SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 60
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Sebuah Panduan
Untuk Organisasi-
Organisasi Lokal &
yang Berbasis
Masyarakat
i
Daftar Isi
Melindungi Anak-Anak
Dari Eksploitasi Seksual
& Kekerasan Seksual Dalam
Situasi Bencana & Gawat Darurat
Disusun dan Ditulis oleh: Stephanie Delaney, ECPAT Internasional
Penelitian Asli oleh: Asmita Naik, Konsultan Independen
Konsultan: Anthea Spinks, RedR Australia
Layout dan Desain: Manida Naebklang
Kredit foto: Manida Naebklang
Kelompok ECPAT di Indonesia (Koalisi Nasional Penghapusan ESKA) telah
menterjemahkan teks yang ada dalam terbitan ini dan bertanggung jawab atas isinya.
Teks asli bahasa Inggrisnya diterbitkan oleh ECPAT Internasional.
Diterjemahkan oleh: Ramlan, S.Pd.I (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak–PKPA)
Diedit oleh: Irwanto, Ph.D. (Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta)
Dicetak oleh: RESTU Printing - Medan, Indonesia
Maret 2006
Copyright © ECPAT Internasional
ECPAT Internasional
328 Phayathai Road, Ratchathewi Bangkok 10400
Tel: +66 2 215 3388, +66 2 611 0972, +66 2 611 1271, +66 2 611 1272
Fax: +66 2 215 8272
Email: info@ecpat.net
Website: www.ecpat.net
Bahan dalam buku ini dapat dicetak kembali dan dipergunakan secara bebas jika
pengakuan diberikan kepada ECPAT Internasional.
Ucapan Terima Kasih
Kata Pengantar
Pendahuluan 1
Pemahaman Yang Sama 8
Faktor & Konteks Yang Mempengaruhi Dalam 21
Situasi Gawat Darurat
Pentingnya & Nilai Organisasi-organisasi Lokal 43
oleh PaolaViero, Ahli Direktorat Jenderal Untuk Kerjasama
Pembangunan Kementerian Luar Negeri Italia
• Eksploitasi Seksual & Kekerasan Seksual – Apa Artinya? 8
• Menjelaskan & Memahami Bencana & Situasi Gawat Darurat 14
• Terminologi Manajemen Bencana 17
• Kerentanan Anak & AkibatYang Mereka Derita 21
• Mengadopsi Program Respon Berbasis HAM 24
• Kerangka Hukum & Kebijakan 26
• Kerangka PerlindunganYang Sudah Ada 28
• Peranan Pekerja Kemanusiaan & Pasukan Penjaga Perdamaian 32
• Kemiskinan 35
• Masyarakat Tuan Rumah 36
• Sebuah Kerangka Untuk Memahami Kekerasan Seksual 37
Terhadap Anak Dalam Situasi Gawat Darurat
ii iii
Ucapan Terima KasihMeminimalkan Risiko Kekerasan Seksual 48
Isu-Isu Khusus Tentang Anak-Anak Yang Terpisah 64
& Anak-Anak Yang Tidak Didampingi
Tindakan-Tindakan Yang Harus Dilakukan Jika 70
Terjadi Kekerasan Seksual
Checklist Aksi 76
Bibliografi & Referensi Yang Terpilih 85
Lampiran 89
• Peranan Advokasi & Kampanye 50
• Menciptakan Organisasi-Organisasi yang Aman bagi Anak 51
• Manajemen Bencana & Situasi Gawat Darurat 54
• Pembentukan Komite Perlindungan 56
• Pembuatan "Ruang Aman" 57
• Pentingnya Konsultasi 59
• Bantuan Psikososial & Pendidikan 60 Ada banyak orang dan organisasi yang telah membantu kami
dalam menulis buku panduan ini dan memberikan kontribusi
terhadapdokumenfinalnya.
Italian Cooperation, Kementerian Luar Negeri Italia, telah
bermurah hati memberikan dukungan keuangan yang
dibutuhkan untuk proyek ini dan kami ingin berterima kasih
kepada mereka karena telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk memastikan bahwa persoalan penting tentang
perlindungan anak dari kekerasan seksual dalam situasi gawat
darurat (emergensi) mendapatkan sorotan atau perhatian dari
semuapihak.
Dokumen penelitian asli dari Asmita Naik sangat berguna dalam
memberikan dasar bagi program ini sedangkan keahlian teknis
Anthea Spinks dari RedR Australia benar-benar berhasil
memenuhi apa yang kami inginkan dan bahkan melebihi
harapankami.
Para peserta Konsultasi Teknis yang dilaksanakan di Phuket
secara antusias telah memberikan kontribusi pengetahuan dan
pengalaman mereka. Oleh karena itu, kami ingin berterima
kasihkepada:
Bapak Gerard Kevin Balthazaar PEACE Sri Lanka
Ibu Lynne Benson Save the Children UK,
South East Asia &
Pacific Region
iv v
Ibu Antonella Cassano Cattolica University, Italy
Ibu Sriyani De Silva SERVE, Sri Lanka
Dr Manawe Digala National Child Protection
Authority, Sri Lanka
Mrs. Saowane Khomepatr Woman and Child
Protection Division –
Bureau of Anti-Trafficking
in Women and Children,
Thailand
Ibu Supreeya Lapyingyong Foundation for Children,
Thailand
Bapak Misran Lubis Pusat Kajian dan
Perlindungan Anak (PKPA),
Pulau Nias, Indonesia
Ibu Denise Molica Italian Cooperation,
Sri Lanka Office
Ibu Rotjana Rhraesrithong Duang Prateep Foundation,
Thailand
Bapak Devi Riansyah Sekretariat Biro Sosial
Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia
Ibu Sabrina Biro Pemberdayaan
Perempuan, Sumatera
Utara, Indonesia
Bapak Ahmad Sofian Pusat Kajian dan
Perlindungan Anak,
Indonesia
Bapak TabraniYunis Center for Community
Development and
Education, Banda Aceh,
Indonesia
Sejumlah staf Sekretariat ECPAT Internasional di Bangkok yang
sudah turut memberikan kontribusi terhadap buku panduan ini
dan keseluruhan proses proyek ini, diantara mereka adalah para
kepalaSekretariatECPATInternasionalseperti:
Ibu Alessia Altamura Koordinator Program Aksi
Penghapusan Perdagangan
Anak Untuk Tujuan Seksual
Bapak Mark Capaldi Wakil Direktur Program
Ibu Kritsana Dechalert Staf Regional, Asia Tenggara
& Pasifik
Ibu Carmen Madrinan Direktur Eksekutif
Alexander Krueger dari Kantor UNICEF Thailand yang telah
bersediamengkajitekstersebutselamatahapdrafting.
Dilandaskan atas kemitraan yang telah lama terjalin antara
ECPAT Internasional dan Accor Group dalam memerangi
pariwisata seks anak dan dukungan dari Novotel Coralia Phuket
yang telah memungkinkan kami untuk menggunakan fasilitas-
fasilitas mereka selama melaksanakan konsultasi teknis di
Phuket. Rasa terima kasih kami haturkan atas bantuan yang
merekaberikan.
vi vii
Kata Pengantar
Memperkenalkan dan melindungi hak-hak anak dan remaja
menjadi sendi utama dari sistem internasional tentang hak azasi
manusia. Kebijakan luar negeri Itali telah lama dipengaruhi oleh
prinsip-prinsip yang termuat di dalam Konvensi PBB tentang
Hak-HakAnaktahun1989danProtokolOpsionalnyatahun2002.
Tujuan utama tindakan kami saat ini adalah untuk memberikan
sumbangan dalam memperbaiki tingkat perlindungan terhadap
hak-hak anak secara global. Kami percaya bahwa cara terbaik
yang dapat kami lakukan untuk mencapai tujuan tersebut
adalah melalui pengembangan sebuah pendekatan multi
dimensi.
Oleh karena itu, Kementerian Luar Negeri Italia, The Italian
Cooperation,bertindakproterhadappenegakanhak-hakanakpada
3tingkatan,yaitu:padatingkatinternasional,kamiikutberperan
secara aktif dalam memperkenalkan topik-topik yang
memperoleh konsensus yang sangat luas yang berkaitan dengan
perlindungan hak-hak anak dalam semua konteks internasional
dimana Italia turut ambil bagian: pada tingkat Eropa, kami
bekerjasama dengan Negara-Negara Anggota Uni Eropa yang
lain sehingga hak-hak anak dapat menjadi topik yang relevan
dalam berhubungan dengan negara-negara lain melalui dialog
politik dan kerjasama teknis; yang terakhir, pada tingkat
nasional, Italia berkomitmen untuk memenuhi tujuan-tujuan
yang telah teridentifikasi pada tingkat internasional dan Eropa
melalui promosi inisiatif-inisiatif kerjasama bilateral dan
multilateral.
Salah satu persoalan bagi Italian Cooperation adalah memerangi
perburuhan anak dalam bentuk-bentuknya yang terburuk
seperti yang didefinisikan dalam Konvensi ILO 182 dan
berhubungan dengan Rekomendasi 190 (Juni 1999) yang
mewajibkan semua Negara Peserta Pihak untuk meratifikasi
Konvensi tersebut serta melarang dan menghapuskan bentuk-
bentuk eksploitasi seperti itu melalui langkah-langkah segera
dan efektif yang harus diimplementasikan mengikuti berbagai
prosedur yang berlaku dalam situasi gawat darurat. UNICEF dan
ECPAT, khususnya, telah memberikan sumbangan yang sangat
penting dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman
tentang topik ini melalui Konferensi Internasional di Stokholm
(1996) danYokohama (2001) melawan salah satu bentuk-bentuk
eksploitasiterburuk,yaitueksploitasiseksualkomersialanak.
Perlindungan anak dalam situasi-situasi gawat darurat dan
bencana menjadi prioritas bagi Italian Cooperation dan buku
panduan ini menjadi sebuah alat yang praktis untuk
memberikan perlindungan yang lebih baik kepada anak-anak
dari kekerasan seksual dan eksploitasi seksual dalam konteks-
konteks yang sangat khusus ini. Buku panduan ini merupakan
panduan praktis yang akan sangat berguna bagi orang-orang
yangbekerjasecaralangsungdilapangan.
