam tingkat kuantitas dan
kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.
Adapun beberapa masalah yang mempengaruhi terjadinya pengangguran
di usia produktif, berikut ini masalah-masalahnya:
a. Sempitnya lapangan pekerjaan
Angkatan kerja bertambah melebihi kemampuan penciptaan lapangan
kerja, sehingga jumlah pengganguran dan setengah penganguran masih
cukup besar. Banyaknya lulusan perguruan tinggi yang belum
mendapatkan pekerjaan mereka karena kurangnya lapangan pekerjaan.
Hal tersebut akan meningkatkan tinggat pengangguran di kalangan
usia produktif. Banyaknya perusahaan yang secara tiba-tiba
9
10. memberhentikan kerja pegawai tanpa alasan khusus ini menyebabkan
pengangguran usia produktif umur 25 tahun keatas tidak lagi
mendapatkan pekerjaanya.
b. Rendahnya mutu dan kemampuan kerja
Mutu dan kemampuan tenaga kerja Indonesia keseluruhan relatif
masih tergolong rendah. yang tercermin dari rendahnya produktivitas
kerja, baik tingkatnya maupun pertumbuhanya. Dalam era modernisasi
peningkatan mutu dan kemampuan kerja tidak hanya berkaitan dengan
besarnya jumlah angkatan kerja yang harus dididik dan dilatih, tetapi
juga berkaitan dengan kesesuain serta kualitas hasil pendidikan dan
latihan dengan kebutuhan lapangan kerja dan persyaratan kerja.
c. Kurangnya Penyebaran Tenaga Kerja
Sektor regional masih menghadapi masalah penyebaran angkatan kerja
yang bertumpuk di pulau Jawa. Penyebaran angkatan kerja yang
kurang merata baik secara sektoral maupun regional menyulitkan
penyediaan dan pendayahgunaan tenaga kerja secara maksimal,
sehingga menimbulkan situasi pasar kerja paradoksal atau bertolak
belakang.
Menurut tingkat pengangguran di Amerika Serikat para pekerja yang lebih
muda memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi ketimbang para
pekerja yang lebih tua. Hal tersebut dipengaruhi oleh dua penyebab
kemungkinan timbulnya tingkat pengangguran yang tinggi yaitu tingkat
perolehan kerja yang rendah dan tingkat pemutusan hubungan kerja yang
tinggi. Para ekonom menemukan bahwa kelompok dengan pengangguran
tinggi cenderung mempunyai tingkat pemutusan hubungan kerja yang tinggi.
Mereka menemukan sedikit variasi diantara kelompok tingkat perolehan kerja.
Sebagai contoh, pria kulit putih yang bekerja adalah empat kali lipat
cenderung menjadi pengangguran jika ia seorang pemuda ketimbang ia
seorang dewasa tingkat perolehan kerjanya tidak begitu terkait dengan
usianya. Perolehan tersebut membantu menjelaskan tingkat pengangguran
yang lebih tinggi bagi para pekerja yang lebih muda. Para pekerja yang lebih
10
11. muda baru memasuki pasar tenaga kerja, dan mereka seringkali tida merasa
pasti dengan rencana kariernya. Barangkali yang terbaik adalah mereka
mencoba berbagai jenis pekerjaan sebelum membuat komitmen jangka
panjang pada pekerjaan tertentu. Jika demikian maka akan semakin banyak
pengangguran friksional. Fakta lainya yang muncul adalah bahwa tingkat
pengangguran jauh lebih tinggi untuk orang-orang yang berkulit hitam
ketimbang orang berkulit putih di Amerika Serikat. Fenomrna tersebut tidak
tidak bisa dipahami dengan baik. Data tentang transisi antara bekerja dan
menganggur menunjukkan bahwa tingkat pengangguran yang lebih tinggi
untuk kulit hitam, dan terutama untuk pemuda kulit hitam, hal tersebut muncul
karena tingkat pemutusan hubungan kerja yang tinggi serta tingkat perolehan
kerja yang lebih rendah. Alasan yang mendasari tingkat perolehan kerja yang
lebih rendah adalah kurangnya aakses ke jaringan perolehan pekerja informal
dan diskriminasi oleh para majikan atau perusahaan. Menurut sumber
Departemen Tenaga Kerja AS tingkat pengangguran kelompok demografis
tahun 2004 menunjukan usia 16-19 tahun tingkat pengangguran pria kulit
putih sebesar 16,4 sedangkan pria kulit hitam sebesar 35,6 dan tingkat
pengangguran wanita kulit putih sebesar 13,7 sedangkan wanita berkulit hitam
sebesar 27,6. Pada usia 20 tahun keatas tingkat pengangguran pria kulit putih
sebesar 4,4 sedangkan kulit hitam sebesar 9,9 dan tingkat pengangguran
wanita kulit putih sebesar 4,2 sedangkan wanita kulit hitam sebesar 8,9. Hasil
data tersebut membuktikan bahwa tingkat pengangguran di Amerika Serikat
juga dipengaruhi oleh warna kulit. Amerika Serikat masih lekat dengan
deskriminasi warna kulit termasuk dalam penerimaan pekerjaan. Kulit putih
lebih dihargai dari pada kulit hitam, terbukti dari tingkat pengangguran yang
lebih banyak kulit hitam dari pada kulit putih.
