4 ciri taqwa adalah 1)takut kepada Allah yang bersifat Jalal, dan 2)beramal dengan dasar al-Qur’an (at-tanzil) dan 3)menerima (qona’ah) terhadap yang sedikit, dan 4)bersiap-siap menghadapi hari akhir perlihan (hari akhir)
4. • Sebagian ulama mempermudah pemahaman taqwa
dengan menjelaskan bahwa taqwa adalah
’imtitsalul awamiri waj tinabun nawahi’
mengerjakan segala perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya.
• Sayyidina Ali menerangkan bahwa sejatinya taqwa
tidaklah sekedar istitsalul awamir waj tinabun
nawahi, tetapi taqwa itu adalah:
•واإلست بالقليل والقناعة بالتنزيل والعمل الجليل من الخوفعداد
الرحيل ليوم
• takut kepada Allah yang bersifat Jalal, dan beramal
dengan dasar al-Qur’an (at-tanzil) dan menerima
(qona’ah) terhadap yang sedikit, dan bersiap-siap
menghadapi hari peralihan (hari akhir)
5. Al Khauf
• Al-khaufu minal Jalil artinya bahwa taqwa itu akan menjadikan
seseorang merasa takut kepada Allah swt yang memiliki sifat Jalal.
• Takut Ia kalau amalannya tidak diterima Allah SWT.
• Takut bila amalannya melanggar berbagai aturan dan ketentuan-
Nya. Sehingga apapun diperbuatnya selalu dipertimbangkan
terlebih dahulu. Tangan tidak akan digunakan untuk memungut
benda yang bukan miliknya tanpa izin. Kaki tidak digunakan untuk
berjalan ke arah yang salah, demikian juga mata dan telinga tidak
akan difungsikan sebagai alat mendurhakai-Nya.
• Maka taqwa dalam bingkai Al-khaufu minal Jalil, lebih bernuansa
‘penghindaran dan pencegahan’ dari pada ‘pelaksanaan’. Karena
sesungguhnya ‘ketakutan’ itu akan menyebabkan seseorang
enggan melakukan tindak kesalahan. Seperti halnya seorang anak
kecil yang takut bermain air hujan karena takut kepada orang
tuanya
6. يَو َكِتاَنَبَو َك ِاجَوْزَ ِِل ْلُق ُّيِبَّنال اَهُّيَأ اََْيَلَع َينِنْدُي َينِنِمْؤُمْلا ِاءَسِنْنِم َّنِه
ُي ََلَف َنْفَرْعُي ْنَأ ىَنْدَأ َكِلَذ َّنِهِبيِب ََلَجًمي ِحَر اًورُفَغ ُ َّاَّلل َانَكَو َنْيَذْؤا
Firman Allah SWT dalam surat Al Ahzab:59
7. • Firman Allah SWT :
•َوُلْبَيِل َةاَيَحْال َو َت ْوَمْال َقَلَخ يِذَّلاْمُكُّيَأ ْمُكلَمَع ُنَسْحَأُه َو اُيز ِزَعْال َو
ُورُفَغْال(2)
• Maksudnya : "Yang menjadikan mati dan hidup,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun.(Surah al-Mulk (67) ayat 2)
8. Dalam Q.s. al-Mulk: 2, Allah SWT. menegaskan bahwa
yang menjadi ukuran diterima dan tidaknya amal
perbuatan kita adalah “ayyukum ahsanu ‘amal[an]
[siapakah di antara kalian yang amalnya paling
sempurna].” Allah tidak menggunakan ukuran, “ayyukum
aktsaru ‘amal[an] [siapakah di antara kalian yang amalnya
paling banyak].”
Karena itu, ukurannya adalah kualitas, bukan kuantitas.
Al-Qadhi ‘Iyadh, dikutip oleh banyak Ahli Tafsir,
menjelaskan, “Makna ahsanu ‘amal[an] adalah:
akhlashuhu [siapakah yang amal perbuatannya paling
ikhlas], dan ashwabuhu [siapakah yang amal
perbuatannya paling benar].” Itulah kualitas amal
perbuatan yang akan diterima oleh Allah SWT.
Ukurannya, ikhlas dan benar.
9. • Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah
dengan menghadiri majelis ta’lim. Demikian tingginya
nilai ta’lim sehingga dikatakan oleh Rasulullah SAW
nilainya lebih baik dari shalat sunat 100 raka’at:
• ”Dari Abu Dzar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
”Wahai Abu Dzar. Hendaklah engkau pergi, lalu
engkau mempelajari satu ayat dari kitab Allah, lebih
baik bagimu daripada kamu shalat 100 rakaat. Dan
hendaklah engkau pergi, lalu engkau mempelajari
suatu bab ilmu yang dapat diamalkan ataupun belum
dapat diamalkan, adalah lebih baik daripada kamu
shalat 1.000 rakaat.” (HR Ibnu Majah dengan sanad
hasan).
10. wal ‘amalu bit tanzil,
• Melalukan Amal/ tindakan baik yang berdasarkan
pada apa-apa (al-Qur’an) yang diturunkan Allah
SWT (at-tanzil) sebagai pedoman hidup dan dasar
bersyariat bagi kaum muslim.
• menghindari sesuatu karena takut kesalahan
dalam konsep taqwa tidak lantas menjadikan
seseorang tidak berbuat apa-apa.
11.
12. AKTUALISASI IBADAH
KETERIKATAN MUSLIM
PADA ATURAN ISLAM:
• Dalam urusan keimanan (mantap dan murni
atau tidak syirik)
• Dalam urusan ibadah mahdah (taat selalu)
• Dalam urusan akhlaq (mulia)
• Dalam urusan makanan dan minuman (halal
dan thayib selalu)
• Dalam urusan pakaian (menutup aurat)
• Dalam urusan keluarga (sakinah)
• Dalam urusan pekerjaan (profesional)
• Dalam urusan masyarakat (peduli)
• Dalam urusan dakwah (aktif terlibat)
13. Ayat Al-Qur’an
•ِالر واُلُكْأَت ال واُنَمآ َينِذَّلا اَهُّيَأ اَيَّتا َو ًةَفَعاَضُم اًفاَعْضَأ اَبَ َّاَّلل واُق
َونُحِلْفُت ْمُكَّلَعَل
• “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imron: 130)
•َب ِالر َمَّرَح َو َعْيَبْال ُ َّاَّلل َّلَحَأ َوا
• “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.” (QS. Al Baqarah: 275)
14. BAHAYA RIBA
Memakan Riba Lebih Buruk Dosanya dari Perbuatan
Zina
Rasulullah SAW :
•َلْعَي َوُه َو ُلُجَّالر ُهُلُكْأَي اًب ِر ُمَه ْرِدِثَالَث َو ِةَّتِس ْنِم ُّدَشَأ ُمًةَيْنَز َْني
• “Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari
transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih
besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina
sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dan Al Baihaqi dalam
Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani dalam Misykatul
Mashobih mengatakan bahwa hadits ini shahih)
15. Satu dirham saat ini hanyalah setara
dengan Rp 60 ribu saja (Dinar-
online.com, 16/7/2013). Dengan kata
lain, seseorang yang memakan harta
hasil riba hanya Rp 60 ribu saja sama
dengan telah berzina dengan 36
pelacur.
16. BAHAYA RIBA
Dosa Riba Seperti Dosa Seseorang yang Menzinai Ibu
Kandungnya Sendiri
Rasulullah SAW :
• ُلْثِم اَهُرَسْيأ اًباَب َن ْوُعْبَس َو ٌةَثَالَث اَب ِالرْنِإ َو ُهَّمُأ ُلُجُّالر َحِكْنَي ْنَأىَب ْرَأ
ِمِلْسُمْال ِلُجَّالر ُض ْرِع اَب ِالر
“Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan
adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu
kandungnya sendiri. Sedangkan riba yang paling
besar adalah apabila seseorang melanggar
kehormatan saudaranya.” (HR. Al Hakim dan Al
Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
17. َِينذَّلاا ُموُقَي اَمَك ََّلِإ َونُموُقَي ََل اَب ِالر َونُلُكْأَيْلا َنِم ُناَطْيَّشال ُهُطَّبَخَتَي ِيذَّلَكِلَذ ِسَمْمُهَّنَأِب
اَب ِالر ُلْثِم ُعْيَبْلا اَمَّنِإ واُلاَقْيَبْلا ُ َّاَّلل َّلَحَأَواَب ِالر َمَّرَحَو َعَظِع ْوَم ُهَءاَج ْنَمَفِهِبَر ْنِم ٌةىَهَتْناَف
ِئَلوُأَف َدَاع ْنَمَو ِ َّاَّلل ىَلِإ ُهُرْمَأَو َفَلَس اَم ُهَلَفُوندِلاَخ اَهيِف ْمُه ِارَّنال ُابَحْصَأ َك
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya”
(TQS al-Baqarah [2]: 275)
18. al-Qana’atu bil Qalil
• artinya orang yang bertaqwa akan selalu merasa cukup dengan
rizki yang sedikit, sesungguhnya orang yang memiliki rizqi yang
sedikit dan merasa cukup dengan rizqi tesebut adalah bukti
sekaligus tanda bahwa orang itu dicintai oleh Allah swt.
