2. Aceh merupakan propinsi yang paling ujung
letaknya di sebelah utara pulau Sumatra.
Daerah ini dapat dikatakan seluas 55.390
km2. Batas yang paling Utara dari
NegaraIndonesia adalah salah satu pulau,
Pulau We yang termasuk daerah Aceh, yang
terletak di lintang Utara 6o. Daerah yang
luas ini dibagi dalam delapan daerah tingkat
II (Kabupaten) ialah: Aceh Besar, Pidie, Aceh
Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh
Tenggara, Aceh Barat, dan Aceh Selatan.
Sumber:
http://chairumana.blogspot.com/2012/01/
makalah-kebudayaan-aceh.html
3. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki suku dan budaya yang beraneka ragam.
Masing-masing budaya daerah saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan daerah
lain maupun kebudayaan yang berasal dari luar Indonesia. Salah satu kebudayaan tersebut
adalah kebudayaan Aceh. Sejarah dan perkembangan suku bangsa Aceh juga menarik
perhatian para antropolog seperti Snouck Hurgronje. Dilihat dari sisi kebudayaannya, Aceh
memiliki budaya yang unik dan beraneka ragam. Kebudayaan Aceh ini banyak dipengaruhi
oleh budaya-budaya melayu, karena letak Aceh yang strategis karena merupakan jalur
perdagangan maka masuklah kebudayaan Timur Tengah. Beberapa budaya yang ada sekarang
adalah hasil dari akulturasi antara budaya melayu, Timur Tengah dan Aceh sendiri.
Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang melayu dan Timur
Tengah hal ini menyebabkan wajah-wajah orang Aceh berbeda dengan orang Indonesia yang
berada di lain wilayah. Sistem kemasyarakatan suku bangsa Aceh, mata pencaharian sebagian
besar masyarakat Aceh adalah bertani namun tidak sedikit juga yang berdagang. Sistem
kekerabatan masyarakat Aceh mengenal Wali, Karong dan Kaom yang merupakan bagian dari
sistem kekerabatan.
Agama Islam adalah agama yang paling mendominasi di Aceh oleh karena itu Aceh mendapat
julukan ”Serambi Mekah”. Dari struktur masyarakat Aceh dikenal gampong, mukim, nanggroe
dan sebagainya. Tetapi pada saat-saat sekarang ini upacara ceremonial yang besar-besaran
hanya sebagai simbol sehingga inti dari upacara tersebut tidak tercapai. Pergeseran nilai
kebudayaan tersebut terjadi karena penjajahan dan fakttor lainnya.
Sumber: http://andriansaputra.multiply.com/journal/item/21/SEJARAH-KEBUDAYAAN-
ACEH?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
4. SUKU
BAHASA
SISTEM RELIGI
STRUKTUR
KEMASYARAKATAN
KESENIAN
MAKANAN KHAS
5. Provinsi Aceh memiliki 13 suku asli, yaitu:
Aceh, Gayo, Aneuk, Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai,Pak
pak, Haloban, Lekon dan Nias.
Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan hasil sebagai berikut: Aceh
(50,32%), Jawa (15,87%), Gayo (11,46%), Alas (3,89%), Singkil
(2,55%), Simeulue (2,47%), Batak (2,26%), Minangkabau (1,09%), Lain-lain
(10,09%)
Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam
budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan.
Di Provinsi Aceh terdapat empat suku utama yaitu: SUKU
SUKU ACEH SUKU GAYO SUKU ALAS
TAMIANG
Suku Aceh merupakan kelompok mayoritas yang mendiami kawasan pesisir Aceh.
Orang Aceh yang mendiami kawasan Aceh Barat dan Aceh Selatan terdapat
sedikit perbedaan kultural yang nampak nya banyak dipengaruhi oleh gaya
kebudayaan Minangkabau. Hal ini mungkin karena nenek moyang mereka yang
pernah bertugas diwilayah itu ketika berada di bawah protektorat kerajaan
Aceh tempo dulu dan mereka berasimilasi dengan penduduk disana. Suku Gayo
dan Alas merupakan suku minoritas yang mendiami dataran tinggi di kawasan
Aceh Tengah dan Aceh Tenggara Kedua suku ini juga bersifat patriakhat dan
pemeluk agama Islam yang kuat. Setiap suku tersebut memiliki kekhasan
KEMBALI
tersendiri seperti bahasa, sastra, nyanyian, arian, musik dan adat istiadat.
6. Suku Aceh adalah nama sebuah suku yang mendiami
ujung utara Sumatra. Mereka beragama Islam.
