SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 12
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
                                 NOMOR 42 TAHUN 2002

                                              TENTANG

             BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

                                 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang              :
                 bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (3), Pasal 41 ayat (2), Pasal 43, Pasal
                 44, dan Pasal 49 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,
                 dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Badan Pelaksana Kegiatan
                 Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi;
     Mengingat                           :                              1.
                    Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan
                    Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945;

                    2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran
                    Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara
                    Nomor 4152);

                                             MEMUTUSKAN :

Menetapkan                                         :
                  PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU
                  MINYAK DAN GAS BUMI.

                                                  BAB I

                                           KETENTUAN UMUM

                                                 Pasal 1

                 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
                                                                                         1.
                     Minyak Bumi, Gas Bumi, Minyak dan Gas Bumi, Kegiatan Usaha Hulu, Eksplorasi
                     Eksploitasi, Wilayah Kerja, Badan Usaha, Bentuk Usaha Tetap, Kontrak Kerja Sama,
                     Badan Pelaksana, Menteri adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
                     Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
                                                                                         2.
                     Departemen adalah departemen yang mempunyai tugas membantu Presiden
                     menyelenggarakan sebagian tugas Pemerintah di bidang energi dan sumber daya
                     mineral.
                                                                                         3.
                     Pertamina adalah Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara yang
                     dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusaha
                     Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara juncto Undang-undang Nomor 22 Tahun
                     2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
BAB II

                      PEMBENTUKAN DAN STATUS

                                 Pasal 2
(1)
      Dengan Peraturan Pemerintah ini, dibentuk Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
      Minyak dan Gas Bumi, yang selanjutnya disebut Badan Pelaksana.
(2)     Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berstatus badan hukum
      milik negara.

                                  Pasal 3

 Badan Pelaksana berkedudukan dan berkantor-pusat di Jakarta.

                                  Pasal 4

 Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bersifat tidak mencari keuntungan.
                                  BAB III
             KEKAYAAN, PEMBIAYAAN, DAN PENGELOLAAN
                                 Pasal 5
(1)     Kekayaan Badan Pelaksana merupakan kekayaan negara yang dipisahkan.
                                                                           (2)
      Nilai kekayaan awal Badan Pelaksana ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasark
      perhitungan bersama oleh Departemen, Departemen Keuangan, dan Pertamina.
                                                                           (3)
      Pengalihan kepemilikan dan penghapusan kekayaan Badan Pelaksana dapat dilakukan
      setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan.
 (4)      Badan Pelaksana wajib melakukan penatausahaan semua kekayaan sebagaimana
      dimaksud dalam ayat (1).

                                  Pasal 6

                                                                                 (1)
      Badan Pelaksana memperoleh penerimaan berupa imbalan atas pelaksanaan fungsi dan
      tugasnya.

(2)    Besarnya penerimaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Mente
      Keuangan sebagai suatu persentase dari penerimaan negara dari setiap Kegiatan Usaha
      Hulu.

(3)    Badan Pelaksana wajib menyusun dan menyampaikan rencana anggaran pendapatan
      dan belanja serta rencana kerja tahunan Badan Pelaksana kepada Menteri Keuangan
      setiap tahun anggaran Badan Pelaksana.

(4)    Anggaran pendapatan dan belanja serta rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud
      dalam ayat (3) ditetapkan dan disahkan oleh Menteri Keuangan setelah mendapat
      pertimbangan dari Menteri.

                                    Pasal 7

                                                                           (1)
      Badan Pelaksana mengelola      dana   pembiayaan   kegiatan   dan   dana    cadangan
      pembiayaan operasional.
(2)
     Besar dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan bersamaan
     dengan penetapan dan pengesahan anggaran pendapatan dan belanja serta rencana
     kerja tahunan Badan Pelaksana oleh Menteri Keuangan.
                                                                              (3)
     Surplus dana sebagai selisih penerimaan Badan Pelaksana sebagai-mana dimaksud
     dalam
     Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) dengan dana pembiayaan kegiatan dan dana cadanga
     pembiayaan operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan penerimaan da
     pengalihan kekayaan Badan Pelaksana merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

                                       Pasal 8
 Pedoman mengenai pengelolaan kekayaan, tata cara penyusunan anggaran pendapatan
 dan belanja serta rencana kerja tahunan Badan Pelaksana ditetapkan oleh Menteri
 Keuangan.

                                       Pasal 9

     (1)    Badan Pelaksana mengelola keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
                                                                              (2)
           Pengelolaan keuangan Badan Pelaksana dilaksanakan dengan prinsip efisien, efektif,
           transparan, dan akuntabel.

                                    BAB IV
                                  ORGANISASI

                                    Pasal 10

 Badan Pelaksana mempunyai fungsi melakukan pengawasan terhadap Kegiatan Usaha
 Hulu agar pengambilan sumber daya alam Minyak dan Gas Bumi milik negara dapat
 memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-be
 kemakmuran rakyat.

                                    Pasal 11

 Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Badan Pelaksan
 mempunyai tugas:
                                                                       a.
       memberikan pertimbangan kepada Menteri atas kebijaksanaannya dalam hal
       penyiapan dan penawaran Wilayah Kerja serta Kontrak Kerja Sama;
b.    melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama;
                                                                 c.
       mengkaji dan menyampaikan rencana pengembangan lapangan yang pertama kali
       akan diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja kepada Menteri untuk mendapatk
       persetujuan;
                                                                                 d.
       memberikan persetujuan        rencana     pengembangan   lapangan   selain sebagaimana
       dimaksud dalam huruf c;
e.    memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran;
                                                                 f.
       melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Menteri mengenai pelaksanaan
       Kontrak Kerja Sama;
                                                                 g.
       menunjuk penjual Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi bagian negara yang dapat
       memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi negara.
Pasal 12

Dalam menjalankan tugas, Badan Pelaksana memiliki wewenang:
     a. membina kerja sama dalam rangka terwujudnya integrasi dan sinkronisasi kegiatan
      operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama;
                                                                                b.
      merumuskan kebijakan atas anggaran dan program kerja kontraktor Kontrak Kerja
      Sama;
 c.       mengawasi kegiatan utama operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama;
 d.        membina seluruh aset kontraktor Kontrak Kerja Sama yang menjadi milik negara;
                                                                                e.
      melakukan koordinasi dengan pihak dan/atau instansi terkait yang diperlukan dal
      pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu.