Sebagaimana yang disabdakan rasulullah saw.
•كفافا رزقه عبدا أحب إذا هللا إن
• Bahwa jika Allah mencintai seorang hamba ia akan memberikan
rizki yang pas-pasan kepadanya.
• Artinya pas-pasan adalah tidak memiliki kelebihan selain untuk
menutupi kebutuhan pokoknya, inilah tanda orang taqwa yang
dicintai Allah swt. Oleh karena itu dalam kenyataannya tidak
seorangpun hamba yang hidup pas-pasan bertindak secara
berlebihan, berhura-hura dan doyan belanja. Karena berbagai
macam keglamouran hidup itu sangat dibenci oleh Allah swt.
menyebabkan manusia melupakan Tuhannya. Itulah bukti hamba
itu dicintai oleh Allah.
19. al-isti’dadu li yaumir rakhil
• adalah bersiap-siap menghadapi hari perpindahan.
Perpindahan dari alam dunia ke alam kubur lalu ke
alam akhirat. Artinya segala amal orang yang bertaqwa
senantiasa dalam rangka menyiapkan diri akan
hadirnya hari kematian. yaitu hari keberangkatan dari
alam dunia menuju alam akhirat.
• Oleh karena itu ketika Rasulullah ditanya “siapakah
manusia yang paling cerdas dan paling mulia di
hadapan Allah?” beliau menjawab mereka adalah
manusia yang
• له إستعدادا وأشدهم للموت ذكرا أكثرهم
• Manusia yang paling banyak mengingat kematian dan
paling semangat mempersiapkan diri menghadapinya
23. ِهللا ىَلِإ واُعُد اَذِإ َينِنِمْؤُمْلا َل ْوَق ََانك اَمَّنِإَنْيَب َمُكْحَيِل ِهِلوُسَرَوواُلوُقَي ْنَأ ْمُه
اَنْعَطَأَو اَنْعِمَسْفُمْلا ُمُه َكِئَلوُأَوُسَرَو َهللا ِعِطُي ْنَمَو ،َونُحِلُهَلو
ْلا ُمُه َكِئَلوُأَف ِهْقَّتَيَو َهللا َشْخَيَوَونُزِئاَف
Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila
mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar
rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah
ucapan.“Kami mendengar dan kami patuh.” Mereka
itulah orang-orang yang beruntung. Siapa saja yang
taat kepada Allah dan rasul-Nya serta takut kepada
Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka adalah
orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS an-
Nur [24]: 51-52)
24. • Imam Bukhari meriwayatkan dari Abi Saruah, ia berkata:
« يِدَمْالِب َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِيِبَّنال َءا َر َو ُْتيَّلَصَتَف اًع ِرْسُم َامَق َّمُث َمَّلَسَف َرْصَعْال ِةَنىَّطَخَابَق ِر
ِهِتَع ْرُس ْنِم ُاسَّنال َع ِزَفَف ِهِئاَسِن ِرَجُح ِضْعَب ىَلِإ ِاسَّنالْنِم واُب ِجَع ْمُهَّنَأ ىَأ َرَف ْمِهْيَلَع َج ََرخَف
ْنَأ ُتْه ِرَكَف َانَدْنِع ٍْربِت ْنِم اًئْيَش ُت ْرَكَذ َلاَقَف ِهِتَع ْرُسِهِتَمْسِقِب ُت ْرَمَأَف يِنَسِبْحَي»
Suatu saat aku shalat Ashar dibelakang Nabi saw. di Madinah. Kemudia
Beliau saw. membaca salam dan cepat-cepat berdiri, kemudian
melangkahi pundak orang-orang yang ada di mesjid hingga sampai ke
sebagian kamar istrinya. Maka orang-orang pun merasa kaget dengan
bergegasnya Nabi (ada apa gerangan?). Kemudian Nabi saw. keluar dari
kamar istrinya menuju mereka. Nabi melihat para shahabat sepertinya
merasa keheran-heranan karena bergegasnya beliau. Kemudian Beliau
saw. berkata: Aku bergegas dari sholat karena aku ingat pada suatu
barang yang masih tersimpan dirumah kami. Aku tidak suka jika barang
itu menahanku, maka aku memerintahkan (kepada istri ku) untuk
membagi-bagikannya.