Pelajaran-pelajaran yang diperoleh dari bencana Tsunami yang
melanda Asia yang diberikan oleh para ahli yang terlibat secara
langsung dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan hadir
dalam konsultasi di Phuket yang diorganisir oleh ECPAT
Internasional dengan dukungan dari Kedutaan Italia dan Italian
Cooperation akan memberi pengetahuan yang lebih luas dan
strategi-strategi yang lebih efektif kepada institusi dan organisasi
lokal yang dibutuhkan untuk melindungi anak-anak dari
kekerasan seksual dan eksploitasi seksual saat terjadinya bencana
yang disebabkan oleh alam maupun bencana yang timbul akibat
ulahmanusiadandalamberbagaisituasigawatdarurat.
viii ix
1
Kami sangat berterima kasih kepada ECPAT Internasional atas
kontribusi mereka yang sangat penting dalam mempromosikan
hak-hak anak dan atas perjuangan mereka yang terus-menerus
untuk menghapuskan eksploitasi seksual terhadap anak. Dalam
semua aktifitas kita untuk anak-anak dunia, maka kita jangan
pernah melupakan tujuan yang telah kita buat untuk diri kita
sendiri, yaitu menghapuskan segala bentuk kekerasan dan
perlakuan salah dimana anak-anak dan remaja adalah
korbannya.
Anak laki-laki dan anak perempuan hari ini akan menjadi laki-
laki dan perempuan dewasa pelaku utama dari masyarakat yang
akan datang. Sebuah dunia yang tidak mencintai dan
menghormati generasinya adalah sebuah dunia tanpa masa
depan. Berawal dari kebenaran yang sederhana ini, kita harus
bekerjasama untuk membangun sebuah dunia baru dimana
anak-anakdapatmerasaaman.
PaolaViero
AhliDirektoratJenderalUntuk
KerjasamaPembangunan
KementerianLuarNegeriItalia
Pendahuluan
Tentang Buku Panduan
Mengapa Buku Panduan Ini Ditulis
Sebagaimana yang tercermin dari judulnya, buku panduan ini berisi
informasi tentang bagaimana
melindungi anak-anak dari
kekerasan dan eksploitasi seksual,
khususnya dalam situasi-situasi
bencana dan situasi gawat darurat.
Panduan ini tidak dimaksudkan
untuk menjadi sebuah laporan
akademis tetapi sebuah panduan
praktis yang kami harapkan akan
bermanfaat bagi orang-orang yang
bekerja secara langsung di lapangan.
Tu j u a n n y a a d a l a h u n t u k
memberikan informasi yang
mendasargunamembantuparapersonilyangbekerjadalamsituasi-situasi
gawat darurat dalam merespon dan melindungi anak-anak, seperti apa
yang dapat dilakukan sebelum terjadinya bencana (yang biasa disebut
denganusaha-usaha“mitigasi”),segerasetelahbencana(“respon”)dandalam
tahap rekonstruksi jangka panjang (kadang-kadang disebut dengan
“pemulihan”). Kami juga sudah memasukkan aksi-aksi yang
direkomendasikan dan pertimbangan-pertimbangan kunci yang harus
diingatsaatterjadiperistiwakekerasanataueksploitasiseksual.
Program ECPAT Internasional dalam memerangi eksploitasi seksual
komersial anak (ESKA) telah menyoroti kurangnya penyebaran
Semua pekerja kemanusiaan
harus mengambil tindakan
secepat mungkin dalam
situasi gawat darurat untuk
mencegah terjadinya
kekerasan seksual dan untuk
memberikan bantuan yang
layak bagi mereka yang
selamat/korban.
Interagency Standing Committee
(2005) Guidelines for Gender-based
Violence Intervention in Humanitarian
Settings, Geneva.
x
terhadap anak perempuan, tetapi penting untuk diingat bahwa anak laki-
lakijugadapatmenjadikorban.
Buku panduan ini ditulis secara khusus untuk memberikan pengetahuan
dan strategi-strategi yang dibutuhkan oleh organisasi grassroot untuk
melindungi anak-anak dari kekerasan seksual dan eksploitasi seksual
dalam peristiwa bencana alam dan bencana yang diakibatkan oleh
manusiadandalamsituasi-situasigawatdarurat.
Kami juga berharap bahwa buku panduan ini akan bermanfaat bagi
organisasi-organisasi yang lebih besar, badan-badan internasional, para
pembuat kebijakan, donor dan semua orang yang konsern terhadap
perlindungan anak dari kekerasan dan penyalahgunaan yang sangat
merusakini.
Buku panduan ini ditulis dalam dua proses tahapan. Tahap pertama
merupakan sebuah penelitian literatur penting tentang bahan dan
penelitian yang telah diterbitkan sebelumnya. Sedangkan tahap kedua
adalah sebuah Pertemuan Konsultasi Teknis yang diselenggarakan di
Phuket,Thailand pada bulan Nopember 2005. Pertemuan ini dihadiri oleh
para praktisi dari organisasi-organisasi anak di Sri Lanka, Indonesia dan
Thailand yang sudah terlibat langsung dalam bantuan kemanusiaan
bersama dengan para ahli internasional untuk mencerminkan
pengalaman dan pelajaran yang mereka dapatkan dalam kaitannya
dengan perlindungan anak dari program mereka dalam tsunami yang
menerjangAsia.
Isibukupanduaninididasarkanpadahasil-hasildarikeduatahapinidalam
kaitannya dengan keahlian teknis ECPAT Internasional tentang
eksploitasiseksualanak.
Untuk Siapakah Buku Panduan Ini
Bagaimana Buku Panduan Ini Ditulis
pengetahuan dan keterampilan yang praktis dan sistematis untuk
melindungi anak-anak dari kejahatan seksual dalam situasi-situasi sulit.
Selama terjadinya berbagai situasi konflik dan pasca terjadinya sejumlah
bencana alam (khususnya bencana tsunami yang melanda Asia pada
tahun 2004 dan gempa bumi di Pakistan pada tahun 2005), ECPAT telah
menerima banyak permintaan dari berbagai organisasi dan jaringan
anggota ECPAT Internasional yang meminta nasehat dan bimbingan
terkaitdenganisuini.
Walaupun sudah ada sejumlah dokumen panduan tentang respon
tanggap darurat dalam situasi gawat darurat, tetapi tidak satu pun dari
dokumen-dokumen tersebut yang secara khusus memfokuskan tentang
pencegahan kekerasan seksual terhadap anak-anak dalam situasi gawat
darurat. Tetapi jelas bahwa masalah ini merupakan sebuah keprihatinan
karena masalah tersebut sering disebutkan sebagai sebuah isu, walaupun
tindakan penghapusan jarang disarankan. Sumber daya yang tersedia saat
ini sangat terbatas dan cenderung hanya terfokus pada kebutuhan
organisasi-organisasi yang memiliki dana yang lebih besar dan lebih baik
daripada organisasi-organisasi lokal yang akan segera hadir pasca bencana
dan memiliki nilai lebih bagi masyarakat dan pengetahuan budaya. Kami
percaya bahwa organisasi-organisasi lokal memiliki dan memainkan
peranan yang sangat penting dalam melindungi anak-anak yang tidak
seharusnyaterabaikan.
Disamping itu, banyak panduan mengenai tanggap darurat dalam situasi
emergensi yang lebih cenderung memberikan sebuah iktisar kebijakan
daripada panduan untuk praktek dan walaupun kedua hal tersebut sama-
sama penting, tetapi ini berarti bahwa bahan-bahan seperti itu sepertinya
kurang bermanfaat bagi orang-orang yang bekerja dalam situasi-situasi
sulit. Hampir secara ekslusif, penelitian yang ada hanya terfokus pada
situasi perempuan dan anak perempuan sedangkan situasi tentang anak
laki-laki cenderung sering terabaikan. Walaupun kekerasan seksual
merupakan perwujudan khusus dari kerangka kekerasan berbasis jender
yanglebihluasdanolehkarenaitumemberikandampakyangsangatbesar
2 3
Format Buku Panduan
Selama berlangsungnya Pertemuan Konsultasi Teknis tersebut, para
peserta diminta untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi mereka
terkait dengan format buku panduan tersebut dengan
mempertimbangkan hal-hal apa saja yang paling bermanfaat bagi mereka
selama bencana tsunami. Mereka juga dimintai pendapat mereka tentang
bagaimana seharusnya kami menyusun buku panduan tersebut dan apa
kira-kiraisinya.
Kemudian mereka mencapai sebuah kesepakatan dengan suara bulat
bahwabukupanduantersebutharusbersifatpraktisdanmudahdipahami
dan ukurannya cukup kecil untuk bisa dibawa-bawa di lapangan dan
bukan berupa desktop atau buku referensi kantor. Bahasa yang
dipergunakan dalam buku panduan tersebut juga penting. Walaupun
disarankan untuk menterjemahkan buku panduan tersebut kedalam
berbagai bahasa tetapi para peserta berpendapat bahwa bahasa yang
dipergunakan harus sederhana. Karena dokumen tersebut ditulis dalam
bahasa Inggris maka para peserta tersebut menyadari bahwa bahan
tersebutharusbisadipahamijugaolehseseorangyangbahasapertamanya
bukanbahasaInggris.
Para peserta setuju dan merasa penting untuk memasukkan konsep-
konsep kunci, baik yang terkait dengan bencana maupun yang terkait
dengan eksploitasi seksual dan kekerasan seksual, bersama dengan
kerangka serta resiko dan faktor-faktor kerentanan. Disarankan untuk
memasukkan prinsip-prinsip panduan dan respon-respon yang
disarankan sebagai contoh untuk mengilustrasikan konsep-konsep
tersebut. Checklist dan bullet point atau ringkasan tentang poin-poin utama
dianggapsangatbergunadilapangan.
Isi Buku Panduan
Bagaimana Memasukkan Suara Anak-anak dan Remaja
Saat kami menulis buku panduan ini, kami sudah mencoba untuk
mempertimbangkan saran-saran dari peserta yang menghadiri
Pertemuan Konsultasi Teknis tersebut dan membuatnya sesederhana
mungkin tanpa harus mengabaikan isi atau artinya. Bagian pertama dari
buku panduan ini membahas tentang penentuan konteks dan penjelasan
tentang beberapa istilah kunci. Kemudian diikuti oleh sebuah eksplorasi
tentang isu-isu tersebut. Kami menyimpulkan poin-poin kunci di akhir
setiap bagian. Kemudian ada serangkaian lembaran aksi yang disarankan
yang memberikan gambaran tentang prinsip-prinsip panduan dengan
aksi-aksi penyelesaian penting serta respon yang disarankan. Akhirnya, di
bagianakhirbukupanduantersebutberisibagianreferensi.
