Berikut ini adalah ringkasan dari dokumen evaluasi kinerja pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah periode 2004-2008 dalam 3 kalimat:
1. Dokumen ini berisi hasil evaluasi kinerja pembangunan daerah Jawa Tengah pada 5 bidang utama yaitu pelayanan publik dan demokrasi, sumber daya manusia, ekonomi, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta kesejahteraan sosial.
2. Metode evaluasi
2. KATA PENGANT
TAR
ana Pemba
Renca angunan Ja
angka Men
nengah Na
asional (RP
PJMN) 2004
4-2009 yan
ng
ditetapkan mela
alui Peratur
ran Preside No. 7 Tahun 200 merupa
en 05 akan amanat
Undang-Undang
g Nomor 25 Tahu
un 2004 tentang Sistem Perencanaa
P an
Pemb Nasional. Seiring deng berjalannya waktu pelaksan
bangunan N gan u, naan RPJM
MN
2004-
-2009 telah memasuk tahun kelima. Berba
h ki agai kebijakan telah d
dilaksanaka
an
dan te
entu saja perlu dilihat seberapa j
p jauh keberhasilan yan telah dic
ng capai melalui
kegiat evaluas
tan si.
Evaluasi Kinerja Pembang
a gunan Daer
rah yang akan dilak
kukan di Pr
rovinsi Jaw
wa
Tenga dilaksan
ah nakan untu menilai kinerja pem
uk mbangunan rentang w
n waktu 2004
4-
2008 melalui pendekatan relevansi dan efekt
tivitas penc
capaian pe
embanguna
an
denga memba
an eberhasilan di tingkat provinsi dan tingkat
andingkan tingkat ke t
nasional. Adapun sasaran pembangunan daerah yang akan dievalusi meliputi : a
h a)
Tingk Pelayan
kat nan Publik dan Dem
k mokrasi, b) Tingkat K
Kualitas Su
umber Day
ya
Manusia, c) Tin bangunan Ekonomi, d) Kualitas Pengelola
ngkat Pemb s aan Sumbe
er
Daya Alam dan Lingkunga Hidup, dan e) Tin
an ngkat Kesej
jahteraan Sosial. Has
S sil
Evaluasi ini diha
arapkan da
apat dimanf
faatkan sebagai peny
yusunan RP
PJMN 2010
0-
2014.
Kami mengucap
pkan terima kasih ke
epada berb
bagai pihak yang telah bersedia
memb
berikan ma
asukan mela kegiata pengum
alui an mpulan data primer ma
a aupun Focu
us
Group Discution (FGD) untuk tersusu
p unnya Lapo
oran Akhir in Secara khusus kam
ni. mi
mengucapkan terima kasih
k kep
pada Kem
mentrian N
Negara Perencanaa
P an
bangunan N
Pemb Nasional/Ba
appenas ya
ang telah m
memberikan kepercay
n yaan kepad
da
Unive
ersitas Dipo
onegoro untuk melaku
ukan Evalua Kinerja Pembangu
asi unan Daera
ah
Provin Jawa Te
nsi engah seca indepen
ara nden.
Semarang, pember 200
Nop 09
Rektor,
Prof.Dr.S
Susilo Wibo
owo,MS.Me
ed.,Sp.And
NIP. 130 881 984
0
ii
3. DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG EVALUASI ....................................................... 1
1.2. TUJUAN DAN KELUARAN EVALUASI ........................................... 4
1.3. METODE EVALUASI ....................................................................... 5
1.4. ANGGOTA TIM EVALUASI PROVINSI JAWA TENGAH ................ 7
BAB II HASIL EVALUASI ....................................................................... 8
2.1. TINGKAT KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI ... 8
2.1.1. CAPAIAN INDIKATOR TINGKAT PELAYANAN PUBLIK
DAN DEMOKRASI ................................................................... 14
2.1.2. ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR TINGKAT PELAYANAN
PUBLIK DAN DEMOKRASI ..................................................... 31
2.1.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN ................................................. 34
2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA .......................... 35
2.2.1. CAPAIAN INDIKATOR TINGKAT KUALITAS SUMBER
DAYA MANUSIA ...................................................................... 43
2.2.2. ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR TINGKAT KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA YANG SPESIFIK DAN
MENONJOL ............................................................................. 86
2.2.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN ................................................. 96
2.3. INDIKATOR TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI ...................... 97
2.3.1. CAPAIAN INDIKATOR TINGKAT PEMBANGUNAN
EKONOMI ................................................................................ 103
iii
4. 2.3.2. ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR TINGKAT
PEMBANGUNAN EKONOMI YANG SPESIFIK DAN
MENONJOL ............................................................................. 128
2.3.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN ................................................. 136
2.4. INDIKATOR KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
DAN LINGKUNGAN HIDUP ............................................................. 137
2.4.1. CAPAIAN INDIKATOR TINGKAT KUALITAS
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN HIDUP ............................................................. 142
2.4.2. ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR TINGKAT KUALITAS
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN HIDUP YANG SPESIFIK DAN MENONJOL .. 163
2.4.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN ................................................. 165
2.5. INDIKATOR TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL ....................... 166
2.5.1. CAPAIAN INDIKATOR TINGKAT KESEJAHTERAAN
SOSIAL .................................................................................... 171
2.5.2. ANALISIS CAPAIAN INDIKATOR TINGKAT
KESEJAHTERAAN SOSIAL YANG SPESIFIK DAN
MENONJOL ............................................................................. 189
2.5.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN ................................................. 196
BAB III PENUTUP .................................................................................... 197
3.1. KESIMPULAN .................................................................................. 197
3.2. REKOMENDASI ............................................................................... 199
iv
5. DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.1. Jumlah Kasus Korupsi yang Tertangani Dibandingkan
dengan yang dilaporkan Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 14
Tabel 2.1.2. Persentase Aparat yang Berijazah Minimal S1 Nasional
dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .................... 15
Tabel 2.1.3. Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki
Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 17
Tabel 2.1.4. Gender Development Index (GDI) Nasional dan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ......................................... 20
Tabel 2.1.5. Gender Empowerment Meassurement (GEM) Nasional
dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .................... 22
Tabel 2.1.6. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pileg
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2009 ..... 25
Tabel 2.1.7. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pilpres
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 26
Tabel 2.1.8. Outcome Tingkat Kualitas Pelayanan Publik dan
Demokrasi Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2004-2008 ............................................................................ 28
Tabel 2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 44
Tabel 2.2.2. Tingkat Angka Partisipasi Murni SD/MI Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 46
Tabel 2.2.3. Tingkat Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 49
Tabel 2.2.4. Tingkat Rata-rata Nilai Akhir SMA/MA/SMK Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 52
Tabel 2.2.5. Tingkat Angka Putus Sekolah SD/MI Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 54
Tabel 2.2.6. Tingkat Angka Putus Sekolah SMP/MTs Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 56
Tabel 2.2.7. Tingkat Angka Putus Sekolah SMA/MA/SMK Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 58
Tabel 2.2.8. Angka Melek Aksara 15 Tahun Keatas Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 60
Tabel 2.2.9. Persentase Guru yang Layak Mengajar SMP/MTs
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 63
Tabel 2.2.10. Persentase Guru yang Layak Mengajar SMA/MA/SMK
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 65
Tabel 2.2.11. Umur Harapan Hidup (UHH) Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 68
Tabel 2.2.12. Angka Kematian Bayi (AKB) Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 71
v
6. Tabel 2.2.13. Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 73
Tabel 2.2.14. Prevalansi Gizi Kurang Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 75
Tabel 2.2.15. Persentase Penduduk Ber-KB Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 78
Tabel 2.2.16. Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 80
Tabel 2.2.17. Outcome Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 83
Tabel 2.3.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 104
Tabel 2.3.2. Tingkat Persentase Ekspor terhadap PDRB Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 106
Tabel 2.3.3. Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB Nasional
dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .................... 108
Tabel 2.3.4. Persentase Output UMKM terhadap PDRB Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 111
Tabel 2.3.5. Pendapatan per Kapita (dalam juta rupiah) Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 114