4. Dampak dari Adanya Pengangguran
Tingkat pengangguran yang tinggi dapat membawa berbagai dampak pada
proses pembangunan ekonomi. Agar tidak terus berlanjut, pemerintah harus
mengatasi masalah pengangguran, karena masalah pengangguran adalah
masalah yang sangat vital dan sensitif bagi kestabilan ekonomi dan keamanan
11
12. suatu negara. Pengangguran dapat membawa dampak yang sangat berbahaya
jika tidak segera diatasi. Pengangguran berdampak dalam bidang ekonomi,
sosial, maupun secara individual pada pelaku pengangguran itu sendiri.
berikut ini beberapa dampak pengangguran yang ada di Indonesia:
1. Pengangguran Dapat Mempengaruhi Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah pendapatan total dari semua faktor-faktor
produksi dalam produksi yang berlangsung. Pendapatan nasional dalam teori
ekonomi berarti pendapatan bersih yang diterima oleh suatu rakyat negara
dalam menghasilkan barang barang dan jasa selama satu periode tertentu
biasanya dalam waktu satu tahun (Fadly, 2011). Jika dilihat dari jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan, Pendapatan Nasional dikelompokan menjadi:
a. Gross Domestic Product (GDP)
Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB)
adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan seluruh masyarakat yang
tinggal disuatu negara, termasuk warga negara asing dalam periode
tertentu biasanya satu tahun.
b. Gross National Product (GNP)
Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB) adalah
seluruh nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara
suatu negara tertentu dimanapun berada dalam periode tertentu biasanya
satu tahun.
c. Net National Product (NNP)
Net National Product (NNP) atau Produk Nasional Bersih adalah seluruh
nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negera
dalam periode tertentu biasanya satu tahun, setelah dikurangi penyusutan
dan barang pengganti modal.
d. Net National Income (NNI)
12
13. Net National Income (NNI) adalah jumlah seluruh penerimaan yang
diterima masyarakat dalam periode tertentu biasanya satu tahun, setelah
dikurangi pajak tidak langsung (Indirect tax).
e. Personal Income (PI)
Personal Income (PI) atau pendapatan perseorangan adalah jumlah seluruh
penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke tangan
masyarakat.
f. Disposable Income (DI)
Disposable Income (DI) atau pendapatan bebas adalah pendapatan yang
diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan penerimanya, setelah
dikurangi pajak langsung (Direct Tax). (Anonim, 2010).
Dalam data Badan Pusat Statistik dapat diketahui adanya pengangguran
terbuka dan pendapatan nasional perkapita dari tahun 2017 hingga 2012.
13
Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Pengangguran
Terbuka
(Jiwa)
10.251.351 10.854.254 10.932.000 10.547.917 9.427.590
Pendapatan
Nasional Per
Kapita
(Rupiah)
6.688.089,5 6.950.248,1 7.135.668,3 7.485.970,1 8.096.309,7
14. Sumber : www.bps.go.id
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pendapatan nasional
perkapita Indonesia sejak tahun 2004 sampai tahun 2009 terus meningkat dan
jumlah pengangguran terbuka dari tahun 2004 sampai tahun 2009 semakin
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pengangguran terhadap
pendapatan nasional cukup jelas, yaitu semakin banyak pengangguran,
pendapatan nasional akan semakin sedikit. Sebaliknya semakin sedikit jumlah
pengangguran, pendapatan nasional akan semakin bertambah. Fakta diatas
dapat terjadi karena dampak yang dapat ditimbulkan dari banyaknya jumlah
pengangguran. Dampak pengangguran terhadap perekonomian nasional dapat
dilihat melalui hubungan berikut ini:
1. Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita
Upah merupakan salah satu komponen dalam penghitungan pendapatan
nasional. Apabila tingkat pengangguran semakin tinggi, maka nilai
komponen upah akan semakin kecil. Dengan demikian, nilai pendapatan
nasional pun akan semakin kecil. Pendapatan per kapita adalah pendapatan
nasional dibagi jumlah penduduk. Oleh karna itu, nilai pendapatan
nasional yang semakin kecil akibat pengangguran akan menurunkan nilai
pendapatan per kapita.
