SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 168
Downloaden Sie, um offline zu lesen
IKATAN DA’I INDONESIA (IKADI) – KAB. SAMBAS

Anta Tas’al Nahnu Nujib
(Anda Bertanya Kami Menjawab)
Edisi 1

Farid Nu’man bin Hasan

KUMPULAN TANYA JAWAB BERBAGAI PERSOALAN FIQIH MELALUI SMS, MAJELIS TA’LIM, DAN
INTERNET (abuhudzaifi.multiply.com) BERDASARKAN AL QURAN DAN AS SUNNAH SESUAI
PEMAHAMAN PARA SAHABAT, TABI’IN, TABI’UT TABI’IN, DAN PARA IMAM AHLUS SUNNAH WAL
JAMA’AH
   ِ
ANTA TAS’AL WA NAHNU NUJIB 1
1. Ass. Wr.Wb. Apakah paha laki-laki termasuk aurat? (dari 081345228xxx - Pemangkat)
Jawab:
Wa’alaikum Salam Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim.
Para ulama berbeda pendapat, apakah paha laki-laki termasuk aurat. Namun, pandangan
jumhur (mayoritas ulama) paha bagi laki-laki adalah aurat. Batasan aurat bagi laki-laki adalah dari
pusar ke lutut (dengkul). Ini juga pendapat yang menunjukkan kehati-hatian. Kami akan ringkas dari
kitab Fiqhus Sunnah, Jilid 1, hal. 106-107. Karya Syaikh Sayyid Sabiq1 Rahimahullah. Cet. Ke 4.
1983M/1403H. Darul Fikri, Beirut – Libanon.
1. Kelompok yang menyatakan bukan aurat, mereka punya beberapa dalil, kami ambil satu saja,
yakni:
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata: “Pada waktu perang Khaibar, Nabi
menyingsingkan pakaiannya dari pahanya sehingga aku melihat pahanya yang putih.” (HR. Ahmad
dan Bukhari)
Berkata Imam Ibnu Hazm Rahimahullah,2 “Maka, benarlah bahwa paha bukanlah aurat
(bagi laki-laki), jika memang aurat kenapa Allah ‘Azza wa Jalla menyingkap paha Rasulullah yang
suci, padahal beliau adalah manusia paling suci dan ma’shum (terjaga dari kesalahan) di antara
manusia, baik pada masa kenabian dan kerasulan. (kalaulah aurat), tidak mungkin ia memperlihatkan
aurat kepada Anas bin Malik dan lainnya. Allah ‘Azza wa Jalla telah menjaganya dari tersingkapnya
aurat, baik ketika kanak-kanak dan sebelum masa kenabian …dst.”
2. Kelompok yang menyatakan bahwa paha laki-laki adalah aurat, mereka punya beberapa dalil,
kami ambil satu saja, yakni:
Dari Jarhad Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
lewat, saat itu pakaianku terbuka bagian pahaku. Beliau bersabda: “Tutupilah pahamu, sebab
sesungguhnya paha adalah aurat.” (HR. Ahmad, Malik, Abu Daud, At Tirmidzi, ia mengatakan
haditsnya hasan, sementara Imam Bukhari mencantumkan hadits ini dalam kitab Shahih-nya sebagai
hadits mu’allaq)

1
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah adalah tokoh ulama Mesir dan da’i masa kini, karya
monumentalnya Fiqhus Sunnah, adalah termasuk karya paling laris di abad ini, semua orang Islam yang perhatian
terhadap dunia ilmu pasti mengetahui kitab ini. Beliau adalah murid dari Imam Asy Syahid Hasan al Banna (w.
1949M) dan sekaligus salah seorang ‘alim pada organisasi Al Ikhwan Al Muslimun. Lantaran kitabnya ini, beliau
mendapatkan perhargaan –bersama Dr. Yusuf al Qaradhawi hafizhahullah, dari Kerajaan Saudi Arabia, yakni King
Faishal Award. Beliau wafat pada awal abad 21.
2
Dia adalah Imam Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm Al Andalusi Azh Zhahiri, lebih
dikenal dengan Ibnu Hazm. Dia adalah seorang ulama brilian dan tegas, baik dalam masalah fiqih, hadits, sejarah,
dan dia bermadzhab Zhahiri (tekstualis). Beliau lahir akhir Ramadhan 384 H (7 November 994M) dan dibesarkan
di kota Qurthubah (Kordoba) di Andalusia (Spanyol), tepatnya di istana kementrian ayahnya. Karangannya
mencapai 80.000 lembar, dan kitab Al Muhalla adalah kitabnya yang paling monumental dan mendapat pujian dari
para ulama seperti Imam Izzuddin bin Abdissalam dan Imam Adz Dzahabi. Dia piawai berdebat, hujahnya kuat,
dan seringkali keras. Oleh karena itu, selain mendapatkan banyak pujian, ia juga menuai kritikan karena gayanya
itu. Wafat 28 Sya’ban 456H (15 Juli 1064M)

2
Imam Bukhari3 berkata, “Hadits dari Anas (kelompok 1) lebih kuat (sanadnya), sedangkan
hadits dari Jarhad (kelompok 2) lebih menunjukkan sikap hati-hati.” Demikian kami ringkas dari
Fiqhus Sunnah Jilid 1.
Perlu diketahui, dalam memahami hadits yang nampak bertentangan, sebagaimana hadits 1
dan 2 di atas, maka para ulama memiliki kaidah, yakni Al Qaul muqaddamun ‘alal Fi’l (Ucapan Nabi
harus diunggulkan dibanding perbuatannya). Kita lihat, hadits 2 merupakan Qaul (ucapan Nabi bahkan
perintah) sedangkan hadits 1 merupakan perbuatannya, bahkan bisa jadi perbuatan itu (menyingkap
paha) terjadi tidak sengaja, sebab itu terjadi ketika perang.
Imam Al Qurthubi Rahimahullah4 berkata:

‫أجع السلمون على أن السوأتي عورة من الرجل والرأة، وأن الرأة كلها عورة، إل وجهها ويديها فإنم‬
.‫اختلفوا فيهما‬

.‫وقال أكثر العلماء ف الرجل: من سرته إل ركبته عورة، ل يوز أن ترى‬
“Kaum muslimin telah ijma’ (sepakat) bahwa kemaluan adalah aurat wajib di tutup baik lakilaki dan wanita, dan wanita seluruh tubuhnya aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangannya, mereka
berselisih tentang wajah dan kedua telapak tangan itu. Kebanyakan ulama mengatakan bahwa aurat
laki-laki adalah dari pusar ke lutut, dan tidak boleh terlihat.” 5
Maka, pandangan jumhur ulama bahwa paha adalah aurat, nampak lebih kuat dan lebih
tenteram di hati. Maka, hendaklah kaum laki-laki yang masih ada semangat beragama memperhatikan
masalah ini, agar ia tetap menutup pahanya. Paling tidak hingga selutut (dengkul). Wallahu A’lam
****

2. Maaf Ust, kalau wanita pakai kontrasepsi suntikan biasanya haidnya tidak lancar. Kadang
siang ada, tapi malam sampai pagi tidak ada. Apakah selama haid tidak keluar pada masa itu,
kita harus mandi wajib dan shalat? Jazakallah (dari 081345381xxx - Jawai)
Jawab:
Wa’alaikum salam Wr Wb. Bismillahirrahmanirrahim.
Hendaknya seorang wanita yang haidnya tidak lancar tidak terburu-buru memutuskan bahwa
dirinya sudah bersih dari haid. Sebab, ditakutkan dia sudah mandi wajib, tahu-tahunya keluar darah
lagi.

3

Beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah, lahir di Khurasan di
daerah yang bernama Bukhara, pada saat setelah shalat Jumat 13 Syawal 194H. Itulah sebabnya setelah ia menjadi
ulama, ia dikenal dengan sebutan Imam Al Bukhari, panggilan sehari-harinya adalah Abu Abdillah. Ia bermadzhab
Syafi’i. Sesuai pengakuannya dia berguru kepada 1080 orang, Imam Ahmad bin Hambal adalah salah seorang
gurunya. Ia seorang yang sangat cerdas, brilian, kuat hafalannya, ahli ibadah, zuhud, banyak shalat malam, dan itu
sudah terlihat masa kecilnya. Usia sebelas tahun dia sudah mampu mengkritik para pengajar hadits di Kuttab
(tempat belajar). Karya monumentalnya adalah Jami’ush Shahih (biasa disebut Shahih Bukhari), dan menjadi kitab
paling shahih setelah Al Quran, menurut jumhur ulama. Banyak pujian baginya baik dari ulama sezaman atau
setelahnya. Wafat 256H, dan belum menikah karena waktunya dihabiskan untuk ilmu dan agama.
4
Dia adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh Al Anshari Al Khazraji,
dikenal dengan Imam Al Qurthubi karena lahir di kota Qurthubah, pada 600H (1204M) . Dia adalah seorang ulama
besar zamannya, karena ilmu dia meninggalkan kehidupan duniawinya. Karyanya sekitar tiga puluhan, yang paling
terkenal adalah kitab Tafsir Al Kabir Al Jami’u Li Ahkamil Quran Al Karim. Dia bemadzhab Maliki. Wafat 671H
(1273M).
5
Imam Al Qurthubi, Jami’ Li Ahkam Al Qur’an, Juz. 12, Hal. 237, Dar Ihya’ at Turats, Beirut Libanon.
1985M/1405H. Al Maktabah Asy Syamilah

3
Para ulama kita mengatakan, jika wanita mengalami haid (menstruasi) yang tidak teratur,
hendaknya ia berpatokan pada kebiasaan dirinya sendiri, berapa lama biasanya dia haid.
Jika ia biasa haid tujuh hari, maka hendaknya ia mandi wajib di hari ke delapan, maka sudah
bisa dipastikan dia sudah suci, sebab sudah di luar kebiasaan hari-hari haidnya. Jika masih ada
darahnya, maka itu bukan darah haid tetapi istihadhah (darah penyakit).
Sebaliknya walau baru hari keempat (misalnya) darah sudah berhenti atau keluar tetapi
sedikit, baik merah, keruh, atau kuning, maka itu belum suci, sebab kebiasaan normal dia adalah tujuh
hari masa haidnya, bukan empat hari.
Ini semua berdasarkan riwayat berikut:

‫ع ف طمة ب ت أب حب ش‬
> @‫ي‬B D ‫ي‬H B H @‫ن‬H B B H ‫ا‬B @‫ن‬B
‫أنه ك ن ت تح ض فق ل له نبي صل له عل ه وسلم إذ ك ن دم ح ضة فإنه أ ود ي رف‬
D B @‫ع‬D D B @‫س‬B D  H B H B @‫ي‬B @‫ ال‬D B B ‫ا‬B ‫ا‬B H B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B m H  ‫ا ال‬B B B ‫ا‬B B D ‫ا‬B B @‫س‬D @‫ت‬B ‫ا‬B ‫ا‬B  B
‫فإذ ك ن ذلك فأ سك ع صل ة فإذ ك ن خر فتوضئ وصل فإنم هو ع ق‬
u @‫ر‬H B D ‫ا‬B  H B ‫ي‬xB B ‫ي‬H  B B B D B ‫ ال@آ‬B ‫ا‬B ‫ا‬B H B H ‫ا‬B  ‫ن@ ال‬B ‫ي‬H H @‫م‬BB B H B B ‫ا‬B ‫ا‬B H B

Dari Fathimah binti Abu Hubaisy, bahwa dia adalah wanita yang sering mengeluarkan darah
penyakit (istihadhah), maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda padanya: “Warna darah
haid adalah hitam, dan itu bisa dikenali. Jika terdapat darah yang seperti itu maka berhentilah shalat!
Jika tidak demikian, maka berwudhulah dan shalatlah, karena itu hanyalah darah penyakit.” 6
Adapun keterangan mengikuti standar kebiasaannya sendiri, bagi yang haidnya tidak lancar,
adalah sebagai berikut:
Dari Ummu Salamah Radhiallahu ‘Anha, Dia meminta fatwa kepada Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam tentang wanita yang selalu mengeluarkan darah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Hendaklah ia memperhatikan jumlah malam dan siang selama haid, dan berapa lama
standar hari-hari haidnya dalam satu bulan, hendaknya ia meninggalkan shalat (pada waktu-waktu
itu). Kemudian jika sudah selesai (jumlah harinya), hendaknya dia mandi, dan menyumbat
kemaluannya dengan kain, lalu shalatlah.” 7
Berkata Imam Abu Thayyib:

‫ب@ل > >وث ال<ع; :ة‬A‫ح;يض ق‬D‫ت@ ت‬D‫ان‬A‫ام ا:ت;ي ك‬IA‫ م;ن@ ال<أ‬D‫ل;ك‬A‫د@ر; ذ‬A‫ا ب;ق‬D‫ي@ضه‬D‫ام ح‬IA‫ح@س;ب أ‬D‫ت‬
‫ل‬
‫حد‬
‫ي ل‬
‫ي‬
“Dia (wanita) hendaknya menghitung hari-hari haidnya dengan mengikuti standar yang
digunakannya pada hari-hari ketika haidnya masih teratur (sebelum kena penyakit).” 8
6

HR. Abu Daud, Juz.1, hal. 357, no. 247. lihat juga Juz.1, hal. 378, no. 261. An Nasa’i, Juz.1, hal. 355,
no. 215. Lihat juga Juz.2, hal. 87, no. 359. Al Baihaqi, As Sunan Al kubra , Juz. 9, hal. 325. Ibnu Abi ‘Ashim, Juz.
9, hal. 461, no. 3081. Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alas Shahihain, Juz. 2, hal. 118, no. 577. Sunan Ad Daruquthni,
Juz.2, hal. 378, no. 803. katanya, “Semua perawinya dapat dipercaya.” Al Hakim mengatakan, “Hadits ini
berdasarkan syarat Imam Muslim.” Syaikh al Albany menghasankan hadits ini, lihat Shahih wa Dhaif Sunan Abi
Daud, Juz. 1, Hal. 48, No. 286. Al Maktabah Asy Syamilah
7

HR. Abu Daud, Juz.1, hal. 355, no. 245. Hadits ini dha’if (lemah), dalam sanadnya terdapat seorang
bernama Abu Aqil, yang didha’ifkan oleh Imam An Nasa’i dan Imam Ali al Madini. Imam yahya bin Ma’in
mengatakan: Dia bukan apa-apa. Imam Abu Zur’ah berkata: Layyinul hadits (haditsnya lemah), dan disepakati
oleh Imam Adz Dzahabi. Demikian keterangan Imam Abu Thayyib Muhammad Syamsuddin Abadi dalam ‘Aunul
Ma’bud, Juz. 1, Hal. 329. Al Maktabah Asy Syamilah
8

Imam Abu Thayyib Muhamamd Syamsuddin Abadi, Ibid

4
Nah, bagaimana dengan wanita yang belum mempunyai masa standar haidnya? Dia tidak tahu
berapa hari lamanya dia haid. Untuk wanita seperti ini, maka hendaklah dia membedakan ciri-ciri
darahnya, sebab darah haid berbeda dengan darah penyakit, sebagaimana hadits nabi dari Fathimah
binti Abu Hubaisy di atas,“Warna darah haid adalah hitam, dan itu bisa dikenali.”
Dari Ummu ‘Athiyah Radhiallahu ‘Anha, dia berkata: “Kami tidak menganggap warna
kuning atau keruh sebagai darah haid setelah suci.” 9 Wallahu A’lam.
****
3. As. Wr. Wb. Ust, Apa hukumnya bersetubuh tapi belum mandi haid, namun sudah bersih dari
haid? Bolehkah mandi haid dan mandi junub dengan sekali mandi? (dari akhwat Selakau 085252330xxx)
Jawab:
Wa ‘alaikum Salam Wr.Wb. Bismillahirrahanirrahim.
Hendaklah bersabar dan jangan terburu-buru. Walaupun secara jasadiyah sudah bersih dari
haid, namun secara ma’nawiyah (nilai) masih belum sempurna kesuciannya, sebelum disempurnakan
dengan mandi haid. Maka, sempurnakanlah kesucian Anda dengan mandi wajib. Selain memang itu
lebih bersih dan menyegarkan bagi Anda berdua.
Sebenarnya para ulama kita berbeda pendapat dalam hal ini, namun kebanyakan melarang
jima’ dengan isteri yang sudah selesai haid tetapi belum mandi junub. Allah Ta’ala berfirman:

‫ ……ى‬B  D ‫……و‬D B @‫ق‬B ‫ا‬B B H …‫ي‬H B @‫……ي ال‬H B ‫……ا‬B x ‫وا ال‬DH B @‫……اع‬B ‫ى‬Š B B …D @‫ل‬D H ‫ي‬H B @‫ ال‬H B B B ‫و‬DB @‫س‬B B
‫وي أل نك عن مح ض ق ه و أذ ف تزل نس ء ف مح ض ول ت رب هن حت‬
‫ي ه ن فإذ تطه ن ف ت هن م ح ث أمركم له إن له يحب تو ب ن ويحب متطهر ن‬
B ‫ي‬H x B B D @‫ ال‬m H D B B ‫ي‬H ‫ ال  ا‬m H D B ‫  ال‬H D ‫ ال‬D D B B B D @‫ي‬B @‫ن‬H  D ‫و‬D @‫أ‬B B @‫ ر‬B B ‫ا‬B H B B @‫ر‬D @‫ط‬B
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran".
oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah (2): 222)
Dalam Tafsir ath Thabari disebutkan tentang makna “Suci” dalam ayat tersebut:

.‫فقال بعضهم: هو الغتسال بالماء، ل يحل لزوجها أن يقربها حتى تغسل جميع بدنها‬
.‫وقال بعضهم: هو الوضوء للصلة‬
‫ به لزوجها‬š ‫وقال آخرون: بل هو غسل الفرج، فإذا غسلت فرجها، فذلك تطهرها الذي يح‬
‫ل‬
.‫ها‬D ‫غشيا‬
‫ن‬
“Sebagian mereka berkata: maksudnya adalah mandi dengan air, tidak halal bagi seorang
suami mendekati isterinya (maksudnya bersetubuh), sebelum dia memandikan seluruh badannya.
Sebagian mereka berkata: maksudnya adalah wudhu untuk shalat

9

HR.Bukhari, Juz. 2, hal. 44, no. 315. An Nasa’i, Juz.2, hal. 94, no. 365. Ibnu Majah, Juz.2, hal. 315,
no. 639. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, Juz. 1, hal. 337, Sunan Ad Darimi, Juz.3, hal. 48, no. 897. Syaikh al
Albani, Tamamul Minnah, Juz. 1, hal. 136. Al Maktabah Asy Syamilah

5
Sedangkan yang lain mengatakan: maksudnya adalah mencuci kemaluan, jika sudah mencuci
kemaluannya, maka itu telah mensucikannya, yang dengannya maka suaminya halal untuk bersetubuh
dengannya.” 10
Keterangan dari Imam ath Thabari ini membuktikan bahwa memang telah terjadi perselisihan
pendapat dalam masalah ini.
Imam Ath Thabari Rahimahullah11 melanjutkan:

‫، ول تقربوهن‬R ‫ا: ويسألونك عن اليض قل هو أذى، فاعتزلوا جاع نسائكم ف وقت حيضه‬X‫فتأويل الية إذ‬
‫ن‬

.‫حت يغتسلن فيتطهرن من حيضهن بعد انقطاعه‬

“Maka, takwil ayat tersebut adalah: “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang haid,
katakanlah dia adalah penyakit, maka jauhilah bersetubuh dengan wanita kalian pada waktu haid
mereka, dan jangan dekati mereka (bersetubuh) sampai mereka mandi, yang bisa mensucikan mereka
dari haidnya setelah terhentinya darah.” 12
Berkata Imam Hasan al Bashri Radhiallah ‘Anhu13 :

.‫ل يغشاها زو >ها حت تغتسل وت : لا الصلة‬
‫ل‬
‫ج‬
“Suami tidak boleh bersetubuh dengan isterinya, sampai isterinya mandi, yang dengan mandi
itu dibolehkan baginya shalat.” 14
Demikian pula yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Utsman bin al Aswad, dan
Ibrahim an Nakha’i.
Adapun tentang mandi haid dan mandi junub setelah jima’ (setubuh) digabungkan dengan satu
kali mandi, maka, saya belum temukan keterangan adanya hal itu. Wallahu A’lam
****

10
Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari, Jami’ al Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Juz. 4, Hal. 384. Mu’asasah
Risalah, cet.1, 2000M/1420H. Al Maktabah Asy Syamilah
11
Dia adalah Abu Ja’far bin Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Ghalib, biasa disebut Imam Ibnu Jarir
Ath Thabari. Lahir di Thabaristan pada 224H (839M). Dia dijuluki Imamul Mufassirin (Imamnya para ahli tafsir).
Kuat hafalannya, cerdas, tawadhu, wara’ (hati-hati terhadap perkara syubhat), zuhud, dan suka bergurau. Karyanya
Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Quran merupakan kitab tafsir besar tertua yang masih ada sampai saat ini. Begitu pula
dalam bidang sejarah, karyanya Tarikhul Umam wal Muluk merupakan kitab sejarah lengkap dan belum ada yang
mampu menyamainya. Sehingga dia pun juga dijuluki Aba At Tarikh (Bapaknya ahli sejarah). Wafat di Baghdad
Ahad sore tahun 310H (923M). Banyak sekali manusia mengantarkan jenazahnyadan hanya Allah Ta’ala yang
mengetahui jumlahnya.
12
Ibid, Juz. 4, Hal. 385. Al Maktabah Asy Syamilah
13
Dia adalah Al Hasan bin Abi Al Hasan, nama aslinya adalah Yassar Al Bashri Abu Said. Imamnya
generasi tabi’in, lahir dua tahun sebelum wafatnya Khalifah Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu. Ketika bayi
pernuh disusui oleh Ummu Salamah, isteri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang shalih, salah satu wali
Allah, hidupnya berkawan dengan kesedihan dan kesusahan, ucapannya penuh hikmah, bahkan ada yang
mengatakan bak hikmah para nabi, tampan mempesona, ahli ibadah, zuhud, dan menjadi gurunya para imam masa
tabi’in, seperti Atha’, Thawus, Amr bin Syu’aib dan Mujahid. Tak ada manusia yang menyamainya dalam masalah
keilmuan pada masanya, namun jika dia punya masalah dia bertanya kepada kawannya pada masa tabi’in yakni
Imam Said bin Al Musayyib (mantu Abu Hurairah) sebagaimana diceritakan oleh Qatadah. Al Hasan wafat pada
hari Jumat bulan Rajab 110H.
14
Ibid, Juz. 4, Hal. 386. Al Maktabah Asy Syamilah

6
4. As. Wr. Wb. Ust, ini ada pertanyaan dari Pak Lebai, adakah shalat sunah qabliyah (sebelum)
maghrib? (dari Ketua mesjid di Desa Penjajab - Pemangkat)
Jawab:
Wa’alaikum Salam. Wr. Wb. Bismillahirahmanirrahim.
Shalat sunah qabliyah maghrib adalah benar adanya, hanya saja bukanlah termasuk shalat
sunah mu’akkadah (shalat sunah yang ditekankan) . Maka, hendaknya para mu’adzin tidak tergesagesa menyambung adzan dan qamat (tanpa jeda) seperti kebiasaan beberapa mesjid. Sebaiknya ia
memberi kesempatan bagi yang ingin shalat sunah qabliyah maghrib.
Dalilnya adalah:
Dari Abdullah bin Mughaffal Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Sallam bersabda: “Kerjakanlah shalat sebelum maghrib dan kerjakanlah shalat sebelum maghrib!” Lalu
ketiga kalinya ia bersabda: “(lakukanlah) bagi yang mau.” Beliau berkata demikian karena ditakutkan
bahwa shalat tersebut akan dianggap sunah muakkadah oleh umat Islam. 15
Dari Abdullah bin Mughaffal Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
“Antara dua adzan itu ada shalat sunnah! Antara dua adzan ada shalat sunnah!.” Ketika beliau
bersabda ketiga kalinya, maka sabdanya diteruskan dengan, “bagi siapa saja yang menghendakinya.” 16
Maksud dari ‘antara dua adzan’ adalah di antara adzan dan iqamah. Imam Ibnu Hibban
meriwayatkan dari Abdullah bin Zubeir bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Tiada satu shalat fardu pun, melainkan pasti sebelumnya ada dua rakaat sunah.” 17
Abu Tamim al Jaisyani pernah shalat dua rakaat sebelum maghrib, ketika ia ditanya tentang
shlat apa itu, ia menjawab, “Ini adalah shalat yang kami lakukan pada masa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam.” 18
Dari ‘Ashim, bahwa Ubai bin Ka’ab dan Abdurrahman bin ‘Auf ketika terbenam matahari
mereka shalat doa rakaat sebelum maghrib. 19
Dalam riwayat Imam Ibnu Hibban20, disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam juga pernah shalat dua rakaat sebelum maghrib.
15

HR. Abu Daud, Juz. 4, Hal. 40, no. 1089. Al Baihaqi, As Sunanul Kubra, Juz. 2, hal. 457. Tamamul
Minnah, Juz. 1, hal. 242. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albany dalam kitab Silsilah Shahihah, Juz. 1, Hal.
232, No. 233. Markaz Nur Al Islam Li Abhats Al Quran was Sunnah, Iskandariyah. Al Maktabah Asy Syamilah
16

HR. Bukhari, Juz.2, Hal. 496. no. 588. Lihat juga Juz 3, hal. 1, no. 591. Muslim, Juz. 4, hal. 292, no.
1384. Abu Daud, Juz. 4, hal. 42, no. 1091. At Tirmidzi, Juz.1, hal. 310, no. 170. An Nasa’i, Juz. 3, hal. 74, no.
674. Ibnu Majah, Juz. 3, hal. 494, no. 1152. Ahmad, Juz. 34, hal. 145, no. 16188. Lihat juga Juz. 41, hal. 499, no.
19636. Lihat juga Juz. 42, hal. 14, no.19651. Ad Darimi, Juz 4, hal. 302, no. 1491. Ad Daruquthni, Juz. 3, hal.
143, no. 1053 Shahih Ibnu Hibban, Juz. 7, hal. 121, no. 1584 . Al Maktabah Asy Syamilah
17

HR. Ibnu Hibban, Juz. 10, hal. 385, no. 2499. Lihat juga hal. 453, no. 2535. Ath Thabarani, Mu’jam
al Kabir, Juz. 18, hal. 394, no. 82. Ad Daruquthni, Juz. 3, hal. 145, no. 1056. Al Maktabah Asy Syamilah
18

HR. An Nasa’i, Juz. 2, hal. 421, no. 578. Al Baihaqi, As Sunan al Kubra , juz. 2, hal. 475. Dalam
kitab ini juga disebut Uqbah bin ‘Amir al Juhni shalat dua rakaat sebelum maghrib
19

HR. Ahmad, Juz. 43, hal. 211, hal. 20355. Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf , Juz. 2, hal. 251, di
dalam kitab ini juga disebut Ibnu Abi Laila shalat dua rakaat sebelum maghrib)

7
Imam Muslim21 meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhu dia berkata:
“Kami shalat dua rakaat sebelum maghrib dan Rasulullah melihat perbuatan kami itu, tetapi tidak
menyuruh dan tidak pula melarang kami.”
Imam Ash Shan’ani Rahimahullah22 berkata tentang hadits-hadits di atas:

‫ن‬
: A‫ا أ‬A‫ر;ب; " ل‬ee@‫غ‬D‫ ال<م‬A‫ب@ل‬A‫و@ل;ه; " ق‬A‫ا > م;ن@ ق‬D‫ ال< >ر‬D‫غ@ر;ب; إذ< هو‬D‫اة; ال<م‬A‫ل‬D‫ ص‬A‫ب@ل‬A‫ ق‬h ‫ا‬A‫ل‬I ‫ > ال‬D‫ا >ن@د‬D‫ه‬IA‫ى أ‬A‫ل‬D‫ ع‬j ‫ل;ي‬D‫ د‬D‫ >و‬D‫و‬
‫> م د‬
‫ن ت ب ص ة‬
‫ه ل‬

;‫اة; ف;يه‬A‫ل‬I ‫ن@ ال‬D‫ ع‬k ;‫ن@ه‬D‫ > م‬IA‫ م;ن@ أ‬D‫ا >ل;م‬D‫ق<ت; ل;م‬D‫ ال<و‬A‫ب@ل‬A‫ ق‬D‫اد‬D‫ال< >ر‬
‫ص‬
‫نه ي‬
‫ع‬
‫م‬

“Itu adalah dalil bahwa dianjurkan (sunah) shalat sebelum shalat maghrib, jika yang dimaksud
adalah shalat ‘qabla maghrib’, bukannya shalat sebelum waktu maghrib yang telah diketahui bahwa itu
memang termasuk waktu dilarang shalat.” 23
Demikianlah, banyak sekali dalil dan riwayat tentang qabliyah maghrib yang dilakukan para
sahabat dan salafus shalih. Namun, keterangan ini kami kira sudah mencukupi.. Wallahu Alam
****
5. As. Wr. Wb. Kita tahu berbohong itu dosa, tetapi berbohong untuk mengusir anak-anak
muda yang sedang mabuk-mabukan, kita katakan kepada mereka, “ Ada banyak orang
membawa ketapel mau mengusir kalian,” akhirnya mereka pergi. Nah, bolehkah berbohong
seperti itu? (dari seorang Pengurus Mesjid di Desa Penjajab – Pemangkat)
Jawab:
Wa ‘alaikum Salam, Wr. Wb. Bismillahirrahmanirahim.
Sebagusnya seorang muslim meninggalkan perbuatan atau perkataan ‘dusta.’ Jika dia punya
tujuan baik, seperti yang bapak lakukan, selama ada cara yang jujur maka gunakanlah cara yang jujur.
Jika tidak ada, maka mungkin kita bisa lakukan tauriyah (sekumba), yakni ucapan yang memiliki
makna ganda.
Namun, jika itu pun tidak bisa, tidak ada cara lain kecuali dengan berbohong, maka
ketahuilah, bahwa apa yang bapak lakukan termasuk kategori memerangi kemungkaran.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Al Harbu Khad’ah,” perang adalah tipu
daya. 24

20
Dia adalah Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban bin Muadz bin Ma’bad At Tamimi. Dia
seorang Al Hafizh (hafal ratusan ribu hadits beserta kemampuannya memilah keshahihan hadits), Al ‘Allamah
(yang luas wawasannya), ahli bahasa, ahli sejarah (mu’arikh), ahli fiqih, dan pengarang kitab-kitab hadits dan
tarikh (sejarah) terkenal, seperti Al Majruhin, Tarikh Ats Tsiqat, Manaqib Asy Syafi’i, dan lainnya. Bermadzhab
Syafi’i. Berguru kepada Imam An Nasa’i, Imam Abu Ya’la dan lain-lain. Wafat tahun 354H (965M).
21
Dia adalah Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz Abu Al Hasan Al Qusyairi An
Naisaburi. Lahir 204H (820M). seorang Al Hafizh, tsiqah (kredibel), shadiq (suka bicara benar), ahli ibadah, Imam
hadits pada zamannya, dan menjadi tempat bertanya para ulama. Al Mizzi mengatakan ia berguru kepada 224
orang di antaranya adalah Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan Ishaq bin Rahawaih. Ia berguru ke berbagai negara,
seperti Iraq, Syam, Hijaz, dan Mesir. Karyanya yang terkenal adalah Jami’ush Shahih (biasa disebutn Shahih
Muslim). Kitab tersebut merupakan kitab hadits paling shahih setelah Shahih Bukhari, namun lebih bagus
sistematikanya dibanding Shahih Bukhari.Wafat di Naisabur bulan Rajab 261H.
22
Dia adalah Muhammad bin Ismail Al Amir Ash Shan’ani. Lahir 1099H (1688M) di kota Kahlan dekat
Shan’a di Yaman, usia 11 tahun pindah ke Shan’a dan besar di sana. Dia seorang Al hafizh, faqih, orator, dan
penyair. Karyanya berjumlah ratusan, yang terkenal adalah Subulus Salam Syarh Bulugh Al Maram, Syarh
Jami’ush Shaghir, Taudhihul Afkar syarh Tanqihul Anzhar, dan lain-lain. Wafat di Shan’a tahun 1182H (1768M).
23
Imam Amir Ash Shan’ani, Subulus Salam, Juz. 2, Hal. 250. Al Maktabah Asy Syamilah

8
Berkata Imam Abu Bakar bin Al ‘Arabi Rahimahullah,25 sebagaimana dikutip dalam
Fathul Bari:

;‫ي@ه‬A‫ت;ه;م@ إ;ل‬D‫اج‬D‫ ل;ح‬D‫ا ب;ال< >س@ل;م;ي‬X‫ ر;ف<ق‬l I‫ائ;ز ب;ال‬D‫ى ال<ج‬D‫ث<ن‬D‫ر@ب م;ن@ ال< >س@ت‬D‫ذ;ب ف;ي ال<ح‬A‫ : ال<ك‬R ;‫ب‬D‫ر‬D‫ ا;ب@ن ال<ع‬A‫ال‬A‫ق‬D‫و‬
‫م‬
‫نص‬
‫م‬
‫ي‬
“Berdusta dalam peperangan adalah termasuk pengecualian yang diperbolehkan oleh nash
(teks agama), sebagai kelembutan bagi kaum muslimin, karena kebutuhan mereka terhadapnya.” 26
Jadi, tipu daya adalah bagian dari strategi dalam perang terhadap kemungkaran, selama tidak
ditemukan cara lain yang lebih baik. Wallahu A’lam
****
6. As. Wr. Wb. Apa hukumnya seorang ma’mum yang tidak berdzikir bersama imamnya setelah
Shalat? (Jamaah mesjid Fathul Khasyi’in - Penjajab – Pemangkat)
Jawab:
Wa ‘alaikum Salam, Wr Wb. Bismillahirrahmanirahim.
Sebagusnya umat Islam tidak saling curiga dan ‘bertengkar’ dengan permasalahan ini.
Masalah ini adalah khilafiyah sangat lama di negeri ini, dan tidak dibenarkan bersikap keras terhadap
masalah khilafiyah, baik keras menentang atau keras mendukung. Bahkan dalam masalah banyak
sekali pandangan ulama, sebagaimana yang akan kita lihat nanti.
Hendaknya kita membedakan dulu tentang hukum berdzikir bersama setelah shalat wajib.
Dan hukum berdoa bersamanya. Jadi, ada dua pembahasan, berdzikir di satu sisi, berdoa di sisi lain.
Demikianlah pembagian yang dilakukan para ulama, sebab mereka tidak menganggap hukum
keduanya adalah sama.
1. Masalah Mengeraskan dzikir setelah shalat .
Kita ketahui, ada sebagian ulama yang membid’ahkan dzikir berjamaah setelah shalat, dengan
dipimpin oleh seorang imam. Ulama tersebut seperti Imam Ibnu Taimiyah, Imam Asy Syathibi, Imam
Ibnu Baz, Imam al Albany, Syaikh Shalih Fauzan, Imam Ibnu Utsaimin, dan lain-lain.
Sebenarnya para ulama sepakat bahwa berdzikir/wirid (bukan doa) setelah shalat wajib
adalah disyariatkan. Hanya saja mereka berbeda dalam hal, apakah dzikir dilakukan masing-masing
dengan suara dipelankan? Atau bersama-sama dipimpin oleh Imam dengan suara diperdengarkan
(jahr)?