Tabel 2.3.6. Laju Inflasi Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2004-2008 ............................................................................ 116
Tabel 2.3.7. Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 119
Tabel 2.3.8. Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMDN
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 122
Tabel 2.3.9. Outcome Tingkat Pembangunan Ekonomi Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 125
Tabel 2.4.1. Persentase Luas Lahan Rehabilitasi dalam Hutan
terhadap Lahan Kritis Nasional dan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2004-2008 ................................................................ 143
Tabel 2.4.2. Rehabilitasi Lahan Luar Hutan Nasional dan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ......................................... 146
Tabel 2.4.3. Luas Kawasan Konservasi Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 148
Tabel 2.4.4. Jumlah Tindak Pidana Perikanan Nasional dan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ......................................... 152
Tabel 2.4.5. Persentase Terumbu Karang dalam Keadaan Baik
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 154
Tabel 2.4.6. Luas Kawasan Konservasi Laut Nasional dan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ......................................... 157
Tabel 2.4.7. Outcome Tingkat Kualitas Pengelolaan SDA dan LH
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 160
Tabel 2.5.1. Persentase Penduduk Miskin Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 171
Tabel 2.5.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ......................................... 174
vi
7. Tabel 2.5.3. Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak
(Anak Jalanan, Anak Terlantar, dan Anak Nakal) Nasional
dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .................... 176
Tabel 2.5.4. Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Lansia
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 179
Tabel 2.5.5. Persentase Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
(Penyandang Cacat, Tuna Sosial, dan Korban NAPZA)
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 182
Tabel 2.5.6. Outcome Tingkat Kesejahteraan Sosial Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 186
vii
8. DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 2.1.1. Tren Persentase Aparat yang Berijazah Minimal S1
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 16
Grafik 2.1.2. Tren Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki
Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 19
Grafik 2.1.3. Tren Gender Development Index (GDI) Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 21
Grafik 2.1.4. Tren Gender Empowerment Meassurement (GEM)
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 22
Grafik 2.1.5. Tren Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pileg
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2009 ..... 23
Grafik 2.1.6. Tren Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pilpres
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 dan
2009 ..................................................................................... 27
Grafik 2.1.7. Tren Outcome Tingkat Kualitas Pelayanan Publik dan
Demokrasi Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2004-2008 ............................................................................ 30
Grafik 2.1.8. Kesesuaian Pola Kecenderungan Persentase Aparat
Berijazah Minimal S1 dengan Persentase Outcome
Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 32
Grafik 2.1.9. Kesesuaian Pola Kecenderungan Persentase Jumlah
Kabupaten/Kota yang Memiliki Perda Satu Atap dengan
Persentase Outcome Tingkat Pelayanan Publik dan
Demokrasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ......... 33
Grafik 2.2.1. Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 45
Grafik 2.2.2. Angka Partisipasi Murni SD/MI Nasional dan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ......................................... 47
Grafik 2.2.3. Angka Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 50
Grafik 2.2.4. Angka Rata-rata Nilai Akhir SMA/MA/SMK Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 52
Grafik 2.2.5. Angka Putus Sekolah SD/MI Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 55
Grafik 2.2.6. Angka Putus Sekolah SMP/MTs Nasional dan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ......................................... 57
Grafik 2.2.7. Angka Putus Sekolah SMA/MA/SMK Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 59
Grafik 2.2.8. Angka Melek Aksara 15 Tahun Keatas Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 61
Grafik 2.2.9. Persentase Guru Layak Mengajar SMP/MTs Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 64
Grafik 2.2.10. Persentase Guru Layak Mengajar SMA/MA/SMK Nasional
dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .................... 66
viii
9. Grafik 2.2.11. Umur Harapan Hidup (UHH) Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 69
Grafik 2.2.12. Angka Kematian Bayi (AKB) Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 71
Grafik 2.2.13. Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 74
Grafik 2.2.14. Prevalansi Gizi Kurang Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 76
Grafik 2.2.15. Persentase Penduduk Ber-KB Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 78
Grafik 2.2.16. Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 81
Grafik 2.2.17. Tren Outcome Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 84
Grafik 2.2.18. Kesesuaian Pola Kecenderungan Angka Partisipasi Murni
SD/MI dengan Persentase Outcome Tingkat Kualitas SDM
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 86
Grafik 2.2.19. Kesesuaian Pola Kecenderungan Angka Putus Sekolah
SD/MI dengan Persentase Outcome Tingkat Kualitas SDM
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 87
Grafik 2.2.20. Kesesuaian Pola Kecenderungan Angka Putus sekolah
SMP/MTs dengan Persentase Outcome Tingkat Kualitas
SDM Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .................. 88
Grafik 2.2.21. Kesesuaian Pola Kecenderungan Angka Putus Sekolah
SMA/MA/SMK dengan Persentase Outcome Tingkat
Kualitas SDM Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .... 89
Grafik 2.2.22. Kesesuaian Pola Kecenderungan Angka Melek Aksara 15
Tahun Keatas dengan Persentase Outcome Tingkat
Kualitas SDM Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .... 90
Grafik 2.2.23. Kesesuaian Pola Kecenderungan Guru Layak Mengajar
SMP/MTs dengan Persentase Outcome Tingkat Kualitas
SDM Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .................. 91
Grafik 2.2.24. Kesesuaian Pola Kecenderungan Guru Layak Mengajar
SMA/MA/SMK dengan Persentase Outcome Tingkat
Kualitas SDM Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .... 92
Grafik 2.2.25. Kesesuaian Pola Kecenderungan Prevalansi Gizi Kurang
dengan Persentase Outcome Tingkat Kualitas SDM
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 93
Grafik 2.2.26. Kesesuaian Pola Kecenderungan Persentase Penduduk
Ber KB dengan Persentase Outcome Tingkat Kualitas
SDM Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .................. 94
Grafik 2.2.27. Kesesuaian Pola Kecenderungan Laju Pertumbuhan
Penduduk dengan Persentase Outcome Tingkat Kualitas
SDM Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .................. 95
Grafik 2.3.1. Tren Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ......................................... 104
Grafik 2.3.2. Tren Persentase Ekspor terhadap PDRB Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 107
ix
10. Grafik 2.3.3. Tren Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 109
Grafik 2.3.4. Tren Persentase Output UMKM terhadap PDRB Nasional
dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .................... 112
Grafik 2.3.5. Pendapatan per Kapita Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 115
Grafik 2.3.6. Laju Inflasi Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2004-2008 ............................................................................ 117
Grafik 2.3.7. Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 120
Grafik 2.3.8. Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 123
Grafik 2.3.9. Tren Outcome Tingkat Pembangunan Ekonomi Nasional
dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 .................... 126
Grafik 2.3.10. Kesesuaian Pola Kecenderungan Laju Pertumbuhan
Ekonomi dengan Persentase Outcome Tingkat
Pembangunan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah Tahun
2004-2008 ............................................................................ 129
Grafik 2.3.11. Kesesuaian Pola Kecenderungan Tingkat Persentase
Ekspor terhadap PDRB dengan Persentase Outcome
Tingkat Pembangunan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2004-2008 ................................................................ 130
Grafik 2.3.12. Kesesuaian Pola Kecenderungan Persentase Output
Manufaktur terhadap PDRB dengan Persentase Outcome
Tingkat Pembangunan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2004-2008 ................................................................ 131
Grafik 2.3.13. Kesesuaian Pola Kecenderungan Persentase Output
UMKM terhadap PDRB dengan Persentase Outcome