ECPAT Internasional sangat perduli dengan partisipasi aktif anak-anak
dan remaja dalam proses yang konsern dengan mereka. Kami menyadari
bahwa pada saat yang bersamaan juga sedang dilakukan sejumlah
konsultasi dengan anak-anak dan remaja terkait dengan pengalaman
mereka dalam bencana tsunami yang melanda Asia untuk
mengembangkan buku panduan ini. Kami juga sudah mendengar
langsung dari anak-anak tersebut bahwa pada taraf tertentu mereka
merasa frustasi karena disuguhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang
sama berulang kali dan mereka merasa bahwa tidak ada sesuatu apapun
yang benar-benar berubah bagi mereka (ini tidak bermaksud untuk
mengatakan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang berubah, tetapi inilah
persepsidarisebagianremajatersebut).
Terkait dengan hal ini dan fakta bahwa Konsultasi Teknis tersebut secara
khusus difokuskan pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh
organisasi-organisasi anak yang terlibat dalam usaha bantuan, maka kami
memutuskan untuk tidak mengundang remaja tersebut untuk
menghadiri Konsultasi Teknis tersebut karena kami ingin menjamin
4 5
bahwa jika kami memang berkonsultasi dengan remaja kami ingin
konsultasi tersebut dilakukan dengan cara yang bermanfaat. Sebagai
pengganti kami menggunakan temuan-temuan dari penelitian-
penelitian dan konsultasi-konsultasi lain agar dapat memasukkan suara
anak-anak dan remaja ke dalam buku panduan ini. Hal ini juga telah
memungkinkan kami untuk mempertimbangkan pandangan-
pandangandaripararemajayangterjebakditengah-tengahsituasikonflik
yangtelahlamaterjadi.
Buku panduan ini secara bersama-sama menyajikan pelajaran dan
informasi terkait dengan kerentanan dan pengalaman anak-anak dalam
situasi gawat darurat yang dapat menyebabkan mereka menjadi korban
kekerasan seksual. Buku panduan ini adalah penyaringan dan laporan
sistematik pertama yang secara khusus terkait dengan kekerasan dan
eksploitasi seksual terhadap anak dalam situasi gawat darurat. Walaupun
kamisudahberusahauntukmenyusunbukupanduaninisekomprehensif
mungkin dalam menangani isu-isu dan pertimbangan-pertimbangan
kunci untuk menjamin manfaat dari buku panduan ini bagi organisasi-
organisasi anak yang bekerja di tingkat bawah, tetapi buku panduan
tersebut tidak harus menjadi panduan yang definitif. Akan ada banyak
pertimbangan-pertimbangan dan pengalaman-pengalaman lain yang
akan muncul dimasa yang akan datang saat kita terus memperkuat
pencegahandanresponterhadapjenis-jeniskekerasankhususini.
Kami mengundang orang untuk mempertimbangkan poin-poin yang
kami sajikan dan mengembangkan poin-poin mereka sendiri yang lebih
praktis serta aksi-aksi yang relevan secara budaya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan lokal. Kami ingin sekali mengetahui tentang
pengalaman-pengalaman anda dalam menggunakan buku panduan ini,
ide-idedansolusi-solusiandadalammelindungianak-anakdarikekerasan
dan eksploitasi seksual serta pemikiran-pemikiran anda tentang
bagaimanamenyempurnakanbukupanduanini.
Beberapa Keterbatasan
Catatan Tentang Definisi dan Terminologi
Agar memiliki pemahaman yang sama dan untuk menghindari
kebingungan maka kami sudah memasukkan sejumlah definisi dalam
teks tersebut. Jika memang memungkinkan, kami berusaha untuk
memilih definisi-definisi yang luas. Alasannya bukan karena kami ingin
terlalu menyederhanakan isu-isu tersebut tetapi karena kami tidak ingin
terlalu merumitkan buku panduan ini. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, salah satu persyaratan dari para peserta adalah bahwa
panduaniniharusmudahuntukdibacadanditerapkan–untukmencapai
hal itu kami sudah memberikan sebuah penjelasan tentang konsep-
konsep kunci sedangkan pada saat yang bersamaan kami mencoba untuk
membuat agar buku panduan ini tidak mirip dengan sebuah perjanjian
hukum atau makalah penelitian.Tanpa terkecuali, sebagian dari pembaca
mungkin berpikir bahwa dengan melakukan hal ini maka buku panduan
tersebut tidak sekomprehensif seperti yang mereka harapkan, tetapi
ketika menuliskan buku panduan ini kami tetap mengingat bahwa
tujuannya adalah untuk membuat sesuatu yang praktis untuk
dipergunakan,khususnyaditengah-tengahsituasigawatdarurat.
Istilah-istilah seperti “eksploitasi seksual” dan “kekerasan seksual” banyak
dipergunakandalambukupanduaniniyangsecarakolektifmengacupada
perkosaan, eksploitasi seksual komersial, kekerasan seksual, eksploitasi
seksual, kawin paksa dan pernikahan dini, penculikan dan perdagangan
untuk tujuan seksual. Sangat sulit untuk menguraikan bentuk-bentuk
kekerasan seksual yang berbeda-beda tersebut, khususnya karena bentuk-
bentuk kekerasan seksual tersebut tidak terjadi dalam pemisahan. Tetapi,
jika memang diharuskan untuk membedakan jenis-jenis kekerasan yang
berbeda-bedatersebut,makakamiakanmenjelaskannya.
Harus dicatat bahwa istilah “anak-anak” dan “remaja” dapat saling
menggantikan,terkecualijikadibuatcatatantersendiri.
6 7
yang telah dikenal oleh
anak tersebut, kadang-
kadang dilakukan oleh
salah seorang anggota
keluarganya. Ketika
seorang anak telah menjadi
korban kekerasan seksual
biasanya mereka akan
ditolak atau menerima
stigma dari masyarakat –
khususnya jika kekerasan
s e k s u a l t e r s e b u t
menyebabkan kehamilan
atau diketahui oleh
masyarakat umum – yang
dapat membuat mereka
lebihrentanlagiterhadapperlakuansalahlebihlanjutataumembuatmereka
lebihsulituntukbertahanhidup.
Anak tidak pernah memberi izin terhadap semua bentuk kekerasan seksual
dan eksploitasi seksual terhadap mereka.Tidak perduli apakah seorang anak
sepertinya “menerima” atau “secara suka rela” turut serta dalam aktifitas-
aktifitas seksual tersebut.Tidak ada seorang anak pun yang pernah memberi
izin untuk menjadi korban kekerasan. Mereka mungkin dibohongi, ditipu
atau dipaksa oleh situasi-situasi yang berada diluar kendali mereka seperti
kemiskinan atau akibat-akibat dari kondisi masyarakat (termasuk tekanan
teman sebaya) yang dapat memaksa anak secara tidak terlihat tetapi
bagaimana pun anak-anak tersebut tetap merupakan korban penderaan.
Anak-anak berhak atas perlindungan dan membutuhkan perlindungan dan
adalah tanggung jawab orang dewasa untuk menjamin agar anak-anak tidak
menjadikorbankekerasandaneksploitasi.
meliputipemaksaandanbujukankepadaseoranganak
untuk terlibat dalam aktifitas-aktifitas seksual terlepas dari apakah anak
tersebut sadar atau tidak dengan apa yang sedang terjadi. Kekerasan seksual
Kekerasan seksual
Pemahaman Yang Sama
8 9
1 Kami sudah menggunakan definisi-definisi gabungan yang telah disederhanakan. Untuk informasi lebih lanjut
dapat diperoleh dalam “Semantics or Substance? Towards a shared understanding of terminology referring to the
sexual abuse and exploitation of children” oleh the Subgroup against the Sexual Exploitation of Children, NGO
Group for the Convention on the Rights of the Child, 2005.
2 Konvensi PBB tentang Hak Anak, 1989
Eksploitasi Seksual & Kekerasan Seksual –Apa Artinya?
Eksploitasi Seksual dan
K e k e r a s a n S e k s u a l
1
merupakan istilah payung
yang mencakup berbagai
tingkah laku yang berbahaya
dan salah secara seksual.
Dalam buku panduan ini
k a m i s e c a r a k h u s u s
memfokuskan pada anak-
anak dan remaja seperti yang
d i d e f i n i s i k a n o l e h
Perserikatan Bangsa-Bangsa,
yaitu setiap orang yang
2
berusia dibawah 18 tahun .
Yang kami masukkan
kedalam ruang lingkup eksploitasi seksual dan kekerasan seksual adalah
semua bentuk penyalahgunaan seksual, kekerasan seksual, pornografi,
pelacuran, traffiking untuk tujuan seksual, pariwisata seks, kawin paksa dan
pernikahandinisertaperbudakan.
Penting untuk dicatat bahwa perwujudan kekerasan seksual dan eksploitasi
seksual yang berbeda-beda tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan
yang lainnya. Eksploitasi seksual komersial sering dilakukan oleh seseorang
Dokumen Kunci:
• ECPAT International (2001) Question &
Answer about the Commercial Sexual
Exploitation of Children, Bangkok
• Subgroup against the Sexual
Exploitation of Children, NGO Group
for the Convention on the Rights of the
Child (2005) Semantics or Substance?
Towards a Shared Understanding of
Terminology Referring to the Sexual
Abuse and Exploitation of Children,
ECPAT International, Bangkok
Definisi eksploitasi seksual menurut
anak-anak adalah:
“ketika laki-laki dewasa bercinta dengan
anak perempuan yang masih kecil untuk
mendapatkan uang. Laki-laki dewasa
tersebut dapat bercinta dengan anak
perempuan yang masih kecil.
