SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 11
Sahabat Sejati
     Pada pukul 06.00 pagi, Silvi sarapan pagi bersama kedua
orang tuanya dan kakaknya yang bernama Steffy. Pada saat itu
juga, Ayahnya berkata “Silvi, Steffy, Ayah pindah tugas ke
Bandung. Jadi, besok kita pindah.” “Yah, ko‟ pindah sih?”
tanyaSilvi. “Yaa, mau bagaimana lagi,” jawab Ayah.Selesai
makan, Silvi membantu kakaknya untuk membersihkan meja
makan dan mencuci piring. Setelah itu, Silvi siap-siap dan
berangkat ke sekolah. Silvi pergi ke sekolah diantarkan
Ayahnya. Sedangkan kak Steffy menggunakan mobil miliknya
sendiri. Di sekolah, Silvi memiliki sahabat, namanya Keke.
      Sesampainya di sekolah, Silvi langsung memberitahu
Keke kalau hari ini adalah hari terakhirnya sekolah di sini. Keke
kaget mendengar kabar itu. “Silvi, walaupun kita jauh, tapi hati
kita selalu dekat. Jangan lupakan aku yaa,” kata Keke
berusaha menahan air mata. “Keke, kamu adalah sahabat
terbaikku. Aku tidak mungkin melupakanmu. Saat liburan nanti,
aku akan berusaha memohon kepada Ayah untuk berlibur ke
sini bersamamu,” ujar Silvi. Tak lama kemudian, bel berbunyi.
Mereka pun masuk ke kelas.
      Waktu Pelajaran pertama, mereka berolahraga. Olahraga
hari ini adalah bermain basket. Saat bermain basket, kelas
mereka bertanding melawan kelas 9. Pada saat bertanding,
ada teman Silvi yang jahil. Dia mendorong Silvi hingga Silvi
terjatuh. Melihat kejadian itu, Keke langsung menyodorkan
tangannya. “Sini aku bantu!” kata Keke. Silvi tersenyum dan
berkata “Terima kasih ya, Keke. Kamu emang sahabatku yang
paling baik,” Mereka pun berpelukan. Permainan pun
dilanjutkan. Tak lama kemudian, pertandingan selesai. Kelas
mereka menang dengan skor 9-8. Mereka sangat bergembira.
Setelah Pelajaran berolahraga, murid-murid dipulangkan
karena Guru ada pertemuan.
     Sebelum pulang ke rumah, Silvi mengajak Keke untuk
jalan-jalan ke Mall. Silvi ingin membeli sesuatu untuk diberikan
kepada Keke sebagai tanda persahabatan mereka. Di
perjalanan menuju ke Mall, Keke bertanya kepada Silvi “Sil,
besok kamu berangkat jam berapa?”. “Jam 06.00,” jawab Silvi.
                                1
Karena asyik berbicara, tak terasa mereka sudah tiba di Mall.
Tanpa berpikir panjang lagi, Silvi langsung menuju ke toko
aksesoris tempat dia berlangganan. Mata Silvi tertuju pada
suatu pita yang sangat indah. Pita itu juga merupakan pita
kesukaan Keke. Silvi pun membeli pita tersebut sebanyak dua
buah. Keke juga mau membelinya. Tapi pita tersebut hanya
tinggal dua buah. “Sil, untuk aku satu dong!” rayu Keke.
“Ooo…Tidak bisa. Kan aku yang dapat duluan,” ujar Silvi.
“Yaudah, aku mau pulang,” kata Keke dengan muka masam.
Silvi pun langsung menahan tangan Keke. “Eeiittss….jangan
pulang dulu, kita makan dulu ya, aku traktir deh!” rayu Silvi.
Keke hanya diam tidak menghiraukan perkataan Silvi. “Ayo
dong! Inikan hari terakhirku jalan sama kamu,” rayu Silvi lagi.
“Yaudah deh,” kata Keke. Silvi pun membayar belajaannya.
Kemudian, mereka langsung menuju ke sebuah restoran.
      Ketika mereka makan, Keke masih marah dengan Silvi.
“Jadi masih marah ni? Yaudah deh, sudah cukup sampai di sini
aja. Ini buat kamu,” kata Silvi sambil menyodorkan pita ke
Keke. “Serius?” kata Keke tak percaya. “Ya ampun Ke, aku beli
ini buat kamu tau,” kata Silvi sambil tertawa kecil. “Jadi kamu
jahilin aku dari tadi? Jahat ya, kamu,” kata Keke kesal. “Tapi
kan niatku baik,” kata Silvi. “Yaudah deh, aku percaya padamu.
Terima kasih ya,” Kata Keke dengan tersenyum. “Sama-sama.
Gitu dong, senyum,” kata Silvi.
     Setelah makan, mereka jalan-jalan. Setelah puas jalan-
jalan, mereka pulang ke rumah mereka masing-masing.
Sesampainya di rumah, Silvi langsung ganti baju menyiapkan
barang-barang yang akan dibawa besok. Ketika Silvi
menyiapkan barang-barangnya, kak Steffy menghampiri Silvi.
“Dik, kamu ada tas lagi gak?” Tanya kak Steffy. “Ada, untuk
apa kak?” tanya Silvi kembali. “Untuk tempat barang–barang
kosmetik kakak,” jawab kak Steffy. “Ini kak,” kata Silvi sambil
menyodorkan tas ke kak Steffy. “Yaudah, makasih ya” kata kak
Steffy. Belum lama kak Steffy pergi, dia datang lagi. “Dik minta
tasnya lagi dong untuk tempat aksesoris kakak,” kata kak
Steffy. “Aduh, ambil ini. Emangnya seberapa banyak sih
barang-barang kakak?” tanya Silvi keheranan.