Tingkat Pembangunan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2004-2008 ................................................................ 132
Grafik 2.3.14. Kesesuaian Pola Kecenderungan Laju Inflasi dengan
Persentase Outcome Tingkat Pembangunan Ekonomi
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 133
Grafik 2.3.15. Kesesuaian Pola Kecenderungan Persentase
Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA dengan Persentase
Outcome Tingkat Pembangunan Ekonomi Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 134
Grafik 2.3.16. Kesesuaian Pola Kecenderungan Persentase
Pertumbuhan Realisasi Investasi PMDN dengan
Persentase Outcome Tingkat Pembangunan Ekonomi
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 135
Grafik 2.4.1. Tren Persentase Luas Lahan Rehabilitasi dalam Hutan
terhadap Lahan Kritis Nasional dan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2004-2008 ................................................................ 144
Grafik 2.4.2. Tren Rehabilitasi Lahan Luar Hutan Nasional dan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ......................................... 146
Grafik 2.4.3. Luas Kawasan Konservasi Nasional dan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 150
x
11. Grafik 2.4.4. Tren Jumlah Tindak Pidana Perikanan Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 152
Grafik 2.4.5. Tren Persentase Terumbu Karang dalam Keadaan Baik
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 155
Grafik 2.4.6. Tren Luas Kawasan Konservasi Laut Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 157
Grafik 2.4.7. Outcome Kualitas Pengelolaan SDA dan LH Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 161
Grafik 2.4.8. Kesesuaian Pola Kecenderungan Rehabilitasi Luas Lahan
Hutan Terhadap Lahan Kritis dengan Persentase
Outcome Tingkat Kualitas Pengelolaan SDA dan LH
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 164
Grafik 2.4.9. Kesesuaian Pola Kecenderungan Terumbu Karang dalam
Keadaan Baik dengan Persentase Outcome Tingkat
Kualitas Pengelolaan SDA dan LH Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2004-2008 ................................................................ 165
Grafik 2.5.1. Tren Persentase Penduduk Miskin Nasional dan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ......................................... 172
Grafik 2.5.2. Tren Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 174
Grafik 2.5.3. Tren Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi
anak (Anak Jalanan, Anak Terlantar, dan Anak Nakal)
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ..... 177
Grafik 2.5.4. Tren Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi
Lansia Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-
2008 ..................................................................................... 180
Grafik 2.5.5. Persentase Pelayanan dan Rehabilitasi (Penyandang
Cacat, Tuna Sosial, dan Korban NAPZA) Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 183
Grafik 2.5.6. Tren Outcome Tingkat Kesejahteraan Sosial Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 ........................... 187
Grafik 2.5.7. Kesesuaian Pola Kecenderungan Persentase Penduduk
Miskin dengan Persentase Outcome Tingkat
Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-
2008 ..................................................................................... 191
Grafik 2.5.8. Kesesuaian Pola Kecenderungan Tingkat Pengangguran
Terbuka dengan Persentase Outcome Tingkat
Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-
2008 ..................................................................................... 192
Grafik 2.5.9. Kesesuaian Pola Kecenderungan Persentase Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Bagi Anak dengan Persentase
Outcome Tingkat Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 193
Grafik 2.5.10. Kesesuaian Pola Kecenderungan Persentase Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Bagi Lanjut Usia dengan Persentase
Outcome Tingkat Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 194
xi
12. Grafik 2.5.11. Kesesuaian Pola Kecenderungan Persentase Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Bagi Anak dengan Persentase
Outcome Tingkat Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2004-2008 ................................................... 195
xii
13.
EKPD 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG EVALUASI
Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah adalah
upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam
mewujudkan masa depan daerah yang lebih baik dan kesejahteraan bagi
semua masyarakat.
Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang
menegaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara
luas untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan di daerah
masing-masing.
Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan
untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah
dalam rentang waktu 2004-2008. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat
apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran yang
diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari
pembangunan daerah tersebut.
Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting
yang berguna sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan
pengambil kebijakan pembangunan dalam memahami, mengelola dan
memperbaiki apa yang telah dilakukan sebelumnya.
Provinsi Jawa Tengah memiliki beberapa permasalahan yang
bersifat lokal, selengkapnya permasalahan pokok yang dihadapi di Jawa
Tengah adalah:
1. Masih lemahnya struktur ekonomi;
2. Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi;
3. Masih terdapatnya disparitas antar wilayah;
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 1
14.
EKPD 2009
4. Belum berkembangnya investasi;
5. Masih tingginya angka pengangguran;
6. Masih banyaknya penduduk miskin;
7. Masih belum berkembangnya bidang pendidikan;
8. Pelayanan dasar kesehatan masih terbatas;
9. Belum optimalnya penanganan Penyakit Masyarakat, PMKS dan
penyalahgunaan Napza;
10. Masih terbatasnya infrastruktur;
11. Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan;
12. Tuntutan peningkatan pelayanan publik semakin meningkat;
13. Euforia penyelenggaraan otonomi daerah;
14. Pelanggaran Hukum dan HAM;
15. Meningkatnya kriminalitas, pekerja anak, dan eksploitasi seksual;
16. Masih adanya daerah-daerah yang rawan bencana;
17. Masih banyaknya balita yang mengalami gizi buruk;
18. Kurang terjadi pengarusutamaan gender.
Tentu saja masyarakat bertanya sejauh mana masalah-masalah
tersebut telah dapat diatasi? Atau, sejauhmana masalah tersebut dapat
diselesaikan dan kalau belum, bagaimana cara penyelesaiannya melalui
langkah-langkah percepatan untuk mempermudah pemerintahan
selanjutnya.
Untuk menjawab pertanyaan di atas tentunya harus dilakukan
evaluasi yang menyeluruh terhadap strategi, program dan langkah yang
diterapkan. Sebagai pemerintah yang diberi mandat langsung oleh rakyat
melalui proses pemilihan umum yang sangat demokratis, evaluasi
semacam ini menjadi penting sebagai bagian dari pertanggungjawaban
rakyat secara terbuka.
Dalam Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah 2009 dikelompokkan
5 indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan tujuan/sasaran
pembangunan daerah meliputi :
1. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 2
15.
EKPD 2009
2. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia
3. Tingkat Pembangunan Ekonomi
4. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
5. Tingkat Kesejahteraan Sosial
Sebagai salah satu provinsi di Indonesia, maka Jawa Tengah juga
memiliki komitmen yang kuat untuk ikut melaksanakan evaluasi yang
meliputi 5 indikator di atas dalam pelaksanaan pembangunan di Jawa
Tengah, melalui pelaksanaan kewenangan desentralisasi, dekonsentrasi,
maupun tugas pembantuan. Lima indikator hasil diatas dijabarkan dalam
beberapa indikator pendukung, yaitu:
Tingkat pelayanan publik dan demokrasi dibagi dalam 2 prioritas
yaitu pelayanan publik dan demokrasi. Indikator pelayanan publik meliputi:
persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan
yang dilaporkan, persentase aparat yang yang berijazah minimal S1,
persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah
pelayanan satu atap. Indikator demokrasi meliputi: gender devolepment
index (GDI), gender empowerment meassurement (GEM), tingkat
partisipasi politik masyarakat dalam Pilkada Provinsi, tingkat partisipasi
politik masyarakat dalam Pilleg, dan tingkat partisipasi politik masyarakat
dalam Pilpres.
Tingkat kualitas sumber daya manusia dibagi dalam 4 prioritas yaitu
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pendidikan, Kesehatan, dan
Keluarga Berencana. Indikator pendidikan meliputi: angka partisipasi
murni SD/MI, rata-rata nilai akhir di tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA,
angka putus sekolah di tingkat SD, SMP/MTs dan SM, angka melek
aksara 15 tahun ke atas, persentase jumlah guru yang layak mengajar di
tingkat SMP/MTs dan SM. Indikator Kesehatan meliputi: umur harapan
hidup, angka kematian bayi, angka kematian ibu, prevalensi gizi buruk,
prevalensi gizi kurang, persentase tenaga kesehatan perpenduduk.
Indikator Keluarga Berencana meliputi: persentase penduduk ber-KB, dan
persentase laju pertumbuhan penduduk.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 3
16.