Mereka bisa memanggil anak perempuan
tersebut ketika dia sedang berjalan
di sepanjang jalan, dan kemudian anak
perempuan tersebut pergi dan mereka
masuk ke dalam rumah dan mengunci
pintunya. Dan ketika laki-laki yang sudah
dewasa tersebut sudah menyelesaikan
urusannya, maka dia akan memberi
uang atau hadiah kepada anak
perempuan tersebut”.
10 11
d i d e f i n i s i k a n s e b a g a i
serangkaian hubungan atau
interaksi antara seorang anak
dengan seseorang yang lebih
tua atau anak yang lebih
berpengetahuan atau orang
dewasa (orang asing, saudara
kandung atau orang yang
memiliki tanggung jawab
untuk memelihara anak
tersebut seperti orang tua
atau pengasuh) dimana anak
tersebut dipergunakan
sebagai objek pemuas bagi
kebutuhan seksual mereka.
“Kebutuhan seksual” yang
tidak terkendali dan tidak
dapat dikendalikan sering
digunakan sebagai alasan
untuk melakukan kekerasan
seksual.
Aktifitas-aktifitastersebutdapatberupakontakfisik,termasuksekspenetratif
(seperti perkosaan) atau perbuatan non penetratif dan bisa berupa aktifitas-
aktifitas non kontak seperti melibatkan anak-anak untuk melihat atau
melibatkan mereka dalam pembuatan bahan-bahan pornografi, menonton
aktifitas-aktifitas seksual atau menyuruh anak-anak untuk bertingkah-laku
yang tidak wajar secara seksual. Sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya, anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual mungkin
ditipu, dipaksa, diancam atau disuap agar mereka terlibat dalam kekerasan
tersebutdanmerahasiakannya.
dapat didefinisikan sebagai kekerasan
seksual terhadap anak untuk mendapatkan bayaran atau kebaikan. Bayaran
ini bisa berupa uang, kebaikan atau keuntungan-keuntungan lain seperti
Eksploitasi seksual komersial
makanan, perlindungan atau tempat tinggal. Ada tiga bentuk dasar
eksploitasiseksualkomersialterhadapanakyangsalingberkaitanantarayang
satu dengan yang lainnya, yaitu: pelacuran, pornografi dan perdagangan
untuktujuanseksual.
terjadi ketika seseorang mengambil keuntungan dari
sebuah transaksi komersial dimana seorang anak dipergunakan untuk
tujuan-tujuan seksual. Beberapa orang yang mendapat keuntungan dari
transaksi komersial tersebut adalah mucikari atau germo, perantara atau
agen, orang tua dan sektor-sektor bisnis terkait seperti hotel. Anak-anak
tersebut juga dilibatkan dalam pelacuran ketika mereka melakukan
hubungan seks dengan imbalan kebutuhan-kebutuhan dasar seperti
makanan, tempat tinggal atau keamanan atau bantuan untuk mendapatkan
nilai yang tinggi di sekolah atau uang saku ekstra untuk membeli barang-
barang konsumtif. Khusus dalam situasi gawat darurat, anak-anak
dilacurkan oleh orang-orang dewasa yang tidak bermoral demi
mendapatkan kebutuhan-kebutuhan dasar atau uang untuk membeli
kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut atau agar mereka dapat melewati
daerah perbatasan atau masuk ke dalam daerah-daerah yang aman atau
daerah-daerahterlarang.
berarti pertunjukan apapun atau dengan cara apa saja
yangmelibatkananakdidalamaktifitasseksualyangnyataataueksplisitatau
yang menampilkan bagian tubuh anak demi tujuan-tujuan seksual. Ciri-ciri
utama pornografi anak adalah bahwa pornografi anak dibuat untuk
mendapatkan kepuasan seksual.Yang termasuk pornografi anak adalah foto,
negatif film, slide, majalah, buku, gambar, rekaman, film, kaset video, disket
ataufilekomputerdanfoto-fotoyangdisimpandalamtelepongenggam.
adalah perekrutan, pemindahan, pengiriman atau penerimaan
anak-anak (dan orang dewasa) untuk tujuan eksploitasi. Buku panduan ini
secara khusus terfokus pada anak-anak yang diperdagangkan untuk tujuan
seksual, tetapi anak-anak yang diperdagangkan untuk tujuan apa pun pasti
sangat rentan terhadap kekerasan seksual dan eksploitasi. Anak kadang-
kadang diperdagangkan dengan izin mereka atau izin dari keluarga mereka
Pelacuran anak
Pornografi anak
Trafiking
Siapakah Yang Dimaksud
Dengan Anak?
Pasal 1 Konvensi PBB tentang Hak Anak
(1989) mendefinisikan anak sebagai:
..............setiap orang yang berusia
di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan
undang-undang yang berlaku bagi anak
ditentukan bahwa usia dewasa dicapai
lebih awal.
Sejak KHA PBB diperkenalkan, Konvensi
ILO No. 182 tentang Bentuk-Bentuk
Pekerjaan Terburuk bagi Anak sudah
berlaku. Definisi anak menurut Konvensi
ILO adalah setiap orang yang berusia di
bawah 18 tahun.
Pada umumnya komunitas hak anak
internasional menerima bahwa usia 18
tahun merupakan usia yang sesuai untuk
menentukan masa dewasa.
12 13
danmerekakadang-kadangditipu,dipaksaataudiculik.Tetapi,samadengan
semua bentuk kekerasan seksual dan eksploitasi seksual, persoalan tentang
pemberianizindarianakmerupakansesuatuhalyangtidakrelevan.
(PSA) merupakan eksploitasi seksual komersial
anak yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan yang melakukan
perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, baik di negara lain maupun
di dalam wilayah yang berbeda di negaranya sendiri, dan di tempat tersebut
mereka melakukan hubungan seks dengan anak-anak. Para wisatawan seks
anak dapat secara khusus memiliki pilihan untuk menjadikan anak-anak
sebagai pasangan seks mereka atau mereka mungkin hanya sekedar
memanfaatkan sebuah situasi dimana seorang anak memang tersedia untuk
mereka untuk melakukan eksploitasi seksual. Dalam situasi gawat darurat
atau bencana, eksploitasi seksual terhadap anak-anak dapat terjadi karena
masuknyaberbagaimacampengunjungyangsekali-sekaliatausecarateratur
mendatangi daerah tersebut untuk memberikan bantuan atau pertolongan
(salah satu contohnya adalah supir truk yang membawa atau mengirimkan
bahan-bahan yang sangat penting). Para pengunjung tersebut kemudian
memanfaatkan situasi tersebut untuk mendapatkan akses terhadap anak-
anak yang kurang mendapat pengawasan dan anak-anak yang lebih rentan
terhadap kekerasan seksual. Dalam tahap rekonstruksi, tanpa adanya pilihan
matapencaharianalternatifyangmenjanjikan,remajadapatmenjadikorban
para wisatawan seks yang mengunjungi daerah tersebut untuk tujuan
seksual dan rekreasi ketika situasinya sudah stabil atau menjadi korban para
pengunjung sementara lain seperti orang-orang yang bekerja untuk
pembangunan(konstruksi).Sangatsulituntukmemisah-misahkanberbagai
bentuk kekerasan seksual yang berbeda-beda, khususnya karena bentuk-
bentuk kekerasan seksual tersebut tidak terjadi secara terpisah dan karena
mereka saling terkait. Tidak semua anak-anak yang diperdagangkan
dieksploitasi secara seksual dan begitu juga tidak semua anak-anak yang
mengalami kekerasan seksual (seperti perkosaan) dieksploitasi secara
komersial dan seksual. Tetapi, setiap anak yang telah mengalami bentuk
kekerasan apa pun pasti akan lebih rentan terhadap kekerasan berikutnya,
baik kekerasan yang memiliki sifat yang sama ataupun sifat yang berbeda
dengankekerasansebelumnya.
Pariwisata Seks Anak
WHERE:
Gambar 1: Kekerasan Seksual & Eksploitasi Seksual (Catatan: Ukuran sektor tidak
menunjukkan rasio atau besaran dari fenomena tersebut, tetapi hanya dimaksudkan untuk
menunjukkanhubunganantaraberbagaisektortersebut)
C B A
D
A = Populasi anak-anak
yang mengalami
semua bentuk
kekerasan
B = Anak-anak yang
mengalami
kekerasan seksual
C = Anak-anak yang
dieksploitasi secara
seksual komersial
D = Anak-anak yang
diperdagangkan
Baik anak perempuan maupun anak laki-laki dapat menjadi korban
kekerasan seksual dan eksploitasi seksual walaupun sifat resiko dan jenis
kekerasannya berbeda. Bagi anak perempuan, kekerasan seksual merupakan
sebuah bentuk kekerasan berbasis jender dan sering terkait erat dengan posisi
lemah mereka dalam masyarakat. Sedangkan bagi anak laki-laki, kekerasan
seksual dipergunakan secara khusus sebagai metode intimidasi, khususnya
dalam situasi konflik. Disamping itu, norma-norma budaya dan masyarakat,
khususnya terkait dengan isu-isu kejantanan dan seksualitas, juga turut
memberikan kontribusi terhadap sulitnya bagi anak laki-laki untuk
mengungkapkan tentang pengalaman-pengalaman mereka dan bagi orang-
orang dewasa untuk menyadari bahwa anak laki-laki juga membutuhkan
perlindungan.
14 15
Menjelaskan & Memahami Bencana & Situasi Gawat Darurat
Dalam buku panduan ini, kami menggunakan istilah bencana dan situasi
gawat darurat yang bisa saling menggantikan. Ada berbagai cara untuk
mempertimbangkan bencana dan situasi gawat darurat. Penting bagi kita
untukdapatmembedakanberbagaimacambentukbencanakarenabencana-
bencana tersebut dapat meningkatkan kerentanan anak-anak terhadap
kekerasan dan eksploitasi seksual dengan cara yang berbeda-beda.
Memahami hal ini dapat membantu kita untuk membuat perencanaan
pencegahandanlayananperlindunganyangtepat.
Salah satu caranya adalah dengan membedakan antara faktor manusia dan
faktor alam:
FAKTOR ALAM
FAKTOR MANUSIA
• Atmosfer Misalnya: angin topan, kebakaran,
badai tropis, gelombang dingin dan
gelombang panas, hujan es disertai
dengan angin ribut.
• Air Misalnya: banjir, erosi, kekeringan.
