3. * DEFINISI
LAND-USE DAN LAND-COVER:
Land-Cover (LC) : Atribut dari permukaan tanah
dan di bawah permukaan, meliputi biota, tanah,
topografi, air tanah dan struktur manusia.
Land-Use (LU) : Tujuan yang digunakan manusia
untuk memberdayakan land-cover.
Contoh: pertanian, peternakan, kehutanan,
ekstraksi mineral dan rekreasi.
3
4. * SIFAT PERUBAHAN
LAND USE (LU)
Perubahan Land-use (LU) mengubah land-
cover (LC) secara kumulatif dalam tempo
yang cepat, terutama di daerah tropis (Turner
et al., 1994).
Hutan Tropis Perkantoran 4
5. * …..SIFAT PERUBAHAN LAND-USE (LU)
Konversi dan Modifikasi Land-Cover (LC):
Konversi1 dan modifikasi1
adalah bentuk perubahan
LU. Perubahan LU sering
diakibatkan oleh
perubahan LC.
Faktor yang umumnya
membedakan konversi dan
modifikasi LC adalah
degradasi tanah atau
intensifikasi LU. 1perubahan dr satu bentuk (rupa,
dsb) ke bentuk (rupa, dsb) yg lain
5
6. * …..SIFAT PERUBAHAN
LAND-USE (LU)
Contoh terkini konversi LC paling luas adalah
deforestasi hutan tropis.
Degradasi hutan oleh pembalakan selektif dan
kebakaran juga mempengaruhi luas kawasan
hutan.
Konversi dan degradasi hutan di daerah tropis
lembab menjelaskan bagian penting fluks
karbon dari ekosistem darat dan berkontribusi
besar terhadap hilangnya keragaman hayati.
6
7. * …..SIFAT PERUBAHAN LAND-USE (LU)
LULC DALAM BIDANG KEHUTANAN
LC didominasi
pepohonan
Hutan Pepohonan
LU-nya dimanfaatkan untuk:
Konservasi Isomil Rekreasi
7
8. * PENYEBAB-PENYEBAB
PERUBAHAN LU
1.Faktor-faktor yang mempengaruhi tuntutan
yang akan terjadi di lahan seperti populasi dan
kesejahteraan.
2.Faktor-faktor yang mengontrol intensitas
eksploitasi lahan.
3.Faktor-faktor yang berhubungan dengan akses
atau kontrol sumber daya LU: ekonomi politik.
4.Faktor-faktor yang membentuk insentif yang
memotivasi pengambilan keputusan individu:
struktur politik, sikap dan nilai-nilai (Turner et
al., 1995).
8
9. KOMPLEKSITAS
LULC
SIFAT PERUBAHAN LULC PENYEBAB PERUBAHAN LULC
POPULASI &
KONVERSI KESEJAHTERAAN
EKSPLOITASI
MODIFIKASI LAHAN
EKONOMI &
POLITIK
POSISI GEOSPASIAL
(TROPIS/SUBTROPIS) PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
9
10. 1. Model empiris - statistik
2. Model stokastik
3. Model optimasi
4. Model simulai dinamis (berbasis proses)
*
10
11. * MENEMUKAN
KESEDERHANAAN
Pemodelan perubahan LU ditujukan untuk
mengatasi setidaknya salah satu pertanyaan
berikut:
1.Variabel sosio-ekonomik dan biofisik yang
manakah yang banyak berkontribusi pada
penjelasan perubahan LU dan mengapa?
2.Lokasi manakah yang dipengaruhi oleh
perubahan LU dan dimana?
3.Pada tingkatan apakah kemajuan perubahan LU
dan LC - kapan?
11
12. 1. MODEL EMPIRIS
STATISTIK
Model empiris-statistik bertujuan untuk
mengidentifikasi penyebab perubahan LU secara
eksplisit dengan memakai analisis multivariasi
dari kontribusi eksogen yang mungkin untuk
mendapatkan laju perubahan secara empiris.
12
13. 2. MODEL STOKASTIK
Model stokastik untuk perubahan LU terutama
terdiri dari model kemungkinan transisi seperti
rantai Markov, secara stokastik mendiskripsikan
proses yang bergerak secara berurutan melalui
serangkaian pergerakan.
Bro Markov
13
14. 3. MODEL OPTIMISASI
Dalam Ilmu Ekonomi, banyak
model teknik optimisasi
perubahan LU berdasarkan
pada analisis lahan
keseluruhan memakai program
linier, pada level ekonomi
mikro, atau model
keseimbangan umum, pada
skala ekonomi makro.
(Kaimowitz dan Angelsen,
1998)
14
15. 4. MODEL SIMULASI DINAMIS
(BERBASIS PROSES)
Model perubahan LU dalam ruang dan waktu
dihasilkan oleh interaksi proses biofisik dan sosio-
ekonomi. Model simulasi dinamis (berbasis proses)
telah dikembangkan untuk meniru jalannya proses
tersebut dan mengikuti evolusinya.
Model simulasi
menekankan pada
interaksi antara semua
komponen yang
membentuk sistem.
15
16. MENEMUKAN
KESEDERHANAAN
1. MODEL EMPIRIS 4. MODEL SIMULASI
STATISTIK DINAMIS
2. MODEL
3. MODEL OPTIMASI
STOKASTIK
16
18. 1. MENGATASI ISU SKALA
Skala dalam pemodelan LU mempengaruhi tipe
penjelasan yang diberikan terhadap perubahan
LU.
