SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 3
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Perubahan Makna Tanah yang Melampaui Batas
Oleh: Suhadi Rembangi
Masyarakat Rembang saat ini telah mengalami
perubahan dalam memaknai tanah. Jika dahulu
tanah memiliki nilai tawar lebih rendah dibanding
manusia dan kerja. Namun sekarang tidak, tanah
mampu melakukan lompatan besar-besaran dalam
nilai tawar.
Tanah Rembang, khususnya tanah pegunungan
yang memuat kandungan trass (dll) sebagai bahan
baku semen (dll), saat ini menjadi idola investor.
Padahal sebelumnya, tanah gunung tidak banyak yang melirik. Gunung hanya
difungsikan untuk areal pertanian, lumbung pakan ternak, ketahanan air serta
oksigen sebagai sumber hidup, dan sedikit sebagai wahana rekreasi.
Lompatan cara pandang tentang makna tanah yang cenderung kuat dalam aras
feodalistik ini, berlahan ber-aroma khas kapitalistik. Lompatan cara pandang ini
beriringan dengan lahirnya “Orang Kaya Baru” di Rembang yang memiliki tanah
gunung trass. Mereka yang terbukti memiliki surat sppt tanah gunung,
dilegalkan menjual kepada perusahaan semen. Dalam sekejab, beberapa pemilik
tanah gunung meraup rupiah yang melampau batas.
Secara hak dan kewajiban, tampak terdapat ketidak-adilan dalam masyarakat
Rembang. Hal ini dapat dilihat pemilik tanah gunung yang memiliki tagihan wajib
pajak yang tertera pada sppt lebih rendah, malah memiliki hak jual tanah lebih
tinggi. Sedangkan tanah non-gunung yang memiliki nilai sppt wajib pajak tinggi,
tidak pernah mampu mengejar nilai tawar tanah gunung.
Beda besaran wajib pajak ini, mungkin tanah gunung lebih difokuskan fungsi
dalam hal areal pertanian, lumbung pakan ternak, dan ketahanan air serta
oksigen sebagai sumber hidup. Bukan sebaliknya, tanah gunung yang memiliki
nilai komoditi tanpa batas. Tampaknya terdapat etika salah dalam hal ini.
Fenomena perubahan makna tanah gunung di atas, tentu saja melanggar
keadilan akan kemakmuran sosial masyarakat Rembang. Bagaimana tidak, sama-
sama memiliki sepetak tanah (misal yang satu memiliki tanah gunung dan yang
satu memiliki tanah sawah bukan gunung), dengan harga beli pada awalnya yang
relatif sama, namun memiliki perbedaan yang terlampau batas dalam peralihan
hak kepemilikannya (jual).
Dalam perspektif keadilan kemakmuran sosial, fenomena di atas jelas-jelas tidak
adil sekaligus tidak rasional. Bagaimana tidak, mereka pemilik sppt tanah gunung
yang tidak melakukan kegiatan produksi di atas tanah gunung, meraup uang
terlampau batas. Sedangkan yang melakukan kegiatan produksi di atas tanah
(misal sawah), harus membayar biaya produksi tinggi untuk melawan biaya bibit,
obat kendali hama, hingga permainan harga komoditi panen.
Tanah merupakan aset utama pembangunan. Selayaknya tanah tidak dijadikan
sebagai komoditi. Jika tanah dijadikan komoditi, tentu saja tatanan sosial (desa)
tidak akan mendiri. Desa (tanah) akan terkooptasi dengan ukuran materi
(kapitalis). Terlebih nilai tukar tanah gunung yang mempengaruhi naiknya nilai
tawar harga tanah non-gunung, yang terjadi adalah merendahkan harkat dan
martabat manusia beserta nilai suatu kerja. Dan ketika masyarakat (lokal) tidak
mampu bertransaksi dengan tanah di sekitarnya, yang terjadi adalah menjadi kuli
di negeri sendiri. Bukankah hal demikian adalah rencana yang tidak mungkin kita
harapkankah? Namun kenapa terjadi?
Lantas bagaimana menyikapi perubahan makna tanah gunung yang terlampau
batas ini? Bagaimana perlakukan suatu tanah yang nilai tukarnya terlanjur
terlampau batas? Dan bagaimana memperlakukan tanah yang nilai tukarnya
belum atau sedang berproses melampau batas?
Kembalikan nilai-nilai kearifan sosial pada tanah menjadi penting, baik secara
etika sosial maupun etika lingkungan hidup. Menandaskan etika sosial adalah
memaknai tanah sebagai faktor produksi saja, bukan sebagai objek perniagaan.
Selanjutnya menandaskan etika lingkungan hidup adalah memaknai tanah untuk
sumber hidup dengan tersedianya air dan oksigen.
Lantas bagaimana yang sudah terlanjur? Jika tanah gunung tersebut sudah
terlanjur di jual dengan harga terlampau batas, maka kelebihan harga yang
terlampau batas itu harus dikembalikan kepada hak komunal. Secara teknis, hak
komunal ini, pengelolaannya dapat diwakilkan oleh lembaga sosial formal.
Apakah mereka yang telah mendapatkan uang terlampau batas itu dapat
menerima, jika uangnya harus diminta oleh pihak komunalitas? Jika mereka tidak
mau memberikan uang yang terlampau batas itu, maka mereka harus
berkewajiban membayar biaya sosial (pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik,
seni, informasi, teknologi, dll) yang terlampau batas pula. Termasuk terancamnya
ketahanan air dan oksigen untuk sumber kehidupan masyarakat Rembang
selayaknya harus dibayar oleh mereka.
Lantas bagaimana mereka yang belum terlanjur dan masih proses? Jika pemilik
sppt tanah gunung belum terlanjur dan masih proses dalam transaksinya, pilihan
terbaik adalah mengembalikan fungsi tanah sebagai aset utama produksi.
Masyarakat Rembang belum siap melompat sebagai masyarakat industri.
Memfungsikan tanah (gunung) untuk pertanian, lumbung pakan ternak, dan
ketahanan air serta oksigen sebagai sumber hidup, dan wahana rekreasi, tentu
akan lebih menghargai martabat manusia dan kerja masyarakat Rembang dalam
rangka mewujudkan keadilan dalam kemakmuran sosial masyarakat Rembang.
Melanjutkan tradisi agung sebagai masyarakat bahari dan masyarakat hutan,
masyarakat Rembang lebih siap, dibanding melakukan lompatan yang melampau
batas dalam hal harga tanah.
Rembang, 16 Juli 2013.
i
Penulis adalah pegiat tradisi agung masyarakat bahari dan hutan Rembang

