Dokumen tersebut membahas tentang permodelan jembatan rangka baja tipe pelengkung dengan nama "DAM BRIDGE" dimana dilakukan pembuatan 3 model jembatan dan dianalisis menggunakan software SAP 2000 untuk mengetahui kekuatan dan kekakuan strukturnya. Model yang memiliki defleksi terkecil dipilih.
1. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan …(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 101-116)
JEMBATAN STRUKTUR RANGKA BAJA (STEEL TRUSS BRIDGE)
PERMODELAN JEMBATAN RANGKA “DAM BRIDGE”
Ayu Pangestuti1
, Dhian Aier Sandy2
, Mustholih3
1, 2, 3
Mahasiswa Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Negeri Yogyakarta
Email : Ayupangestuti13@gmail.com
Abstrak
Jembatan tidak hanya sebagai alat penghubung lalu lintas antar daerah atau antar
pulau. Jembatan juga sebagai alat untuk melancarkan roda ekonomi antar daerah satu dengan
daerah lain yang terhambat oleh suatu rintangan. Pentingnya fungsi jembatan maka
pembangunan suatu jembatan harus dapat dilaksanakan dengan baik dan perencanaan yang
benar. Jembatan rangka merupakan jembatan yang banyak diguanakan. Pada penilitian ini
dilakukan pembuatan 3 model jembatan rangka batang yang diadopsi dari jembatan
Muwagama Srilangka dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kekakuan struktur model
jembatan rangka dengan tipe pelengkung. Model jembatan rangka tipe plengkung memiliki
kekakuan yang cukup tinggi. Setelah dilakukan analisis yang dengan menggunakan SAP 2000
v.11. dari ketiga model jembatan tersebut terdapat satu model yang memiliki defleksi terkecil
yaitu 0,809 mm dengan beban maksimum 200kg. Metode yang dilakukan pada penelitian ini
yaitu dengaan menggunakan benda uji. Pada pengujian di laboratorium model jembatan
mengalami defleksi maksimal dengan beban 27Kg, sehingga dilakukan analisis ulang pada
model jembatan tersebut.
Pendahuluan
Pada saat ini telah banyak dibangun jembatan bentang panjang maupun bentang
pendek di beberapa wilayah di Indonesia. Namun prasarana tersebut tidak di dukung oleh
konstruksi struktur jembatan yang memadai misalkan terjadinya retak pada bagian gelagar
adapula jembatan yang runtuh pada saat proses pelaksaanan masih dilakukan. Akibatnya
terjadi kerusakan pada sejumlah jembatan di beberapa wilayah indonesia sehingga jembatan
tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Salah satunya terjadi pada jembatan Comal.
hal tersebut tidak bisa di remehkan sebab besar kerugian yang diakibatkan, tidak hanya untuk
pengguna jalan melainkan merugikan negara. Dengan demikian untuk meminimalisir hal yang
tidak diinginkan di butuhkan perencanaan, pelaksanaan, perawatan serta perbaikan pada suatu
jembatan secara sitematis dan benar. Kriteria perencanaan struktur adalah memenuhi syarat
kekuatan, kekakuan dan daktilitas.
Konstruksi jembatan dapat dilakukan dengan menggunakan material baja, beton dan
kayu. Rangka batang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari sejumlah batang-batang
yang disambung satu dengan yang lain pada kedua ujungnya, sehingga membentuk satu
kesatuan struktur yang kokoh. Jembatan rangka batang jika di bandingkan dengan jembatan
sederhana, jembatan rangka batang dapat memberikan nilai kekakuan yang lebih ringgi untuk
panjang bentang yang sama. Selain itu jumlah material yang diperlukan jembatan rangka
batang lebih sedikit untuk menghasilkan kekakuan yang sama besar. Meskipun analisis struktur
rangka batang dapat dilakukan secara sederhana, namun dalam melakukan perancangan dan
analisis struktur, diperlukan waktu yang bervariasi. Semakin kompleks bentuk struktur rangka
batang dan jumlah batangnya, maka waktu yang diperlukan untuk merancang dan menganalisis
struktur tersebut semakin lama. Untuk membantu dalam menganalisi struktur jembatan kami
menggunakan software SAP 2000 v.11.00.