24

HR. Bukhari, Juz. 10, Hal. 227-229, No. 2803-2805. Muslim, Juz. 9, Hal. 165. No. 3273. Ath
Thabrani, Musnad Asy Syamiyin, Juz. 1, Hal. 387, 494, No hadits. 290, 373. Lihat juga Juz. 3, Hal. 364. No hadits.
977. Musnad Ath Thayalisi, Juz. 1, hal. 173, No hadits. 165. Ath Thahawi, Musykilul Atsar, Juz. 6, Hal. 408, No
hadits. 2448. Al Maktabah Asy Syamilah
25
Dia adalah Muhammad bin Abdillah bin Muhammad Al Ma’afiri Abu Bakar bin Al ‘Arabi. Lahir di
Isybiliyah (sekarang kota Sevilla – Spanyol) tahun 468H (1076M). Dia adalah seorang imam madzhab Maliki.
Ahli dalam bidang fiqih, tafsir, hadits, ushul, dan bagus tutur bicaranya. Karya tulisnya cukup banyak, di
antaranya yang terkenal adalah Ahkamul Quran, Al ‘Awashim minal Qawasim, Al ‘Aridhah al Ahwadzi Syarh
Sunan At Tirmidzi, Syarh Al Muawaththa’, dan lain-lain. Dia berguru kepada para imam besar: Al Ghazali, Ath
Thurtusi, Al Maziri, Al Khaulani, dan lain-lain. Muridnya yang juga menjadi ulama besar adalah Al Qadhi ‘Iyadh,
As Suhaili, Ibnul Baadzisy, dan lainnya. Wafat di Marakisy dan dikuburkan di Fas tahun 543H (1148M).
26
Imam Ibnu Hajar al Asqalani, Fathul Bari, Juz. 9, Hal. 250. Al Maktabah Asy Syamilah

9
Imam Abu Hanifah27, Imam Malik,28 dan Imam Ahmad29 berpandangan bahwa dzikir
hendaknya dilakukan sendiri-sendiri dengan suara dipelankan. Dalilnya adalah:
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan
dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orangorang yang lalai." (QS. Al A’raf (7): 205)
Dari hadits menjelaskan keutamaan berdzikir secara pelan. Sa'ad bin Malik meriwayatkan
Rasulullah saw bersabda, "Keutamaan dzikir adalah yang pelan (sirr), dan sebaik rizki adalah sesuatu
yang mencukupi."
Maka, janganlah kita menyalahkan, merasa aneh, dan curiga terhadap orang yang berdzikir
dengan suara lirih dan sendiri, sebab mereka memiliki dalil dan sandaran para Imam kaum muslimin.
Seringkali, ma’mum memiliki hajat (kebutuhan) yang bebeda dengan Imamnya, yang tidak diketahui
sang imam. Maka, wajar ia berdoa sendiri sesuai hajatnya.
Namun, hendaknya bagi yang berdzikirnya sendiri dan pelan, tidak dibenarkan mengutuk dan
memaki-maki saudaranya yang dzikirnya dikeraskan. Sungguh, sikap keras seperti itu tidak akan
mendatangkan simpati, apalagi dukungan.

27
Imam paling senior dalam empat madzhab fiqih Ahlus Sunnah wal Jamaah, bernama Nu’man bin
Zauthi At Taimi Al Kufi. Dia orang Iraq lahir di Kufah tahun 80H, dinamakan Abu Hanifah karena selalu
membawa tinta yang dalam bahasa Iraq disebut Hanifah. Wajahnya tampan dan selalu rapi, dia seorang pionir
fiqih yang diakui para imam besar, pernah berjumpa 10 sahabat nabi, murid-muridnya menjadi imam pada
zamannya masing-masing, seperti Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan. Selalu bangun malam untuk tahajjud,
Asad bin Amir mengatakan: Imam Abu Hanifah selama 40 tahun shalat subuh menggunakan wudhu shalat Isya!
Artinya, selama 40 tahun dia tidak pernah tidur malam untuk shalat tahajjud. Pernah disiksa 110 cambuk karena
menolak untuk diberikan jabatan oleh Khalifah Marwan. Beliau wafat diracuni secara paksa di dalam penjara oleh
Khalifah Al Manshur pada tahun 150H, dan meninggalkan satu orang anak yakni Hammad.
28
Pendiri madzhab Maliki, Imam kedua setelah Imam Abu Hanifah, nama aslinya Malik bin Anas bin
Malik bin ‘Amir Al Ashbahi Al Madini. Lahir di Madinah tahun 93H (712M). Beliau dijuluki Imam Darul Hijrah
(Imamnya negeri Hijrah/Madinah). Sejak lahir hingga wafatnya beliau tidak pernah keluar Madinah, kecuali ke
Mekkah untuk berhaji. Ia seorang ahli fiqih dan hadits. Karyanya yang paling monumental adalah sebuah kitab
hadits Al Muwaththa’ . Beliau berguru kepada para tokoh tabi’in seperti Nafi’, Ibnu Syihab Az Zuhri, Rabi’ah bin
Abdirrahman, dan lainnya. Para ulama sepakat, bahwa beliau adalah orang yang terpercaya agamanya, wara’, dan
cerdik. Asy Syafi’i mengatakan: “Malik adalah hujjah Allah atas makhlukNya.”Abdurrahman bin Mahdi
mengatakan: “Belum pernah aku jumpai orang yang sempurna akalnya dan sangat kuat taqwanya seperti Malik.”
Ia pernah disiksa oleh Khalifah hingga engsel tangannya bergeser. Wafat di Madinah tahun 179H (795M) dan
dimakamkan di Baqi’. Meninggalkan tiga anak: Ahmad, Muhammad, dan Hammad.
29
Pendiri madzhab Hambali, madzhab termuda. Beliau bernama Ahmad bin Muhamamd bin Hanbal bin
Hilal bin Asad Asy Syaibani. Lahir di Baghdad tahun 164 H (780M). mulai mempelajari hadits usia 15 tahun, dan
mulai mengembara ke Kufah, Mekkah, Madinah, Syam, dan Yaman, di usia 20 tahun. Kepiawaiannya dalam ilmu
hadits membuat sebagian manusia menilainya sebagai ahli hadits dibanding sebagai ahli fiqih. Dari tahun 195197H, dia berguru kepada Imam Asy Syafi’i di Baghdad, dan menjadi salah satu murid utamanya. Namun, Imam
Asy Syafi’i mengambil manfat ilmu hadits darinya. Al Mizzi mengatakan guru Imam Ahmad melebihi 104 orang,
diantaranya Sufyan bin Uyainah, Abdullah bin Mubarak, dan Yahya bin Said al Qaththan. Karyanya ternama
adalah Musnad (berisi 30.000 hadits), At Tafsir (120.000 hadits), dan lainnya. Beliau disiksa oleh tiga masa
khalifah (Al Mu’tashim, Al Watsiq, dan Al Mutawakkil) lantaran kekukuhannya bahwa Al Quran adalah firman
Allah, sementara khalifah meyakini Al Quran adalah makhluk, bukan firman Allah. Beliau wafat, Jumat 12 Rabiul
Awal 241H (855M). Adz Dzahabi mengatakan dari Abu Bakar al Khalal, bahwa jenazah Imam Ahmad diantarkan
1 juta manusia, turut pula 60 ribu wanita. Riwayat lain menyebut 20 ribu orang Yahudi, Nasrani, dan Majusi
masuk Islam, setelah wafatnya Imam Ahmad bin Hambal.

10
Sedangkan Imam Asy Syafi’i 30 membolehkan dzikir dikeraskan oleh Imam dalam rangka
mengajarkan para ma’mum di belakangnya, walau pada dasarnya dia sendiri lebih suka dengan suara
lirih dan sendiri. (Al Umm, Juz, 1, hal. 110) Tetapi, tidak selamanya ‘kan ma’mum diajarkan?
Alasannya adalah dahulu Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhu pernah shalat jenazah
dengan membaca Al fatihah dikeraskan (padahal seharusnya sirr – dipelankan). Setelah shalat, jamaah
bertanya kepadanya kenapa Ia mengeraskan Al fatihah dalam shalat jenazah? Ia menjawab: “Agar
kalian tahu, membaca Al fatihah dalam shalat jenazah adalah sunah.”
Namun perlu diketahui, ada ulama –yakni Imam Ibnu Taimiyah- yang menyatakan bahwa
tidak benar anggapan yang menyebutkan bahwa Imam Asy Syaifi’i membolehkan dzikir dikeraskan
setelah shalat wajib. Wallahu A’lam
Imam Zainuddin al-Malibari menegaskan: “Disunnahkan berzikir dan berdoa secara pelan
seusai shalat. Maksudnya, hukumnya sunnah membaca dzikir dan doa secara pelan bagi orang yang
shalat sendirian, berjema’ah, imam yang tidak bermaksud mengajarkannya dan tidak bermaksud pula
untuk memperdengarkan doanya supaya diamini mereka." (Fathul Mu’in, 24). Berarti kalau berdzikir
dan berdoa untuk mengajar dan membimbing jama’ah maka hukumnya boleh mengeraskan suara dzikir
dan doa.
Contoh hadits yang menganjurkan untuk mengeraskan dzikir riwayat Ibnu Abbas berikut ini:

‫أن أب م بد م ل ن عب س أ بره أن ن عب س رضي له ع هم أ بره‬
D B B @‫خ‬B ‫ا‬B D @‫ن‬B D ‫ ال‬B H B > ‫ ا‬B B @‫  اب‬B D B B @‫خ‬B > ‫ ا‬B H @‫ى اب‬B @‫و‬B > B @‫ع‬B ‫ا‬B B  B
‫ عل ه‬D ‫أن ر ع ص ت ب ذ ر ح ن ي صرف ن س م م ت بة ك ن عل ع د نبي صل ل‬
H @‫ي‬B B ‫ى اله‬B x H  ‫ ال‬H @‫ه‬B ‫ى‬BB B ‫ا‬B H B ‫و‬D @‫ك‬B @‫ن@ ال‬H D ‫ ال ا‬D H B @‫ن‬B B ‫ي‬H H @‫ك‬x ‫ال‬H H @‫ ال و‬B @‫ف‬B  B
‫وسلم وق ل ن عب س ك ت أ لم إذ صرف بذلك إذ سم ته‬
D D @‫ع‬H B ‫ا‬B H B H B H ‫وا‬D B B @‫ا ان‬B H D B @‫ع‬B D @‫ن‬D > ‫ ا‬B D @‫ اب‬B ‫ا‬B B B B B
Sesungguhnya Abu Ma’bad pelayan Ibnu Abbas, mengabarkan bahwa Ibnu Abbas
menceritakan kepadanya, tentang meninggikan suara dalam berdzikir ketika manusia selesai dari shalat
wajib, dan hal itu terjadi pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkatalah Ibnu
Abbas: "Aku mengetahui dan mendengarnya (berdzikir dengan suara keras) apabila mereka selesai
31
melaksanakan shalat dan hendak meninggalkan (masjid).”
Imam Ibnu Hajar Al Asqalani Rahimahullah32 berkata:
30
Pendiri madzhab Syafi’i, madzhab ketiga kelahirannya setelah Hanafi dan Maliki. Nama aslinya
Muhammad bin Idris bin Al ‘Abbas bin Utsman bin Asy Syafi’ Al Qursyi bin Abdil Muthallib bin Abdi Manaf,
nasabnya disandarkan kepada Asy Syafi’ oleh karena itu beliau dipanggil dengan Asy Syafi’i. Lahir di Ghaza
(Palestina) tahun 150H (767M). Hafal Al Quran usia tujuh tahun, dan hafal kitab Al Muwaththa’ usia sepuluh
tahun. Beliau dijuluki Imam Nashirus Sunnah (pembela As Sunnah) lantaran kegigihannya melawan kaum ingkar
sunah pada masanya. Dia berhasil memadukan kecerdasan ahli ra’yi (rasional) yang diwariskan dari murid-murid
Abu Hanifah, dengan ketelitian ahli hadits yang dia peroleh langsung dari Imam Malik. Dia menjadi murid Imam
Malik sejak kecil, lantaran saat itu sudah hafal kitab Al Muwaththa’. Beliau juga menjadi orang pertama yang
melembagakan keilmuan Ushul Fiqih dalam kitabnya Ar Risalah. Sepanjang hidupnya, beliau memiliki dua
pemikiran fiqih, yakni Qaul Qadim (pendapat lama) ketika masih di Baghdad, dan Qaul Jadid (pendapat baru)
ketika pindah ke Mesir. Usia 15 tahun sudah diberikan rekomendasi untuk berfatwa. Ar Rabi’ mengatakan bahwa
Asy Syafi’i lebih cerdas dibanding para imam besar lainnya seperti Abu Hanifah, Abu Yusuf, Muhamamd bin
Hasan, Hammad Ibrahim Al Aswad dan Alqamah. Beliau telah menghasilkan 140an karya, yang terkenal adalah
Al Umm, Al Musnad, dan lainnya. Murid-muridnya adalah Imam Ahmad, Imam Abu Tsaur, Imam Al Muzani,
Imam Al Buwaithi, dan lain-lain. Wafat di Mesir malam Jumat setelah maghrib Sya’ban 204H (820M).
31
HR. Bukhari, Kitab Al Adzan Bab Adz Dzikri Ba’da Ash Shalah, Juz. 3, Hal. 345, No hadits. 796, dan
Muslim, Kitab Al Masajid wa Mawadhi’ Ash Shalah Bab Adz Dzikri Ba’da Ash Shalah, Juz. 3 Hal. 239. No
hadits. 919. Al Maktabah Asy Syamilah
32

Beliau adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin
Hajar al Kannani. Qabilah berasal dari Asqalan. Beliau lahir di Mesir 22 Sya’ban 773H (1372M). Dia seorang Al
Hafizh, faqih bermadzhab Syafi’i, ahli ibadah, dermawan, wara’, tenang, berwibawa, pendiam, tinggi, bermuka
cerah, tutur katanya sopan. Ia dijuluki Amirul Mu’minin fil hadits (pemimpinnya kaum muslimin dalam ilmu
hadits) pada masanya. Ia diberikan jabatan Qadhi Al Qudhat (semacam Hakim Agung). Berguru kepada para imam
sperti Al Bulqini, Ibnul Mulqin, Al ‘Iraqi, Al Haitsami, Al Majd Asy Syairazi, Al Muhib bin Hisyam dan Al
Ghimari. Sementara murid-muridnya telah menjadi Imam bagi kaum muslimin yakni Imam As Sakhawi, Imam

11
‫اة‬B  ‫ب ال‬H B H @‫ك‬x ‫ال‬H ‫ه@ر‬B @‫از ال‬B B ‫ى‬B B ‫يل‬H B H ‫ي‬H B
‫وف ه دل عل جو ج ب ذ ر عق صل‬
“Dalam hadits ini terdapat dalil bolehnya mengeraskan dzikir setelah shalat.” 33
Di halaman yang sama beliau mengutip dari Imam An Nawawi:

‫ة‬B …H ‫ي……م‬H @‫ع‬B H …@‫ج‬B H ‫ا‬Š ‫……ي‬H B ‫……ا‬Š @‫ق‬B H …H ‫وا‬D …B B @‫…م‬D  B ‫……ى‬B B ‫يث‬H …B @‫ا ال‬B …B š H H ‫ ال ……ا‬B …B B : š H B  ‫ ال‬B ‫ا‬B B
‫وق ل نووي حم ل ش فعي ه ذ ح د عل أنه جه ر ب ه و ت يس ر لأ ل ت ل ص ف‬
‫ت ج‬
B …‫ي‬H @‫ن@ اح‬H ‫ا‬H ‫ك@ر‬x …‫ ال‬H ‫……ا‬B H @‫خ‬D ‫وم‬D @‫أ‬B @‫ال‬B ‫ام‬B H @‫  ال‬B ‫ار‬B @‫خ‬D @‫ال‬B ، H H ‫ه@ر‬B @‫ى ال‬B B ‫وا‬D B ‫ا‬B @‫م‬D  B ‫ا‬B ، ‫ك@ر‬x ‫ال‬
‫ل أنه د وم عل ج به و م ت أن إم و م م ي في ن ذ إل إ‬
‫ذ‬
. ‫يم‬H @‫ى ال ع‬B H
‫إل ت ل‬
“Berkata An Nawawi: “Imam Asy Syafi’i memahami hadits ini bahwa mereka mengeraskan
suara yang dengan itu menjadi waktu yang mudah untuk mempelajari sifat dzikir, tidak berarti mereka
membiasakan mengeraskan suara, dan pendapat yang dipilih adalah bahwa Imam dan Makmum
hendaknya merendahkan suara dalam dzikir, kecuali karena kebutuhan untuk mengajar.” 34
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Pernah Mengeraskan Suara
Disebutkan dalam beberapa hadits shahih, kadang kala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam berdzikir dan berdoa dengan meninggikan suaranya, namun riwayat ini tidak menunjukkan
bahwa itu menjadi suatu kelaziman (kebiasaan) baginya dan bukan pula setelah shalat wajib.
Imam Muslim meriwayatkan bahwa ketika menjelang perang Badar, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam berdoa demikian, dari Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu:

‫لم ك ن ي م ب ر نظ ر رس ل ل ه ص ل ل ه عل ه وس لم إل م رك ن وه أ ف‬
u … @‫ل‬B @‫ …م‬D B B ‫ي‬H H … @‫ش‬D @‫……ى ال‬B H B … B B H … @‫ي‬BB D … ‫ …ى ال‬B H … ‫ ال‬D ‫……و‬D B B … B B > @‫ …د‬B D @‫ …و‬B B ‫……ا‬B ‫ ……ا‬B
‫وأ ح به ثل ث م ئة وت عة عشر رجل ف ت بل نبي له صل له عل ه وسلم ق لة ثم مد يد ه‬
H @‫ي‬B B  B  D B B @‫ب‬H @‫ ال‬B B B H @‫ي‬BB D ‫ى ال‬B H ‫ ال‬m H B B B @‫ق‬B @‫اس‬B ‫ا‬Š D B B B B B B @‫س‬H B > B ‫ا‬H D ‫ا‬B B D D ‫ا‬B @‫ص‬BB
B B ‫……ا‬B H @‫ ال‬H H …B @‫…ك‬H @‫ه‬D @‫ن‬H  …D ‫ي ال‬H B @‫…د‬B B ‫……ا‬B H ‫…  آ‬D ‫ي ال‬H B @‫…د‬B B ‫ا‬B ‫ي‬H @‫ز‬H @‫ن‬B  D ‫ ال‬H x B H D H @‫ه‬B B B B B
‫فجعل ي تف بربه لهم أ ج ل م وع تن له م ت م وع تن له م إ ت ل ه ذه عص بة‬
‫م أ ل إ ل م ل ت ب ف أ ض فم ز ل ي تف بربه م د يد ه م ت بل ق لة حت سقط رد ؤه‬
D D ‫ا‬B H B B B ‫ ى‬B H B @‫ب‬H @‫ ال‬B H @‫ق‬B @‫س‬D H @‫ي‬B B ‫ا‬µ ‫ا‬B H x B H D H @‫ه‬B B ‫ا‬B ‫ا‬B B H @‫ر‬B @‫ي ال‬H @‫د‬B @‫ع‬D ‫ا‬B H ‫ا‬B @‫س‬H @‫ ال‬H @‫ه‬B @‫ن‬H
‫ع م كب ه فأت ه أب ب ر فأخذ رد ءه فأ ق ه عل م كب ه ث م تزم ه م ور ئه وق ل ي نب ي ل ه‬
H …‫…  ال‬H B ‫…ا‬B B ‫…ا‬B B H H ‫ا‬B B @‫…ن‬H D …B B B @‫…  ال‬D H …@‫ي‬B H @‫ن‬B ‫…ى‬B B D ‫ا‬B @‫ل‬BB D B ‫ا‬B H B B B B > @‫ك‬B ‫و‬D B D ‫ا‬B B B H @‫ي‬B H @‫ن‬B @‫ن‬B
‫كف ك من شدتك ربك فإنه سي جز لك م وعدك‬
B B B B ‫ا‬B B B D H @‫ن‬D B D  H B B  B B D B B ‫ا‬B D B ‫ا‬B B
“Ketika hari Badar, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memandang kaum musyrikin
yang berjumlah seribu orang, sementara pasukannya 319 laki-laki, maka Nabi menghadap kiblat lalu
mengangkat tangannya dan bedoa kepada Rabbnya: “Ya Allah penuhilah kepadaku apa-apa yang telah
Kau janjikan kepadaku, Ya Allah datangkanlah kepadaku apa-apa yang telah Kau janjikan kepadaku,
Ya Allah jika pasukan Islam ini dikalahkan, maka tidak ada lagi yang menyembahMu di muka bumi.”
Rasulullah terus menerus demikian, menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya sampaisampai selendang dipundaknya terjatuh, lalu Abu Bakar mendekatinya dan mengambil selendang itu
serta meletakkannya kembali ke pu dak Rasulullah, lalu mengikutinya terus dibelakangnya, lalu beliau
berkata: “Wahai nabi Allah, cukup sudah senandung doamu kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia akan
memenuhi apa-apa yang tekah dijanjikanNya kepadamu.” 35
Mengometari doa di atas, Imam An Nawawi Rahimahullah36 berkata:

Zakaria Al Anshari, Imam Al Biqa’i, dan lainnya. Karyanya sangat banyak, yang terkenal adalah Fathul Bari,
Bulughul Maram, Tahdzibut Tahdzib, Lisanul Misan, Talkhish Al Habir, dan lainnya. Wafat di Mesir pada Sabtu
malam 28 Dzulhijjah 852H (1448M), dikuburkan dekat makam Imam Asy Syafi’i.
33
Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, Juz. 3, Hal. 248. No hadits. 796. Al Maktabah Asy Syamilah

34

Ibid
HR. Muslim, Kitab Al Jihad was Siyar Bab Al Imdad bil Malaikah fi Ghazwati Badr …, Juz. 9, Hal.
214, No. 3309. Al Maktabah Asy Syamilah
35

12
‫ي‬H ‫ ال و@ت‬H @‫ف‬B H ‫أ@س‬B ‫ا‬B D  BB ، H ‫ي‬H H @‫ي‬B B @‫ف@ع ال‬B B ‫اء‬B m ‫ي ال‬H ‫ة‬B @‫ب‬H @‫ال ال‬B @‫ق‬H @‫س‬H ‫اب‬B @‫ح‬H @‫س‬H : H ‫ي‬H B
‫وف ه ا ت ب ا ت ب ق ل ف دع ور يد ن ف ه وأنه ل ب بر ع ص ف‬
‫اء‬B m ‫ال‬
‫دع‬
“Dalam hadits ini, dianjurkan menghadap kiblat ketika berdoa dan mengangkat kedua tangan,
dan tidak mengapa mengeraskan suara dalam bedoa.” 37
Dari Abdurrahman bin Abza dari ayahnya:

@‫ل‬D B B ‫و‬D H ‫ا‬B @‫ا ال‬B m B ‫ا‬B @‫ل‬D B ‫ى‬B @‫ع‬B @‫ ال‬B x B B @‫ح@ اس‬x B H D H ‫و‬D B ‫ا‬B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B H ‫ ال‬B ‫و‬D B  B
‫م ربك أ ل وق ي أيه ك فر ن وق‬
‫أن رس ل له صل له عل ه وسلم ك ن ي تر بسب‬
‫هو له أحد وك ن يق ل إذ سلم س ح ن ملك قد س ثل ث وي فع ص ته ب ث لثة‬
H B H ‫ال ا‬H D B @‫و‬B D B @‫ر‬B B ‫ا‬Š ‫ا‬B B H ‫و‬m D @‫ ال‬H H B @‫ ال‬B ‫ا‬B @‫ب‬D B B ‫ا‬B H D ‫و‬D B B ‫ا‬B B u B B D ‫ ال‬B D
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam shalat witir membaca
Sabbihisma Rabbikal A’la, Qul Yaa Ayyuhal Kafirun, dan Qul Huwallahu Ahad, dan jika selesai
mengucapkan salam di membaca Subhanal Malikil Quddus tiga kali, dan meninggikan suaranya pada
kali yang ketiga.” 38
Alasan lain menurut kalangan yang membolehkan dzikir dikeraskan adalah adanya haditshadits tentang dzikir yang diajarkan Rasulullah, yang didengarkan oleh para sahabat. Itu menunjukkan
bahwa dizikir pasti keraskan, sebab, mana mungkin para sahabat mengetahui bacaan dzikir adalah ini
dan itu, jika Rasulullah bersuara pelan? Bagaimana para sahabat bisa mendengar jika bacaannya pelan?
Demikianlah alasan kelompok ini.
Bagaimana menyikapi dua dalil yang seakan-akan kontradiktif itu. berikut penjelasan Imam
An Nawawi Rahimahullah:

@‫ …ي‬H H B H ‫ا‬B … ‫ال‬B H @‫ك‬x … ‫ال‬H H … @‫ه‬B ‫ ال‬H ‫ا‬B @‫ح‬H … @‫ …ي@ اس‬H H B H ‫ا‬B … ‫ ال‬H @‫ي‬H ‫……ا‬B B ‫ ا‬B … @‫ي‬B m H B …  ‫ ال‬B … B B @‫ …د‬B B
‫ت ب ب ج ر ب ذ ر و و ردة ف‬
‫وق جم ع ن ووي ب ن لح د ث و ردة ف‬
‫ ن أ ن ئم ن و ج ر‬D‫ت ب ب ل ر ر به بأن ل ف ء أ ضل ح ث خ ف ر اء أ تأذ مص‬
D @‫ه‬B ‫ال‬B .B @‫و‬D H ‫و@ال ا‬B B @‫و‬šB D ‫ ى ال‬B B @‫و‬B B B ‫ي‬x ‫ ال‬B ‫ا‬B D @‫ي‬B D B @‫ف‬B B ‫ا‬B @‫خ‬H ‫  ا‬B H H H H ‫ا‬B @‫س‬H ‫ ا‬H ‫ا‬B @‫ح‬H @‫اس‬
‫ل‬
H H ‫ ال… ا‬B …@‫ل‬B D H @‫و‬D D  B H B B @‫ي‬H H ‫ى ال ا‬B H ‫ ى‬B B B D B B H ‫ا‬B B B H B D B @‫ك‬B H @‫ي‬H B B B ‫  ال‬B H B H ‫ا‬B H @‫ي‬B @‫ي‬H D B @‫ف‬B
‫أ ضل ف غ ر ذ لك لأن عمل ف ه أ ثر ولأ  ف ئدته تتعد إل س مع ن ولأنه ي قظ ق ب ذ كر‬
‫ن‬
B @‫ ال و‬D x B D B H @‫ي‬B H D B @‫م‬B D š B D B H @‫ك‬H ‫ى ال‬B H D  B D B @‫ج‬B B "
‫ف س عه إل ه ويطرد ن م‬H ‫وي مع همه إل ف ر ويص‬
‫ر‬
“Imam Nawawi menkompromikan (al jam’u wat taufiq) antara dua hadits yang
mensunnahkan mengeraskan suara dzikir dan hadist yang mensunnahkan memelankan suara dzikir
tersebut, bahwa memelankan dzikir itu lebih utama sekiranya ada kekhawatiran akan riya',
mengganggu orang yang shalat atau orang tidur, dan mengeraskan dzikir lebih utama jika lebih banyak
mendatangkan manfaat seperti agar kumandang dzikir itu bisa sampai kepada orang yang ingin
mendengar, dapat mengingatkan hati orang yang lalai, terus merenungkan dan menghayati dzikir,
mengkonsentrasikan pendengaran jama’ah, menghilangkan ngantuk serta menambah semangat."
(Ruhul Bayan, Juz 3, hal. 306).
36

Beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Muri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam
Al Hizam Al Haurani Ad Dimasyqi Asy Syafi’i. Imam An Nawawi biasa dipanggil Abu Zakaria, itu adalah
kebiasaan orang Arab, jika bernama Yahya akan dipanggil Abu Zakaria karena meniru Nabi Yahya dan ayahnya
Nabi Zakaria ‘Alaihimas Salam. Lahir di Nawa pada Muharram 631H (1234M), hidup dalam kesederhanaan dan
kesungguhan, jarang tertawa, zuhud, ahli ibadah, faqih bermadzhab Syafi’i, Al Hafizh, dan tokoh utama dalam
madzhab Syafi’i. Karya-karyanya sangat banyak dan diterima oleh ulama dan orang awam, seperti Syarh Shahih
Muslim, Riyadhusshalihin, Al Arbai’in, Al Adzkar, At Taqrib, Raudhatut Thalibin, Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab,
dan lain-lain. Wafat di Nawa pada malam selasa 24 Rajab 676H (1278M) pada usia 45 tahun dan belum menikah
karena kesibukannya terhadap ilmu.
37
Imam An Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Juz. 6, Hal. 213, No. 3309. Al Maktabah Asy Syamilah)
38

HR. An Nasa’i, Kitab Qiyamul Lail wa Tathawwu’ an Nahar Bab Dzikrul Ikhtilaf ‘ala Syu’bata Fih,
Juz. 6, Hal. 243, No hadits. 1713. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albany, Shahih wa Dhaif Sunan An Nasa’i, Juz. 4,
Hal. 376, No. 1732. Al Maktabah Asy Syamilah

13
Namun demikian, hendaknya bagi yang ingin mengeraskan suara dalam dzikir, dilakukan
dengan suara yang wajar dan tidak mengganggu jamaah yang masbuq, hingga hilang kekhusyu’an
mereka. Tidak sedikit kelompok jamaah yang baru, suara imamnya kalah oleh suara dzikir jamaah
sebelumnya. Akhirnya memicu pertengkaran di antara jamaah mesjid. Sampai di sini.
2. Berdoa setelah shalat
Di atas adalah tentang berdzikir setelah shalat. Sekarang tentang berdoanya. Para ulama
berselisih pendapat tentang berdoa setelah shalat wajib. Ada yang mengatakan sebagai amalan yang
disyariatkan, bahkan termasuk waktu yang bagus untuk berdoa. Seperti kalangan pengikut Syafi’iyah.
Apalagi berdoa setelah shalat Shubuh dan Ashar, sebagai pengganti dari shalat sunah, sebagaimana
yang difahami oleh pengikut Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah, dan Imam-imam lainnya. Hal ini,
mereka beralasan beberapa hadits berikut.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah di tanya: “Ayyu du’a’i asma’? (Doa apakah
yang paling didengar?).” Beliau menjawab: “Doa pada jaufil lailil akhir (sepertiga malam terakhir),
dan doa setelah shalat wajib.” 39
Dari Mu’adz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu: Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
suatu hari memegang tangannya dan berkata: “Hai Mu’adz, saya sungguh sayang padamu!” Mu’adz
menjawab: “Demi ibu bapakku yang menjadi tebusan anda, aku juga menyayangi Anda wahai
Rasulullah!” Sabda Rasulullah: “Hai Mu’adz saya amanatkan kepadamu agar setiap selesai shalat,
jangan sekali-kali ketinggalan membaca:
Allahumma ‘a’inni ‘ala dzikrika wasyukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah bantulah aku
dalam mengingatmu, bersyukur dan memperbaiki ibadah kepadaMu). 40
Dalam riwayat lain:

‫فض لة ن عب د ص حب رس ل له صل له عل ه وسلم يق ل‬
D ‫و‬D B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B H ‫ ال‬H ‫و‬D B B H ‫ا‬B > @‫ي‬B D B @‫ ب‬B B ‫ا‬B B
@‫م‬B B ‫ى‬B ‫ا‬B B B ‫د@ ال‬x B D @‫م‬B H H ‫ا‬B B ‫ي‬H ‫و‬D @‫د‬B ‫ا‬Š D B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B H ‫ ال‬D ‫و‬D B B H B
‫سمع رس ل له صل له عل ه وسلم رجل ي ع ف صل ته ل يمج له تع ل ول‬
‫م دع ه‬D ‫يصل عل نبي صل له عل ه وسلم فق ل رس ل له صل له عل ه وسلم عجل هذ‬
D ‫ا‬B B  ‫ا ث‬B B B H B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B H ‫ ال‬D ‫و‬D B B ‫ا‬B B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B x H  ‫ى ال‬B B x B D
‫فق ل له أ لغ ره إذ صل أحدك ف ي د بت ج د ربه جل وعز و ثن ء عل ه ثم يصل عل نبي‬
x H  ‫ى ال‬B B ‫ي‬xB D  D H @‫ي‬BB H ‫ا‬B  ‫ال‬B  B B  B H x B H ‫ي‬H @‫م‬B H @‫أ‬B @‫ب‬B @‫ل‬B @‫م‬D D B B ‫ى‬B ‫ا‬B H H H @‫ي‬B H @‫و‬B D B B ‫ا‬B B
‫صل له عل ه وسلم ثم ي ع ب د بم ش ء‬
B ‫ا‬B ‫ا‬B H D @‫ع‬B ‫و‬D @‫د‬B  D B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B
Fadhalah bin Ubaid, seorang sahabat Nabi, berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam
mendengar seorang yang berdoa ketika shalat, tanpa memuji Allah Ta’ala, belum bershalawat kepada
Rasulullah, Maka beliau bersabda: “Segera kemari,” lalu dia memanggilnya dan berkata kepadanya –
atau kepada lainnya: Jika salah seorang kalian selesai shalat, maka hendaknya dia memulai dengan
memuji Allah ‘Azza wa Jalla, dan memuliakanNya, kemudian bershalawat atas Rasulullah, lalu
berdoalah setelah itu sekehendaknya.” 41
39

HR. At Tirmidzi, Juz. 11, Hal. 404, No hadits. 3421, katanya sanadnya hasan. An Nasa’i, As Sunan
Al Kubra, Juz. 6, Hal. 32. Al Maktabah Asy Syamilah
40

HR. Abu Daud, Juz. 4, Hal. 314, No hadits. 1301, Ahmad, Juz. 45, Hal. 96, 102, No hadits. 21103,
21109. Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, Juz. 7, hal. 63, 134. Abdurrazaq, Al Mushannaf, Juz. 10, Hal. 439. An
Nasa’i, As Sunan Al Kubra, Juz. 6, Hal. 32. Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alash Shaihain, Juz. 3, Hal. 16. No hadits.
960. Katanya: shahih, sesuai syarat shahihain. At Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, Juz. 14, hal. 460, No hadits.
16532. Al Maktabah Asy Syamilah
41

HR. Abu Daud, Juz. 4, Hal. 280, No hadits. 1266. At Tirmidzi, Juz. 11, Hal. 381, No hadits. 3399,
katanya hadits ini hasan shahih. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra , Juz. 2, Hal. 148. Al Hakim, Mustadrak ‘alash
Shaihain, Juz. 2, Hal. 496, No hadits. 940, kata Al Hakim hadits ini shahih sesuai syarat syaikhan/BukhariMuslim. Al Makatabah Asy Syamilah

14
Imam Abu Thayyib berkata tentang hadits ini, khususnya ketika mengomentari ‘seorang
yang berdoa ketika shalat’:

‫ا‬D‫ع@ده‬D‫و@ ب‬A‫اته أ‬A‫ل‬D‫ي@ ف;ي آخ;ر ص‬A‫أ‬
“Yaitu pada akhir shalat atau sesudahnya.” 42
Tiga Hadits ini menjelaskan tentang doa setelah selesai shalat, maka berdoa setelah shalat
merupakan anjuran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, namun dilakukannya setelah dzikir.
Inilah yang benar, Insya Allah Ta’ala.
Namun, ada juga yang mengatakan berdoa setelah shalat wajib sebagai bid’ah, sebab menurut
mereka, doa-doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dilakukan seluruhnya di dalam shalat,
bukan setelah shalat. Menurut mereka, Rasulullah tidak pernah berdoa setelah shalat wajib. Menurut
mereka, tak ada satu pun hadits yang menunjukkan hal itu. Inilah pandangan Imam Ibnu Taimiyah 43,
Imam Ibnul Qayyim 44, dan Imam Asy Syathibi. Adapun setelah shalat, bukanlah doa tetapi dzikir saja.
Seperti istighfar, laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalah dst, Allahumma anta salam, tasbih, tahmid,
takbir masing-masing 33 kali, dst. Sedangkan hadits di atas tidak menunjukkan berdoa setelah shalat
wajib, hanya menyebut berdoa setelah shalat. Bisa jadi itu bermakna shalat sunah Yang pasti tidak ada
kejelasan, apakah doa setelah shalat wajib atau sunah. Bahkan ada juga ulama yang menganggap
bahwa masalah ini sangat luwes dan luas. Bagi yang ingin berdoa, silahkan ia melakukan, bagi yang
tidak mau silahkan tinggalkan. Ada juga ulama yang mengatakan, berdoa setelah shalat tidak apa-apa
dilakukan, tetapi bukan rutinitas.
Selanjutnya, ada satu lagi masalah, bagaimana dengan berdoa dipimpin oleh satu orang
(imam shalat) dengan suara keras? Nah, sama dengan sebelumnya, mereka juga berbeda pendapat.
Bagi yang membid’ahkan, menurut mereka tidak ada satu pun dalil dalam Al Quran dan As
Sunnah yang menunjukkan hal itu dalam shalat wajib. Tidak ada contohnya dalam perilaku Rasulullah,
sahabat, dan generasi terbaik. Justru yang ada dalam Al Quran, agar kita berdoa pelan-pelan. Tidak
keras-keras, sebab itu melampaui batas.
Allah Ta’ala berfirman:

42
Imam Abu Thayyib Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud, Juz. 3, Hal. 412, No. 1266. Al
Maktabah Asy Syamilah
43
Beliau adalah Ahmad bin Abdil Halim bin Abdissalam bin Abdillah bin Al Khadr bin Muhammad bin
Al Khadr bin Ali bin Abdillah bin Taimiyah An Namiri Al Harrani Ad Dimasyqi Abu Al Abbas Taqiyyuddin
Syaikhul Islam. Nama Ibnu Taimiyah di ambil dari kakeknya dari jalur ibu. Lahir di Harran (wilayah Turki) tahun
661H (1263M). Ia dijuluki Syaikhul Islam, penjaga agama, pemberantas syirk dan bid’ah, lautan ilmu, paling tahu
tentang ilmu hadits pada zamannya, begitu juga tentang Al Quran dan Qiraat dan juga seorang mujahid. Beliau
ikut Andil dalam peperangan melawan pasukan Tartar dan mengajak sultan saat itu untuk mengobarkan jihad
kaum muslimin. Az Zamlakani mengatakan sejak lima ratus tahun lalu belum ada manusia yang ilmu haditsnya
seperti dia. Keluasan ilmunya, kedudukannya yang tinggi membuat banyak dengki ulama lainnya. Menyebarkan
fitnah untuknya hingga dia dipenjara oleh penguasa saat itu. Karya-karyanya saat ini mempengaruhi seluruh
pemikiran umat Islam baik ulama atau orang awam, seperti Majmu’ Fatawa, Fatawa Al Kubra, Raf’ul Malam ‘an
A’immatil A’lam, Iqtdha Shirathal Mustaqim, Al Furqan Baina Auliya’ir Rahman wa Auliya’isy Syaithan. Wafat
di Damaskus 28 Zulqa’dah 728H (1328M) dan belum menikah karena pengorbanannya untuk jihad dan ilmu..
Murid-muridnya adalah para imam juga seperti Imam Ibnul Qayyim, Imam Ibnu Abdil hadi, Imam Ibnu Katsir,
Imam Adz Dzahabi dan lainnya.
44
Dia adalah Muhammad bin Abi Bakar bin Ayyub bin Sa’ad bin Hariz bin Makki, Zainuddin Az Zur’i
Ad Dimasyqi Al Hambali. Lahir di Damaskus 7 Shafar 691H. Berguru kepada Ibnu Taimiyah sampai gurunya
wafat. Hingga dia sangat meguasai apa yang diperoleh dari gurunya baik ilmu hadits, fiqih, tafsir, ushul, sejarah,
dan nahwu. Beliau juga seorang yang rajin ibadah, banyak shalat malam. Ibnu Katsir mengatakan belum pernah
dia temui manusia yang ibadahnya melebihi Ibnul Qayyim. Mulla Ali Al Qarri mengatakan Ibnu Taimiyah dan
Ibnul Qayyim merupakan tokoh Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan wali umat ini. Karyanya yang terkenal adalah
I’lamul Muwaqi’in, Fawaidul Fawaid, Zaadul Ma’ad, Ighatsatul Lahfan, Miftah Daris Sa’adah, dan lain-lain.
Beliau wafat malam kamis bertepatan adzan Isya 13 Rajab 751, usia 60 tahun. Muridnya adalah Imam Ibnu Rajab
(pengarang Shaidul Khatir dan Jami’ul Ulum wal Hikam), Imam Ibnu Katsir, Imam Adz Dzahabi, dan lainnya.

15
“Berdoalah kepada tuhanmu dengan merendah dan pelan, sesungguhnya Dia tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al A’raf: 55)
Yang ada menurut mereka adalah berdoa dikeraskan dalam khutbah jumat, doa meminta hujan
dalam shalat istisqa, doa qunut nazilah, doa pada akhir majelis. Adapun doa dikeraskan yang dipimpin
oleh satu orang setelah shalat wajib, menurut pandangan ulama-ulama ini, tidak ada dasarnya dalam Al
Quran dan As Sunnah.
Sedangkan bagi yang mendukung berdoa dipimpin oleh Imam shalat, mereka beralasan hadits
sbb:
Dari Tsauban, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

@‫م‬D B ‫ا‬B @‫د‬B B B B B @‫ن‬H B @‫م‬D B ‫و‬D H ‫ا‬B m ‫ال‬H D B @‫ف‬B m D B B ‫ا‬Š @‫و‬B u D B m D B ‫ا‬B
‫ل يؤم رجل ق م فيخص ن سه ب دع ء د نه فإ فعل فق خ نه‬
“Janganlah seseorang mengimami sebuah kaum, lalu dia mengkhususkan berdoa untuk dirinya
tanpa mendoakan kaumnya. Jika itu dilakukan, maka dia telah mengkhianati mereka.”45
Demikianlah uraian masalah ini. Betapa para ulama telah silang pendapat begitu banyak.
Maka, hendaknya setiap muslim mengikuti pandangan ulama yang menurutnya paling kuat dalilnya.
Sebab, Al haq ahaqqu ayyuttaba’ (Kebenaran lebih layak untuk diikuti). Namun, tidak dibenarkan kita
memaksa apalagi melecehkan orang-orang yang berbeda dengan kita. Wallahu A’lam
****
7. As. Wr. Wb. Ust, apakah yang dimaksud shalat wustha? (jamaah mesjid Darus Salam - Anom
– Desa Harapan – Pemangkat)
Jawab:
Wa ‘alaikum Salam, Wr Wb. Bismillahirrahmanirahim.
Wustha secara bahasa artinya pertengahan. Shalat wustha adalah shalat pertengahan, yakni
ashar.
Allah Ta’ala berfirman:
“Peliharalah kamu (kerjakanlah Dengan tetap dan sempurna pada waktunya) Segala
sembahyang fardu, khasnya sembahyang Wustha (sembahyang Asar), dan berdirilah kerana Allah
(dalam sembahyang kamu) Dengan taat dan khusyu’.” (QS. Al Baqarah; 238)

‫علي ن أب ط لب رضي له ع ه ق ل‬
B ‫ا‬B D @‫ن‬B D ‫ ال‬B H B > H ‫ا‬B ‫ي‬H B D @‫ ب‬m H B
‫……ا‬B B ‫ا‬Š ‫……ا‬B @‫م‬D B ‫……و‬D D B @‫م‬D B ‫……و‬D D D …‫ ال‬B B B B ‫ا‬B B H B @‫ن‬B @‫ ال‬B @‫و‬B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B x H  ‫ ال‬B B ‫ ا‬D
‫كن مع نبي صل له عل ه وسلم ي م خ دق فق ل ملأ ل ه قب ره وبي ته ن ر كم‬
‫شغل ن ع صل ة و ط حت غ ب ش س وهي صل ة ع ر‬
H @‫ص‬B @‫ ال‬D ‫ا‬B B B H B D @‫ت@ ال م‬B ‫ا‬B ‫ ى‬B ‫ى‬B @‫س‬D @‫ ال‬H ‫ا‬B B @‫ن‬B ‫ا‬B ‫و‬DB B
Ali bin Abi Thalib Radhilallahu ‘Anhu berkata, kami bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam pada perang Khandaq, beliau bersabda: “Allah akan penuhi kuburan mereka dan rumah-rumah
mereka dengan api neraka, sebagaimana mereka telah menyibukkan kami dari shalat wustha hingga
matahari terbenam, yaitu shalat Ashar.” 46
45
HR. Abu Daud, Kitab Ath haharah Bab Ayushalli Ar Rajulu wa Huwa Haqin, Juz. 1, Hal. 127, No. 83.
At Tirmidzi, Kitab Ash Shalah Bab aa Ja’a Fi Karahiyati An Yakhusshal Imam Nafsahu bid Du’a, Juz. 2, Hal. 95,
No. 325. Katanya: hadits ini hasan. Ibnu Majah, Kitab Iqamatus Shalah was Sunnah fiha Bab Laa Yakhushshal
Imam Bid Du’a, Juz. 3, Hal. 176, No. 913. Ahmad, Juz. 45, Hal. 206, No. 21211. Al Maktabah Asy Syamilah

16
Dalam riwayat Imam at Tirmidzi 47, dari Samurah bin Jundab, bahwa Rasulullah bersabda,
“Shalat wustha adalah shalat Ashar.” 48
Wallahu A’lam
****
8. As. Wr. Wb, sampai batas manakah panjang lengan pakaian Rasulullah? (dari 081345228xxx
- Pemangkat)
Jawab:
Wa ‘Alaikum Salam Wr Wb. Bismillahirrahmanirrahim
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyukai pakaian yang lengannya hingga
pergelangan tangan. Dalilnya:
Dari Asma binti Yazid al Anshariyah Radhiallahu ‘Anha dia berkata: “Lengan baju gamis
Rasulullah adalah sampai pergelangan tangan.” 49
Syaikh al Albany50 mendha’ifkannya.51 Jika hadits ini hasan, maka tidak ada indikasi anjuran,
apalagi perintah untuk berlengan panjang. Namun demikian, tetap memiliki nilai keutamaan bagi yang
ingin meneladaninya. Namun, jika hadits ini dha’if (lemah) maka tidak bernilai apa-apa. Wallahu
A’lam
****

46

HR. Bukhari, Juz. 20, Hal. 4, No hadits. 5917. Muslim, Juz. 3, Hal. 327, No hadits. 994. Al
Maktabah Asy Syamilah
47
Dia adalah Muhamamd bin Isa bin Saurah bin Musa bin Adh Dhahak. Lahir di Tirmidz sebelah utara
Iran, tahun 210H (824M). Ia seorang Al Hafizh, tsiqat (kredibel), faqih, zuhud, dan ahli ibadah. Gurunya banyak,
diantaranya kepada Imam Bukhari dan Imam Ishaq bin Rahawaih. Karyanya, Jami’ush Shahih (kadang manusia
menyebutnya Sunan At Tirmidzi, ada pula Jami’ Al Kabir, ada juga Al Jami’ saja) adalah kitab yang bukan hanya
berisi hadits tapi juga penjelasan dan fiqihnya, oleh karena itu Abu Ismail Abdullah bin Muhamamd al Anshari
mengatakan: “Bagiku kitab itu lebih bermanfaat dibanding Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.” Hanya saja Imam
At Tirmidzi dikenal mudah menshahihkan hadits. Karya lainnya adalah Asy Syamailul Muhamamdiyah, Al ‘Ilal ,
At Tarikh, Az Zuhd, dan lainnya. Wafat di Tirmidz malam senin 13 Rajab 279H.
48
HR. At Tirmidzi, Juz. 10, Hal. 243, No hadits. 2909. Katanya: hasan shahih. Al Maktabah Asy
Syamilah
49
HR. At Tirmidzi, katanya: hasan. Lihat kitab Riyadhus shalihin hadits no. 788, Maktabatul Iman.
Lihat juga kitab Asy Syamailul Muhammadiyah karya Imam At Tirmidzi hadits no. 56. Sunan Imam Tirmidzi, Bab
Libas, no. 1765, Kitab Sunan Imam Abu Daud, Bab Libas, hadits no. 4027 , juga Sunan Imam Nasa’i
50
Beliau adalah Muhammad bin Nashiruddin Abu Abdirrahman. Lebih dikenal Al Albani. Lahir di
Albania tahun 1914M. Ketertarikannya dengan hadits bermula dari ketertarikannya membaca ulasan Syaikh
Rasyid Ridha ketika mengulas kitab Ihya’ Ulumuddin di majalah Al Manar. Ustadz Muhammad Mubarak
merekomendasikannya untuk belajar hadits kepada Syaikh Raghib ath Thabakh dan akhirnya mendapatkan ijazah
darinya. Ia merupakan ulama yang sangat ulet dan teliti dan sangat betah di perpustakaan. Karya pertamanya
adalah Tahdzirus Sajid Min ittakhadzu Al Qubura al Masajid sebuah risalah kecil yang bekembang menjadi buku
yang dibuatnya ketika masih muda. Umat abad ini amat beterimakasih kepadanya kajiannya yang sangat luas
sangat bermanfaat bagi kita untuk nyaman memilih dan memilah hadits-hadits shahih dari yang dha’if. Karyanya
mencapai 200 lebih baik sudah dibukukan atau yang msi tulisan tangan dan sudah diterjemahkan ke berbagai
bahasa. Di antaranya: Silsilah Dhaifah, Silsilah Shahihah, Ghayatul Maram, Irwa’ul Ghalil, dan lain-lain. Wafat
di Jordania, ketika Ashar hari Sabtu 22 Jumadil Akhir 1420H (1999M). Murid-muridnya adalah Syaikh Ali
Hasan, Syaikh Salim ‘Ied Al Hilali, Syaikh Ibrahim Syaqrah, dan lain-lain.
51
Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, Mukhtashar Asy Syamail, Juz. 1, Hal. 45, No. 47. Al
Maktabah Al Islamiyah, Amman, Jordan. Al Maktabah Asy Syamilah

17
9. As. Wr. Wb. Bagaimana sikap kita ketika sedang shalat, menahan buang air atau menahan
buang angin, apa yang kita lakukan? (Dari jamaah mesjid Baitur Rahmat –badak Putih, Perum
– Pemangkat)
Jawab:
Wa’alaikum Salam Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim.
Shalat membutuhkan kekhusyu’an. Kita diwajibkan membuang segala macam gangguan yang
dapat merusak ketenangan shalat. Tak ada yang mengingkari, bahwa sakit perut menahan buang air
besar, atau menahan kencing dan kentut, bahkan menahan lapar, adalah situasi yang mendatangkan
kegelisahan dalam shalat. Maka, dari itu tidak dibenarkan menahannya dalam shalat. Sebagian ulama
memakruhkan hal tersebut, sebagian lain mengatakan shalatnya harus diulang, walau shalatnya sudah
selesai sempurna.
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidak ada shalat ketika makanan sudah terhidangkan, dan menahan dua hal yang paling
busuk (menahan buang air besar dan kencing).” 52
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ل يحل لرجل ي من ب له و ي م خر أ يصلي وهو حقن حت يتخفف‬
B  B B B ‫ ى‬B u H B B D B B xB D @‫ن‬B H H ‫ ال@آ‬H @‫و‬B @‫ال‬B H ‫ال‬H D H @‫ؤ‬D > D B H m H B ‫ا‬B
“Tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ketika shalat ia menahan
buang air, sampai ia meringankannya (membuangnya).” 53
Berkata Imam Abu Thayyib Rahimahullah:

‫ا‬A‫اء إ;ذ‬D‫م‬A‫ر; ال< >ل‬A‫ك<ث‬A‫ة ع;ن@د أ‬D‫اه‬D‫ر‬A‫ذ;ه; ال<ك‬D‫ه‬D‫ي@ن; ، و‬A‫ث‬D‫خ@ب‬A‫ة ال<أ‬D‫ع‬A‫اف‬D‫ >د‬D‫ع‬D‫م‬D‫ام و‬D‫ة; ال :ع‬D‫ض@ر‬D‫اة ب;ح‬A‫ل‬I ‫ة ال‬D‫اه‬D‫ر‬A‫ا ك‬D‫اد;يث ف;يه‬D‫ح‬A‫ذ;ه; ال<أ‬D‫ه‬D‫و‬
‫ع‬
‫م‬
‫ط‬
‫ص‬

‫ى‬A‫ل‬D‫ :ى ع‬D‫ق<ت ص‬D‫ ال<و‬D‫ج‬D‫ر‬D‫ي@ن; خ‬A‫ث‬D‫خ@ب‬A‫ ال<أ‬D‫ع‬A‫اف‬D‫و@ د‬A‫ أ‬A‫كل‬A‫و@ أ‬A‫ ل‬h @‫ي‬D‫ق<ت ب;ح‬D‫ ال<و‬D‫اق‬D‫ا ض‬A‫ا إ;ذ‬I A‫أ‬D‫ة ، و‬D‫ع‬D‫ق<ت س‬D‫ف;ي ال<و‬D‫ و‬D‫ل;ك‬A‫ذ‬A‫ :ى ك‬D‫ص‬
‫ل‬
A ‫ث‬
‫م‬
‫ل‬
‫ا‬A‫ > ل‬IA‫ة أ‬I;‫اف;ع‬I ‫ة ال‬I ;‫ئ‬A‫ع@ض ال<أ‬D‫ن@ ب‬D‫ي ع‬wD‫و‬D‫>و سع;يد ال< >ت‬A‫ى أ‬A‫ك‬D‫ح‬D‫ا ، و‬D‫أ<خ;يه‬D‫ >وز ت‬D‫ا ي‬A‫ل‬D‫ق<ت و‬D‫ة ال<و‬D‫ى >ر@م‬A‫ل‬D‫ة ع‬A‫ظ‬A‫اف‬D‫اله >ح‬D‫ح‬
‫م ش ي نه‬
‫م ل‬
D ‫ب‬
‫ج‬
‫ح‬
‫م‬

@‫د‬eeA‫ق‬A‫ة ف‬D‫ع‬D‫ق<ت س‬D‫ف;ي ال<و‬D‫اله و‬D‫ى ح‬A‫ل‬D‫ :ى ع‬D‫ا ص‬A‫;إذ‬D‫ و‬R ;‫و‬D‫و‬I‫ ال‬A‫ال‬A‫ق<ت . ق‬D‫ ال<و‬D‫ج‬D‫ر‬D‫إ;ن< خ‬D‫ر و‬I A‫ط‬D‫ت‬D‫ي‬D‫ل و‬h <‫أ‬D‫ل< ي‬D‫ال;ه; ، ب‬D‫ي ب;ح‬w D‫>ص‬
‫ل‬
‫ن ي‬
‫ه‬
‫ك‬
‫ي ل‬
. ‫ج;ب‬D‫ا ي‬A‫ل‬D‫ا و‬A‫ت‬D‫اد‬D‫ إ;ع‬R D‫ح‬D‫ك;ن@ >س@ت‬A‫ع;ن@د ال< >م@ >ور ، ل‬D‫ا و‬D‫ة ع;ن@دن‬D‫ح;يح‬D‫اته ص‬A‫ل‬D‫ص‬D‫ك< >وه و‬D‫ ال<م‬D‫ب‬A‫ك‬D‫ا;ر@ت‬
‫ي ب‬
‫جه‬
‫ر‬
“Dalam hadits-hadits ini menunjukkan dibencinya (makruh) shalat ketika makanan telah
tersedia, dan menahan dua hal yang paling busuk (menahan buang air besar dan kecil). Kemakruhan ini
menurut mayoritas ulama jika shalat dalam kondisi tersebut padahal waktu shalat masih luas.
Sedangkan jika waktu shalat sangat sempit, yang jika dia makan, atau buang air besar atau kecil dahulu
maka waktu shalat akan habis, maka shalat-lah demi menjaga waktunya, (kondisi demikian) tidak
boleh mengundur waktu shalat. Abu Said al Mutawalli menceritakan dari sebagian Imam bermadzhab
Syafi’iyah bahwa Asy Syafi’i tidaklah shalat dalam kondisi demikian, bahkan dia tetap makan dan
bersuci jika waktu telah habis. Berkata Imam An Nawawi: “Jika shalat dalam kondisi seperti itu pada
waktu masih lapang, maka kemakruhannya rangkap, dan shalatnya tetap sah menurut kami dan
mayoritas ulama, hanya saja dianjurkan untuk mengulanginya, namun tidak wajib. ” 54

52

HR. Muslim, Juz. 3, Hal. 182, No hadits. 869. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, Juz. 3, Hal. 73. Al
Maktabah Asy Syamilah
53

HR. Abu Daud, juz. 1, Hal. 127, No hadits. 83. Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alas Shahihain, Juz. 2, Hal.
97, No hadits.556. Al Maktabah Asy Syamilah

18
Lalu, bagaimana jika menahan buang air atau kentut diwaktu akhir shalat, misal ketika tahiyat
akhir? Bukankah sayang-sayang jika dibatalkan?
Hendaknya orang tersebut tidak berfikir seperti itu, sebab larangan menahan buang air,
berlaku untuk seluruh waktu shalat, baik awal, tengah atau akhirnya. Itu ujian bagi kesabarannya. Jika
nanti ia shalat berjamaah lagi, jangan takut kehilangan pahala berjamaah. Ia tetap mendapat pahala
berjamaah sebagaimana yang ia niatkan sebelumnya, walaupun ia ketinggalan seluruh rakaat, sehingga
ia mengulangi shalat, ia tinggal sendiri dan harus mengulangi shalat dengan jumlah rakaat yang
lengkap. Sebab, ketertinggalannya bukan faktor kesengajaan atau menunda-nunda shalat.
Ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersada:

‫م توضأ فأ سن وض ءه ثم ر ح فوجد ن س ق صل أ ط ه له جل وعز م ل أ ر‬
H @‫ج‬B B @‫ث‬H  B B  B D ‫ ال‬D ‫ا‬B @‫ع‬B ‫و@ا‬B @‫د‬B B ‫ ال ا‬B B B B B ‫ا‬B  D D B ‫و‬D D B B @‫ح‬B B B  B B @‫ن‬B
‫ا‬Š @‫ي‬B @‫م‬H H @‫ج‬B @‫ن‬H B H B D D @‫ن‬B ‫ا‬B ‫ا‬B B B B B ‫ا‬B ‫ا‬B @‫ن‬B
‫م صل ه وحضره ل ي قص ذلك م أ ره ش ئ‬
“Barang siapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu ia pergi ke mesjid
(untuk berjamaah) dan dia lihat jamaah sudah selesai, maka ia tetap mendapatkan seperti pahala
orang yang hadir dan berjamaah, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” 55
Berkata Imam Abul Hasan Muhammad Abdil Hadi as Sindi Rahimahullah: 56

@‫ن‬D‫م‬A‫ا ف‬A‫م@ ل‬A‫ا أ‬D‫ه‬A‫ك‬D‫د@ر‬A‫اء أ‬D‫و‬D‫ س‬D‫ل;ك‬A‫ر ف;ي ذ‬l A‫ا >ق‬A‫ل‬D‫ج@ه;ه; و‬D‫ا ب;و‬D‫ه‬A‫ى ل‬D‫س@ع‬D‫ن< ي‬A‫ى أ‬A‫ل‬D‫:ف ع‬D‫و‬D‫ت‬D‫ة ي‬D‫اع‬D‫م‬D‫ض@ل ال<ج‬A‫اك ف‬D‫ : إ;د@ر‬A‫اه;ره أ‬A‫ظ‬
‫يص‬
‫ق‬
‫ن‬

;‫و@ل‬A‫ة ب;ق‬D‫ا ع;ب@ر‬A‫ل‬A‫اد; ف‬D‫ف ب;ال;اج@ت;ه‬D‫ا >ع@ر‬I ;‫ج@ر م‬A‫ال<أ‬D‫ض@ل و‬A‫ ال<ف‬D‫ي@س‬A‫ل‬D‫ى و‬A‫و@ل‬A‫ >د@ر;ك ب;ال<أ‬D‫ >و‬A‫ €د ف‬D‫ش‬I‫و@ ف;ي ال‬A‫ل‬D‫ا و‬D‫ >ز@ء م;ن@ه‬D‫ك‬D‫د@ر‬A‫أ‬
‫م ي‬
‫ت ه ه م‬
‫ج‬
. ‫ا‬X‫ص@ل‬A‫اب أ‬D‫ا ال<ب‬A‫ذ‬D‫د;يث ف;ي ه‬D‫و@له ال<ح‬A‫ال;ف ق‬D‫ن@ >خ‬D‫م‬
‫ي‬

, “Secara zhahir, hakikat keutamaan jamaah adalah dilihat dari kesungguhan dia untuk
melaksanakannya, tanpa memperlambat diri atau menunda-nunda. Jika demikian, ia tetap dapat
pahala jamaah, baik sempat bergabung dengan jamaah atau tidak. Maka, barang siapa yang
mendapatkan jamaah sedang tasyahud, maka pahalanya sama dengan yang ikut sejak rakat pertama.
Adapun urusan pahala dan keutamaan tidak dapat diketahui dengan ijtihad. Jadi, sepatutnya kita tidak
peduli dengan pendapat yang bertentangan dengan hadits-hadits di atas.”
Wallahu A’lam
****
10. As. Wr. Wb. Apakah orang yang terserang stroke boleh tayamum? (dari 081345093xxx Sambas)
Jawab:
Wa ‘alaikum Salam Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim.
54

Imam Abu Thayyib Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud, Juz. 1, Hal. 113, No. 83. Al
Maktabah Asy Syamilah
55

HR. Abu Daud, Juz. 2, Hal. 173, no hadits. 477. An Nasa’i, Juz. 3, Hal. 375, No hadits. 864. Ahmad,
Juz. 18, Hal. 132, No hadits. 8590. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, Juz. 3, Hal. 69. Lihat juga Al Baihaqi,
Syu’abul Iman, Juz. 6, hal. 406, No hadits. 2765. Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alash Shahihain, Juz. 2, Hal. 259, No
hadits. 710. kata Al Hakim hadits ini shahih sesuai syarat Imam Muslim. Al Maktabah Asy Syamilah
56

Imam Abul Hasan Muhammad Abdil Hadi As Sindi, Syarh Sunan An Nasa’i, Juz. 2, Hal. 113, No.
846. Al Maktabah Asy Syamilah:

19
Ruh syariat Islam adalah membawa kemudahan, sejalan dengan fitrah manusia. ‘Azimah
(ketetapan syariat pada permulaannya ketika belum terkena udzur) bisa mendapatkan rukhshah
(keringanan) jika ada ‘udzur (halangan) yang dibenarkan syariat.
Allah Ta’ala berfirman:
“…Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu …” (QS.
Al Baqarah: 185)
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah.”
(QS. AN Nisa’: 28)
Hadits dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Berikanlah kemudahan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira, jangan buat
mereka lari.” 57
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah suka jika rukhshah (keringanan) yang diberikannya dilakukan, sebagaimana Ia
juga suka jika ‘azimah (kewajiban awal sebelum dirukhshah)nya dikerjakan.” 58
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah suka jika rukhshah (keringanan)nya dilaksanakan, sebagaimana ia benci jika
maksiat dikerjakan.” 59
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, “Sesungguhnya Rasulullah jika dihadapkan dua perkara, dia
akan memilih yang lebih ringan, selama tidak berdosa.” 60
Dari keterangan Al Quran, As Sunnah, dan Qaul (ucapan) para sahabat, ini para ulama telah
membuat kaidah, Al Masyaqqat tajlibu ‘ala taysir (Jika ada kesulitan akan membawa kemudahan) dan
kaidah Idza daqqa ittasa’a (jika ada kesempitan, maka akan datang keluasan/kelapangan).
Sakit berat, seperti stroke merupakan salah satu masyaqqat (kesulitan, kesempitan,
kepayahan) yang membuat seseorang mendapatkan keringanan. Apalagi jika telah diyakini bahwa air
bisa semakin memberatkan penyakitnya. Masyaqqat ini membuat baginya boleh dia mengganti mandi
janabah dan wudhu dengan tayammum, shalat berdiri diganti dengan duduk atau berbaring, tidak puasa
dan diganti dengan fidyah (jika dia tidak mampu lagi puasa).
Sebenarnya ada beberapa sebab dibolehkannya bertayammum. Saya ringkas dari kitab Fiqhus
Sunnah jilid I, hal. 67-69. karya Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah. Darul Fikri, Beirut,
Libanon.
Diantaranya:
1. Jika tidak ada air, atau ada tetapi tidak mencukupi.
57

HR. Imam Bukhari. Al Lu’lu’ wal Marjan. Kitab al Jihad, Bab Fi al Amr at Taysir wa Tarku at Tanfir. no. 1131.