EKPD 2009
Tingkat pembangunan ekonomi dibagi dalam 3 prioritas
pembangunan yaitu ekonomi makro, investasi, dan infrastruktur. Indikator
ekonomi makro meliputi: laju inflasi, laju pertumbuhan ekonomi,
persentase output manufaktur terhadap PDRB, persentase output UMKM
terhadap PDRB, dan pendapatan per kapita. Indikator investasi meliputi:
persentase pertumbuhan realisasi investasi PMA, dan persentase
pertumbuhan realisasi investasi PMDN. Indikator infrastruktur meliputi:
persentase panjang jalan nasional, persentase panjang jalan provinsi dan
kabupaten/kota.
Kualitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dibagi
dalam 2 prioritas yaitu kehutanan dan kelautan. Indikator kelautan
meliputi: persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan
kritis, rehabilitasi lahan luar hutan, luas kawasan konservasi. Indikator
kelautan meliputi: jumlah tindak pidana perikanan, persentase terumbu
karang dalam keadaan baik, luas kawasan konservasi laut.
Tingkat kesejahteraan sosial dibagi dalam 5 indikator yaitu:
persentase penduduk miskin, tingkat pengangguran terbuka, persentase
pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak (terlantar, jalanan, nakal, dan
cacat), persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia,
persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial (penyandang cacat,
tunasosial, dan korban penyalahgunaan napza).
1.2. TUJUAN DAN KELUARAN EVALUASI
Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai
kondisi lokal guna mempertajam perencanaan dan penganggaran
pembangunan pusat dan daerah periode berikutnya, termasuk untuk
penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi
(DEKON).
Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 meliputi
hal-hal berikut:
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 4
17.
EKPD 2009
• Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di
Provinsi Jawa Tengah;
• Tersusunnya hasil analisis evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi
Jawa Tengah.
1.3. METODE EVALUASI
Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok
indikator hasil adalah sebagai berikut:
1. Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator
pendukung terpilih yang memberikan kontribusi besar untuk
pencapaian indikator hasil (outcomes).Pencapaian indikator hasil
(outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator pendukung dengan
nilai satuan yang digunakan adalah persentase.
2. Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase
maka tidak dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan
tersendiri.
3. Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki
makna negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah
atau dikonversikan terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase
pendukung indikator negatif).
Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase
kemiskinan semakin tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin
rendah.
4. Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun
indikator hasil dibagi jumlah dari penyusun indikator hasil (indikator
pendukungnya). Contoh untuk indikator Tingkat Kesejahteraan
Sosial disusun oleh:
• persentase penduduk miskin
• tingkat pengangguran terbuka
• persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak
• presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 5
18.
EKPD 2009
• presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial
Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif.
Sehingga:
Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk
miskin) + (100% - tingkat pengangguran terbuka) + (100% -
persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak) + (100%-
persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia) + (100%
- persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial} / 5
Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang
digunakan adalah Relevansi dan Efektivitas.
Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana
tujuan/sasaran pembangunan yang direncanakan mampu menjawab
permasalahan utama/tantangan. Dalam hal ini, relevansi pembangunan
daerah dilihat apakah tren capaian pembangunan daerah sejalan atau
lebih baik dari capaian pembangunan nasional.
Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat
kesesuaian antara hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang
diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana
capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan
dapat melalui:
Pengamatan langsung. Pengamatan langsung kepada masyarakat
sebagai subjek dan objek pembangunan di Provinsi Jawa Tengah,
diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik,
lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah
Provinsi Jawa Tengah.
Pengumpulan Data Primer. Data diperoleh melalui FGD dengan
pemangku kepentingan pembangunan daerah. Tim Evaluasi Provinsi
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 6
19.
EKPD 2009
Jawa Tengah menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan
dan tanggapan peserta diskusi.
Pengumpulan Data Sekunder. Data dan informasi yang telah
tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS Jawa Tengah, Bappeda
dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah.
1.4. ANGGOTA TIM EVALUASI PROVINSI JAWA TENGAH
Tim EKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 adalah tim Universitas
Diponegoro yang terdiri atas anggota sebagai berikut:
1. Prof. Dr. Susilo Wibowo, MS.Med., Sp.And.
2. Prof. Drs. Y. Warella, MPA, Ph.D
3. Prof. Dr. Miyasto
4. Dr. Hardi Warsono, MTP
5. Dra. Retno Sunu Astuti, M.Si
6. Drs. R. Slamet Santoso, M.Si
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 7
20.
EKPD 2009
BAB II
HASIL EVALUASI
2.1. TINGKAT KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI
PELAYANAN PUBLIK
Permasalahan. Keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dapat
dilihat salah satunya melalui pelayanan publik karena aparatur pemerintah
adalah pelayanan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kompetensi
aparatur pemerintah, kualitas pelayanan, dan kinerja pemerintah. Dengan
demikian, upaya peningkatan kinerja aparatur pemerintah daerah
merupakan hal yang sangat penting dan sangat mendasar guna
mempercepat proses peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat.
Persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan
dengan yang dilaporkan di Jawa Tengah cenderung mengalami
penurunan, tahun 2005 sebesar 88,22 persen, dan tahun 2008 sebesar
65,20 persen.
Persentase aparat yang berijazah minimal S1 pada tahun 2004 di
Provinsi Jawa Tengah adalah 27,13 persen, meningkat menjadi 30,11
persen pada tahun 2005 dan terus meningkat menjadi 30,56 persen pada
tahun 2006, kemudian pada tahun 2007 meningkat kembali menjadi 32,17
persen, akan tetapi mengalami penurunan yang cukup drastis menjadi
26,36 persen pada tahun 2008.
Persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah
pelayanan satu atap di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004 adalah
sebesar 68,57 persen, tetap stabil di tahun 2005. Pada tahun 2006
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu menjadi 82,85 persen,
akan tetapi menurun drastis pada tahun 2007 yaitu menjadi 68,57 persen
dan kembali meningkat pada tahun 2008 menjadi 82,85 persen.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 8
21.
EKPD 2009
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan utama yang
menyebabkan rendahnya tingkat pelayanan publik adalah:
1. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan umum dalam
pelayanan publik yang disebabkan sarana dan prasarana, dan
kapasitas aparat dalam pelaksanaan kepemerintahan yang amanah
belum sepenuhnya dilaksanakan;
2. Masih rendahnya kompetensi dan profesionalitas aparatur
pemerintah daerah;
3. Belum memadainya kapasitas pemerintah dalam pelayanan publik
4. Masih lemahnya hukum yang berlaku saat ini;
5. Lemahnya sistem pengawasan;
6. Belum optimalnya pelaksanaan peraturan perundangan yang
mengatur Standar Pelayanan Minimal dan Pelayanan Satu Atap.
Sasaran. Berdasarkan pada kompleksitas dan kemendesakan
penanganan permasalahan rendahnya tingkat pelayanan publik tersebut,
maka Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mencanangkan beberapa
sasaran pokok peningkatan pelayanan publik, yaitu:
1. Terwujudnya produk hukum daerah yang mendorong pencapaian
akuntabilitas dan kondusifitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan;
2. Meningkatnya kualitas aparatur dengan dukungan manajemen
kepegawaian yang profesional melalui peningkatan kompetensi dan
prestasi kerja;
3. Meningkatnya kapasitas kerja aparatur pemerintah daerah.
Kebijakan. Sasaran peningkatan pelayanan publik yang
dicanangkan di atas, selanjutnya dilaksanakan dengan beberapa
kebijakan peningkatan pelayanan publik sebagai berikut:
1. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah melalui peningkatan
pelayanan publik;
2. Menyusun Standar Pelayanan Minimal dalam pelaksanaan
pembangunan di berbagai bidang;
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 9
22.
EKPD 2009
3. Mengotipmalkan penyelenggaraan pemerintahan umum dan
pelayanan publik melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana publik, dan peningkatan kapasitas aparatur;
4. Mengoptimalkan tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
melalui dukungan peraturan perundang-undangan serta kesadaran
hukum masyarakat.