                                   Pasal 13

                                                                              (1)
      Badan Pelaksana terdiri atas unsur pimpinan, tenaga ahli, tenaga teknis, dan ten
      administrasi.
                                                                              (2)
      Unsur pimpinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas Kepala Badan
      Pelaksana, Wakil Kepala Badan Pelaksana, dan Deputi-deputi.
                                                                              (3)
      Deputi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berjumlah paling banyak 5 (lima) orang.
                                                                              (4)
      Tenaga Ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berjumlah paling banyak 5 (lima)
      orang.

                                   Pasal 14

(1)
          Dalam melaksanakan      pengawasan    internal   pada   Badan   Pelaksana   dibentuk   U
          Pengawasan.
(2)
          Unit Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh seorang
          Kepala Unit Pengawasan yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pelaksana.

                                   Pasal 15

Tugas dan wewenang Kepala Badan Pelaksana adalah:
                                                                                a.
      memimpin dan mengelola Badan Pelaksana sesuai dengan fungsi dan tugas Bada
      Pelaksana;
b.        menandatangani Kontrak Kerja Sama;
                                                                                c.
      menyiapkan rencana kerja, dan anggaran pendapatan dan belanja tahunan Badan
      Pelaksana;
d.        melaksanakan kebijaksanaan Pemerintah di bidang Kegiatan Usaha Hulu;
                                                                                e.
      membuat laporan pelaksanaan tugas dan laporan keuangan Badan Pelaksana secara
      berkala kepada Presiden;
f.        mewakili Badan Pelaksana di dalam dan di luar Pengadilan;
g.     mengangkat dan memberhentikan personalia Badan Pelaksana.

                                   Pasal 16

 (1)                                                             Wakil
        Kepala bertugas membantu kelancaran pelaksanaan tugas Kepala Badan Pelaksana.
 (2)    Dalam hal Kepala Badan Pelaksana berhalangan tetap, Wakil Kepala menjalankan
        fungsi, tugas, dan wewenang Kepala Badan Pelaksana sampai dengan diangkat
        pejabat yang definitif.

                                   Pasal 17

 Deputi bertugas membantu Kepala Badan Pelaksana dalam melaksana-kan tugas Kepala
 Badan Pelaksana sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

                                    BAB V

                                PERSONALIA

                                   Pasal 18
 (1)    Kepala Badan Pelaksana diangkat dan diberhentikan oleh Presiden               setelah
        berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
 (2)
        Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah untuk melakukan uji
        kemampuan dan kelayakan bagi calon Kepala Badan Pelaksana oleh Dewan
        Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam hal ini Komisi yang membidangi Minyak
        dan Gas Bumi.
 (3)    Kepala Badan Pelaksana dalam melaksanakan tugasnya bertang-gung jawab kepada
        Presiden.

                                    Pasal 19

 Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Badan Pelaksana adalah paling kurang :

 a.     warga negara Indonesia;

 b.     mempunyai integritas dan dedikasi yang tinggi;

 c.     memiliki pengetahuan dan kemampuan manajerial dalam bidang minyak dan gas bumi;

 d.     tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan;

 e.     tidak sedang dinyatakan pailit.

                                   Pasal 20

 Wakil Kepala Badan Pelaksana dan Deputi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri atas
 usul Kepala Badan Pelaksana.

                                   Pasal 21

 (1)
        Pimpinan Badan Pelaksana tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi baik
        langsung maupun tidak langsung dalam suatu per-kumpulan atau perusahaan yang
        bertujuan mencari keuntungan.
 (2)
        Pimpinan    Badan    Pelaksana    tidak   dibenarkan   memangku   jabatan   rangkap
sebagaimana tersebut di bawah ini :
      a.   Direksi atau Pimpinan pada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Hukum Milik
           Negara lainnya, atau Badan Usaha dan Bentuk Usaha Tetap yang ada
           hubungannya dengan fungsi dan tugas Badan Pelaksana;
      b.   Komisaris pada Badan Usaha dan Bentuk Usaha Tetap yang ada hubungannya
           dengan fungsi dan tugas Badan Pelaksana;
      c.   Jabatan struktural dalam instansi atau lembaga pemerintah pusat atau daerah;
      d.   Jabatan-jabatan   lainnya,   berdasarkan   peraturan   perundang-undangan      yang
           berlaku.

                                    Pasal 22

(1)   Batas usia pensiun unsur Pimpinan Badan Pelaksana dan Tenaga Ahli adalah 60
      (enam puluh) tahun.
(2)   Batas usia pensiun personalia selain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
      56 (lima puluh enam) tahun.
(3)
      Dalam hal tertentu dan sangat diperlukan, Presiden dapat memperpanjang masa
      jabatan Kepala Badan Pelaksana tiap tahun dan paling banyak 3 (tiga) kali.

                                  Pasal 23

(1)    Presiden dapat memberhentikan Kepala Badan Pelaksana, dalam hal :
      a.    mengundurkan diri;
      b.    dianggap tidak cakap dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya;
      c.    melakukan perbuatan atau sikap yang merugikan Badan Pelaksana;
      d.    melakukan tindakan atau sikap yang bertentangan dengan kepentingan negara;
      e.
           cacat fisik atau mental yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan tugas
           melebihi 3 (tiga) bulan;
      f.    dipidana penjara karena melakukan kejahatan.
(2)
      Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dalam upaya peningka
      pelaksanaan fungsi dan tugas Badan Pelaksana, Presiden dapat memberhentikan
      Kepala Badan Pelaksana.