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, September 2015
101
2. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
LANDASAN TEORI
Rangka Batang
Rangka batang merupakan perkembangan dari balok karena bentang yang cukup besar
sehingga tidak memungkinkan memakai balok biasa karena dimensi baloknya akan besar
sekali dan berat sendirinya akan besar pula untuk menghindarkan dimensi yang terlalu besar
maka dicari alternative lain, salah satunya dibuat rangka batang dengan ukuran dimensi balok
yang kecil, bisa dipakai untuk bentang yang cukup besar dan mampu menahan beban yang
besar. Rangka batang yang biasa di gunakan pada jembatan dirancang dengan sebuah bidang
rangka yang ditempatkan pada setiap sisi jembatandan di hubungkanoleh balok Rancangan
sebuah rangka-batang meliputi penentuan gaya-gaya pada berbagai batang dan pemilihan
ukuran dan bentuk struktur yang sepadan untuk menahan gaya-gaya tersebut. Beberapa
asumsi dibuat dalam analisis gaya dari rangka-batang sederhana.melintang yang menopang
jalan untuk kendaraan dan mentransfer beban batang rangka.
Kelebihan rangka batang yaitu :
a. Dapat menjebatani bentang yang sangat panjang
b. Instalasi mecanical electrikcal and plumbing (MEP) dapat melalui batang-
bentang
c. Relatif lebih ringan
d. Elemen batang ukuran kecil sehingga mudah dalam pengangkutan
Sedangkan kekurangan dari rangka bantang adalah:
a. Membutuhkan pekerja yang banyak
b. Struktur dapat bergoyang
c. Memerlukan bracinf lateral
d. Susah dimodifikasi
e. Relatif tidak tahan api
Jembatan rangka, tersusun dari batang-batang yang dihubungkan satu sama lain dengan
pelat buhul, dengan pengikat paku keling, baut atau las. Batang-batang rangka ini hanya
memikul gaya dalam aksial (normal) tekan atau tarik, tidak seperti pada jembatan gelagar yang
memikul gaya-gaya dalam momen lentur dan gaya lintang. Jembatan dengan rangka batang
memiliki beberapa jenis diantaranya sebagai berikut :
Pratt : Sering digunakan di masa lampau daripada tipe-tipe rangka lainnya, bentang
maksimalnya200 feet
Howe : Sering digunakan di masa lampau tetapi sangat sedikit digunakan dimassa sekarang,
bentang maksimalnya 200 feet.
Warren : Sangat umum, untuk bentang maksimalnya 200 feet.
Parker : Untuk bentang diatas 180 feet atau 200 feet sampai 350 feet atau 360 feet, lebih
ekonomis dibanding tipe rangka lainnya.
Baltimore : Digunakan untuk bentang di atas 300 feet.
“K” truus : Sama seperti tipe Baltimore, digunakan untuk bentang di atas 300 feet.
Arch
Jembatan memiliki berbagai macam jenis, salah satunya pelengkung dengan desain
mengunakan material baja atau beton bertulang dengan dimensi yang dapat menahan gaya
tarik, yang ditimbulkan dari perbandingan gaya tekan akibat bentuk yang melengkung. Bentuk
melengkung dari struktur memungkinkan berat sendiri struktur disalurkan ke pondasi sebagai
gaya normal tekan tanpa lenturan.
Jembatan pelengkung Pengikat : Jembatan pelengkung pengikat adalah salah satu variasi dari
tipe jembatan pelengkung menerus dengan satu hal yang berbeda. Pada tipe jembatan
menerus gaya dorong horizontal yang terjadi disalurkan langsung ke pondasi sedangkan pada
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
3. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
jembatan pelengkung mengikat gaya dorong horizontal ke bagian jembatan yang lainnya
secara menerus seperti rantai. Perbedaan lainnya yaitu jembatan pelengkung mengikat
mendistribusikan gaya dorong horizontal yang diterima ke girder jembatan sehingga pier
(pondasi jembatan) pada jembatan mengikat mennjadi lebih kecil dibanding jembatan lainya.
Jembatan pelengkung menerus : Jembatan pelengkung meenerus memiliki konstruksi tipe
pelengkung yang berada diatas jalan raya dan lengkung dibawah jalan raya. Beban jembatan
akibat lalu lintas ditahan pleh dek jembatan yang kemudian diteruskan ke bagian utama
pelengkung baja melalui kabel baja yang menghubungkan dek jembatan ke bagian pelengkung
utama.