Selanjutnya, kebijakan-kebijakan di atas dijabarkan lebih lanjut
dalam program-program peningkatan pelayanan publik sebagai berikut:
1. Penataan Peraturan Perundang-undangan;
2. Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian
Kebijakan Kepala Daerah;
3. Peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur
pengawasan;
4. Penyelenggaraan Kepegawaian dan Perangkat Daerah;
5. Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur pemerintah daerah.
Hasil. Setelah Jawa Tengah melaksanakan berbagai kebijakan dan
program peningkatan kualitas pelayanan publik tersebut, maka telah
diperoleh beberapa hasil atau dampak sebagai berikut:
1. Terwujudnya koordinasi dan sinergitas penyusunan peraturan
perundang-undangan daerah, meningkatnya kesadaran dan
kepatuhan hukum serta meningkatnya kemampuan teknis dalam
penerapan dan penegakan hukum/HAM;
2. Tercapainya peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan
pemerintahan umum dalam pelayanan publik One Stop Service
(OSS);
3. Tercapainya penurunan tingkat penyimpangan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan;
4. Terwujudnya tenaga pemeriksa dan aparat pengawasan yang
profesional;
5. Tercapainya peningkatan kualitas penyelenggaraan manajemen
kepegawaian daerah.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 10
23.
EKPD 2009
DEMOKRASI
Permasalahan. Sebagai negara yang demokratis maka Negara
Kesatuan Republik Indonesi selama lima tahun terakhir menggalakkan
kesetaraan gender dan Pemilihan Umum serta Pemilihan Kepala Daerah
dengan secara langsung. Dengan demikian, suara rakyat yang akan
menentukan ke arah mana bangsa ini akan berjalan.
Gender Development Index (GDI) di Jawa Tengah pada tahun 2004
sebesar 59,8 persen, kemudian meningkat pada tahun 2005 menjadi 60,8
persen, dan terus meningkat menjadi 63,7 persen pada tahun 2006, dan
akhirnya naik kembali menjadi 63,9 persen di tahun 2007. Sedangkan
untuk Gender Empowerment Meassurement (GEM) pada tahun 2004
menunjukan angka sebesar 56,5 persen yang terus meningkat dari tahun
ke tahun, yaitu pada tahun 2005 menjadi sebesar 56,9 persen, dan
menjadi 59,3 persen pada tahun 2006, dan meningkat lagi pada tahun
2007 menjadi 59,9 persen.
Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Kepala
Daerah Provinsi menunjukkan angka sebesar 75,13 persen pada tahun
2008 karena Provinsi Jawa Tengah baru sekali melaksanakan Pilkadal
langsung. Untuk tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan
Legislatif pada tahun 2004 menunjukkan angka sebesar 83,24 persen dan
pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 71,26 persen.
Sedangkan untuk tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pilpres
menunjukkan angka sebesar 76,96 persen pada tahun 2004 dan
mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 71,01 persen.
Berdasarkan uraian di atas, kehidupan demokrasi di Provinsi jawa
Tengah mengalami beberapa permasalahan antara lain:
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan hak
suaranya;
2. Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Umum
dan Pilkada karena ketidakpercayaan mereka pada pemerintah;
3. Tingginya angka Golput;
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 11
24.
EKPD 2009
4. Mekanisme atau tata cara pemilihan umum yang berubah;
5. Belum semua kebijakan berpihak pada perempuan;
6. Para pengambil kebijakan masih belum responsive terhadap
kebutuhan perempuan;
7. Lemahnya kelembagaan dan pengarusutamaan gender;
8. Relatif rendahnya kualitas hidup dan perlindungan perempuan;
9. Masih rendahnya peran serta dan kesetaraan gender dalam
pembangunan.
Sasaran. Berdasarkan pada kompleksitas dan kemendesakan
penanganan permasalahan peningkatan kehidupan demokrasi tersebut,
maka Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mencanangkan beberapa
sasaran pokok peningkatan kehidupan demokrasi, yaitu:
1. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya suara mereka dalam Pemilihan Umum dan Pilkada;
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Umum dan
Pilkada
3. Mewujudkan program yang mendorong peningkatan kualitas
perempuan di bidang pendidikan, iptek, kesehatan, lingkungan
hidup, dan lain-lain;
4. Meningkatkan pemahaman dan komitmen tentang kesetaraan dan
keadilan gender;
5. Meningkatkan kualitas hidup serta perlindungan perempuan;
6. Terwujudnya kebijakan dan program kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan.
Kebijakan. Sasaran peningkatan demokrasi yang dicanangkan di
atas, selanjutnya dilaksanakan dengan beberapa kebijakan peningkatan
demokrasi sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat yang sadar akan haknya dalam berpolitik;
2. Mewujudkan masyarakat yang cerdas dalam memahami hak-hak
berpolitiknya;
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 12
25.
EKPD 2009
3. Mewujudkan peningkatan kualitas perempuan dalam berbagai
kebijakan dan program responsif terhadap kebutuhan perempuan;
4. Mendorong mewujudkan penguatan kelembagaan pengarusutamaan
gender;
5. Meningkatkan peran serta kesetaraan gender dalam pembangunan;
Selanjutnya, kebijakan-kebijakan di atas dijabarkan lebih lanjut
dalam program-program peningkatan demokrasi sebagai berikut:
1. Sosialisasi informasi mengenai pemilihan umum, pemilihan kepala
daerah, serta pemilihan presiden;
2. Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Perempuan;
3. Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender;
4. Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan;
5. Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam
Pembangunan.
Hasil. Setelah Jawa Tengah melaksanakan berbagai kebijakan dan
program peningkatan demokrasi, maka telah diperoleh beberapa hasil
atau dampak sebagai berikut:
1. Terwujudnya masyarakat yang cerdas dalam menggunakan hak
suaranya;
2. Terwujudnya kehidupan demokrasi yang adil dan merata;
3. Terwujudnya peran dan posisi perempuan di bidang politik dan
jabatan publik;
4. Terwujudnya peningkatan kualitas SDM aparatur yang responsif
perempuan;
5. Terwujudnya kebijakan yang mendorong meningkatnya partisipasi
politik perempuan dan pelibatan partisipasi anak;
6. Meningkatnya pemahaman dan komitmen tentang kesetaraan dan
keadilan gender;
7. Terwujudnya kerangka kebijakan yang responsif gender untuk
memberikan dukungan bagi penguatan kelembagaan melalui
kebijakan, program, dan kegiatan responsif gender;
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 13
26.
EKPD 2009
8. Meningkatnya jumlah perempuan pada setiap jenjang pendidikan;
9. Meningkatnya Indeks Pembangunan Gender (IDG) mencapai 61,8
dan Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) mencapai 65,9 pada tahun
2013.
2.1.1. Capaian Indikator Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi
Analisis capaian indikator disajikan dengan menggunakan pola
induktif, pertama kali dianalisis capaian untuk setiap sub indikator dari
indikator Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi, kemudian dilanjutkan
dengan analisis indikator Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi.
PELAYANAN PUBLIK
Persentase Jumlah Kasus Korupsi yang tertangani
dibandingkan dengan yang dilaporkan
Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi khususnya dikaitkan
dengan pemerintahan yang bersih dan baik telah menjadi tujuan dari
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Salah satu aspek yang
menjadi sorotan dalam upaya penciptaan pemerintahan yang bersih dan
baik adalah berkurangnya kasus korupsi. Kondisi jumlah kasus korupsi
yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan di Jawa Tengah
adalah:
Tabel 2.1.1.
Jumlah Kasus Korupsi yang Tertangani
Dibandingkan dengan yang Dilaporkan
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Tahun Nasional Jateng Tren Nas Tren Jateng
2004 97
2005 97 88,22
2006 94 20,54
2007 94
2008 94 65,20
Sumber: BPKP, Kantor Perwakilan Jawa Tengah, 2005-2009.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 14
27.
