SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 27
Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia 
Saat ini 
Pada 21 Mei 1998, dalam sebuah upacara singkat yang disiarkan di seluruh dunia, 
Presiden Indonesia Suharto mengundurkan diri dan digantikan oleh wakil presiden hanya dalam 
dua bulan, BJ Habibie, seorang kepercayaan Suharto yang telah mengabdi selama bertahun-tahun 
sebagai menteri riset dan teknologi. Suharto telah memegang kekuasaan selama lebih 
dari 32 tahun, dan sampai hari-hari terakhirnya di kantor beberapa pengamat memprediksi 
bahwa akhir sudah dekat. 
Keputusan Soeharto untuk mengundurkan diri itu dipicu oleh penolakan dari 14 individu 
kunci, yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri Ginandjar 
Kartasasmita, untuk menerima penunjukan sebagai menteri dalam kabinet direstrukturisasi. Ia 
juga berada di bawah tekanan berat untuk mengundurkan diri dari pemimpin Majelis 
Permusyawaratan Rakyat (Majelis Permusyawaratan Rakyat), badan konstitusional 
superparliamentary bahwa pada bulan Maret telah terpilih sebagai presiden untuk jangka 
ketujuh lima tahun. Peristiwa ini terjadi dalam konteks ekonomi dan politik TUR-MOIL yang 
dimulai dengan krisis mata uang Juli 1997. Ini termasuk demonstrasi mahasiswa besar-besaran 
di kampus universitas di seluruh negeri mulai Februari berikut; pembunuhan, diduga oleh 
pasukan keamanan, dari empat mahasiswa di sebuah universitas swasta di Jakarta pada tanggal 
12 Mei; pesta pora kerusuhan perkotaan selama 13-15 Mei yang menewaskan lebih dari 1.000 
jiwa; dan penyitaan gedung Majelis pada tanggal 18 Mei oleh beberapa ribu siswa. Itu Acara 
terakhir ini yang mendorong para pemimpin Majelis, semua yang sebelumnya dipilih oleh 
Suharto sendiri, untuk berbalik melawan bos mereka, dan gagal restrukturisasi kabinet presiden 
adalah respon awal untuk itu. 
Bagaimana kita bisa menjelaskan kematian politik Soeharto yang cepat, setelah 
bertahun-tahun kekuasaan dekat-absolut? Umur-Suharto berbalik 77 pada bulan Juni 1998- 
tidak diragukan lagi faktor, seperti kedalaman krisis ekonomi, yang paling serius yang dialami 
Indonesia sejak awal pemerintahan Orde Baru yang didirikan oleh Soeharto pada 1965-1966. 
Yang lebih penting, bagaimanapun, adalah serangkaian kesalahan kebijakan presiden yang
memburuk dan krisis berkepanjangan. Sementara lainnya Timur dan negara Asia Tenggara, 
terutama dari Thailand dan Korea Selatan, muncul oleh bagian awal tahun 1998 telah berubah 
sudut menuju kemakmuran baru, penurunan Indonesia terus. Pada bulan Maret 1998, ketika 
masalah politik terburuk Soeharto mulai, rupiah diperdagangkan pada di atas 10.000 dolar AS 
(bagi beberapa bersedia untuk membelinya); sebagian besar bank dan banyak bisnis sektor 
modem secara teknis bangkrut jika tidak benar-benar menutup; jutaan orang telah kehilangan 
pekerjaan mereka; inflasi berjalan pada tingkat tahunan sebesar 150 persen; dan ada 
kekurangan bahan pokok, termasuk obat-obatan serta bahan makanan dan barang-barang 
rumah tangga umum lainnya. Dana Moneter Internasional (IMF), yang didukung oleh Bank 
Dunia dan pemerintah negara-negara G-7, telah dua kali pada bulan Oktober 1997 dan Januari 
1998-ditawarkan untuk menyelamatkan Suharto keluar dengan memberikan kredit baru 
dengan imbalan reformasi ekonomi. Pada kesempatan kedua presiden secara resmi menerima 
persyaratan IMF tetapi segera melanjutkan untuk menumbangkan perjanjian dengan cara yang 
terlalu jelas untuk pasar keuangan dan investor asing untuk dilewatkan. Sebagai contoh, setelah 
perjanjian pertama bank putranya Bambang Trihatmodjo ditutup sebagaimana diatur, tapi 
asetnya ditempatkan di bank lain milik Bambang. Pembangunan proyek PLTA Suharto terkait di 
Jawa Timur pertama kali ditunda, kemudian dijadwal ulang. Pada awal Januari, anggaran 1998- 
1999 negara terlalu optimis diumumkan tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan Dana. 
Yang kedua, perjanjian yang lebih membersihkan dan lebih ketat, kemudian dikenal 
dengan program 50-point IMF, telah ditandatangani pada Januari 15,1998. Dalam beberapa 
minggu ada laporan bahwa kesepakatan ini dilanggar juga. Misalnya, cara ditemukan untuk 
mempertahankan kedua monopoli cengkeh dan proyek mobil nasional yang dikendalikan oleh 
putra bungsu Tommy (Hutomo Mandala Putra). Kroni Presiden Mohammad "Bob" Hasan 
bergerak cepat untuk membangun kembali pegangan ketat pada industri kayu lapis. 
Perusahaan konstruksi milik putri tertua Tutut (Siti Hardiyanti Rukmana) mengumumkan bahwa 
mereka masih akan membangun jalan triple-decker mahal. 
Selama periode yang sama Soeharto juga mengambil, atau membiarkan orang lain 
untuk mengambil, tindakan yang mengalihkan perhatian dari penyebab sebenarnya dari dan 
kemungkinan solusi untuk krisis ekonomi. Sebagai contoh, putri Tutut memainkan peran kunci
dalam Gerakan Cinta Rupiah, di mana Indonesia kelas menengah dan atas (Sino-Indonesia 
merasa sangat tertekan) didesak untuk menjual dolar mereka untuk membantu menaikkan nilai 
tukar rupiah. Sebuah kampanye dimulai melawan terkaya pebisnis Sino-Indonesia (yang disebut 
konglomerat), yang diduga telah diparkir puluhan miliar dolar abroad.3 konglomerat yang 
diberi label patriotik oleh Panglima TNI Jenderal Feisal Tanjung, yang mengancam (meskipun ia 
tidak melakukan) "tindakan lebih lanjut" jika modal mereka tidak kembali ke Indonesia dan 
diberikan kepada negara. Satu Sino-Indonesian pengusaha terkemuka, Sofyan Wanandi, 
dipanggil untuk ditanyai sehubungan dengan ledakan bom di sebuah kompleks apartemen di 
Jakarta. 
Penargetan pemerintah Sofyan mungkin tidak berhubungan dengan masalah pelarian 
modal, tapi lebih takut komunitas bisnis Sino-Indonesia. Masalah yang paling mengganggu, 
yang diperdebatkan dalam dan di luar Indonesia selama hampir dua bulan, adalah usulan untuk 
mematok rupiah pada sekitar 5.000 dolar AS melalui dewan mata uang. Ide ini rupanya 
diprakarsai oleh pengusaha yang dekat dengan anak-anak Soeharto, yang mengundang dewan 
pakar mata uang (dan promotor) Profesor Steven Hanke dari Johns Hopkins University untuk 
kediaman presiden. Dewan mata uang akan menggantikan fungsi bank sentral dengan 
membatasi jumlah rupiah yang beredar dengan jumlah dolar yang tersedia untuk menebus 
mereka dengan suku bunga tetap dan dengan membiarkan suku bunga perbankan yang akan 
ditetapkan oleh pasar. Sementara sebagian besar ekonom dan pengusaha, dalam dan luar 
negeri, cepat sepakat bahwa Indonesia bukanlah calon yang cocok untuk dewan mata uang 
(dolar terlalu sedikit yang tersedia dan terlalu lemah sistem perbankan), presiden tidak mau 
meninggalkannya. 
Ini menempatkan dia bertentangan dengan penasihat ekonomi sendiri, mendorong dia 
untuk memecat kepala dihormati dari bank sentral, Soedradjad Djiwandono. Hal ini juga tegang 
hubungan dengan IMF, Bank Dunia, dan G-7 pemerintah, semua yang ingin dia sesuai dengan 
program 50-point IMF. Beberapa panggilan telepon dari Presiden AS Bill Clinton, ditambah 
aliran pengunjung yang menonjol, termasuk mantan Wakil Presiden AS Walter Mondale dan 
Perdana Menteri Jepang kemudian Ryutaro Hashimoto, gagal untuk mengubah pikirannya. 
Istirahat akhirnya datang pada tanggal 20 Maret, ketika Menteri Keuangan Fuad Bawazier baru
diangkat, setelah bertemu dengan tim IMF yang baru, mengumumkan bahwa gagasan dewan 
mata uang tidak akan dilaksanakan karena kekurangan cadangan devisa. 
Selama periode yang sama, Januari-Maret, Presiden Suharto membuat keputusan 
politik-khususnya pilihannya dari wakil presiden dan kabinet yang meningkatkan keraguan 
tentang komitmennya untuk program 50-point IMF. Di bawah konstitusi 1945, Majelis 
Permusyawaratan Rakyat memenuhi quinquennially untuk memilih presiden dan wakil presiden 
dan untuk menyebarluaskan "garis utama kebijakan negara." Menurut praktik Orde Baru, 
segera setelah setiap sesi Majelis, presiden menunjuk kabinet baru. Setelah jadwal ini, Majelis 
dipenuhi dari 1 Maret - 11 Maret 1998, dan kabinet baru, yang anggotanya diharapkan untuk 
melayani hingga tahun 2003, diumumkan pada 14 Maret. 
Majelis diselenggarakan pada tanggal 1 Maret terdiri dari 425 dipilih dan 75 diangkat 
anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat [DPR], atau Dewan Perwakilan Rakyat) ditambah 500 
anggota yang ditunjuk. Seperti tahun sebelumnya, baik pemilihan dan proses penunjukan 
dikelola secara ketat oleh presiden dan para pembantunya untuk memastikan minimal oposisi 
terhadap terpilihnya kembali Soeharto sendiri, pilihannya dari wakil presiden, dan versinya garis 
besar kebijakan negara. Telah ada pemilihan umum sebelum setiap sesi Majelis (yang terakhir 
diadakan pada tanggal 29 Mei 1997), di mana tiga partai-satu pemerintah dan non-pemerintah 
dua-diizinkan untuk bersaing untuk 425 kursi. Partai pemerintah, Golkar disebut (Golongan 
Karya, Grup Fungsional) adalah wajah politik partisan dari birokrasi negara dan militer. Ini 
pertama kali dimobilisasi oleh Suharto sebelum pemilihan parlemen tahun 1971 untuk 
meminimalkan peran kekuatan politik non-negara di DPR dan MPR. 
Kedua partai nonpemerintah itu sendiri produk dari 1.973 paksa fusi oleh Suharto dari 
sembilan partai yang sebelumnya otonom. Sepanjang Orde Baru, mereka menerima tunjangan 
dari sebuah yayasan Suhartocontrolled, pemimpin mereka telah disetujui oleh pemerintah, dan 
kegiatan kampanye mereka terbatas dan diawasi ketat oleh tentara. Pada bulan Juni 1996 
Megawati Sukarnoputri populer, putri mendiang Presiden Soekarno (dan untuk alasan itu 
berpotensi karismatik), secara paksa digulingkan sebagai pemimpin Partai Kristen Indonesia 
yang nasionalis Demokrat (Partai Demokrasi Indonesia, PDI) atas perintah Soeharto. Para
pemimpin saat ini pihak non-pemerintah lainnya, PPP Islam (Partai Persatuan Pembangunan, 
Partai Persatuan Pembangunan), tidak dianggap mengancam pemerintah. 
Dalam pemilihan parlemen 1997 Golkar meraih 325 kursi, PPP 89, dan PDI 11 (beberapa 
pendukung PDI bersedia memilih partai setelah penggulingan Megawati). Majelis yang bertemu 
Maret 1998 terdiri dari 425 perwakilan tersebut ditambah 75 pasukan bersenjata ditunjuk dan 
500 ditunjuk, mewakili daerah, para pihak, angkatan bersenjata, dan berbagai kelompok sosial 
jika tidak terwakili. Janji ini semua dibuat dalam proses yang dikendalikan oleh Suharto dan 
karena itu menghasilkan Majelis siap untuk melakukan penawaran presiden. Keinginannya 
termasuk pemilihan sendiri dan pemilihan wakil presiden yang dipilihnya, mantan menteri riset 
dan teknologi BJ Habibie, baik secara aklamasi, ditambah berlakunya keputusan Majelis 
pemberian presiden kekuatan yang luar biasa dalam hal ancaman terhadap keamanan nasional. 
Pilihan Habibie tidak melakukan apa pun untuk meyakinkan pasar keuangan atau 
investor potensial dalam perekonomian Indonesia. Memang, efek langsung adalah untuk 
mendorong rupiah ke level terendah baru terhadap dolar. Habibie adalah seorang insinyur 
aeronautika Jerman terlatih dengan reputasi untuk ketidaktahuan ekonomi dan sedikit 
kesabaran dengan siapa pun yang tidak setuju dengan dia. Dalam visinya, seperti yang 
diungkapkan dalam 25 tahun ia menjabat Suharto, ketergantungan pada manufaktur teknologi 
tinggi oleh industri negara akan memungkinkan Indonesia untuk mengembangkan cepat, 
negara-negara yang mengikuti konsepsi konvensional keunggulan komparatif lompatan. Lebih 
dari satu miliar dolar dana negara yang dituangkan ke Industri Pesawat Terbang Nusantara 
(IPTN), perusahaan manufaktur pesawat menyatakan bahwa ia lama memimpin. Meskipun 
buku perusahaan tidak tersedia untuk inspeksi independen, IPTN tampaknya telah disediakan 
beberapa pengembalian investasi yang sangat besar ini. Habibie juga secara pribadi menuju 
beberapa perusahaan negara lain dan mengawasi 10 disebut industri strategis. Orang dan 
kebijakan-Nya telah diharamkan tidak hanya untuk para ekonom profesional, IMF, dan 
sebagainya, tetapi juga untuk banyak petugas di angkatan bersenjata Indonesia. Control 
Habibie atas kapal dan amunisi industri negara dan pembeliannya beberapa tahun yang lalu 
dari mantan Jerman Timur Navy dipandang oleh banyak petugas sebagai ancaman langsung 
terhadap angkatan bersenjata kepentingan.
Pilihan Suharto Habibie mungkin direncanakan jauh sebelumnya, bahkan pada awal 
Maret 1993, ketika presiden enggan menerima Jenderal Try Sutrisno, calon ditekan kepadanya 
oleh angkatan bersenjata, sebagai wakil presiden untuk jangka 1993-1998. 'Bagaimana Suharto 
dimaksudkan untuk menggunakan Habibie di pos barunya tidak jelas. Asisten dan rekan Habibie 
melaporkan bahwa Habibie sendiri percaya bahwa ia telah ditunjuk Soeharto successor.6 
Banyak orang lain, di luar maupun di dalam kamp Habibie, berpendapat bahwa Habibie akan 
menjadi semacam de facto perdana menteri, sebagai penuaan Presiden Suharto kehilangan 
minat pada rincian sehari-hari kebijakan. Pandangan saya sendiri adalah bahwa Soeharto tidak 
berniat untuk memberikan wakil presiden barunya peran substansial lebih besar dari yang 
ditugaskan untuk pendahulunya, ia juga tidak berharap akan digantikan oleh Habibie. Pada 
tanggal 19 Mei, dua hari sebelum ia mengundurkan diri, Suharto, masih master pidato tidak 
langsung, mengatakan kepada pers: "Bagi saya, mengundurkan diri atau tidak bukan masalah 
Yang harus kita pikirkan adalah apakah dengan pengunduran diri saya situasinya bisa dengan 
cepat diatasi. 
Tes lakmus untuk keanggotaan dalam kabinet baru Soeharto, khususnya untuk 
portofolio ekonomi, tampaknya telah permusuhan kepada IMF dan kesediaan untuk menerima 
dewan mata uang. Menteri koordinasi baru bagi perekonomian, keuangan, dan industri, dan 
sekaligus ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Ginandjar Kartasasmita, adalah 
favorit presiden panjang terkait dengan kebijakan proteksionis bagi pengusaha nasional. 
Menteri keuangan, Fuad Bawazier, dilaporkan menjadi dekat dengan anak-anak Soeharto, 
sementara gubernur bank sentral baru, Sjahril Sabirin, yang dipetik dari ketidakjelasan relatif 
posisi staf Bank Dunia di Washington. Mungkin yang paling mengungkapkan sikap Soeharto 
terhadap IMF adalah penunjukan yang mengejutkan kayu lapis monopoli Bob Hasan sebagai 
menteri perdagangan dan industri. Pesan muncul untuk menjadi: "Tidak hanya akan saya tidak 
membongkar kartel, tetapi sekarang Anda akan harus bernegosiasi langsung dengan raja kartel" 
Loyalitas yang tidak diragukan lagi ke Suharto jelas dihitung sangat dalam pilihan 
presiden dari banyak menteri baru. Hal ini konsisten dengan pola bersejarah hubungan dengan 
angkatan bersenjata juga. Sejak tahun 1988, ketika ia diberhentikan Jenderal Benny Murdani 
sebagai komandan angkatan bersenjata, dan terutama sejak tahun 1993, ketika ia diangkat
menjadi komandan Jenderal Feisal Tanjung, Suharto berusaha keras untuk memastikan bahwa 
loyalis pribadi (kebanyakan mantan ajudan dan komandan pengawal presiden) diberi semua 
posisi-8 perintah kunci Akhirnya, presiden pertama putri Tutut tampaknya telah berpengaruh 
dalam pemilihan beberapa anggota kabinet baru. The Singapore Straits Times melaporkan 
bahwa sampai setengah menteri baru adalah rekan-rekannya. Tutut sendiri, sebagai menteri 
urusan sosial, menjadi anak Suharto pertama yang diberi pos kabinet. 
Pada pertengahan Maret, Suharto berdiri di lubang yang dalam bahwa ia sendiri telah 
digali. Situasi ekonomi memburuk terus, setidaknya sebagian sebagai akibat dari perbuatannya 
sendiri. Sebagian besar dari upah-produktif kelas pekerja dan dari ulama tersebut, profesional, 
dan menengah kewirausahaan dan kelas-di dalam maupun di luar atas-memiliki pemerintah 
enggan datang untuk melihat dia sebagai bagian dari masalah. Mahasiswa, anak-anak dari kelas 
menengah dan atas, takut oleh runtuhnya tiba-tiba ekonomi dan marah dengan pemimpin 
mereka percaya bertanggung jawab untuk situasi mereka. Mereka juga memiliki sedikit 
kehilangan dan berpotensi banyak keuntungan dengan memobilisasi melawan pemerintah. 
Selain itu, dengan janji presiden dan wakil kabinet, Soeharto telah membuka dirinya lebar untuk 
tuduhan kronisme dan nepotisme. 
Pada titik ini, hanya pendukung Soeharto penting adalah angkatan bersenjata, pilar 
utama yang ia telah dibangun Orde Baru lebih dari 30 tahun sebelumnya. Selama berminggu-minggu, 
militer di bawah pimpinan yang baru diangkat Pangab Jenderal Wiranto, mantan 
ajudan presiden, berhasil membuat para siswa yang terkandung di balik dinding kampus 
mereka, meskipun dukungan rakyat untuk gerakan mereka, terutama di kalangan profesional 
perkotaan, tumbuh pesat. Bendungan meledak ketika empat mahasiswa di Universitas Trisakti, 
sebuah universitas swasta di Jakarta, ditembak mati pada tanggal 12 Mei, yang diduga 
dilakukan oleh polisi yang tidak menaati instruksi untuk hanya menggunakan peluru karet. 
Pemakaman dari 
siswa martir, disiarkan langsung di televisi nasional, menghasilkan gelombang baru protes, 
diikuti dengan kekerasan massal 13-15 Mei. Para pejabat tinggi militer akhirnya menyadari 
bahwa Soeharto harus pergi dan mulai mendiskusikan kemungkinan skenario. Pada saat ini, 
Namun, peristiwa yang bergerak cepat, dan para jenderal bertindak sendiri kurang dari mereka
bereaksi terhadap gerakan orang lain, seperti para pemimpin Majelis dan Menteri Ekonomi 
Ginandjar. Angkatan bersenjata kesetiaan kepada Suharto sebagai pribadi, jika tidak ada lagi 
sebagai presiden, tampak jelas pada upacara pengunduran diri. Wiranto mengimbau kepada 
bangsa untuk mendukung transisi dan menambahkan bahwa "angkatan bersenjata akan terus 
melindungi keselamatan dan kehormatan dari mantan presiden ... termasuk Pastor Soeharto 
dan keluarganya." 
Masa Lalu (Dijelaskan dengan Singkat) 
Untuk seorang pengamat Orde Baru sejak awal, pola keputusan kebijakan ekonomi 
Presiden Soeharto dari Juli 1997 sampai dengan pengunduran dirinya Mei 1998 adalah 
mencolok menyimpang. Pada pertengahan 1960-an, ketika Suharto pertama kali mengambil 
alih kekuasaan dari Presiden Soekarno, perekonomian berada dalam krisis yang mendalam, 
dengan utang tak terbayar besar (pada saat itu negara waktu, tidak pribadi) kepada kreditur 
asing, bank nonfunctioning, tingkat pertumbuhan negatif, dan pelarian inflasi. Pada saat itu, 
presiden baru mengambil nasihat dari tim ekonom profesional, yang disebut Berkeley Mafia di 
bawah pimpinan Profesor Wijoyo Nitisastro, yang bekerja sama dengan IMF, Bank Dunia, dan 
pemberi pinjaman asing lainnya. Di bawah bimbingan tim Wijoyo, dan dengan kredit luar negeri 
baru, perekonomian cepat stabil dan kemudian mulai tumbuh pada tingkat yang terhormat, 
yang segera rata-rata sekitar 8 persen per tahun. 
Dari akhir 1960-an ke 1990-an, serangkaian krisis lebih lanjut mengguncang 
perekonomian Indonesia, termasuk krisis harga beras tahun 1973, perusahaan minyak negara 
krisis utang Pertamina pada tahun 1975, resesi dunia 1981-1982, dan runtuhnya harga minyak 
internasional di 1986,10 pada setiap kesempatan tersebut, setelah tertentu, tapi singkat, ragu-ragu, 
Suharto memilih sekali lagi untuk mengikuti saran dari para ekonom, termasuk kelanjutan 
dari kebijakan makroekonomi yang konservatif dan anggaran berimbang, ditambah 
perdagangan baru dan (setelah 1988) liberalisasi keuangan. Hasilnya dipulihkan pertumbuhan, 
yang pada 1990-an telah rata-rata sekitar 7 persen. 
Hal ini tidak berarti bahwa para ekonom tidak memiliki kompetisi untuk telinga 
Soeharto. Kedua Ginandjar, merupakan usaha swasta pribumi, dan Habibie, yang mewakili 
perusahaan teknologi tinggi negara, telah pemain utama selama beberapa dekade. Sebelum
mereka, direktur Pertamina jangka panjang, Ibnu Sutowo, meminjam (dengan persetujuan 
Suharto, tetapi tanpa sepengetahuan para menteri ekonomi) miliaran dolar untuk membiayai 
versinya sendiri industri berteknologi tinggi, seperti perkebunan padi mengambang. Memang, 
Ginandjar, Habibie, dan Sutowo semua menerima menguntungkan mentionGinandjar dan 
Habibie yang dikhususkan pejabat-in muda sangat menjanjikan otobiografi Soeharto, 
sedangkan nama-nama Wijoyo dan timnya ekonom tidak muncul sama sekali. 
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari otobiografi Soeharto adalah bahwa dia tidak 
pernah merasa hangat terhadap ekonom tapi melihat mereka bukan sebagai kejahatan yang 
diperlukan memungkinkan dia untuk mengekstrak dari ekonomi internasional sumber daya 
yang dibutuhkan untuk mengembangkan Indonesia. Hal ini juga benar bahwa ia tidak pernah 
berbagi visi mereka tentang ekonomi pasar pada dasarnya bebas. Dalam konteks Amerika, para 
ekonom Indonesia yang awalnya ekonom pembangunan, lebih dari Keynesian Friedmanian, 
meskipun dalam beberapa tahun terakhir mereka telah mengikuti mode intelektual 
internasional ke kanan) Sebaliknya, dua pertimbangan melaju lagi dan lagi untuk menerima 
saran mereka: pertama , hasil dalam hal pertumbuhan ekonomi bahwa kebijakan mereka 
diproduksi; dan kedua, pengakuan bahwa pertumbuhan menciptakan sumber daya ekonomi 
yang ia bisa gunakan untuk membangun basis kekuatan politiknya. 
Beberapa sumber daya ini digunakan untuk memberikan penghargaan konstituen yang 
sangat besar, seperti petani padi, yang diuntungkan selama bertahun-tahun dari program 