                               2
Kak Steffy langsung menarik tangan Silvi menuju
kamarnya. “Lihat ini. Banyak kan,” ujar kak Steffy. “Waduh,
udah berapa tas ini kak?” tanya Silvi. Kak Steffy hanya senym-
senyum. Lalu, datanglah Bunda. Melihat barang-barang kak
Steffy, Bunda pun kaget. “Steffy, apa saja isi di dalam tas ini,
kok banyak sekali sih?” tanyaBunda. “Hhehe….Maklum Bun,
anak perempuan,” kata kak Steffy. “Hmmm….” kata Bunda
sambil menggelengkan kepala dan pergi menghampiri Ayah.
Silvi pun kembali ke kamarnya. Hingga dia selesai menyiapkan
barang-barangnya pada pukul 20.45. “Huuhh…. Selesai deh,
lelah juga yaa….” Keluh Silvi. Karena kelelahan, Silvi tidur-
tiduran di kasur. Namun, lama-kelamaan Silvi pun tertidur.
      Pagi harinya, Silvi bangun tidur pukul 04.30. Silvi
langsung sholat dan mandi. Ketika Silvi sedang mandi,
datanglah Keke dengan orang tuanya. Mereka ingin
mengucapkan salam perpisahan. “Tante, Silvi mana?” Tanya
Keke kepada Bunda Silvi. “Silvi lagi mandi tuh. Tunggu aja di
kamarnya,” jawab Bunda Silvi sambil bantu Ayah mengangkut
barang ke mobil. “Yaudah Tante, aku masuk dulu yaa,” kata
Keke. Keke pun menunggu Silvi di kamar Silvi.“Duh, kebiasaan
si Silvi, mandinya lama sekali,” keluh Keke. Tak lama
kemudian, Silvi selesai mandi. Silvi kaget melihat kehadiran
sahabatnya itu. “Eh, Keke. Sejak kapan kamu ada di sini?”
tanya Silvi. “Yaa…. Sekitar 45 menit yang lalu,” jawab Keke
dengan muka cuek. “Hhehe…. Kelamaan ya? Maaf deh, aku
kan mandinya berulang-ulang,” kata Silvi. “Yaudah cepat sana
siap-siap nanti kamu ditinggalin lagi” ujar Keke. “OK,” jawab
Silvi singkat.
      Tak lama kemudian, Silvi sudah siap untuk berangkat.
“Silvi, cepat sedikit, Ayah ada kerjaan nih, nanti terlambat lagi,”
teriak Ayah dari depan rumah. “Iya Yah, aku udah siap,” kata
Silvi. Silvi dan Keke langsung menuju ke depan rumah. “Gak
ada yang ketinggalan lagi kan?” tanya Ayah. “Gak ada,” jawab
kak Steffy. “Yaudah, Keke, Pak, Bu, kami pamit dulu ya. Terima
kasih udah mau bantuin kami. Dan terima kasih juga Keke
udah jadi sahabat yang baik untuk Silvi,” kata Bunda Silvi.
“Sama-sama Bu, kita kan harus saling tolong-menolong,” kata
Bunda Keke. “Ke, terima kasih banyak ya, kamu udah mau jadi
                                 3
sahabatku. Kamu selalu memperhatikanku. Maaf kalau aku
sering merepotkanmu. Dipakai terus ya, pita yang aku kasih
kemarin. Jangan lupakan aku ya, sobat,” kata Silvi dengan
meneteskan air mata. “Sil, kamu itu udah aku anggap sebagai
saudaraku sendiri. Aku tidak pernah merasa direpotkan
denganmu. Pasti aku akan jaga baik-baik semua yang telah
kamu berikan untukku, termasuk ketulusanmu. Aku gak akan
pernah bisa melupakanmu, sobat. Jaga dirimu baik-baik ya,”
kata Keke dengan meneteskan air mata. “Karena kita adalah
sahabat yang sehati dan tak akan terpisahkan walaupun kita
jauh,” kata mereka barengan sambil berjabat tangan. Mereka
pun berpelukan.
       Ayah danBunda Silvi memberikan kado untuk Ayah dan
Bunda Keke. Begitu juga sebaliknya. Mereka seperti bertukar
kado. “O, iya. Aku punya sesuatu untukmu, Ke. Jaga baik-baik
ya, bukanya nanti aja di rumah kamu,” kata Silvi sambil
memberikan sesuatu kepada Keke. “Aku juga punya sesuatu
untukmu. Dijaga ya,” kata Keke sambil memberikan sesuatu
kepada Silvi. “Yaudah, kami berangkat dulu ya, Pak, Bu, Keke.
Sampai jumpa kembali,” kata Ayah danBunda Silvi. “Tante,
Om, Keke, kami pamit ya.” Kata kak Steffy. Silvi hanya diam,
tak mampu lagi mengungkapkan kata-kata. Mereka pun masuk
ke mobil. “Dadah….. Hati-hati ya! Semoga selamat sampai
tujuan,” kata Ayah Keke. “Sil, jaga dirimu baik-baik ya, jangan
lupa kabarin aku,” kata Keke. “Pastinya Ke, dadah….” kata
Silvi.
      Di perjalanan, Silvi hanya diam sambil melihat foto-fotonya
bersama Keke. “Udah dong, jangan nangis terus. Nanti
cantiknya hilang loh. Adik kak Steffy gak boleh cengeng,” hibur
kak Steffy. Silvi hanya tersenyum tipis. Tak lama kemudian,
tibalah mereka di Bandung pada pukul 10.00 mereka agak
terlambat tiba karena pamit tadi dan jalanan macet. Setelah
tiba di rumah baru mereka, Silvi langsung pergi ke kamar untuk
beristirahat. Begitu juga dengan yang lainnya. Setelah itu, Silvi
mandi lagi supaya segar.
     Selesai mandi dan berpakaian rapi kamu melihat kak
Steffy mengeluarkan mobil dari garasi. “Kak, kakak mau pergi
ke mana?” tanya Silvi. “Kakak mau keliling-keliling dulu. Kamu
                                4
mau ikut?” ajak kak Steffy. “Pastinya dong,” kata Silvi. “Yaudah,
izin dulu sanasama Ayah dan Bunda,” kata kak Steffy. “Ayah,
Bunda, aku pergi jalan-jalan dulu ya sama kak Steffy,” kata
Silvi. “Ya, hati-hati sayang,” kata Ayah danBunda Silvi. “Ok…”
jawab Silvi singkat. Di mobil, Silvi betanya kepada kak Steffy
“Kak, kakak nanti kuliah di mana?”. “Hhmm… Mungkin di ITB,”
jawab kakak. “Oh…” kata Silvi. Mereka sempat pergi untuk
berbelanja di Mall. Belum puas mereka keliling, hari udah
semakin gelap. Jam udah menunjukkan pukul 18.00. Mereka
pun pulang ke rumah. Mereka pulang dengan membawa
barang yang banyak.
      Sesampainya di rumah, Bunda bertanya kepada mereka
“Banyak sekali belanjaan kalian.” “Hhehehe…… lagi ada yang
bagus Bun,” kata kak Steffy. Bunda hanya menggelengkan
kepala melihat sikap mereka. “Yaudah ganti baju sana, kita
mau makan malam dulu,” kata Bunda. “Siap Bun,” kata Silvi.
Silvi dan Kak Steffy pun mengganti baju mereka dan segera
menyiapkan makan malam. Setelah itu, mereka makan malam
bersama. Pada saat makan malam, Silvi bertanya kepada
Ayah, “Yah, aku masuk sekolah di mana?”. “Kamu udah Ayah
daftarin di SMP 1,” jawab Ayah.
      Selesai mereka makan malam, Silvi mau membantu kak
Steffy merapikan meja makan. Tapi, kak Steffy menolak. “Sil,
kamu siapkan saja keperluan sekolah untuk besok, terus
istirahat,” kata kak Steffy. “Serius kak? Kakak gak kelelahan?”
tanya Silvi. “Kakak gak papa kok, cepat sana, belajar,” ujar kak