EKPD 2009
Berdasarkan pada data di atas diketahui bahwa jumlah kasus
korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan di Jawa
Tengah cenderung bersifat dinamis, dan hanya tercatat dalam 3 tahun
data. Pada tahun 2005 sebesar 88,,22 persen, tahun 2006 sebesar 20,54
persen, dan tahun 2008 sebesar 65,20 persen. Kondisi Jawa Tengah
dinyatakan lebih buruk dibandingkan kondisi Nasional, dimana persentase
jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan yang dilaporkan jauh
lebih besar yaitu 97 persen tahun 2004 menjadi 94 persen tahun 2008.
Persentase Aparat yang Berijazah yang minimal S1
Dalam rangka peningkatan kinerja pemerintah maka aparatur
pemerintah diharuskan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau
setara dengan S1 (Sarjana). Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1.2.
Persentase Aparat yang Berijazah Minimal S1
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Tahun Nasional Jateng Tren Nas Tren Jateng
2004 29,9 27,13 0,036789298 0,109841504
2005 31 30,11 0,03 0,014945201
2006 31,93 30,56 -0,041653617 0,052683246
2007 30,6 32,17 0,012745098 0
2008 30,99 32,17
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009.
Berdasarkan pada data di atas diketahui bahwa persentase aparat
yang berijazah minimal S1 di Jawa Tengah cenderung mengalami
peningkatan selama lima tahun terakhir, dari 27,13 persen pada tahun
2004 menjadi hanya sebesar 32,17 persen pada tahun 2008. Kondisi
persentase aparat yang berijazah minimal S1 di Jawa Tengah dinyatakan
lebih baik dibandingkan dengan Nasional, yang cenderung
persentasenya lebih kecil.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 15
28.
EKPD 2009
Grafik 2.1.1.
Tren Persentase Aparat yang Berijazah Minimal S1
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Tren Capaian Outcome
34 0,15
Capaian Outcome
32 0,1 Nasional
30 Jateng
0,05
28 Tren Nasional
26 0 Tren Jateng
24 -0,05
2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009.
Selanjutnya bila dilihat dari tren persentase aparat yang berijazah
minimal S1 yang tampak pada grafik di atas ini, menunjukan bahwa Jawa
Tengah dan Nasional tidak memiliki kemiripan jalur tren. Tren aparat
yang berijazah minimal S1 Jawa Tengah cenderung turun drastis pada
tahun awal, kemudian meningkat cukup drastis pada tahun berikutnya,
kemudian menurun cukup drastis pada tahun terakhir. Sedangkan tren
aparat yang berijazah minimal S1 Nasional cenderung menurun pada
awal tahun, kemudian menurun cukup drastis pada tengah tahun dan
meningkat pada akhir tahun. Artinya, dalam lima tahun terakhir terjadi
kemunduran dalam peningkatan persentase aparat yang berijazah
minimal S1 di Jawa Tengah.
Analisis Relevansi dan Efektivitas. Analisis Relevansi digunakan
untuk menganalisis sejauh mana tujuan/sasaran pembangunan daerah
Provinsi Jawa Tengah mampu menjawab permasalahan Tingkat
Pelayanan Publik dan Demokrasi, khususnya aparat yang berijazah
minimal S1. Analisis relevansi dilakukan dengan membandingkan tren
capaian persentase aparat yang berijazah minimal S1 Jawa Tengah
dengan Nasional. Berdasarkan data yang ada pada grafik di atas
menunjukkan bahwa tren capaian persentase aparat yang berijazah
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 16
29.
EKPD 2009
minimal S1 Jawa Tengah tidak menunjukan kemiripan atau tidak sejalan
dengan tren capaian persentase aparat berijazah minimal S1 Nasional.
Analisis Efektivitas digunakan untuk mengukur kesesuaian antara
hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan.
Apabila dilihat dari kinerja perbaikan Tingkat Pelayanan Publik dan
Demokrasi di Jawa Tengah selama lima tahun terakhir, tampak bahwa
telah terjadi kenaikan persentase aparat yang berijazah minimal S1. Pada
tahun 2004 persentase aparat yang berijazah minimal S1 sebesar 27,13
persen, pada tahun 2005 naik menjadi 30,11 persen, tahun 2006 naik lagi
menjadi 30,56 persen, pada tahun 2007 naik lagi menjadi 32,17 persen,
dan terakhir tahun 2008 stabil pada angka 32,17 persen. Berdasarkan
kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase aparat yang
berijazah minimal S1 di Jawa Tengah cenderung membaik. Artinya telah
membaiknya kualitas aparatur pemerintah dengan adanya kebijakan
aparat berijazah minimal S1.
Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan
Daerah Pelayanan Satu Atap
Pelayanan satu atap pada suatu daerah menandakan bahwa daerah
tersebut telah berani memangkas panjangnya jalur birokrasi yang selama
ini ada di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini :
Tabel 2.1.3.
Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang
Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Tahun Nasional Jateng Tren Nas Tren Jateng
2004 2,05 68,57142857 0 0
2005 2,05 68,57142857 9,531707317 0,208333333
2006 21,59 82,85714286 1,838814266 -0,172413793
2007 61,29 68,57142857 0,212432697 0,208333333
2008 74,31 82,85714286
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2005-2009.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 17
30.
EKPD 2009
Berdasarkan pada data di atas diketahui bahwa persentase jumlah
kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap di
Jawa Tengah cenderung fluktuatif selama lima tahun terakhir, dari 68,57
persen pada tahun 2004 meningkat sebesar 82,85 persen pada tahun
2008. Kondisi persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan
daerah pelayanan satu atap di Jawa Tengah dinyatakan lebih baik
dibandingkan dengan Nasional, yang cenderung persentasenya lebih kecil
(sedikit), dimana tahun 2004 sebesar 2,05 persen, kemudian tahun 2008
meningkat menjadi 74,31 persen.
Selanjutnya bila dilihat dari tren persentase jumlah kabupaten/kota
yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap yang tampak pada
grafik di bawah ini, menunjukan bahwa Jawa Tengah dan Nasional tidak
memiliki kemiripan jalur tren. Tren persentase jumlah kabupaten/kota
yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap Jawa Tengah
cenderung meningkat pada tahun awal, kemudian cenderung mengalami
sedikit penurunan pada tahun tengahan dan meningkat pada tahun akhir.
Sedangkan tren persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki
peraturan daerah pelayanan satu atap Nasional cenderung naik sangat
signifikan pada tahun awal dan menurun drastis pada tahun tengahan,
untuk kemudian menurun sedikit pada tahun akhir. Artinya, dalam lima
tahun jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan
satu atap di Jawa Tengah mengalami flktuasi.
Analisis Relevansi dan Efektivitas. Analisis Relevansi digunakan
untuk menganalisis sejauh mana tujuan/sasaran pembangunan daerah
Provinsi Jawa Tengah mampu menjawab permasalahan Tingkat
Pelayanan Publik dan Demokrasi, khususnya jumlah kabupaten/kota yang
memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap. Analisis relevansi
dilakukan dengan membandingkan tren capaian persentase jumlah
kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap di
Jawa Tengah dengan Nasional. Berdasarkan data yang ada pada grafik di
atas menunjukkan bahwa tren capaian persentase jumlah kabupaten/kota
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 18
31.
EKPD 2009
yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap Jawa Tengah
menunjukan ketidakmiripan atau tidak sejalan dengan tren capaian
persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah
pelayanan satu atap Nasional.
Grafik 2.1.2.
Tren Persentase Jumlah Kabupaten/Kota yang
Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Tren Capaian Outcome
100 12
Capaian Outcome
80 10
8 Nasional
60 6 Jateng
40 4 Tren Nasional
2 Tren Jateng
20 0
0 -2
2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2005-2009.
Analisis Efektivitas digunakan untuk mengukur kesesuaian antara
hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan.