Weitere ähnliche Inhalte

Andere mochten auch

Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial
Konstruksi Gender Dalam Realitas SosialKonstruksi Gender Dalam Realitas Sosial
Konstruksi Gender Dalam Realitas SosialSuhadi Rembang
 
Politik Etis Gagal Total
Politik Etis Gagal TotalPolitik Etis Gagal Total
Politik Etis Gagal TotalSuhadi Rembang
 
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012Suhadi Rembang
 
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRO
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPROSOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRO
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRONabighah Imanellya
 
Pertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund FreudPertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund FreudVivia Maya Rafica
 
Soal pemantapan ujian semester genap asli
Soal pemantapan ujian semester genap   asliSoal pemantapan ujian semester genap   asli
Soal pemantapan ujian semester genap asliSuhadi Rembang
 
Kekuasaan,Wewenang, dan Pengaruh
Kekuasaan,Wewenang, dan PengaruhKekuasaan,Wewenang, dan Pengaruh
Kekuasaan,Wewenang, dan PengaruhWisnu Pamungkas
 
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012Suhadi Rembang
 
Latihan Soal UN Antropologi
Latihan Soal UN AntropologiLatihan Soal UN Antropologi
Latihan Soal UN Antropologineunfaradilla
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaCatur Prasetyo
 
Perilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya IPS SMP
Perilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya IPS SMPPerilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya IPS SMP
Perilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya IPS SMPlestaridiana28
 
Sosialisasi dan Kepribadian
Sosialisasi  dan KepribadianSosialisasi  dan Kepribadian
Sosialisasi dan KepribadianLilly
 
Membangun beranda depan indonesia
Membangun beranda depan indonesiaMembangun beranda depan indonesia
Membangun beranda depan indonesiaSuhadi Rembang
 

Andere mochten auch (15)

Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial
Konstruksi Gender Dalam Realitas SosialKonstruksi Gender Dalam Realitas Sosial
Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial
 
Politik Etis Gagal Total
Politik Etis Gagal TotalPolitik Etis Gagal Total
Politik Etis Gagal Total
 
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRO
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPROSOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRO
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRO
 
SOSIALISASI
SOSIALISASISOSIALISASI
SOSIALISASI
 
Pertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund FreudPertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund Freud
 
Soal pemantapan ujian semester genap asli
Soal pemantapan ujian semester genap   asliSoal pemantapan ujian semester genap   asli
Soal pemantapan ujian semester genap asli
 
Kekuasaan,Wewenang, dan Pengaruh
Kekuasaan,Wewenang, dan PengaruhKekuasaan,Wewenang, dan Pengaruh
Kekuasaan,Wewenang, dan Pengaruh
 
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012
 
Latihan Soal UN Antropologi
Latihan Soal UN AntropologiLatihan Soal UN Antropologi
Latihan Soal UN Antropologi
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya
 
Perilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya IPS SMP
Perilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya IPS SMPPerilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya IPS SMP
Perilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya IPS SMP
 
Sosialisasi dan Kepribadian
Sosialisasi  dan KepribadianSosialisasi  dan Kepribadian
Sosialisasi dan Kepribadian
 
Membangun beranda depan indonesia
Membangun beranda depan indonesiaMembangun beranda depan indonesia
Membangun beranda depan indonesia
 

Mehr von Suhadi Rembang

Pawon Batik Ramah Lingkungan
Pawon Batik Ramah Lingkungan Pawon Batik Ramah Lingkungan
Pawon Batik Ramah Lingkungan Suhadi Rembang
 
Instrumen Penelitian Rempah Rempah
Instrumen Penelitian Rempah Rempah Instrumen Penelitian Rempah Rempah
Instrumen Penelitian Rempah Rempah Suhadi Rembang
 
Membaca Kebenaran Dalam Video Dokumenter
Membaca Kebenaran Dalam Video DokumenterMembaca Kebenaran Dalam Video Dokumenter
Membaca Kebenaran Dalam Video DokumenterSuhadi Rembang
 
Membaca kebenaran dalam video dokumenter
Membaca kebenaran dalam video dokumenterMembaca kebenaran dalam video dokumenter
Membaca kebenaran dalam video dokumenterSuhadi Rembang
 
Seragam keamanan sekolah
Seragam keamanan sekolahSeragam keamanan sekolah
Seragam keamanan sekolahSuhadi Rembang
 
Ucapan terimasih kepada donasi buku dina
Ucapan terimasih kepada donasi buku   dinaUcapan terimasih kepada donasi buku   dina
Ucapan terimasih kepada donasi buku dinaSuhadi Rembang
 
Pantai caruban rembang
Pantai caruban rembangPantai caruban rembang
Pantai caruban rembangSuhadi Rembang
 
Majalah bangkit rembang
Majalah bangkit rembangMajalah bangkit rembang
Majalah bangkit rembangSuhadi Rembang
 
Galangan kapal sarang rembang
Galangan kapal sarang rembangGalangan kapal sarang rembang
Galangan kapal sarang rembangSuhadi Rembang
 
Batik tulis lasem rembang
Batik tulis lasem rembangBatik tulis lasem rembang
Batik tulis lasem rembangSuhadi Rembang
 
Perajin kepang sarang rembang
Perajin kepang sarang rembangPerajin kepang sarang rembang
Perajin kepang sarang rembangSuhadi Rembang
 
Sinematografi sma pamotan 2012
Sinematografi sma pamotan 2012Sinematografi sma pamotan 2012
Sinematografi sma pamotan 2012Suhadi Rembang
 
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru maluku
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru malukuKemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru maluku
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru malukuSuhadi Rembang
 
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Suhadi Rembang
 
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Suhadi Rembang
 
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012 Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012 Suhadi Rembang
 
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012Suhadi Rembang
 

Mehr von Suhadi Rembang (18)

Pawon Batik Ramah Lingkungan
Pawon Batik Ramah Lingkungan Pawon Batik Ramah Lingkungan
Pawon Batik Ramah Lingkungan
 