Steffy. “Yaudah deh,” kata Silvi dan langsung pergi ke kamar
untuk menyiapkan palajaran besok. Setelah itu, Silvi membuka
kado yang Keke berikan padanya. Ternyata isinya adalah
boneka Hello Kitty yang cukup besar dan di lehernya,
tergantung kalung yang bertuliskan „Silvi & Keke Sahabat sejati
selamanya‟Silvi sangat berkesan dengan kado pemberian
Keke. Dan Silvi menjaganya dengan baik. Tak lama kemudian
Silvi tertidur sambil memeluk boneka tersebut dengan erat.
     Pada pukul 05.00 pagi, Silvi bangun dan langsung mandi.
Setelah mandi, Silvi sarapan bersama orang tua dan kak
Steffy. Setelah itu, Silvi berangkat ke sekolah diantarkan oleh
Ayah menggunakan mobil. Sesampainya di gerbang, Silvi
                                5
pamit dengan Ayahnya. “Yah, aku sekolah dulu ya,
Assalamu‟alaikum,” kata Silvi. “Wa‟alaikum salam, hati-hati ya,
semoga kamu dapat teman yang baik,” kata Ayah. “Baik, yah,”
kata Silvi sambil berlari memasuki sekolah tersebut.
     Baru saja Silvi memasuki gerbang sekolah, ada
seseorang yang menabrak Silvi. “Aduh, maaf ya, aku gak
sengaja,” kata seseorang tersebut. “Gak apa-apa kok, aku juga
salah jalannya gak lihat-lihat,” kata Silvi. “Yaudah, aku duluan
ya, bye,” kata orang itu. “Ya, bye,” kata Silvi. Tak lama
kemudian bel pun berbunyi. Silvi segera menemui Kepala
Sekolah di ruang Kepala Sekolah. Setelah itu, Silvi diantar ke
kelas 7 A.
      Di kelas, Silvi memperkenalkan dirinya kepada teman-
teman barunya. “Anak-anak, kalian kedatangan teman baru.
Silahkan masuk, Silvi,” kata Ibu Karin yang merupakan wali
kelas 7 A. “Baik, Bu,” jawab Silvi. Silvi pun masuk ke kelas.
“Teman-teman, perkenalkan nama saya Silvia Cantika
Ramadhania. Panggil saja saya Silvi. Saya pindahan dari
Jakarta Timur. Saya harap, teman-teman senang berteman
dengan saya,” kata Silvi sambil berdiri di depan kelas.
Ternyata, seseorang yang menabrak Silvi tadi sekelas dengan
Silvi. “Loh, itu kan perempuan tadi,” kata seseorang itu. “Silvi,
kamu duduk di sebelah Kirana, ya,” kata Ibu Karin sambil
menunjukkan tempat duduk yang kosong di sebelah
perempuan yang Silvi tabrak tadi. “Baik, Bu,” kata Silvi.
     Ketika Silvi duduk, Kirana pun mencoba untuk berkenalan
dengan Silvi. “Hai, kenalin namaku Kirana,” kata Kirana sambil
menyodorkan tangannya kepada Silvi. “Hai, senang berkenalan
denganmu. Masalah yang tadi maaf banget ya,” kata Silvi.
“Udahlah, gak usah dipermasalahkan lagi. Lagian kamu gak
salah kok,” kata Kirana. Silvi hanya membalas dengan
senyuman. Pelajaran pun berlangsung. Ketika istirahat, Kirana
mengajak Silvi ke kantin untuk membeli makanan. Silvi pun
menerima tawaran Kirana karena Kirana orang yang baik.
     Di kantin, Silvi berbicara kepada Kirana. “Ran, makasih
ya, kamu udah mau jadi temanku. Baru masuk aja aku udah
dapat teman yang baik sepertimu,” kata Silvi. “Ya, sama-sama.
                                6
Lagian kamu kelihatannya juga baik,” kata Kirana. Belum lama
mereka berbicara, bel masuk pun berbunyi. Mereka segera
memasuki ruang kelas.
      Di kelas, mereka belajar dengan serius. Mereka juga
saling membantu untuk mengerjakan soal-soal yang tidak
mereka mengerti. Pada pukul 12.00, bel pun berbunyi. Jam
pelajaran sekolah telah selesai. Kirana mengajak Silvi untuk
pulang bareng karena rumah mereka berdekatan. Silvi
menerima tawarannya. Di jalan, mereka berbincang-bincang.
“Sil, besok kan hari libur, kita jalan-jalan yuk. Agar kita lebih
dekat aja,” ajak Kirana. “Boleh tuh,” kata Silvi. Tak lama
kemudian, Silvi tiba di rumahnya. “Ran, mau mampir dulu gak?”
tawar Silvi. “Gak deh. Nanti aku dicariin lagi,” tolak Kirana.
“Yaudah, besok jadi kan? ” tanya Silvi. “Pasti dong, jangan lupa
ya, jam 10.00 aku ke sini,” kata Kirana sambil berjalan menuju
ke rumahnya. “Ok,” kata Silvi dan langsung masuk ke rumah.
     Di rumah, Silvi menceritakan tentang sekolahnya kepada
kak Steffy. Kak Steffy pun mendengarkan cerita Silvi dengan
penuh perhatian. Setelah selesai bercerita, Silvi makan Siang.
Setelah itu, Silvi berlatih gitar bersama kak Steffy. Karena
begitu asyik bermain gitar, mereka gak terasa kalau sekarang
waktunya makan malam. Mereka pun menyiapkan menu
makan malam. Lalu mereka makan malam bersama Ayah
danBunda. Setelah makan, Silvi baca buku sejenak dan
langsung tidur.
     Pagi harinya, Silvi bersiap-siap untuk pergi bersama
Kirana. Setelah siap, Silvi sarapan bersama Ayah, Bunda dan
kak Steffy sambil menunggu kedatangan Kirana. Tepat pada
saat    Silvi   selesai     makan,    Kirana  pun    datang.
“Assalamu‟alaikum,” teriak Kirana dari depan pintu gerbang.
“Wa‟alaikum salam. Eh Bun, sepertinya Kirana udah datang.
Aku pergi dulu ya, Assalamu‟alaikum,” kata Silvi sambil
mencium tangan Bunda. “Wa‟alaikum salam. Hati-hati ya!” kata
Bunda. Silvi pun membuka pintu gerbang. Mereka pun
langsung berjalan menuju taman.
     Sesampainya di taman, mereka mencari tempat duduk
untuk beristirahat. Pada saat itu juga, Silvi menceritakan
                                7
tentang sahabat lamanya, yaitu Keke. “Ran, kamu itu
mengingatkanku kepada sahabatku waktu di Jakarta. Sifatnya
sama persis sepertimu. Baik, perhatian, lebih dewasa. Aku
banyak belajar darinya,” kata Silvi dengan mata yang berkaca-
kaca. “O, ya. Tapi, kok kamu malah sedih sih?” kata Kirana
sambil memegang bahu Silvi dan menatap mata Silvi. “Aku
rindu dengannya. Dia yang selalu menghiburku, dia yang selalu
menasehatiku, dia yang selalu ada untukku. Dia itu, seperti
saudaraku sendiri,” kata Silvi dengan meneteskan air mata.
“Sil, tenang aja. Aku mau jadi sahabatmu. Aku akan
menemanimu di saat kau butuh,” kata Kirana. “Makasih banyak
Ran,” kata Silvi. Mereka pun berpelukan. Setelah itu, mereka
bermain-main di taman. Lalu, Kirana memberitahu Silvi “Sil,
besok ada siswa baru lagi loh.” “O, ya… Kamu tahu dari
mana?” tanya Silvi. “Aku tahu dari Ibu Karin,” jawab Kirana.
“HHmm….. Jadi kita ada teman baru dong” sahut Silvi. “Mudah-