Bahasa yang dipertuturkan oleh mereka adalah
bahasa Aceh yang masih berkerabat dengan bahasa
Mon Khmer (wilayah Champa). Bahasa Aceh
merupakan bagian dari bahasa Melayu-Polinesia
barat, cabang dari keluarga bahasa Austronesia.
Suku Aceh memiliki sejarah panjang tentang
kegemilangan sebuah kerajaan Islam hingga
perjuangan atas penaklukan kolonial Hindia Belanda.
Banyak dari budaya Aceh yang menyerap budaya
Hindu India, dimana kosakata bahasa Aceh banyak
yang berbahasa Sanskerta. Suku Aceh merupakan
suku di Indonesia yang pertama memeluk agama
Islam dan mendirikan kerajaan Islam. Masyarakat
Aceh mayoritas bekerja sebagai petani, pekerja
tambang, dan nelayan.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Aceh
KEMBALI
7. SUKU GAYO adalah sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi
Gayo. Suku Gayo beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam
agamanya. Suku Gayo menggunakan bahasa yang disebut bahasa Gayo.
Masyarakat Gayo hidup dalam komuniti kecil yang disebut kampong.
Setiap kampong dikepalai oleh seorang gecik. Kumpulan beberapa
kampung disebut kemukiman, yang dipimpin oleh mukim. Sistem
pemerintahan tradisional berupa unsur kepemimpinan yang disebut
sarak opat, terdiri dari: Reje, Petue, Imem, Rayat. Pada masa sekarang
beberapa buah kemukiman merupakan bagian dari kecamatan, dengan
unsur-unsur kepemimpinan terdiri atas: gecik, wakil gecik, imem, dan
cerdik pandai yang mewakili rakyat. Sebuah kampong biasanya dihuni
oleh beberapa kelompok klen (belah). Anggota-anggota suatu belah
merasa berasal dari satu nenek moyang, masih saling mengenal, dan
mengembangkan hubungan tetap dalam berbagai upacara adat.
Kelompok kekerabatan terkecil disebut saraine (keluarga inti). Kesatuan
beberapa keluarga inti disebut sara dapur. Pada masa lalu beberapa sara
dapur tinggal bersama dalam sebuah rumah panjang, sehingga disebut
sara umah. Beberapa buah rumah panjang bergabung ke dalam satu
belah (klen). Pada masa sekarang banyak keluarga inti yang mendiami
rumah sendiri. Pada masa lalu orang Gayo terutama mengembangkan
matapencaharian bertani di sawah dan beternak, dengan adat istiadat
matapencaharian yang rumit. Selain itu ada penduduk yang
berkebun, menangkap ikan, dan meramu hasil hutan. Mereka juga
mengembangkan kerajinan membuat keramik, menganyam, dan
menenun. Kini matapencaharian yang dominan adalah
berkebun, terutama tanaman kopi. Kerajinan membuat keramik dan
anyaman pernah terancam punah, namun dengan dijadikannya daerah
ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Aceh, kerajinan keramik
mulai dikembangkan lagi. Kerajinan lain yang juga banyak mendapat
perhatian adalah kerajinan membuat sulaman kerawang dengan motif
yang khas.
KEMBALI
8. Suku Alas merupakan salah satu suku yang bermukim di
Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh (yang juga lazim
disebut Tanah Alas). Kata "alas" dalam bahasa Alas berarti
"tikar". Hal ini ada kaitannya dengan keadaan daerah itu yang
membentang datar seperti tikar di sela-sela Bukit Barisan.
Daerah Tanah Alas dilalui banyak sungai, salah satu di antaranya
adalah Lawe Alas (Sungai Alas).
Sebagian besar suku Alas tinggal di pedesaan dan hidup dari
pertanian dan peternakan. Tanah Alas merupakan lumbung padi
untuk daerah Aceh. Tapi selain itu mereka juga berkebun
karet, kopi,dan kemiri, serta mencari berbagai hasil
hutan, seperti kayu, rotan, damar dan kemenyan. Sedangkan
binatang yang mereka ternakkan adalah
kuda, kambing, kerbau, dan sapi.
Kampung atau desa orang Alas disebut kute. Suatu kute biasanya
didiami oleh satu atau beberapa klan, yang disebut merge.
Anggota satu merge berasal dari satu nenek moyang yang sama.
Pola hidup kekeluargaan mereka adalah kebersamaan dan
persatuan. Mereka menarik garis keturunan patrilineal, artinya
garis keturunan laki-laki. Mereka juga menganut adat eksogami
merge, artinya jodoh harus dicari di merge lain.