• Geofisika Misalnya: tanah longsor, salju atau es
longsor, gempa bumi, letusan gunung
berapi, tsunami
• Perang/Konflik Sipil
• Kecelakaan Misalnya: ledakan, kebakaran,
tabrakan, bangunan runtuh karena
konstruksi yang tidak kuat.
• Kontaminasi Misalnya: nuklir, radio aktif, biologis.
• Subversi Misalnya: terorisme, perusakan.
• Epidemik Misalnya: flu burung, campak (cacar
air), HIV
Sedangkan cara lain yang dapat dipergunakan adalah dengan membedakan
bagaimanabencanatersebutberkembangdariwaktukewaktu,yaitu:
Bencana yang terjadi secara perlahan
bencana yang terjadi secara cepat
situasi gawat darurat
kompleks
(seperti kekeringan, kelaparan
atau ketegangan yang meningkat antara fraksi-fraksi politik yang beroposisi)
atau (seperti gempa bumi atau tanah
longsor).
Situasi yang sangat sulit untuk ditangani adalah
. Ini merupakan salah satu cara untuk menjelaskan situasi gawat
darurat yang timbul dari faktor-faktor ekonomi dan sosio-politik yang
kompleks dan saling berkaitan yang sering diperburuk oleh kejadian-
kejadian alam. Contohnya adalah konflik sipil yang berkepanjangan dimana
hidup menjadi lebih sulit karena kemiskinan endemik dan dampak
kekeringan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya kekerasan
dan eksploitasi seksual terhadap anak adalah tahap-tahapan dalam situasi
gawat darurat. Sesaat setelah terjadinya bencana anak-anak mungkin
dihadapkan pada resiko-resiko khusus seperti terpisah dari keluarga yang
dapat membuat mereka rentan terhadap perdagangan dan penculikan atau
kekerasan seksual. Selama tahap pemberian bantuan dan pemulihan, anak-
anak semakin rentan untuk mengalami perlakuan salah melalui pelacuran
sebagai cara untuk bertahan hidup. Dalam jangka yang lebih panjang, yaitu
pada tahap rekonstruksi, kekerasan yang mungkin terjadi pada anak-anak
adalah pariwisata seks anak, yaitu ketika para pengunjung kembali ke
wilayah tersebut dan mungkin tidak ada pilihan sumber pendapatan
alternatif yang dapat diandalkan terkecuali jika sudah dibuat perencanaan
untuk memberikan masa depan jangka panjang bagi anak-anak. Status
masyarakat yang menjadi korban juga akan sangat berpengaruh pada
kerentanan anak karena pengungsi dan para pengungsi (orang-orang yang
kehilangan tempat tinggal) sering menghadapi kesulitan yang lebih besar
dalam memilih mata pencaharian dan mendapatkan akses terhadap
kebutuhan-kebutuhan dasar. Kegagalan jangka panjang dalam merestorasi
mata pencaharian dan kurangnya kesempatan kerja memang menjadi salah
satu faktor utama yang turut memberikan kontribusi terhadap resiko
kekerasandaneksploitasiseksual.
16 17
Tahap-tahapan dalam situasi gawat darurat, pemberian bantuan dan
pemulihan serta rekonstruksi mungkin lebih jelas dalam kasus emergensi
bencana alam. Tetapi, untuk jangka panjang dan situasi gawat darurat
kompleks seperti yang timbul karena konflik sipil, tahap-tahap tersebut
kemungkinan kurang jelas dan terjadi secara berulang-ulang karena krisis-
krisis berikutnya muncul atau terjadi secara terus-menerus dan dianggap
“normal”. Penting untuk diingat bahwa ketika kita bekerja di sebuah daerah
dimana di daerah tersebut terjadi perselisihan yang panjang maka orang-
orang yang terlibat dalam perselisihan tersebut mungkin akan berpikir
bahwasituasitersebutsudahbiasabagimereka.Tetapi,initidakberartibahwa
situasi tersebut telah mengurangi atau menghilangkan resiko-resiko
terhadapanak.
Disamping membedakan antara jenis bencana dan situasi gawat darurat serta
tahap-tahappemulihan,kitajugadapatmempertimbangkanbencanadalam
kaintannya dengan bagaimana orang merespon bencana tersebut. Beberapa
tahun belakangan ini telah ada keterlibatan internasional yang lebih besar
dalam manajemen bencana, khususnya keterlibatan pasukan militer.
Sejumlah organisasi dan lembaga manajemen bencana nasional dan
internasional telah berkembang sebagai reaksi terhadap kebutuhan
peningkatan kapasitas pekerja kemanusiaan untuk mempunyai
keterampilan yang dibutuhkan dan untuk membantu masyarakat
mempersiapkan diri sebelum datangnya bencana. Kadang-kadang ada
keterlibatansektorswasta,khususnyadalambidangrekonstruksi.
Disatusisi,meningkatnyaketertarikandanpeliputanberitaolehmediatelah
meningkatkankesadaranterhadapsituasigawatdaruratdiseluruhduniadan
membuat masyarakat luas dapat melihat dampak dari setiap krisis serta
menyoroti berbagai kesenjangan dalam tanggap darurat yang diberikan.
Tetapi, di sisi yang lain hal tersebut kadang-kadang menimbulkan frustasi
karenakurangnyadanadantindakanyangtepat.Kesadaranmasyarakatyang
lebih besar telah mengundang jumlah relawan yang terus meningkat,
khususnya dalam konteks bencana alam yang sering dianggap kurang
berbahaya jika dibandingkan dengan situasi-situasi konflik. Hal ini
memancing pada kerelawanan yang lebih besar. Walaupun bantuan relawan
sepertiitusangatmenguntungkandanmembukabanyakkesempatan,tetapi
jika tidak ada sebuah kerangka untuk mengkontrol dan memonitor
masuknya para relawan asing maka hal ini dapat meningkatkan resiko dan
eksploitasi seksual terhadap anak-anak oleh orang dewasa yang masuk ke
dalam lingkungan tersebut dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan
untuk menjadi relawan seperti itu. Situasi seperti ini sering sulit dipercaya
3
olehorang-orangyangbekerjadidaerah-daerahbencana .
Sebagaimana yang telah diketahui, penting bagi kita untuk tidak hanya
terfokus pada pemenuhan kebutuhan fisik saja tetapi juga isu-isu lain seperti
perkembangan emosional dan psikologis. Berbagai keprihatinan seperti
pendidikan dan jender juga harus diperhatikan selama tahap pemberian
bantuan dan pemulihan. Penekanan keprihatinan yang berbeda-beda dapat
menimbulkan dampak yang merugikan anak-anak, terkecuali jika
perlindungandianggapsebagaitemasentral.
Definisi-definisi berikut ini telah dimasukkan ke dalam buku panduan ini
karena kemungkinan besar ketika terjadi situasi bencana atau situasi gawat
darurat maka organisasi-organisasi kemanusiaan dan pemberi bantuan lain
jugaakanturutterlibat.Sebagiandariorganisasi-organisasikemanusiaandan
pemberi bantuan ini kemungkinan telah memiliki pengalaman dalam
bekerja di lingkungan yang sulit seperti itu dan mereka mungkin
menggunakan istilah-istilah khusus untuk manajemen bencana. Kami
percayabahwadenganmemilikisebuahpemahamantentangbeberapaistilah
dan konsep utama, maka hal ini akan dapat membantu organisasi-organisasi
lokal dalam berkomunikasi dengan organisasi-organisasi spesialis ini dan
membantumerekadalammerencanakantanggapdaruratmerekasendiri.
Terminologi Manajemen Bencana
3 Kami sudah diberitahu secara langsung dan sudah banyak mendengar cerita-cerita anekdot dari orang-orang yang
berada dalam daerah-daerah yang dilanda bencana bahwa mereka merasa jika orang benar-benar meluangkan
waktu mereka secara suka rela maka mereka pasti orang yang baik hati dan mereka bukan menjadi sebuah
ancaman bagi anak-anak.
18 19
Bahaya
Bencana
Resiko
Kerentanan
Bahaya adalah sebuah kejadian (biasanya dipergunakan dalam kaitannya
dengan kejadian-kejadian alam seperti gempa bumi, banjir, letusan gunung
merapi) yang dapat memicu sebuah bencana. Penting untuk diingat bahwa
bukan bahaya itu sendiri yang menjadi bencana tetapi dampak yang
ditimbulkannya terhadap masyarakat atau daerah. Misalnya, bukan
kekeringan yang menjadi bencana tetapi kelaparan yang diakibatkan oleh
kekeringantersebutlahyangmenjadibencana.
Bencana adalah sebuah kejadian baik yang disebabkan oleh faktor manusia
maupunfaktoralamyangmenyebabkanpenderitaansepertikematian,luka,
kehilangan tempat tinggal atau hancurnya ekonomi yang melumpuhkan
kemampuan masyarakat untuk mengatasinya. Ini merupakan dampak dari
sebuahsituasiberbahayaterhadapmasyarakat.
Resiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya bencana. Ini terkait dengan
kedahsyatan bencana tersebut – beberapa hal kemungkinan besar tidak akan
terjadi,tetapijikabenar-benarterjadimakaakanberartibencana.Memahami
dengan baik tentang hubungan ini akan dapat membantu kita untuk
merencanakan strategi-strategi dan intervensi-intervensi untuk mencegah
ataumengurangidampakresikotersebut.
Kerentanan adalah besarnya dampak buruk yang ditimbulkan oleh situasi
berbahaya. Hal ini berlaku bagi seorang manusia, kelompok atau struktur
sosial ekonomi atau sesuatu yang bersifat lebih fisik seperti kekuatan
bangunan, jembatan dan jalan dalam bertahan menghadapi situasi
berbahaya.
Kapasitas
Kesiap-siagaan
Pencegahan
Mitigasi
Tanggap darurat
Kapasitas adalah kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk
mengatasi sebuah ancaman atau untuk menahan dampak dari sebuah situasi
berbahaya.Iniseringterkaitdengansumberdayayangada.
Kesiap-siagaan adalah setiap tindakan yang dilakukan yang menjamin
kesiapan dan kemampuan masyarakat untuk memperkirakan dan
melakukan langkah-langkah pencegahan sebelum terjadi sebuah ancaman
dan untuk menanggapi dan mengatasi dampak dari sebuah bencana dengan
mengorganisirdanmengirimkanbantuanyangefektif.