rehabilitasi irigasi dan subsidi untuk benih, pupuk, dan pestisida, atau konsumen perkotaan, 
yang diuntungkan dari bahan bakar rendah atau setidaknya stabil dan harga pangan. Jalan dan 
bangunan jembatan, sekolah dan pusat kesehatan konstruksi dan staf, dan elektrifikasi 
pedesaan disediakan jutaan pekerjaan dan tertinggal peningkatan infrastruktur dan layanan. 
Sumber-sumber lain telah ditargetkan lebih sempit, seperti kenaikan gaji bagi pegawai negeri 
sipil atau, pada awal Orde Baru, pembagian beras gratis untuk tentara. Yang lain telah 
digunakan untuk membeli loyalitas para pejabat tinggi dan perwira militer, baik sebagai hadiah 
langsung atau sebagai peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan, secara terbuka atau 
diam-diam.
Akhirnya, penting untuk dicatat bahwa aliansi Soeharto dengan bisnis Sino-Indonesia 
merupakan bagian penting dari cerita ini. Bisnis berukuran menengah yang paling besar dan 
bahkan di Indonesia dimiliki dan dijalankan oleh orang Indonesia Sino-. Ini telah menjadi 
sumber banyak kebencian di pihak Indonesia pribumi biasa, banyak dari mereka percaya bahwa 
mereka mengenakan harga tinggi, membantah pekerjaan, dan dicegah dari bersaing pada 
istilah yang sama. Individu Sino-Indonesia, bagaimanapun, telah memiliki sebagian besar 
hubungan sangat baik dengan pejabat negara, termasuk militer. Jauh sebelum Orde Baru, para 
pejabat mulai proteksi perdagangan dan favoritisme (misalnya, kontrak untuk bisnis negara dan 
Surat Ijin Usaha Perdagangan) untuk bagian dari keuntungan bisnis. 
Hubungan bisnis Soeharto sendiri dengan Liem Sioe Liong, Orde Baru yang paling sukses 
pengusaha Sino-Indonesia, dimulai pada akhir 1950-an, ketika Liem disediakan berbagai barang 
dan jasa ke divisi Diponegoro yang berbasis di Semarang tentara, kemudian dipimpin oleh 
Suharto. Selama Orde Baru, hubungan ini menjadi sumber utama kedua dari kekayaan pribadi 
banyak perwira dan pejabat dan sumber daya bahan dengan yang teman-teman dan musuh 
bisa dihargai dan dihukum oleh Suharto dan letnannya. Hubungan simbiosis ini harus telah 
membatasi kemauan atau kemampuan Suharto dan jenderal lain untuk menggunakan orang 
Indonesia Sino-sebagai kambing hitam, meskipun beberapa kambing hitam itu sebenarnya 
berlangsung pada semester pertama 1998. 
Apa yang Berubah? 
Apa yang menyebabkan perbedaan antara fleksibel, siap-to-mendengarkan Suharto dari 
tahun sebelumnya dan anti-IMF Soeharto dari 1997-1998? Salah satu penjelasan yang sering 
disebutkan adalah kebutuhan presiden untuk memperbaiki cepat, untuk perubahan kebijakan 
yang akan mengangkat value'of tersebut nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang cukup untuk 
memungkinkan pengusaha swasta untuk membayar angsuran jatuh tempo pada pinjaman 
dalam mata uang dolar mereka dan oleh karena itu untuk memperoleh surat kredit yang 
dibutuhkan untuk mengimpor bahan baku yang diperlukan untuk operasi manufaktur mereka. 
"Orang-orang akan memberontak jika ada harga yang tinggi dan tidak ada pekerjaan," kata 
Suharto seorang pejabat tinggi di bulan Februari, menjelaskan daya tarik ide currency board.
"Dalam pandangan Soeharto, baik program yang 50-point IMF maupun usulan IMF berikutnya 
diadakan harapan keluar sebanding untuk apresiasi cepat dari rupiah. 
Penjelasan kedua adalah bahwa program 50-point IMF memberi Suharto terlalu sedikit 
ruang gerak untuk menyulap berbagai konstituen yang telah mendukung Orde Baru selama tiga 
dekade terakhir. Memang benar bahwa program yang disebut untuk lebih luas dan saksama 
liberalisasi ekonomi daripada paket reformasi sebelumnya. Mungkin Suharto setuju, tanpa 
pertimbangan penuh dari 50 poin, dengan keyakinan bahwa sangat penandatanganan 
dokumen akan mengembalikan kepercayaan pasar. Sebagai pelaksanaan dimulai dan rupiah 
tidak menghargai secara substansial, ia berubah pikiran. Pertama dia menyerukan IMF-Plus 
(yaitu, dewan mata uang), dan kemudian, lebih menakutkan, ia berpendapat bahwa 
kesepakatan IMF itu bertentangan dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Indonesia. Dalam 
interpretasi Soeharto, Pasal 33 mengamanatkan peran ekonomi yang signifikan bagi negara dan 
koperasi, di samping bisnis swasta. 
Penjelasan saya sendiri lebih pribadi. Saya menduga bahwa Soeharto pada usia 76 (saat 
krisis mulai bulan Juli 1997) tidak lagi bersedia atau mampu membedakan antara kepentingan 
keluarga dan kroni-kroninya dan orang-orang bangsa. Ketika dua menyimpang, seperti yang 
mereka lakukan paling dramatis sejak awal krisis keuangan pada bulan Juli 1997, Suharto 
memilih untuk membela kepentingan keluarganya, tentu saja di bawah penutup ideologi 
konstitusi dan nilai-nilai budaya Indonesia. Untuk sebagian besar dari 30 tahun terakhir, seperti 
yang saya katakan di atas, Suharto ditempelkan antara dua kutub nasionalisme ekonomi, yang 
diwakili oleh wirausaha Habibie negara dan proteksionisme bisnis swasta Ginandjar, dan 
kebijakan pro-pasar ekonom profesional dan donor asing. Tuntutan keluarga berada di sana 
untuk waktu yang lama, dan mereka telah tumbuh, tapi baru-baru ini akhir 1980-an dan awal 
1990-an ia rela mengorbankan kepentingan keluarga untuk kebaikan yang lebih besar, seperti 
yang didefinisikan untuknya oleh para ekonom. Kali ini, mungkin sebagian karena ruang gerak 
nya memang begitu sempit, ia mengambil berdiri dengan keluarga dan kroni-kroninya. 
Dukungan untuk proposisi ini tentu mendalam dan tunduk pada multitafsir. Salah satu 
bukti penting, dalam pandangan saya, muncul dalam 11 Maret editorial di Kompas, surat kabar 
nasional Indonesia dari catatan. "Menurut Kompas, dalam negosiasi atas program 50-point,
pihak Indonesia keberatan dengan tuntutan IMF untuk (1) menghapuskan monopoli dinikmati 
sejak awal Orde Baru oleh lembaga negara logistik Bulog atas pemasaran beberapa komoditas 
pokok (beras, makanan pokok bagi sebagian besar orang Indonesia, yang dikecualikan dari 
permintaan ini), (2) mengharuskan semua bank menjadi diaudit dengan benar, (3) 
menghilangkan kartel pemasaran semen, kayu lapis, dan kertas, (4) menarik perlindungan bagi 
apa yang disebut mobil nasional,. dan (5) membongkar rezim perdagangan di sektor pertanian, 
terutama dalam pemasaran cengkeh Dari kelima item, empat jelas diarahkan pada kepentingan 
yang signifikan baik anak-anak Soeharto (misalnya, monopoli mobil dan cengkeh nasional 
Tommy, Bambang dan bank Tutut) atau kroni-kroninya (misalnya, bank Liem Sioe Liong dan 
monopoli semen, monopoli kayu lapis Bob Hasan). Hanya Bulog-mana keluarga dan kroni 
kepentingan juga terlibat-bisa masuk akal dikatakan menjadi lembaga negara yang harus 
dipelihara untuk tujuan nasional yang lebih besar, yakni, menjaga menurunkan harga bahan 
pokok yang dibeli oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. 
Masa Depan 
Ada, tentu saja, tidak memprediksi masa depan, terutama dalam situasi tidak menentu 
sebagai sebagai orang Indonesia sekarang menemukan diri mereka. Pada tulisan ini pada bulan 
Juni 1998, namun, dua skenario yang cukup berbeda tampak setidaknya masuk akal: 
demokratisasi dan kembali ke kekuasaan militer. 
Seperti baru-baru April 1998, demokratisasi tidak tampak alternatif yang masuk akal. 
Angkatan bersenjata tampaknya terlalu kuat dan masyarakat sipil, yang didefinisikan sebagai 
kompleks organisasi sosial dan politik di luar negara, terlalu lemah. Apa yang telah berubah 
sementara itu adalah baik persepsi kita tentang pemain yang signifikan dan pilihan yang dibuat 
oleh mereka. 
PERAN POLITIK TENTARA 
Selama Orde Baru, angkatan bersenjata, khususnya Angkatan Darat, yang dianggap 
sebagai jantung dari sistem politik, yang efektif "partai berkuasa" di belakang depan palsu dari 
pihak negara, Golkar, dan sistem seolah-olah demokratis pemilihan parlemen. Perwira militer 
aktif-tugas adalah anggota sebuah komunitas mandiri kecil, semua yang anggotanya adalah
lulusan dari Akademi Militer di Magelang, Central Java. Mereka berbagi satu set nilai-nilai 
tentang kebajikan kehidupan militer (disiplin, hirarki, kesediaan untuk berkorban untuk 
kebaikan bersama) dan konsepsi paternalistik hubungan sipil-militer (yang disebut dual-fungsi 
doktrin) yang diberikannya mereka tanggung jawab khusus untuk menyelamatkan bangsa dan 
negara Indonesia dari musuh-musuhnya, terutama asing dan domestik. Mereka percaya bahwa 
sejak tahun 1940-an banyak konspirasi dan pemberontakan dipentaskan oleh separatis regional 
dan ekstrimis kiri (komunis), kanan (militan Islamis), dan pusat (liberal demokrat) telah 
dikalahkan hanya karena bersatu, aksi militer bersama. Mereka siap untuk bertindak lagi jika 
diperlukan dan dibenarkan banyak contoh perilaku untuk mereka baru-baru ini, menunjukkan 
terhadap mahasiswa-dalam hal ini. 
Perwira Angkatan Darat juga berbagi minat dalam mempertahankan peran politik yang 
telah membawa mereka kekayaan dan status dalam masyarakat yang lebih luas. Pada masa 
Orde Baru, melayani dan perwira pensiunan secara rutin diberi posisi di pemerintahan sipil 
sebagai menteri kabinet, gubernur, bupati, dan diplomat. Mereka telah aktif dalam politik, baik 
melalui janji untuk angkatan bersenjata delegasi di Parlemen dan legislatif provinsi dan 
kabupaten, atau melalui tugas untuk posisi kepemimpinan di Golkar. Untuk memastikan 
loyalitas mereka melanjutkan, peluang bisnis tergantung pada kemurahan negara telah dibuat 
tersedia untuk pensiun bintara serta menugaskan petugas. 
Tentara mungkin memiliki kekuatan yang cukup dalam jumlah, organisasi, dan 
kemampuan untuk mengatasi lawan mungkin, dengan beberapa pengecualian seperti 
gerilyawan Timor Timur. Hal ini tentu saja masalah relatif, tergantung pada kekuatan mereka 
lawan, tentang yang saya akan memiliki sesuatu untuk mengatakan di bawah ini. Secara 
absolut, namun tentara tidak besar sebagai persentase dari total penduduk (sekitar 200.000 
dari 200.000.000), dan setidaknya beberapa pasukannya tidak terlatih, officered, dilengkapi, 
atau disediakan dengan perumahan yang layak dan dasar lainnya fasilitas. Sejak krisis ekonomi 
saat ini mulai, ada banyak laporan yang belum dikonfirmasi desersi dan perampokan oleh 
tentara biasa. Polisi militer, secara luas diyakini, lebih sibuk dari sebelumnya. 
Selain itu, ideologi bersama, materi umum dan kepentingan status, dan kapasitas 
organisasi yang memadai tidak berarti bahwa tentara secara internal bersatu. Pada hari setelah
Habibie pelantikan sebagai presiden, Lieu penyewa Jenderal Prabowo Subianto, menantu 
Suharto mertua, dipindahkan dari posisi kuat komandan tentara Cadangan Strategis ke pos 
marjinal sebagai komandan Angkatan Bersenjata Staf dan command School di Bandung, Jawa 
Barat. Satu Prabowo sekutu, Mayor Jenderal Muchdi Purwopranyoto, juga segera dicopot dari 
jabatannya sebagai komandan pasukan khusus, sementara dua lainnya, kepala staf Reserve 
Strategis dan komandan daerah Jakarta, ditugaskan kembali beberapa minggu kemudian. 
Alasan yang jelas untuk reassignments merupakan upaya oleh Prabowo untuk menekan 
Presiden Habibie dalam mempromosikan dia untuk Kepala Staf Angkatan Darat atau panglima 
angkatan bersenjata bahkan. 
Sejak akhir tahun 1980an, tentara juga telah dibagi menjadi apa yang disebut green 
(warna Islam) dan putih merah-(warna bendera nasional, menyiratkan persatuan nasional 
suprareligious) faksi. Jenderal Benny Murdani, komandan angkatan bersenjata 1983-1988 dan 
Katolik Roma, diduga telah didiskriminasi dalam promosi dan janji kebijakan melawan petugas 
taat Islam atas dasar bahwa mereka mungkin mendukung mengubah Indonesia menjadi negara 
Islam. Murdani sendiri menyangkal telah memiliki kebijakan seperti itu. Pada pertengahan 
1990-an, masalah ini telah memudar agak seperti Murdani telah pindah ke latar belakang, tapi 
Prabowo kadang-kadang diidentifikasi sebagai pemimpin hijau dan Wiranto, terutama setelah 
ia menjadi Kepala Staf Angkatan Darat pada tahun 1997, sebagai pemimpin merah -dan-putih 
fraksi. Divisi ini cenderung memiliki signifikansi melanjutkan ke tingkat bahwa masyarakat sipil 
terpolarisasi, seperti yang semakin menjadi, antara dua kelompok besar orang Indonesia: 
Muslim yang mendefinisikan kepentingan politik mereka dalam hal keagamaan; dan Muslim 
yang tidak, bersama-sama dengan orang Indonesia non-Muslim (Kristen, Hindu Bali, dan lain-lain). 
Sumber utama kelemahan militer hari ini, bagaimanapun, tidak inkompetensi militer 
atau perpecahan internal tetapi kurangnya visi politik dan kepemimpinan. Dalam dekade 
terakhir, Presiden Soeharto membuat semua keputusan politik penting, sehingga petugas 
hanya peran pelaksana. Pada bulan-bulan awal tahun 1998 menjadi jelas untuk menutup 
pengamat bahwa tidak ada petugas, termasuk Wiranto dan bahkan jelas politis ambisius 
Prabowo, punya rencana independen dirumuskan tindakan untuk menangani meningkatnya
siswa dan protes populer atau Suharto melemahnya pegangan pada sistem politik. Hasilnya 
adalah pola reaksi bukan aksi. Karena pengalihan kekuasaan kepada Habibie, Wiranto dan 
kepala stafnya untuk urusan sosial dan politik, Letnan Jenderal Bambang Susilo Yudhoyono, 
telah mulai berpikir dengan cara yang lebih sistematis tentang masa depan politik angkatan 
bersenjata. Untungnya bagi prospek demokratisasi, dua petugas telah menyatakan bahwa 
Indonesia harus menjadi negara demokrasi dan bahwa angkatan bersenjata seharusnya tidak 
lagi menjadi bagian dari atau memberikan dukungan kampanye untuk Golkar, elemen kunci dari 
sistem otoriter Orde Baru. Wiranto juga telah mulai membangun basis dukungan pribadi dalam 
tentara dan untuk menempa aliansi dengan Presiden Habibie. 
MASYARAKAT SIPIL DAN POLITIK 
Apa masyarakat sipil di luar negara? Selama tiga dekade, oposisi diselenggarakan untuk 
Orde Baru sangat kecil karena beberapa alasan. Masyarakat Indonesia yang majemuk, bahkan 
terfragmentasi, dengan banyak pertentangan antara kelompok-kelompok yang membuat sulit 
bagi mereka untuk menyatu menjadi organisasi yang cukup besar untuk menantang negara. 
Presiden Suharto ditekan tuntutan hampir semua kelompok, tetapi ia juga mengambil 
keuntungan dari antagonisme mereka dengan menetapkan satu kelompok terhadap yang lain, 
sama seperti yang ia lakukan dengan perwira militer atas, untuk mencegah pembentukan 
aliansi kuat. Sama pentingnya keberhasilan, pembangunan ekonomi memungkinkan baginya 
untuk mendistribusikan materi dan manfaat statusnya secara luas, baik untuk kelompok besar 
seperti petani padi dan individu seperti pemimpin partai-partai non-pemerintah. Selama 
manfaat terus mengalir, sedikit yang diinginkan untuk menentang Bapak Pembangunan, judul 
diberikan pada Soeharto oleh Majelis pada 1970-an. 
Pada pertengahan tahun 1997, manfaat berhenti mengalir, dan oposisi mulai 
memobilisasi. Sementara masih ada sedikit organisasi semacam diperlukan dalam sistem politik 
yang demokratis, tampaknya ada dukungan luas-bahkan muncul konsensus untuk ide 
demokrasi. Ini memang benar di antara aktivis kelas menengah ke atas dan berpendidikan dan 
siswa, meskipun yang terakhir mungkin hanya memiliki pemahaman gemetar demokrasi 
sebagai praktek beton. Kita tahu sedikit tentang pandangan pekerja biasa dan petani, meskipun 
ada kemungkinan bahwa karena mereka telah terus apolitis begitu lama, pendapat mereka
terbentuk kurang baik dan mereka memiliki sedikit pemahaman demokrasi. Dalam analisis 
akhir, apa yang mungkin paling penting adalah bahwa dari pertengahan 1997 sampai 
pertengahan 1998 keseimbangan inisiatif politik bergeser dari angkatan bersenjata Suharto 
yang didominasi aktivis politik di luar negara. Tentara tanpa Suharto telah dilemparkan lengah 
nya, dan warga sipil telah pindah ke vakum diciptakan oleh kurangnya militer visi dan 
kepemimpinan. 
Secara historis, Indonesia telah cenderung untuk mengatur politik dengan agama, kelas 
sosial, dan etnis atau regional. Mereka melakukannya secara terbuka 1950-1959, di bawah 
konstitusi yang demokratis tahun 1950. Pengaruh agama dan kelas sosial jelas dalam pemilihan 
parlemen 1955, ketika empat partai besar (yang secara kolektif menerima hampir 80 persen 
suara) diwakili tengah-dan kelompok kelas atas yang terkait dengan birokrasi negara (Partai 
Nasionalis [PNI]); pekerja perkotaan dan pedesaan dan petani tak bertanah (Partai Komunis 
[PKI]); Muslim modernis (Masyumi); dan Muslim tradisionalis (Nahdlatul Ulama, atau NU, 
Kebangkitan Guru Agama Tradisional). 
Muslim modernis melihat langsung Alquran untuk pemahaman mereka tentang 
kewajiban agama mereka; sosiologis mereka cenderung pedagang perkotaan, profesional 
seperti guru sekolah, atau (semakin hari) PNS. Muslim tradisionalis mematuhi sekolah klasik 
Syafi'i penafsiran Alquran; mereka cenderung menjadi petani kecil atau tuan tanah pedesaan. 
Dari empat partai besar, Masyumi terbaik mewakili keragaman etnis di Indonesia, sebagian 
karena ada komunitas besar modernis di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi serta di Jawa 
Barat, rumah dari etnis Sunda, dan Jawa Timur dan Jawa Tengah, rumah orang Jawa etnis 
dominan (yang mewakili sekitar setengah total penduduk Indonesia.) tiga partai besar lainnya 
adalah semua pra-dominan berbasis Java. Ada juga partai kecil Protestan dan Katolik (jumlah 
orang Kristen sekitar 9 persen dari populasi, Muslim 88 persen) dan banyak pihak etnis berbasis 
mampu memenangkan saham yang signifikan dari suara di daerah asal mereka. 
Divisi 1950 ini merupakan panduan berguna (meskipun tidak tepat, mengingat 40 tahun 
perubahan sosial) untuk organisasi politik dan mobilisasi pada 1990-an. Sebagian besar negara 
konstituen birokrasi Partai Nasionalis lama telah sejak lama menerima Orde Baru; anak-anak 
mereka adalah PNS saat ini dan, pada saat pemilu, telah kader Golkar. Ada sentimen
antimilitary signifikan di antara kelompok ini, tetapi sejauh ini tidak ada kemauan untuk 
bertindak di luar jalur birokrasi normal (di mana telah lama ada persaingan sengit sipil-militer 
untuk posting pilihan). Hari ini PDI adalah keturunan linear dari Partai Nasionalis lama (itu juga 
mencakup Katolik dan Protestan partai-partai lama), tapi sebelum pemerintahan Megawati 
Soekarnoputri singkat sebagai pemimpin partai (1993-1996), PDI tidak pernah menarik banyak 
perhatian. Ketidakmampuan Megawati sendiri untuk mengartikulasikan sebuah program politik 
yang berbeda dari pemerintah mungkin indikasi baik dari latar belakangnya dan konstituen 
yang diwakilinya. 
Aspirasi politik Bekerja kelas telah ditekan keras sepanjang Orde Baru, yang dilahirkan di 
dalam darah ratusan ribu anggota dan pendukung Partai Komunis, yang dibunuh oleh militer 
dan anticommunists lokal di 1965-1966. Sejak pertengahan 1980-an, upaya pemerintah untuk 
mengembangkan industri manufaktur yang berorientasi ekspor telah menciptakan kelas 
pekerja baru yang besar, berpusat di sekitar Jakarta dan beberapa kota besar lainnya (Surabaya, 
Medan, dan Semarang pada khususnya). Para pekerja baru tidak proporsional perempuan, 
muda, dan baru tiba dari daerah pedesaan tetangga. Pada awal 1990-an, mereka mulai 
memprotes upah rendah dan kondisi kerja yang buruk, dan pemerintah telah merespon dengan 
berbagai bersifat memperbaiki (terutama menaikkan upah), co-optative/coercive (organisasi 
dengan serikat pekerja yang dikendalikan negara), dan represif (penangkapan, penyiksaan, dan 
pembunuhan tindakan independen penyelenggara serikat dan striker kucing liar). Krisis 
ekonomi saat ini dapat menyebabkan peningkatan yang substansial dalam kerusuhan pekerja 
dan protes (meskipun banyak pekerja perempuan muda sekarang menganggur telah kembali ke 
desa mereka), tetapi belum melakukannya. 
Di antara Muslim yang taat Indonesia, terutama generasi di bawah 40, pembelahan 
modernis-tradisionalis tampaknya mulai menurun dalam hal pola sebenarnya keyakinan dan 
praktik keagamaan. Secara politis, namun, dikotomi terus diwakili oleh dua asosiasi besar dan 
pemimpin masing-masing, keduanya sudah dikenal dan populer di masyarakat yang lebih luas. 
Asosiasi tradisionalis adalah NU, sekarang organisasi sosial dan pendidikan yang dipimpin oleh 
desa dan berbasis kota guru Al-Quran. (Pada awal tahun 1950, NU adalah bagian dari Masyumi, 
dari pertengahan 1950-an sampai 1973 itu adalah partai politik yang independen, dan 1973-
1984 itu adalah bagian dari Partai Persatuan Pembangunan.) Pemimpin nasional NU adalah 
Abdurrahman Wahid (disebut Gus Dur), sebuah agama yang pluralis dan politik demokrat. 
Asosiasi modernis adalah Muhammadiyah, sebuah organisasi independen yang kegiatan 
utamanya adalah menjalankan sekolah swasta dan rumah sakit. Pemimpinnya adalah Amien 
Rais, dididik di Notre Dame dan University of Chicago, yang juga mendukung demokratisasi 
tetapi yang memiliki untuk sebagian besar karirnya ditampilkan konsepsi sempit kebenaran 
agama dan mendapatkan reputasi untuk permusuhan terhadap orang Kristen dan non-Muslim. 
Sejak awal tahun 1998, bagaimanapun, ia telah diperiksa anti-Kristen, retorika anti-Barat-nya 
dan mengulurkan tangan politik ke Indonesia non-Muslim, termasuk Sino-Indonesia, dan 
masyarakat internasional nonMuslim yang Indonesia sekarang begitu tergantung untuk 
ekonomi bantuan. 
NU, yang didirikan pada tahun 1926, memiliki sejarah panjang akomodasi untuk 
penguasa hari, dan telah mengeluarkan dekrit religius (fatwa) menerima kedua pemerintahan 