                                  BAB VI

              ANGGARAN DAN RENCANA KERJA TAHUNAN

                                  Pasal 24

                                                                       (1)
      Kepala Badan Pelaksana dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum
      tahun buku mulai berlaku, menyampaikan rencana anggaran pendapatan dan belanja
      serta rencana kerja tahunan Badan Pelaksana kepada Menteri Keuangan untuk
      memperoleh pengesahan setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri.
                                                                 (2)
      Pengesahan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling
      lambat pada awal tahun buku baru.
                                                                              (3)
Apabila Menteri Keuangan secara tertulis mengemukakan keberatannya atau menolak
     kegiatan yang dimuat dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja serta
     rencana kerja tahunan Badan Pelaksana sebelum menginjak tahun buku baru, maka
     Badan Pelaksana menjalankan anggaran pendapatan dan belanja tahun yang lalu.
                                                                        (4)
     Rencana kerja dan/atau anggaran tambahan atau perubahannya yang tertera dalam
     buku harus diajukan terlebih dahulu kepada Menteri Keuangan, menurut tatacara dan
     waktu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, untuk memperoleh pengesahannya.
                                                                    (5)
     Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sesudah diajukan permintaan persetujuan,
     Menteri Keuangan tidak memberikan keberatan secara tertulis sebagaimana
     dimaksud dalam ayat (3), maka perubahan rencana kerja dan anggaran dianggap
     telah disahkan.

                                 Pasal 25

Tahun buku Badan Pelaksana adalah tahun fiskal.

                                 BAB VII

                        KETENTUAN PERALIHAN

                                 Pasal 26

Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku:
a.
     Pertamina dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan menyerahkan kepada
     Badan Pelaksana semua dokumen yang berkaitan dengan pembinaan dan
     pengawasan kontraktor Kontrak Bagi Hasil dan kontrak lain yang berkaitan;
b.
     Kepala Badan Pelaksana dan Direktur Utama Pertamina dalam jangka waktu paling
     lama 1 (satu) tahun menyelesaikan masalah administratif yang berkaitan dengan
     kontrak sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c.   Semua pekerja Pertamina yang sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini
     menangani pembinaan dan pengawasan kontraktor Kontrak Bagi Hasil, dipekerjakan
     pada Badan Pelaksana dengan ketentuan dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu)
     tahun dapat memilih status tetap sebagai pekerja Pertamina atau personil Badan
     Pelaksana;
d.    Kepala Badan Pelaksana dan Direktur Utama Pertamina mengatur penyelesaian
     administrasi pengalihan pekerja Pertamina sebagai-mana dimaksud dalam huruf c;
e.    Gaji dan penghasilan lain personil Badan Pelaksana yang berasal dari Pertamina
     sebagaimana dimaksud dalam huruf c pada saat menjadi personil Badan Pelaksana,
     paling kurang sama dengan gaji dan penghasilannya pada saat terakhir bekerja d
     Pertamina;
f.   Sistem penggolongan gaji dan penghasilan lain dari personalia Badan Pelaksana sama
      dengan sistem yang diberlakukan di Pertamina sampai ditetapkan lain oleh Kepala
      Badan Pelaksana;
g.      Seluruh aset negara yang dikelola oleh Pertamina, yang selama ini digunakan
     melaksanakan fungsi dan tugas pembinaan dan pengawasan kontraktor Kontrak Bagi
     Hasil, beralih pengelolaan dan penggunaannya kepada Badan Pelaksana setelah
     mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan;
h.   Seluruh aset negara yang dikelola oleh Pertamina dan sebelum Peraturan Pemerintah
     ini ditetapkan digunakan oleh kontraktor Kontrak Bagi Hasil beralih pengelolaannya
     kepada Badan Pelaksana setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan;
i.    Seluruh hak dan kewajiban Pertamina yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi dan
tugas pembinaan dan pengawasan kontraktor Kontrak Bagi Hasil beralih kepada
                        Badan Pelaksana.

                                                 Pasal 27

                  Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku :
                  a.
                        sampai dengan akhir tahun anggaran 2002, biaya operasional Badan Pelaksana
                        dibebankan kepada anggaran Pertamina;
                  b.
                        atas pembebanan biaya operasional Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam
                        huruf a, Pertamina masih diberikan kompensasi berupa imbalan atas pembinaan
                        pengawasan kontraktor Kontrak Bagi Hasil untuk jangka waktu yang sama.

                                                BAB VIII

                                         KETENTUAN PENUTUP

                                                Pasal 28
                  Rincian fungsi, tugas, susunan organisasi, tata kerja, dan aturan personalia, ditetapkan
                  oleh Kepala Badan Pelaksana, setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri.

                                                 Pasal 29

                  Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

                  Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah
                  ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

                                                         Ditetapkan di Jakarta
                                                         pada tanggal 16 Juli 2002

                                                         PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
                                                                     ttd

                                                            MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 16 Juli 2002

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BAMBANG KESOWO

                       LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 81

Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum dan Perundang-undangan,

ttd.

Lambock V. Nahattands
PENJELASAN
                                             ATAS
                        PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
                                NOMOR 42 TAHUN 2002
                                            TENTANG
                          BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU
                                  MINYAK DAN GAS BUMI

UMUM

 Dalam rangka memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah pembaharuan dan penataan kembali
 kegiatan usaha minyak dan gas bumi, telah ditetapkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
 Minyak dan Gas Bumi.
 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 menegaskan bahwa minyak dan gas bumi sebagai sumber daya
 alam strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia
 merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh Negara. Penguasaan oleh Negara tersebut
 diselenggarakan oleh Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan.
 Selanjutnya Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan membentuk Badan Pelaksana untuk
 melakukan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu di bidang minyak dan gas bumi.
 Badan Usaha dan Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan Kegiatan Usaha Hulu di bidang minyak dan gas
 bumi wajib melakukan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana.
 Dengan Peraturan Pemerintah ini dibentuk Badan Pelaksana sesuai amanat Undang-undang Nomor 22
 Tahun 2001. Peraturan Pemerintah ini memuat substansi pokok mengenai ketentuan pembentukan dan
 status Badan Pelaksana, kekayaan, pembiayaan dan pengelolaan, organisasi, personalia, serta anggaran
 dan rencana kerja tahunan.