Pencegahan adalah aktifitas-aktifitas yang dirancang untuk memberikan
perlindungan permanen dari bencana. Salah satu contoh pencegahan adalah
memindahkansebuahdesadaridaerahrawanbanjiratausebuahzonagempa
bumi.
Mitigasi adalah setiap tindakan yang dilakukan untuk meminimalisir
dampak sebuah bencana sebelum bencana tersebut terjadi. Ini bisa dalam
bentuk langkah-langkah fisik seperti penahan banjir atau metode-metode
membangun sebuah bangunan yang lebih kuat, pelatihan, legislasi dan
peningkatankesadaranmasyarakat.
Tanggap darurat adalah setiap tindakan yang dilakukan untuk
mengantisipasi selama terjadinya bencana atau pasca bencana untuk
menjamin bahwa dampak bencana tersebut berkurang dan orang yang
menjadikorbanmendapatkanbantuandandukungandengansegera.
Faktor & Konteks Yang
Mempengaruhi Dalam
Situasi Gawat Darurat
20 21
Pemulihan
Manajemen bencana
Pemulihan adalah proses yang terkoordinasi untuk memberikan dukungan
terhadap para korban dalam rekonstruksi infrastruktur fisik dan pemulihan
emosi,sosial,ekonomidankesejahteraanfisikparakorban.
Manajemen bencana adalah sebuah istilah yang berarti proses perencanaan
untuk menghadapi dan merespon bencana. Yang termasuk dalam
manajemen bencana adalah pengelolaan seluruh rangkaian kesatuan, mulai
dari pencegahan sampai mitigasi melalui kesiapan dan tanggap darurat
sampaidenganrekonstruksidanrehabilitasi.
Sejumlah faktor dan konteks
m e m p e n g a r u h i b e s a r ny a
k e mu n g k i n a n a n a k - a n a k
mengalami kekerasan seksual dan
eksploitasi seksual dalam situasi
gawatdarurat.
Semua anak-anak rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi seksual, tetapi
sebagian anak memang jauh lebih rentan dibandingkan dengan anak-anak
yanglain.Berikutiniadalahanak-anakyangsangatrentan:
– anak-
anak yang tinggal sendiri, anak-anak yang tinggal dengan keluarga
angkat atau anak-anak yang tinggal dalam institusi menghadapi bahaya
yangbesarkarenakurangnyadukungandanperlindunganorangtuadan
masyarakat.
– anak-anak ini pada umumnya
tidak memiliki kemampuan untuk menghindar dari kekerasan atau
untuk memahami apa yang akan terjadi kepada mereka dan
menceritakan kekerasan tersebut. Hal ini sering diperburuk oleh
kurangnya penghargaan masyarakat terhadap kehidupan anak-anak
Kerentanan Anak & Akibat
Yang Mereka Derita
· Anak-anak tanpa pengasuhan orang tua seperti anak yatim-piatu
dan anak-anak yang terpisah dengan orang tua mereka
· Anak-anak cacat fisik dan anak-anak cacat mental serta anak-
anak dengan “kebutuhan khusus”
Dokumen Kunci:
Inter-Agency Standing Committee
(2005) Guidelines for Gender
Based Violence Interventions in
Humanitarian Settings: Focusing
on Prevention of and Response to
Sexual Violence in Emergencies,
Geneva
22 23
penyandang cacat dan oleh sebab itu bisa berdampak pada kurangnya
pengasuhan,perhatiandanperlindunganterhadapmereka.
– anak-anak seperti
ini sering mengalami dampak ekonomi yang merugikan karena
diskriminasi yang membuat mereka rentan terhadap eksploitasi atau
mungkin tidak mendapatkan perlindungan karena kerangka hukum
dan kebijakan yang lemah. Anak-anak dari beberapa komunitas tertentu
bisa menjadi sasaran dari eksploitasi seksual karena adanya keyakinan
yang merugikan tentang mereka. Misalnya, dalam sebagian masyarakat
konsevatif, beberapa desa dan komunitas tertentu dapat memiliki
reputasi buruk yang dikaitkan dengan pelacuran dan oleh karena itu ada
sebagian orang yang menganggap “lumrah” untuk menjadikan anak-
4
anakdarikelompok-kelompokinisebagaitargetatausasaranmereka .
Walaupun sebagian anak-anak menghadapi resiko yang lebih kecil karena
mereka tinggal bersama dengan orang tua mereka atau orang dewasa lain,
tetapi mungkin tingkat resiko yang mereka hadapi sebenarnya jauh lebih
tinggi dari yang kita banyangkan karena tekanan-tekanan yang diciptakan
oleh situasi gawat darurat. Sebagian anak sangat terabaikan atau kurang
mendapat perhatian untuk jangka waktu yang relatif lama karena para
pengasuh mereka mengalami trauma serius sebagai akibat dari situasi gawat
darurat sehingga mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan anak tersebut, atau karena para pengasuh mereka terpaksa harus
pergi jauh untuk bekerja atau mencoba untuk mencari nafkah. Tekanan
sosio-ekonomi dan tekanan terhadap keluarga yang terus meningkat,
kadang-kadang diperburuk dengan meningkatnya konflik keluarga dan
masyarakat, dapat menciptakan alasan-alasan meningkatnya tingkat
· Anak-anak dari kelompok yang termarjinalkan seperti anak-anak
dari etnis, suku dan komunitas agama minoritas
kekerasan secara umum. Ini berarti bahwa semua anak-anak yang berada
dalam sebuah situasi gawat darurat membutuhkan dukungan dan strategi-
strategiyangberbedauntukmenjaminperlindunganterhadapmereka.
Dampak buruk yang dialami oleh anak-anak yang diakibatkan oleh
kekerasan dan eksploitasi seksual sangat banyak dan berbeda-beda dan sulit
untuk disembuhkan serta memiliki dampak yang dramatis bagi anak
tersebut.Berbagaidampakburukyangdialamiolehanaktersebuttermasuk:
– luka fisik, kematian, kehamilan, aborsi yang tidak aman,
angka kematian ibu dan anak yang tinggi, penyakit dan infeksi menular
seksual(PMSdanIMS)daninfeksiHIV/AIDS.
– depresi, rasa malu karena menjadi korban
kekerasan, penyakit stress pasca trauma, hilangnya rasa percaya diri dan
hargadiri,melukaidirisendirisertapemikirandantindakanbunuhdiri.
– pengasingan dan penolakan oleh keluarga dan
masyarakat, stigma sosial serta dampak jangka panjang seperti hilangnya
kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, pelatihan keterampilan
dan lapangan pekerjaan dan kecilnya kesempatan untuk menikah,
penerimaansosialdanintegrasi.
Akibat-akibat dari dampak buruk ini dapat meningkatkan resiko dan
kerentanan anak terhadap terjadinya kekerasan seksual dan eksploitasi
seksual lebih lanjut terhadap anak.
· Dampak fisik
· Dampak emosional
· Dampak sosial
4 Naik A (2005) Child Protection Assessment in India, for Save the Children UK
Mengadopsi Program Respon Berbasis HAM
Prinsip-prinsip HAM telah menjadi
dasar dan kerangka buku panduan
ini. Yang menjadi dasar hak-hak
azasi manusia adalah Deklarasi
Universal Hak-hak Azasi Manusia
1948 yang sudah disuplemen oleh
berbagai traktat dan perjanjian.
Karena anak-anak juga manusia,
tentu saja sudah diakui bahwa
karena posisi rentan mereka di
dalam masyarakat maka mereka membutuhkan dukungan dan perlindungan
ekstra. Dasar pemikiran ini mengarah pada pengembangan Konvensi PBB
tentang Hak-Hak Anak (1989) yang secara khusus berisi tentang ketetapan-
ketetapan terkait dengan perlindungan dan pengasuhan anak dan partisipasi
mereka dalam pengambilan keputusan yang harus dipertimbangkan dalam
semua situasi, termasuk dalam situasi gawat darurat. Sebagai referensi, kami
sudah memasukkan sebuah ringkasan tentang ketetapan-ketetapan utama
yangtermuatdalamKHAtersebutdidalambukupanduanini.
Penerapan HAM dalam situasi sehari-hari dikenal dengan Pendekatan Berbasis
HAM dalam pelaksanaan program yang telah mendapatkan momentum
selama dasawarsa terakhir ini. Sebelumnya, konsep bantuan sangat didasarkan
pada ide “kebutuhan” dan secara khusus bantuan didistribusikan berdasarkan
apa yang dianggap penting oleh para organisasi atau badan pemberi bantuan
(walaupun kadang-kadang hal ini bisa dinegosiasikan dengan orang-orang
yang menerima bantuan tersebut). Walaupun dengan menggunakan cara
seperti ini orang-orang tersebut bisa
terbantu (dalam keadaan ideal), tetapi
yang menjadi permasalahan adalah
bahwa hal ini dapat memperkuat
persepsi ketidakberdayaan. Cara
berpikir seperti itu juga dapat
menimbulkan perasaan bahwa orang
yang telah dibantu tersebut harus
“berterima kasih” atas bantuan,
sumbangan dan niat baik dari orang
lain.
24 25
Dokumen Kunci:
Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa Tentang Hak-Hak Anak
(1989).
Deklarasi Universal
Hak Azasi Manusia (1948)
Terlepas dari situasi tersebut,
anak-anak memiliki hak
sebagaimana yang termuat dalam
Konvensi PBB tentang Hak-Hak
Anak (1989).
Hak-hak ini harus dihormati dan
ditegakkan sepanjang waktu.
Pendekatan Berbasis HAM membebankan tanggung jawab kepada pihak-pihak
yangberwenang(negaradanbadan-badanlain)untukmemenuhi,melindungi
dan menghormati hak-hak tersebut dan pentingnya untuk bertanggung jawab
atas tindakan-tindakan mereka. Pendekatan tersebut memungkinkan orang
untuk menuntut standar-standar minimum yang telah dijamin oleh hukum
internasional (walaupun masih harus menghormati hak-hak orang lain) dan
menyediakan forum kepada orang-orang tersebut untuk berpartisipasi secara
aktif dalam pengambilan keputusan-keputusan yang akan berpengaruh
terhadapkehidupanmereka.