Suku Alas 100% adalah penganut agama Islam. Namun masih ada
juga yang mempercayai praktik perdukunan misalnya dalam
kegiatan pertanian. Mereka melakukan upacara-upacara dengan
latar belakang kepercayaan tertentu agar pertanian mereka
mendatangkan hasil baik atau terhindar dari hama. KEMBALI
9. Penduduk utama kabupaten Aceh Tamiang adalah suku Melayu
atau lebih sering disebut Melayu Tamiang. Mereka mempunyai
kesamaan dialek dan bahasa dengan masyarakat Melayu yang
tinggal di kabupaten Langkat, Sumatera Utara serta berbeda
dengan masyarakat Aceh. Meski demikian mereka telah sekian
abad menjadi bagian dari Aceh. Dari segi kebudayaan, mereka
juga sama dengan masyarakat Melayu pesisir timur Sumatera
lainnya. Suku ini berdiam di bagian tenggara dari Kab. Aceh
Timur dan tersebar dibeberapa kecamatan seperti Kuala
Simpang, Bendahara, Karangbaru, Seuruway, Kejuruanmuda
dan Kec. Tamiang Hulu. Di daerah ini banyak diketemukan
benda-benda prasejarah. Bahasa mereka adalah bahasa
Tamiang. Saat ini suku Tamiang hidup berbaur dengan suku lain
seperti: Aceh, Batak, Jawa, Minangkabau, dan Cina. Mata
pencaharian utama adalah bercocok tanam padi di sawah atau
diladang. Menurut informasi yang ada pada kami belum ada
orang percaya dari suku ini.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Tamiang
KEMBALI
10. Bahasa yang digunakan orang Aceh Bahasa Gayo
termasuk dalam rumpun bahasa Bahasa ini diyakini sebagai suatu
Austronesia yang terdiri dari beberapa bahasa yang erat kaitannya dengan
dialek, antara lain dialek Pidie, Aceh bahasa Melayu kuno, meskipun kini
Besar, Meulaboh, serta Matang. cukup banyak kosakata bahasa Gayo
yang telah bercampur dengan bahasa
Bahasa Tamiang
Aceh. Bahasa Gayo merupakan
Bahasa Tamiang (dalam bahasa
bahasa ibu bagi masyarakat Aceh
Bahasa Aceh Aceh disebut bahasa Teumieng)
yang mendiami kabupaten Aceh
Diantara bahasa-bahasa daerah merupakan variant atau dialek
Tengah, sebagian kecil wilayah Aceh
yang terdapat di provinsi bahasa Melayu yang digunakan oleh
Tenggara, dan wilayah Lokop di
NAD, bahasa Aceh merupakan masyarakat kabupaten Aceh
kabupaten Aceh Timur. Bagi
bahasa daerah terbesar dan yang Tamiang (dulu wilayah kabupaten
kebanyakan orang di luar masyarakat
paling banyak penuturnya, yakni Aceh Timur), kecuali di kecamatan
Gayo, bahasa ini mengingatkan
sekitar 70 % dari total penduduk Manyak Payed (yang merupakan
mereka akan alunan-alunan merdu
provinsi NAD. Penutur bahasa Aceh wilayah bahasa Aceh) dan kota
dari syair-syair kesenian didong.
tersebar di wilayah pantai Timur Kuala Simpang (wilayah bahasa
dan Barat provinsi NAD. Penutur Bahasa Alas campuran, yakni bahasa
asli bahasa Aceh adalah mereka Bahasa ini kedengarannya lebih Indonesia, bahasa Aceh dan bahasa
yang mendiami kabupaten Aceh mirip dengan bahasa yang Tamiang). Hingga kini cita rasa
Besar, kota Banda Aceh, kabupaten digunakan oleh masyarakat etnis Melayu masih terasa sangat kental
Pidie, kabupaten Aceh Karo di Sumatera Utara. dalam bahasa Tamiang.
Jeumpa, kabupaten Aceh Masyarakat yang mendiami
Utara, kabupaten Aceh kabupaten Aceh Tenggara, di
Timur, kabupaten Aceh Barat dan sepanjang wilayah kaki gunung
kota Sabang. Penutur bahasa Aceh Leuser, dan penduduk di sekitar
juga terdapat di beberapa wilayah hulu sungai Singkil di kabupaten
dalam kabupaten Aceh Singkil, merupakan masyarakat
Selatan, terutama di wilayah Kuala penutur asli dari bahasa Alas.