PASAL DEMI PASAL
Pasal 1

   Cukup jelas
Pasal 2

   Cukup jelas
Pasal 3

   Cukup jelas
Pasal 4


       Badan Pelaksana tidak diperbolehkan untuk memupuk dana pembiayaan operasional melampaui
       batas yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 5

   Cukup jelas
Pasal 6

   Ayat (1)
            Yang dimaksudkan dengan imbalan dalam ketentuan ini adalah fee yang merupakan upah
       manajemen yang diterima dari Pemerintah atas kegiatan yang dilakukan sebagaimana dimaksud
       dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001.
   Ayat (2)
Cukup jelas

   Ayat (3)
          Cukup jelas

   Ayat (4)
          Cukup jelas
Pasal 7

   Ayat (1)


      Dana cadangan pembiayaan operasional adalah sejumlah dana yang dikelola oleh Badan Pelaksana
      dalam rangka menjamin kelangsungan pembiayaan operasional Badan Pelaksana dalam tahun
      anggaran berjalan.
   Ayat (2)
          Cukup jelas

   Ayat (3)
          Cukup jelas
Pasal 8

   Cukup jelas
Pasal 9

   Ayat (1)


      Pengelolaan keuangan dalam ketentuan ini meliputi pencatatan setiap transaksi atau kejadian lain
      dalam Badan Pelaksana yang mempengaruhi perubahan aktiva, hutang, modal, biaya, dan
      pendapatan.
   Ayat (2)
          Cukup jelas
Pasal 10

   Cukup jelas
Pasal 11

   Cukup jelas
Pasal 12

   Huruf a
          Cukup jelas

   Huruf b
          Cukup jelas

   Huruf c


      Pengawasan oleh Badan Pelaksana meliputi kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi termasuk kegiat
      pengolahan lapangan, pengangkutan, penyimpanan, dan penjualan hasil produksi sendiri sebagai
      kelanjutan dari kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi yang dilakukan Badan Usaha atau Bentuk Usaha
      Tetap.
Huruf d
      Cukup jelas

   Huruf e
      Cukup jelas
Pasal 13

   Cukup jelas
Pasal 14

   Cukup jelas
Pasal 15

   Cukup jelas
Pasal 16

   Ayat (1)


      Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Kepala Badan Pelaksana, Kepala Badan Pelaksana
      dapat memberikan tugas-tugas tertentu kepada Wakil Kepala Badan Pelaksana.
   Ayat (2)


      Yang dimaksud berhalangan tetap meliputi pemberhentian berdasarkan ketentuan Pasal 24 dan
      meninggal dunia atau dinyatakan hilang.
Pasal 17

   Cukup jelas
Pasal 18

   Cukup jelas
Pasal 19

   Cukup jelas
Pasal 20

   Cukup jelas
Pasal 21

   Cukup jelas
Pasal 22

   Cukup jelas

Pasal 23

   Ayat (1)
      Cukup jelas

   Ayat (2)


           Upaya peningkatan dalam ketentuan ini antara lain meliputi penyegaran organisasi Badan
           Pelaksana untuk mencapai kinerja yang lebih baik, dan pencapaian target yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Pasal 24

   Cukup jelas
Pasal 25

   Cukup jelas
Pasal 26

   Huruf a
      Cukup jelas

   Huruf b
      Cukup jelas

   Huruf c


           Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini, pekerja Pertamina
           yang dipekerjakan pada Badan Pelaksana tetap mempunyai status sebagai pekerja Pertamina
           kecuali yang bersangkutan memilih menjadi personil tetap Badan Pelaksana.
   Huruf d
      Cukup jelas

   Huruf e
      Cukup jelas

   Huruf f
      Cukup jelas

   Huruf g
      Cukup jelas

   Huruf h


           Aset yang digunakan kontraktor Kontrak Bagi Hasil antara lain meliputi tanah, bangunan, barang
           dan peralatan yang digunakan dalam Kegiatan Usaha Hulu yang berkaitan dengan Kontrak Bagi
           Hasil.
   Huruf i
      Cukup jelas
Pasal 27

   Cukup jelas
Pasal 28

      Cukup jelas
Pasal 29

   Cukup jelas
                  TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4216

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Permen no.19 th_2016 ttg pedoman pengelolaan barang milik daerah
Permen no.19 th_2016 ttg pedoman pengelolaan barang milik daerahPermen no.19 th_2016 ttg pedoman pengelolaan barang milik daerah
Permen no.19 th_2016 ttg pedoman pengelolaan barang milik daerahUlfah Hanum
 
Sewa bmn kepada badan usaha
Sewa bmn kepada badan usahaSewa bmn kepada badan usaha
Sewa bmn kepada badan usahaDimas Purnomo
 
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...Oswar Mungkasa
 
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...Oswar Mungkasa
 
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasPanduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasFitri Indra Wardhono
 
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...Yudhi Aldriand
 
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012IMadeMadaAdiSetiabud
 
Permen no 72-th_2012
Permen no 72-th_2012Permen no 72-th_2012
Permen no 72-th_2012Fur Kan
 
Pp 27 2014 pengelolaan BMN
Pp 27 2014 pengelolaan BMNPp 27 2014 pengelolaan BMN
Pp 27 2014 pengelolaan BMNbajelabulau
 
Presentasi pengaturan bmn 060609 rvsd
Presentasi pengaturan bmn 060609 rvsdPresentasi pengaturan bmn 060609 rvsd
Presentasi pengaturan bmn 060609 rvsdPoetro Prakoso
 
1 pp no 7 th 2010 jasa tirta 2
1   pp no 7 th 2010 jasa tirta 21   pp no 7 th 2010 jasa tirta 2
1 pp no 7 th 2010 jasa tirta 2infosanitasi
 
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...Penataan Ruang
 
Pengelolaan tanah kas desa di kabupaten bekasi
Pengelolaan tanah kas desa di kabupaten bekasiPengelolaan tanah kas desa di kabupaten bekasi
Pengelolaan tanah kas desa di kabupaten bekasiYudhi Aldriand
 
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...Penataan Ruang
 
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...Penataan Ruang
 

Was ist angesagt? (20)

Permen no.19 th_2016 ttg pedoman pengelolaan barang milik daerah
Permen no.19 th_2016 ttg pedoman pengelolaan barang milik daerahPermen no.19 th_2016 ttg pedoman pengelolaan barang milik daerah
Permen no.19 th_2016 ttg pedoman pengelolaan barang milik daerah
 
Sewa bmn kepada badan usaha
Sewa bmn kepada badan usahaSewa bmn kepada badan usaha
Sewa bmn kepada badan usaha
 
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
 
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
 
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasPanduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
 
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
 
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012
 
Permen no 72-th_2012
Permen no 72-th_2012Permen no 72-th_2012
Permen no 72-th_2012
 