mudahan orangnya baik ya…..” ujar Kirana. “Ya. Cowok atau
cewek?” tanya Silvi lagi. “hhmmm… Katanya sih cowok,” jawab
Kirana lagi. “Tapi, gak apa-apa deh, kan semuanya sama,” kata
Silvi. Kirana hanya tersenyum mendengar jawaban Silvi yang
mengesankan. Setelah puas mereka bermain, mereka pun
pulang ke rumah masing-masing.
      Sesampainya di rumah, Silvi membantu kak Steffy untuk
membersihkan rumah. Kemudian, Silvi menyiapkan pelajaran
untuk hari Senin besok. Setelah itu, Silvi dan kak Steffy
menyiapkan makan malam. Setelah itu, mereka makan malam
bersama Ayah dan Bunda. Selesai makan, Silvi membantu kak
Steffy membersihkan meja makan. Kemudian, Silvi belajar
untuk persiapan sekolah besok. Selesai belajar, Silvi menonton
televisi sejenak dan kemusdian Silvi langsung tidur. Silvi tidur
sangat nyenyak karena kelelahan habis jalan-jalan bersama
Kirana tadi.
      Keesokan harinya, Silvi bangun pukul 05.00 dan langsung
mandi. Setelah mandi, Silvi berpakaian dengan rapi. Setelah
itu, Silvi makan malam bersama Ayah, Bunda dan kak Steffy.
Selesai makan malam Silvi pamit dengan Bunda. “Bunda, aku
pergi dulu ya, Assalamu‟alaikum,” kata Silvi sambil mencium
tangan Bunda. “Wa‟alaikumsalam. Hati-hati, ya!” ujar Bunda.
                               8
Silvi pun langsung memasuki mobil dan berangkat ke sekolah
diantarkan oleh Ayah.
      Sesampainya di sekolah, Silvi pamit dan mencium tangan
Ayah. Silvi langsung memasuki kelas. Dan ternyata, Kirana
sudah menunggu Silvi dari tadi. Setelah itu, mereka langsung
menuju ke lapangan untuk mengikuti Upacara Bendera.
Selesai upacara, mereka pun masuk ke ruang kelas karena bel
sudah berbunyi. Tak lama kemudian, Ibu Karin dan seorang
anak laki-laki masuk ke kelas. “Selamat pagi, anak-anak,” sapa
Ibu Karin. “Selamat pagi, Bu,” jawab para siswa. “Hari ini kalian
kadatangan teman baru lagi. Ayo perkenalkan dirimu!” kata Ibu
Karin. Siswa itu pun memperkenalkan dirinya. “Hai, teman-
teman! Perkenalkan, namaku Geri Sanjaya Brice. Kalian bisa
memanggilku dengan nama Geri. Saya pindahan dari
Surabaya. Semoga kalian senang berteman denganku,” sapa
Geri. “Baik, Geri. Kamu duduk di sana, ya,” kata Ibu Karin
sambil menunjukkan bangku kosong di belakang tempat duduk
Silvi. Geri pun langsung duduk. Ketika mau duduk, Geri melihat
Silvi yang sangat serius menghapalkan rumus Fisika. “Rajin
banget perempuan itu,” sahut Geri dalam hati. Tiba-tiba, Silvi
melihat Geri, dan Silvi hanya tersenyum. Geri pun membalas
senyuman Silvi. Setelah itu, pelajaran dilanjutkan.
     Tak lama kemudian, bel berbunyi. Para siswa
berhamburan ke kantin. Di kantin, Silvi dan Kirana melihat Geri
yang sedang makan sendirian. Mereka pun menghampiri Geri.
“Hai, kenalin namaku Silvi,” kata Silvi. “Kenalin, namaku
Kirana,” kata Kirana. “Hai, senang berkenalan dengan kalian,”
kata Geri dengan tersenyum. Mereka pun berbincang-bincang
hingga bel berbunyi. Setelah itu, mereka masuk ke kelas
bersama.
      Makin lama, mereka bertiga tambah akrab. Dan di kelas,
mereka saling bekerja sama dan saling membantu satu sama
lain. Tak lama kemudian, bel pun berbunyi. Jam pelajaran di
sekolah sudah selesai. Mereka pun pulang ke rumah masing-
masing. Sesampainya di rumah, Silvi mengganti pakaian dan
makan siang. Setelah itu, Silvi menceritakan kejadian waktu di
sekolah tadi. Kak Steffy juga tak bosan-bosan mendengarkan
curhatan adiknya tersayang itu. Setelah itu, Silvi bermain gitar
                                9
sambil menyanyikan lagu Laskar Pelangi. Lagu tersebut sangat
menginspirasi Silvi untuk selalu ceria dan mensyukuri
kahidupan ini.
     Setelah puas bermain gitar, Silvi tertidur. Silvi bangun
kembali pukul 18.00. Ayah dan Bunda mengajak Silvi dan kak
Steffy untuk makan malam bersama di sebuah restoran. Pada
pukul 19.00, mereka pergi untuk makan malam. Sesampainya
di sana, mereka memesan makanan dan makan malam
bersama.     Selesai makan, mereka pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Silvi langsung menyiapkan pelajaran
untuk besok. Setelah itu, Silvi belajar. Tak lama kemudian, Silvi
mengantuk. Dan Silvi langsung tidur.
      Keesokan harinya, ketika di sekolah, Silvi datang lebih
awal dari hari biasanya karena Silvi mendapat tugas piket. Tak
lama kemudian, bel berbunyi. Palajaran pun dimulai. Ketika bel
istirahat berbunyi, mereka bertiga pergi ke kantin bersama.
Mereka memesan makanan yang sama karena selera mereka
sama. Tak lama sesudah itu, bel masuk berbunyi. Mereka pun
memasuki kelas.
       Ketika bel pulang berbunyi, mereka bertiga pulang ke
rumah masing-masing dan bersiap-siap untuk jalan-jalan
bersama. Sesampainya di rumah, Silvi mengganti pakaian, lalu
makan siang dan langsung pergi menuju taman. Di taman,
mereka bermain-main dan bercanda bersama. Karena lelah,
Silvi istirahat sejenak dan mencari tempat duduk. Silvi merasa
sangat senang karena mendapatkan teman yang baik. Geri
dan Kirana juga ikut duduk di sebelah Silvi. Mereka bercerita
tentang pengalaman mereka yang mengesankan. Silvi juga tak
lupa menceritakan sahabatnya, yaitu Keke. “Peristiwa ini
mengingatkanku kepada Keke. Aku sering jahilin dia, kami juga
sering bermain ke taman dan jalan-jalan ke Mall. Hhmm….
Sekarang, aku bersyukur mempunyai sahabat yang baik
seperti kalian,” sahut Silvi. Mereka hanya tersenyum kepada
Silvi.
    Semakin lama, mereka semakin dekat seperti saudara.
Mereka menjadi sahabat sejati yang tak bisa dipisahkan. Orang
tua mereka juga sangat akrab. Silvi sangat bangga dengan
                               10
mereka karena mereka sangat baik, menyenangkan dan saling
menghargai. Walupun sih, mereka bertiga kadang-kadang
bertengkar. Tapi, tak lama kemudian, mereka pasti baikan lagi.
Begitulah namanya sahabat. “Pertengkaran antar sahabat itu
sudah biasa. Tapi, kalau emang sahabat sejati, pasti akan
saling memaafkan” ujar Silvi. Silvi juga sering mengabari Keke.
Begitu juga sebaliknya.