2. Penerimaan Negara
Salah satu sumber penerimaan negara adalah pajak, khususnya pajak
penghasilan. Pajak penghasilan diwajibkan bagi orang-orang yang
memiliki pekerjaan. Apabila tingkat pengangguran meningkat, maka
jumlah orang yang membayar pajak penghasilan berkurang. Akibatnya
penerimaan negara pun berkurang. Jika penerimaan pajak menurun, dana
untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga
kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
3. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan
tingkat kemakmuran yang dicapainya.
Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan
nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada
pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu,
kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
4. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.
Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan
berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi
14
15. akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor
(pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru.
Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan
ekonomipun tidak akan terpacu.
5. Menurunkan Aktivitas Perekonomian
Pengangguran menyebabkan turunnya daya beli masyarakat. Daya beli
masyarakat yang menurun menyebabkan turunnya permintaan
terhadapbarang dan jasa. Hal ini mengakibatkan para pengusaha dan
investor tidak bergairah melakukan perluasan dan pendirian industri baru
sehingga aktivitas perekonomian menjadi turun.
Penganguran berdampak mengurangi pendapatan masyarakat, sehingga
akan menurunkan tingkat kemakmuran yang mereka capai. Seseorang
yang menganggur tidak memiliki pendapatan dari pekerjaannya.
Kebutuhan masyarakat yang banyak dan beragam membuat mereka
berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, hal yang dilakukan adalah
bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Jika mereka tidak bekerja atau
menganggur, konsekuensinya tidak dapat memenuhi kebutuhandengan
baik dan menyebabkan para penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya. Ketika kebutuhan tidak terpenuhi dampaknya mereka masuk
dalam kategori penduduk miskin serta mengakibatkan membengkaknya
jumlah penduduk miskin.
2. Pengangguran Dapat Meningkatkan Biaya Sosial
Pengangguran juga mengakibatkan meningkatnya biaya sosial.
Karena, pengangguran mengharuskan masyarakat memilkul biaya – biaya
seperti biaya perawatan pasien yang stress (depresi) karena menganggur,
biaya keamanan dan biaya pengobatan akibat meningkatnya tindak
kriminalitas yang dilakukan oleh penganggur, serta pemulihan dan
renovasi beberapa tempat akibat domenstrasi dan kerusakan yang di picu
oleh ketidak puasan dan kecemburuan sosial para penganggur.
3. Pengangguran Dapat Mempengaruhi Keadaan Individu dan Masyarakat
Pengangguran akan mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan
sosial dalam masyarakat. Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan
oleh pengangguran adalah :
a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencarian dan
pendapatan.
b. Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat
menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah.
15
16. 4. Menurunkan Tingkat Keterampilan
Dengan menganggur, tingkat keterampilan seseorang akan menurun.
Semakin lama menganggur, semakin menurun pula tingkat keterampilan
seseorang. Karena tingkat keterampilan seseorang akan terasah jika
terpakai secara terus menerus hal itu menandakan bahwa apabila seorang
menganggur maka keterampilanya tidak dipakai maka hat tersebut
menyebabkan menurunya tingkat keterampilan.
5. Hubungan Tingkat Inflasi dengan Tingkat Pengangguran dalam Teori A.W
Phillips
Teori A.W. Phillips muncul karena pada saat tahun 1929, terjadi
depresi ekonomi Amerika Serikat, hal ini berdampak pada kenaikan inflasi
yang tinggi dan diikuti dengan pengangguran yang tinggi pula.
berdasarkan pada fakta itulah A.W. Phillips mengamati hubungan antara
tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran. Dari hasil pengamatannya,
ternyata ada hubungan yang erat antara Inflasi dengan tingkat
pengangguran, jika inflasi tinggi, pengangguran pun akan rendah. Hasil
pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip yang
menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat
pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan
dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan
agregat, berdasarkan teori permintaan, permintaan akan naik, kemudian
harga akan naik pula. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk
memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas
produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan
satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari
peningkatan permintaan tenaga kerja, maka dengan naiknya harga-harga
(inflasi) pengangguran berkurang.