Instrumen Penelitian Rempah Rempah
Instrumen Penelitian Rempah Rempah Instrumen Penelitian Rempah Rempah
Instrumen Penelitian Rempah Rempah
 
Membaca Kebenaran Dalam Video Dokumenter
Membaca Kebenaran Dalam Video DokumenterMembaca Kebenaran Dalam Video Dokumenter
Membaca Kebenaran Dalam Video Dokumenter
 
Membaca kebenaran dalam video dokumenter
Membaca kebenaran dalam video dokumenterMembaca kebenaran dalam video dokumenter
Membaca kebenaran dalam video dokumenter
 
Wakaf Buku
Wakaf Buku Wakaf Buku
Wakaf Buku
 
Seragam keamanan sekolah
Seragam keamanan sekolahSeragam keamanan sekolah
Seragam keamanan sekolah
 
Ucapan terimasih kepada donasi buku dina
Ucapan terimasih kepada donasi buku   dinaUcapan terimasih kepada donasi buku   dina
Ucapan terimasih kepada donasi buku dina
 
Pantai caruban rembang
Pantai caruban rembangPantai caruban rembang
Pantai caruban rembang
 
Majalah bangkit rembang
Majalah bangkit rembangMajalah bangkit rembang
Majalah bangkit rembang
 
Galangan kapal sarang rembang
Galangan kapal sarang rembangGalangan kapal sarang rembang
Galangan kapal sarang rembang
 
Batik tulis lasem rembang
Batik tulis lasem rembangBatik tulis lasem rembang
Batik tulis lasem rembang
 
Perajin kepang sarang rembang
Perajin kepang sarang rembangPerajin kepang sarang rembang
Perajin kepang sarang rembang
 
Sinematografi sma pamotan 2012
Sinematografi sma pamotan 2012Sinematografi sma pamotan 2012
Sinematografi sma pamotan 2012
 
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru maluku
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru malukuKemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru maluku
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru maluku
 
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
 
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
 
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012 Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
 