                                   Karya : Emilia Syafitri (VII A)




                              11

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan
Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan
Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan
Nazdiana Juma'ad
 
Cerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman PribadiCerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman Pribadi
Devi Putri
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
beesingle41
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
Ghina Siti Ramadhanty
 
Cerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman PribadiCerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman Pribadi
Devi Putri
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
beesingle41
 

Was ist angesagt? (20)

Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan
Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan
Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan
 
Hujan di bulan desember
Hujan di bulan desemberHujan di bulan desember
Hujan di bulan desember
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Cerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman PribadiCerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman Pribadi
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Cerita ceweksma dalamduniagemerlap
Cerita ceweksma dalamduniagemerlapCerita ceweksma dalamduniagemerlap
Cerita ceweksma dalamduniagemerlap
 
Aku tersesat
Aku tersesatAku tersesat
Aku tersesat
 
Cerpen "Rahasia ayah"
 Cerpen "Rahasia ayah" Cerpen "Rahasia ayah"
Cerpen "Rahasia ayah"
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
My cerpen "Kotak Buah"
My cerpen "Kotak Buah"My cerpen "Kotak Buah"
My cerpen "Kotak Buah"
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Cinta pertama
Cinta pertamaCinta pertama
Cinta pertama
 
Persahabatan yang rapuh
Persahabatan yang rapuhPersahabatan yang rapuh
Persahabatan yang rapuh
 
Contoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatanContoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatan
 
dongeng cerita bahasa inggris Narrative text Cinderella
dongeng cerita bahasa inggris Narrative text Cinderella dongeng cerita bahasa inggris Narrative text Cinderella
dongeng cerita bahasa inggris Narrative text Cinderella
 
Cerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman PribadiCerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman Pribadi
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Drama 9 orang
Drama 9 orangDrama 9 orang
Drama 9 orang
 
Cerita
CeritaCerita
Cerita
 
Naskah teater perahu kertas
Naskah teater perahu kertasNaskah teater perahu kertas
Naskah teater perahu kertas
 

Ähnlich wie Cerpen (8)

Karma
KarmaKarma
Karma
 
T2s2p4
T2s2p4T2s2p4
T2s2p4
 
cerkak
cerkakcerkak
cerkak
 
Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam
Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malamSerial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam
Serial Oliv Buku 3 Bab 4 : Pesta tengah malam
 
Ciuman seorang anak
Ciuman seorang anakCiuman seorang anak
Ciuman seorang anak
 
SETIA magz #2 juni 2015
SETIA magz #2 juni 2015SETIA magz #2 juni 2015
SETIA magz #2 juni 2015
 