Pp 27 2014 pengelolaan BMN
Pp 27 2014 pengelolaan BMNPp 27 2014 pengelolaan BMN
Pp 27 2014 pengelolaan BMN
 
Presentasi pengaturan bmn 060609 rvsd
Presentasi pengaturan bmn 060609 rvsdPresentasi pengaturan bmn 060609 rvsd
Presentasi pengaturan bmn 060609 rvsd
 
Uu migas no.22-2001
Uu migas no.22-2001Uu migas no.22-2001
Uu migas no.22-2001
 
Pmk 50-2012
Pmk 50-2012Pmk 50-2012
Pmk 50-2012
 
Permenperumra 04 2011
Permenperumra 04 2011Permenperumra 04 2011
Permenperumra 04 2011
 
Pedoman umum rtbl
Pedoman umum rtblPedoman umum rtbl
Pedoman umum rtbl
 
1 pp no 7 th 2010 jasa tirta 2
1   pp no 7 th 2010 jasa tirta 21   pp no 7 th 2010 jasa tirta 2
1 pp no 7 th 2010 jasa tirta 2
 
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...
Permen Perumahan Rakyat No 31 Tahun 2006 Petunjuk Pelaksanaan Kasiba dan Lisi...
 
Pengelolaan tanah kas desa di kabupaten bekasi
Pengelolaan tanah kas desa di kabupaten bekasiPengelolaan tanah kas desa di kabupaten bekasi
Pengelolaan tanah kas desa di kabupaten bekasi
 
PP Nomor 21 Tahun 2004
PP Nomor 21 Tahun 2004PP Nomor 21 Tahun 2004
PP Nomor 21 Tahun 2004
 
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...
Permen Perumahan Rakyat No 33 Tahun 2006 Pedoman Tata Cara Penunjukan Badan P...
 
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...
Permen Perumahan Rakyat No 32 Tahun 2006 Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisiba ya...
 

Andere mochten auch

100 Miles For Elsie
100 Miles For Elsie100 Miles For Elsie
100 Miles For Elsiejilltarket
 
Sistema educativo finlandés
Sistema educativo finlandésSistema educativo finlandés
Sistema educativo finlandésNila Vigil
 
Southern Stereotypes
Southern StereotypesSouthern Stereotypes
Southern Stereotypesguest38b645a
 
Steph's Presentation
Steph's PresentationSteph's Presentation
Steph's Presentationstephyboo
 
Recent grafisch werk De Wijde Blik
Recent grafisch werk De Wijde BlikRecent grafisch werk De Wijde Blik
Recent grafisch werk De Wijde Bliksandra07960
 
32 Ways a Digital Marketing Consultant Can Help Grow Your Business
32 Ways a Digital Marketing Consultant Can Help Grow Your Business32 Ways a Digital Marketing Consultant Can Help Grow Your Business
32 Ways a Digital Marketing Consultant Can Help Grow Your BusinessBarry Feldman
 

Andere mochten auch (8)

power point
power pointpower point
power point
 
E portfolios at boise state university
E portfolios at boise state universityE portfolios at boise state university
E portfolios at boise state university
 
100 Miles For Elsie
100 Miles For Elsie100 Miles For Elsie
100 Miles For Elsie
 
Sistema educativo finlandés
Sistema educativo finlandésSistema educativo finlandés
Sistema educativo finlandés
 
Southern Stereotypes
Southern StereotypesSouthern Stereotypes
Southern Stereotypes
 
Steph's Presentation
Steph's PresentationSteph's Presentation
Steph's Presentation
 
Recent grafisch werk De Wijde Blik
Recent grafisch werk De Wijde BlikRecent grafisch werk De Wijde Blik
Recent grafisch werk De Wijde Blik
 
32 Ways a Digital Marketing Consultant Can Help Grow Your Business
32 Ways a Digital Marketing Consultant Can Help Grow Your Business32 Ways a Digital Marketing Consultant Can Help Grow Your Business
32 Ways a Digital Marketing Consultant Can Help Grow Your Business
 

Ähnlich wie PERATURAN

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 Petunjuk Teknis Tata Cara Ke...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 Petunjuk Teknis Tata Cara Ke...Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 Petunjuk Teknis Tata Cara Ke...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 Petunjuk Teknis Tata Cara Ke...infosanitasi
 
Permendagri no 22 tahun 2009 tentang petunjuk teknis kerjasama antar daerah
Permendagri no 22 tahun 2009 tentang petunjuk teknis kerjasama antar daerahPermendagri no 22 tahun 2009 tentang petunjuk teknis kerjasama antar daerah
Permendagri no 22 tahun 2009 tentang petunjuk teknis kerjasama antar daerahGusTi Ani
 
9 pp no 93 th 1999 jasa tirta i
9   pp no 93 th 1999 jasa tirta i9   pp no 93 th 1999 jasa tirta i
9 pp no 93 th 1999 jasa tirta iinfosanitasi
 
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu MigasPP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu MigasEMLI Indonesia
 
140_PMK.06_2020Per.pdf
140_PMK.06_2020Per.pdf140_PMK.06_2020Per.pdf
140_PMK.06_2020Per.pdfIvonnyDesilva
 
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...walhiaceh
 
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Joy Irman
 
Presentasi pedoman 2012 yes
Presentasi pedoman 2012 yesPresentasi pedoman 2012 yes
Presentasi pedoman 2012 yesrioyotto
 
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Joy Irman
 
Permendagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
Permendagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air MinumPermendagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
Permendagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minuminfosanitasi
 
Permen Dagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
Permen Dagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air MinumPermen Dagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
Permen Dagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minuminfosanitasi
 
Uu migas pp 35-2004
Uu migas   pp 35-2004Uu migas   pp 35-2004
Uu migas pp 35-2004Winarso Arso
 
Perka bkpm 13 tahun 2015
Perka bkpm 13 tahun 2015Perka bkpm 13 tahun 2015
Perka bkpm 13 tahun 2015Andi Ismail
 
Uu no 2 th. 2001 miigas
Uu no 2 th. 2001 miigasUu no 2 th. 2001 miigas
Uu no 2 th. 2001 miigasWinarso Arso
 
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presi...
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presi...Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presi...
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presi...infosanitasi
 
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerahPmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerahHerry Prananto
 
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...infosanitasi
 

Ähnlich wie PERATURAN (20)

PP 79 2010
PP 79 2010PP 79 2010
PP 79 2010
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 Petunjuk Teknis Tata Cara Ke...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 Petunjuk Teknis Tata Cara Ke...Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 Petunjuk Teknis Tata Cara Ke...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 Petunjuk Teknis Tata Cara Ke...
 