Dalam riwayat Muslim yang lain Nabi saw. bersabda:
« َأ ُتْه ِرَكَف ِةَقَدَّصال ْنِم اًْربِت ِتْيَبْال يِف ُتْفَّلَخ ُتْنُكُهَتِيَبُأ ْن»
Aku meninggalkan sebuah barang sedekah di rumahku dan Aku tidak
suka jika aku menahannya.
Hadits ini memberi petunjuk kepada kaum Muslim agar bersegera dan
cepat-cepat melaksanakan perkara yang telah di wajibkan Allah Swt.
25. Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata:
« َدْيَبُع اَبَأ َو َّي ِارَصْنَألْا َةَحْلَط اَبَأ يِقْسَأ ُتْنُكَش ٍبْعَك َْنب َّيَبُأ َو ِاحَّرَجْال َْنب َةْنِم اًبا َر
َق َرَْمخْال َّنِإ َلاَقَف ٍتآ ْمُهَءاَجَف ٌرَْمت َوُه َو ٍيخ ِضَفَنَأ اَي َةَحْلَط وُبَأ َلاَقَف ْتَم ِرُح ْدْمُق ُس
ِم ىَلِإ ُتْمُقَف ٌَسنَأ َلاَق اَه ْرِسْكاَف ِار َر ِجْال ِهِذَه ىَلِإِلَفْسَأِب اَهُتْب َرَضَف َانَل ٍاس َرْهىَّتَح ِه
ْت َرَسَكْنا»
Suatu hari aku memberi minum kepada Abu Thalhah al
Anshary, Abu Ubaidah bin al Jarrah, dan Ubay bin Ka’ab dari
Fadhij, yaitu perasan kurma. Kemudian ada seseorang yang
datang, ia berkata: Sesunggunya Khamr telah diharamkan.
Maka Abu Thalhah berkata: Wahai Anas berdirilah dan
pecahkanlah kendi itu! Anas berkata: Maka akupun berdiri
mengambil tempat penumbuk biji-bijian (Al Mihras) milik
kami, maka kami memukul kendi itu dengan bagian bawahnya
(Al Mihras), hingga pecahlah kendi itu.
26. • Dalam hadits yang ditakhrij oleh Bukhari Muslim dari
Jabir, diungkapkan:
« َّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِيِبَّنلِل ٌلُجَر َلاَقِتُق ْنِإ َْتيَأَرَأ ٍدُحُأ َم ْوَي َمَْنيَأَف ُتْل
َلاَق َا؟نَأ:ِدَي يِف ٍتا َرَمَت ىَقْلَأَف ِةَّنَجْال يِفَلِتُق ىَّتَح َلَتاَق َّمُث ِه»
Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada
Rasulullah saw. pada saat perang Uhud: Bagaimana
pandanganmu Ya Rasulallah saw. jika aku terbunuh
saat ini, dimanakah tempat ku (setelah kematian)?.
Rasulullah bersabda: Engkau akan berada di syurga.
Mendengar sabda Rasulullah saw. tersebut, maka
laki-laki itu serta-merta melemparkan buah kurma
yang ada di tangannya, kemudian ia maju untuk
berperang hingga terbunuh di medan perang.
27. • Semoga Allah merahmati kaum wanita yang hijrah
pertama kali, ketika Allah menurunkan firman-Nya:
] َّنِهِبوُيُج ىَلَع َّنِه ِرُمُخِب َْنب ِرْضَيْل َو[
Dan hendaklah mereka mengenakan kain kerudung
mereka diulurkan ke kerah baju mereka (TQS. An
Nur [24]: 31)
Maka kaum wanita itu merobek kain sarung mereka
(untuk dijadikan kerudung) dan menutup kepala
mereka dengannya .