Pantun
PantunPantun
Pantun
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 

Cerpen

  • 1. Sahabat Sejati Pada pukul 06.00 pagi, Silvi sarapan pagi bersama kedua orang tuanya dan kakaknya yang bernama Steffy. Pada saat itu juga, Ayahnya berkata “Silvi, Steffy, Ayah pindah tugas ke Bandung. Jadi, besok kita pindah.” “Yah, ko‟ pindah sih?” tanyaSilvi. “Yaa, mau bagaimana lagi,” jawab Ayah.Selesai makan, Silvi membantu kakaknya untuk membersihkan meja makan dan mencuci piring. Setelah itu, Silvi siap-siap dan berangkat ke sekolah. Silvi pergi ke sekolah diantarkan Ayahnya. Sedangkan kak Steffy menggunakan mobil miliknya sendiri. Di sekolah, Silvi memiliki sahabat, namanya Keke. Sesampainya di sekolah, Silvi langsung memberitahu Keke kalau hari ini adalah hari terakhirnya sekolah di sini. Keke kaget mendengar kabar itu. “Silvi, walaupun kita jauh, tapi hati kita selalu dekat. Jangan lupakan aku yaa,” kata Keke berusaha menahan air mata. “Keke, kamu adalah sahabat terbaikku. Aku tidak mungkin melupakanmu. Saat liburan nanti, aku akan berusaha memohon kepada Ayah untuk berlibur ke sini bersamamu,” ujar Silvi. Tak lama kemudian, bel berbunyi. Mereka pun masuk ke kelas. Waktu Pelajaran pertama, mereka berolahraga. Olahraga hari ini adalah bermain basket. Saat bermain basket, kelas mereka bertanding melawan kelas 9. Pada saat bertanding, ada teman Silvi yang jahil. Dia mendorong Silvi hingga Silvi terjatuh. Melihat kejadian itu, Keke langsung menyodorkan tangannya. “Sini aku bantu!” kata Keke. Silvi tersenyum dan berkata “Terima kasih ya, Keke. Kamu emang sahabatku yang paling baik,” Mereka pun berpelukan. Permainan pun dilanjutkan. Tak lama kemudian, pertandingan selesai. Kelas mereka menang dengan skor 9-8. Mereka sangat bergembira. Setelah Pelajaran berolahraga, murid-murid dipulangkan karena Guru ada pertemuan. Sebelum pulang ke rumah, Silvi mengajak Keke untuk jalan-jalan ke Mall. Silvi ingin membeli sesuatu untuk diberikan kepada Keke sebagai tanda persahabatan mereka. Di perjalanan menuju ke Mall, Keke bertanya kepada Silvi “Sil, besok kamu berangkat jam berapa?”. “Jam 06.00,” jawab Silvi. 1
  • 2. Karena asyik berbicara, tak terasa mereka sudah tiba di Mall. Tanpa berpikir panjang lagi, Silvi langsung menuju ke toko aksesoris tempat dia berlangganan. Mata Silvi tertuju pada suatu pita yang sangat indah. Pita itu juga merupakan pita kesukaan Keke. Silvi pun membeli pita tersebut sebanyak dua buah. Keke juga mau membelinya. Tapi pita tersebut hanya tinggal dua buah. “Sil, untuk aku satu dong!” rayu Keke. “Ooo…Tidak bisa. Kan aku yang dapat duluan,” ujar Silvi. “Yaudah, aku mau pulang,” kata Keke dengan muka masam. Silvi pun langsung menahan tangan Keke. “Eeiittss….jangan pulang dulu, kita makan dulu ya, aku traktir deh!” rayu Silvi. Keke hanya diam tidak menghiraukan perkataan Silvi. “Ayo dong! Inikan hari terakhirku jalan sama kamu,” rayu Silvi lagi. “Yaudah deh,” kata Keke. Silvi pun membayar belajaannya. Kemudian, mereka langsung menuju ke sebuah restoran. Ketika mereka makan, Keke masih marah dengan Silvi. “Jadi masih marah ni? Yaudah deh, sudah cukup sampai di sini aja. Ini buat kamu,” kata Silvi sambil menyodorkan pita ke Keke. “Serius?” kata Keke tak percaya. “Ya ampun Ke, aku beli ini buat kamu tau,” kata Silvi sambil tertawa kecil. “Jadi kamu jahilin aku dari tadi? Jahat ya, kamu,” kata Keke kesal. “Tapi kan niatku baik,” kata Silvi. “Yaudah deh, aku percaya padamu. Terima kasih ya,” Kata Keke dengan tersenyum. “Sama-sama. Gitu dong, senyum,” kata Silvi. Setelah makan, mereka jalan-jalan. Setelah puas jalan- jalan, mereka pulang ke rumah mereka masing-masing. Sesampainya di rumah, Silvi langsung ganti baju menyiapkan barang-barang yang akan dibawa besok. Ketika Silvi menyiapkan barang-barangnya, kak Steffy menghampiri Silvi. “Dik, kamu ada tas lagi gak?” Tanya kak Steffy. “Ada, untuk apa kak?” tanya Silvi kembali. “Untuk tempat barang–barang kosmetik kakak,” jawab kak Steffy. “Ini kak,” kata Silvi sambil menyodorkan tas ke kak Steffy. “Yaudah, makasih ya” kata kak Steffy. Belum lama kak Steffy pergi, dia datang lagi. “Dik minta tasnya lagi dong untuk tempat aksesoris kakak,” kata kak Steffy. “Aduh, ambil ini. Emangnya seberapa banyak sih barang-barang kakak?” tanya Silvi keheranan. 2
  • 3. Kak Steffy langsung menarik tangan Silvi menuju kamarnya. “Lihat ini. Banyak kan,” ujar kak Steffy. “Waduh, udah berapa tas ini kak?” tanya Silvi. Kak Steffy hanya senym- senyum. Lalu, datanglah Bunda. Melihat barang-barang kak Steffy, Bunda pun kaget. “Steffy, apa saja isi di dalam tas ini, kok banyak sekali sih?” tanyaBunda. “Hhehe….Maklum Bun, anak perempuan,” kata kak Steffy. “Hmmm….” kata Bunda sambil menggelengkan kepala dan pergi menghampiri Ayah. Silvi pun kembali ke kamarnya. Hingga dia selesai menyiapkan barang-barangnya pada pukul 20.45. “Huuhh…. Selesai deh, lelah juga yaa….” Keluh Silvi. Karena kelelahan, Silvi tidur- tiduran di kasur. Namun, lama-kelamaan Silvi pun tertidur. Pagi harinya, Silvi bangun tidur pukul 04.30. Silvi langsung sholat dan mandi. Ketika Silvi sedang mandi, datanglah Keke dengan orang tuanya. Mereka ingin mengucapkan salam perpisahan. “Tante, Silvi mana?” Tanya Keke kepada Bunda Silvi. “Silvi lagi mandi tuh. Tunggu aja di kamarnya,” jawab Bunda Silvi sambil bantu Ayah mengangkut barang ke mobil. “Yaudah Tante, aku masuk dulu yaa,” kata Keke. Keke pun menunggu Silvi di kamar Silvi.“Duh, kebiasaan si Silvi, mandinya lama sekali,” keluh Keke. Tak lama kemudian, Silvi selesai mandi. Silvi kaget melihat kehadiran sahabatnya itu. “Eh, Keke. Sejak kapan kamu ada di sini?” tanya Silvi. “Yaa…. Sekitar 45 menit yang lalu,” jawab Keke dengan muka cuek. “Hhehe…. Kelamaan ya? Maaf deh, aku kan mandinya berulang-ulang,” kata Silvi. “Yaudah cepat sana siap-siap nanti kamu ditinggalin lagi” ujar Keke. “OK,” jawab Silvi singkat. Tak lama kemudian, Silvi sudah siap untuk berangkat. “Silvi, cepat sedikit, Ayah ada kerjaan nih, nanti terlambat lagi,” teriak Ayah dari depan rumah. “Iya Yah, aku udah siap,” kata Silvi. Silvi dan Keke langsung menuju ke depan rumah. “Gak ada yang ketinggalan lagi kan?” tanya Ayah. “Gak ada,” jawab kak Steffy. “Yaudah, Keke, Pak, Bu, kami pamit dulu ya. Terima kasih udah mau bantuin kami. Dan terima kasih juga Keke udah jadi sahabat yang baik untuk Silvi,” kata Bunda Silvi. “Sama-sama Bu, kita kan harus saling tolong-menolong,” kata Bunda Keke. “Ke, terima kasih banyak ya, kamu udah mau jadi 3