Permendagri no 22 tahun 2009 tentang petunjuk teknis kerjasama antar daerah
Permendagri no 22 tahun 2009 tentang petunjuk teknis kerjasama antar daerahPermendagri no 22 tahun 2009 tentang petunjuk teknis kerjasama antar daerah
Permendagri no 22 tahun 2009 tentang petunjuk teknis kerjasama antar daerah
 
9 pp no 93 th 1999 jasa tirta i
9   pp no 93 th 1999 jasa tirta i9   pp no 93 th 1999 jasa tirta i
9 pp no 93 th 1999 jasa tirta i
 
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu MigasPP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
 
140_PMK.06_2020Per.pdf
140_PMK.06_2020Per.pdf140_PMK.06_2020Per.pdf
140_PMK.06_2020Per.pdf
 
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...
Pp no 1 tahun 2008 tentang pedoman pengusaha pertambangan minyak bumi pada su...
 
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
 
Makalah akn
Makalah aknMakalah akn
Makalah akn
 
Presentasi pedoman 2012 yes
Presentasi pedoman 2012 yesPresentasi pedoman 2012 yes
Presentasi pedoman 2012 yes
 
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
 
Permendagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
Permendagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air MinumPermendagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
Permendagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
 
Permen Dagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
Permen Dagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air MinumPermen Dagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
Permen Dagri No. 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum
 
Uu migas pp 35-2004
Uu migas   pp 35-2004Uu migas   pp 35-2004
Uu migas pp 35-2004
 
Perka bkpm 13 tahun 2015
Perka bkpm 13 tahun 2015Perka bkpm 13 tahun 2015
Perka bkpm 13 tahun 2015
 
02kmbumn101
02kmbumn10102kmbumn101
02kmbumn101
 
Uu no 2 th. 2001 miigas
Uu no 2 th. 2001 miigasUu no 2 th. 2001 miigas
Uu no 2 th. 2001 miigas
 
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presi...
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presi...Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presi...
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presi...
 
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerahPmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
 