Batee, Blang Penduduk kabupaten Aceh
Pidie, Manggeng, Sawang, Tangan- Tenggara yang menggunakan
tangan, Meukek, Trumon dan bahasa ini adalah mereka yang
Bakongan. Bahkan di kabupaten Sumber:
berdomisili di lima
Aceh Tengah, Aceh Tenggara dan kecamatan, yaitu kecamatan
http://hanumskamyta.blogspot.com/2011/
Simeulue, kita dapati juga Lawe Sigala-Gala, Lawe 05/kebudayaan-aceh.html
sebahagian kecil masyarakatnya Alas, Bambel, Babussalam, dan
11. Bahasa Aneuk Jamee Bahasa Kluet
Bahasa ini sering juga disebut (terutama Bahasa Kluet merupakan bahasa ibu bagi masyarakat
oleh penutur bahasa Aceh) dengan bahasa yang mendiami daerah kecamatan Kluet Utara dan
Jamee atau bahasa Baiko. Di Kabupaten Kluet Selatan di kabupaten Aceh Selatan. Informasi
Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya bahasa tentang bahasa Kluet, terutama kajian-kajian yang
ini merupakan bahasa ibu bagi penduduk bersifat akademik, masih sangat terbatas. Masyarakat
yang mendiami wilayah-wilayah kantung Aceh secara luas, terkecuali penutur bahasa Kluet
suku Aneuk Jamee. Di Kabupaten Aceh Barat sendiri, tidak banyak mengetahui tentang seluk-beluk
Daya bahasa ini terutama dituturkan di bahasa ini. Barangkali masyarakat penutur bahasa
Susoh, sebagian Blang Pidie dan Manggeng. Kluet dapat mengambil semangat dari PKA-4 ini
Kabupaten Aceh Selatan merupakan daerah untuk mulai menuliskan sesuatu dalam bahasa daerah
yang paling banyak dituturkan sebagai lingua Kluet, sehingga suatu saat nanti masyarakat dapat
franca, antara lain Labuhan dengan mudah mendapatkan buku-buku dalam
Haji, Samadua, Tapaktuan, dan Kluet bahasa Kluet baik dalam bentuk buku pelajaran
Selatan. Di luar wilayah Aceh Selatan dan bahasa, cerita-cerita pendek, dan bahkan puisi.
Aceh Barat Daya, bahasa ini juga digunakan
oleh kelompok-kelompok kecil masyarakat
Bahasa Singkil
di kabupaten Singkil dan Aceh Seperti halnya bahasa Kluet, informasi tentang bahasa Singkil,
Barat, khususnya di kecamatan Meureubo terutama sekali dalam bentuk penerbitan, masih sangat terbatas.
(Desa Peunaga Rayek, Ranto Bahasa ini merupakan bahasa ibu bagi sebagian masyarakat di
Panyang, Meureubo, Pasi Meugat, dan kabupaten Singkil. Dikatakan sebahagian karena kita dapati ada
Gunong Kleng), serta di kecamatan Johan sebagian lain masyarakat di kabupaten Singkil yang menggunakan
Pahlawan (khususnya di desa Padang bahasa Aceh, bahasa Aneuk Jamee, ada yang menggunakan
Seurahet). Bahasa Aneuk Jamee adalah bahasa Minang, dan ada juga yang menggunakan bahasa Dairi
bahasa yang lahir dari asimilasi bahasa (atau disebut juga bahasa Pakpak) khususnya di kalangan
sekelompok masyarakat Minang yang datang pedagang dan pelaku bisnis di wilayah Subulussalam. Selain itu
ke wilayah pantai barat-selatan Aceh masyarakat Singkil yang mendiami Kepulauan Banyak, mereka
dengan bahasa daerah masyarakat menggunakan bahasa Haloban. Jadi sekurang-kurangnya ada enam
tempatan, yakni bahasa Aceh. Sebutan bahasa daerah yang digunakan sebagai bahasa komunisasi sehari-
Aneuk Jamee (yang secara harfiah bermakna hari diantara sesama anggota masyarakat Singkil selain bahasa
‘anak tamu’, atau ‘bangsa pendatang’) yang Indonesia. Dari sudut pandang ilmu linguistik, masyarakat Singkil
dinisbahkan pada suku/bahasa ini adalah adalah satu-satunya kelompok masyarakat di provinsi NAD yang
refleksi dari sikap keterbukaan dan budaya paling pluralistik dalam hal penggunaan bahasa.
memuliakan tamu masyarakat aceh KEMBALI
setempat. Bahasa ini dapat disebut sebagai
variant dari bahasa Minang.