Menurut Dernburg dan Karyaman Muchtar, inflasi dapat dikaitkan
secara langsung dengan besarnya pengangguran yang terjadi. Hal ini dapat
diketahui pada kaitan antara tingkat inflasi (upah) dengan tingkat
pengangguran yang ditunjukkan dengan kurva phillips. Pada awalnya,
kurva Phillips memberikan gambaran kasar mengenai kausalitas proses
inflasi. Rendahnya tingkat pengangguran dianggap memiliki keterkaitan
dengan ketatnya pasar tenaga kerja dan tingginya tingkat pendapatan dan
permintaan dari konsumen. Kurva Phillips juga memberikan gagasan
mengenai pilihan (trade off) antara pengangguran dan inflasi. Jika tingkat
inflasi yang diinginkan adalah rendah, maka akan terjadi tingkat
pengangguran yang yang sangat tinggi. Sebaliknya, jika tingkat inflasi
yang diinginkan tinggi, maka akan terjadi tingkat pengangguran yang
relatif rendah.
16
17. 5. Penanggulangan Pengangguran Usia Produktif di Indonesia
Fakta di lapangan sering menunjukkan kepada kita bahwa kualitas tenaga
kerja Indonesia harus ditingkatkan. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi
ekonomi dan perdagangan bebas yang memungkinkan masuknya tenaga-
tenaga kerja asing ke tanah air, maka pemerintah dan masyarakat Indonesia
mutlak harus meningkatkan kualitas tenaga kerjanya agar mampu bersaing
dengan tenaga kerja luar negeri.
Sebagai gambaran, saat ini kualitas tenaga kerja Indonesia yang bekerja di
luar negeri masih dianggap lebih rendah dibanding kualitas tenaga kerja dari
negara tetangga seperti Filipina. Dengan bukti bahwa tenaga kerja Filipina
dihargai (dibayar) beberapa kali lipat lebih mahal dibanding tenaga kerja
Indonesia. Oleh karena itu, sudah selayaknya bila pemerintah dan masyarakat
berupaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja. Peningkatan kualitas
tenaga kerja dapat dilakukan melalui:
1) Jalur formal, seperti sekolah umum, sekolah kejuruan dan kursus-kursus.
2) Jalur nonformal, yang terdiri atas:
a. Latihan kerja, yaitu kegiatan untuk melatih tenaga kerja agar memiliki
keahlian dan keterampilan di bidang tertentu sesuai tuntutan pekerjaan.
Dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja sudah mendirikan BLK (Balai
Latihan Kerja) di setiap Daerah Tingkat II.
b. Magang, yaitu latihan kerja yang dilakukan langsung di tempat kerja.
Magang umumnya diselenggarakan oleh lembaga pendidikan yang
bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang dianggap tepat
sebagai tempat latihan kerja. Tujuannya, setelah magang siswa menjadi
tenaga kerja yang siap pakai. Kegiatan magang merupakan bagian dari
proses Link and Match (Keterkaitan dan Kecocokan).
c. Meningkatkan kualitas mental dan spiritual tenaga kerja. Untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja, tidak hanya mengutamakan segi
pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Akan tetapi, kualitas mental
dan spiritual seperti: keimanan, kejujuran, semangat kerja,
kedisiplinan, terampil, inovatif, cerdas, bisa saling menghargai dan
bertanggung jawab juga perlu ditingkatkan juga perlu ditingkatkan.
d. Meningkatkan pemberian gizi dan kualitas kesehatan Tenaga kerja
tidak mampu bekerja dengan baik bila kurang gizi dan kurang sehat.
Kurang gizi bahkan bisa menurunkan kualitas otak (kecerdasan) yang
justru sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
17
18. Dengan demikian, peningkatan pemberian gizi dan kesehatan sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.
e. Meningkatkan pengadaan seminar, workshop yang berkaitan dengan
pekerjaan tertentu. Pada umumnya tenaga kerja pada level menengah
ke atas seperti kepala seksi, kepala bagian dan sejenisnya dapat
meningkatkan kualitas dirinya dengan mengikuti berbagai seminar
workshop dan sejenisnya. Peningkatan wawasan sangat berguna bagi
tenaga kerja pada level menengah ke atas, karena bisa digunakan untuk
membantu dalam pengambilan keputusan atau dalam pembuatan
rencana dan strategi.