kolonial Belanda (pada tahun 1930) dan kediktatoran pribadi Presiden Sukarno (di awal 1960- 
an). Gus Dur telah menggabungkan tradisi ini dengan mencari cara untuk membantu 
menciptakan sistem politik modern yang demokratis dan masyarakat untuk Indonesia dan 
sekaligus untuk membawa anggota NU ke dalam masyarakat itu. Pada 1980-an ia bekerja sama 
dengan Panglima TNI Murdani. Setelah penurunan politik Murdani di akhir 1980-an, Gus Dur 
menjadi lawan yang lebih vokal dari Suharto dan promotor aktif demokrasi. Selama beberapa 
tahun ia memainkan peran utama dalam Forum Demokrasi, yang menarik para aktivis 
demokrasi dari berbagai latar belakang agama dan ideologi yang berbeda. Pada tahun 1997, di 
bawah tekanan baik dari pemerintah dan dari kaum konservatif yang mendominasi politik NU di 
tingkat lokal, ia berbalik arah. Selama tahun 1997 kampanye pemilihan parlemen, sedangkan 
rupanya tetap non-partisan, ia mengambil Golkar Tutut pada tur NU benteng di Jawa Timur. 
Pada bulan Januari 1998 Gus Dur menderita stroke, dan ia tidak berpartisipasi dalam drama 
politik menjelang pengunduran diri Soeharto pada bulan Mei. 
Muhammadiyah, yang didirikan pada tahun 1912, berafiliasi dengan partai politik 
Masyumi sampai Masyumi dilarang pada tahun 1960, secara eksplisit karena keterlibatannya 
dalam pemberontakan daerah dari akhir 1950-an namun secara implisit untuk mempromosikan
ide negara yang berdasarkan hukum Islam. Dari tahun 1960 sampai awal 1990-an, 
Muhammadiyah tinggal keluar dari politik, sebagian dari keyakinan bahwa tujuan organisasi 
yang non-politik dan sebagian karena modernis Islam dicurigai oleh pemerintah untuk terus 
pelabuhan keinginan untuk sebuah negara Islam. Pada awal 1980-an, Muhammadivah dan 
kebanyakan pemimpin organisasi Muslim lainnya menandatangani sumpah kesetiaan kepada 
doktrin negara Pancasila, yang mengamanatkan toleransi beragama, dan awan kecurigaan 
mulai terkuak. Organisasi non-politik tetap, namun, sampai dosen Universitas Gadjah Mada 
Amien Rais dan kohort muda, banyak yang berpendidikan Barat, intelektual mengambil 
kekuasaan pada tahun 1994. 
Langkah politik tingkat nasional pertama Amien, bahkan sebelum ia mengambil alih 
Muhammadiyah, adalah untuk bergabung dengan banyak modernis lainnya dalam pendirian 
pada tahun 1990 dari Ikatan cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Ikatan Cendekiawan 
Muslim Indonesia, sebuah organisasi dikandung oleh muda aktivis modernis tapi segera 
dikooptasi oleh 
Suharto. Karena ICMI dipimpin (pada arah Soeharto) oleh Menteri Riset dan Teknologi BJ 
Habibie, aktivis modernis percaya bahwa setelah bertahun-tahun di padang gurun politik 
mereka akhirnya akan mampu memainkan peran berpengaruh dalam pemerintahan. Untuk 
sebagian besar harapan ini tidak menyadari ketika Soeharto menjadi presiden, meskipun 
beberapa aktivis telah diberi posisi di pemerintahan Habibie baru. 
Amien sendiri, bagaimanapun, telah dihapus oleh Soeharto dari jabatannya sebagai 
ketua Dewan Pakar ICMI pada tahun 1997. Pada masa Orde Baru, untuk bermain dalam sistem 
dimaksudkan untuk menahan diri dari kritik publik yang serius, dan Amien berulang kali dikritik 
banyak aspek pembangunan pemerintah Program dan kebijakan lainnya, termasuk tidak 
adanya demokrasi. Dia mempertanyakan usaha bisnis keluarga pertama dan berulang kali 
mengangkat isu suksesi presiden. Pada awal tahun 1998, sebelum sidang Majelis 
Permusyawaratan, Amien meminta Suharto untuk mundur dan menawarkan dirinya sebagai 
calon presiden. Setelah Suharto terpilih sebagai presiden untuk jangka ketujuh, Amien 
mengumumkan bahwa Soeharto memiliki enam bulan sampai satu tahun untuk membuktikan 
dirinya layak dipilih kembali. Jika presiden gagal memimpin Indonesia keluar dari krisis ekonomi
pada saat itu, Amien berjanji untuk memimpin "kekuatan rakyat" gerakan. Awal tahun ini, 
Amien juga mengusulkan koalisi oposisi besar dipimpin oleh dirinya sendiri, Megawati, Gus Dur 
dan. Megawati menandatangani, tapi Gus kami menolak dengan alasan bahwa ini bukan waktu 
untuk marah presiden atau tentara. Resistensi Gus Dur juga berakar dalam permusuhan historis 
lebih dalam modernis dan tradisi Masyumi, dan mungkin juga di ketidaksukaan pribadi untuk 
Amien. 
Satu kelompok Islam modernis lainnya harus disebutkan secara singkat, militan yang 
terkait dengan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Dewan Dakwah Islam Indonesia, dan 
dengan Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI). The Dewan Dakwah didirikan 
oleh politisi mantan Masyumi yang memilih dalam iklim politik dibatasi dari akhir 1960-an 
untuk berkonsentrasi pada kegiatan keagamaan. Mereka menerbitkan sebuah majalah in-house, 
Media Dakwah (Preaching Medium), yang didistribusikan ke masjid dan banyak tersedia 
di toko-toko buku Islam. KISDI adalah, organisasi yang lebih terang-terangan politik baru, dan 
menghabiskan banyak waktu yang berdemonstrasi menentang lawan domestik atau 
pemerintah Barat. Pasukan gabungan dari Dewan Dakwah dan KISDI masih kecil, tetapi mereka 
jauh lebih berpengaruh hari ini daripada mereka satu dekade lalu. 
Tujuan militan tampaknya masyarakat Indonesia lebih sesuai dengan konstruksi sempit 
hukum Islam; mereka juga menganjurkan, kebijakan luar negeri anti-Amerika keras anti-Israel. 
Secara historis, beberapa umat Islam Indonesia telah berbagi tujuan tersebut. Untuk sebagian 
besar dari Orde Baru, para militan adalah benar "ekstrim kanan," ditekan oleh pemerintah dan 
bermusuhan dengan itu. Sejak pertengahan 1980-an, bagaimanapun, dan terutama dalam 
beberapa tahun terakhir, mereka telah menjadi lebih royalis dari raja, membela Suharto, 
menteri, dan kebijakan melawan semua pendatang. Mereka tampaknya telah dibujuk oleh 
serangkaian kebijakan dan gerakan Suharto dianggap ramah terhadap Islam, dan oleh presiden 
akhir-in-hidup sendiri haji ke Mekah. Mereka disukai penunjukan Habibie sebagai wakil 
presiden, tetapi tidak bergabung dengan agitasi mahasiswa (yang mereka klaim adalah 
Christian-dipengaruhi) terhadap Suharto. setelah Habibie 
menjadi presiden, mereka memimpin upaya untuk mengusir para mahasiswa menduduki 
gedung Majelis yang sekarang menyerukan pengunduran diri Habibie. Mereka juga berjaga
kedutaan Amerika, mengklaim bahwa Amerika Serikat telah campur tangan dalam politik 
Indonesia dengan mendukung gerakan anti-Soeharto. 
Apa kelompok etnis yang berbasis regional, beberapa yang memberontak terhadap 
kontrol pusat dari tahun 1940 ke awal 1960-an? Mungkin dua poin harus dibuat. Pertama, 
sebagian besar anggota kelompok regional di luar Jawa, untuk alasan historis yang berkaitan 
dengan gerakan nasionalis sebelum perang dan revolusi 1945-1949 melawan Belanda, memiliki 
rasa yang kuat identitas Indonesia. Hal ini terutama berlaku untuk daerah yang paling padat 
penduduknya, seperti provinsi multietnis Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Meluasnya 
penggunaan bahasa nasional, Bahasa Indonesia, telah membantu untuk memperkuat identitas 
ini. 
Ada dua provinsi, namun, di mana kesetiaan kepada Indonesia terbatas atau tidak ada: 
Irian Jaya, yang secara paksa dimasukkan pada tahun 1962; dan Timor Timur, disita pada tahun 
1975. Kedua provinsi memiliki populasi kecil dan jauh dari Jakarta dan Jawa, sehingga 
kepentingan mereka tidak boleh berlebihan. Selain itu, oposisi bersenjata untuk Indonesia di 
Irian Jaya kecil, kurang terorganisir dan dilengkapi, dan sampai sekarang dapat menawarkan 
hanya perlawanan sporadis, terutama mengingat berat kekuatan angkatan bersenjata di 
wilayah tersebut. Timor Timur adalah masalah lain. Ada, baik organisasi klandestin dan aktivitas 
gerilya bersenjata tampaknya meningkat. Selain itu, pemerintah Indonesia telah di defensif 
internasional, terutama sejak pembantaian tahun 1991 di Timor Timur ibukota, Dili, yang 
menewaskan sebanyak 200 bersenjata Timor mati. Salah satu langkah pertama Habibie sebagai 
presiden adalah untuk mencoba untuk meredakan masalah Timor dengan menawarkan 
otonomi ke provinsi sebagai imbalan atas penerimaan oleh pro-kemerdekaan Timor integrasi 
dengan Indonesia. Bisa ditebak, tawaran itu ditolak, karena orang Timor percaya bahwa mereka 
akan mampu untuk memeras konsesi lebih besar, bahkan mungkin kesepakatan untuk 
referendum kemerdekaan, dari pemerintahan Habibie. 
Kedua, rasa yang kuat identitas nasional tidak berarti penerimaan kebijakan pemerintah 
pusat. Sejak akhir 1950-an, ketika kerangka baja dari kontrol militer dibangun di banyak daerah, 
sebagian besar penduduk Luar Pulau menginginkan otonomi yang lebih besar dari pusat. 
Petugas yang berbasis di Jakarta dan pejabat (dan bukan hanya orang-orang Jawa), di sisi lain,
cenderung untuk melihat separatis di bawah setiap tempat tidur dan enggan untuk 
menyerahkan bahkan sejumlah kecil kekuasaan dan otoritas. Tiga puluh tahun program 
pembangunan Orde Baru telah membuat keadaan menjadi lebih buruk. Mereka tidak diragukan 
lagi membawa kemakmuran yang lebih besar bagi banyak, mungkin sebagian besar, penduduk. 
Tapi mereka juga telah mempertajam etnis, agama, dan kelas perpecahan lokal, dan 
menciptakan antagonisme baru terhadap orang luar, tanpa memberikan institusi yang efektif 
melalui mana kelompok-kelompok yang dirugikan dapat menekan klaim mereka. Letusan lokal 
banyak dan luas protes sejak tahun 1995 yang mungkin hanya prekursor ledakan yang lebih 
besar akan datang. 
Akhirnya, menyebutkan harus terbuat dari dua kelompok yang tidak cocok dengan 
mudah ke dalam kerangka 1950s/1990s saya, tetapi berada atau menjadi aktor politik yang 
signifikan: kelas kewirausahaan dan manajerial adat atas dan menengah, dan mahasiswa. 
Kedua kelompok yang jauh lebih besar, benar-benar dan sebagai proporsi dari populasi, hari ini 
daripada mereka pada tahun 1950. Keduanya juga nyata lebih Islami, sebagai masyarakat 
secara keseluruhan telah menjadi lebih Islami. 
Sepanjang Orde Baru para pengusaha dan manajer telah mengambil kursi belakang 
untuk perwira dan pejabat, yang telah menguasai (relatif) sumber daya yang luas negara. 
Mengurangi pentingnya minyak bagi perekonomian Indonesia, ditambah perdagangan 
dipercepat dan liberalisasi keuangan sejak akhir 1980-an, telah memberikan sektor swasta 
peran ekonomi yang lebih besar. Akibatnya, pengusaha pribumi telah mulai menuntut 
perwakilan politik yang lebih juga. Pemilu beberapa tahun yang lalu dari pengusaha Aburizal 
Bakrie sebagai kepala Kadin, Kamar Dagang dan Industri, lebih dari seorang pejabat BUMN 
disukai oleh Suharto, adalah sedotan angin. Jadi adalah penunjukan Tanri Abeng, seorang 
manajer sektor swasta sangat dihormati, untuk Soeharto terakhir dan kabinet pertama Habibie 
sebagai menteri pemberdayaan (yaitu, privatisasi) BUMN. Proses ini adalah salah satu yang 
bertahap, bagaimanapun, dan tidak mungkin mengakibatkan dalam waktu dekat dalam 
pengambilalihan negara oleh pengusaha swasta. Meskipun sebagian besar pengusaha adalah 
Muslim yang taat, politik mereka tampaknya tidak memiliki konten khusus Islam.
Universitas dan bahkan siswa SMA memainkan peran penting pada awal Orde Baru, 
memberikan banyak dukungan rakyat yang dimobilisasi bahwa tentara di bawah kemudian 
Mayor Jenderal Suharto yang dibutuhkan dalam perjuangan untuk menggulingkan Presiden 
Sukarno. Dimulai pada bulan Februari 1998, sebagai kampanye terhadap terpilihnya kembali 
Soeharto meningkat, siswa lagi mulai memobilisasi di hampir setiap kampus universitas negeri 
utama dan di banyak perguruan tinggi swasta juga. Di Jakarta dan Yogyakarta, puluhan ribu 
siswa-angka hampir dibayangkan bahkan beberapa minggu sebelumnya-mendengarkan setuju 
untuk antipemerintah berapi-api dan pidato anti-Soeharto. Di Universitas Gadjah Mada, 
Suharto dibakar di patung. Sebagian besar siswa ini tampaknya berasal dari keluarga Muslim 
yang taat, dan banyak yang dari luar Jawa. Organisasi terbesar mereka, dibuat dalam panas dari 
perjuangan anti-Soeharto, adalah Front Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), yang 
namanya sadar menggemakan organisasi anti-Sukarno terbesar dari pertengahan 1960-an, 
Front Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI ). Kader KAMMI pertama berasal dari jaringan yang 
terhubung dari masjid mahasiswa yang ada di semua kampus universitas. Meskipun asal-usulnya 
dan nama, namun, tidak ada tuntutan KAMMI adalah khas Islam melainkan 
mencerminkan anti-Soeharto, pro-IMF, sentimen pro-demokrasi dari gerakan protes secara 
keseluruhan. 
KEBIJAKAN HABIBIE 
Langkah politik pertama Presiden Habibie terhadap keseimbangan kontribusi terhadap 
penguatan warga sipil dan melemahnya militer sebagai kekuatan politik, dan telah 
meningkatkan prospek demokratisasi. Habibie tentu saja dirinya seorang warga sipil dan telah 
menempatkan sebagian besar warga sipil dalam posisi pemerintahan. Yang lebih penting, 
bagaimanapun, telah menjadi komitmen untuk kedua reformasi ekonomi dan politik, seperti 
konsep-konsep yang dipahami di Indonesia saat ini. 
Reformasi ekonomi berarti penerimaan penuh dari kebijakan yang direkomendasikan 
oleh IMF dan pemberi pinjaman asing lainnya, yang diharapkan akan mengarah pada 
penguatan sistem perbankan, penyelesaian masalah utang swasta, dan akhirnya apresiasi 
rupiah yang cukup untuk me-restart pertumbuhan ekonomi . Meskipun kebijakan ini belum
menunjukkan hasil yang nyata, secara luas dipahami di Indonesia bahwa tidak ada jalan lain. 
Habibie telah meyakinkan menunjukkan komitmennya dengan menjaga pada musuh politik 
lama, Menteri Koordinator Perekonomian Ginandjar, salah satu dari beberapa pejabat yang 
memiliki kepercayaan dari IMF, dan dengan membawa kembali ke pemerintahnya para ekonom 
profesional, termasuk Profesor Wijoyo, yang kebijakan yang bertanggung jawab atas tiga 
dekade pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan selama Orde Baru-16 Ia juga telah 
mengulurkan tangan untuk Sino-Indonesia, yang berpartisipasi dalam rekonstruksi ekonomi 
sangat penting, dengan meyakinkan mereka bahwa "kita semua orang Indonesia dan tinggal di 
Indonesia tanah, kami tidak mengenali perbedaan suku, agama dan ras.” 
Di front politik, Habibie telah menanggapi tuntutan demokratisasi dengan menjanjikan 
untuk melaksanakan proses empat langkah: (1) bagian oleh Parlemen, kadang-kadang pada 
awal tahun 1999, undang-undang baru untuk memungkinkan pemilihan umum yang bebas dan 
adil dan persaingan partai terbuka; (2) memanggil sidang khusus Majelis Permusyawaratan 
pada akhir tahun 1998 untuk menetapkan tanggal baru untuk pemilihan umum; (3) 
mengadakan pemilihan parlemen pada pertengahan tahun 1999; dan (4) memanggil sesi 
reguler Majelis Permusyawaratan pada akhir tahun 1999 untuk memilih presiden baru dan 
wakil presiden dan mengatur "garis besar kebijakan negara," sebagaimana diamanatkan oleh 
UUD 1945, selama lima tahun ke depan. Dia juga telah mengumumkan bahwa hukum pers 
ketat akan ditarik dan bahwa sementara itu semua orang Indonesia bebas untuk mendirikan 
media baru. 
Dengan janji-janji dan beberapa tindakan awal (misalnya, pembebasan beberapa 
tahanan politik Orde Baru dan penyusunan proposal yang demokratis UU Pemilu oleh 
Departemen Kehakiman dan Departemen Dalam Negeri), Habibie telah berhasil memenangkan 
cukup, jika tentatif, legitimasi untuk nya jabatan sebagai presiden transisi. Perdebatan politik 
nasional telah bergeser jauh dari isu-isu seperti apakah pengalihan kekuasaan dari Soeharto ke 
Habibie adalah konstitusional dan apakah presiden Habibie atau tidak hanya kelanjutan dari 
Orde Baru Soeharto. Fokus saat ini adalah pada jenis sistem pemilu dan partai. Haruskah 
Indonesia yang demokratis melanjutkan representasi sistem pemilu proporsional yang 
digunakan sepanjang Orde Baru, atau harus itu pindah ke beberapa bentuk sistem
mayoritarian? Haruskah partai politik berdasarkan etnis atau agama diperbolehkan, atau harus 
semua pihak pada prinsipnya terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia? 
Program reformasi politik Habibie telah menerima dukungan penting dari militer di 
bawah Wiranto dan kepala stafnya untuk urusan sosial dan politik, Letnan Jenderal Susilo 
Bambang Yudhoyono. Memang, semacam de facto aliansi telah dibentuk, di mana 
ketergantungan Habibie pada angkatan bersenjata dukungan untuk program reformasinya, 
sejauh ini disediakan oleh Wiranto, cocok dengan ketergantungan Wiranto pada Habibie, 
komandan-in-chief konstitusionalnya, untuk kelanjutan nya sebagai komandan angkatan 
bersenjata. Wiranto tampaknya menyadari bahwa ia telah melemparkan banyak pribadinya 
dengan Habibie dan bahwa jika yang terakhir itu harus diganti, mengatakan dengan sidang 
khusus Majelis diselenggarakan oleh musuh Habibie di Golkar, maka ia pada gilirannya akan 
digantikan oleh presiden baru. Sebagai tokoh transisi, Habibie juga memiliki dukungan de facto 
bisa dibilang (tidak ada yang belum diuji dalam pemilihan umum yang bebas) politisi sipil yang 
paling populer, Amien Rais dari Muhammadivah, Abdurrahman Wahid dari NU, dan Megawati 
Sukarnoputri dari PDI. Ketiga pemimpin tampaknya sudah menyerah licik untuk menggulingkan 
Habibie dalam jangka pendek dan bukannya berkonsentrasi energi mereka untuk membangun 
partai dan koalisi yang dapat memenangkan dukungan mayoritas di Majelis pasca Pemilu. 
Ini bukan untuk mengatakan bahwa jalan menuju pemilu atau Indonesia yang 
demokratis akan mulus. Akbar Tanjung, menteri yang bertanggung jawab Sekretariat Negara 
(yaitu, kepala Habibie staf) dan pilihan Habibie untuk memimpin Golkar melalui proses 
reformasi, dilaporkan telah mengatakan bahwa politik nasional sekarang menjadi hutan penuh 
binatang berbahaya. Dukungan pribadi Habibie masih lemah, dan koalisinya rapuh. Jika dia 
membuat kesalahan taktis, strategi itu bisa gagal, dan ia sendiri bisa digulingkan sebelum 
pemilihan umum dilaksanakan. Jika ia berhasil, prospek konsolidasi demokrasi akan sangat 
bergantung pada sifat dari sistem partai dan kepemimpinan politik yang muncul dari pemilu. 
Sebagai contoh, dalam skenario terburuk, bahkan lebih buruk daripada sistem multipartai dari 
tahun 1950-an, Parlemen baru mungkin terdiri dari banyak partai kecil yang para pemimpinnya 
tidak memiliki visi nasional atau rasa tujuan bersama dan yang bertengkar dengan cepat 
membujuk para pemimpin angkatan bersenjata yang sekali lagi hanya mereka dapat
menyelamatkan negara dan bangsa. Sebaliknya, pemimpin utama di luar pemerintah bisa mulai 
membangun jenis link di antara mereka sendiri dan organisasi mereka yang akan 
menerjemahkan pada akhir tahun 1999 menjadi koalisi pemerintah yang stabil. 
Kesimpulan 
Ada, terutama di tingkat elit, beruntun Hobbesian yang kuat dalam budaya politik 
Indonesia modern: keyakinan bahwa kebanyakan orang Indonesia tidak dapat dipercayakan 
dengan kebebasan pribadi yang luas atau dengan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan 
politik pada istilah mereka sendiri tetapi harus bukannya dibujuk atau dipaksa kepentingan 
mereka sendiri untuk menerima kebijaksanaan unggul elit paternalistik. Pada akhir 1960-an, 
sebagai Orde Baru mulai terbentuk, Soeharto mengambil keuntungan dari kepercayaan ini, 
menawarkan kemakmuran dan stabilitas dalam pertukaran untuk penerimaan pemerintah 
otoriter. 
Sebagian besar, walaupun tentu saja tidak semua, orang Indonesia muncul pada saat 
bersedia menerima tawaran tersebut. Sebagai imbalannya, mereka menerima 30 tahun 
pertumbuhan ekonomi yang stabil, sebuah prestasi luar harapan kebanyakan orang terliar. 
Selama periode ini, mereka sering mengingatkan kesediaan pemerintah untuk menggunakan 
kekuatan terhadap lawan-lawannya, termasuk tidak hanya ekstrimis dari kanan dan kiri, tetapi 
juga pendukung Indonesia yang lebih demokratis. Mereka juga telah mengingatkan bahwa jalur 
pertumbuhan tertentu mereka telah mengikuti telah memiliki banyak biaya sosial dan 
lingkungan dan-dengan kuat sejak pertengahan 1997-yang telah membuat mereka rentan 
terhadap angin ekonomi dan politik internasional kadang-kadang berubah-ubah. 
Hari ini Indonesia membayar harga untuk tawar-menawar Hobbesian mereka dengan 
Suharto: penurunan ekonomi lebih tajam dibandingkan dengan salah satu tetangga di Asia 
Timur dan kesulitan besar dalam mengelola suksesi kepemimpinan. Kontras sangat jelas dengan 
Thailand dan Korea Selatan, yang keduanya cepat berubah pemimpin politik mereka dan 
kembali pada jalur ekonomi. Ini mungkin bukan kebetulan bahwa di kedua negara dalam 
perjuangan rakyat selama puluhan tahun diproduksi, baik sebelum krisis saat ini, proses politik 
yang demokratis dan lembaga-lembaga yang memungkinkan untuk memilih perdana menteri 
atau presiden baru yang bisa mengandalkan dukungan rakyat luas untuk kebijakan-
kebijakannya. Indonesia sekarang hasalmost ajaib, mengingat kekuatan militer dan kelemahan 
masyarakat sipil di bawah Suharto-kesempatan sejati untuk menciptakan proses demokrasi 
sendiri dan institusi. Tapi kita tidak boleh meremehkan hambatan di jalan depan atau 
kemungkinan nyata dari sebuah kembali ke angkatan bersenjata aturan, termasuk mungkin lain 
tawar-menawar Hobbesian, dalam waktu yang relatif dekat.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