  • 4. sahabatku. Kamu selalu memperhatikanku. Maaf kalau aku sering merepotkanmu. Dipakai terus ya, pita yang aku kasih kemarin. Jangan lupakan aku ya, sobat,” kata Silvi dengan meneteskan air mata. “Sil, kamu itu udah aku anggap sebagai saudaraku sendiri. Aku tidak pernah merasa direpotkan denganmu. Pasti aku akan jaga baik-baik semua yang telah kamu berikan untukku, termasuk ketulusanmu. Aku gak akan pernah bisa melupakanmu, sobat. Jaga dirimu baik-baik ya,” kata Keke dengan meneteskan air mata. “Karena kita adalah sahabat yang sehati dan tak akan terpisahkan walaupun kita jauh,” kata mereka barengan sambil berjabat tangan. Mereka pun berpelukan. Ayah danBunda Silvi memberikan kado untuk Ayah dan Bunda Keke. Begitu juga sebaliknya. Mereka seperti bertukar kado. “O, iya. Aku punya sesuatu untukmu, Ke. Jaga baik-baik ya, bukanya nanti aja di rumah kamu,” kata Silvi sambil memberikan sesuatu kepada Keke. “Aku juga punya sesuatu untukmu. Dijaga ya,” kata Keke sambil memberikan sesuatu kepada Silvi. “Yaudah, kami berangkat dulu ya, Pak, Bu, Keke. Sampai jumpa kembali,” kata Ayah danBunda Silvi. “Tante, Om, Keke, kami pamit ya.” Kata kak Steffy. Silvi hanya diam, tak mampu lagi mengungkapkan kata-kata. Mereka pun masuk ke mobil. “Dadah….. Hati-hati ya! Semoga selamat sampai tujuan,” kata Ayah Keke. “Sil, jaga dirimu baik-baik ya, jangan lupa kabarin aku,” kata Keke. “Pastinya Ke, dadah….” kata Silvi. Di perjalanan, Silvi hanya diam sambil melihat foto-fotonya bersama Keke. “Udah dong, jangan nangis terus. Nanti cantiknya hilang loh. Adik kak Steffy gak boleh cengeng,” hibur kak Steffy. Silvi hanya tersenyum tipis. Tak lama kemudian, tibalah mereka di Bandung pada pukul 10.00 mereka agak terlambat tiba karena pamit tadi dan jalanan macet. Setelah tiba di rumah baru mereka, Silvi langsung pergi ke kamar untuk beristirahat. Begitu juga dengan yang lainnya. Setelah itu, Silvi mandi lagi supaya segar. Selesai mandi dan berpakaian rapi kamu melihat kak Steffy mengeluarkan mobil dari garasi. “Kak, kakak mau pergi ke mana?” tanya Silvi. “Kakak mau keliling-keliling dulu. Kamu 4
  • 5. mau ikut?” ajak kak Steffy. “Pastinya dong,” kata Silvi. “Yaudah, izin dulu sanasama Ayah dan Bunda,” kata kak Steffy. “Ayah, Bunda, aku pergi jalan-jalan dulu ya sama kak Steffy,” kata Silvi. “Ya, hati-hati sayang,” kata Ayah danBunda Silvi. “Ok…” jawab Silvi singkat. Di mobil, Silvi betanya kepada kak Steffy “Kak, kakak nanti kuliah di mana?”. “Hhmm… Mungkin di ITB,” jawab kakak. “Oh…” kata Silvi. Mereka sempat pergi untuk berbelanja di Mall. Belum puas mereka keliling, hari udah semakin gelap. Jam udah menunjukkan pukul 18.00. Mereka pun pulang ke rumah. Mereka pulang dengan membawa barang yang banyak. Sesampainya di rumah, Bunda bertanya kepada mereka “Banyak sekali belanjaan kalian.” “Hhehehe…… lagi ada yang bagus Bun,” kata kak Steffy. Bunda hanya menggelengkan kepala melihat sikap mereka. “Yaudah ganti baju sana, kita mau makan malam dulu,” kata Bunda. “Siap Bun,” kata Silvi. Silvi dan Kak Steffy pun mengganti baju mereka dan segera menyiapkan makan malam. Setelah itu, mereka makan malam bersama. Pada saat makan malam, Silvi bertanya kepada Ayah, “Yah, aku masuk sekolah di mana?”. “Kamu udah Ayah daftarin di SMP 1,” jawab Ayah. Selesai mereka makan malam, Silvi mau membantu kak Steffy merapikan meja makan. Tapi, kak Steffy menolak. “Sil, kamu siapkan saja keperluan sekolah untuk besok, terus istirahat,” kata kak Steffy. “Serius kak? Kakak gak kelelahan?” tanya Silvi. “Kakak gak papa kok, cepat sana, belajar,” ujar kak Steffy. “Yaudah deh,” kata Silvi dan langsung pergi ke kamar untuk menyiapkan palajaran besok. Setelah itu, Silvi membuka kado yang Keke berikan padanya. Ternyata isinya adalah boneka Hello Kitty yang cukup besar dan di lehernya, tergantung kalung yang bertuliskan „Silvi & Keke Sahabat sejati selamanya‟Silvi sangat berkesan dengan kado pemberian Keke. Dan Silvi menjaganya dengan baik. Tak lama kemudian Silvi tertidur sambil memeluk boneka tersebut dengan erat. Pada pukul 05.00 pagi, Silvi bangun dan langsung mandi. Setelah mandi, Silvi sarapan bersama orang tua dan kak Steffy. Setelah itu, Silvi berangkat ke sekolah diantarkan oleh Ayah menggunakan mobil. Sesampainya di gerbang, Silvi 5
  • 6. pamit dengan Ayahnya. “Yah, aku sekolah dulu ya, Assalamu‟alaikum,” kata Silvi. “Wa‟alaikum salam, hati-hati ya, semoga kamu dapat teman yang baik,” kata Ayah. “Baik, yah,” kata Silvi sambil berlari memasuki sekolah tersebut. Baru saja Silvi memasuki gerbang sekolah, ada seseorang yang menabrak Silvi. “Aduh, maaf ya, aku gak sengaja,” kata seseorang tersebut. “Gak apa-apa kok, aku juga salah jalannya gak lihat-lihat,” kata Silvi. “Yaudah, aku duluan ya, bye,” kata orang itu. “Ya, bye,” kata Silvi. Tak lama kemudian bel pun berbunyi. Silvi segera menemui Kepala Sekolah di ruang Kepala Sekolah. Setelah itu, Silvi diantar ke kelas 7 A. Di kelas, Silvi memperkenalkan dirinya kepada teman- teman barunya. “Anak-anak, kalian kedatangan teman baru. Silahkan masuk, Silvi,” kata Ibu Karin yang merupakan wali kelas 7 A. “Baik, Bu,” jawab Silvi. Silvi pun masuk ke kelas. “Teman-teman, perkenalkan nama saya Silvia Cantika Ramadhania. Panggil saja saya Silvi. Saya pindahan dari Jakarta Timur. Saya harap, teman-teman senang berteman dengan saya,” kata Silvi sambil berdiri di depan kelas. Ternyata, seseorang yang menabrak Silvi tadi sekelas dengan Silvi. “Loh, itu kan perempuan tadi,” kata seseorang itu. “Silvi, kamu duduk di sebelah Kirana, ya,” kata Ibu Karin sambil menunjukkan tempat duduk yang kosong di sebelah perempuan yang Silvi tabrak tadi. “Baik, Bu,” kata Silvi. Ketika Silvi duduk, Kirana pun mencoba untuk berkenalan dengan Silvi. “Hai, kenalin namaku Kirana,” kata Kirana sambil menyodorkan tangannya kepada Silvi. “Hai, senang berkenalan denganmu. Masalah yang tadi maaf banget ya,” kata Silvi. “Udahlah, gak usah dipermasalahkan lagi. Lagian kamu gak salah kok,” kata Kirana. Silvi hanya membalas dengan senyuman. Pelajaran pun berlangsung. Ketika istirahat, Kirana mengajak Silvi ke kantin untuk membeli makanan. Silvi pun menerima tawaran Kirana karena Kirana orang yang baik. Di kantin, Silvi berbicara kepada Kirana. “Ran, makasih ya, kamu udah mau jadi temanku. Baru masuk aja aku udah dapat teman yang baik sepertimu,” kata Silvi. “Ya, sama-sama. 6
  • 7. Lagian kamu kelihatannya juga baik,” kata Kirana. Belum lama mereka berbicara, bel masuk pun berbunyi. Mereka segera memasuki ruang kelas. Di kelas, mereka belajar dengan serius. Mereka juga saling membantu untuk mengerjakan soal-soal yang tidak mereka mengerti. Pada pukul 12.00, bel pun berbunyi. Jam pelajaran sekolah telah selesai. Kirana mengajak Silvi untuk pulang bareng karena rumah mereka berdekatan. Silvi menerima tawarannya. Di jalan, mereka berbincang-bincang. “Sil, besok kan hari libur, kita jalan-jalan yuk. Agar kita lebih dekat aja,” ajak Kirana. “Boleh tuh,” kata Silvi. Tak lama kemudian, Silvi tiba di rumahnya. “Ran, mau mampir dulu gak?” tawar Silvi. “Gak deh. Nanti aku dicariin lagi,” tolak Kirana. “Yaudah, besok jadi kan? ” tanya Silvi. “Pasti dong, jangan lupa ya, jam 10.00 aku ke sini,” kata Kirana sambil berjalan menuju ke rumahnya. “Ok,” kata Silvi dan langsung masuk ke rumah. Di rumah, Silvi menceritakan tentang sekolahnya kepada kak Steffy. Kak Steffy pun mendengarkan cerita Silvi dengan penuh perhatian. Setelah selesai bercerita, Silvi makan Siang. Setelah itu, Silvi berlatih gitar bersama kak Steffy. Karena begitu asyik bermain gitar, mereka gak terasa kalau sekarang waktunya makan malam. Mereka pun menyiapkan menu makan malam. Lalu mereka makan malam bersama Ayah danBunda. Setelah makan, Silvi baca buku sejenak dan langsung tidur. Pagi harinya, Silvi bersiap-siap untuk pergi bersama Kirana. Setelah siap, Silvi sarapan bersama Ayah, Bunda dan kak Steffy sambil menunggu kedatangan Kirana. Tepat pada saat Silvi selesai makan, Kirana pun datang. “Assalamu‟alaikum,” teriak Kirana dari depan pintu gerbang. “Wa‟alaikum salam. Eh Bun, sepertinya Kirana udah datang. Aku pergi dulu ya, Assalamu‟alaikum,” kata Silvi sambil mencium tangan Bunda. “Wa‟alaikum salam. Hati-hati ya!” kata Bunda. Silvi pun membuka pintu gerbang. Mereka pun langsung berjalan menuju taman. Sesampainya di taman, mereka mencari tempat duduk untuk beristirahat. Pada saat itu juga, Silvi menceritakan 7
