2. Pengertian Syari’at
• Secara Harfiah
Berdasarkan kosa kata bahasa arab, syari’at bermakna
“sumber air” atau “sumber kehidupan”
• Kitab Mukhtar al-shihah
Syari’at adalah sumber air dan merupakan tujuan bagi
mereka yang ingin minum.
• Abu Hanifah
Syari’at adalah kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan
• Imam Syafii
Syari’ah adalah sebuah lembaga
• Pengertian umum
Syari’at adalah keseluruhan jalan hidup setiap muslim,
termasuk pengetahuan tentang ketuhanan.
3. Ruang Lingkup Syari’at
Syari’at merupakan hukum Allah
yang diturunkan di muka bumi ini untuk
menegakan kemaslahatan seluruh umat
manusia, sehingga pembahasannya
mencakup segala kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh umat manusia layaknya
sebagai hamba Allah.
4. Contoh syari’at dalam kehidupan
sehari-hari :
1. Fardu (wajib)
Mendirikan shalat, membayar zakat, berpartisipasi dalam jihad,
mematuhi hukum islam, seorang muslimah memakai hijab dll.
2. Haram (terlarang)
Melakukan riba, berjudi, menyerukan nasionalisme dan
demokrasi dll.
3. Mandub, mustahab, sunnah atau nafilah (dianjurkan)
menjenguk orang sakit, bersedekah kepada orang miskin, puasa
senin kamis dll.
4. Makruh (tidak disukai)
Shalat diantara waktu subuh dan terbit matahari, makan bawang
sebelum pergi ke mesjid, membuang sampah dijalan.
5. Mubah (boleh)
memakan domba atau ayam, menikah sampai empat istri, dll.
5. Sejarah Tumbuh dan
Perkembangan Syari’at
Di masa awal Islam istilah syari’at yang digunakan
oleh masyarakat muslim adalah “Syara’i” yang merupakan
jamak dari kata “Syari’at”. Sebagai bukti pada suatu riwayat
menunjukan bahwa orang-orang yang baru masuk Islam
dari berbagai pelosok datang pada Rasulullah, dan meminta
kepada beliau agar beliau bersedia mengirimkan seseorang
untuk mengajarkan mereka tentang syara’i Islam. Kata
syari’at jarang sekali dipakai pada masa itu.
6. Pengertian Fiqh
• Pengertian Fiqh (ُ)الفقه menurut bahasa (etimologi) :
adalah : (الفهمُهلوُ/العملُابليشء pengetahuan dan
pemahaman terhadap sesuatu). Contoh : [ُاوهَقْفَي
ُ ِلْوَق/supaya mereka mengerti perkataanku, (QS.
Thaha:28)]
• Pengertian Fiqh menurut istilah (terminologi) adalah
memahami dan dan mengetahui wahyu (baik Al-
Qur’an atau Al-Sunnah) yang disebut hukum syara’
dengan menggunakan penalaran akal dan metode
tertentu sehingga diketahui ketentuan hukum bagi
mukallaf dengan dalil-dalil terperinci.
7. • Penjelasan Definisi Fiqh :
–Mengetahui adalah Ilmu dan dugaan.
Karena mengetahui hukum-hukum fiqih
terkadang bersifat yakin dan terkadang
bersifat dugaan, sebagaimana banyak dalam
masalah-masalah fiqih.
–Hukum-hukum syara’ (Islam) : adalah
hukum-hukum yang diambil dari syari’at,
seperti wajib dan haram, maka tidak
termasuk hukum-hukum akal, dan adat.
8. –Yang diambil dari dalil-dalinya yang
terperinci : adalah dalil-dalil fiqh yang
berhubungan dengan masalah-masalah
fiqh yang terperinci, maka tidak
termasuk di dalamnya ilmu Ushul Fiqih
karena pembahasan di dalamnya
hanyalah mengenai dalil umum.
9. Ruang Lingkup Fiqh
Objek pembahasan fiqh : perbuatan
mukallaf dari sisi ditetapkannya hukum
syara’. Jadi seorang Ahli Fiqh umpamanya
membahas shalat, zakat, shaum, haji, jual
beli, hutang piutang, sewa menyewa dan lain
sebagainya untuk mengetahui hukum syara’
bagi setiap perbuatan ini.
10. Contoh dari penerapan fiqh oleh para imam dalam
kehidupan sehari-hari yang senantiasa berubah :
1. Menggunakan falsafah tasyri’ istihsan (mencari
yang terbaik). Abu hanifah memberikan fatwa
tentang bolehnya wanita menikahkan dirinya
sendiri tanpa wali suaminya dalam konteks
kesetaraan.