10. sejarah ekonomi indonesia
10.  sejarah ekonomi indonesia10.  sejarah ekonomi indonesia
10. sejarah ekonomi indonesiaYusuf Abidin
 
Perkembangan masyarakat indonesia menjelang reformasi
Perkembangan masyarakat indonesia menjelang reformasiPerkembangan masyarakat indonesia menjelang reformasi
Perkembangan masyarakat indonesia menjelang reformasiaswansetiawan
 
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...Iffa Tabahati
 
Makalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesiaMakalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesiaily_sugli
 
M2. sejarah perekonomian indonesia
M2. sejarah perekonomian indonesiaM2. sejarah perekonomian indonesia
M2. sejarah perekonomian indonesiaerlina na
 
Di Balik Reformasi B.J. Habibie
Di Balik Reformasi B.J. HabibieDi Balik Reformasi B.J. Habibie
Di Balik Reformasi B.J. Habibieshafirahany22
 
10. sejarah ekonomi indonesia
10.  sejarah ekonomi indonesia10.  sejarah ekonomi indonesia
10. sejarah ekonomi indonesiadezils
 
Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaEem Masitoh
 
Ppt sejarah perekonomian indonesia
Ppt sejarah perekonomian indonesiaPpt sejarah perekonomian indonesia
Ppt sejarah perekonomian indonesiaR Anggara
 
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada Masa Reformasi
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada Masa ReformasiPerkembangan Masyarakat Indonesia pada Masa Reformasi
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada Masa ReformasiSilfiya Amaliyana Saefas
 
Sejarah perekonomian indonesia
Sejarah perekonomian indonesiaSejarah perekonomian indonesia
Sejarah perekonomian indonesiaEris Hariyanto
 
Sejarah - Reformasi & Habibie
Sejarah - Reformasi & HabibieSejarah - Reformasi & Habibie
Sejarah - Reformasi & Habibiehanakamilah4
 
Bab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesiaBab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesiaxNet8
 
Gambaran perekonomian indonesia
Gambaran perekonomian indonesiaGambaran perekonomian indonesia
Gambaran perekonomian indonesiaYusuf Abidin
 
Demokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan TerpimpinDemokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan TerpimpinNizar Dwi Cahyo
 
Pasca Reformation
Pasca ReformationPasca Reformation
Pasca ReformationSoya Odut
 

Was ist angesagt? (20)

10. sejarah ekonomi indonesia
10.  sejarah ekonomi indonesia10.  sejarah ekonomi indonesia
10. sejarah ekonomi indonesia
 
Perkembangan masyarakat indonesia menjelang reformasi
Perkembangan masyarakat indonesia menjelang reformasiPerkembangan masyarakat indonesia menjelang reformasi
Perkembangan masyarakat indonesia menjelang reformasi
 
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...
 
Makalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesiaMakalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesia
 
M2. sejarah perekonomian indonesia
M2. sejarah perekonomian indonesiaM2. sejarah perekonomian indonesia
M2. sejarah perekonomian indonesia
 
Di Balik Reformasi B.J. Habibie
Di Balik Reformasi B.J. HabibieDi Balik Reformasi B.J. Habibie
Di Balik Reformasi B.J. Habibie
 
Reformasi
Reformasi Reformasi
Reformasi
 
10. sejarah ekonomi indonesia
10.  sejarah ekonomi indonesia10.  sejarah ekonomi indonesia
10. sejarah ekonomi indonesia
 
Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesia
 
Ppt sejarah perekonomian indonesia
Ppt sejarah perekonomian indonesiaPpt sejarah perekonomian indonesia
Ppt sejarah perekonomian indonesia
 
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada Masa Reformasi
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada Masa ReformasiPerkembangan Masyarakat Indonesia pada Masa Reformasi
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada Masa Reformasi
 
Masa reformasi dan Setelahnya
Masa reformasi dan SetelahnyaMasa reformasi dan Setelahnya
Masa reformasi dan Setelahnya
 
Sejarah perekonomian indonesia
Sejarah perekonomian indonesiaSejarah perekonomian indonesia
Sejarah perekonomian indonesia
 
Sejarah - Reformasi & Habibie
Sejarah - Reformasi & HabibieSejarah - Reformasi & Habibie
Sejarah - Reformasi & Habibie
 
Bab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesiaBab 2 sejarah ekonomi indonesia
Bab 2 sejarah ekonomi indonesia
 
Reformasi
ReformasiReformasi
Reformasi
 
Gambaran perekonomian indonesia
Gambaran perekonomian indonesiaGambaran perekonomian indonesia
Gambaran perekonomian indonesia
 
Demokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan TerpimpinDemokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan Terpimpin
 
Makalah masalah industrialisasi
Makalah  masalah industrialisasiMakalah  masalah industrialisasi
Makalah masalah industrialisasi
 
Pasca Reformation
Pasca ReformationPasca Reformation
Pasca Reformation
 

Ähnlich wie Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia

Bab 5. Indonesia pada Masa Reformasi.pptx
Bab 5. Indonesia pada Masa Reformasi.pptxBab 5. Indonesia pada Masa Reformasi.pptx
Bab 5. Indonesia pada Masa Reformasi.pptxbrianadi85
 
periode akhir orde baru
periode akhir orde baruperiode akhir orde baru
periode akhir orde baruRobby Yumendra
 
SINDIRAN GUS DUR TERHADAP JABATAN SOEHARTO
SINDIRAN GUS DUR TERHADAP JABATAN SOEHARTOSINDIRAN GUS DUR TERHADAP JABATAN SOEHARTO
SINDIRAN GUS DUR TERHADAP JABATAN SOEHARTOintan prasetya mudi
 
Perkembangan masy indonesia masa reformasi
Perkembangan masy indonesia masa reformasiPerkembangan masy indonesia masa reformasi
Perkembangan masy indonesia masa reformasiaswansetiawan
 
Kontroversi kontroversi pembangunan orde baru
Kontroversi kontroversi pembangunan orde baruKontroversi kontroversi pembangunan orde baru
Kontroversi kontroversi pembangunan orde baruSiti Zuariyah
 
Kronologi Suksesi Politik Orde Baru
Kronologi Suksesi Politik Orde Baru Kronologi Suksesi Politik Orde Baru
Kronologi Suksesi Politik Orde Baru RatnaVidyawati
 
Berakhirnya orde baru dan lahirnya reformasi
Berakhirnya orde baru dan lahirnya reformasiBerakhirnya orde baru dan lahirnya reformasi
Berakhirnya orde baru dan lahirnya reformasiEga Millenio
 
Reynal Prawira Irfiansyah Tugas 1.pptx
Reynal Prawira Irfiansyah Tugas 1.pptxReynal Prawira Irfiansyah Tugas 1.pptx
Reynal Prawira Irfiansyah Tugas 1.pptxVermillion1
 
GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIAGAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIAAhmad Muhyi
 
PPT Bab Reformasi Mata Pelajaran Sejarah Indonesia.pdf
PPT Bab Reformasi Mata Pelajaran Sejarah Indonesia.pdfPPT Bab Reformasi Mata Pelajaran Sejarah Indonesia.pdf
PPT Bab Reformasi Mata Pelajaran Sejarah Indonesia.pdfImeldaShifa
 
Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri
Masa Pemerintahan Megawati SoekarnoputriMasa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri
Masa Pemerintahan Megawati SoekarnoputriIvana Carissa
 
Tokoh Orde Baru dan Peranan Pentingnya
Tokoh Orde Baru dan Peranan PentingnyaTokoh Orde Baru dan Peranan Pentingnya
Tokoh Orde Baru dan Peranan PentingnyaTriana Zulfa
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
PPT SEJARAH REFORMASI
PPT SEJARAH REFORMASIPPT SEJARAH REFORMASI
PPT SEJARAH REFORMASIAldya Rachma
 
template ppt sejarah among us 12345.pptx
template ppt sejarah among us 12345.pptxtemplate ppt sejarah among us 12345.pptx
template ppt sejarah among us 12345.pptxMuhammadReivanShaqui
 
Presentasi Materi Pendidikan Kewarnegaraan (PKN) Kelas XI - Demokrasi Orde Baru
Presentasi Materi Pendidikan Kewarnegaraan (PKN) Kelas XI - Demokrasi Orde BaruPresentasi Materi Pendidikan Kewarnegaraan (PKN) Kelas XI - Demokrasi Orde Baru
Presentasi Materi Pendidikan Kewarnegaraan (PKN) Kelas XI - Demokrasi Orde BaruTara Setyawan
 
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesia
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesiaTugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesia
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesiasiti aisah
 
Sistem dan struktur politik ekonomi indonesia masa reformasi
Sistem dan struktur politik ekonomi indonesia masa reformasiSistem dan struktur politik ekonomi indonesia masa reformasi
Sistem dan struktur politik ekonomi indonesia masa reformasievarahma70
 

Ähnlich wie Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia (20)

Bab 5. Indonesia pada Masa Reformasi.pptx
Bab 5. Indonesia pada Masa Reformasi.pptxBab 5. Indonesia pada Masa Reformasi.pptx
Bab 5. Indonesia pada Masa Reformasi.pptx
 
periode akhir orde baru
periode akhir orde baruperiode akhir orde baru
periode akhir orde baru
 
SINDIRAN GUS DUR TERHADAP JABATAN SOEHARTO
SINDIRAN GUS DUR TERHADAP JABATAN SOEHARTOSINDIRAN GUS DUR TERHADAP JABATAN SOEHARTO
SINDIRAN GUS DUR TERHADAP JABATAN SOEHARTO
 
Perkembangan masy indonesia masa reformasi
Perkembangan masy indonesia masa reformasiPerkembangan masy indonesia masa reformasi
Perkembangan masy indonesia masa reformasi
 
Kontroversi kontroversi pembangunan orde baru
Kontroversi kontroversi pembangunan orde baruKontroversi kontroversi pembangunan orde baru
Kontroversi kontroversi pembangunan orde baru
 
Kronologi Suksesi Politik Orde Baru
Kronologi Suksesi Politik Orde Baru Kronologi Suksesi Politik Orde Baru
Kronologi Suksesi Politik Orde Baru
 
Berakhirnya orde baru dan lahirnya reformasi
Berakhirnya orde baru dan lahirnya reformasiBerakhirnya orde baru dan lahirnya reformasi
Berakhirnya orde baru dan lahirnya reformasi
 
Reynal Prawira Irfiansyah Tugas 1.pptx
Reynal Prawira Irfiansyah Tugas 1.pptxReynal Prawira Irfiansyah Tugas 1.pptx
Reynal Prawira Irfiansyah Tugas 1.pptx
 
[KWN] Orde Baru
[KWN] Orde Baru[KWN] Orde Baru
[KWN] Orde Baru
 
GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIAGAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
 
PPT Bab Reformasi Mata Pelajaran Sejarah Indonesia.pdf
PPT Bab Reformasi Mata Pelajaran Sejarah Indonesia.pdfPPT Bab Reformasi Mata Pelajaran Sejarah Indonesia.pdf
PPT Bab Reformasi Mata Pelajaran Sejarah Indonesia.pdf
 
Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri
Masa Pemerintahan Megawati SoekarnoputriMasa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri
Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri
 
Tokoh Orde Baru dan Peranan Pentingnya
Tokoh Orde Baru dan Peranan PentingnyaTokoh Orde Baru dan Peranan Pentingnya
Tokoh Orde Baru dan Peranan Pentingnya
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
PPT SEJARAH REFORMASI
PPT SEJARAH REFORMASIPPT SEJARAH REFORMASI
PPT SEJARAH REFORMASI
 
template ppt sejarah among us 12345.pptx
template ppt sejarah among us 12345.pptxtemplate ppt sejarah among us 12345.pptx
template ppt sejarah among us 12345.pptx
 
Presentasi Materi Pendidikan Kewarnegaraan (PKN) Kelas XI - Demokrasi Orde Baru
Presentasi Materi Pendidikan Kewarnegaraan (PKN) Kelas XI - Demokrasi Orde BaruPresentasi Materi Pendidikan Kewarnegaraan (PKN) Kelas XI - Demokrasi Orde Baru
Presentasi Materi Pendidikan Kewarnegaraan (PKN) Kelas XI - Demokrasi Orde Baru
 
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesia
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesiaTugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesia
Tugas 2. ppt sejarah perekonomian indonesia
 
Sistem dan struktur politik ekonomi indonesia masa reformasi
Sistem dan struktur politik ekonomi indonesia masa reformasiSistem dan struktur politik ekonomi indonesia masa reformasi
Sistem dan struktur politik ekonomi indonesia masa reformasi
 
Bahan Ajar PPL 2
Bahan Ajar PPL 2Bahan Ajar PPL 2
Bahan Ajar PPL 2
 

Mehr von University of Andalas (20)

Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori KomunikasiTradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
 
Teori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku KomunikasiTeori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku Komunikasi
 
Positivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs FenomenologisPositivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs Fenomenologis
 
Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi SosiopsikologisTradisi Sosiopsikologis
Tradisi Sosiopsikologis
 
Teori tentang Hubungan
Teori  tentang HubunganTeori  tentang Hubungan
Teori tentang Hubungan
 
Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
 
Komunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori IlmiahKomunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori Ilmiah
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
 
Partai Politik
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
 
Konsep Politik
Konsep PolitikKonsep Politik
Konsep Politik
 
Komunikasi Politik
Komunikasi PolitikKomunikasi Politik
Komunikasi Politik
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
 
Industrialisasi Media
Industrialisasi MediaIndustrialisasi Media
Industrialisasi Media
 
Fins Membela Kebebasan
Fins Membela KebebasanFins Membela Kebebasan
Fins Membela Kebebasan
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
 
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan KekuasaanKonsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
 
Bahan 1
Bahan 1Bahan 1
Bahan 1
 
Teknik presentasi dan negosiasi 4
Teknik presentasi dan negosiasi 4Teknik presentasi dan negosiasi 4
Teknik presentasi dan negosiasi 4
 