  • 8. tentang sahabat lamanya, yaitu Keke. “Ran, kamu itu mengingatkanku kepada sahabatku waktu di Jakarta. Sifatnya sama persis sepertimu. Baik, perhatian, lebih dewasa. Aku banyak belajar darinya,” kata Silvi dengan mata yang berkaca- kaca. “O, ya. Tapi, kok kamu malah sedih sih?” kata Kirana sambil memegang bahu Silvi dan menatap mata Silvi. “Aku rindu dengannya. Dia yang selalu menghiburku, dia yang selalu menasehatiku, dia yang selalu ada untukku. Dia itu, seperti saudaraku sendiri,” kata Silvi dengan meneteskan air mata. “Sil, tenang aja. Aku mau jadi sahabatmu. Aku akan menemanimu di saat kau butuh,” kata Kirana. “Makasih banyak Ran,” kata Silvi. Mereka pun berpelukan. Setelah itu, mereka bermain-main di taman. Lalu, Kirana memberitahu Silvi “Sil, besok ada siswa baru lagi loh.” “O, ya… Kamu tahu dari mana?” tanya Silvi. “Aku tahu dari Ibu Karin,” jawab Kirana. “HHmm….. Jadi kita ada teman baru dong” sahut Silvi. “Mudah- mudahan orangnya baik ya…..” ujar Kirana. “Ya. Cowok atau cewek?” tanya Silvi lagi. “hhmmm… Katanya sih cowok,” jawab Kirana lagi. “Tapi, gak apa-apa deh, kan semuanya sama,” kata Silvi. Kirana hanya tersenyum mendengar jawaban Silvi yang mengesankan. Setelah puas mereka bermain, mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, Silvi membantu kak Steffy untuk membersihkan rumah. Kemudian, Silvi menyiapkan pelajaran untuk hari Senin besok. Setelah itu, Silvi dan kak Steffy menyiapkan makan malam. Setelah itu, mereka makan malam bersama Ayah dan Bunda. Selesai makan, Silvi membantu kak Steffy membersihkan meja makan. Kemudian, Silvi belajar untuk persiapan sekolah besok. Selesai belajar, Silvi menonton televisi sejenak dan kemusdian Silvi langsung tidur. Silvi tidur sangat nyenyak karena kelelahan habis jalan-jalan bersama Kirana tadi. Keesokan harinya, Silvi bangun pukul 05.00 dan langsung mandi. Setelah mandi, Silvi berpakaian dengan rapi. Setelah itu, Silvi makan malam bersama Ayah, Bunda dan kak Steffy. Selesai makan malam Silvi pamit dengan Bunda. “Bunda, aku pergi dulu ya, Assalamu‟alaikum,” kata Silvi sambil mencium tangan Bunda. “Wa‟alaikumsalam. Hati-hati, ya!” ujar Bunda. 8
  • 9. Silvi pun langsung memasuki mobil dan berangkat ke sekolah diantarkan oleh Ayah. Sesampainya di sekolah, Silvi pamit dan mencium tangan Ayah. Silvi langsung memasuki kelas. Dan ternyata, Kirana sudah menunggu Silvi dari tadi. Setelah itu, mereka langsung menuju ke lapangan untuk mengikuti Upacara Bendera. Selesai upacara, mereka pun masuk ke ruang kelas karena bel sudah berbunyi. Tak lama kemudian, Ibu Karin dan seorang anak laki-laki masuk ke kelas. “Selamat pagi, anak-anak,” sapa Ibu Karin. “Selamat pagi, Bu,” jawab para siswa. “Hari ini kalian kadatangan teman baru lagi. Ayo perkenalkan dirimu!” kata Ibu Karin. Siswa itu pun memperkenalkan dirinya. “Hai, teman- teman! Perkenalkan, namaku Geri Sanjaya Brice. Kalian bisa memanggilku dengan nama Geri. Saya pindahan dari Surabaya. Semoga kalian senang berteman denganku,” sapa Geri. “Baik, Geri. Kamu duduk di sana, ya,” kata Ibu Karin sambil menunjukkan bangku kosong di belakang tempat duduk Silvi. Geri pun langsung duduk. Ketika mau duduk, Geri melihat Silvi yang sangat serius menghapalkan rumus Fisika. “Rajin banget perempuan itu,” sahut Geri dalam hati. Tiba-tiba, Silvi melihat Geri, dan Silvi hanya tersenyum. Geri pun membalas senyuman Silvi. Setelah itu, pelajaran dilanjutkan. Tak lama kemudian, bel berbunyi. Para siswa berhamburan ke kantin. Di kantin, Silvi dan Kirana melihat Geri yang sedang makan sendirian. Mereka pun menghampiri Geri. “Hai, kenalin namaku Silvi,” kata Silvi. “Kenalin, namaku Kirana,” kata Kirana. “Hai, senang berkenalan dengan kalian,” kata Geri dengan tersenyum. Mereka pun berbincang-bincang hingga bel berbunyi. Setelah itu, mereka masuk ke kelas bersama. Makin lama, mereka bertiga tambah akrab. Dan di kelas, mereka saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain. Tak lama kemudian, bel pun berbunyi. Jam pelajaran di sekolah sudah selesai. Mereka pun pulang ke rumah masing- masing. Sesampainya di rumah, Silvi mengganti pakaian dan makan siang. Setelah itu, Silvi menceritakan kejadian waktu di sekolah tadi. Kak Steffy juga tak bosan-bosan mendengarkan curhatan adiknya tersayang itu. Setelah itu, Silvi bermain gitar 9
  • 10. sambil menyanyikan lagu Laskar Pelangi. Lagu tersebut sangat menginspirasi Silvi untuk selalu ceria dan mensyukuri kahidupan ini. Setelah puas bermain gitar, Silvi tertidur. Silvi bangun kembali pukul 18.00. Ayah dan Bunda mengajak Silvi dan kak Steffy untuk makan malam bersama di sebuah restoran. Pada pukul 19.00, mereka pergi untuk makan malam. Sesampainya di sana, mereka memesan makanan dan makan malam bersama. Selesai makan, mereka pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Silvi langsung menyiapkan pelajaran untuk besok. Setelah itu, Silvi belajar. Tak lama kemudian, Silvi mengantuk. Dan Silvi langsung tidur. Keesokan harinya, ketika di sekolah, Silvi datang lebih awal dari hari biasanya karena Silvi mendapat tugas piket. Tak lama kemudian, bel berbunyi. Palajaran pun dimulai. Ketika bel istirahat berbunyi, mereka bertiga pergi ke kantin bersama. Mereka memesan makanan yang sama karena selera mereka sama. Tak lama sesudah itu, bel masuk berbunyi. Mereka pun memasuki kelas. Ketika bel pulang berbunyi, mereka bertiga pulang ke rumah masing-masing dan bersiap-siap untuk jalan-jalan bersama. Sesampainya di rumah, Silvi mengganti pakaian, lalu makan siang dan langsung pergi menuju taman. Di taman, mereka bermain-main dan bercanda bersama. Karena lelah, Silvi istirahat sejenak dan mencari tempat duduk. Silvi merasa sangat senang karena mendapatkan teman yang baik. Geri dan Kirana juga ikut duduk di sebelah Silvi. Mereka bercerita tentang pengalaman mereka yang mengesankan. Silvi juga tak lupa menceritakan sahabatnya, yaitu Keke. “Peristiwa ini mengingatkanku kepada Keke. Aku sering jahilin dia, kami juga sering bermain ke taman dan jalan-jalan ke Mall. Hhmm…. Sekarang, aku bersyukur mempunyai sahabat yang baik seperti kalian,” sahut Silvi. Mereka hanya tersenyum kepada Silvi. Semakin lama, mereka semakin dekat seperti saudara. Mereka menjadi sahabat sejati yang tak bisa dipisahkan. Orang tua mereka juga sangat akrab. Silvi sangat bangga dengan 10
  • 11. mereka karena mereka sangat baik, menyenangkan dan saling menghargai. Walupun sih, mereka bertiga kadang-kadang bertengkar. Tapi, tak lama kemudian, mereka pasti baikan lagi. Begitulah namanya sahabat. “Pertengkaran antar sahabat itu sudah biasa. Tapi, kalau emang sahabat sejati, pasti akan saling memaafkan” ujar Silvi. Silvi juga sering mengabari Keke. Begitu juga sebaliknya. Karya : Emilia Syafitri (VII A) 11