3) Peran Pemerintah dalam mengatasi pengangguran
Salah satu peran pemerintah dalam pengelolaan pembangunan adalah
penanggulangan masalah pengangguran. Dimana pengelolaan utama yang
dilakukan pemerintah adalah untuk menangani masalah buruh, Selama ini
peran pemerintah sebenarnya sudah ada, terlihat dengan adanya berbagai
lembaga yang dibentuk pemerintah dalam menyalurkan tenaga kerja.
Lembaga tersebut ada yang bergerak untuk menyalurkan tenaga kerja di
perusahaan dalam negeri, perusahaan BUMN, maupun distribusi tenaga
kerja yang ada di luar negeri. Walaupun demikian peran pemerintah ini
masih dianggap belum maksimal. Hal ini, terlihat pada pelaksanaan yang
ada pada saat ini dimana lembaga penyaluran tenaga kerja yang ada hanya
dalam pelaksanaannya masih kurang berjalan dengan baik. Selain itu, pada
saat ini lambaga penyaluran tenaga kerja yang paling banyak diminati
adalah lembaga penyaluran tenaga kerja di luar negeri walaupun sebagai
pembantu runah tangga, yang tentunya tidak mambutuhkan pendidikan
tinggi sebagai persyaratannya. Namun, seolah-olah pemerintah terus
menyalurkan tenaga kerja di luar negeri sebagai jalan menangani masalah
penganguran di Indonesia, walaupun sudah banyak berbagai kasus yang
menimpa tenaga kerja di luar negeri. Sedangkan, usaha yang dilakukan
pemerintah daerah masih terlihat kurang cerdas dan imajinatif dalam
penanganan masalah pengangguran di daerahnya.
Penanggulangan masalah pengangguran ini seharusnya dilaksanakan
dengan memperhatikan potensi daerah masing-masing wilayah di
Indonesia yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dengan demikian
maka peran pemerintah daerah dalam menangani masalah penganguran di
daerahnya sendiri menjadi prioritas utama. Kaitannya dengan potensi
daerah seharusnya pemerintah daerah melihat potensi tersebut ubtuk
menciptakan lapangan kerja baru. Misalnya; di sebuah wilayah yang
berpotensi dalam hal pariwisata pemerintah daerah harus melihat peluang
untuk menciptakan lapangan kerja bagi warganya dengan mendirikan
lembaga-lembaga pelatihan yang bergerak dalam pembuatan kerajinan
18
19. tangan yang nantinya dapat dipasarkan kepada wisatawan yang datang,
selain itu pemerintah daerah juga harus mengelola tempat pariwisata
tersebut supaya tetap menarik dan bahkan dapat berkembang.
Upaya lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan
menyalurkan bantuan kepada masyarakat terutama kepada pengusaha kecil
dan menengah berupa kredit dengan bunga ringan. Dengan demikian maka
usaha kecil dan menengah akan tumbuh semakin pesat dan berkembang
yang tentunya akan menyerap tenaga kerja yang ada. Apabila hal ini sudah
dapat dilaksanakan maka pemerintah harus senantiasa memelihara sistem
yang ada, seperti yang dungkapkan teoritisi sosiologi modern Talcott
Parsons dimana setiap sistem sosial akan mengalami adaptasi atau
penyesuaian diri, dalam hal ini dengan lingkungan yang semakin berubah.
Kemudian diikuti dengan pencapaian tujuan yang diharapakan untuk
mencapai tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara pengintegrasian
masing-masing sistem dan pola. Dan yang terakhir adalah pemeliharaan
sistem-sistem atau pola tersebut.
4) Peranan pihak swasta dalam mengatasi pengangguran
Dalam hal penanganan masalah pengangguran ini peran pihak swasta
juga diperlukan, terutama pihak swasta harus mampu bekerja sama dengan
pemerintah baik pusat maupun daerah. Dalam sebuah kebijakan
pemerintah hendaknya mampu di taati dengan baik oleh pihak swasta
terutama tentang tenaga kerja. Peran swasta dapat terlihat apabila
perusahaan milik swasta mampu menciptakan lapangan kerja yang baru
yang benar-benar menyerap banyak tenaga kerja di setiap daerah. Pihak
swasta dapat berupa pembangunan perusahaan padat karya yang akan
menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, pihak swasta juga dapat
mendirikan perusahaan-perusahaan dalam skala kecil yang mampu
menyererap tenaga kerja tanpa pendidikan tinggi, karena hanya
memebutuhkan sedikit ketrampilan saja melalui pelatihan-pelatian yang
tidak terlalu lama. Perusahaan kecil ini sangat cocok apabila didirikan di
daerah pedesaan dengan mayoritas angkatan kerjanya tidak berpendidikan
tinggi. Dengan cara demikian lah maka pengangguran di desa dapat diatasi
atau paling taidak dapat barkurang.