Kürzlich hochgeladen

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 

Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia

  • 1. Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia Saat ini Pada 21 Mei 1998, dalam sebuah upacara singkat yang disiarkan di seluruh dunia, Presiden Indonesia Suharto mengundurkan diri dan digantikan oleh wakil presiden hanya dalam dua bulan, BJ Habibie, seorang kepercayaan Suharto yang telah mengabdi selama bertahun-tahun sebagai menteri riset dan teknologi. Suharto telah memegang kekuasaan selama lebih dari 32 tahun, dan sampai hari-hari terakhirnya di kantor beberapa pengamat memprediksi bahwa akhir sudah dekat. Keputusan Soeharto untuk mengundurkan diri itu dipicu oleh penolakan dari 14 individu kunci, yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri Ginandjar Kartasasmita, untuk menerima penunjukan sebagai menteri dalam kabinet direstrukturisasi. Ia juga berada di bawah tekanan berat untuk mengundurkan diri dari pemimpin Majelis Permusyawaratan Rakyat (Majelis Permusyawaratan Rakyat), badan konstitusional superparliamentary bahwa pada bulan Maret telah terpilih sebagai presiden untuk jangka ketujuh lima tahun. Peristiwa ini terjadi dalam konteks ekonomi dan politik TUR-MOIL yang dimulai dengan krisis mata uang Juli 1997. Ini termasuk demonstrasi mahasiswa besar-besaran di kampus universitas di seluruh negeri mulai Februari berikut; pembunuhan, diduga oleh pasukan keamanan, dari empat mahasiswa di sebuah universitas swasta di Jakarta pada tanggal 12 Mei; pesta pora kerusuhan perkotaan selama 13-15 Mei yang menewaskan lebih dari 1.000 jiwa; dan penyitaan gedung Majelis pada tanggal 18 Mei oleh beberapa ribu siswa. Itu Acara terakhir ini yang mendorong para pemimpin Majelis, semua yang sebelumnya dipilih oleh Suharto sendiri, untuk berbalik melawan bos mereka, dan gagal restrukturisasi kabinet presiden adalah respon awal untuk itu. Bagaimana kita bisa menjelaskan kematian politik Soeharto yang cepat, setelah bertahun-tahun kekuasaan dekat-absolut? Umur-Suharto berbalik 77 pada bulan Juni 1998- tidak diragukan lagi faktor, seperti kedalaman krisis ekonomi, yang paling serius yang dialami Indonesia sejak awal pemerintahan Orde Baru yang didirikan oleh Soeharto pada 1965-1966. Yang lebih penting, bagaimanapun, adalah serangkaian kesalahan kebijakan presiden yang
  • 2. memburuk dan krisis berkepanjangan. Sementara lainnya Timur dan negara Asia Tenggara, terutama dari Thailand dan Korea Selatan, muncul oleh bagian awal tahun 1998 telah berubah sudut menuju kemakmuran baru, penurunan Indonesia terus. Pada bulan Maret 1998, ketika masalah politik terburuk Soeharto mulai, rupiah diperdagangkan pada di atas 10.000 dolar AS (bagi beberapa bersedia untuk membelinya); sebagian besar bank dan banyak bisnis sektor modem secara teknis bangkrut jika tidak benar-benar menutup; jutaan orang telah kehilangan pekerjaan mereka; inflasi berjalan pada tingkat tahunan sebesar 150 persen; dan ada kekurangan bahan pokok, termasuk obat-obatan serta bahan makanan dan barang-barang rumah tangga umum lainnya. Dana Moneter Internasional (IMF), yang didukung oleh Bank Dunia dan pemerintah negara-negara G-7, telah dua kali pada bulan Oktober 1997 dan Januari 1998-ditawarkan untuk menyelamatkan Suharto keluar dengan memberikan kredit baru dengan imbalan reformasi ekonomi. Pada kesempatan kedua presiden secara resmi menerima persyaratan IMF tetapi segera melanjutkan untuk menumbangkan perjanjian dengan cara yang terlalu jelas untuk pasar keuangan dan investor asing untuk dilewatkan. Sebagai contoh, setelah perjanjian pertama bank putranya Bambang Trihatmodjo ditutup sebagaimana diatur, tapi asetnya ditempatkan di bank lain milik Bambang. Pembangunan proyek PLTA Suharto terkait di Jawa Timur pertama kali ditunda, kemudian dijadwal ulang. Pada awal Januari, anggaran 1998- 1999 negara terlalu optimis diumumkan tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan Dana. Yang kedua, perjanjian yang lebih membersihkan dan lebih ketat, kemudian dikenal dengan program 50-point IMF, telah ditandatangani pada Januari 15,1998. Dalam beberapa minggu ada laporan bahwa kesepakatan ini dilanggar juga. Misalnya, cara ditemukan untuk mempertahankan kedua monopoli cengkeh dan proyek mobil nasional yang dikendalikan oleh putra bungsu Tommy (Hutomo Mandala Putra). Kroni Presiden Mohammad "Bob" Hasan bergerak cepat untuk membangun kembali pegangan ketat pada industri kayu lapis. Perusahaan konstruksi milik putri tertua Tutut (Siti Hardiyanti Rukmana) mengumumkan bahwa mereka masih akan membangun jalan triple-decker mahal. Selama periode yang sama Soeharto juga mengambil, atau membiarkan orang lain untuk mengambil, tindakan yang mengalihkan perhatian dari penyebab sebenarnya dari dan kemungkinan solusi untuk krisis ekonomi. Sebagai contoh, putri Tutut memainkan peran kunci
  • 3. dalam Gerakan Cinta Rupiah, di mana Indonesia kelas menengah dan atas (Sino-Indonesia merasa sangat tertekan) didesak untuk menjual dolar mereka untuk membantu menaikkan nilai tukar rupiah. Sebuah kampanye dimulai melawan terkaya pebisnis Sino-Indonesia (yang disebut konglomerat), yang diduga telah diparkir puluhan miliar dolar abroad.3 konglomerat yang diberi label patriotik oleh Panglima TNI Jenderal Feisal Tanjung, yang mengancam (meskipun ia tidak melakukan) "tindakan lebih lanjut" jika modal mereka tidak kembali ke Indonesia dan diberikan kepada negara. Satu Sino-Indonesian pengusaha terkemuka, Sofyan Wanandi, dipanggil untuk ditanyai sehubungan dengan ledakan bom di sebuah kompleks apartemen di Jakarta. Penargetan pemerintah Sofyan mungkin tidak berhubungan dengan masalah pelarian modal, tapi lebih takut komunitas bisnis Sino-Indonesia. Masalah yang paling mengganggu, yang diperdebatkan dalam dan di luar Indonesia selama hampir dua bulan, adalah usulan untuk mematok rupiah pada sekitar 5.000 dolar AS melalui dewan mata uang. Ide ini rupanya diprakarsai oleh pengusaha yang dekat dengan anak-anak Soeharto, yang mengundang dewan pakar mata uang (dan promotor) Profesor Steven Hanke dari Johns Hopkins University untuk kediaman presiden. Dewan mata uang akan menggantikan fungsi bank sentral dengan membatasi jumlah rupiah yang beredar dengan jumlah dolar yang tersedia untuk menebus mereka dengan suku bunga tetap dan dengan membiarkan suku bunga perbankan yang akan ditetapkan oleh pasar. Sementara sebagian besar ekonom dan pengusaha, dalam dan luar negeri, cepat sepakat bahwa Indonesia bukanlah calon yang cocok untuk dewan mata uang (dolar terlalu sedikit yang tersedia dan terlalu lemah sistem perbankan), presiden tidak mau meninggalkannya. Ini menempatkan dia bertentangan dengan penasihat ekonomi sendiri, mendorong dia untuk memecat kepala dihormati dari bank sentral, Soedradjad Djiwandono. Hal ini juga tegang hubungan dengan IMF, Bank Dunia, dan G-7 pemerintah, semua yang ingin dia sesuai dengan program 50-point IMF. Beberapa panggilan telepon dari Presiden AS Bill Clinton, ditambah aliran pengunjung yang menonjol, termasuk mantan Wakil Presiden AS Walter Mondale dan Perdana Menteri Jepang kemudian Ryutaro Hashimoto, gagal untuk mengubah pikirannya. Istirahat akhirnya datang pada tanggal 20 Maret, ketika Menteri Keuangan Fuad Bawazier baru
  • 4. diangkat, setelah bertemu dengan tim IMF yang baru, mengumumkan bahwa gagasan dewan mata uang tidak akan dilaksanakan karena kekurangan cadangan devisa. Selama periode yang sama, Januari-Maret, Presiden Suharto membuat keputusan politik-khususnya pilihannya dari wakil presiden dan kabinet yang meningkatkan keraguan tentang komitmennya untuk program 50-point IMF. Di bawah konstitusi 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat memenuhi quinquennially untuk memilih presiden dan wakil presiden dan untuk menyebarluaskan "garis utama kebijakan negara." Menurut praktik Orde Baru, segera setelah setiap sesi Majelis, presiden menunjuk kabinet baru. Setelah jadwal ini, Majelis dipenuhi dari 1 Maret - 11 Maret 1998, dan kabinet baru, yang anggotanya diharapkan untuk melayani hingga tahun 2003, diumumkan pada 14 Maret. Majelis diselenggarakan pada tanggal 1 Maret terdiri dari 425 dipilih dan 75 diangkat anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat [DPR], atau Dewan Perwakilan Rakyat) ditambah 500 anggota yang ditunjuk. Seperti tahun sebelumnya, baik pemilihan dan proses penunjukan dikelola secara ketat oleh presiden dan para pembantunya untuk memastikan minimal oposisi terhadap terpilihnya kembali Soeharto sendiri, pilihannya dari wakil presiden, dan versinya garis besar kebijakan negara. Telah ada pemilihan umum sebelum setiap sesi Majelis (yang terakhir diadakan pada tanggal 29 Mei 1997), di mana tiga partai-satu pemerintah dan non-pemerintah dua-diizinkan untuk bersaing untuk 425 kursi. Partai pemerintah, Golkar disebut (Golongan Karya, Grup Fungsional) adalah wajah politik partisan dari birokrasi negara dan militer. Ini pertama kali dimobilisasi oleh Suharto sebelum pemilihan parlemen tahun 1971 untuk meminimalkan peran kekuatan politik non-negara di DPR dan MPR. Kedua partai nonpemerintah itu sendiri produk dari 1.973 paksa fusi oleh Suharto dari sembilan partai yang sebelumnya otonom. Sepanjang Orde Baru, mereka menerima tunjangan dari sebuah yayasan Suhartocontrolled, pemimpin mereka telah disetujui oleh pemerintah, dan kegiatan kampanye mereka terbatas dan diawasi ketat oleh tentara. Pada bulan Juni 1996 Megawati Sukarnoputri populer, putri mendiang Presiden Soekarno (dan untuk alasan itu berpotensi karismatik), secara paksa digulingkan sebagai pemimpin Partai Kristen Indonesia yang nasionalis Demokrat (Partai Demokrasi Indonesia, PDI) atas perintah Soeharto. Para
  • 5. pemimpin saat ini pihak non-pemerintah lainnya, PPP Islam (Partai Persatuan Pembangunan, Partai Persatuan Pembangunan), tidak dianggap mengancam pemerintah. Dalam pemilihan parlemen 1997 Golkar meraih 325 kursi, PPP 89, dan PDI 11 (beberapa pendukung PDI bersedia memilih partai setelah penggulingan Megawati). Majelis yang bertemu Maret 1998 terdiri dari 425 perwakilan tersebut ditambah 75 pasukan bersenjata ditunjuk dan 500 ditunjuk, mewakili daerah, para pihak, angkatan bersenjata, dan berbagai kelompok sosial jika tidak terwakili. Janji ini semua dibuat dalam proses yang dikendalikan oleh Suharto dan karena itu menghasilkan Majelis siap untuk melakukan penawaran presiden. Keinginannya termasuk pemilihan sendiri dan pemilihan wakil presiden yang dipilihnya, mantan menteri riset dan teknologi BJ Habibie, baik secara aklamasi, ditambah berlakunya keputusan Majelis pemberian presiden kekuatan yang luar biasa dalam hal ancaman terhadap keamanan nasional. Pilihan Habibie tidak melakukan apa pun untuk meyakinkan pasar keuangan atau investor potensial dalam perekonomian Indonesia. Memang, efek langsung adalah untuk mendorong rupiah ke level terendah baru terhadap dolar. Habibie adalah seorang insinyur aeronautika Jerman terlatih dengan reputasi untuk ketidaktahuan ekonomi dan sedikit kesabaran dengan siapa pun yang tidak setuju dengan dia. Dalam visinya, seperti yang diungkapkan dalam 25 tahun ia menjabat Suharto, ketergantungan pada manufaktur teknologi tinggi oleh industri negara akan memungkinkan Indonesia untuk mengembangkan cepat, negara-negara yang mengikuti konsepsi konvensional keunggulan komparatif lompatan. Lebih dari satu miliar dolar dana negara yang dituangkan ke Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), perusahaan manufaktur pesawat menyatakan bahwa ia lama memimpin. Meskipun buku perusahaan tidak tersedia untuk inspeksi independen, IPTN tampaknya telah disediakan beberapa pengembalian investasi yang sangat besar ini. Habibie juga secara pribadi menuju beberapa perusahaan negara lain dan mengawasi 10 disebut industri strategis. Orang dan kebijakan-Nya telah diharamkan tidak hanya untuk para ekonom profesional, IMF, dan sebagainya, tetapi juga untuk banyak petugas di angkatan bersenjata Indonesia. Control Habibie atas kapal dan amunisi industri negara dan pembeliannya beberapa tahun yang lalu dari mantan Jerman Timur Navy dipandang oleh banyak petugas sebagai ancaman langsung terhadap angkatan bersenjata kepentingan.
  • 6. Pilihan Suharto Habibie mungkin direncanakan jauh sebelumnya, bahkan pada awal Maret 1993, ketika presiden enggan menerima Jenderal Try Sutrisno, calon ditekan kepadanya oleh angkatan bersenjata, sebagai wakil presiden untuk jangka 1993-1998. 'Bagaimana Suharto dimaksudkan untuk menggunakan Habibie di pos barunya tidak jelas. Asisten dan rekan Habibie melaporkan bahwa Habibie sendiri percaya bahwa ia telah ditunjuk Soeharto successor.6 Banyak orang lain, di luar maupun di dalam kamp Habibie, berpendapat bahwa Habibie akan menjadi semacam de facto perdana menteri, sebagai penuaan Presiden Suharto kehilangan minat pada rincian sehari-hari kebijakan. Pandangan saya sendiri adalah bahwa Soeharto tidak berniat untuk memberikan wakil presiden barunya peran substansial lebih besar dari yang ditugaskan untuk pendahulunya, ia juga tidak berharap akan digantikan oleh Habibie. Pada tanggal 19 Mei, dua hari sebelum ia mengundurkan diri, Suharto, masih master pidato tidak langsung, mengatakan kepada pers: "Bagi saya, mengundurkan diri atau tidak bukan masalah Yang harus kita pikirkan adalah apakah dengan pengunduran diri saya situasinya bisa dengan cepat diatasi. Tes lakmus untuk keanggotaan dalam kabinet baru Soeharto, khususnya untuk portofolio ekonomi, tampaknya telah permusuhan kepada IMF dan kesediaan untuk menerima dewan mata uang. Menteri koordinasi baru bagi perekonomian, keuangan, dan industri, dan sekaligus ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Ginandjar Kartasasmita, adalah favorit presiden panjang terkait dengan kebijakan proteksionis bagi pengusaha nasional. Menteri keuangan, Fuad Bawazier, dilaporkan menjadi dekat dengan anak-anak Soeharto, sementara gubernur bank sentral baru, Sjahril Sabirin, yang dipetik dari ketidakjelasan relatif posisi staf Bank Dunia di Washington. Mungkin yang paling mengungkapkan sikap Soeharto terhadap IMF adalah penunjukan yang mengejutkan kayu lapis monopoli Bob Hasan sebagai menteri perdagangan dan industri. Pesan muncul untuk menjadi: "Tidak hanya akan saya tidak membongkar kartel, tetapi sekarang Anda akan harus bernegosiasi langsung dengan raja kartel" Loyalitas yang tidak diragukan lagi ke Suharto jelas dihitung sangat dalam pilihan presiden dari banyak menteri baru. Hal ini konsisten dengan pola bersejarah hubungan dengan angkatan bersenjata juga. Sejak tahun 1988, ketika ia diberhentikan Jenderal Benny Murdani sebagai komandan angkatan bersenjata, dan terutama sejak tahun 1993, ketika ia diangkat
  • 7. menjadi komandan Jenderal Feisal Tanjung, Suharto berusaha keras untuk memastikan bahwa loyalis pribadi (kebanyakan mantan ajudan dan komandan pengawal presiden) diberi semua posisi-8 perintah kunci Akhirnya, presiden pertama putri Tutut tampaknya telah berpengaruh dalam pemilihan beberapa anggota kabinet baru. The Singapore Straits Times melaporkan bahwa sampai setengah menteri baru adalah rekan-rekannya. Tutut sendiri, sebagai menteri urusan sosial, menjadi anak Suharto pertama yang diberi pos kabinet. Pada pertengahan Maret, Suharto berdiri di lubang yang dalam bahwa ia sendiri telah digali. Situasi ekonomi memburuk terus, setidaknya sebagian sebagai akibat dari perbuatannya sendiri. Sebagian besar dari upah-produktif kelas pekerja dan dari ulama tersebut, profesional, dan menengah kewirausahaan dan kelas-di dalam maupun di luar atas-memiliki pemerintah enggan datang untuk melihat dia sebagai bagian dari masalah. Mahasiswa, anak-anak dari kelas menengah dan atas, takut oleh runtuhnya tiba-tiba ekonomi dan marah dengan pemimpin mereka percaya bertanggung jawab untuk situasi mereka. Mereka juga memiliki sedikit kehilangan dan berpotensi banyak keuntungan dengan memobilisasi melawan pemerintah. Selain itu, dengan janji presiden dan wakil kabinet, Soeharto telah membuka dirinya lebar untuk tuduhan kronisme dan nepotisme. Pada titik ini, hanya pendukung Soeharto penting adalah angkatan bersenjata, pilar utama yang ia telah dibangun Orde Baru lebih dari 30 tahun sebelumnya. Selama berminggu-minggu, militer di bawah pimpinan yang baru diangkat Pangab Jenderal Wiranto, mantan ajudan presiden, berhasil membuat para siswa yang terkandung di balik dinding kampus mereka, meskipun dukungan rakyat untuk gerakan mereka, terutama di kalangan profesional perkotaan, tumbuh pesat. Bendungan meledak ketika empat mahasiswa di Universitas Trisakti, sebuah universitas swasta di Jakarta, ditembak mati pada tanggal 12 Mei, yang diduga dilakukan oleh polisi yang tidak menaati instruksi untuk hanya menggunakan peluru karet. Pemakaman dari siswa martir, disiarkan langsung di televisi nasional, menghasilkan gelombang baru protes, diikuti dengan kekerasan massal 13-15 Mei. Para pejabat tinggi militer akhirnya menyadari bahwa Soeharto harus pergi dan mulai mendiskusikan kemungkinan skenario. Pada saat ini, Namun, peristiwa yang bergerak cepat, dan para jenderal bertindak sendiri kurang dari mereka
  • 8. bereaksi terhadap gerakan orang lain, seperti para pemimpin Majelis dan Menteri Ekonomi Ginandjar. Angkatan bersenjata kesetiaan kepada Suharto sebagai pribadi, jika tidak ada lagi sebagai presiden, tampak jelas pada upacara pengunduran diri. Wiranto mengimbau kepada bangsa untuk mendukung transisi dan menambahkan bahwa "angkatan bersenjata akan terus melindungi keselamatan dan kehormatan dari mantan presiden ... termasuk Pastor Soeharto dan keluarganya." Masa Lalu (Dijelaskan dengan Singkat) Untuk seorang pengamat Orde Baru sejak awal, pola keputusan kebijakan ekonomi Presiden Soeharto dari Juli 1997 sampai dengan pengunduran dirinya Mei 1998 adalah mencolok menyimpang. Pada pertengahan 1960-an, ketika Suharto pertama kali mengambil alih kekuasaan dari Presiden Soekarno, perekonomian berada dalam krisis yang mendalam, dengan utang tak terbayar besar (pada saat itu negara waktu, tidak pribadi) kepada kreditur asing, bank nonfunctioning, tingkat pertumbuhan negatif, dan pelarian inflasi. Pada saat itu, presiden baru mengambil nasihat dari tim ekonom profesional, yang disebut Berkeley Mafia di bawah pimpinan Profesor Wijoyo Nitisastro, yang bekerja sama dengan IMF, Bank Dunia, dan pemberi pinjaman asing lainnya. Di bawah bimbingan tim Wijoyo, dan dengan kredit luar negeri baru, perekonomian cepat stabil dan kemudian mulai tumbuh pada tingkat yang terhormat, yang segera rata-rata sekitar 8 persen per tahun. Dari akhir 1960-an ke 1990-an, serangkaian krisis lebih lanjut mengguncang perekonomian Indonesia, termasuk krisis harga beras tahun 1973, perusahaan minyak negara krisis utang Pertamina pada tahun 1975, resesi dunia 1981-1982, dan runtuhnya harga minyak internasional di 1986,10 pada setiap kesempatan tersebut, setelah tertentu, tapi singkat, ragu-ragu, Suharto memilih sekali lagi untuk mengikuti saran dari para ekonom, termasuk kelanjutan dari kebijakan makroekonomi yang konservatif dan anggaran berimbang, ditambah perdagangan baru dan (setelah 1988) liberalisasi keuangan. Hasilnya dipulihkan pertumbuhan, yang pada 1990-an telah rata-rata sekitar 7 persen. Hal ini tidak berarti bahwa para ekonom tidak memiliki kompetisi untuk telinga Soeharto. Kedua Ginandjar, merupakan usaha swasta pribumi, dan Habibie, yang mewakili perusahaan teknologi tinggi negara, telah pemain utama selama beberapa dekade. Sebelum
  • 9. mereka, direktur Pertamina jangka panjang, Ibnu Sutowo, meminjam (dengan persetujuan Suharto, tetapi tanpa sepengetahuan para menteri ekonomi) miliaran dolar untuk membiayai versinya sendiri industri berteknologi tinggi, seperti perkebunan padi mengambang. Memang, Ginandjar, Habibie, dan Sutowo semua menerima menguntungkan mentionGinandjar dan Habibie yang dikhususkan pejabat-in muda sangat menjanjikan otobiografi Soeharto, sedangkan nama-nama Wijoyo dan timnya ekonom tidak muncul sama sekali. Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari otobiografi Soeharto adalah bahwa dia tidak pernah merasa hangat terhadap ekonom tapi melihat mereka bukan sebagai kejahatan yang diperlukan memungkinkan dia untuk mengekstrak dari ekonomi internasional sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan Indonesia. Hal ini juga benar bahwa ia tidak pernah berbagi visi mereka tentang ekonomi pasar pada dasarnya bebas. Dalam konteks Amerika, para ekonom Indonesia yang awalnya ekonom pembangunan, lebih dari Keynesian Friedmanian, meskipun dalam beberapa tahun terakhir mereka telah mengikuti mode intelektual internasional ke kanan) Sebaliknya, dua pertimbangan melaju lagi dan lagi untuk menerima saran mereka: pertama , hasil dalam hal pertumbuhan ekonomi bahwa kebijakan mereka diproduksi; dan kedua, pengakuan bahwa pertumbuhan menciptakan sumber daya ekonomi yang ia bisa gunakan untuk membangun basis kekuatan politiknya. Beberapa sumber daya ini digunakan untuk memberikan penghargaan konstituen yang sangat besar, seperti petani padi, yang diuntungkan selama bertahun-tahun dari program rehabilitasi irigasi dan subsidi untuk benih, pupuk, dan pestisida, atau konsumen perkotaan, yang diuntungkan dari bahan bakar rendah atau setidaknya stabil dan harga pangan. Jalan dan bangunan jembatan, sekolah dan pusat kesehatan konstruksi dan staf, dan elektrifikasi pedesaan disediakan jutaan pekerjaan dan tertinggal peningkatan infrastruktur dan layanan. Sumber-sumber lain telah ditargetkan lebih sempit, seperti kenaikan gaji bagi pegawai negeri sipil atau, pada awal Orde Baru, pembagian beras gratis untuk tentara. Yang lain telah digunakan untuk membeli loyalitas para pejabat tinggi dan perwira militer, baik sebagai hadiah langsung atau sebagai peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan, secara terbuka atau diam-diam.