Pada skala/cakupan yang
luas, tingginya tingkat
agregasi data mengaburkan
keragaman situasi dan juga
relasi, dan terkadang
menghasilkan rata-rata yang
tidak signifikan.
18
19. * …..MENGATASI ISU SKALA
Prediksi berdasarkan model
cakupan yang luas tidak
akurat, terutama untuk
penilaian regional dan lokal,
karena proses kunci ditutupi
pada tingkat keseluruhannya.
(Turner dkk, 1995)
19
20. * …..MENGATASI ISU SKALA
Model dari perubahan
penggunaan lahan
harus berdasarkan pada
analisis sistem pada
berbagai skala spasial
dan temporal.
Namun kebanyakan model skala regional yang ada
tidak menunjukkan kompleksitas struktural dan
fungsional.
20
21. * …..MENGATASI ISU SKALA
Model yang menggabungkan
dan menghubungkan lebih
banyak faktor untuk area
spasial heterogen (misalnya
model penilaian terpadu)
sangat menyederhanakan
sistem penggunaan lahan.
Menggabungkan
kompleksitas struktural
menjadi perlu pada skala
lebar (Veldkamp dan
Lambin, 2001).
21
22. 2. PEMODELAN INTENSIFIKASI LAND-USE
Meskipun persediaan
makanan masa depan harus
diperoleh dari intensifikasi
pertanian daripada
ekspansi pertanian, namun
sebagian besar upaya-
upaya pemodelan dalam
penggunaan lahan lebih
memperhatikan isu
konversi LU daripada
modifikasi LU.
22
23. * …..PEMODELAN INTENSIFIKASI LAND-USE
Bagaimanapun pada umumnya
model simulasi dinamik lebih
cocok untuk memprediksi
perubahan di dalam intensitas
LU dari pada model empiris,
stokastik atau optimisasi statik.
Meskipun beberapa metode
stokastik dan optimisasi
mungkin berguna dalam
menggambarkan proses
pengambilan keputusan yang
mengatur manajemen lahan
(Lambin dkk, 2000).
23
24. 3. MENGINTEGRASIKAN
HETEROGENITAS TEMPORAL
Banyak pola penggunaan lahan telah yang
dikembangkan dalam konteks ketidakstabilan
jangka panjang, termasuk proses nonlinier dalam
variabel biofisik (iklim, penyakit) dan dalam
kekuatan ekonomi politik (dinamika pasar,
fluktuasi harga, pengaruh kebijakan negara).
24
25. * …..MENGINTEGRASIKAN HETEROGENITAS
TEMPORAL
Model LU oleh karena itu
harus dibangun berdasarkan
asumsi heterogenitas
temporal bukan pada asumsi
progresif umum, tren linier
(misalnya pada model
pengembangan intensifikasi
progresif sumber daya
material).
25
26. * …..MENGINTEGRASIKAN HETEROGENITAS
TEMPORAL
Dengan kata lain,
variabel berubah dengan
cepat dan tak terduga
sama pentingnya dalam
membentuk dinamika
penggunaan lahan
sebagai variabel yang
berubah secara
perlahan-lahan dan
kumulatif.
26
28. * STUDI KASUS
*Terjadi perubahan dari lahan non terbangun
menjadi terbangun atau perubahan dari kawasan
permukiman perdesaan menjadi permukiman
perkotaan.
*Secara morfologis telah menunjukkan fenomena
terjadinya ekspansi baik fisik dan non fisik kota
terhadap hinterlandnya (konurbasi monosentris),
dan terjadi juga perembetan memanjang (axial
development) di wilayah sepanjang kanan-kiri
Jalan Semarang-Purwodadi.
http://eprints.undip.ac.id/12152/
28
29. *Perluasan batas kekotaan
*Perluasan jaringan, terutama jar.
Transportasi/aksesibilitas
*Kebijakan penggunaan lahan
*Nilai lahan/harga lahan
*Topografi
*Jumlah Penduduk
*KOMPLEKSITAS
29
32. STRUKTUR MODEL
Model SALU (Model Land-
Use SAhelian) (Stephenne
dan Lambin, 2001a):
simulasi dinamis Model
yang dibangun untuk
merekonstruksi penggunaan
lahan dan perubahan land-
cover pada masa lalu di
Sahel Afrika selama 30
tahun terakhir, dan untuk
mengembangkan skenario
perubahan yang mungkin di
masa depan.
32
34. …..STRUKTUR MODEL
Struktur model yang dipakai adalah model SALU
(SAhelian Land Use model). Model ini mensimulasikan
dua proses perubahan LU: proses aksi dan reaksi antara
laju tingkat perubahan (faktor perubahan) dan tingginya
faktor pemintaan (demand) dan penawaran (supply)
penduduk terhadap lahan.
Pertumbuhan lahan
terbangun besar-besaran
pada saat ini diawali
dengan masuknya investasi
pengembangan perumahan
berskala besar di 4 desa yaitu
Desa Mranggen, Brumbung,
Batursari, dan Kebonbatur.
34
35. THE ART OF SALU
Simulasi skenario yang dilakukan dengan
SALU menghasilkan pandangan berguna
untuk pemahaman proses perubahan LU
yang lebih baik di Jalan Semarang –
Purwodadi.
35