Jembatan peleengkung dengan Dek : Jembatan pelengkung tipe dek merupakan jembatan
pelengkung dengan tipe yang sederhana dibandingkan tipe jembatan pelengkung yang lainnya.
Jembatan pelengkung tipe dek ini dapat digunakan pada jarak yang sangat jauh ± 518 m.
Jembatan melengkung ini di desain untuk menahan kombinasi gaya aksial dan momen arus
lalu lintas jembatan.
Jembatan tipe pelengkung memiliki beberapa kelebihan diantaranya
Keseluruhan bagian pelengkung menerima tekan dan gaya tekan ini ditransfer ke
abutmen dan ditahan oleng tegangan tanah di bawah pengkung. Tanpa gaya tarik yang
diterima oleh pelengkung memungkinkan jembatan pelengkung bisa dibuat lebih panjang dari
jembatan balok dan bisa menggunakan material yang tidak mampu menerima tarik dengan baik
seperti beton.
Bentuk jembatan pelengkung adalah inovasi dari peradaban manusia yang memiliki nilai
estetika tinggi namun struktur yang sangat kuat yang terbukti jembatan pelengkung romawikuno
masih berdiri sampai sekarang.
Konstruksi jembatan pelengkung lebih sulit daripada jembatan balok karena
pembangunan jembatan ini memerlukan metode pelaksanaan yang cukup rumit karena struktur
belum dikatakan selesai sebelum kedua bentang bertemu di tengah-tengah. Salah satu
tekniknya dengan membuat scafolding dibawah bentang untuk menopang struktur sampai
bertemu di puncak. Metode yang terbaru adalah menopang batang dengan kabel yang
diangkerkan ditanah di tiap sisi jembatan
Kriteria Perencanaan
Perancangan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan ketika kita akan merancang suatu
desain jembatan. Dalam merancang suatu jembatan harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Pemilihan Lokasi
2. Penentuan Kondisi Eksternal
3. Stabilitas konstruksi
4. Ekonomis
5. Pertimbangan pelaksanaan
6. Pertimbangan pemeliharaan
7. Keamanan dan kenyamanan
8. Estetika
MATERIAL
Baja
Pada jembatan rangka batang, material baja merupakan bahan utama yang digunakan dalam
perancangan. Penggunaan struktur baja, apabila dilihat pada bangunan dan perbandingan
(ratio) antara kekuatan berat (atau kekuatan per satuan berat) harus dipertahankan tinggi, maka
bajalah yang dapat memenuhinya.
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
4. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
Tabel 1. Sifat Mekanis Struktural Baja
(Sumber: SNI 03-1729-2002)
Jenis
Baja
Tegangan
Putus
Minimum, Fu
(MPa)
Tegangan
Leleh
Minimum, Fy
(MPa)
Peregangan
Minimum
(%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 19
BJ 55 550 410 13
Kayu
Kayu merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari sumber kekayaan alam, bahan
mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan keinginan dan kemajuan
teknologi. Barang yangbisa dihasilkan contohnya, furniture selain itu dapat pula dijadikan bahan
dasra pemodelan jembatan. Pada perkembangan teknik penggunaan kayu struktural perlu
diperhatikan sifat-sifat dan jenis-jenis kayu serta faktor yang memepengaruhi kekuatan kayu,
sambungan dan alat-alat penyambung serta keawetan kayu. Sebagaimana yang telah
dijelaskan pada sifat kayu,kayu akan lebih kuat jika menerima beban sejajar dengan arah serat
dari pada menerima beban tegak lurus serat. Ini karena struktur serat kayuyang berlupang.
Semakin rapat serat, kayu umumnya memilikikekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak
rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu persatuan volume / berat jenis.
Berikut tabel menunjukkan kelas berat jenis kayu dan besaran kuat kayu.
Tabel 2. Kekuatan Kayu
Kelas Kuat Berat Jenis Kuat Tarik
Absolut (Kg/cm3)
Kuat Takan
Absolut (kg/cm3)
I ≥ 0.90 ≥ 1100 ≥ 650
II 0.90 – 0.60 1100 – 725 650 – 425
III 0.60 – 0.40 725 – 500 425 – 300
IV 0.40 – 0.30 500 – 360 300 – 215
V < 0.30 < 360 < 215
Alat Sambung
Pada struktur rangka baja, sambungan berfungsi untuk menggabungkan profil-profil
bagian-bagian konstruksi serta bagian tersebut menjadi satu kesatuan. Karena sambungan
menyalurkan gaya ke komponen yang lain, maka sambungan harus aman dan mampu dibuat
secara praktis.