  • 10. Akhirnya, penting untuk dicatat bahwa aliansi Soeharto dengan bisnis Sino-Indonesia merupakan bagian penting dari cerita ini. Bisnis berukuran menengah yang paling besar dan bahkan di Indonesia dimiliki dan dijalankan oleh orang Indonesia Sino-. Ini telah menjadi sumber banyak kebencian di pihak Indonesia pribumi biasa, banyak dari mereka percaya bahwa mereka mengenakan harga tinggi, membantah pekerjaan, dan dicegah dari bersaing pada istilah yang sama. Individu Sino-Indonesia, bagaimanapun, telah memiliki sebagian besar hubungan sangat baik dengan pejabat negara, termasuk militer. Jauh sebelum Orde Baru, para pejabat mulai proteksi perdagangan dan favoritisme (misalnya, kontrak untuk bisnis negara dan Surat Ijin Usaha Perdagangan) untuk bagian dari keuntungan bisnis. Hubungan bisnis Soeharto sendiri dengan Liem Sioe Liong, Orde Baru yang paling sukses pengusaha Sino-Indonesia, dimulai pada akhir 1950-an, ketika Liem disediakan berbagai barang dan jasa ke divisi Diponegoro yang berbasis di Semarang tentara, kemudian dipimpin oleh Suharto. Selama Orde Baru, hubungan ini menjadi sumber utama kedua dari kekayaan pribadi banyak perwira dan pejabat dan sumber daya bahan dengan yang teman-teman dan musuh bisa dihargai dan dihukum oleh Suharto dan letnannya. Hubungan simbiosis ini harus telah membatasi kemauan atau kemampuan Suharto dan jenderal lain untuk menggunakan orang Indonesia Sino-sebagai kambing hitam, meskipun beberapa kambing hitam itu sebenarnya berlangsung pada semester pertama 1998. Apa yang Berubah? Apa yang menyebabkan perbedaan antara fleksibel, siap-to-mendengarkan Suharto dari tahun sebelumnya dan anti-IMF Soeharto dari 1997-1998? Salah satu penjelasan yang sering disebutkan adalah kebutuhan presiden untuk memperbaiki cepat, untuk perubahan kebijakan yang akan mengangkat value'of tersebut nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang cukup untuk memungkinkan pengusaha swasta untuk membayar angsuran jatuh tempo pada pinjaman dalam mata uang dolar mereka dan oleh karena itu untuk memperoleh surat kredit yang dibutuhkan untuk mengimpor bahan baku yang diperlukan untuk operasi manufaktur mereka. "Orang-orang akan memberontak jika ada harga yang tinggi dan tidak ada pekerjaan," kata Suharto seorang pejabat tinggi di bulan Februari, menjelaskan daya tarik ide currency board.
  • 11. "Dalam pandangan Soeharto, baik program yang 50-point IMF maupun usulan IMF berikutnya diadakan harapan keluar sebanding untuk apresiasi cepat dari rupiah. Penjelasan kedua adalah bahwa program 50-point IMF memberi Suharto terlalu sedikit ruang gerak untuk menyulap berbagai konstituen yang telah mendukung Orde Baru selama tiga dekade terakhir. Memang benar bahwa program yang disebut untuk lebih luas dan saksama liberalisasi ekonomi daripada paket reformasi sebelumnya. Mungkin Suharto setuju, tanpa pertimbangan penuh dari 50 poin, dengan keyakinan bahwa sangat penandatanganan dokumen akan mengembalikan kepercayaan pasar. Sebagai pelaksanaan dimulai dan rupiah tidak menghargai secara substansial, ia berubah pikiran. Pertama dia menyerukan IMF-Plus (yaitu, dewan mata uang), dan kemudian, lebih menakutkan, ia berpendapat bahwa kesepakatan IMF itu bertentangan dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Indonesia. Dalam interpretasi Soeharto, Pasal 33 mengamanatkan peran ekonomi yang signifikan bagi negara dan koperasi, di samping bisnis swasta. Penjelasan saya sendiri lebih pribadi. Saya menduga bahwa Soeharto pada usia 76 (saat krisis mulai bulan Juli 1997) tidak lagi bersedia atau mampu membedakan antara kepentingan keluarga dan kroni-kroninya dan orang-orang bangsa. Ketika dua menyimpang, seperti yang mereka lakukan paling dramatis sejak awal krisis keuangan pada bulan Juli 1997, Suharto memilih untuk membela kepentingan keluarganya, tentu saja di bawah penutup ideologi konstitusi dan nilai-nilai budaya Indonesia. Untuk sebagian besar dari 30 tahun terakhir, seperti yang saya katakan di atas, Suharto ditempelkan antara dua kutub nasionalisme ekonomi, yang diwakili oleh wirausaha Habibie negara dan proteksionisme bisnis swasta Ginandjar, dan kebijakan pro-pasar ekonom profesional dan donor asing. Tuntutan keluarga berada di sana untuk waktu yang lama, dan mereka telah tumbuh, tapi baru-baru ini akhir 1980-an dan awal 1990-an ia rela mengorbankan kepentingan keluarga untuk kebaikan yang lebih besar, seperti yang didefinisikan untuknya oleh para ekonom. Kali ini, mungkin sebagian karena ruang gerak nya memang begitu sempit, ia mengambil berdiri dengan keluarga dan kroni-kroninya. Dukungan untuk proposisi ini tentu mendalam dan tunduk pada multitafsir. Salah satu bukti penting, dalam pandangan saya, muncul dalam 11 Maret editorial di Kompas, surat kabar nasional Indonesia dari catatan. "Menurut Kompas, dalam negosiasi atas program 50-point,
  • 12. pihak Indonesia keberatan dengan tuntutan IMF untuk (1) menghapuskan monopoli dinikmati sejak awal Orde Baru oleh lembaga negara logistik Bulog atas pemasaran beberapa komoditas pokok (beras, makanan pokok bagi sebagian besar orang Indonesia, yang dikecualikan dari permintaan ini), (2) mengharuskan semua bank menjadi diaudit dengan benar, (3) menghilangkan kartel pemasaran semen, kayu lapis, dan kertas, (4) menarik perlindungan bagi apa yang disebut mobil nasional,. dan (5) membongkar rezim perdagangan di sektor pertanian, terutama dalam pemasaran cengkeh Dari kelima item, empat jelas diarahkan pada kepentingan yang signifikan baik anak-anak Soeharto (misalnya, monopoli mobil dan cengkeh nasional Tommy, Bambang dan bank Tutut) atau kroni-kroninya (misalnya, bank Liem Sioe Liong dan monopoli semen, monopoli kayu lapis Bob Hasan). Hanya Bulog-mana keluarga dan kroni kepentingan juga terlibat-bisa masuk akal dikatakan menjadi lembaga negara yang harus dipelihara untuk tujuan nasional yang lebih besar, yakni, menjaga menurunkan harga bahan pokok yang dibeli oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Masa Depan Ada, tentu saja, tidak memprediksi masa depan, terutama dalam situasi tidak menentu sebagai sebagai orang Indonesia sekarang menemukan diri mereka. Pada tulisan ini pada bulan Juni 1998, namun, dua skenario yang cukup berbeda tampak setidaknya masuk akal: demokratisasi dan kembali ke kekuasaan militer. Seperti baru-baru April 1998, demokratisasi tidak tampak alternatif yang masuk akal. Angkatan bersenjata tampaknya terlalu kuat dan masyarakat sipil, yang didefinisikan sebagai kompleks organisasi sosial dan politik di luar negara, terlalu lemah. Apa yang telah berubah sementara itu adalah baik persepsi kita tentang pemain yang signifikan dan pilihan yang dibuat oleh mereka. PERAN POLITIK TENTARA Selama Orde Baru, angkatan bersenjata, khususnya Angkatan Darat, yang dianggap sebagai jantung dari sistem politik, yang efektif "partai berkuasa" di belakang depan palsu dari pihak negara, Golkar, dan sistem seolah-olah demokratis pemilihan parlemen. Perwira militer aktif-tugas adalah anggota sebuah komunitas mandiri kecil, semua yang anggotanya adalah
  • 13. lulusan dari Akademi Militer di Magelang, Central Java. Mereka berbagi satu set nilai-nilai tentang kebajikan kehidupan militer (disiplin, hirarki, kesediaan untuk berkorban untuk kebaikan bersama) dan konsepsi paternalistik hubungan sipil-militer (yang disebut dual-fungsi doktrin) yang diberikannya mereka tanggung jawab khusus untuk menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia dari musuh-musuhnya, terutama asing dan domestik. Mereka percaya bahwa sejak tahun 1940-an banyak konspirasi dan pemberontakan dipentaskan oleh separatis regional dan ekstrimis kiri (komunis), kanan (militan Islamis), dan pusat (liberal demokrat) telah dikalahkan hanya karena bersatu, aksi militer bersama. Mereka siap untuk bertindak lagi jika diperlukan dan dibenarkan banyak contoh perilaku untuk mereka baru-baru ini, menunjukkan terhadap mahasiswa-dalam hal ini. Perwira Angkatan Darat juga berbagi minat dalam mempertahankan peran politik yang telah membawa mereka kekayaan dan status dalam masyarakat yang lebih luas. Pada masa Orde Baru, melayani dan perwira pensiunan secara rutin diberi posisi di pemerintahan sipil sebagai menteri kabinet, gubernur, bupati, dan diplomat. Mereka telah aktif dalam politik, baik melalui janji untuk angkatan bersenjata delegasi di Parlemen dan legislatif provinsi dan kabupaten, atau melalui tugas untuk posisi kepemimpinan di Golkar. Untuk memastikan loyalitas mereka melanjutkan, peluang bisnis tergantung pada kemurahan negara telah dibuat tersedia untuk pensiun bintara serta menugaskan petugas. Tentara mungkin memiliki kekuatan yang cukup dalam jumlah, organisasi, dan kemampuan untuk mengatasi lawan mungkin, dengan beberapa pengecualian seperti gerilyawan Timor Timur. Hal ini tentu saja masalah relatif, tergantung pada kekuatan mereka lawan, tentang yang saya akan memiliki sesuatu untuk mengatakan di bawah ini. Secara absolut, namun tentara tidak besar sebagai persentase dari total penduduk (sekitar 200.000 dari 200.000.000), dan setidaknya beberapa pasukannya tidak terlatih, officered, dilengkapi, atau disediakan dengan perumahan yang layak dan dasar lainnya fasilitas. Sejak krisis ekonomi saat ini mulai, ada banyak laporan yang belum dikonfirmasi desersi dan perampokan oleh tentara biasa. Polisi militer, secara luas diyakini, lebih sibuk dari sebelumnya. Selain itu, ideologi bersama, materi umum dan kepentingan status, dan kapasitas organisasi yang memadai tidak berarti bahwa tentara secara internal bersatu. Pada hari setelah
  • 14. Habibie pelantikan sebagai presiden, Lieu penyewa Jenderal Prabowo Subianto, menantu Suharto mertua, dipindahkan dari posisi kuat komandan tentara Cadangan Strategis ke pos marjinal sebagai komandan Angkatan Bersenjata Staf dan command School di Bandung, Jawa Barat. Satu Prabowo sekutu, Mayor Jenderal Muchdi Purwopranyoto, juga segera dicopot dari jabatannya sebagai komandan pasukan khusus, sementara dua lainnya, kepala staf Reserve Strategis dan komandan daerah Jakarta, ditugaskan kembali beberapa minggu kemudian. Alasan yang jelas untuk reassignments merupakan upaya oleh Prabowo untuk menekan Presiden Habibie dalam mempromosikan dia untuk Kepala Staf Angkatan Darat atau panglima angkatan bersenjata bahkan. Sejak akhir tahun 1980an, tentara juga telah dibagi menjadi apa yang disebut green (warna Islam) dan putih merah-(warna bendera nasional, menyiratkan persatuan nasional suprareligious) faksi. Jenderal Benny Murdani, komandan angkatan bersenjata 1983-1988 dan Katolik Roma, diduga telah didiskriminasi dalam promosi dan janji kebijakan melawan petugas taat Islam atas dasar bahwa mereka mungkin mendukung mengubah Indonesia menjadi negara Islam. Murdani sendiri menyangkal telah memiliki kebijakan seperti itu. Pada pertengahan 1990-an, masalah ini telah memudar agak seperti Murdani telah pindah ke latar belakang, tapi Prabowo kadang-kadang diidentifikasi sebagai pemimpin hijau dan Wiranto, terutama setelah ia menjadi Kepala Staf Angkatan Darat pada tahun 1997, sebagai pemimpin merah -dan-putih fraksi. Divisi ini cenderung memiliki signifikansi melanjutkan ke tingkat bahwa masyarakat sipil terpolarisasi, seperti yang semakin menjadi, antara dua kelompok besar orang Indonesia: Muslim yang mendefinisikan kepentingan politik mereka dalam hal keagamaan; dan Muslim yang tidak, bersama-sama dengan orang Indonesia non-Muslim (Kristen, Hindu Bali, dan lain-lain). Sumber utama kelemahan militer hari ini, bagaimanapun, tidak inkompetensi militer atau perpecahan internal tetapi kurangnya visi politik dan kepemimpinan. Dalam dekade terakhir, Presiden Soeharto membuat semua keputusan politik penting, sehingga petugas hanya peran pelaksana. Pada bulan-bulan awal tahun 1998 menjadi jelas untuk menutup pengamat bahwa tidak ada petugas, termasuk Wiranto dan bahkan jelas politis ambisius Prabowo, punya rencana independen dirumuskan tindakan untuk menangani meningkatnya
  • 15. siswa dan protes populer atau Suharto melemahnya pegangan pada sistem politik. Hasilnya adalah pola reaksi bukan aksi. Karena pengalihan kekuasaan kepada Habibie, Wiranto dan kepala stafnya untuk urusan sosial dan politik, Letnan Jenderal Bambang Susilo Yudhoyono, telah mulai berpikir dengan cara yang lebih sistematis tentang masa depan politik angkatan bersenjata. Untungnya bagi prospek demokratisasi, dua petugas telah menyatakan bahwa Indonesia harus menjadi negara demokrasi dan bahwa angkatan bersenjata seharusnya tidak lagi menjadi bagian dari atau memberikan dukungan kampanye untuk Golkar, elemen kunci dari sistem otoriter Orde Baru. Wiranto juga telah mulai membangun basis dukungan pribadi dalam tentara dan untuk menempa aliansi dengan Presiden Habibie. MASYARAKAT SIPIL DAN POLITIK Apa masyarakat sipil di luar negara? Selama tiga dekade, oposisi diselenggarakan untuk Orde Baru sangat kecil karena beberapa alasan. Masyarakat Indonesia yang majemuk, bahkan terfragmentasi, dengan banyak pertentangan antara kelompok-kelompok yang membuat sulit bagi mereka untuk menyatu menjadi organisasi yang cukup besar untuk menantang negara. Presiden Suharto ditekan tuntutan hampir semua kelompok, tetapi ia juga mengambil keuntungan dari antagonisme mereka dengan menetapkan satu kelompok terhadap yang lain, sama seperti yang ia lakukan dengan perwira militer atas, untuk mencegah pembentukan aliansi kuat. Sama pentingnya keberhasilan, pembangunan ekonomi memungkinkan baginya untuk mendistribusikan materi dan manfaat statusnya secara luas, baik untuk kelompok besar seperti petani padi dan individu seperti pemimpin partai-partai non-pemerintah. Selama manfaat terus mengalir, sedikit yang diinginkan untuk menentang Bapak Pembangunan, judul diberikan pada Soeharto oleh Majelis pada 1970-an. Pada pertengahan tahun 1997, manfaat berhenti mengalir, dan oposisi mulai memobilisasi. Sementara masih ada sedikit organisasi semacam diperlukan dalam sistem politik yang demokratis, tampaknya ada dukungan luas-bahkan muncul konsensus untuk ide demokrasi. Ini memang benar di antara aktivis kelas menengah ke atas dan berpendidikan dan siswa, meskipun yang terakhir mungkin hanya memiliki pemahaman gemetar demokrasi sebagai praktek beton. Kita tahu sedikit tentang pandangan pekerja biasa dan petani, meskipun ada kemungkinan bahwa karena mereka telah terus apolitis begitu lama, pendapat mereka
  • 16. terbentuk kurang baik dan mereka memiliki sedikit pemahaman demokrasi. Dalam analisis akhir, apa yang mungkin paling penting adalah bahwa dari pertengahan 1997 sampai pertengahan 1998 keseimbangan inisiatif politik bergeser dari angkatan bersenjata Suharto yang didominasi aktivis politik di luar negara. Tentara tanpa Suharto telah dilemparkan lengah nya, dan warga sipil telah pindah ke vakum diciptakan oleh kurangnya militer visi dan kepemimpinan. Secara historis, Indonesia telah cenderung untuk mengatur politik dengan agama, kelas sosial, dan etnis atau regional. Mereka melakukannya secara terbuka 1950-1959, di bawah konstitusi yang demokratis tahun 1950. Pengaruh agama dan kelas sosial jelas dalam pemilihan parlemen 1955, ketika empat partai besar (yang secara kolektif menerima hampir 80 persen suara) diwakili tengah-dan kelompok kelas atas yang terkait dengan birokrasi negara (Partai Nasionalis [PNI]); pekerja perkotaan dan pedesaan dan petani tak bertanah (Partai Komunis [PKI]); Muslim modernis (Masyumi); dan Muslim tradisionalis (Nahdlatul Ulama, atau NU, Kebangkitan Guru Agama Tradisional). Muslim modernis melihat langsung Alquran untuk pemahaman mereka tentang kewajiban agama mereka; sosiologis mereka cenderung pedagang perkotaan, profesional seperti guru sekolah, atau (semakin hari) PNS. Muslim tradisionalis mematuhi sekolah klasik Syafi'i penafsiran Alquran; mereka cenderung menjadi petani kecil atau tuan tanah pedesaan. Dari empat partai besar, Masyumi terbaik mewakili keragaman etnis di Indonesia, sebagian karena ada komunitas besar modernis di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi serta di Jawa Barat, rumah dari etnis Sunda, dan Jawa Timur dan Jawa Tengah, rumah orang Jawa etnis dominan (yang mewakili sekitar setengah total penduduk Indonesia.) tiga partai besar lainnya adalah semua pra-dominan berbasis Java. Ada juga partai kecil Protestan dan Katolik (jumlah orang Kristen sekitar 9 persen dari populasi, Muslim 88 persen) dan banyak pihak etnis berbasis mampu memenangkan saham yang signifikan dari suara di daerah asal mereka. Divisi 1950 ini merupakan panduan berguna (meskipun tidak tepat, mengingat 40 tahun perubahan sosial) untuk organisasi politik dan mobilisasi pada 1990-an. Sebagian besar negara konstituen birokrasi Partai Nasionalis lama telah sejak lama menerima Orde Baru; anak-anak mereka adalah PNS saat ini dan, pada saat pemilu, telah kader Golkar. Ada sentimen
  • 17. antimilitary signifikan di antara kelompok ini, tetapi sejauh ini tidak ada kemauan untuk bertindak di luar jalur birokrasi normal (di mana telah lama ada persaingan sengit sipil-militer untuk posting pilihan). Hari ini PDI adalah keturunan linear dari Partai Nasionalis lama (itu juga mencakup Katolik dan Protestan partai-partai lama), tapi sebelum pemerintahan Megawati Soekarnoputri singkat sebagai pemimpin partai (1993-1996), PDI tidak pernah menarik banyak perhatian. Ketidakmampuan Megawati sendiri untuk mengartikulasikan sebuah program politik yang berbeda dari pemerintah mungkin indikasi baik dari latar belakangnya dan konstituen yang diwakilinya. Aspirasi politik Bekerja kelas telah ditekan keras sepanjang Orde Baru, yang dilahirkan di dalam darah ratusan ribu anggota dan pendukung Partai Komunis, yang dibunuh oleh militer dan anticommunists lokal di 1965-1966. Sejak pertengahan 1980-an, upaya pemerintah untuk mengembangkan industri manufaktur yang berorientasi ekspor telah menciptakan kelas pekerja baru yang besar, berpusat di sekitar Jakarta dan beberapa kota besar lainnya (Surabaya, Medan, dan Semarang pada khususnya). Para pekerja baru tidak proporsional perempuan, muda, dan baru tiba dari daerah pedesaan tetangga. Pada awal 1990-an, mereka mulai memprotes upah rendah dan kondisi kerja yang buruk, dan pemerintah telah merespon dengan berbagai bersifat memperbaiki (terutama menaikkan upah), co-optative/coercive (organisasi dengan serikat pekerja yang dikendalikan negara), dan represif (penangkapan, penyiksaan, dan pembunuhan tindakan independen penyelenggara serikat dan striker kucing liar). Krisis ekonomi saat ini dapat menyebabkan peningkatan yang substansial dalam kerusuhan pekerja dan protes (meskipun banyak pekerja perempuan muda sekarang menganggur telah kembali ke desa mereka), tetapi belum melakukannya. Di antara Muslim yang taat Indonesia, terutama generasi di bawah 40, pembelahan modernis-tradisionalis tampaknya mulai menurun dalam hal pola sebenarnya keyakinan dan praktik keagamaan. Secara politis, namun, dikotomi terus diwakili oleh dua asosiasi besar dan pemimpin masing-masing, keduanya sudah dikenal dan populer di masyarakat yang lebih luas. Asosiasi tradisionalis adalah NU, sekarang organisasi sosial dan pendidikan yang dipimpin oleh desa dan berbasis kota guru Al-Quran. (Pada awal tahun 1950, NU adalah bagian dari Masyumi, dari pertengahan 1950-an sampai 1973 itu adalah partai politik yang independen, dan 1973-