Apabila dilihat dari kinerja Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi di
Jawa Tengah selama lima tahun terakhir, tampak bahwa persentase
jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu
atap cenderung fluktuatif. Pada tahun 2004 dan tahun 2005 persentase
jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu
atap di Jawa Tengah sebesar 68,57 persen, kemudian meningkat menjadi
82,85 persen pada tahun 2006, dan menurun pada tahun 2007 menjadi
68,57 persen, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 82,85
persen. Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah
pelayanan satu atap di Jawa Tengah membaik. Artinya telah
meningkatnya pelayanan perijinan terpadu di Provinsi Jawa Tengah.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 19
32.
EKPD 2009
DEMOKRASI
Gender Development Index (GDI)
Gender Development Index menjadi salah satu sub indikator di
dalam majunya demokrasi di suatu daerah. Hal ini dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 2.1.4.
Gender Development Index (GDI)
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Tahun Nasional Jateng Tren Nas Tren Jateng
2004 63,64 59,8 2,341294783 1,672240803
2005 65,13 60,8 0,261016429 4,769736842
2006 65,3 63,7 0,765696784 0,313971743
2007 65,8 63,9
2008
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009.
Berdasarkan pada data di atas diketahui bahwa Gender
Development Index (GDI) di Jawa Tengah cenderung mengalami
peningkatan selama lima tahun terakhir. Gender Development Index di
Jawa Tengah dinyatakan lebih buruk dibandingkan dengan Nasional,
yang lebih besar persentasenya antara kisaran 63 persen hingga 65
persen.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 20
33.
EKPD 2009
Grafik 2.1.3.
Tren Gender Development Index (GDI)
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Tren Capaian Outcome
68 6
Capaian Outcome
66 5
Nasional
64 4
Jateng
62 3
Tren Nasional
60 2
58 1 Tren Jateng
56 0
2004 2005 2006 2007
Tahun
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009.
Selanjutnya bila dilihat dari tren yang tampak pada grafik di atas ini,
menunjukan bahwa Gender Development Index (GDI) Jawa Tengah dan
Nasional tidak memiliki kemiripan jalur tren, Jawa Tengah mengalami
peningkatan setiap tahun, Nasional mengalami penurunan yang sangat
signifikan pada awal tahun, kemudian tahun berikutnya mengalami
kenaikan sedikit di di akhir tahun.
Analisis Relevansi dan Efektivitas. Analisis Relevansi digunakan
untuk menganalisis sejauh mana tujuan/sasaran pembangunan daerah
Provinsi Jawa Tengah mampu menjawab permasalahan Gender
Development Index (GDI). Analisis relevansi dilakukan dengan
membandingkan tren capaian laju Gender Development Index (GDI) Jawa
Tengah dengan Nasional. Berdasarkan data yang ada pada grafik di atas
menunjukkan bahwa tren capaian Gender Development Index (GDI) Jawa
Tengah menunjukan ketidakmiripan atau tidak sejalan dengan tren
capaian Gender Development Index (GDI) Nasional.
Analisis Efektivitas digunakan untuk mengukur kesesuaian antara
hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan.
Apabila dilihat dari Gender Development Index (GDI) di Jawa Tengah
selama lima tahun terakhir, tampak bahwa terjadi peningkatan Gender
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 21
34.
EKPD 2009
Development Index (GDI) di Jawa Tengah. Pada tahun 2004 Gender
Development Index (GDI) Jawa Tengah sebesar 59,8 persen, kemudian
meningkat menjadi 60,8 persen pada tahun 2005, kemudian pada tahun
2006 meningkat lagi menjadi 63,7 persen, dan tahun 2007 mengalami
peningkatan menjadi 63,9 persen. Hal ini menunjukan bahwa Gender
Development Index (GDI) di Jawa Tengah membaik. Artinya tersedianya
kebijakan tentang perempuan di Provinsi Jawa Tengah yang
keberhasilannya dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Terwujudnya peningkatan kualitas perempuan dalam berbagai
kebijakan dan program responsif terhadap kebutuhan perempuan;
2. Mendorong terwujudnya penguatan kelembagaan pengarusutamaan
gender;
3. Meningkatnya peran serta kesetaraan gender dalam pembangunan;
Gender Empowerment Meassurement (GEM)
Gender Empowerment Meassurement (GEM) menjadi salah satu sub
indikator di dalam majunya demokrasi di suatu daerah. Hal ini dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1.5.
Gender Empowerment Meassurement (GEM)
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Tahun Nasional Jateng Tren Nas Tren Jateng
2004 59,67 56,5 2,765208648 0,707964602
2005 61,32 56,9 0,782778865 4,217926186
2006 61,8 59,3 0,485436893 1,011804384
2007 62,1 59,9
2008
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009.
Berdasarkan pada data di atas diketahui bahwa Gender
Empowerment Meassurement (GEM) di Jawa Tengah cenderung
mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Gender
Empowerment Meassurement (GEM) di Jawa Tengah dinyatakan lebih
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 22
35.
EKPD 2009
buruk dibandingkan dengan Nasional, yang lebih besar persentasenya
antara kisaran 59 persen hingga 62 persen.
Grafik 2.1.4.
Tren Gender Empowerment Meassurement (GEM)
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
63 4,5
Tren Capaian Outcome
62 4
Capaian Outcome
61 3,5
60 3 Nasional
59 Jateng
2,5
58
2 Tren Nasional
57
56 1,5 Tren Jateng
55 1
54 0,5
53 0
2004 2005 2006 2007
Tahun
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009.
Selanjutnya bila dilihat dari tren yang tampak pada grafik di atas ini,
menunjukan bahwa Gender Empowerment Meassurement (GEM) Jawa
Tengah dan Nasional tidak memiliki kemiripan jalur tren, Jawa Tengah
mengalami peningkatan pada awal tahun dam penurunan pada akhir
tahun, Nasional mengalami penurunan yang sangat signifikan pada awal
tahun, kemudian mengalami penurunan sedikit di akhir tahun.
Analisis Relevansi dan Efektivitas. Analisis Relevansi digunakan
untuk menganalisis sejauh mana tujuan/sasaran pembangunan daerah
Provinsi Jawa Tengah mampu menjawab permasalahan Gender
Empowerment Meassurement (GEM). Analisis relevansi dilakukan dengan
membandingkan tren capaian Gender Empowerment Meassurement
(GEM) Jawa Tengah dengan Nasional. Berdasarkan data yang ada pada
grafik di atas menunjukkan bahwa tren capaian Gender Empowerment
Meassurement (GEM) Jawa Tengah menunjukan ketidakmiripan atau
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 23
36.
EKPD 2009
tidak sejalan dengan tren capaian Gender Empowerment Meassurement
(GEM) Nasional.
Analisis Efektivitas digunakan untuk mengukur kesesuaian antara
hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan.
Apabila dilihat dari Gender Empowerment Meassurement (GEM) di Jawa
Tengah selama lima tahun terakhir, tampak bahwa terjadi peningkatan
Gender Empowerment Meassurement (GEM) di Jawa Tengah. Pada
tahun 2004 Gender Empowerment Meassurement (GEM) Jawa Tengah
sebesar 56,5 persen, kemudian meningkat menjadi 56,9 persen pada
tahun 2005, kemudian pada tahun 2006 meningkat lagi menjadi 59,3
persen, dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 59,9 persen. Hal
ini menunjukan bahwa Gender Empowerment Meassurement (GEM) di
Jawa Tengah membaik. Artinya telah berkembangnya peran perempuan
dalam bidang ekonomi, politik, dan lainnya di Provinsi Jawa Tengah
sebagai berikut :
1. Berdasarkan Pemilu 2004 keterwakilan perempuan di DPR 11,6
persen dan di DPD sebesar 19,8 persen;
2. Persentase perempuan PNS yang menjabat sebagai Eselon I, II, dan
III masing-masing 9,6 persen, 6,7 persen, dan 13,5 persen;
Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Kepala
Daerah Provinsi
Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Kepala
Daerah Provinsi menjadi salah satu sub indikator di dalam majunya
demokrasi di suatu daerah. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam
pemilihan Kepala Daerah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008
menunjukkan angka 75,13 persen.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 24
37.