2. Menggunakan pendekatan kaidah ushul al-
ahkam (pokok-pokok hukum islam). Imam malik
memberikan fatwa bahwa seorang ibu tidak
wajib menyusui anaknya sendiri dalam rangka
memelihara dirinya agar tetap sehat dan
menyenangkan suaminya.
11. Sejarah Tumbuh dan
Perkembangan Fiqh
Hukum-hukum fiqh tumbuh bersamaan
dengan pertumbuhan agama islam, karena
sebenarnya agama islam merupakan himpunan dari
akidah, akhlak, dan hukum amaliyah.
1. Masa Rasulullah
Komplikasi hukum-hukum fiqh pada periode
pertama terbentuk dari hukum-hukum Allah dan
Rasul-Nya, dan sumbernya adalah Al-Qur’an dan As-
Sunnah sebagai suatu fatwa terhadap suatu kasus,
atau suatu putusan terhadap persengketaan, atau
merupakan suatu jawaban dari suatu pertanyaan.
12. 2. Masa sahabat
komplikasi hukum-hukum terbentuk dari hukum-
hukum Allah dan Rasul-Nya, serta fatwa sahabat dan
putusan mereka. Sedangkan sumbernya adalah Al-
Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad para sahabat. Hal ini
disebabkan banyaknya hal-hal baru yang tidak pernah
muncul pada masa Rasulullah saw.Hukum-hukum ini
belum menjelma dalam bentuk ilmiyyah, akan tetapi
hanya sekedar suatu penyelesaian insidential terhadap
peristiwa-peristiwa yang faktual.
2
13. 3. Masa Tabi’in,tabi’it tabi’in, dan para imam mujtahid
Pada periode ketiga dimulailah kodifikasi hukum-
hukum yang bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijtihad
para sahabat, para imam mujtahid. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya kejadian baru, berbagai kesulitan, banyak
pengkajian, aneka ragam teori, dan gerakan pembangunan
fisik dan intelektualitas yang membawa para mujtahid untuk
memperluas dalam ijtihad sehingga semakin luas pula
lapangan pembentukan hukum fiqh maka hukum-hukum
tersebut menjelma dalam susunan ilmiyah, karena ia telah
dilengkapi dengan dalil-dalil, ilat, dan prinsip-prinsip yang
bercabang dari padanya. Tokoh-tokohnya disebut fuqaha dan
ilmu tersebut dinamakan ilmu fiqh
14. Pengertian Ushul Fiqh
• Pengertian Ushul Fiqh (صولُالفقهأ ):
(صولُالفقهأ ) terdiri dari 2 kata : (صول)أ dan (الفقه ).
• (ُصول)أ : bentuk jama’ dari (ُصل)أ yang menurut bahasa
berarti : sesuatu yang di atasnya berdiri yang lain (dasar).
Sedangkan menurut istilah, (ُصل)أ berarti :
– (ُ)ادلليل : dalil
– (ُاجَّ)الر : yang kuat
– (ُ)القاعدة : kaidah
– (ُتصحاب)الاس : istishhab (salah satu dalil syar’I yang
dipersilahkan/akan dijelaskan nanti)
• (الفقه ) sudah dijelaskan di atas.
15. • Jadi Ushul Fiqh adalah (menurut Baidhawi) :
َُكَاالُوَ ْْجُاِهْقِفْلُاِلِئَالدُةَفِرْعَمُِمُِةَداَفِت ْسِالُاِةََِّّفْيَُِّْفَت ُْْْلُاِالَََاُوَ ْهْنُِد
Memahami dalil-dalil fiqh secara global, bagaimana
menggunakannya dalam mengambil sebuah hukum fiqh,
serta kondisi orang yang mengambil faidah hukum
tersebut.
Penjelasan :
• Yang dimaksud dengan (ُاالَ ْْجُاِهْقِفْلُاِلِئَالد/ dalil-dalil fiqh
secara global) adalah kaidah-kaidah yang bersifat umum
dan menyeluruh yang mencakup hukum-hukum parsial
(bagian).
16. Contoh Kaidah Ushul Fiqh
Contoh :
– ِبوُجُلوِل ِرْمَألا يِف ُلْصَألا : dasar dalam perintah
menunjukkan wajib. Jadi firman Allah :[ واُميِقَأَو
َةَاكَّزال واُتآَو َة ََلَّص/ال Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat (QS. Al-Baqarah:43] menunjukkan wajibnya
shalat dan zakat.
