Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan Client Centered dalam konseling yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Pendekatan ini berfokus pada penerimaan konselor terhadap klien, kejujuran, dan kemampuan klien untuk menemukan solusi masalahnya sendiri dengan bantuan hubungan yang terbentuk antara klien dan konselor.
2. KONSEP DASAR
• Manusia adalah makhluk yang dilahirkan
dengan pembawaan dasar yang baik, memiliki
kecenderungan yang bertujuan positif,
konstruktif, rasional, sosial, berkeinginan
untuk maju, realistis, memiliki kapasitas untuk
menilai diri dan mampu membawa dirinya
untuk bertingkah laku sehat dan seimbang,
cenderung berusaha untuk
mengaktualisasikan diri, memperoleh sesuatu
dan mempertahankannya.
3. • Setiap manusia memiliki harga dan martabat
dirinya, sehingga dengan didukung oleh
pembawaan dasarnya maka setiap manusia akan
siap dan mampu untuk mengatasi masalahnya.
• Manusia adalah rasional, tersosialisasikan, dan
menentukan nasibnya sendiri.
• Dalam kondisi yang memungkinkan, manusia
akan mampu mengarahkan diri sendiri, maju, dan
menjadi individu yang positif dan produktif.
4. ASUMSI PERILAKU BERMASALAH
• Adanya ketidakseimbangan/ketidaksesuaian antara
pengalaman organismik dan self yang menyebabkan
individu merasa dirinya rapuh dan mengalami salah suai.
• Karakteristik pribadi salah suai adalah:
– Estrangement: membenarkan apa yang sesungguhnya oleh diri
sendiri dirasakan tidak mengenakan.
– Incongruity in behavior: ketidaksesuaian tingkah laku karena
individu tidak mampu menilai diri sendiri dengan kacamata
positif, hal ini sering menimbulkan kecemasan.
– Kecemasan: kondisi psikologis yang ditimbulkan oleh adanya
ancaman terhadap kesadaran tentang diri sendiri.
– Defense mechanism: tindakan yang diambil oleh individu agar
tampak konsisten terhadap struktur self.
5. • Gejala tingkah laku salah suai adalah:
1. Kecemasan atau ketegangan terus menerus
2. Tingkah laku yang rigid, kaku, tidak luwes
3. Menolak situasi baru
4. Salah dalam perkiraan
5. Menolak untuk menyadari pengalamannya
sendiri
6. Tingkah lakunya tidak terduga
7. Sering tidak rasional
8. Tidak mampu mengontrol dirinya sendiri
6. TUJUAN KONSELING
• Tujuan utama konseling berpusat pada klien
adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi
usaha membantu klien untuk menjadi seorang
pribadi yang penuh (fully functioning person).
7. • Ciri-ciri dari fully function person yang
menjadi tujuan utama konseling adalah
sebagai berikut:
• Individu terbuka terhadap pengalamannya dan keluar
dari kebiasaan untuk defensive.
• Seluruh pengalaman individu dapat disadari sebagai
sebuah kenyataan.
• Seluruh yang disimbolkan atau yang dinyatakan secara
verbal maupun dalam tindakan adalah akurat, yang
sebenarnya sebagaimana pengalaman itu terjadi.
• Struktur selfnya kongruen dengan pengalamannya.
8. • Struktur selfnya mampu berubah secara fleksibel
sejalan dengan pengalaman baru.
• Pengalaman selfnya akan dijadikan sebagai pusat
evaluasi.
• Individu memiliki pengalaman self regard.
• Individu berperilaku secara kreatif untuk beradaptasi
terhadap peristiwa-peristiwa yang baru.
• Individu akan menemukan nilai organismenya sebagai
sesuatu yang terpercaya mengarah kepada perilaku
yang memuaskan karena: a. seluruh pengalamannya
disadari, b. tidak ada pengalaman yang distorsi atau
ditolak, c. akibat perilakunya disadari.
9. PERAN KONSELOR
• Konselor tidak memimpin, mengatur atau menemukan
proses perkembangan konseling, tetapi hal tersebut
dilakukan oleh klien sendiri.
• Konselor merefleksikan perasaan-perasaan klien,
sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
• Konselor menerima individu dengan sepenuhnya
dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimananpun
• Konselor memberi kebebasan kepada klien untuk
mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya.
10. DESKRIPSI PROSES KONSELING
Tahap-Tahap Konseling CCT meliputi:
– Berdasar peran yang dilakukan konselor
a.Tahap Pertama: membangun hubungan konseling,
menciptakan kondisi fasilitatif dan hubungan yang
substantif seperti empati, kejujuran, ketulusan,
penghargaan yang positif tanpa syarat.
b. Tahap Kedua: tahap kelanjutan yang disesuaikan
dengan efektivitas hubungan konseling dan
disesuaikan dengan kebutuhan klien.
11. Berdasarkan pengalaman klien dalam konseling:
a. Tahap pertama: klien datang kepada konselor
dalam kondisi tidak kongruensi, mengalami
kecemasan atau kondisi penyesuaian diri yang tidak
baik.
b.Tahap kedua: saat klien menemui konselor
dengan penuh harapan dapat memperoleh bantuan
jawaban ata permasalahan yang sedang dialami dan
menemukan jalan atas kesulitan-kesulitannya.
Perasaan yang ada pada klien adalah
ketidakmampuan mengatasi kesulitan.
12. c. Tahap ketiga: pada awal konseling klien menunjukkan
tingkah laku, sikap, dan perasaan yang kau. Klien
menyatakan permasalahan yang dialami kepada konselor
secara permukaan dan belum menyatakan pribadi yang
dalam. Pada awal-awal ini klien cenderung
mengeksternalisasi perasaan dan masalahnya dan
mungkin bersifat defensif.
d.Tahap keempat: klien mulai menghilangkan sikap dan
tingkah laku yang kaku, membuka diri terhadap
pengalamannya dan belajar untuk bersikap lebih matang
dan lebih teraktualisasi dengan jalan menghilangkan
pengalaman yang didistorsi atau ditolak.
14. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
Kelebihan:
• Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor dalam
konseling.
• Identifikasi dan penekanan hubungan konseling
sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
• Lebih menekankan pada sikap konselor daripada
teknik.
• Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian
dan penemuan kuantitatif.
• Penekanan emosi, perasaan, dan afektif dalam
konseling.
15. Kelemahan:
• Pendekatan ini cenderung menekankan aspek afektif,
emosional, perasaan sebagai penentu perilaku, ia
cenderung mengabaikan faktor intelektual, kognitif dan
rasional.
• Tujuan untuk setiap klien dinilai terlalu luas, umum dan
longgar sehingga sulit untuk menilai keberhasilan
setiap individu dalam konseling.
• Pendekatan ini menghendaki tujuan konseling dibuat
oleh klien, tetapi dalam pelaksanaannya sering masih
tergantung kepada situasi konseling dan konselor.
• Meskipun dinyatakan bahwa pendekatan konseling
berpusat klien diakui efektif, tetapi bukti-bukti empiris
tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang
berkaitan dengan klien yang kecil tanggung jawabnya.
• Sulit bagi konselor untuk benar-benar bersifat netral
dalam situasi hubungan interpersonal.
16. CONTOH PENERAPAN
Diterapkan untuk menangani klien yang
mengalami masalah pengambilan keputusan,
konflik, konsep diri negatif, cemas.