5) Wiraswasta
Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di
perusahaan tertentu, pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik.
Masalah menjadi agak terpecahkan apabila muncul keinginan untuk
menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta yang berhasil.
Dengan berwiraswasta dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan
dapat mengurangi pengangguran yang ada.
19
20. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengangguran adalah seorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin
mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Pengangguran
menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat
tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang
paling utama. Pengangguran di sebabkan oleh besarnya angkatan kerja tidak
seimbang dengan kesempatan kerja, struktur lapangan kerja tidak seimbang,
kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak
seimbang, meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita salam
seluruh struktur angkatan kerja Indonesia, penyediaan dan pemanfaatan tenaga
kerja antar daerah tidak seimbang.
3.2 Saran dan Kritik
Telah di simpulkan bahwa tenaga kerja Indonesia kualitasnya masih rendah.
Untuk itu perlunya campur tangan pemerintah dan pihak swasta untuk membantu
masalah pengangguran ini. Bukan hanya pemerintah dan pihak swasta saja yang
berperan seharus kita sebagai generasi muda juga di sarankan untuk lebih
meningkatkan lagi kerajinan, keterampilan, juga keahlian diri kita, supaya negara
kita kebih maju lagi dan penganguran berkurang.
Mungkin hanya itu saja yang dapat saya sampaikan, semoga saran-saran
maupun kritik yang tidak terungkapkan selain ini oleh para pembaca dapat lebih
terampil untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia.
20
21. Daftar Pustaka
Mankiw N, Gregory. 2007. Makroekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ari-Matti Näätänen. The Impact of Economic Globalization on the Employment
Policies in 19 Western Democracies from 1985 to 2010. Limited Change or Radical
Shift towards Workfare?. Department of Social Research, University of Turku,
Assistentinkatu 7, Turku 20500, Finland; E-Mail: armana@utu.fi; Tel.:+358-445-055-
974
The Relationship between Unemployment and Economic Growth Rate in Arab
Country oleh Shatha Abdul-Khaliq* Assistant Professor,Al Zaytoonah University of
Jordan. Amman.Jordan E-mail: yshatha@gmail.com,Thikraiat Soufan Assistant
Professor,Al Zaytoonah University of Jordan. Amman.Jordan E-mail:
yshatha@gmail.com, dan Ruba Abu Shihab Assistant Professor ,AlBlqa Applied
University, Jordan
Factors that Influence the Rate of Unemployment in Indonesia oleh Erna A. R.
Puspadjuita STIE APRIN, Palembang, Indonesia
PENGARUH PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN
DI JAWA TENGAH Oleh: Dra. Diah Retnowati, M.Si, Harsuti, S.E., M.Si Email :
ddyah_unwiku@yahoo.co.id Fakultas Ekonomi Universitas Wijayakusuma
Purwokerto
ANALISA PENGANGGURAN DI INDONESIA oleh Riska Franita Dosen FKIP
Univeristas Muhammadiyah Tapanuli Selatan
POTRET KETENAGAKERJAAN, PENGANGGURAN, DANKEMISKINANDI
INDONESIA: Masalah dan Solusi oleh Muhdar HM1 muhdar73@ gmail.com
PENGARUH JUMLAH PENGANGGURAN TERHADAP PENDAPATAN
NASIONAL Oleh : RIO AGAM SAPUTRA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
http://devinpratamasoftskill.blogspot.com/
http://penganggurandiusiaproduktif008.blogspot.com/
https://yuliohafiz.wordpress.com/2014/11/20/artikel-ilmiah-penganguran/
https://ekbis.sindonews.com/read/971440/34/usia-produktif-dominasi-pengangguran-
di-indonesia-1425366116
https://beritagar.id/artikel/berita/pengangguran-tertinggi-di-indonesia-adalah-anak-
muda
http://sabarila.blogspot.com/2014/12/analisis-hubungan-tingkat-
pengangguran_65.html
21