2. Pangeran Dipanegara atau juga sering dieja dengan
Diponegoro, adalah putra sulung Hamengkubuwono III,
seorang raja Mataram di Yogyakarta dengan seorang selir
bernama R.A. Mangkarawati. Pangeran Diponegoro
bernama kecil Raden Mas Antawirya. Pangeran Diponegoro
terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang
Jawa/Perang Sabil (1825-1830). Perang tersebut tercatat
sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah
Indonesia yang pernah ada.
3.
4. sebab-sebab
1. Kaum ulama merasa resah karena
berkembangnya kebudayaan barat
yang sangat mengganggu dan
bertentangan dengan agama Islam.
2. Belanda merencanakan pembangunan
jalan yang menerobos tanah Pangeran
Diponegoro dan makam leluhurnya.
Pangeran Diponegoro dengan tegas
menentang rencana itu. Sebagai unjuk
protes patok-patok untuk pembuatan
jalan dicabut dan diganti dengan
5. 4. Menegakan negara yang berkeadilan
berdasarkan syari’at islam.
5. Kekuasaan raja-raja di Yogyakarta
semakin sempit karena daerah pantai
utara Jawa Tengah dikuasai Belanda
6. Kehidupan rakyat semakin menderita
karena Belanda melakukan tindakan
pemerasan
6.
7.
8.
9. Kemudian Belanda mengutus Pangeran
Mangkubumi memanggil Pangeran Diponegoro
untuk datang ke kraton. Akan tetapi Pangeran
Mangkubumi sendiri tidak mau kembali ke kraton.
Belanda mengutus lagi pangeran yang lain untuk
memanggil Pangeran Diponegoro dan Pangeran
Mangkubumi untuk datang ke kraton. Akan tetapi sebelum
utusan tersebut kembali, Belanda telah datang ke Tegalrejo
membakar dan menembaki rumah Pangeran Diponegoro.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 20 Juli 1825. Kemudian
Pangeran Diponegoro serta Pangeran Mangkubumi dan
keluarganya meloloskan diri naik kuda dengan merusak
pagar tembok yang terletak disebelah barat pendopo
Tegalrejo menuju Selarong. Dengan demikian mulailah
perlawanan Pangeran Diponegoro pada tanggal 20 Juli 1825.
10. Pangeran Diponegoro menjadikan Selarong sebagai pusat
perjuangan dan mengatur siasat perlawanan. Pengikutnya
makin bertambah banyak. Para bangsawan, rakyat berduyun-duyun
datang ke Selarong untuk menggabungkan diri.
11. Kyai Mojo seorang ulama terkenal dari Surakarta juga
menggabungkan diri. Demikian juga Sentot Alibasah Prawirodirjo
ikut membantu perlawanan Diponegoro terhadap Belanda.
12. Semboyan perang Sabil dikumandangkan ke segenap pengikutnya
baik yang ada di Selarong maupun yang ada di daerah lain. Bahkan
seorang Kyai bernama Hasan Basri diutus Pangeran Diponegoro
untuk
MENGABARKAN PERANG SABIL DI DAERAH KEDU.
“Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi
tekan pati“
Sejari kepala sejengkal tanah dibela
sampai mati.
13.
14.
15. Mendengar kemenangan pasukan Pangeran
Diponegoro di Logorok membuat rakyat
makin bersemangat menentang Belanda.
Keluarga Keraton Yogyakarta menjadi
ketakutan lalu berlindung di dalam benteng
B e l a n d a . B a n y a k u l ama k e r a t o n
meninggalkan keraton dan ikut berjuang
dengan pasukan Pangeran Diponegoro.
16. Selama Pangeran Diponegoro bermarkas di Selarong
mendapat serangan dari pasukan Belanda sebanyak 3
kali :
Pertama
Tanggal 25 Juli 1825 oleh pasukan yang
dipimpin Kapten Bouwens. Serangan ini
merupakan balasan terhadap penyergapan
yang terjadi di desa Logorok dekat desa
Pisangan. Serangan ini tidak membawa hasil
karena Selarong di kosongkan.
17. Kedua :
Pada akhir September, serangan besar-besaran dari
pasukan Belanda ini yang dipimpin oleh Mayor
Sellewijn dan Letnan Achanbach. Sampai di Selarong
ternyata Selarong telah dikosongkan. Setelah tahu
kosong, maka tempat tersebut ditinggalkan oleh
Belanda. Pada hari berikutnya, tanggal 3 Oktober
1825, Pangeran Diponegoro dan pasukannya muncul
lagi di Selarong.
18. Ketiga :
Serangan ketiga tanggal 4 Oktober setelah pimpinan
pasukan Belanda diberitahu kalau Pangeran
Diponegoro kembali ke Selarong. Akan tetapi,
serangan Belanda ini juga tidak berhasil, gagal,
karena ketika Belanda menyerang ke Selarong,
ternyata telah dikosongkan oleh Pangeran
Diponegoro dan pasukannya yang telah mundur
kembali ke Yogyakarta.
19.
20.
21.
22. Akhirnya ,pada bulan Maret1830 Diponegoro bersedia untuk berunding di Magelang.
Namun setibanya disana dia di tangkap. Pihak Belanda mengasingkanya ke Manado
dan kemudian ke Makasar, Dimana dia wafat pada tahun 1855. Pemberontakan
akhirnya berakhir, di pihak Belanda perang ini telah menelan setidaknya 8000
serdadu Belanda dan di pihak pribumi sekitar 2000.000 tewas sehingga penduduk
Yogyakarta habis hampir separuhnya.
23. 1. KEAGAMAAN
2. KEBERANIAN
Keberanian, itulah sifat seorang Pahlawan
seperti Pangeran Diponegoro. Keberanian
untuk mengatakan dan bertindak yang salah
ada salah dan yang benar adalah benar.
3. KESABARAN
Tidak ada keberanian yang sempurna
tanpa kesabaran.
Kesabaran untuk berjuang bersama rakyat
dan tidak tunduk kepada penjajah Belanda
itulah yang mampu membuat kewalahan
tentara-tentara Belanda saat itu selama 5
tahun. Kesabarannya itulah yang tetap mampu
dipertahankan meski di saat-saat banyak
ancaman yang diberikan oleh pihak
pemerintah Belanda pada saat itu.
24. 4. PENGORBANAN
Sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat bagi orang lain. Keinginan
Pangeran Diponegoro untuk menjadi
Amirulmukminin Panotogomo Kalifatullah,
pemimpin yang berjuang untuk rakyat
sekaligus agamanya mampu mengalahkan
tawaran ayahnya Sultan Hamengku Buwono III
untuk menjadi pejabat di Kraton Yogyakarta
Hadiningrat.
25. “Jangan menjelekkan orang baik, jangan
membaikan orang yang jahat, jangan berbuat
aniaya terhadap rakyat banyak. “
~Diponegoro~
Pesan
Pangeran
Diponegoro