Kriteria dasar yang umum dalam perencanaan sambungan antara lain, kekuatan, kekakuan,
cukup ekonomis.Alat sambung yang digunakan pada struktur baja adalah :
Sambungan Las : Sambungan las adalah sambungan antara dua logam dengan cara
pemanasan, dengan atau tanpa logam pengisi.
Sambungan Paku Keling : Paku keling (rivet) digunakan untuk sambungan tetap antara 2 plat
atau lebih misalnya pada tangki dan boiler
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
5. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
Sambungan Baut : Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah satu
ujungnya dibentuk kepala baut ( umumnya bentuk kepala segi enam ) dan ujung lainnya
dipasang mur/pengunci.
Dalam pemakaian di lapangan, baut dapat digunakan untuk membuat konstruksi
sambungan tetap, sambungan bergerak, maupun sambungan sementara yang dapat
dibongkar/dilepas kembali. Bentuk uliran batang baut untuk baja bangunan pada umumnya ulir
segi tiga (ulir tajam) sesuai fungsinya yaitu sebagai baut pengikat. Sedangkan bentuk ulir segi
empat (ulir tumpul) umumnya untuk baut-baut penggerak atau pemindah tenaga misalnya
dongkrak atau alat-alat permesinan yang lain.
PEMBEBANAN
Dalam perencanaan jembatan, pembebanan yang diberlakukan pada jembatan jalan raya
mengacu pada standar “RSNI T-02-2005 Pembebanan Untuk Jembatan”. Standar ini
menetapkan ketentuan pembebanan dan aksi-aksi yang akan digunakan dalam perencanaan
jembatan jalan raya termasuk jembatan pejalan kaki dan bangunan-bangunan sekunder yang
terkait dengan jembatan. Untuk perhitungan kekuatan gelagar-gelagar harus digunakan beban
“D” atau beban jalur, yaitu susunan beban pada setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban
terbagi rata sebesar “q” ton per meter panjang per jalur dan beban garis “P” ton per jalur lalu
lintas. Distribusi beban “D” yang bekerja pada jembatan :
Gambar 1. Beban lajur D
Besar “q” ditentukan sebagai berikut :
q = 2,2 t/m...............................................................................................untuk L < 30m
q = 2,2 t/m – 1,1/{60*(L-30)} t/m ..................................................................untuk 30m < L < 60m
q = 1,1 * {1+(30/L)} t/m ...........................................................................untuk L > 60m
dimana :
L : panjang (m), ditentukan oleh tipe konstruksi jembat.
t/m : ton per meter panjang, per jalur.
Ketentuan penggunaan beban “D” dalam arah melintang jembatan adalah sebagai berikut :
1. Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan sama atau lebih kecil dari 5,50 meter,
beban “D” sepenuhnya (100%) harus dibebankan pada seluruh lebar jembatan.
2. Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan lebih besar dari 5,50 meter, beban “D”
sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,50 meter sedang lebar selebihnya
dibebani hanya separuh beban “D” (50%).
SISTEM STRUKTUR
Secara umum struktur jembatan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu struktur atas
(superstructures) dan struktur bawah (substructures) dan Pondasi.
Struktur Atas
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat
sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban
pejalan kaki, dll. Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
6. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
a. Trotoar :
a) Sandaran dan tiang sandaran
b) Peninggian trotoar (Kerb)
c) Slab lantai trotoar.
1. Slab lantai kendaraan
2. Gelagar (Girder)
3. Balok diafragma
4. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang)
5. Tumpuan (Bearing).
Struktur Bawah
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain
yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada
tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban
tersebutdisalurkan oleh fondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
Pangkal jembatan (Abutment) : Karena letak abutment yang berada di ujung jembatan maka
abutment ini berfungsi juga sebagai penahan tanah. Umumnya abutment dilengkapi dengan
konstruksi sayap yang berfungsi menahan tanah dalam arah tegak lurus as jembatan.
Gambar 2 Bentuk Abutment
Bentuk umum abutment pada gambar 2.1 sering kita jumpai baik pada jembatan-jembatan baru
dan jembatan–jembatan lama. Gambar (a) menunjukkan abutment dari pasangan batu, dan
gambar (b) dan (c) dari beton bertulang (reinforced concrete).