12. Suku Aceh adalah pemeluk agama islam dan mereka tidak mengenal dewa-dewa. Kepercayaan
agama lainnya hanya berkembang di kalangan para pedagang.Aceh termasuk salah satu daerah
yang paling awal menerima agama Islam. Oleh sebab itu propinsi ini dikenal dengan sebutan
"Serambi Mekah", maksudnya "pintugerbang" yang paling dekat antara Indonesia dengan tempat
dari mana agamatersebut berasal. Meskipun demikian kebudayaan asli suku Aceh tidak hilang
begitusaja, sebaliknya beberapa unsur kebudayaan setempat mendapat pengaruh dan berbaur
dengan kebudayaan Islam. Dengan demikian kebudayaan hasil akulturasitersebut melahirkan corak
kebudayaan Islam-Aceh yang khas.Simbol yang digunakan pada suku aceh adalah rencong, karena
gagangnyayang melelekuk kemudian menebal pada bagian sikunya merupakan huruf
hijaiyah”BA”, gagang tempat genggaman berbentuk huruf hijaiyah ”SIN”, bentuk lancipyang
menurun kebawah pada pangkal besi dekat gagangnya merupakan huruf hijaiyah ”MIM”, lajur besi
dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakanhuruf hijaiyah ”LAM”, dan ujung yang
runcing sebelah atas mendatar dan bagian bawah yang sedikit melekuk ke atas merupakan huruf
hijaiyah ”HA”. Dengandemikian rangkaian dari huruf tersebut mewujudkan kalimat ”BISMILLAH”.
Ini berkaitan dengan jiwa kepahlawanan dalam bentuk senjata perang untuk mempertahankan
agama Islam dari penjajahan orang yang anti Islam.Mitos yang terdapat di dalam suku aceh adalah
memelihara burung hantu.Karena orang-orang suku aceh meyakini bahwa jika salah satu diantara
merekamemelihara burung hantu, berarti orang tersebut sedang menyekutukan Allah
SWT.Sebab, suara kukukan burung hantu adalah pertanda untuk memanggil makhluk-makhluk
gaib.Di dalam suku aceh terdapat beberapa ritual agama, yaitu intat bupada saatibu sedang
hamil,peutron aneuk pada saat bayi sudah lahir, dan peusijuek. Masyarakat suku aceh sangat
mempercayai dan meyakini akan ajaran agama Islam. Mereka memegang teguh keyakinan
tersebut. Di samping itu, mereka sangat menghormati dan menghargai para Ulama sebagai pewaris
para Nabi. Sehingga ketundukan ulama melebihi ketundukan pada para raja.
Sumber: http://www.scribd.com/doc/29103190/Paper-Aceh
KEMBALI
13. Gampong: Kesatuan masyarakat hukum yang merupakan organisasi pemerintahan
terendah langsung di bawah mukim yang menempati wilayah tertentu, dipimpin oleh
Keuchik dan yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri.
Keuchik adalah Kepala Badan Eksekutif Gampong dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Gampong (Qanun, No.5 Tahun 2003)
Mukim: kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang
terdiri atas gabungan beberapa Gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu
dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah Camat yang dipimpin
oleh Imeum Mukim. Imeum Mukim adalah Kepala Pemerintahan Mukim (Qanun No.4
Tahun 2003)
Nanggroë merupakan suatu sistem pemerintahan setingkat kabupaten Sagoë yang
dalam bahasa Melayu disebut Sagi, setingkat dengan provinsi
KEMBALI
15. Seni tari tradisional aceh dapat disajikan sebagai sebuah paket
wisata dengan tersedianya tenaga kreatif yang benar-benar
TARI SAMAN memahami dan menggemari kesenian Aceh yang ada didamping itu
juga didukung oleh pemain-pemain seni tari yang penuh didikasi
mau belajar dengan sungguh-sungguh untuk keperluan penyajian
paket wisata budaya.
Seni budaya yang dimiliki menjadi paket-paket yang sangat menarik
TARI SEUDATI karena memperlihatkan ke khasannya tersendiri,proses
pengolahannya menuntut kemampuan estetika dan pandangan
kedepan yang sesuai dengan landasan ideal masyarakat dan tidak
meyimpang dari ciri-ciri kepribadian masyarakat aceh.yang islami
dan tidak menyimpan dari spirit keislaman dan ini terlihat jelas
dalam berbagai tarian, baik sedati saman,debus,ranup lampuan dan
TARI TAREK PUKAT taraian tradisional lainnya.
TARI RAPAI GELENG
KEMBALI
16. Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan
untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian
Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian
ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam
beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan
oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari
Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda
Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan
Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011
Makna dan Fungsi
Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah).
Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan,
kekompakan dan kebersamaan. Sebelum saman dimulai yaitu sebagai
mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka
adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang
berguna kepada para pemain dan penonton. Lagu dan syair pengungkapannya
secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-
muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga
dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan (dua
grup). Penilaian ditititk beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam
mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.
Penari
Pada umumnya,Tarian saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki,
tetapi jumlahnya harus ganjil.Pendapat Lain mengatakan Tarian ini ditarikan
kurang lebih dari 10 orang,dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi
aba-aba sambil bernyanyi.Namun, dalam perkembangan di era modern yang
menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan
oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk mengatur berbagai
gerakannya ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut syeikh. Selain mengatur
gerakan para penari,Syeikh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu saman.
yaitu ganit.
KEMBALI
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Saman
17. Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari provinsi
Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti
saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain
Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah.
Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari
Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan
semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan
penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang pada
zaman penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini
diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional
Indonesia.
Seni Seudati adalah jenis kesenian yang diciptakan setelah
berdiri masyarakat islam Aceh yang berfungsi sebagai
dakwah dan hiburan. Seudati juga bernama Saman yang
berasal kata dari bahasa Arab yang berarti delapan.
Dinamakan saman karena para pemainnya terdiri dari
delapan orang yaitu Syekh dan para pembantunya
berpakaian seragam, yaitu celana pantalon hitam atau
putih, baju kaos putih berlengan panjang, di kepala para
penari memakai tangkulo
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Seudati
http://rapaisamann.blogspot.com/2012/04/macam- KEMBALI
macam-tarian-aceh.html
18. Tari Tarek Pukat berarti sebuah aktivitas laut
yang dilakukan secara bersama-sama atau
bergotong royong dalam melaksanakan suatu
pekerjaan. Tari ini menggambarkan masyarakat
nelayan tradisional dalam mengerjakan usaha
nelayannya. Tari ini juga menceritakan tentang
aktivitas masyarakat pesisir dalam menjalani
keseharian sebagai nelayan dalam usaha mencari
rezeki. Di dalamnya terasa sangat kental dengan
nilai kekompakan, semangat dan kebersamaan.
Sumber: http://house-
ofinspiration.blogspot.com/2011/12/tari-
peyasan-melaot.html
KEMBALI
19. Rapa'i adalah salah satu alat tabuh seni dari Aceh. Rapa'i terbagi kepada
beberapa jenis permainan, rapai geleng salah satunya. Rapai Geleng
dikembangkan oleh seorang anonim di Aceh Selatan. Permainan Rapa'i
Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap
keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan
dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi
masyarakat dalam syair (lagu-lagu) yang dinyanyikan, kostum dan gerak
dasar dari unsur tari Meuseukat
Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada
masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam
masyarakat sosial. Rapa'i geleng pertama kali dikembangkan pada tahun
1965 di Aceh Selatan. Saat itu tarian Rapa'i Geleng dibawakan pada saat
mengisi kekosongan waktu santri yang jenuh usai belajar. Lalu, tarian ini
dijadikan sarana dakwah karena dapat membuat daya tarik penonton yang
sangat banyak.
Jenis tarian ini dimaksudkan untuk laki-laki. Biasanya yang memainkan
tarian ini ada 12 orang laki-laki yang sudah terlatih. Syair yang dibawakan
adalah sosialisasi kepada mayarakat tentang bagaimana hidup
bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung tinggi.
Pada dasarnya, ritme gerak pada tarian rapai geleng hanya terdiri dalam
empat tingkatan; lambat, cepat, sangat cepat dan diam. Keempat
tingkatan gerak tersebut merupakan miniatur karakteristik masyarakat
yang mendiami posisi paling ujung pulau Sumatera, berisikan pesan-pesan
pola perlawanan terhadap segala bentuk penyerangan pada eksistensi
kehidupan Agama, politik, sosial dan budaya mereka.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Rapa%27i_Geleng
KEMBALI
20. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam atau yang lebih dikenal dengan
Serambi Mekah mempunyai kekayaan budaya yang banyak dipengaruhi
oleh agama Islam. Provinsi yang pusat pemerintahannya berada di Banda
Aceh ini telah melahirkan beberapa Pahlawan Nasional yang jasa dan
namanya masih terus dikenang hingga saat ini, seperti : Cut Nyak
Dhien, Cik Ditiro, Cut Nyak Meutia, dll. Penting bagi kita untuk
mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan Provisni Nanggroe
Aceh Darussalam ini termasuk baju adat daerahnya. Berikut ini akan
dijelaskan Baju adat daerah Aceh
BAJU ADAT TRADISIONAL PRIA ACEH :
Pria memakai BAJE MEUKASAH atau baju jas leher tertutup. Ada sulaman
keemasan menghiasi krah baju.