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
 

Perubahan makna tanah yang melampaui batas

  • 1. Perubahan Makna Tanah yang Melampaui Batas Oleh: Suhadi Rembangi Masyarakat Rembang saat ini telah mengalami perubahan dalam memaknai tanah. Jika dahulu tanah memiliki nilai tawar lebih rendah dibanding manusia dan kerja. Namun sekarang tidak, tanah mampu melakukan lompatan besar-besaran dalam nilai tawar. Tanah Rembang, khususnya tanah pegunungan yang memuat kandungan trass (dll) sebagai bahan baku semen (dll), saat ini menjadi idola investor. Padahal sebelumnya, tanah gunung tidak banyak yang melirik. Gunung hanya difungsikan untuk areal pertanian, lumbung pakan ternak, ketahanan air serta oksigen sebagai sumber hidup, dan sedikit sebagai wahana rekreasi. Lompatan cara pandang tentang makna tanah yang cenderung kuat dalam aras feodalistik ini, berlahan ber-aroma khas kapitalistik. Lompatan cara pandang ini beriringan dengan lahirnya “Orang Kaya Baru” di Rembang yang memiliki tanah gunung trass. Mereka yang terbukti memiliki surat sppt tanah gunung, dilegalkan menjual kepada perusahaan semen. Dalam sekejab, beberapa pemilik tanah gunung meraup rupiah yang melampau batas. Secara hak dan kewajiban, tampak terdapat ketidak-adilan dalam masyarakat Rembang. Hal ini dapat dilihat pemilik tanah gunung yang memiliki tagihan wajib pajak yang tertera pada sppt lebih rendah, malah memiliki hak jual tanah lebih tinggi. Sedangkan tanah non-gunung yang memiliki nilai sppt wajib pajak tinggi, tidak pernah mampu mengejar nilai tawar tanah gunung. Beda besaran wajib pajak ini, mungkin tanah gunung lebih difokuskan fungsi dalam hal areal pertanian, lumbung pakan ternak, dan ketahanan air serta oksigen sebagai sumber hidup. Bukan sebaliknya, tanah gunung yang memiliki nilai komoditi tanpa batas. Tampaknya terdapat etika salah dalam hal ini. Fenomena perubahan makna tanah gunung di atas, tentu saja melanggar keadilan akan kemakmuran sosial masyarakat Rembang. Bagaimana tidak, sama- sama memiliki sepetak tanah (misal yang satu memiliki tanah gunung dan yang satu memiliki tanah sawah bukan gunung), dengan harga beli pada awalnya yang relatif sama, namun memiliki perbedaan yang terlampau batas dalam peralihan hak kepemilikannya (jual).
  • 2. Dalam perspektif keadilan kemakmuran sosial, fenomena di atas jelas-jelas tidak adil sekaligus tidak rasional. Bagaimana tidak, mereka pemilik sppt tanah gunung yang tidak melakukan kegiatan produksi di atas tanah gunung, meraup uang terlampau batas. Sedangkan yang melakukan kegiatan produksi di atas tanah (misal sawah), harus membayar biaya produksi tinggi untuk melawan biaya bibit, obat kendali hama, hingga permainan harga komoditi panen. Tanah merupakan aset utama pembangunan. Selayaknya tanah tidak dijadikan sebagai komoditi. Jika tanah dijadikan komoditi, tentu saja tatanan sosial (desa) tidak akan mendiri. Desa (tanah) akan terkooptasi dengan ukuran materi (kapitalis). Terlebih nilai tukar tanah gunung yang mempengaruhi naiknya nilai tawar harga tanah non-gunung, yang terjadi adalah merendahkan harkat dan martabat manusia beserta nilai suatu kerja. Dan ketika masyarakat (lokal) tidak mampu bertransaksi dengan tanah di sekitarnya, yang terjadi adalah menjadi kuli di negeri sendiri. Bukankah hal demikian adalah rencana yang tidak mungkin kita harapkankah? Namun kenapa terjadi? Lantas bagaimana menyikapi perubahan makna tanah gunung yang terlampau batas ini? Bagaimana perlakukan suatu tanah yang nilai tukarnya terlanjur terlampau batas? Dan bagaimana memperlakukan tanah yang nilai tukarnya belum atau sedang berproses melampau batas? Kembalikan nilai-nilai kearifan sosial pada tanah menjadi penting, baik secara etika sosial maupun etika lingkungan hidup. Menandaskan etika sosial adalah memaknai tanah sebagai faktor produksi saja, bukan sebagai objek perniagaan. Selanjutnya menandaskan etika lingkungan hidup adalah memaknai tanah untuk sumber hidup dengan tersedianya air dan oksigen. Lantas bagaimana yang sudah terlanjur? Jika tanah gunung tersebut sudah terlanjur di jual dengan harga terlampau batas, maka kelebihan harga yang terlampau batas itu harus dikembalikan kepada hak komunal. Secara teknis, hak komunal ini, pengelolaannya dapat diwakilkan oleh lembaga sosial formal. Apakah mereka yang telah mendapatkan uang terlampau batas itu dapat menerima, jika uangnya harus diminta oleh pihak komunalitas? Jika mereka tidak mau memberikan uang yang terlampau batas itu, maka mereka harus berkewajiban membayar biaya sosial (pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, seni, informasi, teknologi, dll) yang terlampau batas pula. Termasuk terancamnya ketahanan air dan oksigen untuk sumber kehidupan masyarakat Rembang selayaknya harus dibayar oleh mereka.
  • 3. Lantas bagaimana mereka yang belum terlanjur dan masih proses? Jika pemilik sppt tanah gunung belum terlanjur dan masih proses dalam transaksinya, pilihan terbaik adalah mengembalikan fungsi tanah sebagai aset utama produksi. Masyarakat Rembang belum siap melompat sebagai masyarakat industri. Memfungsikan tanah (gunung) untuk pertanian, lumbung pakan ternak, dan ketahanan air serta oksigen sebagai sumber hidup, dan wahana rekreasi, tentu akan lebih menghargai martabat manusia dan kerja masyarakat Rembang dalam rangka mewujudkan keadilan dalam kemakmuran sosial masyarakat Rembang. Melanjutkan tradisi agung sebagai masyarakat bahari dan masyarakat hutan, masyarakat Rembang lebih siap, dibanding melakukan lompatan yang melampau batas dalam hal harga tanah. Rembang, 16 Juli 2013. i Penulis adalah pegiat tradisi agung masyarakat bahari dan hutan Rembang