Walaupun para pekerja kemanusiaan sadar akan program dan tanggap darurat
dalam konteks Pendekatan Berbasis HAM, tetapi dalam beberapa situasi
tertentu ada sebuah kecenderungan untuk kembali lagi pada pendekatan
berbasis kebutuhan. Hal ini sering diakibatkan atau dipicu oleh perkiraan
tentangprioritas-prioritasutamadanpermintaanyangtinggiterhadaptanggap
darurat yang cepat dengan sumber-sumber yang terbatas. Tetapi, walaupun
hambatan-hambatan praktis dapat mempersulit kita untuk menjamin bahwa
hak-hak tertentu dapat terpenuhi, khususnya dalam keadaan sulit, ini tidak
berarti bahwa kewajiban pihak-pihak yang berwenang untuk memenuhi hak-
haktertentutersebutharusdihapuskan.
Pengertian-pengertian utama tentang Pendekatan Berbasis
HAM untuk situasi gawat darurat adalah bahwa organisasi dan
lembagapemberibantuanharus:
• Menjamin kesetaraan, non diskriminasi dan pemasukan
• Mempertimbangkan ”kepentingan terbaik” anak
• Memenuhi hak terhadap kelangsungan hidup
• Memenuhi hak terhadap perlindungan
• Memenuhi hak terhadap perkembangan
• Memenuhi hak terhadap informasi dan untuk berekspresi
dan berasosiasi (sebagai cara untuk menjamin kelangsungan
hidup, perlindungan dan perkembangan)
• Bertanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka sendiri
dan membuat para pemangku tugas lain untuk
bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan mereka.
26 27
Kerangka Hukum & Kebijakan
Perlindungan hukum internasional utama untuk anak-anak adalah
Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (1989). Konvensi ini, bersama dengan
Protokol Opsional tentang Pelacuran Anak, Pornografi Anak dan
Perdagangan Anak Untuk Tujuan Seksual serta protokol tentang tentara
5
anak , mengidentifikasi hak-hak anak, termasuk perlindungan, yang harus
diberikan secara universal kepada semua anak dan remaja dibawah usia 18
tahun.
Disamping itu, ada lagi beberapa instrumen hukum internasional yang
terkait langsung dengan hak-hak dan perlindungan terhadap populasi
khusus seperti pengungsi. Tanggung jawab untuk memonitoring dan
memberikan layanan-layanan seperti itu dibebankan kepada Kantor Komisi
TinggiPerserikatanBangsa-BangsauntukPengungsi(UNHCR).Perludicatat
bahwa pemberian perlindungan akan
lebih luas jika seseorang menjadi
pengungsi atau telah melewati batas-
batas internasional. Jika seseorang
berpindah dari satu daerah ke daerah
yang lain dalam negaranya sendiri
(yang dikenal dengan Internally
Displaced Persons atau IDPs) maka
mekanisme dan panduan ini
sepertinya kurang bisa diterapkan.
Tetapi, mandat UNHCR yang telah
dirubah menghendaki bahwa dalam
situasi-situasi konflik sipil, maka IDP tersebut berhak untuk mendapatkan
perlindungandariorganisasitersebut.
Statusberbagaitraktatakanberbedadarisatutempatketempatyanglaindan
akan tergantung pada apakah negara tersebut sudah menandatangani dan
meratifikasi traktat tersebut atau belum. Tetapi, walaupun belum ada
pengadopsian traktat tersebut di dalam hukum nasional, masih
Dokumen Kunci
Konvensi PBB tentang
Hak-Hak Anak (1989)
UNHCR (2001) Protecting
Refugees – A Field Guide for
NGOs, Geneva
memungkinkan bagi LSM lokal dan badan-badan lain untuk merespon
seolah-olah ketetapan-ketetapan ini telah dimasukkan ke dalam hukum
nasional dan oleh karena itu mereka dapat memberikan tingkat
perlindungan tertinggi yang dibutuhkan baik secara umum maupun selama
masasituasigawatdarurat.
Disamping konvensi-konvensi dan traktat internasional, perundang-
6 Informasi lebih lanjut tentang Sphere Project Standards dapat dilihat di: www.sphereproject.org
7 Salah satu contoh dari perjanjian regional adalah Pakta Afrika tentang Hak & Kesejahteraan Anak 1990, diperoleh
dari www.african-union.org
The “SPHERE” Project Standards
dikembangkan pada tahun 1997 dengan
memanfaatkan pengalaman kolektif dari
banyak orang dan organisasi. Hal itu
merupakan sebuah usaha untuk
merumuskan standar-standar minimum
dalam bidang bantuan kemanusiaan
selama bencana yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas bantuan tersebut
dan untuk meningkatkan tanggung jawab
organisasi-organisasi dan badan-badan
pemberi bantuan walaupun standar-
standar minimum tersebut cenderung
lebih terfokus pada aspek-aspek
organisasi dan materi daripada
mekanisme-mekanisme perlindungan.
Standar-standar minimum tersebut
didasarkan pada 5 wilayah program, yaitu:
1. Standar-standar minimum dalam
Penyediaan Air dan Sanitasi.
2. Standar-standar minimum dalam Gizi
3. Standar-standar minimum dalam
Bantuan Makanan
4. Standar-standar minimum dalam
Penyediaan Tempat Tinggal &
Perencanaan Lokasi
5. Standar-standar minimum dalam
Pelayanan Kesehatan
6
undangan dan kebijakan-
kebijakan nasional dan
r eg i on a l j u g a d a p a t
b e r f u n g s i u n t u k
7
melindungi anak-anak .
K a r e n a p e r u n d a n g -
undangan dan kebijakan-
kebijakan nasional dan
regional ini juga berbeda-
beda dari satu tempat ke
tempat yang lain maka
penting bagi LSM lokal dan
badan-badan lain untuk
memiliki pemahaman
tentang hukum nasional
karena hukum nasional
tersebut terkait dengan
anak-anak dan peduli akan
ketentuan-ketentuan
utama yang termuat dalam
instrumen-instrumen
internasional yang harus
dipatuhi oleh negara
tersebut. Semua ini dapat
dilakukan sebagai bagian
dari perkembangan yang
sedang berjalan dari sebuah
5 Protokol Opsional dari Konvensi Hak-Hak Anak (1989) 2002
28 29
organisasi sebelum terjadinya situasi gawat darurat. Penting bagi sebuah
organisasi untuk membuat check list tentang ketentuan-ketentuan hukum
utama yang terkait dengan perlindungan anak dan syarat-syarat prosedur
pelaporan (seperti kerangka waktu) serta faktor-faktor penting lain sehingga
stafdapatmelakukanrujukandengancepat.
Walaupun ada sejumlah hukum, traktat dan konvensi yang memberikan
perlindungan bagi anak-anak dari kekerasan seksual dan eksploitasi seksual,
tetapi harus diingat bahwa dalam kekacauan dan gangguan yang biasanya
terjadi dalam situasi bencana dan situasi gawat darurat, maka struktur yang
akan memungkinkan kita untuk bisa menggunakan mekanisme-
mekanisme ini akan sulit untuk diakses atau bahkan tidak tersedia. Ini tidak
bermaksud untuk mengatakan bahwa sistem hukum tersebut akan benar-
benar hancur dalam sebuah situasi gawat darurat. Dalam sebuah bencana
alam seperti bencana tsunami yang melanda Asia, maka sistem hukum di
negara-negara yang diterjang bencana tsunami tersebut pada umumnya
dapat berfungsi atau berjalan seperti sebelumnya walaupun sistem ini
mungkin terlalu terbebani dan tidak responsif. Sistem hukum tersebut
sepertinya akan lebih lemah selama terjadinya situasi konflik yang serius dan
berkepanjangan.
Meskipun demikian, ada berbagai tantangan dan kesulitan praktis dalam
melakukan tindakan hukum. Pelanggaran terhadap hak-hak anak harus
dilaporkandanmendapatperhatiandaripihak-pihakyangberwenang,tetapi
dalamsituasi-situasidimanapihak-pihakyangberwenangterlalusibukmaka
akansulituntukmenjadikanhalinisebagaiprioritas.
ECPAT Internasional percaya bahwa setiap tindakan harus didasarkan pada
konsep-konsep teoritis dan jika memang memungkinkan harus didasarkan
pada pengalaman. Kemampuan untuk mengkonseptualisasikan sebuah isu
dengan menggunakan sebuah model atau kerangka akan membantu
organisasi atau badan pemberi bantuan dalam membuat kerangka ide dan
tanggapdaruratmerekasendiridandalammenghubungkanidedantanggap
darurat tersebut dengan yang dimiliki dan dilakukan oleh organisasi lain.
Sejumlah model atau kerangka seperti itu sudah dikembangkan dan
dirancang untuk menggambarkan hubungan antara berbagai faktor yang
terkait dengan perlindungan. Kami sengaja memasukkan model atau
Kerangka Perlindungan Yang Sudah Ada
kerangka tersebut ke dalam buku panduan ini karena kami berpikir bahwa
jika organisasi-organisasi lokal dan organisasi-organisasi massa tersebut
mengetahui tentang model atau kerangka tersebut maka hal itu akan sangat
bermanfaatbagimereka.
Walaupun tidak secara khusus
terkait dengan anak-anak, salah
satu model yang sederhana tetapi
sangat berguna adalah model yang
dikembangkan oleh Komite Palang
Merah Internasional (ICRC) pada
tahun 2001 yang dikenal dengan
nama “Model Telur” Perlindungan
8
Kemanusiaan . Dibawah ini adalah
m o d e l t e l u r y a n g t e l a h
disederhanakan. Model tersebut
menggambarkan hubungan antara
kekerasan secara umum dan aksi yang diperlukan untuk menangani
kekerasan tersebut saat kekerasan tersebut terjadi dan untuk mencegah
kekerasanyangterjadidalamjangkapanjang.