1. Dinding belakang (Back wall),
2. Dinding penahan (Breast wall),
3. Dinding sayap (Wing wall),
4. Oprit, plat injak (Approach slab)
5. Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
6. Tumpuan (Bearing).
Pilar jembatan (Pier), : Pilar (Piers) terletak di tengah jembatan (di tengah sungai) yang memiliki
kesamaan fungsi dengan kepala jembatan yaitu mentransfer gaya jembatan rangka ke tanah..
Berikut bagian dari pilar jembatan :
a) Kepala pilar (Pier Head),
b) Pilar (Pier), yang berupa dinding, kolom, atau portal,
c) Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
d) Tumpuan (Bearing).
Pondasi : Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar.
Berdasarkan sistimnya, pondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam jenis, antara lain :
a) Pondasi telapak (spread footing)
b) Pondasi sumuran (caisson)
c) Pondasi tiang (pile foundation) :
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
(a) (b) (c)
7. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
(1) Tiang pancang kayu (Log Pile),
(2) Tiang pancang baja (Steel Pile),
(3) Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),
(4) Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile),
spun pile,
(5) Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile,
(6) Tiang pancang komposit (Compossite Pile).
Gambar 3. Struktur Jembatan
METODE PERAKITAN
Ada 4 (empat) metode yang dapat digunakan untuk pekerjaan pemasangan/penyetelan
perangkat jembatan rangka baja yaitu :
Pemasangan dengan cara memakai perancah.
Kerugian menggunakan metode perancah yaitu produkticitas yang relatif rendah, karena
pekerjaan cor di tempat menuntut waktu yang lebih lama untuk proses persiapan (fromwork dan
peracah) dan proses seting beton. Menurut tipe tanah yang harus baik, dan bila tanah yang ada
untuk dudukan perancah kurang baik maka akan berakibat perlunya struktur pondasi khusus
(luasan telapak yang lebar atau penggunaan ponadsi dalam) Keuntungan menggunakan
metode peranacah yaitu minimalisisr alat angkat berat (service crane ata gantry ) yang
diperlukan, mengingat pengecoran yang dilakukan adalah di tempat. Minimalisir biaya erection
akibat tidak terlibatnya alat angkat berat, khususnya bila tipe ini telah dimiliki (heavy duty
shoring)
Pemasangan dengan cara cantilever
Keuntungan mengunakan metode cantilever yaitu produktivitas erection yang lebih
tinggi.Tidak terpengaruh pada tipe tanah yang dibawah lantaii jembatan (sebatas mampu
dilewati untuk manuver alat berat) Kerugian menggunakan metode cantilever yaitu penggunaan
alat berat sehingga biaya tinggi mengingat biaya sewa crane dengan kapasitas anggkat tinggi
adalah relativ mahal. Perlunya akses road yang memadai untuk mobilisasi service crane
Pemasangan dengan cara peluncururan.
Keuntungan menggunakan metode peluncuran adalah tidak terpengaruh pada kondisi
dibawah lantai jembatan (sepenuhnya sungai) Kerugian menggunakan metode peluncur yaitu
umumnya penggunaan alat berat seperti ini juga menuntut biaya tinggi. Diperlukannya system
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
8. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
booking alat yang memadai mengingat tipe ini belum dimiliki banyak oleh sub kontraktor rection.
Produktivitas relatif lebih rendah dibandingkan dengan sistem cantilever, dimana perlu waktu
extra untuk rection truss dan sistem angkat dan menempatkan girder.
PELAKSANAAN PERAKITAN
Pekerjaan Persiapan
Metode pemasangan, perlu dilakukan persiapan-persiapan yang matang, sebelum pekerjaan
pemasangan dimulai. Hal ini penting sekali, untuk menghindari terhentinya pekerjaan
pemasangan di tengah-tengah kegiatan yang akan mengundang resiko tinggi. Persiapan-
persiapan yang harus dilakukan sebagai berikut :
1. Menetapkan/menyiapkan lokasi penumpukan material jembatan, sehinggga tidak
mengganggu kegiatan pemasangan, termasuk material jembatan pembantu yang
diperlakukan dan mengamankan dari banjir/air pasang.
2. Buatlah fasilitas yang baik pada daerah penumpukan material jembatan, misalnya jalan
masuk yang kuat, daerah yang rata dan disediakan bantalan-bantalan dan dibuatkan
saluran-saluran darinase yang baik.