Darul Fikri
58

HR. Ahmad dan Baihaqy. Imam Thabarany meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud. Shahih
menurut Syaikh al Albany dalam Shahih alJami’ Ash Shaghir, no. 1881. Al Haitsami mengatakan dua jalur
tersebut rijalnya(periwayatnya) tsiqah/bisa dipercaya
59
HR. Ahmad, Juz. 12, Hal. 137, 143, no. 5600, 5606. Shahih Ibnu Hibban, Juz.11, Hal. 464, no. 2797.
Al Haitsami mengatakan rijalnya shahih, lihat Majma’ az Zawaid, Juz 3, hal. 162. Al Baihaqi, Syu’abul Iman,
juz.8, Hal. 415, no. 3734. Shahih Ibnu Khuzaimah, Juz. 7, Hal. 333, no. 1900. Al Maktabah Asy Syamilah
60
HR. Bukhari dan Muslim, Al Lu’lu wal Marjan. Kitab al Fadhail, Bab Muba’adatuhu Shallallahu
‘alaihi wa Sallam lil Atsam …,no. 1502. Darul Fikri

20
Dari Imran bin Husein Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Ketika kami dalam perjalanan bersama
Rasulullah, ia shlalat bersama-sama. Ada seseorang yang mengucilkan diri, maka Rasulullah bertanya:
“Apa yang mengahalangi Anda tidak shalat?” Dia menjawab: “Saya sedang junub, sedangkan air tidak
ada.” Maka Rasulullah bersabda: Pergunakanlah sha’id (tanah, debu), itu cukup bagimu.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
2. Jika ada luka atau sakit yang dikhawatirkan akan bertambah parah jika terkena air, atau
lama sembuhnya.
Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, “Kami dalam bepergian, ada laki-laki di antara
kami yang tertimpa batu di bagian kepalanya, lalu malam ia bermimpi (basah). Laki-laki itu bertanya
kepada para sahabat, “Apakah kalian mendapatkan adanya keringanan untuk bertayammum?” para
sahabat menjawab: “Tidak ada keringanan bagi Anda, karena Anda bisa mendapatkan air.” Lalu lakilaki itu mandi, tak lama ia meninggal. Ketika di hadapan Rasulullah kami sampaikan peristiwa
tersebut. Maka Rasulullah bersabda: “Mereka telah membunuh orang itu, semoga Allah memerangi
mereka! Kenapa mereka tidak bertanya, jika memang tidak tahu. Sesungguhnya obatnya kebodohan
adalah bertanya! Cukuplah bagi orang tersebut bertayammum dan mengeringkan lukanya, atau Ia
membalut lukanya dengan kain lalu menyapu bagian atasnya, kemudian membasuh seluruh tubuhnya.”
(HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Daruquthni, di shahihkan oleh Ibnu Sikkin)
3. Jika airnya sangat dingin dan amat diyakini jika digunakan akan membawa bahaya, dengan
syarat dia tidak mampu memanaskannya, walau dengan cara ia mengupah orang untuk
memanaskannya.
Diriwayatkan dari Amr bin al ‘Ash Radhiallahu ‘Anhu, dalam peperangan dzatus salasil
bahwa dia pernah dalam kondisi junub namun malam sangat dingin, jika mandi dia khawatir terhadap
keselamatannya. Akhirnya ia putuskan bertayammum. Ketika pulang, hal ini diceritakan kepada
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka Rasululllah bertanya:
“Hai Amr, betulkah Anda shalat subuh dalam keadaan junub?” Aku menjawab: “Aku teringat
dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla, “jangan kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah Maha
Penyayang terhadap kamu.” (QS. An Nisa: 29), lalu aku bertayammum lalu shalat. “ Rasulullah tertawa
dan tidak berkata apa-apa. (HR. Ahmad, Abu Daud, Daruquthni, dan Ibnu Hibban, sementara Bukhari
mengatakan hadits ini mu’alaq/ sanadnya tidak disebutkan)
Tertawa dan diamnya Rasulullah ini menunjukkan kebolehannya, sebab tidak mungkin
Rasulullah diam terhadap kesalahan.
4. Jika ada air yang dekat dengannya, tetapi ia khawatir keselamatan dirinya, kehormatan,
harta, atau khawatir kehilangan teman, atau di antara dirinya dengan air ada musuh yang dia
takuti, baik berupa orang atau lainnya. Atau dia di penjara, tidak memiliki alat untuk
mengambil air seperti tali atau timba. Itu hakikatnya sama saja dengan tidak ada air. Begitu
pula boleh bertayammum bagi orang yang khawatir akan dituduh melakukan hal yang buruk
dan bisa mendapat bencana jika ia mandi.
5. Bila seseorang membutuhkan air, baik waktu sekarang mau pun akan datang, untuk
keperluan minumnya atau minum lainnya walau untuk anjing yang tidak galak, atau jika ia
butuh untuk mengaduk tepung, memasak, atau menghilangkan najis yang tidak bisa dimaafkan,
maka hendaknya dia tayammum dan menyimpan air sebagai persediannya.
Berkata Imam Ahmad, “Sejumlah sahabat bertayammum dan menyimpan air untuk minum
mereka.”
6. Jika seseorang sanggup menggunakan air, tetapi ia khawatir kehabisan waktu shalat, jik ia
berwudhu atau mandi. Maka ia bleh tayammum dan shalat, dan tidak wajib mengulangi
shalatnya.
Selesai.. Wallahu A’lam

21
****
11. As. Wr. Wb. Pak Ust. Ana mau tanya tentang anak yang belum sunat, dia naik ke pundak
(digendong) ketika ana shalat, apa hukumnya? (dari 081519224xxx )
Jawab:
Wa ‘alaikum salam, Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim.
Tidak sedikit orang merasa aneh, jika melihat orang shalat sambil menggendong anak, apa
lagi anak yang belum sunat (khitan). Mereka mengganggap, shalatnya batal karena anak tersebut masih
ada ada najisnya di kemaluan. Sungguh, itu adalah pemahaman keliru yang turun temurun, tidak
berdasarkan dalil, melainkan dugaan belaka.
Justru Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencontohkan bahwa beliau shalat sambil
menggendong anak kecil, yakni cucunya sendiri baik yang laki-laki ketika shalat zhuhur atau ‘ashar
(Hasan dan Husein anaknya Fathimah dan Ali) sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An
Nasa’i dan lain-lain. Atau menggendong cucunya yang perempuan saat shalat subuh (Umamah
anaknya Zainab) sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An Nasa’i dan Al Hakim.
Imam Al Fakihani berkata,“Mungkin hikmah Rasulullah menggendong Umamah di waktu
shalat adalah sebagai peringatan kepada bangsa Arab saat itu yang biasanya kurang menyukai anak
perempuan,. Maka Nabi memberikan pelajaran halus kepada mereka supaya kebiasaan tersebut
ditinggalkan, sehingga beliau mencontohkan bagaimana mencintai anak perempuan, sampai-sampai
sewaktu dalam shalat. Memang penjelasan lewat perbuatan, kadang-kadang lebih mujarab hasilnya
dibandingkan penjelasan ucapan.”
Imam An Nawawi telah memberikan penjelasan yang panjang, serta bantahan bagi kalangan
yang mengatakan bahwa itu kebolehan mengendong anak hanya khusus shalat sunah dan khusus buat
Nabi saja. Sebab jelas-jelas dihadits tersebut adalah shalat subuh, zhuhur dan ashar. Tidak ada satu pun
dalil yang menyebut itu khusus buat Nabi. Hingga sampai perkataan Imam An Nawawi:
“Dengan demikian jelas sudah, tidak terbantahkan, bahwa yang benar adalah hadits tersebut
menjelaskan dan memberi peringatan tentang kebolehannya, dan kebolehan ini tetap berlaku bagi kaum
muslimin sampai hari kiamat. Wallahu A’lam.” 61
Wallahu A’lam wa lillahil ‘Izzah.
****
12. As. Wr. Wb. Saya ada tiga pertanyaan. Pertama, di daerah saya, amil zakat menyalurkan
zakat setelah lebaran bahkan seminggu setelah lebaran, bagaimana hukumnya? Kedua,
bolehkah zakat fitrah digunakan untuk kemakmuran mesjid? Ketiga, Haruskah zakat
disalurkan keseluruh delapan asnaf itu? (dari Jamaah Mesjid Al Istiqbal – Dusun Seladu Kp.
Seburing – Semparuk)
Jawab:
Wa ‘alaikum Salam, Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim.
Kita akan bahas satu persatu pertanyaan di atas:
1. Amil zakat yang menyalurkan zakat fitrah setelah hari raya.

61

Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid I, hal. 221-222. Darul Fikri. Beirut - Libanon

22
Itu adalah bentuk khianat terhadap amanah umat. Jika amil zakat melakukannya karena
kesadaran dan disengaja maka ia berdosa dan harus bertobat. Jika dia melakukan karena
ketidaktahuannya, karena tidak paham fiqihnya, semoga Allah Ta’ala mengampuni ketidaktahuannya.
Tetapi, kenapa yang seperti ini dijadikan amil zakat? Hendaknya diangkat amil zakat yang jujur,
amanah, paham, dan profesional.
Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui.” (QS. Al Anfal(8):27).
Lalu, bagaimana status zakat fitrahnya? Apakah sah disebut zakat fitrah? Secara zahir, tidak
layak disebut zakat fitrah, itu hanya sekedar sedekah biasa, sebab ia ditunaikan telah melampaui batas
waktunya. Sebagian ulama ada yang memakruhkan, bahkan Imam Ibnu Hazm menyatakan haram,
karena jelas-jelas bertentangan dengan sunah Nabi. Bahkan mayoritas ulama menyetujui haramnya
zakat dibayarkan setelah hari raya Idul Fitri (2 Syawal dst). Untuk kasus yang ditanyakan, yang berbuat
salah adalah amil zakatnya, bukan si pemberi zakat (muzakki).
Diriwayatkan oleh Nafi’ dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, “Sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah sebelum berangkat
shalat Idul Fitri.” (HR. At Tirmidzi, katanya: hasan shahih)
Diriwayatkan oleh tujuh Imam Ahli Hadits, kecuali Imam Ibnu Majah, bersumber dari Ibnu
Umar Radhiallahu ‘Anhu, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyuruh agar
mengeluarkan zakat fitrah sebelum orang-orang berangkat menunaikan shalat Idul Fitri.”
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu, “Barang siapa yang membayarkan zakat fitrah sebelum
shalat Idul maka zakat itu diterima, jika dibayarkan setelah shalat Idul Fitri, maka itu sedekah biasa.”
(HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Daruquthni, dan Al Hakim, katanya hadits ini shahih atas syarat Imam
Bukhari)
Imam An Nawawi berkata dalam Ar Raudhah, ”Hadits ini menunjukkan bahwa zakat fitrah
yang diberikan sesudah shalat Idul Fitri hukumnya tidak sah.” Sebagian sahabat ada yang berzakat
fitrah dua hari sebelum hari raya, seperti Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu. Inilah pemahaman yang lebih
hati-hati, walau pada dasarnya seluruh ulama sepakat di berbagai madzhab fiqih, dan berbagai tempat,
utara, timur, barat, dan selatan, bahwa membayar zakat adalah sah selama ditunaikan sebelum shalat Id.
Baik di awal, pertengahan, atau akhir Ramadhan. Mereka hanya berbeda tentang kapan waktu paling
afdhal, apakah pagi menjelang shalat Idul Fitri, atau ketika akhir Ramadhan pas matahari terbenam.
Demikian.
Adapun, untuk kasus yang ditanyakan, maka semoga saja para muzakki tetap mendapatkan
pahala zakat fitrah sesuai yang diniatkan mereka. Sebab kesalahan ini, adalah perbuatan orang lain
(amil zakat) yang telah berkhianat terhadap amanah, yang tidak ditanggung oleh para muzakki. Ini
sesuai dengan apa yang Allah Ta’ala firmankan: “ (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain.” (QS. An Najm: 38)
Lagi pula, Allah Ta’ala akan menilai niat dari para muzakki yang ingin zakat fitrah sebelum
Idul Fitri, bukan setelahnya, dan Allah Maha Tahu hal itu. Dan hisab (perhitungan) Allah Ta’ala tidak
akan salah. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ”Sesungguhnya Allah
tidak melihat pada jasad dan penampilan kalian, tetapi Dia melihat perbuatan dan hati-hati kalian.” 62
2. Zakat Fitrah disalurkan untuk kemakmuran Mesjid, bolehkah?
62

HR. Muslim. Imam An Nawawi, Riyadhusshalihin, Bab Al Ikhlash wa Ihdhar an Niyah, hadits no. 7.
Maktabatul Iman. Manshurah

23
Zakat fitrah bukanlah zakat mal, keduanya ada aturan masing masing-masing, termasuk
penyalurannya. Tidak boleh menyalurkan zakat fitrah untuk mesjid, baik untuk pembiayaan
aktifitasnya atau pembangunannya. Sebab zakat fitrah adalah hak faqir miskin, agar dapat memenuhi
kebutuhan mereka ketika hari raya. Imam Malik Radhiallahu ‘Anhu mengatakan bahwa zakat fitrah
hanya dibagikan untuk faqir miskin. Sedangkan ulama lain mengatakan bahwa boleh zakat fitrah
dibagikan ke delapan asnaf lainnya, sebagaimana zakat mal. Tetapi memang lebih utama adalah ke
faqir miskin, inilah yang dikatakan oleh Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah.
Dasarnya adalah hadits, dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam telah mewajibkan zakat fitrah, beliau bersabda: “Penuhilah kebutuhan mereka (faqir
miskin) pada hari ini (Id).” (HR. Al Baihaqi dan Ad Daruquthni)
Maka, jelaslah bahwa tidak boleh menyalurkan zakat fithrah kepada mesjid, baik untuk
pembiayaan aktifitas atau pembangunannya.
Sedangkan zakat mal, para ulama kita berbeda pendapat, apakah zakat mal bisa disalurkan
untuk mesjid atau tidak? Sebagian ulama mengatakan tidak boleh, sebab mesjid bukanlah termasuk
delapan asnaf yang Allah Ta’ala sebutkan dalam Al Quran At taubah ayat 60, yakni Orang fakir dan
miskin, amil zakat, mualaf yang baru, untuk memerdekakan budak, orang-orang berhutang, pejuang fi
sabilillah, Ibnu Sabil yakni musafir muslim yang kehabisan perbekalan.
Namun pendapat yang lebih kuat adalah boleh, sebab zakat mal untuk pembiyaan aktifitas
mesjid dan pembangunannya, itu termasuk kategori fi sabilillah (berjuang di jalan Allah). Bagi mereka,
aktifitas apa saja selama ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan untuk memperjuangkan
agama Islam dan kaum muslimin, maka mereka termasuk pejuang fi sabilillah. Inilah yang dikuatkan
oleh Imam Abu Hanifah, dan disetujui oleh Imam Shiddiq Hasan Khan al Qunuji dalam Ar Raudhah
an Nadiyah (Jilid I, hal. 606-607).
Termasuk kategori fi sabilillah adalah para ulama dan da’i yang gigih menjaga kemurnian dan
kelanggenagan syariat, memerangi kemusyrikan, dan kebodohan umat. Para ulama dari kalangan
sahabat pun juga mendapatkan bagian yang memadai karena jasa mereka. Demikian yang dikatakan
Imam Shiddiq Hasan Khan. Pandangan ini juga dikuatkan oleh Ahli fiqih zaman ini Al ‘Allamah
Syaikh Yusuf al Qaradhawy hafizhahullah dalam kitab Fiqih Zakat-nya.
3. Haruskah zakat dibagikan ke delapan asnaf tersebut?
Hukumnya boleh saja membagikan zakat ke delapan asnaf tersebut, sebagaimana ulama
madzhab Hanafi, Maliki, dan Hambali. Namun, faktanya tidak selalu ke delapan asnaf tersebut kita
temui. Kadang di sebuah daerah, misalnya hanya ada fakir, miskin, amil zakat, dan orang yang
berhutang. (ingat, kredit rumah, kredit motor, bukanlah termasuk hutang, sebab itu akan menjadi milik
sedangkan hutang harus di bayar, bukan milik). Nah, ternyata daerah tersebut tak ada asnaf lain seperti
fi sabilillah, budak, mualaf, Ibnu Sabil. Maka, tentunya tidak dipaksakan mencari-cari yang tidak ada.
Maka hendaknya disalurkan kepada asnaf yang ada saja. Inilah yang dikakatakan oleh Imam Az Zuhri 63
dan Imam Daud azh Zhahiri. Sedangkan Imam Asy Syafi’i, menyebutkan bahwa pembagian keseluruh
delapan asnaf adalah cara idealnya. Kalau tidak bisa ideal, karena memang tidak ada, maka berikan
kepada asnaf yang ada saja.
Cara pembagiannya sesuai porsi, didahulukan kepada yang paling mendesak kebutuhannya
dan paling mengalami kesulitan. Tentunya seorang faqir yang beranak empat, tidak sama bagiannya
dengan faqir yang beranak satu. Wallahu A’lam

63

Dialah gurunya para imam, bernama Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Syihab Az Zuhri.
Menjadi guru bagi bintangnya umat ini seperti Imam Malik, Imam Laits bin Sa’ad, Imam Sufyan bin ‘Uyainah,
Imam Sufyan Ats Tsauri, Imam Ibnu Abi Dzi’ib, Atha’, Ayyub As Sukhtiyani, Zaid bin Aslam, Amr bin Dinar,
dan lainnya. Dia ahli hadits, baik riwayatnya maupun maknanya (dirayah), hafalannya sangat kuat. Ia berguru
kepada Qasim bin Muhammad (cucu Abu Bakar Ash Shiddiq), Urwah bin Zubeir dan Said bin Al Musayyib. Dia
lahir 50H, berperawakan tidak tinggi, jenggotnya kemerahan, dan senang berpakaian militer. Adz Dzahabi
mengatakan pangkatnya pernah sampai kapten. Dia berkawan dekat dengan sahabat nabi seperti Anas bin Malik.

24
****
13. As. Wr.Wb. Apa hukumnya akhawat (muslimah) yang sedang haid berdiam di dalam mesjid?
(Tri Noviantoro - Depok)
Jawab:
Wa’alaikum Salam Wr Wb. Bismillahirrahmanirrahim.
Masalah ini adalah masalah khilafiyah, yang sudah lama menjadi bahan silang pendapat di
antara ulama. Secara garis besar mereka terbagi menjadi dua kelompok, ada yang mengharamkan
wanita haid berdiam di mesjid (kecuali sekedar lewat), ada pula yang mengatakan boleh dan tak ada
larangan asalkan berwudhu. Namun demikian Allah Ta’ala berfirman:
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An Nisa (4): 59)
Kita akan lihat dalil masing-masing kelompok, sebagai berikut:
1. Alasan yang Mengharamkan kecuali sekedar lewat saja
Kelompok ini yakni madzhab Abu Hanifah, Malik, dan Asy Syafi’i, memiliki beberapa dalil
untuk menguatkan pendapat mereka. Yaitu:
A. Firman Allah Ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula bagi yang sedang dalam keadaan
junub, terkecuali sekedar lewat saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam
musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu
tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.”
Tentang ayat di atas, Imam Ibnu Katsir Rahimahullah64 berkata:

‫، الذي ل يدري معه المصلي‬H @‫ك‬m ‫ينهى تعالى عباده المؤمنين عن فعل الصلة في حال ال‬
‫سر‬
‫ب، إل أن يك…ون مجت…ازا م…ن ب…اب إل…ى ب…اب م…ن‬D D ‫ما يقول، وعن قربان محلها -وهي المساجد-لل‬
‫جن‬
‫ك@ > وقد كان هذا قبل تحريم الخمر‬D ‫غير‬
‫مث‬
“Allah Ta’ala melarang hambanya orang-orang beriman melakukan shalat dalam keadaan
mabuk, yang membuatnya selagi shalat tidak memahami apa yang sedang diucapkan, begitu pula
dilarang mendekati tempat shalat –yakni mesjid- kecuali sekedar melintas saja, dari pintu menuju pintu,
bukan untuk berdiam, ayat ini turun sebelum diharamkannya khamr.”65
Selanjutnya, katanya:

64

Dia adalah ‘Imaduddin Abul Fida ‘Ismail bin ‘Amru Al Bashri. Lahir di Bashrah tahun 700H. Setelah
ayahnya wafat, pindah ke Damaskus dengan saudaranya tahun 706H. Di sana dia berguru kepada Al Amidi, Ibnu
Taimiyah, bahkan dia ikut disiksa lantaran kesertaannya dengan Ibnu Taimiyah. Dia adalah ulama tsiqat, mutqin
(teliti), yang sangat pawai dalam tafsir, hadits, sejarah, dan fiqih. Karyanya yang terkenal adalah Tafsir Al Quran
Al ‘Azhim, Bidayah wan Nihayah, dan lainnya. Wafat di Damaskus (Siria) tahun 774H.
65
Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Juz. 2, Hal. 308. Darut Thayyibah linnasyr wa Tauzi’.
Cet. 2, 1999M/1420H. tahqiq: Sami bin Muhamamd Salamah. Al Maktabah Asy Syamilah

25
‫وا { ق…ال: ل ت……دخلوا المس……جد‬D…H B @‫غ‬B ‫ت……ى‬B > ‫ي‬H …B ‫ي‬H H ‫……ا‬B ‫ل‬H ‫…ا‬Š D D ‫ل‬B } :‫عن ابن عباس ف…ي ق……وله‬
‫و جنب إ ع بر س ب ل ح  ت تس ل‬
‫وي ع……ن عب……د ال ب……ن‬D ‫ا ول تجل……س. ث……م ق……ال: و‬µ … ‫وأنت……م جن……ب إل ع……ابري س……بيل، ق……ال: تم……ر ب……ه م‬
‫ر‬
‫ر‬
،‫اه……د، ومس……روق‬B D ‫ى، وعطاء، و‬B m ‫، وأبي ال‬H  B D ‫، وسعيد بن ال‬B B @‫ي‬B D ‫مسعود، وأنس، وأبي‬
‫مج‬
‫ضح‬
‫مسيب‬
‫عب دة‬
،‫…ة‬B H @‫ك‬H ‫…ة و‬B @‫ي‬B D ‫م@…رو ب…ن دين…ار، والحك……م ب…ن‬B ‫عي، وزيد بن أسلم، وأبي مال…ك، و‬B  ‫وإبراهيم ال‬
‫عت ب ع رم‬
‫ع‬
‫نخ‬
.‫ ذلك‬D ‫ة، نح‬B ‫ى بن سعيد النصاري، وابن شهاب، وقتا‬B @‫ح‬B ‫والحسن البصري، و‬
‫و‬
‫د‬
‫ي ي‬

Berkata Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah Ta’ala ‘Dan jangan pula bagi yang sedang dalam
keadaan junub, kecuali sekedar lewat saja,’ yaitu jangan kamu masuk ke mesjid dalam keadaan junub,
kecuali hanya sekedar lewat saja. Dia berkata: sekali lewat saja tidak duduk. Ini juga diriwayatkan dari
Abdullah bin Mas’ud, Anas, Abu Ubaidah, Said bin al Musayyab, Abu adh Dhuha, Atha’, Masruq.
Mujahid, ‘Ikrimah, Ibrahim an Nakha’i, Ibnu Syihab, Zaid bin Aslam, Abu Malik, Amru bin Dinar, Al
Hakam bin Utaibah, Yahya bin Said, Qatadah, dan lain-lain. 66
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:

،‫ومن هذه الي……ة احت……ج ك…ثير م……ن الئم……ة عل…ى أن……ه يح……رم عل…ى الجن……ب اللب…ث ف…ي المس……جد‬
‫ا في معناه‬Š ‫ويجوز له المرور، وكذا الحائض والنفساء أي‬
‫ض‬
“Dari ayat ini, para imam berhujjah bahwa diharamkannya orang yang junub berdiam di
mesjid, kecuali sekedar melewati, begitu pula bagi wanita haid dan nifas, pada dasarnya sama.” (Ibid,
Juz. 2, hal. 311)
Sebagian ulama salaf menafsiri bahwa maksud kalimat,‘Dan jangan pula bagi yang sedang
dalam keadaan junub, kecuali sekedar lewat saja,’ adalah kecuali sekedar lewat untuk keluar darinya
(mesjid).
Dari Abu Ubaidah bin Abdullah, dari ayahnya (yakni Ibnu Mas’ud), dia berkata: “yaitu lewat
di mesjid.”
Dari Qatadah, dari Sa’id, tentang orang junub: “yaitu sekedar lewat di mesjid hanya berdiri,
tidak duduk, dan bukan dengan berwudhu.”
Dari Ibnu Abbas: “Tidak mengapa bagi orang yang junub dan haid untuk melewati saja,
selama dia tidak duduk di dalamnya (mesjid).”
Dari Abu Az Zubeir, dia berkata: “Salah seorang di antara kami ada yang junub lalu dia
melewati mesjid.”
Dari Al Hasan, dia berkata: “Orang junub melewati mesjid, tanpa duduk di dalamnya.”
Dari Ibrahim, dia berkata: “Jika dia tidak menemukan jalan lain, kecuali mesjid, maka
hendaknya dia sekedar lewat di dalamnya.” Dari dia juga, “Jika seorang junub, tidak mengapa dia
melewati mesjid, jika memang tidak ada jalan lain.”
Dari Said bin Jubeir, dia berkata: “Orang junub hanya melewati mesjid, tidak boleh duduk di
dalamnya.” Dan yang serupa juga diriwayatkan oleh Ikrimah, Ibnu Syihab Az Zuhri, dan lan-lain. 67
66

Imam Ibnu Katsir, Ibid, Juz. 2, Hal. 311. Al Maktabah Asy Syamilah
Imam Abu Ja’far Ibnu Jarir Ath Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Juz. 8, Hal. 382-384. Cet.
1, 2000M/1420H. Mu’asasah ar Risalah. Tahqiq: Ahmad Muhammad Syakir. Al Maktabah Asy Syamilah
67

26
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man
Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMuhammad Idris
 
Buku dzikir-pagi-petang-free
Buku dzikir-pagi-petang-freeBuku dzikir-pagi-petang-free
Buku dzikir-pagi-petang-freeHamba Allah
 
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin pptBab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin pptsoleh solehudin
 
Bab 3 hadits 1 Riyadus Shalihin PPT
Bab 3  hadits 1 Riyadus Shalihin PPTBab 3  hadits 1 Riyadus Shalihin PPT
Bab 3 hadits 1 Riyadus Shalihin PPTsoleh solehudin
 
penilaian syiah terhadap ahli sunnah
 penilaian syiah terhadap ahli sunnah penilaian syiah terhadap ahli sunnah
penilaian syiah terhadap ahli sunnahR&R Darulkautsar
 
Pengantar ilmu tafsir
Pengantar ilmu tafsirPengantar ilmu tafsir
Pengantar ilmu tafsiradinc_26
 
tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah aswajanu
 
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoAswin Wyn
 
Shalat tarawih (bagian 1 3)
Shalat tarawih (bagian 1 3)Shalat tarawih (bagian 1 3)
Shalat tarawih (bagian 1 3)Muhsin Hariyanto
 
Bukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salaf
Bukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salafBukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salaf
Bukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salafBagoes Bhaghazkharaa
 
Aswaja kelas 7 semester 2 shalad id
Aswaja kelas 7 semester 2 shalad idAswaja kelas 7 semester 2 shalad id
Aswaja kelas 7 semester 2 shalad idtatiksuwartinah
 
Pengertian Shalat dan Pensyariatannya
Pengertian Shalat dan PensyariatannyaPengertian Shalat dan Pensyariatannya
Pengertian Shalat dan PensyariatannyaAnas Sa'dullah
 

Was ist angesagt? (19)

Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
 
Hukum adzan
Hukum adzanHukum adzan
Hukum adzan
 
Buku dzikir-pagi-petang-free
Buku dzikir-pagi-petang-freeBuku dzikir-pagi-petang-free
Buku dzikir-pagi-petang-free
 
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin pptBab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
 
Tahlilan madzhab syafii
Tahlilan madzhab syafiiTahlilan madzhab syafii
Tahlilan madzhab syafii
 
Bab 3 hadits 1 Riyadus Shalihin PPT
Bab 3  hadits 1 Riyadus Shalihin PPTBab 3  hadits 1 Riyadus Shalihin PPT
Bab 3 hadits 1 Riyadus Shalihin PPT
 
Tuntunan sholat ebook
Tuntunan sholat ebookTuntunan sholat ebook
Tuntunan sholat ebook
 
Surat utama Al-quran
Surat utama Al-quranSurat utama Al-quran
Surat utama Al-quran
 
Sampainya hadiah bacaan al
Sampainya hadiah bacaan alSampainya hadiah bacaan al
Sampainya hadiah bacaan al
 
penilaian syiah terhadap ahli sunnah
 penilaian syiah terhadap ahli sunnah penilaian syiah terhadap ahli sunnah
penilaian syiah terhadap ahli sunnah
 
Q a-d-h-a
Q a-d-h-aQ a-d-h-a
Q a-d-h-a
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Pengantar ilmu tafsir
Pengantar ilmu tafsirPengantar ilmu tafsir
Pengantar ilmu tafsir
 
tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah tawasul dan istighatsah
tawasul dan istighatsah
 
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
 
Shalat tarawih (bagian 1 3)
Shalat tarawih (bagian 1 3)Shalat tarawih (bagian 1 3)
Shalat tarawih (bagian 1 3)
 
Bukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salaf
Bukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salafBukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salaf
Bukti adanya tradisi tahlilan sejak zaman salaf
 
Aswaja kelas 7 semester 2 shalad id
Aswaja kelas 7 semester 2 shalad idAswaja kelas 7 semester 2 shalad id
Aswaja kelas 7 semester 2 shalad id
 
Pengertian Shalat dan Pensyariatannya
Pengertian Shalat dan PensyariatannyaPengertian Shalat dan Pensyariatannya
Pengertian Shalat dan Pensyariatannya
 

Andere mochten auch

المحسنات البديعية
المحسنات البديعيةالمحسنات البديعية
المحسنات البديعيةأمنية وجدى
 
المُســــند والمُسنــــد إليــه
المُســــند والمُسنــــد إليــهالمُســــند والمُسنــــد إليــه
المُســــند والمُسنــــد إليــهdckackne
 
Si edisi ii april 2014
Si edisi ii april 2014Si edisi ii april 2014
Si edisi ii april 2014Arjuna Ahmadi
 
Ilm ul balagha notes dars 1 + 2
Ilm ul balagha notes   dars 1 + 2Ilm ul balagha notes   dars 1 + 2
Ilm ul balagha notes dars 1 + 2abdulg99
 
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arabIlmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arabMuhammad Idris
 
الخبر أنواعه وأغراضه
الخبر أنواعه وأغراضهالخبر أنواعه وأغراضه
الخبر أنواعه وأغراضهZainab Ahmed Mohammed
 
أنواع الخبر
أنواع الخبرأنواع الخبر
أنواع الخبرabdou elsaid
 

Andere mochten auch (14)

Ilmu badi'
Ilmu badi'Ilmu badi'
Ilmu badi'
 
Ushlub al insya
Ushlub al insyaUshlub al insya
Ushlub al insya
 
المحسنات البديعية
المحسنات البديعيةالمحسنات البديعية
المحسنات البديعية
 
المُســــند والمُسنــــد إليــه
المُســــند والمُسنــــد إليــهالمُســــند والمُسنــــد إليــه
المُســــند والمُسنــــد إليــه
 
Si edisi ii april 2014
Si edisi ii april 2014Si edisi ii april 2014
Si edisi ii april 2014
 
Bab dua
Bab duaBab dua
Bab dua
 
Ilm ul balagha notes dars 1 + 2
Ilm ul balagha notes   dars 1 + 2Ilm ul balagha notes   dars 1 + 2
Ilm ul balagha notes dars 1 + 2
 
Karangan 06 Penulisan Perenggan Penutup
Karangan 06   Penulisan Perenggan PenutupKarangan 06   Penulisan Perenggan Penutup
Karangan 06 Penulisan Perenggan Penutup
 
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arabIlmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
Ilmu balagoh sebagai cabang ilmu bhs arab
 
Balaghah Muyassarah
Balaghah MuyassarahBalaghah Muyassarah
Balaghah Muyassarah
 
البلاغة
البلاغةالبلاغة
البلاغة
 
الخبر أنواعه وأغراضه
الخبر أنواعه وأغراضهالخبر أنواعه وأغراضه
الخبر أنواعه وأغراضه
 
أنواع الخبر
أنواع الخبرأنواع الخبر
أنواع الخبر
 
التقديم و التأخير
التقديم و التأخيرالتقديم و التأخير
التقديم و التأخير
 

Ähnlich wie Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man

Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islamPelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islamOperator Warnet Vast Raha
 
25 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 2
25 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 225 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 2
25 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 2Happy Islam
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islamSumber hukum islam
Sumber hukum islamJuaria Muin
 
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liati
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liatiPelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liati
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liatiOperator Warnet Vast Raha
 
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liati
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liatiPelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liati
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liatiOperator Warnet Vast Raha
 
Asbab wurud alhadits
Asbab wurud alhaditsAsbab wurud alhadits
Asbab wurud alhaditsZul Karnain
 
Hadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'ifHadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'ifJimatul Arrobi
 
Khutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurbanKhutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurbanalfatfatoha
 
Hukum wanita haid masuk
Hukum wanita haid masukHukum wanita haid masuk
Hukum wanita haid masukEdi Candra
 
Fatwa 026 wabah covid 19 (1)
Fatwa 026 wabah covid 19 (1)Fatwa 026 wabah covid 19 (1)
Fatwa 026 wabah covid 19 (1)Muhammad Zain
 
PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI
PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABIPROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI
PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABIEpisteme IAIN Tulungagung
 
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptx
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptxTADABBUR SURAT AL MAUN.pptx
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptxErikaSetiawati3
 
Perempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkahPerempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkahMuhsin Hariyanto
 
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptx
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptxHADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptx
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptxHayatiSyafri2
 

Ähnlich wie Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man (20)

Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islamPelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam
 
25 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 2
25 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 225 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 2
25 Fatwa Ulama Ahlus Sunnah Seri 2
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islamSumber hukum islam
Sumber hukum islam
 
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liati
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liatiPelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liati
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liati
 
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liati
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liatiPelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liati
Pelaksanaan ibadah bagi wanita haid dan nifas menurut ajaran islam wa liati
 
Asbab wurud alhadits
Asbab wurud alhaditsAsbab wurud alhadits
Asbab wurud alhadits
 
Hadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'ifHadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'if
 
Tugas agama
Tugas agamaTugas agama
Tugas agama
 
Tugas agama
Tugas agamaTugas agama
Tugas agama
 
Makalah katoba adat muna
Makalah  katoba  adat munaMakalah  katoba  adat muna
Makalah katoba adat muna
 
Makalah khitan adat muna
Makalah  khitan adat munaMakalah  khitan adat muna
Makalah khitan adat muna
 
Makalah katoba suku muna
Makalah katoba suku munaMakalah katoba suku muna
Makalah katoba suku muna
 
Khutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurbanKhutbah ttg qurban
Khutbah ttg qurban
 
Hukum wanita haid masuk
Hukum wanita haid masukHukum wanita haid masuk
Hukum wanita haid masuk
 
Fatwa 026 wabah covid 19 (1)
Fatwa 026 wabah covid 19 (1)Fatwa 026 wabah covid 19 (1)
Fatwa 026 wabah covid 19 (1)
 
PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI
PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABIPROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI
PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI
 
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptx
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptxTADABBUR SURAT AL MAUN.pptx
TADABBUR SURAT AL MAUN.pptx
 
Perempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkahPerempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkah
 
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptx
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptxHADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptx
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptx
 
Aswaja Lakmud 2022 revisi.pptx
Aswaja Lakmud 2022 revisi.pptxAswaja Lakmud 2022 revisi.pptx
Aswaja Lakmud 2022 revisi.pptx
 

Mehr von Edi Awaludin

Diktat rehab hati 2016
Diktat rehab hati 2016Diktat rehab hati 2016
Diktat rehab hati 2016Edi Awaludin
 
Ebook 7-tulisan-terbaik-mardigu-wp
Ebook 7-tulisan-terbaik-mardigu-wpEbook 7-tulisan-terbaik-mardigu-wp
Ebook 7-tulisan-terbaik-mardigu-wpEdi Awaludin
 
Asep sobari (sejarah dan pemikiran khawarij)
Asep sobari (sejarah dan pemikiran khawarij)Asep sobari (sejarah dan pemikiran khawarij)
Asep sobari (sejarah dan pemikiran khawarij)Edi Awaludin
 
Akmal sjafril (perkembangan aktual islam liberal)
Akmal sjafril (perkembangan aktual islam liberal)Akmal sjafril (perkembangan aktual islam liberal)
Akmal sjafril (perkembangan aktual islam liberal)Edi Awaludin
 
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)Edi Awaludin
 
M. pizaro novelan (konspirasi zionis syiah)
M. pizaro novelan (konspirasi zionis syiah)M. pizaro novelan (konspirasi zionis syiah)
M. pizaro novelan (konspirasi zionis syiah)Edi Awaludin
 
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)Edi Awaludin
 
PKU ISID fuad m. zein (problem teori kedaulatan rakyat dalam demokrasi)
PKU ISID fuad m. zein (problem teori kedaulatan rakyat dalam demokrasi)PKU ISID fuad m. zein (problem teori kedaulatan rakyat dalam demokrasi)
PKU ISID fuad m. zein (problem teori kedaulatan rakyat dalam demokrasi)Edi Awaludin
 
PKU ISID anton ismunanto (tauhid dan ilmu)
PKU ISID anton ismunanto (tauhid dan ilmu)PKU ISID anton ismunanto (tauhid dan ilmu)
PKU ISID anton ismunanto (tauhid dan ilmu)Edi Awaludin
 
Ensiklopedia jual beli dalam islam
Ensiklopedia jual beli dalam islamEnsiklopedia jual beli dalam islam
Ensiklopedia jual beli dalam islamEdi Awaludin
 
Kompilasi dauroh muscat 1=ekonomi islam
Kompilasi dauroh muscat 1=ekonomi islamKompilasi dauroh muscat 1=ekonomi islam
Kompilasi dauroh muscat 1=ekonomi islamEdi Awaludin
 
Ayat ayat ruqyah plus
Ayat ayat ruqyah plusAyat ayat ruqyah plus
Ayat ayat ruqyah plusEdi Awaludin
 
Tutorial ruqyah syariyyah [50 tehnik self healing]
Tutorial ruqyah syariyyah [50 tehnik self healing]Tutorial ruqyah syariyyah [50 tehnik self healing]
Tutorial ruqyah syariyyah [50 tehnik self healing]Edi Awaludin
 
Islamia-idealisme politik islam
Islamia-idealisme politik islamIslamia-idealisme politik islam
Islamia-idealisme politik islamEdi Awaludin
 
Pendidikan islam membangun manusia berkarakter dan beradab
Pendidikan islam membangun manusia berkarakter dan beradabPendidikan islam membangun manusia berkarakter dan beradab
Pendidikan islam membangun manusia berkarakter dan beradabEdi Awaludin
 
Konsep ilmu dalam islam
Konsep ilmu dalam islamKonsep ilmu dalam islam
Konsep ilmu dalam islamEdi Awaludin
 
Jatuh bangunnya peradaban
Jatuh bangunnya peradabanJatuh bangunnya peradaban
Jatuh bangunnya peradabanEdi Awaludin
 
Demokrasi sejarah makna dan respon muslim
Demokrasi  sejarah makna dan respon muslimDemokrasi  sejarah makna dan respon muslim
Demokrasi sejarah makna dan respon muslimEdi Awaludin
 
Pendidikan karakter penting tapi tidak cukup
Pendidikan karakter penting tapi tidak cukupPendidikan karakter penting tapi tidak cukup
Pendidikan karakter penting tapi tidak cukupEdi Awaludin
 

Mehr von Edi Awaludin (20)

Diktat rehab hati 2016
Diktat rehab hati 2016Diktat rehab hati 2016
Diktat rehab hati 2016
 
Ebook 7-tulisan-terbaik-mardigu-wp
Ebook 7-tulisan-terbaik-mardigu-wpEbook 7-tulisan-terbaik-mardigu-wp
Ebook 7-tulisan-terbaik-mardigu-wp
 
Asep sobari (sejarah dan pemikiran khawarij)
Asep sobari (sejarah dan pemikiran khawarij)Asep sobari (sejarah dan pemikiran khawarij)
Asep sobari (sejarah dan pemikiran khawarij)
 
Akmal sjafril (perkembangan aktual islam liberal)
Akmal sjafril (perkembangan aktual islam liberal)Akmal sjafril (perkembangan aktual islam liberal)
Akmal sjafril (perkembangan aktual islam liberal)
 
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)
Dr. budi handrianto (kritik terhadap sains barat modern perspektif nasr)
 
M. pizaro novelan (konspirasi zionis syiah)
M. pizaro novelan (konspirasi zionis syiah)M. pizaro novelan (konspirasi zionis syiah)
M. pizaro novelan (konspirasi zionis syiah)
 
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
 
PKU ISID fuad m. zein (problem teori kedaulatan rakyat dalam demokrasi)
PKU ISID fuad m. zein (problem teori kedaulatan rakyat dalam demokrasi)PKU ISID fuad m. zein (problem teori kedaulatan rakyat dalam demokrasi)
PKU ISID fuad m. zein (problem teori kedaulatan rakyat dalam demokrasi)
 
PKU ISID anton ismunanto (tauhid dan ilmu)
PKU ISID anton ismunanto (tauhid dan ilmu)PKU ISID anton ismunanto (tauhid dan ilmu)
PKU ISID anton ismunanto (tauhid dan ilmu)
 
Ensiklopedia jual beli dalam islam
Ensiklopedia jual beli dalam islamEnsiklopedia jual beli dalam islam
Ensiklopedia jual beli dalam islam
 
Kompilasi dauroh muscat 1=ekonomi islam
Kompilasi dauroh muscat 1=ekonomi islamKompilasi dauroh muscat 1=ekonomi islam
Kompilasi dauroh muscat 1=ekonomi islam
 
Ayat ayat ruqyah plus
Ayat ayat ruqyah plusAyat ayat ruqyah plus
Ayat ayat ruqyah plus
 
Tutorial ruqyah syariyyah [50 tehnik self healing]
Tutorial ruqyah syariyyah [50 tehnik self healing]Tutorial ruqyah syariyyah [50 tehnik self healing]
Tutorial ruqyah syariyyah [50 tehnik self healing]
 
Islamia-idealisme politik islam
Islamia-idealisme politik islamIslamia-idealisme politik islam
Islamia-idealisme politik islam
 
Ayat ayat syifa
Ayat ayat syifaAyat ayat syifa
Ayat ayat syifa
 
Pendidikan islam membangun manusia berkarakter dan beradab
Pendidikan islam membangun manusia berkarakter dan beradabPendidikan islam membangun manusia berkarakter dan beradab
Pendidikan islam membangun manusia berkarakter dan beradab
 
Konsep ilmu dalam islam
Konsep ilmu dalam islamKonsep ilmu dalam islam
Konsep ilmu dalam islam
 
Jatuh bangunnya peradaban
Jatuh bangunnya peradabanJatuh bangunnya peradaban
Jatuh bangunnya peradaban
 
Demokrasi sejarah makna dan respon muslim
Demokrasi  sejarah makna dan respon muslimDemokrasi  sejarah makna dan respon muslim
Demokrasi sejarah makna dan respon muslim
 
Pendidikan karakter penting tapi tidak cukup
Pendidikan karakter penting tapi tidak cukupPendidikan karakter penting tapi tidak cukup
Pendidikan karakter penting tapi tidak cukup
 