– ْمي ِرَْحتلِل ِيْهَنال يِف ُلْصَألا : dasar dalam larangan
menunjukkan haram. Jadi firman Allah : [ واُبَرْقَت ََلَو
اَن ِ/الز Dan janganlah kamu mendekati zina. (QS. Al-
Isra’:32)] menunjukkan haramnya zina.
Jadi tidak termasuk dari “dalil-dalil (kaidah-
kaidah fiqh secara global” dalil-dalil yang
terperinci. Dalil-dalil terperinci tersebut tidaklah
disebutkan dalam ilmu Ushul Fiqih kecuali
sebagai contoh (dalam penerapan) suatu kaidah.
17. Yang dimaksud dengan : ( ِةَداَفِتْسِاال ِةَّيِفْيَك َواَهْنِم /
bagaimana menggunakannya dalam mengambil
sebuah hukum fiqh) yaitu mengetahui bagaimana
cara mengambil hukum dari dalil-dalilnya dengan
mempelajari hukum-hukum lafadz dan
penunjukkannya seperti umum, khusus, muthlaq,
muqoyyad, nasikh, mansukh, dan lain-lain. Maka
dengan menguasainya (yakni cara mengambil
hukum dari dalil-dalil umum) seseorang bisa
mengambil hukum dari dalil-dalil fiqih.
18. Yang dimaksud dengan (ِدْيِفَتْسُمْال ِلاَح َ/و serta kondisi
orang yang mengambil faidah hukum tersebut)
adalah mengetahui kondisi/keadaan orang yang
mengambil faidah hukum , yaitu mujtahid.
Dinamakan orang yang mengambil faidah hukum
(ِدْيِفَتْسُمْ,)ال karena ia dengan dirinya sendiri dapat
mengambil faidah hukum dari dalil-dalilnya karena
ia telah mencapai derajat ijtihad. Maka mengenal
mujtahid, syarat-syarat ijtihad, hukumnya dan yang
semisalnya dibahas dalam ilmu Ushul Fiqih.
19. Ruang Lingkup Ushul Fiqh
Objek pembahasan Ushul Fiqh adalah
dalil syara’ yang bersifat menyeluruh dari sisi
melalui dalil tsb ditetapkan hukum syara’ yang
bersifat menyeluruh pula. Jadi Ahli Ushul Fiqh
umpamanya membahas qiyas dan
kehujjahannya, lafazh yang umum dan yang
membatasinya, lafazh yang berbentuk perintah
dan yang ditunjukinya, dst.
21. Masa Rasulullah :
Di masa awal hijriyah (Nabi saw) belum ada
kebutuhan untuk ushul fiqh, karena Rasulullah
SAW sendiri berfatwa dan mengadili dengan al-
Qur’an yang diwahyukan dan dengan Sunnah
yang diilhamkan kepadanya, dan juga dengan
ijtihad fithri (ijtihad yang bersifat fihrah atau
pembawaan) beliau, sehingga tidak
membutuhkan kaidah istimbath (penggalian
hukum) dan ijtihad.
22. Masa Sahabat
Para Sahabat setelahnya berfatwa dengan nash-
nash al-Quran & as-Sunnah yang mereka pahami
melalui kemampuan bahasa Arab mereka tanpa
membutuhkan kaidah-kaidah bahasa. Dalam hal-hal
yang tidak ada nashnya, mereka beristinbath dari
nash-nash yang ada , melalui pemahaman mereka
yang kuat terhadap nash-nash itu. Hal itu lantaran
mereka telah menemani Rasulullah saw,
mengetahui sebab-sebab turun ayat dan hadits,
serta memahami maqoshid syariah (tujuan
pembentukan syari’at) dan prinsip-prinsip
penetapannya.
23. Contoh Ijtihad Sahabat :
• Umar ra tidak membagikan ghanimah berupa
tanah pertanian di Sawad Iraq
• Umar ra tidak lagi memberikan zakat pada
muallaf
• Umar ra tidak menjalankan praktek hukum
potong tangan pada pencuri di masa paceklik dan
kelaparan
• Ali ra memutuskan vonis 80 kali dera pada
mereka yang terbukti minum khamr
24. Masa Tabi’in
Pada masa ini futuhat islamiyah semakin meluas.