3. Sebelum material jembatan ditumpuk, lebih dulu diberi tanda atau kode untuk masing-
masing bagian jembatan (missal kode A untuk barang atas, B untuk batang bawah, V untuk
batang vertical, dan D untuk batang diagonal).
4. Tetapkan cara penumpukan bagian-bagian material jembatan, sehingga memperlancar
proses pengambilan bagian-bagian yang akan dipasang sesuai urutan pemasangannya.
5. Pada saat penumpukan, dilakukan pemeriksaan lagi tentang ukuran/dimensi material
jembatan dan jumlahnya, dengan menggunakan check list. Bila ada bagian-bagian yang
rusak agar diperbaiki atau dicari penggantinya segera.
6. Jumlah,ukuran dan kelengkapan baut, mur, ring untuk struktur sambungan harus dihitung
lebih dahulu, dan jumlahnya harus mempunyai cadangan sebesar 5%.
7. Dicek kesiapan peralatan yang akan digunakan.
8. Dikumpulkan gambar pelaksanaan dan informasi mengenai perencanaan (desain), antara
lain :
a. Perbedaan elevansi atau level tiap-tiap titik buhul (bagian bawah) jembatan dalam
keadaan terpasang maupun pada saat pemasangan.
b. Beberapa panjang struktur yang dapat berfungsi sebagai cantilever atau konsol.
c. Berat struktur jembatan per meter.
9. Besarnya penggian atau zig, setiap titik buhul, harus diikuti pada pemasangan batang-
batang rangka, dengan system perancah.
10. Besarnya “f”, adalah defleksi yang harus diperhatikan pada saat proses pemasangan
batang-batang rangka baja dengan system cantilever.
Langkah-langkah Perakitan
Perakitan jembatan direncanakan menggunakan sistem perancah. Perancah digunakan
sebagai tumpuan sementara selama konstruksi. Perancah yang digunakan rencanakan dengan
menggunakan perancah yang terbuat dari baja agar kuat menahan beban sendiri jembatan
sebelum jembatan tersambung secara sempurna. Adapun urutan perakitan jembatan rangka
baja denngan menggunakan sistem perancah adalah sebagai berikut :
1. Letakkan semua gelagar melintang atas perancah termasuk kedua gelagar ujung melintang
dengan ketinggian yang sesuai. Setelah itu ikat penampang baja ke kabel jembatan
gantung. Untuk gelagar melintang pada posisi ujung, ditambahkan balok kayu dibawah
gelagar untuk memudahkan pemasangan tumpuan setelah jembatan selesai dirangkai.
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
9. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
2. Pasang semua batang rangka datar bagian bawah dihubungkan ke ujung gelagar
melintang dan pelat penghubung
3. Setelah gelagar melintang dan batang datar bawah tersambung, periksa kembali posisi dan
elevasi pada titik sambungan apakah sudah sesuai
4. Perakitan dilanjutkan dengan memasang batang tegak, batang diagonal dan juga batang
rangka bagian atas dari ujung salah satu sisi bagian jembatana bertahap hingga ujung sisi
lainnya.
5. Pasang batang ikatan angin atas/bracing bawah sehingga rangka batang akan membentuk
frame yang kaku
6. Pasangkan dan kencangkan semua baut
7. Apabila semua batang rangka jembatan sudah tersambung, dilanjutkan dengan
pemasangan gelagar memanjang yang diletakkan diatas gelagar melintang dn disambung