Anta tas’al nahnu nujib-farid nu'man

  • 1. IKATAN DA’I INDONESIA (IKADI) – KAB. SAMBAS Anta Tas’al Nahnu Nujib (Anda Bertanya Kami Menjawab) Edisi 1 Farid Nu’man bin Hasan KUMPULAN TANYA JAWAB BERBAGAI PERSOALAN FIQIH MELALUI SMS, MAJELIS TA’LIM, DAN INTERNET (abuhudzaifi.multiply.com) BERDASARKAN AL QURAN DAN AS SUNNAH SESUAI PEMAHAMAN PARA SAHABAT, TABI’IN, TABI’UT TABI’IN, DAN PARA IMAM AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
  • 2.    ِ ANTA TAS’AL WA NAHNU NUJIB 1 1. Ass. Wr.Wb. Apakah paha laki-laki termasuk aurat? (dari 081345228xxx - Pemangkat) Jawab: Wa’alaikum Salam Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Para ulama berbeda pendapat, apakah paha laki-laki termasuk aurat. Namun, pandangan jumhur (mayoritas ulama) paha bagi laki-laki adalah aurat. Batasan aurat bagi laki-laki adalah dari pusar ke lutut (dengkul). Ini juga pendapat yang menunjukkan kehati-hatian. Kami akan ringkas dari kitab Fiqhus Sunnah, Jilid 1, hal. 106-107. Karya Syaikh Sayyid Sabiq1 Rahimahullah. Cet. Ke 4. 1983M/1403H. Darul Fikri, Beirut – Libanon. 1. Kelompok yang menyatakan bukan aurat, mereka punya beberapa dalil, kami ambil satu saja, yakni: Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata: “Pada waktu perang Khaibar, Nabi menyingsingkan pakaiannya dari pahanya sehingga aku melihat pahanya yang putih.” (HR. Ahmad dan Bukhari) Berkata Imam Ibnu Hazm Rahimahullah,2 “Maka, benarlah bahwa paha bukanlah aurat (bagi laki-laki), jika memang aurat kenapa Allah ‘Azza wa Jalla menyingkap paha Rasulullah yang suci, padahal beliau adalah manusia paling suci dan ma’shum (terjaga dari kesalahan) di antara manusia, baik pada masa kenabian dan kerasulan. (kalaulah aurat), tidak mungkin ia memperlihatkan aurat kepada Anas bin Malik dan lainnya. Allah ‘Azza wa Jalla telah menjaganya dari tersingkapnya aurat, baik ketika kanak-kanak dan sebelum masa kenabian …dst.” 2. Kelompok yang menyatakan bahwa paha laki-laki adalah aurat, mereka punya beberapa dalil, kami ambil satu saja, yakni: Dari Jarhad Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lewat, saat itu pakaianku terbuka bagian pahaku. Beliau bersabda: “Tutupilah pahamu, sebab sesungguhnya paha adalah aurat.” (HR. Ahmad, Malik, Abu Daud, At Tirmidzi, ia mengatakan haditsnya hasan, sementara Imam Bukhari mencantumkan hadits ini dalam kitab Shahih-nya sebagai hadits mu’allaq) 1 Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah adalah tokoh ulama Mesir dan da’i masa kini, karya monumentalnya Fiqhus Sunnah, adalah termasuk karya paling laris di abad ini, semua orang Islam yang perhatian terhadap dunia ilmu pasti mengetahui kitab ini. Beliau adalah murid dari Imam Asy Syahid Hasan al Banna (w. 1949M) dan sekaligus salah seorang ‘alim pada organisasi Al Ikhwan Al Muslimun. Lantaran kitabnya ini, beliau mendapatkan perhargaan –bersama Dr. Yusuf al Qaradhawi hafizhahullah, dari Kerajaan Saudi Arabia, yakni King Faishal Award. Beliau wafat pada awal abad 21. 2 Dia adalah Imam Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm Al Andalusi Azh Zhahiri, lebih dikenal dengan Ibnu Hazm. Dia adalah seorang ulama brilian dan tegas, baik dalam masalah fiqih, hadits, sejarah, dan dia bermadzhab Zhahiri (tekstualis). Beliau lahir akhir Ramadhan 384 H (7 November 994M) dan dibesarkan di kota Qurthubah (Kordoba) di Andalusia (Spanyol), tepatnya di istana kementrian ayahnya. Karangannya mencapai 80.000 lembar, dan kitab Al Muhalla adalah kitabnya yang paling monumental dan mendapat pujian dari para ulama seperti Imam Izzuddin bin Abdissalam dan Imam Adz Dzahabi. Dia piawai berdebat, hujahnya kuat, dan seringkali keras. Oleh karena itu, selain mendapatkan banyak pujian, ia juga menuai kritikan karena gayanya itu. Wafat 28 Sya’ban 456H (15 Juli 1064M) 2
  • 3. Imam Bukhari3 berkata, “Hadits dari Anas (kelompok 1) lebih kuat (sanadnya), sedangkan hadits dari Jarhad (kelompok 2) lebih menunjukkan sikap hati-hati.” Demikian kami ringkas dari Fiqhus Sunnah Jilid 1. Perlu diketahui, dalam memahami hadits yang nampak bertentangan, sebagaimana hadits 1 dan 2 di atas, maka para ulama memiliki kaidah, yakni Al Qaul muqaddamun ‘alal Fi’l (Ucapan Nabi harus diunggulkan dibanding perbuatannya). Kita lihat, hadits 2 merupakan Qaul (ucapan Nabi bahkan perintah) sedangkan hadits 1 merupakan perbuatannya, bahkan bisa jadi perbuatan itu (menyingkap paha) terjadi tidak sengaja, sebab itu terjadi ketika perang. Imam Al Qurthubi Rahimahullah4 berkata: ‫أجع السلمون على أن السوأتي عورة من الرجل والرأة، وأن الرأة كلها عورة، إل وجهها ويديها فإنم‬ .‫اختلفوا فيهما‬ .‫وقال أكثر العلماء ف الرجل: من سرته إل ركبته عورة، ل يوز أن ترى‬ “Kaum muslimin telah ijma’ (sepakat) bahwa kemaluan adalah aurat wajib di tutup baik lakilaki dan wanita, dan wanita seluruh tubuhnya aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangannya, mereka berselisih tentang wajah dan kedua telapak tangan itu. Kebanyakan ulama mengatakan bahwa aurat laki-laki adalah dari pusar ke lutut, dan tidak boleh terlihat.” 5 Maka, pandangan jumhur ulama bahwa paha adalah aurat, nampak lebih kuat dan lebih tenteram di hati. Maka, hendaklah kaum laki-laki yang masih ada semangat beragama memperhatikan masalah ini, agar ia tetap menutup pahanya. Paling tidak hingga selutut (dengkul). Wallahu A’lam **** 2. Maaf Ust, kalau wanita pakai kontrasepsi suntikan biasanya haidnya tidak lancar. Kadang siang ada, tapi malam sampai pagi tidak ada. Apakah selama haid tidak keluar pada masa itu, kita harus mandi wajib dan shalat? Jazakallah (dari 081345381xxx - Jawai) Jawab: Wa’alaikum salam Wr Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Hendaknya seorang wanita yang haidnya tidak lancar tidak terburu-buru memutuskan bahwa dirinya sudah bersih dari haid. Sebab, ditakutkan dia sudah mandi wajib, tahu-tahunya keluar darah lagi. 3 Beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah, lahir di Khurasan di daerah yang bernama Bukhara, pada saat setelah shalat Jumat 13 Syawal 194H. Itulah sebabnya setelah ia menjadi ulama, ia dikenal dengan sebutan Imam Al Bukhari, panggilan sehari-harinya adalah Abu Abdillah. Ia bermadzhab Syafi’i. Sesuai pengakuannya dia berguru kepada 1080 orang, Imam Ahmad bin Hambal adalah salah seorang gurunya. Ia seorang yang sangat cerdas, brilian, kuat hafalannya, ahli ibadah, zuhud, banyak shalat malam, dan itu sudah terlihat masa kecilnya. Usia sebelas tahun dia sudah mampu mengkritik para pengajar hadits di Kuttab (tempat belajar). Karya monumentalnya adalah Jami’ush Shahih (biasa disebut Shahih Bukhari), dan menjadi kitab paling shahih setelah Al Quran, menurut jumhur ulama. Banyak pujian baginya baik dari ulama sezaman atau setelahnya. Wafat 256H, dan belum menikah karena waktunya dihabiskan untuk ilmu dan agama. 4 Dia adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh Al Anshari Al Khazraji, dikenal dengan Imam Al Qurthubi karena lahir di kota Qurthubah, pada 600H (1204M) . Dia adalah seorang ulama besar zamannya, karena ilmu dia meninggalkan kehidupan duniawinya. Karyanya sekitar tiga puluhan, yang paling terkenal adalah kitab Tafsir Al Kabir Al Jami’u Li Ahkamil Quran Al Karim. Dia bemadzhab Maliki. Wafat 671H (1273M). 5 Imam Al Qurthubi, Jami’ Li Ahkam Al Qur’an, Juz. 12, Hal. 237, Dar Ihya’ at Turats, Beirut Libanon. 1985M/1405H. Al Maktabah Asy Syamilah 3
  • 4. Para ulama kita mengatakan, jika wanita mengalami haid (menstruasi) yang tidak teratur, hendaknya ia berpatokan pada kebiasaan dirinya sendiri, berapa lama biasanya dia haid. Jika ia biasa haid tujuh hari, maka hendaknya ia mandi wajib di hari ke delapan, maka sudah bisa dipastikan dia sudah suci, sebab sudah di luar kebiasaan hari-hari haidnya. Jika masih ada darahnya, maka itu bukan darah haid tetapi istihadhah (darah penyakit). Sebaliknya walau baru hari keempat (misalnya) darah sudah berhenti atau keluar tetapi sedikit, baik merah, keruh, atau kuning, maka itu belum suci, sebab kebiasaan normal dia adalah tujuh hari masa haidnya, bukan empat hari. Ini semua berdasarkan riwayat berikut: ‫ع ف طمة ب ت أب حب ش‬ > @‫ي‬B D ‫ي‬H B H @‫ن‬H B B H ‫ا‬B @‫ن‬B ‫أنه ك ن ت تح ض فق ل له نبي صل له عل ه وسلم إذ ك ن دم ح ضة فإنه أ ود ي رف‬ D B @‫ع‬D D B @‫س‬B D H B H B @‫ي‬B @‫ ال‬D B B ‫ا‬B ‫ا‬B H B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B m H ‫ا ال‬B B B ‫ا‬B B D ‫ا‬B B @‫س‬D @‫ت‬B ‫ا‬B ‫ا‬B B ‫فإذ ك ن ذلك فأ سك ع صل ة فإذ ك ن خر فتوضئ وصل فإنم هو ع ق‬ u @‫ر‬H B D ‫ا‬B H B ‫ي‬xB B ‫ي‬H B B B D B ‫ ال@آ‬B ‫ا‬B ‫ا‬B H B H ‫ا‬B ‫ن@ ال‬B ‫ي‬H H @‫م‬BB B H B B ‫ا‬B ‫ا‬B H B Dari Fathimah binti Abu Hubaisy, bahwa dia adalah wanita yang sering mengeluarkan darah penyakit (istihadhah), maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda padanya: “Warna darah haid adalah hitam, dan itu bisa dikenali. Jika terdapat darah yang seperti itu maka berhentilah shalat! Jika tidak demikian, maka berwudhulah dan shalatlah, karena itu hanyalah darah penyakit.” 6 Adapun keterangan mengikuti standar kebiasaannya sendiri, bagi yang haidnya tidak lancar, adalah sebagai berikut: Dari Ummu Salamah Radhiallahu ‘Anha, Dia meminta fatwa kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang wanita yang selalu mengeluarkan darah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Hendaklah ia memperhatikan jumlah malam dan siang selama haid, dan berapa lama standar hari-hari haidnya dalam satu bulan, hendaknya ia meninggalkan shalat (pada waktu-waktu itu). Kemudian jika sudah selesai (jumlah harinya), hendaknya dia mandi, dan menyumbat kemaluannya dengan kain, lalu shalatlah.” 7 Berkata Imam Abu Thayyib: ‫ب@ل > >وث ال<ع; :ة‬A‫ح;يض ق‬D‫ت@ ت‬D‫ان‬A‫ام ا:ت;ي ك‬IA‫ م;ن@ ال<أ‬D‫ل;ك‬A‫د@ر; ذ‬A‫ا ب;ق‬D‫ي@ضه‬D‫ام ح‬IA‫ح@س;ب أ‬D‫ت‬ ‫ل‬ ‫حد‬ ‫ي ل‬ ‫ي‬ “Dia (wanita) hendaknya menghitung hari-hari haidnya dengan mengikuti standar yang digunakannya pada hari-hari ketika haidnya masih teratur (sebelum kena penyakit).” 8 6 HR. Abu Daud, Juz.1, hal. 357, no. 247. lihat juga Juz.1, hal. 378, no. 261. An Nasa’i, Juz.1, hal. 355, no. 215. Lihat juga Juz.2, hal. 87, no. 359. Al Baihaqi, As Sunan Al kubra , Juz. 9, hal. 325. Ibnu Abi ‘Ashim, Juz. 9, hal. 461, no. 3081. Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alas Shahihain, Juz. 2, hal. 118, no. 577. Sunan Ad Daruquthni, Juz.2, hal. 378, no. 803. katanya, “Semua perawinya dapat dipercaya.” Al Hakim mengatakan, “Hadits ini berdasarkan syarat Imam Muslim.” Syaikh al Albany menghasankan hadits ini, lihat Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud, Juz. 1, Hal. 48, No. 286. Al Maktabah Asy Syamilah 7 HR. Abu Daud, Juz.1, hal. 355, no. 245. Hadits ini dha’if (lemah), dalam sanadnya terdapat seorang bernama Abu Aqil, yang didha’ifkan oleh Imam An Nasa’i dan Imam Ali al Madini. Imam yahya bin Ma’in mengatakan: Dia bukan apa-apa. Imam Abu Zur’ah berkata: Layyinul hadits (haditsnya lemah), dan disepakati oleh Imam Adz Dzahabi. Demikian keterangan Imam Abu Thayyib Muhammad Syamsuddin Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud, Juz. 1, Hal. 329. Al Maktabah Asy Syamilah 8 Imam Abu Thayyib Muhamamd Syamsuddin Abadi, Ibid 4
  • 5. Nah, bagaimana dengan wanita yang belum mempunyai masa standar haidnya? Dia tidak tahu berapa hari lamanya dia haid. Untuk wanita seperti ini, maka hendaklah dia membedakan ciri-ciri darahnya, sebab darah haid berbeda dengan darah penyakit, sebagaimana hadits nabi dari Fathimah binti Abu Hubaisy di atas,“Warna darah haid adalah hitam, dan itu bisa dikenali.” Dari Ummu ‘Athiyah Radhiallahu ‘Anha, dia berkata: “Kami tidak menganggap warna kuning atau keruh sebagai darah haid setelah suci.” 9 Wallahu A’lam. **** 3. As. Wr. Wb. Ust, Apa hukumnya bersetubuh tapi belum mandi haid, namun sudah bersih dari haid? Bolehkah mandi haid dan mandi junub dengan sekali mandi? (dari akhwat Selakau 085252330xxx) Jawab: Wa ‘alaikum Salam Wr.Wb. Bismillahirrahanirrahim. Hendaklah bersabar dan jangan terburu-buru. Walaupun secara jasadiyah sudah bersih dari haid, namun secara ma’nawiyah (nilai) masih belum sempurna kesuciannya, sebelum disempurnakan dengan mandi haid. Maka, sempurnakanlah kesucian Anda dengan mandi wajib. Selain memang itu lebih bersih dan menyegarkan bagi Anda berdua. Sebenarnya para ulama kita berbeda pendapat dalam hal ini, namun kebanyakan melarang jima’ dengan isteri yang sudah selesai haid tetapi belum mandi junub. Allah Ta’ala berfirman: ‫ ……ى‬B D ‫……و‬D B @‫ق‬B ‫ا‬B B H …‫ي‬H B @‫……ي ال‬H B ‫……ا‬B x ‫وا ال‬DH B @‫……اع‬B ‫ى‬Š B B …D @‫ل‬D H ‫ي‬H B @‫ ال‬H B B B ‫و‬DB @‫س‬B B ‫وي أل نك عن مح ض ق ه و أذ ف تزل نس ء ف مح ض ول ت رب هن حت‬ ‫ي ه ن فإذ تطه ن ف ت هن م ح ث أمركم له إن له يحب تو ب ن ويحب متطهر ن‬ B ‫ي‬H x B B D @‫ ال‬m H D B B ‫ي‬H ‫ ال ا‬m H D B ‫ ال‬H D ‫ ال‬D D B B B D @‫ي‬B @‫ن‬H D ‫و‬D @‫أ‬B B @‫ ر‬B B ‫ا‬B H B B @‫ر‬D @‫ط‬B “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah (2): 222) Dalam Tafsir ath Thabari disebutkan tentang makna “Suci” dalam ayat tersebut: .‫فقال بعضهم: هو الغتسال بالماء، ل يحل لزوجها أن يقربها حتى تغسل جميع بدنها‬ .‫وقال بعضهم: هو الوضوء للصلة‬ ‫ به لزوجها‬š ‫وقال آخرون: بل هو غسل الفرج، فإذا غسلت فرجها، فذلك تطهرها الذي يح‬ ‫ل‬ .‫ها‬D ‫غشيا‬ ‫ن‬ “Sebagian mereka berkata: maksudnya adalah mandi dengan air, tidak halal bagi seorang suami mendekati isterinya (maksudnya bersetubuh), sebelum dia memandikan seluruh badannya. Sebagian mereka berkata: maksudnya adalah wudhu untuk shalat 9 HR.Bukhari, Juz. 2, hal. 44, no. 315. An Nasa’i, Juz.2, hal. 94, no. 365. Ibnu Majah, Juz.2, hal. 315, no. 639. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, Juz. 1, hal. 337, Sunan Ad Darimi, Juz.3, hal. 48, no. 897. Syaikh al Albani, Tamamul Minnah, Juz. 1, hal. 136. Al Maktabah Asy Syamilah 5
  • 6. Sedangkan yang lain mengatakan: maksudnya adalah mencuci kemaluan, jika sudah mencuci kemaluannya, maka itu telah mensucikannya, yang dengannya maka suaminya halal untuk bersetubuh dengannya.” 10 Keterangan dari Imam ath Thabari ini membuktikan bahwa memang telah terjadi perselisihan pendapat dalam masalah ini. Imam Ath Thabari Rahimahullah11 melanjutkan: ‫، ول تقربوهن‬R ‫ا: ويسألونك عن اليض قل هو أذى، فاعتزلوا جاع نسائكم ف وقت حيضه‬X‫فتأويل الية إذ‬ ‫ن‬ .‫حت يغتسلن فيتطهرن من حيضهن بعد انقطاعه‬ “Maka, takwil ayat tersebut adalah: “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang haid, katakanlah dia adalah penyakit, maka jauhilah bersetubuh dengan wanita kalian pada waktu haid mereka, dan jangan dekati mereka (bersetubuh) sampai mereka mandi, yang bisa mensucikan mereka dari haidnya setelah terhentinya darah.” 12 Berkata Imam Hasan al Bashri Radhiallah ‘Anhu13 : .‫ل يغشاها زو >ها حت تغتسل وت : لا الصلة‬ ‫ل‬ ‫ج‬ “Suami tidak boleh bersetubuh dengan isterinya, sampai isterinya mandi, yang dengan mandi itu dibolehkan baginya shalat.” 14 Demikian pula yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Utsman bin al Aswad, dan Ibrahim an Nakha’i. Adapun tentang mandi haid dan mandi junub setelah jima’ (setubuh) digabungkan dengan satu kali mandi, maka, saya belum temukan keterangan adanya hal itu. Wallahu A’lam **** 10 Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari, Jami’ al Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Juz. 4, Hal. 384. Mu’asasah Risalah, cet.1, 2000M/1420H. Al Maktabah Asy Syamilah 11 Dia adalah Abu Ja’far bin Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Ghalib, biasa disebut Imam Ibnu Jarir Ath Thabari. Lahir di Thabaristan pada 224H (839M). Dia dijuluki Imamul Mufassirin (Imamnya para ahli tafsir). Kuat hafalannya, cerdas, tawadhu, wara’ (hati-hati terhadap perkara syubhat), zuhud, dan suka bergurau. Karyanya Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Quran merupakan kitab tafsir besar tertua yang masih ada sampai saat ini. Begitu pula dalam bidang sejarah, karyanya Tarikhul Umam wal Muluk merupakan kitab sejarah lengkap dan belum ada yang mampu menyamainya. Sehingga dia pun juga dijuluki Aba At Tarikh (Bapaknya ahli sejarah). Wafat di Baghdad Ahad sore tahun 310H (923M). Banyak sekali manusia mengantarkan jenazahnyadan hanya Allah Ta’ala yang mengetahui jumlahnya. 12 Ibid, Juz. 4, Hal. 385. Al Maktabah Asy Syamilah 13 Dia adalah Al Hasan bin Abi Al Hasan, nama aslinya adalah Yassar Al Bashri Abu Said. Imamnya generasi tabi’in, lahir dua tahun sebelum wafatnya Khalifah Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu. Ketika bayi pernuh disusui oleh Ummu Salamah, isteri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang shalih, salah satu wali Allah, hidupnya berkawan dengan kesedihan dan kesusahan, ucapannya penuh hikmah, bahkan ada yang mengatakan bak hikmah para nabi, tampan mempesona, ahli ibadah, zuhud, dan menjadi gurunya para imam masa tabi’in, seperti Atha’, Thawus, Amr bin Syu’aib dan Mujahid. Tak ada manusia yang menyamainya dalam masalah keilmuan pada masanya, namun jika dia punya masalah dia bertanya kepada kawannya pada masa tabi’in yakni Imam Said bin Al Musayyib (mantu Abu Hurairah) sebagaimana diceritakan oleh Qatadah. Al Hasan wafat pada hari Jumat bulan Rajab 110H. 14 Ibid, Juz. 4, Hal. 386. Al Maktabah Asy Syamilah 6
  • 7. 4. As. Wr. Wb. Ust, ini ada pertanyaan dari Pak Lebai, adakah shalat sunah qabliyah (sebelum) maghrib? (dari Ketua mesjid di Desa Penjajab - Pemangkat) Jawab: Wa’alaikum Salam. Wr. Wb. Bismillahirahmanirrahim. Shalat sunah qabliyah maghrib adalah benar adanya, hanya saja bukanlah termasuk shalat sunah mu’akkadah (shalat sunah yang ditekankan) . Maka, hendaknya para mu’adzin tidak tergesagesa menyambung adzan dan qamat (tanpa jeda) seperti kebiasaan beberapa mesjid. Sebaiknya ia memberi kesempatan bagi yang ingin shalat sunah qabliyah maghrib. Dalilnya adalah: Dari Abdullah bin Mughaffal Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Sallam bersabda: “Kerjakanlah shalat sebelum maghrib dan kerjakanlah shalat sebelum maghrib!” Lalu ketiga kalinya ia bersabda: “(lakukanlah) bagi yang mau.” Beliau berkata demikian karena ditakutkan bahwa shalat tersebut akan dianggap sunah muakkadah oleh umat Islam. 15 Dari Abdullah bin Mughaffal Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Antara dua adzan itu ada shalat sunnah! Antara dua adzan ada shalat sunnah!.” Ketika beliau bersabda ketiga kalinya, maka sabdanya diteruskan dengan, “bagi siapa saja yang menghendakinya.” 16 Maksud dari ‘antara dua adzan’ adalah di antara adzan dan iqamah. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Zubeir bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tiada satu shalat fardu pun, melainkan pasti sebelumnya ada dua rakaat sunah.” 17 Abu Tamim al Jaisyani pernah shalat dua rakaat sebelum maghrib, ketika ia ditanya tentang shlat apa itu, ia menjawab, “Ini adalah shalat yang kami lakukan pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” 18 Dari ‘Ashim, bahwa Ubai bin Ka’ab dan Abdurrahman bin ‘Auf ketika terbenam matahari mereka shalat doa rakaat sebelum maghrib. 19 Dalam riwayat Imam Ibnu Hibban20, disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah shalat dua rakaat sebelum maghrib. 15 HR. Abu Daud, Juz. 4, Hal. 40, no. 1089. Al Baihaqi, As Sunanul Kubra, Juz. 2, hal. 457. Tamamul Minnah, Juz. 1, hal. 242. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albany dalam kitab Silsilah Shahihah, Juz. 1, Hal. 232, No. 233. Markaz Nur Al Islam Li Abhats Al Quran was Sunnah, Iskandariyah. Al Maktabah Asy Syamilah 16 HR. Bukhari, Juz.2, Hal. 496. no. 588. Lihat juga Juz 3, hal. 1, no. 591. Muslim, Juz. 4, hal. 292, no. 1384. Abu Daud, Juz. 4, hal. 42, no. 1091. At Tirmidzi, Juz.1, hal. 310, no. 170. An Nasa’i, Juz. 3, hal. 74, no. 674. Ibnu Majah, Juz. 3, hal. 494, no. 1152. Ahmad, Juz. 34, hal. 145, no. 16188. Lihat juga Juz. 41, hal. 499, no. 19636. Lihat juga Juz. 42, hal. 14, no.19651. Ad Darimi, Juz 4, hal. 302, no. 1491. Ad Daruquthni, Juz. 3, hal. 143, no. 1053 Shahih Ibnu Hibban, Juz. 7, hal. 121, no. 1584 . Al Maktabah Asy Syamilah 17 HR. Ibnu Hibban, Juz. 10, hal. 385, no. 2499. Lihat juga hal. 453, no. 2535. Ath Thabarani, Mu’jam al Kabir, Juz. 18, hal. 394, no. 82. Ad Daruquthni, Juz. 3, hal. 145, no. 1056. Al Maktabah Asy Syamilah 18 HR. An Nasa’i, Juz. 2, hal. 421, no. 578. Al Baihaqi, As Sunan al Kubra , juz. 2, hal. 475. Dalam kitab ini juga disebut Uqbah bin ‘Amir al Juhni shalat dua rakaat sebelum maghrib 19 HR. Ahmad, Juz. 43, hal. 211, hal. 20355. Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf , Juz. 2, hal. 251, di dalam kitab ini juga disebut Ibnu Abi Laila shalat dua rakaat sebelum maghrib) 7
  • 8. Imam Muslim21 meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhu dia berkata: “Kami shalat dua rakaat sebelum maghrib dan Rasulullah melihat perbuatan kami itu, tetapi tidak menyuruh dan tidak pula melarang kami.” Imam Ash Shan’ani Rahimahullah22 berkata tentang hadits-hadits di atas: ‫ن‬ : A‫ا أ‬A‫ر;ب; " ل‬ee@‫غ‬D‫ ال<م‬A‫ب@ل‬A‫و@ل;ه; " ق‬A‫ا > م;ن@ ق‬D‫ ال< >ر‬D‫غ@ر;ب; إذ< هو‬D‫اة; ال<م‬A‫ل‬D‫ ص‬A‫ب@ل‬A‫ ق‬h ‫ا‬A‫ل‬I ‫ > ال‬D‫ا >ن@د‬D‫ه‬IA‫ى أ‬A‫ل‬D‫ ع‬j ‫ل;ي‬D‫ د‬D‫ >و‬D‫و‬ ‫> م د‬ ‫ن ت ب ص ة‬ ‫ه ل‬ ;‫اة; ف;يه‬A‫ل‬I ‫ن@ ال‬D‫ ع‬k ;‫ن@ه‬D‫ > م‬IA‫ م;ن@ أ‬D‫ا >ل;م‬D‫ق<ت; ل;م‬D‫ ال<و‬A‫ب@ل‬A‫ ق‬D‫اد‬D‫ال< >ر‬ ‫ص‬ ‫نه ي‬ ‫ع‬ ‫م‬ “Itu adalah dalil bahwa dianjurkan (sunah) shalat sebelum shalat maghrib, jika yang dimaksud adalah shalat ‘qabla maghrib’, bukannya shalat sebelum waktu maghrib yang telah diketahui bahwa itu memang termasuk waktu dilarang shalat.” 23 Demikianlah, banyak sekali dalil dan riwayat tentang qabliyah maghrib yang dilakukan para sahabat dan salafus shalih. Namun, keterangan ini kami kira sudah mencukupi.. Wallahu Alam **** 5. As. Wr. Wb. Kita tahu berbohong itu dosa, tetapi berbohong untuk mengusir anak-anak muda yang sedang mabuk-mabukan, kita katakan kepada mereka, “ Ada banyak orang membawa ketapel mau mengusir kalian,” akhirnya mereka pergi. Nah, bolehkah berbohong seperti itu? (dari seorang Pengurus Mesjid di Desa Penjajab – Pemangkat) Jawab: Wa ‘alaikum Salam, Wr. Wb. Bismillahirrahmanirahim. Sebagusnya seorang muslim meninggalkan perbuatan atau perkataan ‘dusta.’ Jika dia punya tujuan baik, seperti yang bapak lakukan, selama ada cara yang jujur maka gunakanlah cara yang jujur. Jika tidak ada, maka mungkin kita bisa lakukan tauriyah (sekumba), yakni ucapan yang memiliki makna ganda. Namun, jika itu pun tidak bisa, tidak ada cara lain kecuali dengan berbohong, maka ketahuilah, bahwa apa yang bapak lakukan termasuk kategori memerangi kemungkaran. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Al Harbu Khad’ah,” perang adalah tipu daya. 24 20 Dia adalah Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban bin Muadz bin Ma’bad At Tamimi. Dia seorang Al Hafizh (hafal ratusan ribu hadits beserta kemampuannya memilah keshahihan hadits), Al ‘Allamah (yang luas wawasannya), ahli bahasa, ahli sejarah (mu’arikh), ahli fiqih, dan pengarang kitab-kitab hadits dan tarikh (sejarah) terkenal, seperti Al Majruhin, Tarikh Ats Tsiqat, Manaqib Asy Syafi’i, dan lainnya. Bermadzhab Syafi’i. Berguru kepada Imam An Nasa’i, Imam Abu Ya’la dan lain-lain. Wafat tahun 354H (965M). 21 Dia adalah Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz Abu Al Hasan Al Qusyairi An Naisaburi. Lahir 204H (820M). seorang Al Hafizh, tsiqah (kredibel), shadiq (suka bicara benar), ahli ibadah, Imam hadits pada zamannya, dan menjadi tempat bertanya para ulama. Al Mizzi mengatakan ia berguru kepada 224 orang di antaranya adalah Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan Ishaq bin Rahawaih. Ia berguru ke berbagai negara, seperti Iraq, Syam, Hijaz, dan Mesir. Karyanya yang terkenal adalah Jami’ush Shahih (biasa disebutn Shahih Muslim). Kitab tersebut merupakan kitab hadits paling shahih setelah Shahih Bukhari, namun lebih bagus sistematikanya dibanding Shahih Bukhari.Wafat di Naisabur bulan Rajab 261H. 22 Dia adalah Muhammad bin Ismail Al Amir Ash Shan’ani. Lahir 1099H (1688M) di kota Kahlan dekat Shan’a di Yaman, usia 11 tahun pindah ke Shan’a dan besar di sana. Dia seorang Al hafizh, faqih, orator, dan penyair. Karyanya berjumlah ratusan, yang terkenal adalah Subulus Salam Syarh Bulugh Al Maram, Syarh Jami’ush Shaghir, Taudhihul Afkar syarh Tanqihul Anzhar, dan lain-lain. Wafat di Shan’a tahun 1182H (1768M). 23 Imam Amir Ash Shan’ani, Subulus Salam, Juz. 2, Hal. 250. Al Maktabah Asy Syamilah 8
  • 9. Berkata Imam Abu Bakar bin Al ‘Arabi Rahimahullah,25 sebagaimana dikutip dalam Fathul Bari: ;‫ي@ه‬A‫ت;ه;م@ إ;ل‬D‫اج‬D‫ ل;ح‬D‫ا ب;ال< >س@ل;م;ي‬X‫ ر;ف<ق‬l I‫ائ;ز ب;ال‬D‫ى ال<ج‬D‫ث<ن‬D‫ر@ب م;ن@ ال< >س@ت‬D‫ذ;ب ف;ي ال<ح‬A‫ : ال<ك‬R ;‫ب‬D‫ر‬D‫ ا;ب@ن ال<ع‬A‫ال‬A‫ق‬D‫و‬ ‫م‬ ‫نص‬ ‫م‬ ‫ي‬ “Berdusta dalam peperangan adalah termasuk pengecualian yang diperbolehkan oleh nash (teks agama), sebagai kelembutan bagi kaum muslimin, karena kebutuhan mereka terhadapnya.” 26 Jadi, tipu daya adalah bagian dari strategi dalam perang terhadap kemungkaran, selama tidak ditemukan cara lain yang lebih baik. Wallahu A’lam **** 6. As. Wr. Wb. Apa hukumnya seorang ma’mum yang tidak berdzikir bersama imamnya setelah Shalat? (Jamaah mesjid Fathul Khasyi’in - Penjajab – Pemangkat) Jawab: Wa ‘alaikum Salam, Wr Wb. Bismillahirrahmanirahim. Sebagusnya umat Islam tidak saling curiga dan ‘bertengkar’ dengan permasalahan ini. Masalah ini adalah khilafiyah sangat lama di negeri ini, dan tidak dibenarkan bersikap keras terhadap masalah khilafiyah, baik keras menentang atau keras mendukung. Bahkan dalam masalah banyak sekali pandangan ulama, sebagaimana yang akan kita lihat nanti. Hendaknya kita membedakan dulu tentang hukum berdzikir bersama setelah shalat wajib. Dan hukum berdoa bersamanya. Jadi, ada dua pembahasan, berdzikir di satu sisi, berdoa di sisi lain. Demikianlah pembagian yang dilakukan para ulama, sebab mereka tidak menganggap hukum keduanya adalah sama. 1. Masalah Mengeraskan dzikir setelah shalat . Kita ketahui, ada sebagian ulama yang membid’ahkan dzikir berjamaah setelah shalat, dengan dipimpin oleh seorang imam. Ulama tersebut seperti Imam Ibnu Taimiyah, Imam Asy Syathibi, Imam Ibnu Baz, Imam al Albany, Syaikh Shalih Fauzan, Imam Ibnu Utsaimin, dan lain-lain. Sebenarnya para ulama sepakat bahwa berdzikir/wirid (bukan doa) setelah shalat wajib adalah disyariatkan. Hanya saja mereka berbeda dalam hal, apakah dzikir dilakukan masing-masing dengan suara dipelankan? Atau bersama-sama dipimpin oleh Imam dengan suara diperdengarkan (jahr)? 24 HR. Bukhari, Juz. 10, Hal. 227-229, No. 2803-2805. Muslim, Juz. 9, Hal. 165. No. 3273. Ath Thabrani, Musnad Asy Syamiyin, Juz. 1, Hal. 387, 494, No hadits. 290, 373. Lihat juga Juz. 3, Hal. 364. No hadits. 977. Musnad Ath Thayalisi, Juz. 1, hal. 173, No hadits. 165. Ath Thahawi, Musykilul Atsar, Juz. 6, Hal. 408, No hadits. 2448. Al Maktabah Asy Syamilah 25 Dia adalah Muhammad bin Abdillah bin Muhammad Al Ma’afiri Abu Bakar bin Al ‘Arabi. Lahir di Isybiliyah (sekarang kota Sevilla – Spanyol) tahun 468H (1076M). Dia adalah seorang imam madzhab Maliki. Ahli dalam bidang fiqih, tafsir, hadits, ushul, dan bagus tutur bicaranya. Karya tulisnya cukup banyak, di antaranya yang terkenal adalah Ahkamul Quran, Al ‘Awashim minal Qawasim, Al ‘Aridhah al Ahwadzi Syarh Sunan At Tirmidzi, Syarh Al Muawaththa’, dan lain-lain. Dia berguru kepada para imam besar: Al Ghazali, Ath Thurtusi, Al Maziri, Al Khaulani, dan lain-lain. Muridnya yang juga menjadi ulama besar adalah Al Qadhi ‘Iyadh, As Suhaili, Ibnul Baadzisy, dan lainnya. Wafat di Marakisy dan dikuburkan di Fas tahun 543H (1148M). 26 Imam Ibnu Hajar al Asqalani, Fathul Bari, Juz. 9, Hal. 250. Al Maktabah Asy Syamilah 9
  • 10. Imam Abu Hanifah27, Imam Malik,28 dan Imam Ahmad29 berpandangan bahwa dzikir hendaknya dilakukan sendiri-sendiri dengan suara dipelankan. Dalilnya adalah: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orangorang yang lalai." (QS. Al A’raf (7): 205) Dari hadits menjelaskan keutamaan berdzikir secara pelan. Sa'ad bin Malik meriwayatkan Rasulullah saw bersabda, "Keutamaan dzikir adalah yang pelan (sirr), dan sebaik rizki adalah sesuatu yang mencukupi." Maka, janganlah kita menyalahkan, merasa aneh, dan curiga terhadap orang yang berdzikir dengan suara lirih dan sendiri, sebab mereka memiliki dalil dan sandaran para Imam kaum muslimin. Seringkali, ma’mum memiliki hajat (kebutuhan) yang bebeda dengan Imamnya, yang tidak diketahui sang imam. Maka, wajar ia berdoa sendiri sesuai hajatnya. Namun, hendaknya bagi yang berdzikirnya sendiri dan pelan, tidak dibenarkan mengutuk dan memaki-maki saudaranya yang dzikirnya dikeraskan. Sungguh, sikap keras seperti itu tidak akan mendatangkan simpati, apalagi dukungan. 27 Imam paling senior dalam empat madzhab fiqih Ahlus Sunnah wal Jamaah, bernama Nu’man bin Zauthi At Taimi Al Kufi. Dia orang Iraq lahir di Kufah tahun 80H, dinamakan Abu Hanifah karena selalu membawa tinta yang dalam bahasa Iraq disebut Hanifah. Wajahnya tampan dan selalu rapi, dia seorang pionir fiqih yang diakui para imam besar, pernah berjumpa 10 sahabat nabi, murid-muridnya menjadi imam pada zamannya masing-masing, seperti Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan. Selalu bangun malam untuk tahajjud, Asad bin Amir mengatakan: Imam Abu Hanifah selama 40 tahun shalat subuh menggunakan wudhu shalat Isya! Artinya, selama 40 tahun dia tidak pernah tidur malam untuk shalat tahajjud. Pernah disiksa 110 cambuk karena menolak untuk diberikan jabatan oleh Khalifah Marwan. Beliau wafat diracuni secara paksa di dalam penjara oleh Khalifah Al Manshur pada tahun 150H, dan meninggalkan satu orang anak yakni Hammad. 28 Pendiri madzhab Maliki, Imam kedua setelah Imam Abu Hanifah, nama aslinya Malik bin Anas bin Malik bin ‘Amir Al Ashbahi Al Madini. Lahir di Madinah tahun 93H (712M). Beliau dijuluki Imam Darul Hijrah (Imamnya negeri Hijrah/Madinah). Sejak lahir hingga wafatnya beliau tidak pernah keluar Madinah, kecuali ke Mekkah untuk berhaji. Ia seorang ahli fiqih dan hadits. Karyanya yang paling monumental adalah sebuah kitab hadits Al Muwaththa’ . Beliau berguru kepada para tokoh tabi’in seperti Nafi’, Ibnu Syihab Az Zuhri, Rabi’ah bin Abdirrahman, dan lainnya. Para ulama sepakat, bahwa beliau adalah orang yang terpercaya agamanya, wara’, dan cerdik. Asy Syafi’i mengatakan: “Malik adalah hujjah Allah atas makhlukNya.”Abdurrahman bin Mahdi mengatakan: “Belum pernah aku jumpai orang yang sempurna akalnya dan sangat kuat taqwanya seperti Malik.” Ia pernah disiksa oleh Khalifah hingga engsel tangannya bergeser. Wafat di Madinah tahun 179H (795M) dan dimakamkan di Baqi’. Meninggalkan tiga anak: Ahmad, Muhammad, dan Hammad. 29 Pendiri madzhab Hambali, madzhab termuda. Beliau bernama Ahmad bin Muhamamd bin Hanbal bin Hilal bin Asad Asy Syaibani. Lahir di Baghdad tahun 164 H (780M). mulai mempelajari hadits usia 15 tahun, dan mulai mengembara ke Kufah, Mekkah, Madinah, Syam, dan Yaman, di usia 20 tahun. Kepiawaiannya dalam ilmu hadits membuat sebagian manusia menilainya sebagai ahli hadits dibanding sebagai ahli fiqih. Dari tahun 195197H, dia berguru kepada Imam Asy Syafi’i di Baghdad, dan menjadi salah satu murid utamanya. Namun, Imam Asy Syafi’i mengambil manfat ilmu hadits darinya. Al Mizzi mengatakan guru Imam Ahmad melebihi 104 orang, diantaranya Sufyan bin Uyainah, Abdullah bin Mubarak, dan Yahya bin Said al Qaththan. Karyanya ternama adalah Musnad (berisi 30.000 hadits), At Tafsir (120.000 hadits), dan lainnya. Beliau disiksa oleh tiga masa khalifah (Al Mu’tashim, Al Watsiq, dan Al Mutawakkil) lantaran kekukuhannya bahwa Al Quran adalah firman Allah, sementara khalifah meyakini Al Quran adalah makhluk, bukan firman Allah. Beliau wafat, Jumat 12 Rabiul Awal 241H (855M). Adz Dzahabi mengatakan dari Abu Bakar al Khalal, bahwa jenazah Imam Ahmad diantarkan 1 juta manusia, turut pula 60 ribu wanita. Riwayat lain menyebut 20 ribu orang Yahudi, Nasrani, dan Majusi masuk Islam, setelah wafatnya Imam Ahmad bin Hambal. 10