EKPD 2009
Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Legislatif
Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan legislatif dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1.6.
Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pileg
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Tahun Nasional Jateng Tren Nas Tren Jateng
2004 75,19 83,24 -5,572549541
2009 71 71,26
Sumber: KPUD Jawa Tengah.
Berdasarkan pada data di atas diketahui bahwa tingkat partisipasi
politik masyarakat dalam pemilihan legislatif di Jawa Tengah cenderung
mengalami penurunan dalam dua kali periode pemilihan legislatif. Tingkat
partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan legislatif di Jawa Tengah
dinyatakan lebih baik dibandingkan dengan Nasional, yang lebih besar
persentasenya antara kisaran 71 persen hingga 83 persen.
Grafik 2.1.5.
Tren Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pileg
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 dan 2009
85 0
Capaian Outcome
Tren Capaian
80 -1
Nasional
Outcome
75 -2
Jateng
-3
70 Tren Nasional
-4
65 -5 Tren Jateng
60 -6
2004 2005
Tahun
Sumber: KPUD Jawa Tengah.
Analisis Efektivitas digunakan untuk mengukur kesesuaian antara
hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan.
Apabila dilihat dari tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 25
38.
EKPD 2009
legislatif di Jawa Tengah selama dua kali periode pemilihan legislatif,
tampak bahwa terjadi penurunan. Pada tahun 2004 tingkat partisipasi
politik masyarakat dalam pemilihan legislatif Jawa Tengah sebesar 83,24
persen, kemudian menurun menjadi 71,26 persen pada tahun 2009,. Hal
ini menunjukan bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat dalam
pemilihan legislatif di Jawa Tengah memburuk. Hal ini disebabkan karena
beberapa hal berikut ini :
1. Mekanisme Pemilu yaitu dalam tata cara mencoblos pada tahun 2004
dan tahun 2009 mengalami perubahan yang signifikan;
2. Jumlah peserta Pemilu yang semakin meningkat dibandingkan
dengan tahun 2004;
3. Masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat yang berada di
daerah pedesaan maupun daerah terpencil
Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pilpres
Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilpres dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 2.1.7.
Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pilpres
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Tahun Nasional Jateng Tren Nas Tren Jateng
2004 75,98 76,96 -3,922084759
2009 73 71,01
Sumber: KPUD Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan pada data di atas diketahui bahwa tingkat partisipasi
politik masyarakat dalam pilpres di Jawa Tengah cenderung mengalami
penurunan dalam dua kali periode pemilihan pilpres. Tingkat partisipasi
politik masyarakat dalam Pilpres di Jawa Tengah dinyatakan lebih buruk
dibandingkan dengan Nasional, yang lebih besar persentasenya antara
kisaran 73 persen hingga 75 persen.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 26
39.
EKPD 2009
Grafik 2.1.6.
Tren Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pilpres
Capaian Outcome Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 dan 2009
78 0
Tren Capaian
Outcome
76 -1 Nasional
74 -2 Jateng
72 -3 Tren Nasional
70 -4 Tren Jateng
68 -5
2004 2009
Tahun
Sumber: KPUD Provinsi Jawa Tengah.
Analisis Efektivitas digunakan untuk mengukur kesesuaian antara
hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan.
Apabila dilihat dari tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pilpres di
Jawa Tengah selama dua periode pilpres, tampak bahwa terjadi
penurunan. Pada tahun 2004 tingkat partisipasi politik masyarakat dalam
Pilpres di Jawa Tengah sebesar 76,96 persen, kemudian menurun
menjadi 71,01 persen pada tahun 2009,. Hal ini menunjukan bahwa
tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pilpres di Jawa Tengah
memburuk. Hal ini disebabkan karena beberapa hal sebagai berikut :
1. Kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin negara ini semakin
berkurang dan
2. Tingkat ketidakpuasan masyarakat kepada pemerintah semakin tinggi.
3. Mekanisme Pemilu yaitu dalam tata cara mencoblos pada tahun 2004
dan tahun 2009 mengalami perubahan yang signifikan;
4. Jumlah peserta Pemilu yang semakin meningkat dibandingkan
dengan tahun 2004;
5. Masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat yang berada di
daerah pedesaan maupun daerah terpencil
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 27
40.
EKPD 2009
Tingkat Kualitas Pelayanan Publik dan Demokrasi
Setelah dilakukan analisis capaian untuk semua sub indikator dari
indikator Tingkat Kualitas Pelayanan Publik dan Demokrasi, maka pada
bagian ini akan dilakukan analisis capaian gabungan dari semua sub
indikator – Analisis Capaian Indikator Tingkat Kualitas Pelayanan Publik
dan Demokrasi atau Analisis Outcome.
Analisis outcomes hanya dilakukan pada sub indikator yang datanya
bersifat persentase, dalam hal ini terdapat 2 (dua) sub indikator, yaitu: 1)
Persentas Aparat yang Berijasah Minimal S1 dan 2) Persentase Jumlah
Kabupaten yang Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap.
Rangkaian sub indikator Tingkat Kualitas Pelayanan Publik dan
Demokrasi tersebut telah disesuaikan sesuai maknanya (“Positif”) untuk
kemudian dirumuskan dalam notasi perhitungan outcomes sebagai
berikut:
Indikator Tingkat = {Persentase Aparat yang Berijasah Minimal S1 +
Kualitas Pelayanan Persentase Jumlah Kabupaten yang Memiliki
Publik dan Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap} / 2
Demokrasi
Berdasarkan pada perhitungan di atas, diperoleh hasil kondisi
outcomes indikator Tingkat Kualitas Pelayanan Publik dan Demokrasi
secara Nasional dan Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut:
Tabel 2.1.8.
Outcome Tingkat Kualitas Pelayanan Publik dan Demokrasi
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008
Tahun Nasional Jateng Tren Nas Tren Jateng
2004 15.975 47.85071429 0.034428795 0.031138511
2005 16.525 49.34071429 0.619364599 0.149326114
2006 26.76 56.70857143 0.716928251 -0.11176189
2007 45.945 50.37071429 0.145935357 0.141805754
2008 52.65 57.51357143
Sumber: Berbagai Sumber, Diolah.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 28
41.
EKPD 2009
Berdasarkan pada data di atas diketahui bahwa persentase outcome
indikator tingkat kualitas pelayanan publik dan demokrasi Jawa Tengah
cenderung meningkat selama lima tahun terakhir, mulai dari 47,85 persen
pada tahun 2004 menjadi sebesar 57,51 persen pada tahun 2008. Kondisi
persentase outcome indikator tingkat kualitas pelayanan publik dan
demokrasi Jawa Tengah ini dinyatakan masih lebih baik dibandingkan
dengan kondisi outcome indikator tingkat kualitas pelayanan publik dan
demokrasi secara Nasional, yang cenderung persentasenya lebih kecil,
dimana tahun 2004 sebesar 15,97 persen, kemudian tahun 2008 bahkan
bertambah menjadi sebesar 52,65 persen.
Selanjutnya bila dilihat dari tren outcome indikator tingkat kualitas
pelayanan publik dan demokrasi di bawah, menunjukan bahwa Jawa
Tengah dan Nasional sedikit memiliki kemiripan jalur tren, jalur trennya
cenderung bertolak belakang pada tahun kedua dan terakhirr. Tren
outcome indikator tingkat koalitas pelayanan Publik dan demokrasi untuk
Jawa Tengah pada tahun awal meningkat, pada tahun tengah cenderung
menurun, dan pada tahun akhir cenderung meningkat. Sedangkan tren
outcome indikator tingkat koalitas pelayanan Publik dan demokrasi secara
Nasional pada tahun awal cenderung meningkat, pada tahun tengah
meningkat, dan pada tahun akhir menurun. Artinya, dalam lima tahun
terakhir telah terjadi terjadi perbaikan dalam peningkatan pelayanan
Publio dan demokrasi di Jawa Tengah.
Laporan Akhir EKPD Provinsi Jawa Tengah 2009 29