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
 

PERATURAN

  • 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (3), Pasal 41 ayat (2), Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 49 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4152); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Minyak Bumi, Gas Bumi, Minyak dan Gas Bumi, Kegiatan Usaha Hulu, Eksplorasi Eksploitasi, Wilayah Kerja, Badan Usaha, Bentuk Usaha Tetap, Kontrak Kerja Sama, Badan Pelaksana, Menteri adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 2. Departemen adalah departemen yang mempunyai tugas membantu Presiden menyelenggarakan sebagian tugas Pemerintah di bidang energi dan sumber daya mineral. 3. Pertamina adalah Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara juncto Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
  • 2. BAB II PEMBENTUKAN DAN STATUS Pasal 2 (1) Dengan Peraturan Pemerintah ini, dibentuk Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, yang selanjutnya disebut Badan Pelaksana. (2) Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berstatus badan hukum milik negara. Pasal 3 Badan Pelaksana berkedudukan dan berkantor-pusat di Jakarta. Pasal 4 Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bersifat tidak mencari keuntungan. BAB III KEKAYAAN, PEMBIAYAAN, DAN PENGELOLAAN Pasal 5 (1) Kekayaan Badan Pelaksana merupakan kekayaan negara yang dipisahkan. (2) Nilai kekayaan awal Badan Pelaksana ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasark perhitungan bersama oleh Departemen, Departemen Keuangan, dan Pertamina. (3) Pengalihan kepemilikan dan penghapusan kekayaan Badan Pelaksana dapat dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. (4) Badan Pelaksana wajib melakukan penatausahaan semua kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 6 (1) Badan Pelaksana memperoleh penerimaan berupa imbalan atas pelaksanaan fungsi dan tugasnya. (2) Besarnya penerimaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Mente Keuangan sebagai suatu persentase dari penerimaan negara dari setiap Kegiatan Usaha Hulu. (3) Badan Pelaksana wajib menyusun dan menyampaikan rencana anggaran pendapatan dan belanja serta rencana kerja tahunan Badan Pelaksana kepada Menteri Keuangan setiap tahun anggaran Badan Pelaksana. (4) Anggaran pendapatan dan belanja serta rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan dan disahkan oleh Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri. Pasal 7 (1) Badan Pelaksana mengelola dana pembiayaan kegiatan dan dana cadangan pembiayaan operasional.
  • 3. (2) Besar dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan bersamaan dengan penetapan dan pengesahan anggaran pendapatan dan belanja serta rencana kerja tahunan Badan Pelaksana oleh Menteri Keuangan. (3) Surplus dana sebagai selisih penerimaan Badan Pelaksana sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) dengan dana pembiayaan kegiatan dan dana cadanga pembiayaan operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan penerimaan da pengalihan kekayaan Badan Pelaksana merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pasal 8 Pedoman mengenai pengelolaan kekayaan, tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja serta rencana kerja tahunan Badan Pelaksana ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pasal 9 (1) Badan Pelaksana mengelola keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. (2) Pengelolaan keuangan Badan Pelaksana dilaksanakan dengan prinsip efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. BAB IV ORGANISASI Pasal 10 Badan Pelaksana mempunyai fungsi melakukan pengawasan terhadap Kegiatan Usaha Hulu agar pengambilan sumber daya alam Minyak dan Gas Bumi milik negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-be kemakmuran rakyat. Pasal 11 Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Badan Pelaksan mempunyai tugas: a. memberikan pertimbangan kepada Menteri atas kebijaksanaannya dalam hal penyiapan dan penawaran Wilayah Kerja serta Kontrak Kerja Sama; b. melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama; c. mengkaji dan menyampaikan rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja kepada Menteri untuk mendapatk persetujuan; d. memberikan persetujuan rencana pengembangan lapangan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf c; e. memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran; f. melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Menteri mengenai pelaksanaan Kontrak Kerja Sama; g. menunjuk penjual Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi bagian negara yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi negara.
  • 4. Pasal 12 Dalam menjalankan tugas, Badan Pelaksana memiliki wewenang: a. membina kerja sama dalam rangka terwujudnya integrasi dan sinkronisasi kegiatan operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama; b. merumuskan kebijakan atas anggaran dan program kerja kontraktor Kontrak Kerja Sama; c. mengawasi kegiatan utama operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama; d. membina seluruh aset kontraktor Kontrak Kerja Sama yang menjadi milik negara; e. melakukan koordinasi dengan pihak dan/atau instansi terkait yang diperlukan dal pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu. Pasal 13 (1) Badan Pelaksana terdiri atas unsur pimpinan, tenaga ahli, tenaga teknis, dan ten administrasi. (2) Unsur pimpinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas Kepala Badan Pelaksana, Wakil Kepala Badan Pelaksana, dan Deputi-deputi. (3) Deputi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berjumlah paling banyak 5 (lima) orang. (4) Tenaga Ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berjumlah paling banyak 5 (lima) orang. Pasal 14 (1) Dalam melaksanakan pengawasan internal pada Badan Pelaksana dibentuk U Pengawasan. (2) Unit Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pengawasan yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pelaksana. Pasal 15 Tugas dan wewenang Kepala Badan Pelaksana adalah: a. memimpin dan mengelola Badan Pelaksana sesuai dengan fungsi dan tugas Bada Pelaksana; b. menandatangani Kontrak Kerja Sama; c. menyiapkan rencana kerja, dan anggaran pendapatan dan belanja tahunan Badan Pelaksana; d. melaksanakan kebijaksanaan Pemerintah di bidang Kegiatan Usaha Hulu; e. membuat laporan pelaksanaan tugas dan laporan keuangan Badan Pelaksana secara berkala kepada Presiden; f. mewakili Badan Pelaksana di dalam dan di luar Pengadilan;
  • 5. g. mengangkat dan memberhentikan personalia Badan Pelaksana. Pasal 16 (1) Wakil Kepala bertugas membantu kelancaran pelaksanaan tugas Kepala Badan Pelaksana. (2) Dalam hal Kepala Badan Pelaksana berhalangan tetap, Wakil Kepala menjalankan fungsi, tugas, dan wewenang Kepala Badan Pelaksana sampai dengan diangkat pejabat yang definitif. Pasal 17 Deputi bertugas membantu Kepala Badan Pelaksana dalam melaksana-kan tugas Kepala Badan Pelaksana sesuai dengan bidang tugas masing-masing. BAB V PERSONALIA Pasal 18 (1) Kepala Badan Pelaksana diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (2) Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah untuk melakukan uji kemampuan dan kelayakan bagi calon Kepala Badan Pelaksana oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam hal ini Komisi yang membidangi Minyak dan Gas Bumi. (3) Kepala Badan Pelaksana dalam melaksanakan tugasnya bertang-gung jawab kepada Presiden. Pasal 19 Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Badan Pelaksana adalah paling kurang : a. warga negara Indonesia; b. mempunyai integritas dan dedikasi yang tinggi; c. memiliki pengetahuan dan kemampuan manajerial dalam bidang minyak dan gas bumi; d. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan; e. tidak sedang dinyatakan pailit. Pasal 20 Wakil Kepala Badan Pelaksana dan Deputi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri atas usul Kepala Badan Pelaksana. Pasal 21 (1) Pimpinan Badan Pelaksana tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung dalam suatu per-kumpulan atau perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan. (2) Pimpinan Badan Pelaksana tidak dibenarkan memangku jabatan rangkap