  • 18. 1984 itu adalah bagian dari Partai Persatuan Pembangunan.) Pemimpin nasional NU adalah Abdurrahman Wahid (disebut Gus Dur), sebuah agama yang pluralis dan politik demokrat. Asosiasi modernis adalah Muhammadiyah, sebuah organisasi independen yang kegiatan utamanya adalah menjalankan sekolah swasta dan rumah sakit. Pemimpinnya adalah Amien Rais, dididik di Notre Dame dan University of Chicago, yang juga mendukung demokratisasi tetapi yang memiliki untuk sebagian besar karirnya ditampilkan konsepsi sempit kebenaran agama dan mendapatkan reputasi untuk permusuhan terhadap orang Kristen dan non-Muslim. Sejak awal tahun 1998, bagaimanapun, ia telah diperiksa anti-Kristen, retorika anti-Barat-nya dan mengulurkan tangan politik ke Indonesia non-Muslim, termasuk Sino-Indonesia, dan masyarakat internasional nonMuslim yang Indonesia sekarang begitu tergantung untuk ekonomi bantuan. NU, yang didirikan pada tahun 1926, memiliki sejarah panjang akomodasi untuk penguasa hari, dan telah mengeluarkan dekrit religius (fatwa) menerima kedua pemerintahan kolonial Belanda (pada tahun 1930) dan kediktatoran pribadi Presiden Sukarno (di awal 1960- an). Gus Dur telah menggabungkan tradisi ini dengan mencari cara untuk membantu menciptakan sistem politik modern yang demokratis dan masyarakat untuk Indonesia dan sekaligus untuk membawa anggota NU ke dalam masyarakat itu. Pada 1980-an ia bekerja sama dengan Panglima TNI Murdani. Setelah penurunan politik Murdani di akhir 1980-an, Gus Dur menjadi lawan yang lebih vokal dari Suharto dan promotor aktif demokrasi. Selama beberapa tahun ia memainkan peran utama dalam Forum Demokrasi, yang menarik para aktivis demokrasi dari berbagai latar belakang agama dan ideologi yang berbeda. Pada tahun 1997, di bawah tekanan baik dari pemerintah dan dari kaum konservatif yang mendominasi politik NU di tingkat lokal, ia berbalik arah. Selama tahun 1997 kampanye pemilihan parlemen, sedangkan rupanya tetap non-partisan, ia mengambil Golkar Tutut pada tur NU benteng di Jawa Timur. Pada bulan Januari 1998 Gus Dur menderita stroke, dan ia tidak berpartisipasi dalam drama politik menjelang pengunduran diri Soeharto pada bulan Mei. Muhammadiyah, yang didirikan pada tahun 1912, berafiliasi dengan partai politik Masyumi sampai Masyumi dilarang pada tahun 1960, secara eksplisit karena keterlibatannya dalam pemberontakan daerah dari akhir 1950-an namun secara implisit untuk mempromosikan
  • 19. ide negara yang berdasarkan hukum Islam. Dari tahun 1960 sampai awal 1990-an, Muhammadiyah tinggal keluar dari politik, sebagian dari keyakinan bahwa tujuan organisasi yang non-politik dan sebagian karena modernis Islam dicurigai oleh pemerintah untuk terus pelabuhan keinginan untuk sebuah negara Islam. Pada awal 1980-an, Muhammadivah dan kebanyakan pemimpin organisasi Muslim lainnya menandatangani sumpah kesetiaan kepada doktrin negara Pancasila, yang mengamanatkan toleransi beragama, dan awan kecurigaan mulai terkuak. Organisasi non-politik tetap, namun, sampai dosen Universitas Gadjah Mada Amien Rais dan kohort muda, banyak yang berpendidikan Barat, intelektual mengambil kekuasaan pada tahun 1994. Langkah politik tingkat nasional pertama Amien, bahkan sebelum ia mengambil alih Muhammadiyah, adalah untuk bergabung dengan banyak modernis lainnya dalam pendirian pada tahun 1990 dari Ikatan cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, sebuah organisasi dikandung oleh muda aktivis modernis tapi segera dikooptasi oleh Suharto. Karena ICMI dipimpin (pada arah Soeharto) oleh Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie, aktivis modernis percaya bahwa setelah bertahun-tahun di padang gurun politik mereka akhirnya akan mampu memainkan peran berpengaruh dalam pemerintahan. Untuk sebagian besar harapan ini tidak menyadari ketika Soeharto menjadi presiden, meskipun beberapa aktivis telah diberi posisi di pemerintahan Habibie baru. Amien sendiri, bagaimanapun, telah dihapus oleh Soeharto dari jabatannya sebagai ketua Dewan Pakar ICMI pada tahun 1997. Pada masa Orde Baru, untuk bermain dalam sistem dimaksudkan untuk menahan diri dari kritik publik yang serius, dan Amien berulang kali dikritik banyak aspek pembangunan pemerintah Program dan kebijakan lainnya, termasuk tidak adanya demokrasi. Dia mempertanyakan usaha bisnis keluarga pertama dan berulang kali mengangkat isu suksesi presiden. Pada awal tahun 1998, sebelum sidang Majelis Permusyawaratan, Amien meminta Suharto untuk mundur dan menawarkan dirinya sebagai calon presiden. Setelah Suharto terpilih sebagai presiden untuk jangka ketujuh, Amien mengumumkan bahwa Soeharto memiliki enam bulan sampai satu tahun untuk membuktikan dirinya layak dipilih kembali. Jika presiden gagal memimpin Indonesia keluar dari krisis ekonomi
  • 20. pada saat itu, Amien berjanji untuk memimpin "kekuatan rakyat" gerakan. Awal tahun ini, Amien juga mengusulkan koalisi oposisi besar dipimpin oleh dirinya sendiri, Megawati, Gus Dur dan. Megawati menandatangani, tapi Gus kami menolak dengan alasan bahwa ini bukan waktu untuk marah presiden atau tentara. Resistensi Gus Dur juga berakar dalam permusuhan historis lebih dalam modernis dan tradisi Masyumi, dan mungkin juga di ketidaksukaan pribadi untuk Amien. Satu kelompok Islam modernis lainnya harus disebutkan secara singkat, militan yang terkait dengan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Dewan Dakwah Islam Indonesia, dan dengan Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI). The Dewan Dakwah didirikan oleh politisi mantan Masyumi yang memilih dalam iklim politik dibatasi dari akhir 1960-an untuk berkonsentrasi pada kegiatan keagamaan. Mereka menerbitkan sebuah majalah in-house, Media Dakwah (Preaching Medium), yang didistribusikan ke masjid dan banyak tersedia di toko-toko buku Islam. KISDI adalah, organisasi yang lebih terang-terangan politik baru, dan menghabiskan banyak waktu yang berdemonstrasi menentang lawan domestik atau pemerintah Barat. Pasukan gabungan dari Dewan Dakwah dan KISDI masih kecil, tetapi mereka jauh lebih berpengaruh hari ini daripada mereka satu dekade lalu. Tujuan militan tampaknya masyarakat Indonesia lebih sesuai dengan konstruksi sempit hukum Islam; mereka juga menganjurkan, kebijakan luar negeri anti-Amerika keras anti-Israel. Secara historis, beberapa umat Islam Indonesia telah berbagi tujuan tersebut. Untuk sebagian besar dari Orde Baru, para militan adalah benar "ekstrim kanan," ditekan oleh pemerintah dan bermusuhan dengan itu. Sejak pertengahan 1980-an, bagaimanapun, dan terutama dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah menjadi lebih royalis dari raja, membela Suharto, menteri, dan kebijakan melawan semua pendatang. Mereka tampaknya telah dibujuk oleh serangkaian kebijakan dan gerakan Suharto dianggap ramah terhadap Islam, dan oleh presiden akhir-in-hidup sendiri haji ke Mekah. Mereka disukai penunjukan Habibie sebagai wakil presiden, tetapi tidak bergabung dengan agitasi mahasiswa (yang mereka klaim adalah Christian-dipengaruhi) terhadap Suharto. setelah Habibie menjadi presiden, mereka memimpin upaya untuk mengusir para mahasiswa menduduki gedung Majelis yang sekarang menyerukan pengunduran diri Habibie. Mereka juga berjaga
  • 21. kedutaan Amerika, mengklaim bahwa Amerika Serikat telah campur tangan dalam politik Indonesia dengan mendukung gerakan anti-Soeharto. Apa kelompok etnis yang berbasis regional, beberapa yang memberontak terhadap kontrol pusat dari tahun 1940 ke awal 1960-an? Mungkin dua poin harus dibuat. Pertama, sebagian besar anggota kelompok regional di luar Jawa, untuk alasan historis yang berkaitan dengan gerakan nasionalis sebelum perang dan revolusi 1945-1949 melawan Belanda, memiliki rasa yang kuat identitas Indonesia. Hal ini terutama berlaku untuk daerah yang paling padat penduduknya, seperti provinsi multietnis Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Meluasnya penggunaan bahasa nasional, Bahasa Indonesia, telah membantu untuk memperkuat identitas ini. Ada dua provinsi, namun, di mana kesetiaan kepada Indonesia terbatas atau tidak ada: Irian Jaya, yang secara paksa dimasukkan pada tahun 1962; dan Timor Timur, disita pada tahun 1975. Kedua provinsi memiliki populasi kecil dan jauh dari Jakarta dan Jawa, sehingga kepentingan mereka tidak boleh berlebihan. Selain itu, oposisi bersenjata untuk Indonesia di Irian Jaya kecil, kurang terorganisir dan dilengkapi, dan sampai sekarang dapat menawarkan hanya perlawanan sporadis, terutama mengingat berat kekuatan angkatan bersenjata di wilayah tersebut. Timor Timur adalah masalah lain. Ada, baik organisasi klandestin dan aktivitas gerilya bersenjata tampaknya meningkat. Selain itu, pemerintah Indonesia telah di defensif internasional, terutama sejak pembantaian tahun 1991 di Timor Timur ibukota, Dili, yang menewaskan sebanyak 200 bersenjata Timor mati. Salah satu langkah pertama Habibie sebagai presiden adalah untuk mencoba untuk meredakan masalah Timor dengan menawarkan otonomi ke provinsi sebagai imbalan atas penerimaan oleh pro-kemerdekaan Timor integrasi dengan Indonesia. Bisa ditebak, tawaran itu ditolak, karena orang Timor percaya bahwa mereka akan mampu untuk memeras konsesi lebih besar, bahkan mungkin kesepakatan untuk referendum kemerdekaan, dari pemerintahan Habibie. Kedua, rasa yang kuat identitas nasional tidak berarti penerimaan kebijakan pemerintah pusat. Sejak akhir 1950-an, ketika kerangka baja dari kontrol militer dibangun di banyak daerah, sebagian besar penduduk Luar Pulau menginginkan otonomi yang lebih besar dari pusat. Petugas yang berbasis di Jakarta dan pejabat (dan bukan hanya orang-orang Jawa), di sisi lain,
  • 22. cenderung untuk melihat separatis di bawah setiap tempat tidur dan enggan untuk menyerahkan bahkan sejumlah kecil kekuasaan dan otoritas. Tiga puluh tahun program pembangunan Orde Baru telah membuat keadaan menjadi lebih buruk. Mereka tidak diragukan lagi membawa kemakmuran yang lebih besar bagi banyak, mungkin sebagian besar, penduduk. Tapi mereka juga telah mempertajam etnis, agama, dan kelas perpecahan lokal, dan menciptakan antagonisme baru terhadap orang luar, tanpa memberikan institusi yang efektif melalui mana kelompok-kelompok yang dirugikan dapat menekan klaim mereka. Letusan lokal banyak dan luas protes sejak tahun 1995 yang mungkin hanya prekursor ledakan yang lebih besar akan datang. Akhirnya, menyebutkan harus terbuat dari dua kelompok yang tidak cocok dengan mudah ke dalam kerangka 1950s/1990s saya, tetapi berada atau menjadi aktor politik yang signifikan: kelas kewirausahaan dan manajerial adat atas dan menengah, dan mahasiswa. Kedua kelompok yang jauh lebih besar, benar-benar dan sebagai proporsi dari populasi, hari ini daripada mereka pada tahun 1950. Keduanya juga nyata lebih Islami, sebagai masyarakat secara keseluruhan telah menjadi lebih Islami. Sepanjang Orde Baru para pengusaha dan manajer telah mengambil kursi belakang untuk perwira dan pejabat, yang telah menguasai (relatif) sumber daya yang luas negara. Mengurangi pentingnya minyak bagi perekonomian Indonesia, ditambah perdagangan dipercepat dan liberalisasi keuangan sejak akhir 1980-an, telah memberikan sektor swasta peran ekonomi yang lebih besar. Akibatnya, pengusaha pribumi telah mulai menuntut perwakilan politik yang lebih juga. Pemilu beberapa tahun yang lalu dari pengusaha Aburizal Bakrie sebagai kepala Kadin, Kamar Dagang dan Industri, lebih dari seorang pejabat BUMN disukai oleh Suharto, adalah sedotan angin. Jadi adalah penunjukan Tanri Abeng, seorang manajer sektor swasta sangat dihormati, untuk Soeharto terakhir dan kabinet pertama Habibie sebagai menteri pemberdayaan (yaitu, privatisasi) BUMN. Proses ini adalah salah satu yang bertahap, bagaimanapun, dan tidak mungkin mengakibatkan dalam waktu dekat dalam pengambilalihan negara oleh pengusaha swasta. Meskipun sebagian besar pengusaha adalah Muslim yang taat, politik mereka tampaknya tidak memiliki konten khusus Islam.
  • 23. Universitas dan bahkan siswa SMA memainkan peran penting pada awal Orde Baru, memberikan banyak dukungan rakyat yang dimobilisasi bahwa tentara di bawah kemudian Mayor Jenderal Suharto yang dibutuhkan dalam perjuangan untuk menggulingkan Presiden Sukarno. Dimulai pada bulan Februari 1998, sebagai kampanye terhadap terpilihnya kembali Soeharto meningkat, siswa lagi mulai memobilisasi di hampir setiap kampus universitas negeri utama dan di banyak perguruan tinggi swasta juga. Di Jakarta dan Yogyakarta, puluhan ribu siswa-angka hampir dibayangkan bahkan beberapa minggu sebelumnya-mendengarkan setuju untuk antipemerintah berapi-api dan pidato anti-Soeharto. Di Universitas Gadjah Mada, Suharto dibakar di patung. Sebagian besar siswa ini tampaknya berasal dari keluarga Muslim yang taat, dan banyak yang dari luar Jawa. Organisasi terbesar mereka, dibuat dalam panas dari perjuangan anti-Soeharto, adalah Front Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), yang namanya sadar menggemakan organisasi anti-Sukarno terbesar dari pertengahan 1960-an, Front Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI ). Kader KAMMI pertama berasal dari jaringan yang terhubung dari masjid mahasiswa yang ada di semua kampus universitas. Meskipun asal-usulnya dan nama, namun, tidak ada tuntutan KAMMI adalah khas Islam melainkan mencerminkan anti-Soeharto, pro-IMF, sentimen pro-demokrasi dari gerakan protes secara keseluruhan. KEBIJAKAN HABIBIE Langkah politik pertama Presiden Habibie terhadap keseimbangan kontribusi terhadap penguatan warga sipil dan melemahnya militer sebagai kekuatan politik, dan telah meningkatkan prospek demokratisasi. Habibie tentu saja dirinya seorang warga sipil dan telah menempatkan sebagian besar warga sipil dalam posisi pemerintahan. Yang lebih penting, bagaimanapun, telah menjadi komitmen untuk kedua reformasi ekonomi dan politik, seperti konsep-konsep yang dipahami di Indonesia saat ini. Reformasi ekonomi berarti penerimaan penuh dari kebijakan yang direkomendasikan oleh IMF dan pemberi pinjaman asing lainnya, yang diharapkan akan mengarah pada penguatan sistem perbankan, penyelesaian masalah utang swasta, dan akhirnya apresiasi rupiah yang cukup untuk me-restart pertumbuhan ekonomi . Meskipun kebijakan ini belum
  • 24. menunjukkan hasil yang nyata, secara luas dipahami di Indonesia bahwa tidak ada jalan lain. Habibie telah meyakinkan menunjukkan komitmennya dengan menjaga pada musuh politik lama, Menteri Koordinator Perekonomian Ginandjar, salah satu dari beberapa pejabat yang memiliki kepercayaan dari IMF, dan dengan membawa kembali ke pemerintahnya para ekonom profesional, termasuk Profesor Wijoyo, yang kebijakan yang bertanggung jawab atas tiga dekade pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan selama Orde Baru-16 Ia juga telah mengulurkan tangan untuk Sino-Indonesia, yang berpartisipasi dalam rekonstruksi ekonomi sangat penting, dengan meyakinkan mereka bahwa "kita semua orang Indonesia dan tinggal di Indonesia tanah, kami tidak mengenali perbedaan suku, agama dan ras.” Di front politik, Habibie telah menanggapi tuntutan demokratisasi dengan menjanjikan untuk melaksanakan proses empat langkah: (1) bagian oleh Parlemen, kadang-kadang pada awal tahun 1999, undang-undang baru untuk memungkinkan pemilihan umum yang bebas dan adil dan persaingan partai terbuka; (2) memanggil sidang khusus Majelis Permusyawaratan pada akhir tahun 1998 untuk menetapkan tanggal baru untuk pemilihan umum; (3) mengadakan pemilihan parlemen pada pertengahan tahun 1999; dan (4) memanggil sesi reguler Majelis Permusyawaratan pada akhir tahun 1999 untuk memilih presiden baru dan wakil presiden dan mengatur "garis besar kebijakan negara," sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, selama lima tahun ke depan. Dia juga telah mengumumkan bahwa hukum pers ketat akan ditarik dan bahwa sementara itu semua orang Indonesia bebas untuk mendirikan media baru. Dengan janji-janji dan beberapa tindakan awal (misalnya, pembebasan beberapa tahanan politik Orde Baru dan penyusunan proposal yang demokratis UU Pemilu oleh Departemen Kehakiman dan Departemen Dalam Negeri), Habibie telah berhasil memenangkan cukup, jika tentatif, legitimasi untuk nya jabatan sebagai presiden transisi. Perdebatan politik nasional telah bergeser jauh dari isu-isu seperti apakah pengalihan kekuasaan dari Soeharto ke Habibie adalah konstitusional dan apakah presiden Habibie atau tidak hanya kelanjutan dari Orde Baru Soeharto. Fokus saat ini adalah pada jenis sistem pemilu dan partai. Haruskah Indonesia yang demokratis melanjutkan representasi sistem pemilu proporsional yang digunakan sepanjang Orde Baru, atau harus itu pindah ke beberapa bentuk sistem
  • 25. mayoritarian? Haruskah partai politik berdasarkan etnis atau agama diperbolehkan, atau harus semua pihak pada prinsipnya terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia? Program reformasi politik Habibie telah menerima dukungan penting dari militer di bawah Wiranto dan kepala stafnya untuk urusan sosial dan politik, Letnan Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono. Memang, semacam de facto aliansi telah dibentuk, di mana ketergantungan Habibie pada angkatan bersenjata dukungan untuk program reformasinya, sejauh ini disediakan oleh Wiranto, cocok dengan ketergantungan Wiranto pada Habibie, komandan-in-chief konstitusionalnya, untuk kelanjutan nya sebagai komandan angkatan bersenjata. Wiranto tampaknya menyadari bahwa ia telah melemparkan banyak pribadinya dengan Habibie dan bahwa jika yang terakhir itu harus diganti, mengatakan dengan sidang khusus Majelis diselenggarakan oleh musuh Habibie di Golkar, maka ia pada gilirannya akan digantikan oleh presiden baru. Sebagai tokoh transisi, Habibie juga memiliki dukungan de facto bisa dibilang (tidak ada yang belum diuji dalam pemilihan umum yang bebas) politisi sipil yang paling populer, Amien Rais dari Muhammadivah, Abdurrahman Wahid dari NU, dan Megawati Sukarnoputri dari PDI. Ketiga pemimpin tampaknya sudah menyerah licik untuk menggulingkan Habibie dalam jangka pendek dan bukannya berkonsentrasi energi mereka untuk membangun partai dan koalisi yang dapat memenangkan dukungan mayoritas di Majelis pasca Pemilu. Ini bukan untuk mengatakan bahwa jalan menuju pemilu atau Indonesia yang demokratis akan mulus. Akbar Tanjung, menteri yang bertanggung jawab Sekretariat Negara (yaitu, kepala Habibie staf) dan pilihan Habibie untuk memimpin Golkar melalui proses reformasi, dilaporkan telah mengatakan bahwa politik nasional sekarang menjadi hutan penuh binatang berbahaya. Dukungan pribadi Habibie masih lemah, dan koalisinya rapuh. Jika dia membuat kesalahan taktis, strategi itu bisa gagal, dan ia sendiri bisa digulingkan sebelum pemilihan umum dilaksanakan. Jika ia berhasil, prospek konsolidasi demokrasi akan sangat bergantung pada sifat dari sistem partai dan kepemimpinan politik yang muncul dari pemilu. Sebagai contoh, dalam skenario terburuk, bahkan lebih buruk daripada sistem multipartai dari tahun 1950-an, Parlemen baru mungkin terdiri dari banyak partai kecil yang para pemimpinnya tidak memiliki visi nasional atau rasa tujuan bersama dan yang bertengkar dengan cepat membujuk para pemimpin angkatan bersenjata yang sekali lagi hanya mereka dapat
  • 26. menyelamatkan negara dan bangsa. Sebaliknya, pemimpin utama di luar pemerintah bisa mulai membangun jenis link di antara mereka sendiri dan organisasi mereka yang akan menerjemahkan pada akhir tahun 1999 menjadi koalisi pemerintah yang stabil. Kesimpulan Ada, terutama di tingkat elit, beruntun Hobbesian yang kuat dalam budaya politik Indonesia modern: keyakinan bahwa kebanyakan orang Indonesia tidak dapat dipercayakan dengan kebebasan pribadi yang luas atau dengan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik pada istilah mereka sendiri tetapi harus bukannya dibujuk atau dipaksa kepentingan mereka sendiri untuk menerima kebijaksanaan unggul elit paternalistik. Pada akhir 1960-an, sebagai Orde Baru mulai terbentuk, Soeharto mengambil keuntungan dari kepercayaan ini, menawarkan kemakmuran dan stabilitas dalam pertukaran untuk penerimaan pemerintah otoriter. Sebagian besar, walaupun tentu saja tidak semua, orang Indonesia muncul pada saat bersedia menerima tawaran tersebut. Sebagai imbalannya, mereka menerima 30 tahun pertumbuhan ekonomi yang stabil, sebuah prestasi luar harapan kebanyakan orang terliar. Selama periode ini, mereka sering mengingatkan kesediaan pemerintah untuk menggunakan kekuatan terhadap lawan-lawannya, termasuk tidak hanya ekstrimis dari kanan dan kiri, tetapi juga pendukung Indonesia yang lebih demokratis. Mereka juga telah mengingatkan bahwa jalur pertumbuhan tertentu mereka telah mengikuti telah memiliki banyak biaya sosial dan lingkungan dan-dengan kuat sejak pertengahan 1997-yang telah membuat mereka rentan terhadap angin ekonomi dan politik internasional kadang-kadang berubah-ubah. Hari ini Indonesia membayar harga untuk tawar-menawar Hobbesian mereka dengan Suharto: penurunan ekonomi lebih tajam dibandingkan dengan salah satu tetangga di Asia Timur dan kesulitan besar dalam mengelola suksesi kepemimpinan. Kontras sangat jelas dengan Thailand dan Korea Selatan, yang keduanya cepat berubah pemimpin politik mereka dan kembali pada jalur ekonomi. Ini mungkin bukan kebetulan bahwa di kedua negara dalam perjuangan rakyat selama puluhan tahun diproduksi, baik sebelum krisis saat ini, proses politik yang demokratis dan lembaga-lembaga yang memungkinkan untuk memilih perdana menteri atau presiden baru yang bisa mengandalkan dukungan rakyat luas untuk kebijakan-
  • 27. kebijakannya. Indonesia sekarang hasalmost ajaib, mengingat kekuatan militer dan kelemahan masyarakat sipil di bawah Suharto-kesempatan sejati untuk menciptakan proses demokrasi sendiri dan institusi. Tapi kita tidak boleh meremehkan hambatan di jalan depan atau kemungkinan nyata dari sebuah kembali ke angkatan bersenjata aturan, termasuk mungkin lain tawar-menawar Hobbesian, dalam waktu yang relatif dekat.