Jas ini dilengkapi celana panjang yang disebut CEKAK MUSANG.
Kain sarung (IJA LAMGUGAP) dilipat di pinggang berkesan gagah. Kain
sarung ini terbuat dari sutra yang disongket.
Sebilah rencong atau SIWAH berkepala emas / perak dan berhiaskan
permata diselipkan di ikat pinggang.
Bagian kepala ditutupi kopiah yang populer disebut MAKUTUP.
Tutup kepala ini dililit oleh TANGKULOK atau TOMPOK dari emas.
TANGKULOK ini terbuat dari kain tenunan. TOMPOK ialah hiasan bintang
persegi 8, bertingkat, dan terbuat dari logam mulia
BAJU ADAT WANITA ACEH :
Wanita mengenakan baju kurung berlengan panjang hingga sepinggul. Krah
bajunya sangat unik menyerupai krah baju khas china.
Celana cekak musang dan sarung (IJA PINGGANG) bercorak yang dilipat
sampai lutut. Corak pada sarung ini bersulam emas.
Perhiasan yang dipakai : kalung disebut KULA. Ada pula hiasan lain seperti
: Gelang tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (PENDING)
berwarna emas.
Bagian rembut ditarik ke atas membentuk sanggul kecil dengan hiasan
kecil bercorak bunga KEMBALI
Sumber: http://carapedia.com/baju_adat_aceh_info247.html
21. Rumah adat Aceh sangat besar sekali. Rumah ini berbentuk
panggung, artinya rumah adat Aceh tidak berdiri lansung diatas
tanah, tapi diatas tiang-tiang penyangga. Begitu kuatnya rumah adat
Aceh ini bisa mencapai usia 200 tahun lebih.
Rumah Aceh secara garis besar terdiri dari 3 macam yaitu :
KEMBALI
1. Ruang depan yang disebut Seuramo reungeun karena disini 3. Ruang belakang disebut Seuramo likot
terdapat bungeun atau tangga. Ruangan ini tidak berkamar-kamar lantainya sama tinggi dengan seuramo
dan pintu masuk biasanya terdapat di ujung lantai di sebelah kanan. rengeun, dan ruangan ini pun tak berbilik.
Tapi ada pula yang membuat pintu menghadap ke halaman, dan Fungsi ruangan ini sebagian dipergunakan
tangganya di pinggir lantai. Dalam kehidupan sehari-hari ruangan ini untuk dapur dan tempat makan,dan
berfungsi untuk menerima tamu, tempat tidur-tiduran anak laki- biasanya terletak di bagian Timur ruangan.
laki/dan tempat anak-anak belajar mengaji. Pada saat-saat tertentu Selain itu juga dipergunakan untuk
misalnya pada waktu ada upacara perkawinan atau upacara berbincang-bincang para wanita serta
kenduri, maka ruangan ini dipergunakan untuk makan bersama. melakukan kegiatan sehari-hari seperti
2. Ruang tengah yang disebut rumah inong, lantainya lebih tinggi dan menenun, menyulam dan sebagainya.
ruangan ini dianggap suci dan sifatnya sangat pribadi.Di ruangan ini
terdapat dua buah bilik atau kamar tidur yang terletak di kanan kiri Tiang-tiang penyangga yang menompang
dan biasanya menghadap Utara atau Selatan dengan pintu rumah terbaut dari kayu-kayu pilihan yang
menghadap ke belakang. Kamar tersebut disebut rumah inong dan kuat. Dindingnya terbuat dari papan yang
anjong, di tengahnya terdapat gang yang disebut rambut. Fungsi keras dan diukirdengan ukiran khas Aceh.
rumah inong adalah untuk tidur kepala keluarga, dan anjong untuk Atap rumah terbuat dari rumbia. Hampir
tempat tidur anak gadis. Bila anak perempuannya kawin, maka dia sama dari semua rumah adat, rumah adat
akan menempati rumah inong sedang orang tuanya pindah ke Aceh ini semua terbuat dari alam, tidak
anjong.Bila anak permpuannya yang kawin dua orang, orang tua akan menggunakan paku, tapi menggunakan
pindah ke serambi atau seuramo likot, selama belum dapat membuat pasak dan ikatan rotan.
rumah baru atau menambah/memperlebar rumahnya. Disaat ada
perkawinan, mempelai dipersandingkan di rumah inong, begitu pula
bila ada kematian rumah inong di pergunakan sebagai tempat untuk
memandikan mayat.