  • 11. Sedangkan Imam Asy Syafi’i 30 membolehkan dzikir dikeraskan oleh Imam dalam rangka mengajarkan para ma’mum di belakangnya, walau pada dasarnya dia sendiri lebih suka dengan suara lirih dan sendiri. (Al Umm, Juz, 1, hal. 110) Tetapi, tidak selamanya ‘kan ma’mum diajarkan? Alasannya adalah dahulu Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhu pernah shalat jenazah dengan membaca Al fatihah dikeraskan (padahal seharusnya sirr – dipelankan). Setelah shalat, jamaah bertanya kepadanya kenapa Ia mengeraskan Al fatihah dalam shalat jenazah? Ia menjawab: “Agar kalian tahu, membaca Al fatihah dalam shalat jenazah adalah sunah.” Namun perlu diketahui, ada ulama –yakni Imam Ibnu Taimiyah- yang menyatakan bahwa tidak benar anggapan yang menyebutkan bahwa Imam Asy Syaifi’i membolehkan dzikir dikeraskan setelah shalat wajib. Wallahu A’lam Imam Zainuddin al-Malibari menegaskan: “Disunnahkan berzikir dan berdoa secara pelan seusai shalat. Maksudnya, hukumnya sunnah membaca dzikir dan doa secara pelan bagi orang yang shalat sendirian, berjema’ah, imam yang tidak bermaksud mengajarkannya dan tidak bermaksud pula untuk memperdengarkan doanya supaya diamini mereka." (Fathul Mu’in, 24). Berarti kalau berdzikir dan berdoa untuk mengajar dan membimbing jama’ah maka hukumnya boleh mengeraskan suara dzikir dan doa. Contoh hadits yang menganjurkan untuk mengeraskan dzikir riwayat Ibnu Abbas berikut ini: ‫أن أب م بد م ل ن عب س أ بره أن ن عب س رضي له ع هم أ بره‬ D B B @‫خ‬B ‫ا‬B D @‫ن‬B D ‫ ال‬B H B > ‫ ا‬B B @‫ اب‬B D B B @‫خ‬B > ‫ ا‬B H @‫ى اب‬B @‫و‬B > B @‫ع‬B ‫ا‬B B B ‫ عل ه‬D ‫أن ر ع ص ت ب ذ ر ح ن ي صرف ن س م م ت بة ك ن عل ع د نبي صل ل‬ H @‫ي‬B B ‫ى اله‬B x H ‫ ال‬H @‫ه‬B ‫ى‬BB B ‫ا‬B H B ‫و‬D @‫ك‬B @‫ن@ ال‬H D ‫ ال ا‬D H B @‫ن‬B B ‫ي‬H H @‫ك‬x ‫ال‬H H @‫ ال و‬B @‫ف‬B B ‫وسلم وق ل ن عب س ك ت أ لم إذ صرف بذلك إذ سم ته‬ D D @‫ع‬H B ‫ا‬B H B H B H ‫وا‬D B B @‫ا ان‬B H D B @‫ع‬B D @‫ن‬D > ‫ ا‬B D @‫ اب‬B ‫ا‬B B B B B Sesungguhnya Abu Ma’bad pelayan Ibnu Abbas, mengabarkan bahwa Ibnu Abbas menceritakan kepadanya, tentang meninggikan suara dalam berdzikir ketika manusia selesai dari shalat wajib, dan hal itu terjadi pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkatalah Ibnu Abbas: "Aku mengetahui dan mendengarnya (berdzikir dengan suara keras) apabila mereka selesai 31 melaksanakan shalat dan hendak meninggalkan (masjid).” Imam Ibnu Hajar Al Asqalani Rahimahullah32 berkata: 30 Pendiri madzhab Syafi’i, madzhab ketiga kelahirannya setelah Hanafi dan Maliki. Nama aslinya Muhammad bin Idris bin Al ‘Abbas bin Utsman bin Asy Syafi’ Al Qursyi bin Abdil Muthallib bin Abdi Manaf, nasabnya disandarkan kepada Asy Syafi’ oleh karena itu beliau dipanggil dengan Asy Syafi’i. Lahir di Ghaza (Palestina) tahun 150H (767M). Hafal Al Quran usia tujuh tahun, dan hafal kitab Al Muwaththa’ usia sepuluh tahun. Beliau dijuluki Imam Nashirus Sunnah (pembela As Sunnah) lantaran kegigihannya melawan kaum ingkar sunah pada masanya. Dia berhasil memadukan kecerdasan ahli ra’yi (rasional) yang diwariskan dari murid-murid Abu Hanifah, dengan ketelitian ahli hadits yang dia peroleh langsung dari Imam Malik. Dia menjadi murid Imam Malik sejak kecil, lantaran saat itu sudah hafal kitab Al Muwaththa’. Beliau juga menjadi orang pertama yang melembagakan keilmuan Ushul Fiqih dalam kitabnya Ar Risalah. Sepanjang hidupnya, beliau memiliki dua pemikiran fiqih, yakni Qaul Qadim (pendapat lama) ketika masih di Baghdad, dan Qaul Jadid (pendapat baru) ketika pindah ke Mesir. Usia 15 tahun sudah diberikan rekomendasi untuk berfatwa. Ar Rabi’ mengatakan bahwa Asy Syafi’i lebih cerdas dibanding para imam besar lainnya seperti Abu Hanifah, Abu Yusuf, Muhamamd bin Hasan, Hammad Ibrahim Al Aswad dan Alqamah. Beliau telah menghasilkan 140an karya, yang terkenal adalah Al Umm, Al Musnad, dan lainnya. Murid-muridnya adalah Imam Ahmad, Imam Abu Tsaur, Imam Al Muzani, Imam Al Buwaithi, dan lain-lain. Wafat di Mesir malam Jumat setelah maghrib Sya’ban 204H (820M). 31 HR. Bukhari, Kitab Al Adzan Bab Adz Dzikri Ba’da Ash Shalah, Juz. 3, Hal. 345, No hadits. 796, dan Muslim, Kitab Al Masajid wa Mawadhi’ Ash Shalah Bab Adz Dzikri Ba’da Ash Shalah, Juz. 3 Hal. 239. No hadits. 919. Al Maktabah Asy Syamilah 32 Beliau adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar al Kannani. Qabilah berasal dari Asqalan. Beliau lahir di Mesir 22 Sya’ban 773H (1372M). Dia seorang Al Hafizh, faqih bermadzhab Syafi’i, ahli ibadah, dermawan, wara’, tenang, berwibawa, pendiam, tinggi, bermuka cerah, tutur katanya sopan. Ia dijuluki Amirul Mu’minin fil hadits (pemimpinnya kaum muslimin dalam ilmu hadits) pada masanya. Ia diberikan jabatan Qadhi Al Qudhat (semacam Hakim Agung). Berguru kepada para imam sperti Al Bulqini, Ibnul Mulqin, Al ‘Iraqi, Al Haitsami, Al Majd Asy Syairazi, Al Muhib bin Hisyam dan Al Ghimari. Sementara murid-muridnya telah menjadi Imam bagi kaum muslimin yakni Imam As Sakhawi, Imam 11
  • 12. ‫اة‬B ‫ب ال‬H B H @‫ك‬x ‫ال‬H ‫ه@ر‬B @‫از ال‬B B ‫ى‬B B ‫يل‬H B H ‫ي‬H B ‫وف ه دل عل جو ج ب ذ ر عق صل‬ “Dalam hadits ini terdapat dalil bolehnya mengeraskan dzikir setelah shalat.” 33 Di halaman yang sama beliau mengutip dari Imam An Nawawi: ‫ة‬B …H ‫ي……م‬H @‫ع‬B H …@‫ج‬B H ‫ا‬Š ‫……ي‬H B ‫……ا‬Š @‫ق‬B H …H ‫وا‬D …B B @‫…م‬D B ‫……ى‬B B ‫يث‬H …B @‫ا ال‬B …B š H H ‫ ال ……ا‬B …B B : š H B ‫ ال‬B ‫ا‬B B ‫وق ل نووي حم ل ش فعي ه ذ ح د عل أنه جه ر ب ه و ت يس ر لأ ل ت ل ص ف‬ ‫ت ج‬ B …‫ي‬H @‫ن@ اح‬H ‫ا‬H ‫ك@ر‬x …‫ ال‬H ‫……ا‬B H @‫خ‬D ‫وم‬D @‫أ‬B @‫ال‬B ‫ام‬B H @‫ ال‬B ‫ار‬B @‫خ‬D @‫ال‬B ، H H ‫ه@ر‬B @‫ى ال‬B B ‫وا‬D B ‫ا‬B @‫م‬D B ‫ا‬B ، ‫ك@ر‬x ‫ال‬ ‫ل أنه د وم عل ج به و م ت أن إم و م م ي في ن ذ إل إ‬ ‫ذ‬ . ‫يم‬H @‫ى ال ع‬B H ‫إل ت ل‬ “Berkata An Nawawi: “Imam Asy Syafi’i memahami hadits ini bahwa mereka mengeraskan suara yang dengan itu menjadi waktu yang mudah untuk mempelajari sifat dzikir, tidak berarti mereka membiasakan mengeraskan suara, dan pendapat yang dipilih adalah bahwa Imam dan Makmum hendaknya merendahkan suara dalam dzikir, kecuali karena kebutuhan untuk mengajar.” 34 Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Pernah Mengeraskan Suara Disebutkan dalam beberapa hadits shahih, kadang kala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdzikir dan berdoa dengan meninggikan suaranya, namun riwayat ini tidak menunjukkan bahwa itu menjadi suatu kelaziman (kebiasaan) baginya dan bukan pula setelah shalat wajib. Imam Muslim meriwayatkan bahwa ketika menjelang perang Badar, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa demikian, dari Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu: ‫لم ك ن ي م ب ر نظ ر رس ل ل ه ص ل ل ه عل ه وس لم إل م رك ن وه أ ف‬ u … @‫ل‬B @‫ …م‬D B B ‫ي‬H H … @‫ش‬D @‫……ى ال‬B H B … B B H … @‫ي‬BB D … ‫ …ى ال‬B H … ‫ ال‬D ‫……و‬D B B … B B > @‫ …د‬B D @‫ …و‬B B ‫……ا‬B ‫ ……ا‬B ‫وأ ح به ثل ث م ئة وت عة عشر رجل ف ت بل نبي له صل له عل ه وسلم ق لة ثم مد يد ه‬ H @‫ي‬B B B D B B @‫ب‬H @‫ ال‬B B B H @‫ي‬BB D ‫ى ال‬B H ‫ ال‬m H B B B @‫ق‬B @‫اس‬B ‫ا‬Š D B B B B B B @‫س‬H B > B ‫ا‬H D ‫ا‬B B D D ‫ا‬B @‫ص‬BB B B ‫……ا‬B H @‫ ال‬H H …B @‫…ك‬H @‫ه‬D @‫ن‬H …D ‫ي ال‬H B @‫…د‬B B ‫……ا‬B H ‫… آ‬D ‫ي ال‬H B @‫…د‬B B ‫ا‬B ‫ي‬H @‫ز‬H @‫ن‬B D ‫ ال‬H x B H D H @‫ه‬B B B B B ‫فجعل ي تف بربه لهم أ ج ل م وع تن له م ت م وع تن له م إ ت ل ه ذه عص بة‬ ‫م أ ل إ ل م ل ت ب ف أ ض فم ز ل ي تف بربه م د يد ه م ت بل ق لة حت سقط رد ؤه‬ D D ‫ا‬B H B B B ‫ ى‬B H B @‫ب‬H @‫ ال‬B H @‫ق‬B @‫س‬D H @‫ي‬B B ‫ا‬µ ‫ا‬B H x B H D H @‫ه‬B B ‫ا‬B ‫ا‬B B H @‫ر‬B @‫ي ال‬H @‫د‬B @‫ع‬D ‫ا‬B H ‫ا‬B @‫س‬H @‫ ال‬H @‫ه‬B @‫ن‬H ‫ع م كب ه فأت ه أب ب ر فأخذ رد ءه فأ ق ه عل م كب ه ث م تزم ه م ور ئه وق ل ي نب ي ل ه‬ H …‫… ال‬H B ‫…ا‬B B ‫…ا‬B B H H ‫ا‬B B @‫…ن‬H D …B B B @‫… ال‬D H …@‫ي‬B H @‫ن‬B ‫…ى‬B B D ‫ا‬B @‫ل‬BB D B ‫ا‬B H B B B B > @‫ك‬B ‫و‬D B D ‫ا‬B B B H @‫ي‬B H @‫ن‬B @‫ن‬B ‫كف ك من شدتك ربك فإنه سي جز لك م وعدك‬ B B B B ‫ا‬B B B D H @‫ن‬D B D H B B B B D B B ‫ا‬B D B ‫ا‬B B “Ketika hari Badar, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memandang kaum musyrikin yang berjumlah seribu orang, sementara pasukannya 319 laki-laki, maka Nabi menghadap kiblat lalu mengangkat tangannya dan bedoa kepada Rabbnya: “Ya Allah penuhilah kepadaku apa-apa yang telah Kau janjikan kepadaku, Ya Allah datangkanlah kepadaku apa-apa yang telah Kau janjikan kepadaku, Ya Allah jika pasukan Islam ini dikalahkan, maka tidak ada lagi yang menyembahMu di muka bumi.” Rasulullah terus menerus demikian, menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya sampaisampai selendang dipundaknya terjatuh, lalu Abu Bakar mendekatinya dan mengambil selendang itu serta meletakkannya kembali ke pu dak Rasulullah, lalu mengikutinya terus dibelakangnya, lalu beliau berkata: “Wahai nabi Allah, cukup sudah senandung doamu kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia akan memenuhi apa-apa yang tekah dijanjikanNya kepadamu.” 35 Mengometari doa di atas, Imam An Nawawi Rahimahullah36 berkata: Zakaria Al Anshari, Imam Al Biqa’i, dan lainnya. Karyanya sangat banyak, yang terkenal adalah Fathul Bari, Bulughul Maram, Tahdzibut Tahdzib, Lisanul Misan, Talkhish Al Habir, dan lainnya. Wafat di Mesir pada Sabtu malam 28 Dzulhijjah 852H (1448M), dikuburkan dekat makam Imam Asy Syafi’i. 33 Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, Juz. 3, Hal. 248. No hadits. 796. Al Maktabah Asy Syamilah 34 Ibid HR. Muslim, Kitab Al Jihad was Siyar Bab Al Imdad bil Malaikah fi Ghazwati Badr …, Juz. 9, Hal. 214, No. 3309. Al Maktabah Asy Syamilah 35 12
  • 13. ‫ي‬H ‫ ال و@ت‬H @‫ف‬B H ‫أ@س‬B ‫ا‬B D BB ، H ‫ي‬H H @‫ي‬B B @‫ف@ع ال‬B B ‫اء‬B m ‫ي ال‬H ‫ة‬B @‫ب‬H @‫ال ال‬B @‫ق‬H @‫س‬H ‫اب‬B @‫ح‬H @‫س‬H : H ‫ي‬H B ‫وف ه ا ت ب ا ت ب ق ل ف دع ور يد ن ف ه وأنه ل ب بر ع ص ف‬ ‫اء‬B m ‫ال‬ ‫دع‬ “Dalam hadits ini, dianjurkan menghadap kiblat ketika berdoa dan mengangkat kedua tangan, dan tidak mengapa mengeraskan suara dalam bedoa.” 37 Dari Abdurrahman bin Abza dari ayahnya: @‫ل‬D B B ‫و‬D H ‫ا‬B @‫ا ال‬B m B ‫ا‬B @‫ل‬D B ‫ى‬B @‫ع‬B @‫ ال‬B x B B @‫ح@ اس‬x B H D H ‫و‬D B ‫ا‬B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B H ‫ ال‬B ‫و‬D B B ‫م ربك أ ل وق ي أيه ك فر ن وق‬ ‫أن رس ل له صل له عل ه وسلم ك ن ي تر بسب‬ ‫هو له أحد وك ن يق ل إذ سلم س ح ن ملك قد س ثل ث وي فع ص ته ب ث لثة‬ H B H ‫ال ا‬H D B @‫و‬B D B @‫ر‬B B ‫ا‬Š ‫ا‬B B H ‫و‬m D @‫ ال‬H H B @‫ ال‬B ‫ا‬B @‫ب‬D B B ‫ا‬B H D ‫و‬D B B ‫ا‬B B u B B D ‫ ال‬B D “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam shalat witir membaca Sabbihisma Rabbikal A’la, Qul Yaa Ayyuhal Kafirun, dan Qul Huwallahu Ahad, dan jika selesai mengucapkan salam di membaca Subhanal Malikil Quddus tiga kali, dan meninggikan suaranya pada kali yang ketiga.” 38 Alasan lain menurut kalangan yang membolehkan dzikir dikeraskan adalah adanya haditshadits tentang dzikir yang diajarkan Rasulullah, yang didengarkan oleh para sahabat. Itu menunjukkan bahwa dizikir pasti keraskan, sebab, mana mungkin para sahabat mengetahui bacaan dzikir adalah ini dan itu, jika Rasulullah bersuara pelan? Bagaimana para sahabat bisa mendengar jika bacaannya pelan? Demikianlah alasan kelompok ini. Bagaimana menyikapi dua dalil yang seakan-akan kontradiktif itu. berikut penjelasan Imam An Nawawi Rahimahullah: @‫ …ي‬H H B H ‫ا‬B … ‫ال‬B H @‫ك‬x … ‫ال‬H H … @‫ه‬B ‫ ال‬H ‫ا‬B @‫ح‬H … @‫ …ي@ اس‬H H B H ‫ا‬B … ‫ ال‬H @‫ي‬H ‫……ا‬B B ‫ ا‬B … @‫ي‬B m H B … ‫ ال‬B … B B @‫ …د‬B B ‫ت ب ب ج ر ب ذ ر و و ردة ف‬ ‫وق جم ع ن ووي ب ن لح د ث و ردة ف‬ ‫ ن أ ن ئم ن و ج ر‬D‫ت ب ب ل ر ر به بأن ل ف ء أ ضل ح ث خ ف ر اء أ تأذ مص‬ D @‫ه‬B ‫ال‬B .B @‫و‬D H ‫و@ال ا‬B B @‫و‬šB D ‫ ى ال‬B B @‫و‬B B B ‫ي‬x ‫ ال‬B ‫ا‬B D @‫ي‬B D B @‫ف‬B B ‫ا‬B @‫خ‬H ‫ ا‬B H H H H ‫ا‬B @‫س‬H ‫ ا‬H ‫ا‬B @‫ح‬H @‫اس‬ ‫ل‬ H H ‫ ال… ا‬B …@‫ل‬B D H @‫و‬D D B H B B @‫ي‬H H ‫ى ال ا‬B H ‫ ى‬B B B D B B H ‫ا‬B B B H B D B @‫ك‬B H @‫ي‬H B B B ‫ ال‬B H B H ‫ا‬B H @‫ي‬B @‫ي‬H D B @‫ف‬B ‫أ ضل ف غ ر ذ لك لأن عمل ف ه أ ثر ولأ ف ئدته تتعد إل س مع ن ولأنه ي قظ ق ب ذ كر‬ ‫ن‬ B @‫ ال و‬D x B D B H @‫ي‬B H D B @‫م‬B D š B D B H @‫ك‬H ‫ى ال‬B H D B D B @‫ج‬B B " ‫ف س عه إل ه ويطرد ن م‬H ‫وي مع همه إل ف ر ويص‬ ‫ر‬ “Imam Nawawi menkompromikan (al jam’u wat taufiq) antara dua hadits yang mensunnahkan mengeraskan suara dzikir dan hadist yang mensunnahkan memelankan suara dzikir tersebut, bahwa memelankan dzikir itu lebih utama sekiranya ada kekhawatiran akan riya', mengganggu orang yang shalat atau orang tidur, dan mengeraskan dzikir lebih utama jika lebih banyak mendatangkan manfaat seperti agar kumandang dzikir itu bisa sampai kepada orang yang ingin mendengar, dapat mengingatkan hati orang yang lalai, terus merenungkan dan menghayati dzikir, mengkonsentrasikan pendengaran jama’ah, menghilangkan ngantuk serta menambah semangat." (Ruhul Bayan, Juz 3, hal. 306). 36 Beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Muri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam Al Hizam Al Haurani Ad Dimasyqi Asy Syafi’i. Imam An Nawawi biasa dipanggil Abu Zakaria, itu adalah kebiasaan orang Arab, jika bernama Yahya akan dipanggil Abu Zakaria karena meniru Nabi Yahya dan ayahnya Nabi Zakaria ‘Alaihimas Salam. Lahir di Nawa pada Muharram 631H (1234M), hidup dalam kesederhanaan dan kesungguhan, jarang tertawa, zuhud, ahli ibadah, faqih bermadzhab Syafi’i, Al Hafizh, dan tokoh utama dalam madzhab Syafi’i. Karya-karyanya sangat banyak dan diterima oleh ulama dan orang awam, seperti Syarh Shahih Muslim, Riyadhusshalihin, Al Arbai’in, Al Adzkar, At Taqrib, Raudhatut Thalibin, Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, dan lain-lain. Wafat di Nawa pada malam selasa 24 Rajab 676H (1278M) pada usia 45 tahun dan belum menikah karena kesibukannya terhadap ilmu. 37 Imam An Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Juz. 6, Hal. 213, No. 3309. Al Maktabah Asy Syamilah) 38 HR. An Nasa’i, Kitab Qiyamul Lail wa Tathawwu’ an Nahar Bab Dzikrul Ikhtilaf ‘ala Syu’bata Fih, Juz. 6, Hal. 243, No hadits. 1713. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albany, Shahih wa Dhaif Sunan An Nasa’i, Juz. 4, Hal. 376, No. 1732. Al Maktabah Asy Syamilah 13
  • 14. Namun demikian, hendaknya bagi yang ingin mengeraskan suara dalam dzikir, dilakukan dengan suara yang wajar dan tidak mengganggu jamaah yang masbuq, hingga hilang kekhusyu’an mereka. Tidak sedikit kelompok jamaah yang baru, suara imamnya kalah oleh suara dzikir jamaah sebelumnya. Akhirnya memicu pertengkaran di antara jamaah mesjid. Sampai di sini. 2. Berdoa setelah shalat Di atas adalah tentang berdzikir setelah shalat. Sekarang tentang berdoanya. Para ulama berselisih pendapat tentang berdoa setelah shalat wajib. Ada yang mengatakan sebagai amalan yang disyariatkan, bahkan termasuk waktu yang bagus untuk berdoa. Seperti kalangan pengikut Syafi’iyah. Apalagi berdoa setelah shalat Shubuh dan Ashar, sebagai pengganti dari shalat sunah, sebagaimana yang difahami oleh pengikut Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah, dan Imam-imam lainnya. Hal ini, mereka beralasan beberapa hadits berikut. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah di tanya: “Ayyu du’a’i asma’? (Doa apakah yang paling didengar?).” Beliau menjawab: “Doa pada jaufil lailil akhir (sepertiga malam terakhir), dan doa setelah shalat wajib.” 39 Dari Mu’adz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu: Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suatu hari memegang tangannya dan berkata: “Hai Mu’adz, saya sungguh sayang padamu!” Mu’adz menjawab: “Demi ibu bapakku yang menjadi tebusan anda, aku juga menyayangi Anda wahai Rasulullah!” Sabda Rasulullah: “Hai Mu’adz saya amanatkan kepadamu agar setiap selesai shalat, jangan sekali-kali ketinggalan membaca: Allahumma ‘a’inni ‘ala dzikrika wasyukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah bantulah aku dalam mengingatmu, bersyukur dan memperbaiki ibadah kepadaMu). 40 Dalam riwayat lain: ‫فض لة ن عب د ص حب رس ل له صل له عل ه وسلم يق ل‬ D ‫و‬D B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B H ‫ ال‬H ‫و‬D B B H ‫ا‬B > @‫ي‬B D B @‫ ب‬B B ‫ا‬B B @‫م‬B B ‫ى‬B ‫ا‬B B B ‫د@ ال‬x B D @‫م‬B H H ‫ا‬B B ‫ي‬H ‫و‬D @‫د‬B ‫ا‬Š D B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B H ‫ ال‬D ‫و‬D B B H B ‫سمع رس ل له صل له عل ه وسلم رجل ي ع ف صل ته ل يمج له تع ل ول‬ ‫م دع ه‬D ‫يصل عل نبي صل له عل ه وسلم فق ل رس ل له صل له عل ه وسلم عجل هذ‬ D ‫ا‬B B ‫ا ث‬B B B H B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B H ‫ ال‬D ‫و‬D B B ‫ا‬B B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B x H ‫ى ال‬B B x B D ‫فق ل له أ لغ ره إذ صل أحدك ف ي د بت ج د ربه جل وعز و ثن ء عل ه ثم يصل عل نبي‬ x H ‫ى ال‬B B ‫ي‬xB D D H @‫ي‬BB H ‫ا‬B ‫ال‬B B B B H x B H ‫ي‬H @‫م‬B H @‫أ‬B @‫ب‬B @‫ل‬B @‫م‬D D B B ‫ى‬B ‫ا‬B H H H @‫ي‬B H @‫و‬B D B B ‫ا‬B B ‫صل له عل ه وسلم ثم ي ع ب د بم ش ء‬ B ‫ا‬B ‫ا‬B H D @‫ع‬B ‫و‬D @‫د‬B D B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B Fadhalah bin Ubaid, seorang sahabat Nabi, berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam mendengar seorang yang berdoa ketika shalat, tanpa memuji Allah Ta’ala, belum bershalawat kepada Rasulullah, Maka beliau bersabda: “Segera kemari,” lalu dia memanggilnya dan berkata kepadanya – atau kepada lainnya: Jika salah seorang kalian selesai shalat, maka hendaknya dia memulai dengan memuji Allah ‘Azza wa Jalla, dan memuliakanNya, kemudian bershalawat atas Rasulullah, lalu berdoalah setelah itu sekehendaknya.” 41 39 HR. At Tirmidzi, Juz. 11, Hal. 404, No hadits. 3421, katanya sanadnya hasan. An Nasa’i, As Sunan Al Kubra, Juz. 6, Hal. 32. Al Maktabah Asy Syamilah 40 HR. Abu Daud, Juz. 4, Hal. 314, No hadits. 1301, Ahmad, Juz. 45, Hal. 96, 102, No hadits. 21103, 21109. Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, Juz. 7, hal. 63, 134. Abdurrazaq, Al Mushannaf, Juz. 10, Hal. 439. An Nasa’i, As Sunan Al Kubra, Juz. 6, Hal. 32. Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alash Shaihain, Juz. 3, Hal. 16. No hadits. 960. Katanya: shahih, sesuai syarat shahihain. At Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, Juz. 14, hal. 460, No hadits. 16532. Al Maktabah Asy Syamilah 41 HR. Abu Daud, Juz. 4, Hal. 280, No hadits. 1266. At Tirmidzi, Juz. 11, Hal. 381, No hadits. 3399, katanya hadits ini hasan shahih. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra , Juz. 2, Hal. 148. Al Hakim, Mustadrak ‘alash Shaihain, Juz. 2, Hal. 496, No hadits. 940, kata Al Hakim hadits ini shahih sesuai syarat syaikhan/BukhariMuslim. Al Makatabah Asy Syamilah 14
  • 15. Imam Abu Thayyib berkata tentang hadits ini, khususnya ketika mengomentari ‘seorang yang berdoa ketika shalat’: ‫ا‬D‫ع@ده‬D‫و@ ب‬A‫اته أ‬A‫ل‬D‫ي@ ف;ي آخ;ر ص‬A‫أ‬ “Yaitu pada akhir shalat atau sesudahnya.” 42 Tiga Hadits ini menjelaskan tentang doa setelah selesai shalat, maka berdoa setelah shalat merupakan anjuran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, namun dilakukannya setelah dzikir. Inilah yang benar, Insya Allah Ta’ala. Namun, ada juga yang mengatakan berdoa setelah shalat wajib sebagai bid’ah, sebab menurut mereka, doa-doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dilakukan seluruhnya di dalam shalat, bukan setelah shalat. Menurut mereka, Rasulullah tidak pernah berdoa setelah shalat wajib. Menurut mereka, tak ada satu pun hadits yang menunjukkan hal itu. Inilah pandangan Imam Ibnu Taimiyah 43, Imam Ibnul Qayyim 44, dan Imam Asy Syathibi. Adapun setelah shalat, bukanlah doa tetapi dzikir saja. Seperti istighfar, laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalah dst, Allahumma anta salam, tasbih, tahmid, takbir masing-masing 33 kali, dst. Sedangkan hadits di atas tidak menunjukkan berdoa setelah shalat wajib, hanya menyebut berdoa setelah shalat. Bisa jadi itu bermakna shalat sunah Yang pasti tidak ada kejelasan, apakah doa setelah shalat wajib atau sunah. Bahkan ada juga ulama yang menganggap bahwa masalah ini sangat luwes dan luas. Bagi yang ingin berdoa, silahkan ia melakukan, bagi yang tidak mau silahkan tinggalkan. Ada juga ulama yang mengatakan, berdoa setelah shalat tidak apa-apa dilakukan, tetapi bukan rutinitas. Selanjutnya, ada satu lagi masalah, bagaimana dengan berdoa dipimpin oleh satu orang (imam shalat) dengan suara keras? Nah, sama dengan sebelumnya, mereka juga berbeda pendapat. Bagi yang membid’ahkan, menurut mereka tidak ada satu pun dalil dalam Al Quran dan As Sunnah yang menunjukkan hal itu dalam shalat wajib. Tidak ada contohnya dalam perilaku Rasulullah, sahabat, dan generasi terbaik. Justru yang ada dalam Al Quran, agar kita berdoa pelan-pelan. Tidak keras-keras, sebab itu melampaui batas. Allah Ta’ala berfirman: 42 Imam Abu Thayyib Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud, Juz. 3, Hal. 412, No. 1266. Al Maktabah Asy Syamilah 43 Beliau adalah Ahmad bin Abdil Halim bin Abdissalam bin Abdillah bin Al Khadr bin Muhammad bin Al Khadr bin Ali bin Abdillah bin Taimiyah An Namiri Al Harrani Ad Dimasyqi Abu Al Abbas Taqiyyuddin Syaikhul Islam. Nama Ibnu Taimiyah di ambil dari kakeknya dari jalur ibu. Lahir di Harran (wilayah Turki) tahun 661H (1263M). Ia dijuluki Syaikhul Islam, penjaga agama, pemberantas syirk dan bid’ah, lautan ilmu, paling tahu tentang ilmu hadits pada zamannya, begitu juga tentang Al Quran dan Qiraat dan juga seorang mujahid. Beliau ikut Andil dalam peperangan melawan pasukan Tartar dan mengajak sultan saat itu untuk mengobarkan jihad kaum muslimin. Az Zamlakani mengatakan sejak lima ratus tahun lalu belum ada manusia yang ilmu haditsnya seperti dia. Keluasan ilmunya, kedudukannya yang tinggi membuat banyak dengki ulama lainnya. Menyebarkan fitnah untuknya hingga dia dipenjara oleh penguasa saat itu. Karya-karyanya saat ini mempengaruhi seluruh pemikiran umat Islam baik ulama atau orang awam, seperti Majmu’ Fatawa, Fatawa Al Kubra, Raf’ul Malam ‘an A’immatil A’lam, Iqtdha Shirathal Mustaqim, Al Furqan Baina Auliya’ir Rahman wa Auliya’isy Syaithan. Wafat di Damaskus 28 Zulqa’dah 728H (1328M) dan belum menikah karena pengorbanannya untuk jihad dan ilmu.. Murid-muridnya adalah para imam juga seperti Imam Ibnul Qayyim, Imam Ibnu Abdil hadi, Imam Ibnu Katsir, Imam Adz Dzahabi dan lainnya. 44 Dia adalah Muhammad bin Abi Bakar bin Ayyub bin Sa’ad bin Hariz bin Makki, Zainuddin Az Zur’i Ad Dimasyqi Al Hambali. Lahir di Damaskus 7 Shafar 691H. Berguru kepada Ibnu Taimiyah sampai gurunya wafat. Hingga dia sangat meguasai apa yang diperoleh dari gurunya baik ilmu hadits, fiqih, tafsir, ushul, sejarah, dan nahwu. Beliau juga seorang yang rajin ibadah, banyak shalat malam. Ibnu Katsir mengatakan belum pernah dia temui manusia yang ibadahnya melebihi Ibnul Qayyim. Mulla Ali Al Qarri mengatakan Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim merupakan tokoh Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan wali umat ini. Karyanya yang terkenal adalah I’lamul Muwaqi’in, Fawaidul Fawaid, Zaadul Ma’ad, Ighatsatul Lahfan, Miftah Daris Sa’adah, dan lain-lain. Beliau wafat malam kamis bertepatan adzan Isya 13 Rajab 751, usia 60 tahun. Muridnya adalah Imam Ibnu Rajab (pengarang Shaidul Khatir dan Jami’ul Ulum wal Hikam), Imam Ibnu Katsir, Imam Adz Dzahabi, dan lainnya. 15
  • 16. “Berdoalah kepada tuhanmu dengan merendah dan pelan, sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al A’raf: 55) Yang ada menurut mereka adalah berdoa dikeraskan dalam khutbah jumat, doa meminta hujan dalam shalat istisqa, doa qunut nazilah, doa pada akhir majelis. Adapun doa dikeraskan yang dipimpin oleh satu orang setelah shalat wajib, menurut pandangan ulama-ulama ini, tidak ada dasarnya dalam Al Quran dan As Sunnah. Sedangkan bagi yang mendukung berdoa dipimpin oleh Imam shalat, mereka beralasan hadits sbb: Dari Tsauban, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: @‫م‬D B ‫ا‬B @‫د‬B B B B B @‫ن‬H B @‫م‬D B ‫و‬D H ‫ا‬B m ‫ال‬H D B @‫ف‬B m D B B ‫ا‬Š @‫و‬B u D B m D B ‫ا‬B ‫ل يؤم رجل ق م فيخص ن سه ب دع ء د نه فإ فعل فق خ نه‬ “Janganlah seseorang mengimami sebuah kaum, lalu dia mengkhususkan berdoa untuk dirinya tanpa mendoakan kaumnya. Jika itu dilakukan, maka dia telah mengkhianati mereka.”45 Demikianlah uraian masalah ini. Betapa para ulama telah silang pendapat begitu banyak. Maka, hendaknya setiap muslim mengikuti pandangan ulama yang menurutnya paling kuat dalilnya. Sebab, Al haq ahaqqu ayyuttaba’ (Kebenaran lebih layak untuk diikuti). Namun, tidak dibenarkan kita memaksa apalagi melecehkan orang-orang yang berbeda dengan kita. Wallahu A’lam **** 7. As. Wr. Wb. Ust, apakah yang dimaksud shalat wustha? (jamaah mesjid Darus Salam - Anom – Desa Harapan – Pemangkat) Jawab: Wa ‘alaikum Salam, Wr Wb. Bismillahirrahmanirahim. Wustha secara bahasa artinya pertengahan. Shalat wustha adalah shalat pertengahan, yakni ashar. Allah Ta’ala berfirman: “Peliharalah kamu (kerjakanlah Dengan tetap dan sempurna pada waktunya) Segala sembahyang fardu, khasnya sembahyang Wustha (sembahyang Asar), dan berdirilah kerana Allah (dalam sembahyang kamu) Dengan taat dan khusyu’.” (QS. Al Baqarah; 238) ‫علي ن أب ط لب رضي له ع ه ق ل‬ B ‫ا‬B D @‫ن‬B D ‫ ال‬B H B > H ‫ا‬B ‫ي‬H B D @‫ ب‬m H B ‫……ا‬B B ‫ا‬Š ‫……ا‬B @‫م‬D B ‫……و‬D D B @‫م‬D B ‫……و‬D D D …‫ ال‬B B B B ‫ا‬B B H B @‫ن‬B @‫ ال‬B @‫و‬B B B B H @‫ي‬B B D ‫ى ال‬B x H ‫ ال‬B B ‫ ا‬D ‫كن مع نبي صل له عل ه وسلم ي م خ دق فق ل ملأ ل ه قب ره وبي ته ن ر كم‬ ‫شغل ن ع صل ة و ط حت غ ب ش س وهي صل ة ع ر‬ H @‫ص‬B @‫ ال‬D ‫ا‬B B B H B D @‫ت@ ال م‬B ‫ا‬B ‫ ى‬B ‫ى‬B @‫س‬D @‫ ال‬H ‫ا‬B B @‫ن‬B ‫ا‬B ‫و‬DB B Ali bin Abi Thalib Radhilallahu ‘Anhu berkata, kami bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada perang Khandaq, beliau bersabda: “Allah akan penuhi kuburan mereka dan rumah-rumah mereka dengan api neraka, sebagaimana mereka telah menyibukkan kami dari shalat wustha hingga matahari terbenam, yaitu shalat Ashar.” 46 45 HR. Abu Daud, Kitab Ath haharah Bab Ayushalli Ar Rajulu wa Huwa Haqin, Juz. 1, Hal. 127, No. 83. At Tirmidzi, Kitab Ash Shalah Bab aa Ja’a Fi Karahiyati An Yakhusshal Imam Nafsahu bid Du’a, Juz. 2, Hal. 95, No. 325. Katanya: hadits ini hasan. Ibnu Majah, Kitab Iqamatus Shalah was Sunnah fiha Bab Laa Yakhushshal Imam Bid Du’a, Juz. 3, Hal. 176, No. 913. Ahmad, Juz. 45, Hal. 206, No. 21211. Al Maktabah Asy Syamilah 16
  • 17. Dalam riwayat Imam at Tirmidzi 47, dari Samurah bin Jundab, bahwa Rasulullah bersabda, “Shalat wustha adalah shalat Ashar.” 48 Wallahu A’lam **** 8. As. Wr. Wb, sampai batas manakah panjang lengan pakaian Rasulullah? (dari 081345228xxx - Pemangkat) Jawab: Wa ‘Alaikum Salam Wr Wb. Bismillahirrahmanirrahim Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyukai pakaian yang lengannya hingga pergelangan tangan. Dalilnya: Dari Asma binti Yazid al Anshariyah Radhiallahu ‘Anha dia berkata: “Lengan baju gamis Rasulullah adalah sampai pergelangan tangan.” 49 Syaikh al Albany50 mendha’ifkannya.51 Jika hadits ini hasan, maka tidak ada indikasi anjuran, apalagi perintah untuk berlengan panjang. Namun demikian, tetap memiliki nilai keutamaan bagi yang ingin meneladaninya. Namun, jika hadits ini dha’if (lemah) maka tidak bernilai apa-apa. Wallahu A’lam **** 46 HR. Bukhari, Juz. 20, Hal. 4, No hadits. 5917. Muslim, Juz. 3, Hal. 327, No hadits. 994. Al Maktabah Asy Syamilah 47 Dia adalah Muhamamd bin Isa bin Saurah bin Musa bin Adh Dhahak. Lahir di Tirmidz sebelah utara Iran, tahun 210H (824M). Ia seorang Al Hafizh, tsiqat (kredibel), faqih, zuhud, dan ahli ibadah. Gurunya banyak, diantaranya kepada Imam Bukhari dan Imam Ishaq bin Rahawaih. Karyanya, Jami’ush Shahih (kadang manusia menyebutnya Sunan At Tirmidzi, ada pula Jami’ Al Kabir, ada juga Al Jami’ saja) adalah kitab yang bukan hanya berisi hadits tapi juga penjelasan dan fiqihnya, oleh karena itu Abu Ismail Abdullah bin Muhamamd al Anshari mengatakan: “Bagiku kitab itu lebih bermanfaat dibanding Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.” Hanya saja Imam At Tirmidzi dikenal mudah menshahihkan hadits. Karya lainnya adalah Asy Syamailul Muhamamdiyah, Al ‘Ilal , At Tarikh, Az Zuhd, dan lainnya. Wafat di Tirmidz malam senin 13 Rajab 279H. 48 HR. At Tirmidzi, Juz. 10, Hal. 243, No hadits. 2909. Katanya: hasan shahih. Al Maktabah Asy Syamilah 49 HR. At Tirmidzi, katanya: hasan. Lihat kitab Riyadhus shalihin hadits no. 788, Maktabatul Iman. Lihat juga kitab Asy Syamailul Muhammadiyah karya Imam At Tirmidzi hadits no. 56. Sunan Imam Tirmidzi, Bab Libas, no. 1765, Kitab Sunan Imam Abu Daud, Bab Libas, hadits no. 4027 , juga Sunan Imam Nasa’i 50 Beliau adalah Muhammad bin Nashiruddin Abu Abdirrahman. Lebih dikenal Al Albani. Lahir di Albania tahun 1914M. Ketertarikannya dengan hadits bermula dari ketertarikannya membaca ulasan Syaikh Rasyid Ridha ketika mengulas kitab Ihya’ Ulumuddin di majalah Al Manar. Ustadz Muhammad Mubarak merekomendasikannya untuk belajar hadits kepada Syaikh Raghib ath Thabakh dan akhirnya mendapatkan ijazah darinya. Ia merupakan ulama yang sangat ulet dan teliti dan sangat betah di perpustakaan. Karya pertamanya adalah Tahdzirus Sajid Min ittakhadzu Al Qubura al Masajid sebuah risalah kecil yang bekembang menjadi buku yang dibuatnya ketika masih muda. Umat abad ini amat beterimakasih kepadanya kajiannya yang sangat luas sangat bermanfaat bagi kita untuk nyaman memilih dan memilah hadits-hadits shahih dari yang dha’if. Karyanya mencapai 200 lebih baik sudah dibukukan atau yang msi tulisan tangan dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Di antaranya: Silsilah Dhaifah, Silsilah Shahihah, Ghayatul Maram, Irwa’ul Ghalil, dan lain-lain. Wafat di Jordania, ketika Ashar hari Sabtu 22 Jumadil Akhir 1420H (1999M). Murid-muridnya adalah Syaikh Ali Hasan, Syaikh Salim ‘Ied Al Hilali, Syaikh Ibrahim Syaqrah, dan lain-lain. 51 Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, Mukhtashar Asy Syamail, Juz. 1, Hal. 45, No. 47. Al Maktabah Al Islamiyah, Amman, Jordan. Al Maktabah Asy Syamilah 17