Dengan demikian, umat Islam Arab banyak
berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain yang
berbeda bahasa dan latar belakang peradabannya,
hal ini menyebabkan melemahnya kemampuan
berbahasa Arab di kalangan sebagian umat,
terutama di Irak . Di sisi lain kebutuhan akan ijtihad
begitu mendesak, karena banyaknya masalah-
masalah baru yang belum pernah terjadi dan
memerlukan kejelasan hukum fiqhnya.
25. • Dalam situasi ini, muncullah dua madrasah besar
yang mencerminkan metode mereka dalam
berijtihad:
– Madrasah ahlir-ra’yi. Pusatnya : di Irak (Bashrah dan
Kufah). Pengusungnya : murid-murid dari Abdullah
bin Mas’ud. Banyak menggunakan ijtihad qiyasi
(analog).
– Madarasah ahlil-hadits. Pusatnya : di Hijaz ( Mekkah
dan Madinah). Pengusungnya : murid-murid dari Ibnu
Umar dan Ibnu Amr bin Ash. Mengoptimalkan
penggunaan atsar / riwayat.
26. • Madrasah ahlir-ra’yi lebih banyak menggunakan qiyas
(analogi) dalam berijtihad, hal ini disebabkan oleh:
– Sedikitnya jumlah hadits yang sampai ke ulama Irak.
– Ketatnya seleksi hadits yang mereka lakukan, hal ini karena
banyaknya hadits-hadits palsu yang beredar di kalangan mereka
sehingga mereka tidak mudah menerima riwayat seseorang
kecuali melalui proses seleksi yang ketat.
– Di sisi lain masalah baru yang mereka hadapi dan memerlukan
ijtihad begitu banyak, maka mau tidak mau mereka
mengandalkan qiyas (analogi) dalam menetapkan hukum.
Masalah-masalah baru ini muncul akibat peradaban dan
kehidupan masyarakat Irak yang sangat kompleks.
– Mereka mencontoh guru mereka Abdullah bin Mas’ud ra yang
banyak menggunakan qiyas dalam berijtihad menghadapi
berbagai masalah.
27. • Sedangkan madrasah ahli hadits lebih berhati-
hati dalam berfatwa dengan qiyas, karena situasi
yang mereka hadapi berbeda, situasi itu adalah:
– Banyaknya hadits yang berada di tangan mereka dan
sedikitnya kasus-kasus baru yang memerlukan ijtihad.
– Contoh yang mereka dapati dari guru mereka, seperti
Abdullah bin Umar ra, dan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash,
yang sangat berhati-hati menggunakan logika dalam
berfatwa.
28. Masa Pembukuan
• 3 Faktor penulisan Ushul Fiqh :
1) Adanya perdebatan sengit antara madrasah Irak dan
madrasah Hijaz.
2) Mulai melemahnya kemampuan bahasa Arab di
sebagian umat Islam akibat interaksi dengan bangsa
lain terutama Persia.
3) Munculnya banyak persoalan yang belum pernah
terjadi sebelumnya dan memerlukan kejelasan
hukum, sehingga kebutuhan akan ijtihad kian
mendesak.
29. Awal Penulisan Ushul Fiqh :
• Menurut Ibnu Nadim : Ulama yang pertamakali
menyusun ilmu ushul fiqh adalah Imam Abu
Yusuf, murid Imam Abu Hanifah ( Kitabnya tidak
sampai kepada kita).
• Menurut Abdul Wahhab Khallaf dan Jumhur
ulama : Yang pertamakali membukukan kaidah
ushul fiqh adalah Imam Syafi’i dalam kitabnya Ar-
Risalah.
• Sampai sekarang, Imam Syafi’I dipandang sebagai
bapak Ilmu Ushul Fiqh.
30. Perbedaan Syari’at, Fiqh, dan Ushul
Fiqh
• Perbedaan Syari’ah, Fiqh dengan Ushul Fiqh :
istilah syari’at berkisar tentang dasar- dasar dan
kewajiban-kewajiban dalam islam seperti: masalah
keimanan, shalat, puasa, zakat, dan haji. Pembahasan
ilmu fiqh berkisar tentang pemahaman tentang agama
secara luas yang meliputi prinsip-prinsip islam dan
perbuatan mukallaf dari sisi konsekuensi hukumnya
secara syar’i ( jual beli, sholat, dst). Sedangkan
pembahasan ushul fiqh berkisar tentang : dalil syar’i
global dan apa yang diambil darinya hukum-hukum
global yang mengacu pada ruh Al-Qur’an dan Hadist (
qiyas, ‘am, mutlaq,istihsan, sya’adu zari’ah, syarhu man
qablana dst)