Sumber: http://carapedia.com/rumah_adat_aceh_info1847.html
22. KEMBALI
Rencong adalah senjata tradisional Aceh, bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat lebih
dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger
atau belati (bukan pisau ataupun pedang).
Selain rencong, bangsa Aceh juga memiliki beberapa senjata khas lainnya, seperti Sikin Panjang,
Perisai Awe, PerisakiTeumaga, siwah, geuliwang dan peudeueng.
Sikin Panyang adalah pedang yang berasal dari Sumatera Indonesia. Sikin Panyang adalah senjata
pertempuran paling populer di yang digunakan penduduk Sumatera bagian Utara. Pada tahun-
tahun awal Perang Aceh melawan Belanda (1873-1900) banyak Sikin Panyang dibuat, terutama
sebelum tahun 1879 ketika belum ada perlucutan senjata penduduk. Penyebaran Sikin Panyang
terbatas di Aceh dan Gayo (dengan nama lain luju naru), tetapi juga di Alas (dengan nama
andar).
Perisai Awe atau Peurise Awe adalah perisai yang berasal dari Aceh Indonesia. Perisai ini adalah
perisai yang digunakan oleh pasukan aceh waktu berperang melawan belanda dalam perang aceh.
Perisai Teumaga atau Peurise Teumaga adalah perisai yang berasal dari aceh Indonesia. Sama
seperti Perisai Awe, Perisai Teumaga adalah perisai yang juga digunakan prajurit aceh saat perang
melawan Belanda dalam perang aceh pada abad ke 19. Perisai ini lebih kuat daripada perisai awe
karena perisai teumaga dibuat dari bahan logam.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Aceh#Senjata_tradisional
Perisai rencong Sikin panyang
Perisai awe
teumaga
23. Keumamah adalah masakan khas Aceh yang dibuat dari bahan baku ikan. Ikan yang
digunakan biasanya adalah ikan tongkol yang dikeringka dengan cara dijemur, lalu
direbus dan kemudian disalai. Ikan kering ini diiris tipis - tipis dan dimasak dengan
kentang dalam kuah kari yang kental. Orang luar Aceh sering menyebutnya ikan kayu.
Bumbu-bumbu lain yang digunakan antara lain asam sunti, salam koja, cabai rawit dan
cabai hijau.
Kuwah Pli'u adalah makanan khas Aceh yang berbahan dasar ampas dari sisa perasan
minyak kelapa tua. Bahan utama makanan ini adalah bungkil kelapa yang diparut yang
bertujuan untuk membuang minyaknya. Setelah itu bahan makanan ini ditambahkan
dengan daun dan buah melinjo serta chu (sejenis siput yang hidup di sungai). Dalam
praktiknya, masyarakat Aceh juga menambahkan sayuran lain untuk masakan ini
seperti kacang panjang, pepaya muda dan nangka muda. Selain itu untuk menguatkan
rasa, Asam sunti (belimbing wuluh yang dikeringkan setelah dikukus bersama garam)
ditambahkan pula sebagai bumbu khasnya.
Mie Aceh adalah masakan mie pedas khas Aceh di Indonesia. Mie kuning tebal dengan
irisan daging sapi, daging kambing atau makanan laut (udang dan cumi) disajikan
dalam sup sejenis kari yang gurih dan pedas. Mie Aceh tersedia dalam dua jenis, Mie
Aceh Goreng (digoreng dan kering) dan Mie Aceh Kuah (sup). Biasanya ditaburi bawang
goreng dan disajikan bersama emping, potongan bawang merah, mentimun, dan jeruk
nipis.
Gulee Itek adalah gulai bebek khas dari Aceh. Gulai ini berbahan dasar bebek kampung
yang diolah sedemikian rupa sehingga empuk dengan racikan bumbu khas aceh yang
rumit dan komplit sehingga menghasilkan cita rasa yang berbeda. Gulai bebek yang
terkenal di kalangan masyarakat aceh adalah gulai bebek buatan daerah Bireuen
karena bumbunya yang sangat kental dihasilkan dari perasan santan kental.
Timphan adalah sejenis penganan kecil yang aslinya berasal dari Aceh. Bahan untuk KLIK UNTUK
membuat timpan terdiri dari tepung, pisang, dan santan. Pisang yang dipakai adalah
pisang wak. Semua bahan ini kemudian diaduk-aduk sampai kenyal. Lalu dibuat LIHAT
memanjang dan di dalamnya diisi dengan srikaya atau kelapa parut yang dicampur GAMBAR
dengan gula. Kemudian adonan ini dibungkus dengan daun pisang dan dikukus (rebus
tanpa direndam air) selama 1 jam.