  • 18. 9. As. Wr. Wb. Bagaimana sikap kita ketika sedang shalat, menahan buang air atau menahan buang angin, apa yang kita lakukan? (Dari jamaah mesjid Baitur Rahmat –badak Putih, Perum – Pemangkat) Jawab: Wa’alaikum Salam Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Shalat membutuhkan kekhusyu’an. Kita diwajibkan membuang segala macam gangguan yang dapat merusak ketenangan shalat. Tak ada yang mengingkari, bahwa sakit perut menahan buang air besar, atau menahan kencing dan kentut, bahkan menahan lapar, adalah situasi yang mendatangkan kegelisahan dalam shalat. Maka, dari itu tidak dibenarkan menahannya dalam shalat. Sebagian ulama memakruhkan hal tersebut, sebagian lain mengatakan shalatnya harus diulang, walau shalatnya sudah selesai sempurna. Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada shalat ketika makanan sudah terhidangkan, dan menahan dua hal yang paling busuk (menahan buang air besar dan kencing).” 52 Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‫ل يحل لرجل ي من ب له و ي م خر أ يصلي وهو حقن حت يتخفف‬ B B B B ‫ ى‬B u H B B D B B xB D @‫ن‬B H H ‫ ال@آ‬H @‫و‬B @‫ال‬B H ‫ال‬H D H @‫ؤ‬D > D B H m H B ‫ا‬B “Tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ketika shalat ia menahan buang air, sampai ia meringankannya (membuangnya).” 53 Berkata Imam Abu Thayyib Rahimahullah: ‫ا‬A‫اء إ;ذ‬D‫م‬A‫ر; ال< >ل‬A‫ك<ث‬A‫ة ع;ن@د أ‬D‫اه‬D‫ر‬A‫ذ;ه; ال<ك‬D‫ه‬D‫ي@ن; ، و‬A‫ث‬D‫خ@ب‬A‫ة ال<أ‬D‫ع‬A‫اف‬D‫ >د‬D‫ع‬D‫م‬D‫ام و‬D‫ة; ال :ع‬D‫ض@ر‬D‫اة ب;ح‬A‫ل‬I ‫ة ال‬D‫اه‬D‫ر‬A‫ا ك‬D‫اد;يث ف;يه‬D‫ح‬A‫ذ;ه; ال<أ‬D‫ه‬D‫و‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ط‬ ‫ص‬ ‫ى‬A‫ل‬D‫ :ى ع‬D‫ق<ت ص‬D‫ ال<و‬D‫ج‬D‫ر‬D‫ي@ن; خ‬A‫ث‬D‫خ@ب‬A‫ ال<أ‬D‫ع‬A‫اف‬D‫و@ د‬A‫ أ‬A‫كل‬A‫و@ أ‬A‫ ل‬h @‫ي‬D‫ق<ت ب;ح‬D‫ ال<و‬D‫اق‬D‫ا ض‬A‫ا إ;ذ‬I A‫أ‬D‫ة ، و‬D‫ع‬D‫ق<ت س‬D‫ف;ي ال<و‬D‫ و‬D‫ل;ك‬A‫ذ‬A‫ :ى ك‬D‫ص‬ ‫ل‬ A ‫ث‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ا‬A‫ > ل‬IA‫ة أ‬I;‫اف;ع‬I ‫ة ال‬I ;‫ئ‬A‫ع@ض ال<أ‬D‫ن@ ب‬D‫ي ع‬wD‫و‬D‫>و سع;يد ال< >ت‬A‫ى أ‬A‫ك‬D‫ح‬D‫ا ، و‬D‫أ<خ;يه‬D‫ >وز ت‬D‫ا ي‬A‫ل‬D‫ق<ت و‬D‫ة ال<و‬D‫ى >ر@م‬A‫ل‬D‫ة ع‬A‫ظ‬A‫اف‬D‫اله >ح‬D‫ح‬ ‫م ش ي نه‬ ‫م ل‬ D ‫ب‬ ‫ج‬ ‫ح‬ ‫م‬ @‫د‬eeA‫ق‬A‫ة ف‬D‫ع‬D‫ق<ت س‬D‫ف;ي ال<و‬D‫اله و‬D‫ى ح‬A‫ل‬D‫ :ى ع‬D‫ا ص‬A‫;إذ‬D‫ و‬R ;‫و‬D‫و‬I‫ ال‬A‫ال‬A‫ق<ت . ق‬D‫ ال<و‬D‫ج‬D‫ر‬D‫إ;ن< خ‬D‫ر و‬I A‫ط‬D‫ت‬D‫ي‬D‫ل و‬h <‫أ‬D‫ل< ي‬D‫ال;ه; ، ب‬D‫ي ب;ح‬w D‫>ص‬ ‫ل‬ ‫ن ي‬ ‫ه‬ ‫ك‬ ‫ي ل‬ . ‫ج;ب‬D‫ا ي‬A‫ل‬D‫ا و‬A‫ت‬D‫اد‬D‫ إ;ع‬R D‫ح‬D‫ك;ن@ >س@ت‬A‫ع;ن@د ال< >م@ >ور ، ل‬D‫ا و‬D‫ة ع;ن@دن‬D‫ح;يح‬D‫اته ص‬A‫ل‬D‫ص‬D‫ك< >وه و‬D‫ ال<م‬D‫ب‬A‫ك‬D‫ا;ر@ت‬ ‫ي ب‬ ‫جه‬ ‫ر‬ “Dalam hadits-hadits ini menunjukkan dibencinya (makruh) shalat ketika makanan telah tersedia, dan menahan dua hal yang paling busuk (menahan buang air besar dan kecil). Kemakruhan ini menurut mayoritas ulama jika shalat dalam kondisi tersebut padahal waktu shalat masih luas. Sedangkan jika waktu shalat sangat sempit, yang jika dia makan, atau buang air besar atau kecil dahulu maka waktu shalat akan habis, maka shalat-lah demi menjaga waktunya, (kondisi demikian) tidak boleh mengundur waktu shalat. Abu Said al Mutawalli menceritakan dari sebagian Imam bermadzhab Syafi’iyah bahwa Asy Syafi’i tidaklah shalat dalam kondisi demikian, bahkan dia tetap makan dan bersuci jika waktu telah habis. Berkata Imam An Nawawi: “Jika shalat dalam kondisi seperti itu pada waktu masih lapang, maka kemakruhannya rangkap, dan shalatnya tetap sah menurut kami dan mayoritas ulama, hanya saja dianjurkan untuk mengulanginya, namun tidak wajib. ” 54 52 HR. Muslim, Juz. 3, Hal. 182, No hadits. 869. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, Juz. 3, Hal. 73. Al Maktabah Asy Syamilah 53 HR. Abu Daud, juz. 1, Hal. 127, No hadits. 83. Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alas Shahihain, Juz. 2, Hal. 97, No hadits.556. Al Maktabah Asy Syamilah 18
  • 19. Lalu, bagaimana jika menahan buang air atau kentut diwaktu akhir shalat, misal ketika tahiyat akhir? Bukankah sayang-sayang jika dibatalkan? Hendaknya orang tersebut tidak berfikir seperti itu, sebab larangan menahan buang air, berlaku untuk seluruh waktu shalat, baik awal, tengah atau akhirnya. Itu ujian bagi kesabarannya. Jika nanti ia shalat berjamaah lagi, jangan takut kehilangan pahala berjamaah. Ia tetap mendapat pahala berjamaah sebagaimana yang ia niatkan sebelumnya, walaupun ia ketinggalan seluruh rakaat, sehingga ia mengulangi shalat, ia tinggal sendiri dan harus mengulangi shalat dengan jumlah rakaat yang lengkap. Sebab, ketertinggalannya bukan faktor kesengajaan atau menunda-nunda shalat. Ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersada: ‫م توضأ فأ سن وض ءه ثم ر ح فوجد ن س ق صل أ ط ه له جل وعز م ل أ ر‬ H @‫ج‬B B @‫ث‬H B B B D ‫ ال‬D ‫ا‬B @‫ع‬B ‫و@ا‬B @‫د‬B B ‫ ال ا‬B B B B B ‫ا‬B D D B ‫و‬D D B B @‫ح‬B B B B B @‫ن‬B ‫ا‬Š @‫ي‬B @‫م‬H H @‫ج‬B @‫ن‬H B H B D D @‫ن‬B ‫ا‬B ‫ا‬B B B B B ‫ا‬B ‫ا‬B @‫ن‬B ‫م صل ه وحضره ل ي قص ذلك م أ ره ش ئ‬ “Barang siapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu ia pergi ke mesjid (untuk berjamaah) dan dia lihat jamaah sudah selesai, maka ia tetap mendapatkan seperti pahala orang yang hadir dan berjamaah, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” 55 Berkata Imam Abul Hasan Muhammad Abdil Hadi as Sindi Rahimahullah: 56 @‫ن‬D‫م‬A‫ا ف‬A‫م@ ل‬A‫ا أ‬D‫ه‬A‫ك‬D‫د@ر‬A‫اء أ‬D‫و‬D‫ س‬D‫ل;ك‬A‫ر ف;ي ذ‬l A‫ا >ق‬A‫ل‬D‫ج@ه;ه; و‬D‫ا ب;و‬D‫ه‬A‫ى ل‬D‫س@ع‬D‫ن< ي‬A‫ى أ‬A‫ل‬D‫:ف ع‬D‫و‬D‫ت‬D‫ة ي‬D‫اع‬D‫م‬D‫ض@ل ال<ج‬A‫اك ف‬D‫ : إ;د@ر‬A‫اه;ره أ‬A‫ظ‬ ‫يص‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ;‫و@ل‬A‫ة ب;ق‬D‫ا ع;ب@ر‬A‫ل‬A‫اد; ف‬D‫ف ب;ال;اج@ت;ه‬D‫ا >ع@ر‬I ;‫ج@ر م‬A‫ال<أ‬D‫ض@ل و‬A‫ ال<ف‬D‫ي@س‬A‫ل‬D‫ى و‬A‫و@ل‬A‫ >د@ر;ك ب;ال<أ‬D‫ >و‬A‫ €د ف‬D‫ش‬I‫و@ ف;ي ال‬A‫ل‬D‫ا و‬D‫ >ز@ء م;ن@ه‬D‫ك‬D‫د@ر‬A‫أ‬ ‫م ي‬ ‫ت ه ه م‬ ‫ج‬ . ‫ا‬X‫ص@ل‬A‫اب أ‬D‫ا ال<ب‬A‫ذ‬D‫د;يث ف;ي ه‬D‫و@له ال<ح‬A‫ال;ف ق‬D‫ن@ >خ‬D‫م‬ ‫ي‬ , “Secara zhahir, hakikat keutamaan jamaah adalah dilihat dari kesungguhan dia untuk melaksanakannya, tanpa memperlambat diri atau menunda-nunda. Jika demikian, ia tetap dapat pahala jamaah, baik sempat bergabung dengan jamaah atau tidak. Maka, barang siapa yang mendapatkan jamaah sedang tasyahud, maka pahalanya sama dengan yang ikut sejak rakat pertama. Adapun urusan pahala dan keutamaan tidak dapat diketahui dengan ijtihad. Jadi, sepatutnya kita tidak peduli dengan pendapat yang bertentangan dengan hadits-hadits di atas.” Wallahu A’lam **** 10. As. Wr. Wb. Apakah orang yang terserang stroke boleh tayamum? (dari 081345093xxx Sambas) Jawab: Wa ‘alaikum Salam Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim. 54 Imam Abu Thayyib Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud, Juz. 1, Hal. 113, No. 83. Al Maktabah Asy Syamilah 55 HR. Abu Daud, Juz. 2, Hal. 173, no hadits. 477. An Nasa’i, Juz. 3, Hal. 375, No hadits. 864. Ahmad, Juz. 18, Hal. 132, No hadits. 8590. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, Juz. 3, Hal. 69. Lihat juga Al Baihaqi, Syu’abul Iman, Juz. 6, hal. 406, No hadits. 2765. Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alash Shahihain, Juz. 2, Hal. 259, No hadits. 710. kata Al Hakim hadits ini shahih sesuai syarat Imam Muslim. Al Maktabah Asy Syamilah 56 Imam Abul Hasan Muhammad Abdil Hadi As Sindi, Syarh Sunan An Nasa’i, Juz. 2, Hal. 113, No. 846. Al Maktabah Asy Syamilah: 19
  • 20. Ruh syariat Islam adalah membawa kemudahan, sejalan dengan fitrah manusia. ‘Azimah (ketetapan syariat pada permulaannya ketika belum terkena udzur) bisa mendapatkan rukhshah (keringanan) jika ada ‘udzur (halangan) yang dibenarkan syariat. Allah Ta’ala berfirman: “…Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu …” (QS. Al Baqarah: 185) “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. AN Nisa’: 28) Hadits dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Berikanlah kemudahan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira, jangan buat mereka lari.” 57 Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah suka jika rukhshah (keringanan) yang diberikannya dilakukan, sebagaimana Ia juga suka jika ‘azimah (kewajiban awal sebelum dirukhshah)nya dikerjakan.” 58 Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah suka jika rukhshah (keringanan)nya dilaksanakan, sebagaimana ia benci jika maksiat dikerjakan.” 59 Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, “Sesungguhnya Rasulullah jika dihadapkan dua perkara, dia akan memilih yang lebih ringan, selama tidak berdosa.” 60 Dari keterangan Al Quran, As Sunnah, dan Qaul (ucapan) para sahabat, ini para ulama telah membuat kaidah, Al Masyaqqat tajlibu ‘ala taysir (Jika ada kesulitan akan membawa kemudahan) dan kaidah Idza daqqa ittasa’a (jika ada kesempitan, maka akan datang keluasan/kelapangan). Sakit berat, seperti stroke merupakan salah satu masyaqqat (kesulitan, kesempitan, kepayahan) yang membuat seseorang mendapatkan keringanan. Apalagi jika telah diyakini bahwa air bisa semakin memberatkan penyakitnya. Masyaqqat ini membuat baginya boleh dia mengganti mandi janabah dan wudhu dengan tayammum, shalat berdiri diganti dengan duduk atau berbaring, tidak puasa dan diganti dengan fidyah (jika dia tidak mampu lagi puasa). Sebenarnya ada beberapa sebab dibolehkannya bertayammum. Saya ringkas dari kitab Fiqhus Sunnah jilid I, hal. 67-69. karya Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah. Darul Fikri, Beirut, Libanon. Diantaranya: 1. Jika tidak ada air, atau ada tetapi tidak mencukupi. 57 HR. Imam Bukhari. Al Lu’lu’ wal Marjan. Kitab al Jihad, Bab Fi al Amr at Taysir wa Tarku at Tanfir. no. 1131. Darul Fikri 58 HR. Ahmad dan Baihaqy. Imam Thabarany meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud. Shahih menurut Syaikh al Albany dalam Shahih alJami’ Ash Shaghir, no. 1881. Al Haitsami mengatakan dua jalur tersebut rijalnya(periwayatnya) tsiqah/bisa dipercaya 59 HR. Ahmad, Juz. 12, Hal. 137, 143, no. 5600, 5606. Shahih Ibnu Hibban, Juz.11, Hal. 464, no. 2797. Al Haitsami mengatakan rijalnya shahih, lihat Majma’ az Zawaid, Juz 3, hal. 162. Al Baihaqi, Syu’abul Iman, juz.8, Hal. 415, no. 3734. Shahih Ibnu Khuzaimah, Juz. 7, Hal. 333, no. 1900. Al Maktabah Asy Syamilah 60 HR. Bukhari dan Muslim, Al Lu’lu wal Marjan. Kitab al Fadhail, Bab Muba’adatuhu Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lil Atsam …,no. 1502. Darul Fikri 20
  • 21. Dari Imran bin Husein Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Ketika kami dalam perjalanan bersama Rasulullah, ia shlalat bersama-sama. Ada seseorang yang mengucilkan diri, maka Rasulullah bertanya: “Apa yang mengahalangi Anda tidak shalat?” Dia menjawab: “Saya sedang junub, sedangkan air tidak ada.” Maka Rasulullah bersabda: Pergunakanlah sha’id (tanah, debu), itu cukup bagimu.” (HR. Bukhari dan Muslim) 2. Jika ada luka atau sakit yang dikhawatirkan akan bertambah parah jika terkena air, atau lama sembuhnya. Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, “Kami dalam bepergian, ada laki-laki di antara kami yang tertimpa batu di bagian kepalanya, lalu malam ia bermimpi (basah). Laki-laki itu bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian mendapatkan adanya keringanan untuk bertayammum?” para sahabat menjawab: “Tidak ada keringanan bagi Anda, karena Anda bisa mendapatkan air.” Lalu lakilaki itu mandi, tak lama ia meninggal. Ketika di hadapan Rasulullah kami sampaikan peristiwa tersebut. Maka Rasulullah bersabda: “Mereka telah membunuh orang itu, semoga Allah memerangi mereka! Kenapa mereka tidak bertanya, jika memang tidak tahu. Sesungguhnya obatnya kebodohan adalah bertanya! Cukuplah bagi orang tersebut bertayammum dan mengeringkan lukanya, atau Ia membalut lukanya dengan kain lalu menyapu bagian atasnya, kemudian membasuh seluruh tubuhnya.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Daruquthni, di shahihkan oleh Ibnu Sikkin) 3. Jika airnya sangat dingin dan amat diyakini jika digunakan akan membawa bahaya, dengan syarat dia tidak mampu memanaskannya, walau dengan cara ia mengupah orang untuk memanaskannya. Diriwayatkan dari Amr bin al ‘Ash Radhiallahu ‘Anhu, dalam peperangan dzatus salasil bahwa dia pernah dalam kondisi junub namun malam sangat dingin, jika mandi dia khawatir terhadap keselamatannya. Akhirnya ia putuskan bertayammum. Ketika pulang, hal ini diceritakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka Rasululllah bertanya: “Hai Amr, betulkah Anda shalat subuh dalam keadaan junub?” Aku menjawab: “Aku teringat dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla, “jangan kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah Maha Penyayang terhadap kamu.” (QS. An Nisa: 29), lalu aku bertayammum lalu shalat. “ Rasulullah tertawa dan tidak berkata apa-apa. (HR. Ahmad, Abu Daud, Daruquthni, dan Ibnu Hibban, sementara Bukhari mengatakan hadits ini mu’alaq/ sanadnya tidak disebutkan) Tertawa dan diamnya Rasulullah ini menunjukkan kebolehannya, sebab tidak mungkin Rasulullah diam terhadap kesalahan. 4. Jika ada air yang dekat dengannya, tetapi ia khawatir keselamatan dirinya, kehormatan, harta, atau khawatir kehilangan teman, atau di antara dirinya dengan air ada musuh yang dia takuti, baik berupa orang atau lainnya. Atau dia di penjara, tidak memiliki alat untuk mengambil air seperti tali atau timba. Itu hakikatnya sama saja dengan tidak ada air. Begitu pula boleh bertayammum bagi orang yang khawatir akan dituduh melakukan hal yang buruk dan bisa mendapat bencana jika ia mandi. 5. Bila seseorang membutuhkan air, baik waktu sekarang mau pun akan datang, untuk keperluan minumnya atau minum lainnya walau untuk anjing yang tidak galak, atau jika ia butuh untuk mengaduk tepung, memasak, atau menghilangkan najis yang tidak bisa dimaafkan, maka hendaknya dia tayammum dan menyimpan air sebagai persediannya. Berkata Imam Ahmad, “Sejumlah sahabat bertayammum dan menyimpan air untuk minum mereka.” 6. Jika seseorang sanggup menggunakan air, tetapi ia khawatir kehabisan waktu shalat, jik ia berwudhu atau mandi. Maka ia bleh tayammum dan shalat, dan tidak wajib mengulangi shalatnya. Selesai.. Wallahu A’lam 21
  • 22. **** 11. As. Wr. Wb. Pak Ust. Ana mau tanya tentang anak yang belum sunat, dia naik ke pundak (digendong) ketika ana shalat, apa hukumnya? (dari 081519224xxx ) Jawab: Wa ‘alaikum salam, Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Tidak sedikit orang merasa aneh, jika melihat orang shalat sambil menggendong anak, apa lagi anak yang belum sunat (khitan). Mereka mengganggap, shalatnya batal karena anak tersebut masih ada ada najisnya di kemaluan. Sungguh, itu adalah pemahaman keliru yang turun temurun, tidak berdasarkan dalil, melainkan dugaan belaka. Justru Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencontohkan bahwa beliau shalat sambil menggendong anak kecil, yakni cucunya sendiri baik yang laki-laki ketika shalat zhuhur atau ‘ashar (Hasan dan Husein anaknya Fathimah dan Ali) sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An Nasa’i dan lain-lain. Atau menggendong cucunya yang perempuan saat shalat subuh (Umamah anaknya Zainab) sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An Nasa’i dan Al Hakim. Imam Al Fakihani berkata,“Mungkin hikmah Rasulullah menggendong Umamah di waktu shalat adalah sebagai peringatan kepada bangsa Arab saat itu yang biasanya kurang menyukai anak perempuan,. Maka Nabi memberikan pelajaran halus kepada mereka supaya kebiasaan tersebut ditinggalkan, sehingga beliau mencontohkan bagaimana mencintai anak perempuan, sampai-sampai sewaktu dalam shalat. Memang penjelasan lewat perbuatan, kadang-kadang lebih mujarab hasilnya dibandingkan penjelasan ucapan.” Imam An Nawawi telah memberikan penjelasan yang panjang, serta bantahan bagi kalangan yang mengatakan bahwa itu kebolehan mengendong anak hanya khusus shalat sunah dan khusus buat Nabi saja. Sebab jelas-jelas dihadits tersebut adalah shalat subuh, zhuhur dan ashar. Tidak ada satu pun dalil yang menyebut itu khusus buat Nabi. Hingga sampai perkataan Imam An Nawawi: “Dengan demikian jelas sudah, tidak terbantahkan, bahwa yang benar adalah hadits tersebut menjelaskan dan memberi peringatan tentang kebolehannya, dan kebolehan ini tetap berlaku bagi kaum muslimin sampai hari kiamat. Wallahu A’lam.” 61 Wallahu A’lam wa lillahil ‘Izzah. **** 12. As. Wr. Wb. Saya ada tiga pertanyaan. Pertama, di daerah saya, amil zakat menyalurkan zakat setelah lebaran bahkan seminggu setelah lebaran, bagaimana hukumnya? Kedua, bolehkah zakat fitrah digunakan untuk kemakmuran mesjid? Ketiga, Haruskah zakat disalurkan keseluruh delapan asnaf itu? (dari Jamaah Mesjid Al Istiqbal – Dusun Seladu Kp. Seburing – Semparuk) Jawab: Wa ‘alaikum Salam, Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Kita akan bahas satu persatu pertanyaan di atas: 1. Amil zakat yang menyalurkan zakat fitrah setelah hari raya. 61 Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid I, hal. 221-222. Darul Fikri. Beirut - Libanon 22
  • 23. Itu adalah bentuk khianat terhadap amanah umat. Jika amil zakat melakukannya karena kesadaran dan disengaja maka ia berdosa dan harus bertobat. Jika dia melakukan karena ketidaktahuannya, karena tidak paham fiqihnya, semoga Allah Ta’ala mengampuni ketidaktahuannya. Tetapi, kenapa yang seperti ini dijadikan amil zakat? Hendaknya diangkat amil zakat yang jujur, amanah, paham, dan profesional. Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al Anfal(8):27). Lalu, bagaimana status zakat fitrahnya? Apakah sah disebut zakat fitrah? Secara zahir, tidak layak disebut zakat fitrah, itu hanya sekedar sedekah biasa, sebab ia ditunaikan telah melampaui batas waktunya. Sebagian ulama ada yang memakruhkan, bahkan Imam Ibnu Hazm menyatakan haram, karena jelas-jelas bertentangan dengan sunah Nabi. Bahkan mayoritas ulama menyetujui haramnya zakat dibayarkan setelah hari raya Idul Fitri (2 Syawal dst). Untuk kasus yang ditanyakan, yang berbuat salah adalah amil zakatnya, bukan si pemberi zakat (muzakki). Diriwayatkan oleh Nafi’ dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah sebelum berangkat shalat Idul Fitri.” (HR. At Tirmidzi, katanya: hasan shahih) Diriwayatkan oleh tujuh Imam Ahli Hadits, kecuali Imam Ibnu Majah, bersumber dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyuruh agar mengeluarkan zakat fitrah sebelum orang-orang berangkat menunaikan shalat Idul Fitri.” Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu, “Barang siapa yang membayarkan zakat fitrah sebelum shalat Idul maka zakat itu diterima, jika dibayarkan setelah shalat Idul Fitri, maka itu sedekah biasa.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Daruquthni, dan Al Hakim, katanya hadits ini shahih atas syarat Imam Bukhari) Imam An Nawawi berkata dalam Ar Raudhah, ”Hadits ini menunjukkan bahwa zakat fitrah yang diberikan sesudah shalat Idul Fitri hukumnya tidak sah.” Sebagian sahabat ada yang berzakat fitrah dua hari sebelum hari raya, seperti Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu. Inilah pemahaman yang lebih hati-hati, walau pada dasarnya seluruh ulama sepakat di berbagai madzhab fiqih, dan berbagai tempat, utara, timur, barat, dan selatan, bahwa membayar zakat adalah sah selama ditunaikan sebelum shalat Id. Baik di awal, pertengahan, atau akhir Ramadhan. Mereka hanya berbeda tentang kapan waktu paling afdhal, apakah pagi menjelang shalat Idul Fitri, atau ketika akhir Ramadhan pas matahari terbenam. Demikian. Adapun, untuk kasus yang ditanyakan, maka semoga saja para muzakki tetap mendapatkan pahala zakat fitrah sesuai yang diniatkan mereka. Sebab kesalahan ini, adalah perbuatan orang lain (amil zakat) yang telah berkhianat terhadap amanah, yang tidak ditanggung oleh para muzakki. Ini sesuai dengan apa yang Allah Ta’ala firmankan: “ (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. An Najm: 38) Lagi pula, Allah Ta’ala akan menilai niat dari para muzakki yang ingin zakat fitrah sebelum Idul Fitri, bukan setelahnya, dan Allah Maha Tahu hal itu. Dan hisab (perhitungan) Allah Ta’ala tidak akan salah. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ”Sesungguhnya Allah tidak melihat pada jasad dan penampilan kalian, tetapi Dia melihat perbuatan dan hati-hati kalian.” 62 2. Zakat Fitrah disalurkan untuk kemakmuran Mesjid, bolehkah? 62 HR. Muslim. Imam An Nawawi, Riyadhusshalihin, Bab Al Ikhlash wa Ihdhar an Niyah, hadits no. 7. Maktabatul Iman. Manshurah 23
  • 24. Zakat fitrah bukanlah zakat mal, keduanya ada aturan masing masing-masing, termasuk penyalurannya. Tidak boleh menyalurkan zakat fitrah untuk mesjid, baik untuk pembiayaan aktifitasnya atau pembangunannya. Sebab zakat fitrah adalah hak faqir miskin, agar dapat memenuhi kebutuhan mereka ketika hari raya. Imam Malik Radhiallahu ‘Anhu mengatakan bahwa zakat fitrah hanya dibagikan untuk faqir miskin. Sedangkan ulama lain mengatakan bahwa boleh zakat fitrah dibagikan ke delapan asnaf lainnya, sebagaimana zakat mal. Tetapi memang lebih utama adalah ke faqir miskin, inilah yang dikatakan oleh Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah. Dasarnya adalah hadits, dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mewajibkan zakat fitrah, beliau bersabda: “Penuhilah kebutuhan mereka (faqir miskin) pada hari ini (Id).” (HR. Al Baihaqi dan Ad Daruquthni) Maka, jelaslah bahwa tidak boleh menyalurkan zakat fithrah kepada mesjid, baik untuk pembiayaan aktifitas atau pembangunannya. Sedangkan zakat mal, para ulama kita berbeda pendapat, apakah zakat mal bisa disalurkan untuk mesjid atau tidak? Sebagian ulama mengatakan tidak boleh, sebab mesjid bukanlah termasuk delapan asnaf yang Allah Ta’ala sebutkan dalam Al Quran At taubah ayat 60, yakni Orang fakir dan miskin, amil zakat, mualaf yang baru, untuk memerdekakan budak, orang-orang berhutang, pejuang fi sabilillah, Ibnu Sabil yakni musafir muslim yang kehabisan perbekalan. Namun pendapat yang lebih kuat adalah boleh, sebab zakat mal untuk pembiyaan aktifitas mesjid dan pembangunannya, itu termasuk kategori fi sabilillah (berjuang di jalan Allah). Bagi mereka, aktifitas apa saja selama ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan untuk memperjuangkan agama Islam dan kaum muslimin, maka mereka termasuk pejuang fi sabilillah. Inilah yang dikuatkan oleh Imam Abu Hanifah, dan disetujui oleh Imam Shiddiq Hasan Khan al Qunuji dalam Ar Raudhah an Nadiyah (Jilid I, hal. 606-607). Termasuk kategori fi sabilillah adalah para ulama dan da’i yang gigih menjaga kemurnian dan kelanggenagan syariat, memerangi kemusyrikan, dan kebodohan umat. Para ulama dari kalangan sahabat pun juga mendapatkan bagian yang memadai karena jasa mereka. Demikian yang dikatakan Imam Shiddiq Hasan Khan. Pandangan ini juga dikuatkan oleh Ahli fiqih zaman ini Al ‘Allamah Syaikh Yusuf al Qaradhawy hafizhahullah dalam kitab Fiqih Zakat-nya. 3. Haruskah zakat dibagikan ke delapan asnaf tersebut? Hukumnya boleh saja membagikan zakat ke delapan asnaf tersebut, sebagaimana ulama madzhab Hanafi, Maliki, dan Hambali. Namun, faktanya tidak selalu ke delapan asnaf tersebut kita temui. Kadang di sebuah daerah, misalnya hanya ada fakir, miskin, amil zakat, dan orang yang berhutang. (ingat, kredit rumah, kredit motor, bukanlah termasuk hutang, sebab itu akan menjadi milik sedangkan hutang harus di bayar, bukan milik). Nah, ternyata daerah tersebut tak ada asnaf lain seperti fi sabilillah, budak, mualaf, Ibnu Sabil. Maka, tentunya tidak dipaksakan mencari-cari yang tidak ada. Maka hendaknya disalurkan kepada asnaf yang ada saja. Inilah yang dikakatakan oleh Imam Az Zuhri 63 dan Imam Daud azh Zhahiri. Sedangkan Imam Asy Syafi’i, menyebutkan bahwa pembagian keseluruh delapan asnaf adalah cara idealnya. Kalau tidak bisa ideal, karena memang tidak ada, maka berikan kepada asnaf yang ada saja. Cara pembagiannya sesuai porsi, didahulukan kepada yang paling mendesak kebutuhannya dan paling mengalami kesulitan. Tentunya seorang faqir yang beranak empat, tidak sama bagiannya dengan faqir yang beranak satu. Wallahu A’lam 63 Dialah gurunya para imam, bernama Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Syihab Az Zuhri. Menjadi guru bagi bintangnya umat ini seperti Imam Malik, Imam Laits bin Sa’ad, Imam Sufyan bin ‘Uyainah, Imam Sufyan Ats Tsauri, Imam Ibnu Abi Dzi’ib, Atha’, Ayyub As Sukhtiyani, Zaid bin Aslam, Amr bin Dinar, dan lainnya. Dia ahli hadits, baik riwayatnya maupun maknanya (dirayah), hafalannya sangat kuat. Ia berguru kepada Qasim bin Muhammad (cucu Abu Bakar Ash Shiddiq), Urwah bin Zubeir dan Said bin Al Musayyib. Dia lahir 50H, berperawakan tidak tinggi, jenggotnya kemerahan, dan senang berpakaian militer. Adz Dzahabi mengatakan pangkatnya pernah sampai kapten. Dia berkawan dekat dengan sahabat nabi seperti Anas bin Malik. 24
  • 25. **** 13. As. Wr.Wb. Apa hukumnya akhawat (muslimah) yang sedang haid berdiam di dalam mesjid? (Tri Noviantoro - Depok) Jawab: Wa’alaikum Salam Wr Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Masalah ini adalah masalah khilafiyah, yang sudah lama menjadi bahan silang pendapat di antara ulama. Secara garis besar mereka terbagi menjadi dua kelompok, ada yang mengharamkan wanita haid berdiam di mesjid (kecuali sekedar lewat), ada pula yang mengatakan boleh dan tak ada larangan asalkan berwudhu. Namun demikian Allah Ta’ala berfirman: Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An Nisa (4): 59) Kita akan lihat dalil masing-masing kelompok, sebagai berikut: 1. Alasan yang Mengharamkan kecuali sekedar lewat saja Kelompok ini yakni madzhab Abu Hanifah, Malik, dan Asy Syafi’i, memiliki beberapa dalil untuk menguatkan pendapat mereka. Yaitu: A. Firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula bagi yang sedang dalam keadaan junub, terkecuali sekedar lewat saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” Tentang ayat di atas, Imam Ibnu Katsir Rahimahullah64 berkata: ‫، الذي ل يدري معه المصلي‬H @‫ك‬m ‫ينهى تعالى عباده المؤمنين عن فعل الصلة في حال ال‬ ‫سر‬ ‫ب، إل أن يك…ون مجت…ازا م…ن ب…اب إل…ى ب…اب م…ن‬D D ‫ما يقول، وعن قربان محلها -وهي المساجد-لل‬ ‫جن‬ ‫ك@ > وقد كان هذا قبل تحريم الخمر‬D ‫غير‬ ‫مث‬ “Allah Ta’ala melarang hambanya orang-orang beriman melakukan shalat dalam keadaan mabuk, yang membuatnya selagi shalat tidak memahami apa yang sedang diucapkan, begitu pula dilarang mendekati tempat shalat –yakni mesjid- kecuali sekedar melintas saja, dari pintu menuju pintu, bukan untuk berdiam, ayat ini turun sebelum diharamkannya khamr.”65 Selanjutnya, katanya: 64 Dia adalah ‘Imaduddin Abul Fida ‘Ismail bin ‘Amru Al Bashri. Lahir di Bashrah tahun 700H. Setelah ayahnya wafat, pindah ke Damaskus dengan saudaranya tahun 706H. Di sana dia berguru kepada Al Amidi, Ibnu Taimiyah, bahkan dia ikut disiksa lantaran kesertaannya dengan Ibnu Taimiyah. Dia adalah ulama tsiqat, mutqin (teliti), yang sangat pawai dalam tafsir, hadits, sejarah, dan fiqih. Karyanya yang terkenal adalah Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, Bidayah wan Nihayah, dan lainnya. Wafat di Damaskus (Siria) tahun 774H. 65 Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Juz. 2, Hal. 308. Darut Thayyibah linnasyr wa Tauzi’. Cet. 2, 1999M/1420H. tahqiq: Sami bin Muhamamd Salamah. Al Maktabah Asy Syamilah 25
  • 26. ‫وا { ق…ال: ل ت……دخلوا المس……جد‬D…H B @‫غ‬B ‫ت……ى‬B > ‫ي‬H …B ‫ي‬H H ‫……ا‬B ‫ل‬H ‫…ا‬Š D D ‫ل‬B } :‫عن ابن عباس ف…ي ق……وله‬ ‫و جنب إ ع بر س ب ل ح ت تس ل‬ ‫وي ع……ن عب……د ال ب……ن‬D ‫ا ول تجل……س. ث……م ق……ال: و‬µ … ‫وأنت……م جن……ب إل ع……ابري س……بيل، ق……ال: تم……ر ب……ه م‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ،‫اه……د، ومس……روق‬B D ‫ى، وعطاء، و‬B m ‫، وأبي ال‬H B D ‫، وسعيد بن ال‬B B @‫ي‬B D ‫مسعود، وأنس، وأبي‬ ‫مج‬ ‫ضح‬ ‫مسيب‬ ‫عب دة‬ ،‫…ة‬B H @‫ك‬H ‫…ة و‬B @‫ي‬B D ‫م@…رو ب…ن دين…ار، والحك……م ب…ن‬B ‫عي، وزيد بن أسلم، وأبي مال…ك، و‬B ‫وإبراهيم ال‬ ‫عت ب ع رم‬ ‫ع‬ ‫نخ‬ .‫ ذلك‬D ‫ة، نح‬B ‫ى بن سعيد النصاري، وابن شهاب، وقتا‬B @‫ح‬B ‫والحسن البصري، و‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫ي ي‬ Berkata Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah Ta’ala ‘Dan jangan pula bagi yang sedang dalam keadaan junub, kecuali sekedar lewat saja,’ yaitu jangan kamu masuk ke mesjid dalam keadaan junub, kecuali hanya sekedar lewat saja. Dia berkata: sekali lewat saja tidak duduk. Ini juga diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, Anas, Abu Ubaidah, Said bin al Musayyab, Abu adh Dhuha, Atha’, Masruq. Mujahid, ‘Ikrimah, Ibrahim an Nakha’i, Ibnu Syihab, Zaid bin Aslam, Abu Malik, Amru bin Dinar, Al Hakam bin Utaibah, Yahya bin Said, Qatadah, dan lain-lain. 66 Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: ،‫ومن هذه الي……ة احت……ج ك…ثير م……ن الئم……ة عل…ى أن……ه يح……رم عل…ى الجن……ب اللب…ث ف…ي المس……جد‬ ‫ا في معناه‬Š ‫ويجوز له المرور، وكذا الحائض والنفساء أي‬ ‫ض‬ “Dari ayat ini, para imam berhujjah bahwa diharamkannya orang yang junub berdiam di mesjid, kecuali sekedar melewati, begitu pula bagi wanita haid dan nifas, pada dasarnya sama.” (Ibid, Juz. 2, hal. 311) Sebagian ulama salaf menafsiri bahwa maksud kalimat,‘Dan jangan pula bagi yang sedang dalam keadaan junub, kecuali sekedar lewat saja,’ adalah kecuali sekedar lewat untuk keluar darinya (mesjid). Dari Abu Ubaidah bin Abdullah, dari ayahnya (yakni Ibnu Mas’ud), dia berkata: “yaitu lewat di mesjid.” Dari Qatadah, dari Sa’id, tentang orang junub: “yaitu sekedar lewat di mesjid hanya berdiri, tidak duduk, dan bukan dengan berwudhu.” Dari Ibnu Abbas: “Tidak mengapa bagi orang yang junub dan haid untuk melewati saja, selama dia tidak duduk di dalamnya (mesjid).” Dari Abu Az Zubeir, dia berkata: “Salah seorang di antara kami ada yang junub lalu dia melewati mesjid.” Dari Al Hasan, dia berkata: “Orang junub melewati mesjid, tanpa duduk di dalamnya.” Dari Ibrahim, dia berkata: “Jika dia tidak menemukan jalan lain, kecuali mesjid, maka hendaknya dia sekedar lewat di dalamnya.” Dari dia juga, “Jika seorang junub, tidak mengapa dia melewati mesjid, jika memang tidak ada jalan lain.” Dari Said bin Jubeir, dia berkata: “Orang junub hanya melewati mesjid, tidak boleh duduk di dalamnya.” Dan yang serupa juga diriwayatkan oleh Ikrimah, Ibnu Syihab Az Zuhri, dan lan-lain. 67 66 Imam Ibnu Katsir, Ibid, Juz. 2, Hal. 311. Al Maktabah Asy Syamilah Imam Abu Ja’far Ibnu Jarir Ath Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Juz. 8, Hal. 382-384. Cet. 1, 2000M/1420H. Mu’asasah ar Risalah. Tahqiq: Ahmad Muhammad Syakir. Al Maktabah Asy Syamilah 67 26