  • 6. sebagaimana tersebut di bawah ini : a. Direksi atau Pimpinan pada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Hukum Milik Negara lainnya, atau Badan Usaha dan Bentuk Usaha Tetap yang ada hubungannya dengan fungsi dan tugas Badan Pelaksana; b. Komisaris pada Badan Usaha dan Bentuk Usaha Tetap yang ada hubungannya dengan fungsi dan tugas Badan Pelaksana; c. Jabatan struktural dalam instansi atau lembaga pemerintah pusat atau daerah; d. Jabatan-jabatan lainnya, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 22 (1) Batas usia pensiun unsur Pimpinan Badan Pelaksana dan Tenaga Ahli adalah 60 (enam puluh) tahun. (2) Batas usia pensiun personalia selain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah 56 (lima puluh enam) tahun. (3) Dalam hal tertentu dan sangat diperlukan, Presiden dapat memperpanjang masa jabatan Kepala Badan Pelaksana tiap tahun dan paling banyak 3 (tiga) kali. Pasal 23 (1) Presiden dapat memberhentikan Kepala Badan Pelaksana, dalam hal : a. mengundurkan diri; b. dianggap tidak cakap dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya; c. melakukan perbuatan atau sikap yang merugikan Badan Pelaksana; d. melakukan tindakan atau sikap yang bertentangan dengan kepentingan negara; e. cacat fisik atau mental yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan tugas melebihi 3 (tiga) bulan; f. dipidana penjara karena melakukan kejahatan. (2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dalam upaya peningka pelaksanaan fungsi dan tugas Badan Pelaksana, Presiden dapat memberhentikan Kepala Badan Pelaksana. BAB VI ANGGARAN DAN RENCANA KERJA TAHUNAN Pasal 24 (1) Kepala Badan Pelaksana dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku mulai berlaku, menyampaikan rencana anggaran pendapatan dan belanja serta rencana kerja tahunan Badan Pelaksana kepada Menteri Keuangan untuk memperoleh pengesahan setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri. (2) Pengesahan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling lambat pada awal tahun buku baru. (3)
  • 7. Apabila Menteri Keuangan secara tertulis mengemukakan keberatannya atau menolak kegiatan yang dimuat dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja serta rencana kerja tahunan Badan Pelaksana sebelum menginjak tahun buku baru, maka Badan Pelaksana menjalankan anggaran pendapatan dan belanja tahun yang lalu. (4) Rencana kerja dan/atau anggaran tambahan atau perubahannya yang tertera dalam buku harus diajukan terlebih dahulu kepada Menteri Keuangan, menurut tatacara dan waktu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, untuk memperoleh pengesahannya. (5) Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sesudah diajukan permintaan persetujuan, Menteri Keuangan tidak memberikan keberatan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), maka perubahan rencana kerja dan anggaran dianggap telah disahkan. Pasal 25 Tahun buku Badan Pelaksana adalah tahun fiskal. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 26 Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku: a. Pertamina dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan menyerahkan kepada Badan Pelaksana semua dokumen yang berkaitan dengan pembinaan dan pengawasan kontraktor Kontrak Bagi Hasil dan kontrak lain yang berkaitan; b. Kepala Badan Pelaksana dan Direktur Utama Pertamina dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun menyelesaikan masalah administratif yang berkaitan dengan kontrak sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. Semua pekerja Pertamina yang sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini menangani pembinaan dan pengawasan kontraktor Kontrak Bagi Hasil, dipekerjakan pada Badan Pelaksana dengan ketentuan dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) tahun dapat memilih status tetap sebagai pekerja Pertamina atau personil Badan Pelaksana; d. Kepala Badan Pelaksana dan Direktur Utama Pertamina mengatur penyelesaian administrasi pengalihan pekerja Pertamina sebagai-mana dimaksud dalam huruf c; e. Gaji dan penghasilan lain personil Badan Pelaksana yang berasal dari Pertamina sebagaimana dimaksud dalam huruf c pada saat menjadi personil Badan Pelaksana, paling kurang sama dengan gaji dan penghasilannya pada saat terakhir bekerja d Pertamina; f. Sistem penggolongan gaji dan penghasilan lain dari personalia Badan Pelaksana sama dengan sistem yang diberlakukan di Pertamina sampai ditetapkan lain oleh Kepala Badan Pelaksana; g. Seluruh aset negara yang dikelola oleh Pertamina, yang selama ini digunakan melaksanakan fungsi dan tugas pembinaan dan pengawasan kontraktor Kontrak Bagi Hasil, beralih pengelolaan dan penggunaannya kepada Badan Pelaksana setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan; h. Seluruh aset negara yang dikelola oleh Pertamina dan sebelum Peraturan Pemerintah ini ditetapkan digunakan oleh kontraktor Kontrak Bagi Hasil beralih pengelolaannya kepada Badan Pelaksana setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan; i. Seluruh hak dan kewajiban Pertamina yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi dan
  • 8. tugas pembinaan dan pengawasan kontraktor Kontrak Bagi Hasil beralih kepada Badan Pelaksana. Pasal 27 Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku : a. sampai dengan akhir tahun anggaran 2002, biaya operasional Badan Pelaksana dibebankan kepada anggaran Pertamina; b. atas pembebanan biaya operasional Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Pertamina masih diberikan kompensasi berupa imbalan atas pembinaan pengawasan kontraktor Kontrak Bagi Hasil untuk jangka waktu yang sama. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Rincian fungsi, tugas, susunan organisasi, tata kerja, dan aturan personalia, ditetapkan oleh Kepala Badan Pelaksana, setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri. Pasal 29 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Juli 2002 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Juli 2002 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 81 Salinan sesuai dengan aslinya Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan Perundang-undangan, ttd. Lambock V. Nahattands
  • 9. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI UMUM Dalam rangka memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah pembaharuan dan penataan kembali kegiatan usaha minyak dan gas bumi, telah ditetapkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 menegaskan bahwa minyak dan gas bumi sebagai sumber daya alam strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh Negara. Penguasaan oleh Negara tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan. Selanjutnya Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan membentuk Badan Pelaksana untuk melakukan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu di bidang minyak dan gas bumi. Badan Usaha dan Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan Kegiatan Usaha Hulu di bidang minyak dan gas bumi wajib melakukan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana. Dengan Peraturan Pemerintah ini dibentuk Badan Pelaksana sesuai amanat Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001. Peraturan Pemerintah ini memuat substansi pokok mengenai ketentuan pembentukan dan status Badan Pelaksana, kekayaan, pembiayaan dan pengelolaan, organisasi, personalia, serta anggaran dan rencana kerja tahunan. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Badan Pelaksana tidak diperbolehkan untuk memupuk dana pembiayaan operasional melampaui batas yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah ini. Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksudkan dengan imbalan dalam ketentuan ini adalah fee yang merupakan upah manajemen yang diterima dari Pemerintah atas kegiatan yang dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001. Ayat (2)
  • 10. Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 7 Ayat (1) Dana cadangan pembiayaan operasional adalah sejumlah dana yang dikelola oleh Badan Pelaksana dalam rangka menjamin kelangsungan pembiayaan operasional Badan Pelaksana dalam tahun anggaran berjalan. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Ayat (1) Pengelolaan keuangan dalam ketentuan ini meliputi pencatatan setiap transaksi atau kejadian lain dalam Badan Pelaksana yang mempengaruhi perubahan aktiva, hutang, modal, biaya, dan pendapatan. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Pengawasan oleh Badan Pelaksana meliputi kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi termasuk kegiat pengolahan lapangan, pengangkutan, penyimpanan, dan penjualan hasil produksi sendiri sebagai kelanjutan dari kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi yang dilakukan Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap.
  • 11. Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Ayat (1) Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Kepala Badan Pelaksana, Kepala Badan Pelaksana dapat memberikan tugas-tugas tertentu kepada Wakil Kepala Badan Pelaksana. Ayat (2) Yang dimaksud berhalangan tetap meliputi pemberhentian berdasarkan ketentuan Pasal 24 dan meninggal dunia atau dinyatakan hilang. Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Upaya peningkatan dalam ketentuan ini antara lain meliputi penyegaran organisasi Badan Pelaksana untuk mencapai kinerja yang lebih baik, dan pencapaian target yang ditetapkan oleh
  • 12. Pemerintah. Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini, pekerja Pertamina yang dipekerjakan pada Badan Pelaksana tetap mempunyai status sebagai pekerja Pertamina kecuali yang bersangkutan memilih menjadi personil tetap Badan Pelaksana. Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas Huruf h Aset yang digunakan kontraktor Kontrak Bagi Hasil antara lain meliputi tanah, bangunan, barang dan peralatan yang digunakan dalam Kegiatan Usaha Hulu yang berkaitan dengan Kontrak Bagi Hasil. Huruf i Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4216