dengan baut
8. Pelepasan Kabel penggantung
9. Proses pemasangan Dek ;Baja dan bekesting untuk pengecoran pelat lantai kendaraan.
10. Pengecoran pelat lantai kendaraan
11. Apabila beton sudah mengering bekesting dilepas
12. Pelepasan perancah dan dilanjutkan dengan pemasangan tumpuan / perletakan jembatan
dengan cara jembatan didongkrak
13. Pembongkaran pilar jembatan gantung lama
14. Pemasangan pipa sandaran pada sisi dalam rangka jembatan
15. Pekerjaan penfaspalan pda lapisan permukaan jalan.
Gambar.4 perakitan jembatan metode perancah
METODE PEMELIHARAAN JEMBATAN
Pemeliharaan secara rutin
Pemeliharaan rutin jembatan biasanya dimasukkan dalam perkejaan pemeliharaan rutin jalan
dan dilaksanakan bersama dengan pemeliharaan rutin jalan tersebut. Lingkup pekerjaan
pemeliharaan rutin adalah sebagai berikut :
1. Pembersihan secara umum
2. Membuang tumbuhan liar dan sampah
3. Pembersihan dan melancarkan
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
10. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
4. Penanganan kerusakan ringan drinase
5. Pengecatan sederhana
6. Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan
Kegiatan pemeliharaan berkala diduga mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Penggantian lapisan permukaan
2. Pengecatan ulang
3. Pembersian jembatan secara keseluruhan
4. Pemeliharaan peletakan /landasan
5. Penggantian siar mual (expansion joint)
Perbaikan sederhana mencakup hal-hal :
1. Penggantian bagian-bagian kecil dan elemen kecil
2. Perbaiakan tiang dan sandaran
3. Perkuatan bagian-bagian yang bergerak
4. Perkuatan bagian struktural
5. Perbaiakan tebing yang longsor dan terkena erosi
6. Perbaikan bangunan pengaman yang sederhana
PEMBAHASAN
Dari analisis struktur jembatan dengan software SAP 2000 dengan membuat 3 jembatan model
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel.3. Beban dan Defleksi Ketiga Model Jembatan
MODEL 1 MODEL 2 MODEL 3
beban defleksi beban defleksi beban Defleksi
20 0,1364 20 0,1163 20 0,089
40 0,2728 40 0,2326 40 0,1691
60 0,4092 60 0,3489 60 0,2492
80 0,5456 80 0,4652 80 0,3293
100 0,682 100 0,5815 100 0,4094
120 0,8184 120 0,6978 120 0,4895
140 0,9548 140 0,8141 140 0,5696
160 1,0912 160 0,9304 160 0,6497
180 1,2276 180 1,0467 180 0,7298
200 1,364 200 1,163 200 0,8099
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
11. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
Gambar 5. Grafik Hubungan Beban dengan Deflekssi pada ketiga model
Gambar 6. Model Jembatan 1
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
12. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, pada jembatan model 3 diperoleh data sebagai
berikut.
Gambar 7. Grafik Uji Pembebanan Jembatan Model
Gambar 8. Pengujian Jembatan Model
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
13. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
Hasil analisis yang dilakukan pada jembatan model mengalami kegagalan diamana seharusnya
jembatan mengalami defleksi maksimal pada beban 200 Kg dengan demikian dilakukan analisis
ulang dan diperoleh hasil sebagai berikut
Model Jembatan Pengujian Laboratorium
Tabel 4. Beban dan Defleksi Model Jembatan
BEBAN (Kg) Defleksi (mm)
5 0,1364
10 0,2728
15 0,4092
20 0,5456
25 0,68
Gambar 10. Pembebanan Jembatan Prototype
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1
14. Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti,
Dkk/hal. 1-16)
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari ketiga model jembatan, pada jembatan model ke memiliki defleksi yang terkecil yaitu
0,809 mm
2. Pada uji laboratorium model jembatan ke 3 mengalami keruntuhan pada beban 25 kg.
3. Perawatan pada jembatan dapat dilakukan secara rutin dengan melakukan pembersihan
secara umum, membuang tumbuhan liar dan sampah, pembersihan dan melancarkan,
penanganan kerusakan ringan drinase, pengecatan sederhana, pemeliharaan permukaan
lantai kendaraan dan berkala agar dengan melakukan penggantian bagian-bagian kecil dan
elemen kecil, perbaiakan tiang dan sandaran, perkuatan bagian-bagian yang bergerak,
perkuatan bagian struktural, perbaiakan tebing yang longsor dan terkena erosi, perbaikan
bangunan pengaman yang sederhana. Perawatan tersebut harus terlaksanan agar didapat
rasa aman dan nyaman saat digunakan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012 Ir. Thamrin Nasution, Departemen Teknik
Sipil, FTSP. ITM. Hal 17.)
[2] Peraturan Nr. 12/1970 dan Tata Cara SNI 03-1725-1989 yang sesuai AASHTO.
[3] Pedoman Perencanaan Jembatan Jalan Raya SKBI - 1.3.28.1987, UDC :
624.042:624.21
[4] Perencanaan Jembatan Jalan Raya SKBI - 1.3.28.1987, UDC : 624.042:624.21
[5] Supriyadi dan Muntohar, 2007
BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015
1