Gambar 2: “Model Telur” Perlindungan Kemanusiaan, diadaptasi dari ICRC
Dokumen Kunci:
ICRC (2004) Inter-agency
Guiding Principles on
Unaccompanied and Separated
Children, Geneva
UNICEF Eight Elements of a
Protective Environment www.
unicef.org/protection/index_
envioronment.html
Tindakan remedial
Tindakan responsif
Pola
kekerasan
Pembangunan Lingkungan
8 ICRC (2001) Strengthening Protection in War: A Search for Professional Standards, Geneva
30 31
Prinsip-prinsip Panduan Antar Lembaga
• Tindakan responsif
• Tindakan remedial
• Pembangunan lingkungan
(Inter-agency Guiding
Principles on Unaccompanied and Separated Children ) menyarankan tiga tahap
pendekatanyangagakmiripdengan“ModelTelur”.
– bertujuan untuk mencegah, menghentikan,
dan/ataumenghapuskandampaklangsungdaripolakekerasankhusus.
– bertujuan untuk mengembalikan/memulihkan
kondisi kehidupan yang bermartabat melalui rehabilitasi, pemulihan
danpemulangan.
– bertujuan untuk menciptakan dan/atau
mengkonsolidasikan atau menggabungkan sebuah lingkungan (politik,
institusi, hukum, sosial, budaya dan ekonomi) yang kondusif yang
benar-benarmenghormatihak-hakindividu.
Walaupun Inter-agency Guiding Principles tersebut dikembangkan secara khusus
dalam kaitannya dengan penanganan anak-anak yang terpisah, tetapi
prinsip-prinsipnya dapat diterapkan secara lebih luas bagi anak-anak dalam
situasigawatdaruratpadaumumnya.
Model lain yang dikembangkan oleh UNHCR menekankan pada hubungan
antara berbagai aktor yang terlibat dalam perlindungan dan bantuan bagi
10
anak-anak(khususnyaanak-anakpengungsi) :
9
Gambar 3: Pendekatan UNHCR untuk Melindungi dan Membantu Anak-Anak Pengungsi
(disesuaikan)
11 UNICEF Protective Environment – bagian interaktif dapat dilihat di: www.unicef.org/protection/index_children.html
Sebaliknya, United Nations Children's Fund (UNICEF) telah
mengembangkan sebuah model yang melihat pada delapan komponen yang
saling berkaitan yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan dan
menjagasebuah“lingkunganyangprotektif”untukanak-anak .
Elemen-elementersebutadalah:
·Sikap,tradisi,adat-istiadat,tingkahlakudanpraktek
·Komitmen pemerintah untuk memenuhi hak terhadap
perlindungan
·Diskusiterbukadanketerlibatandalamisu-isuperlindungananak
·Perundang-undangandanpenegakanhukum
11
UNHCR
& badan-badan
& organisasi-
organisasi lain
Masyarakat Keluarga
Anak-anak
9 ICRC (2004) Inter-agency Guiding Principles on Unaccompanied and Separated Children, Geneva
10 UNHCR (1994) Refugee Children: Guidelines on Protection & Care, Geneva
32 33
·Peningkatankapasitas
·Keterampilan,pengetahuandanpartisipasianak
·Mekanisme-mekanismemonitoringdanpelaporan
·Layanan-layananuntukpemulihandanreintegrasibagimerekayang
mengalamikekerasan.
Walaupun semua model ini bermanfaat, tetapi salah satu kekurangan dari
model-model ini adalah bahwa tak satupun dari model-model tersebut yang
secara khusus terfokus pada isu perlindungan anak dari kekerasan seksual
dalam situasi gawat darurat. Walaupun buku panduan ini secara khusus
memperhatikan perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual,
tetapi harus ditekankan bahwa penting untuk melindungi anak-anak dari
semuabentukkekerasandaneksploitasi.
Seharusnya dan diharapkan bahwa dalam sebuah situasi gawat darurat atau
situasi bencana, para korban akan mendapatkan bantuan dan bahan bantuan
yangsangatdibutuhkan.Tetapihalinibisamenjadipedangbermataduaatau
buahsimalakamabagimasyarakatyangmenjadikorbanbencanatersebut.
Kemiskinan dan ketergantungan masyarakat yang menjadi korban bencana
mengakibatkan terjadinya hubungan kekuatan yang tidak seimbang antara
pekerja lembaga kemanusiaan dengan para korban bencana sehingga
meningkatkan resiko timbulnya kekerasan. Hal ini diperburuk oleh
kurangnya kontrol manajerial yang memadai, peraturan yang layak,
kurangnya monitoring dan pengawasan terhadap staf serta tidak adanya
mekanisme-mekanisme pelaporan yang efektif yang menyebabkan tumbuh
suburnyaeksploitasidalamsituasi-situasisepertiitu.
Sayangnya, kekerasan yang dilakukan oleh pasukan penjaga perdamaian
internasional dan para pekerja kemanusiaan yang ditugaskan untuk
membantu para korban dalam situasi gawat darurat telah menjadi sebuah
gambaran umum tentang sebuah krisis. Operasi/misi pasukan penjaga
Peranan Pekerja Kemanusiaan & Pasukan Penjaga Perdamaian
perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo menyatakan bahwa
12
masalahtersebutsangatseriusdansudahtersebar .
Para personil internasional dituduh telah menukar makanan dan sedikit
13
uangdengananak-anakperempuanusia13tahun .
Kami percaya bahwa kode etik universal untuk para pekerja kemanusiaan
dan para personil penjaga perdamaian harus diadopsi guna dijadikan sebagai
dasar untuk melakukan pemutusan kontrak dengan segera jika mereka
melakukan eksploitasi dan kekerasan seksual terhadap para korban bencana
dan untuk melarang aktifitas seksual dengan anak-anak usia dibawah 18
tahun tanpa memandang usia dewasa lokal. Contoh-contoh tentang hal ini
sudahkamimasukkandalamLampiran.
Jikakodeetiktersebutsudahmulaidiberlakukanmakadibutuhkanpelatihan
12 Laporan Sekretaris Jenderal PBB tentang Anak-Anak dan Konflik Bersenjata, 2004,
http://www.redbarnet.dk/Default.asp?ID=4468
13 Save the Children Policy Brief,
http://scholar.google.com/scholar?q=tsunami+sexual&hl=en&Ir=&start=20&sa=N
dan dukungan terhadap kode etik
tersebut untuk para personil
kemanusiaan dan peningkatan
penyadaran kepada masyarakat yang
terkena dampak bencana tersebut. Kode
etik tersebut harus didukung oleh
mekanisme pelaporan yang layak dan
terpercaya. Kode etik tentang tingkah
laku tersebut harus bisa diterapkan pada
semua tingkatan staf seperti staf
tetap/tidak tetap, staf yang dibayar/
relawan, staf internasional/nasional dan
staf mitra karena penyalahgunaan
kekuasaan bisa terjadi pada semua
tingkatan. Disamping itu, kode etik
tersebut jangan hanya menargetkan
pada tingkah laku yang merusak atau
“Sulit untuk lari dari jebakan
yang dibuat oleh para
pekerja (LSM) tersebut;
mereka menggunakan
makanan sebagai umpan
agar anda mau melakukan
hubungan seks dengan
mereka.”
Pengungsi anak yang dikutip dalam
UNHCR/SCUK (2002) Sexual
Violence & Exploitation: The
experience of Refugee Children in
Liberia, Guinea and Sierra Leone
salah tetapi juga kegagalan untuk bertindak. Secara khusus, staf dan menejer
34 35
harus diberi beban tanggung jawab untuk mencegah kekerasan yang
mungkin terjadi. Dengan meningkatnya jumlah pekerja kemanusiaan
perempuan, monitoring terhadap distribusi bantuan yang layak oleh para
menejer senior dan rotasi staf secara reguler antar kamp dan lokasi proyek
semuanyaitudapatmembantuuntukmencegahterjadinyapolakekerasan.
Walaupun kita sangat tergiur
untuk menerima semua
tawaran bantuan, tetapi
dibutuhkan kewaspadaan
untuk menjamin bahwa orang
luar tidak memanfaatkan
situasi tersebut. Misalnya
dilaporkan bahwa pasca
terjadinya bencana tsunami
ada 20 pedopil asal Australia
yangberusahauntukdatangke
Indonesia dan Thailand dan
terdeteksi melalui daftar
14
pelakuseksanak .
Dalam prakteknya, organisasi-organisasi lokal memiliki pengaruh yang kecil
terhadap perekrutan dan tingkah laku para personil dari organisasi-
organisasi lain. Tetapi, mereka bisa turut bertanggung jawab untuk tetap
waspada dan menjamin bahwa mereka akan melaporkan setiap persoalan
yang muncul. Mereka juga dapat menjamin bahwa praktek-praktek
perekrutan dan pengawasan mereka sendiri juga efektif dalam memperkecil
kesempatan bagi orang-orang dewasa yang membahayakan untuk bekerja
dalamorganisasimerekadanbahwaparastafmengetahuitentangkebijakan-
kebijakan tentang perlindungan anak. Langkah-langkah yang layak untuk
dilakukan adalah memastikan bahwa ada sebuah kebijakan perlindungan
anak dalam organisasi tersebut dengan syarat-syarat pelaporan dan sistem-
sistem pencatatan yang jelas dan bahwa kebijakan ini dikomunikasikan serta
14 Seperti yang dilaporkan dalam The Australian Newspaper – www.theaustralian.news.com.au “Call to Cancel
Pedophile Passport”
“Ketika mama menyuruh saya untuk
mencuci piring di sungai, seorang
pekerja penjaga perdamaian
menyuruh saya untuk membuka baju
saya sehingga dia dapat mengambil
foto saya. Ketika saya meminta dia
untuk memberi uang kepada saya
dia mengatakan bahwa tidak ada
uang untuk anak-anak, cuma roti.”
Pengungsi anak seperti yang dikutip
dalam UNHCR/SCUK (2002) Sexual
Violence & Exploitation: The experience
of Refugee Children in Liberia,
Guinea and Sierra Leone
dipahami oleh semua orang dewasa. Referensi tentang semua staf dan
relawan harus dibuat dan jika referensi tersebut tidak ada maka mereka tidak
diperbolehkan untuk memiliki akses yang tidak terawasi terhadap anak-
anak.
Organisasi-organisasilokaljugaharus
mampu mengembangkan hubungan
kerja dengan para personil penjaga
perdamaian dan personil militer lain
yang mungkin memiliki pandangan
dan metode yang berbeda dalam
mencapaitujuan-tujuanmereka.
Ada hubungan langsung antara
kemiskinan dengan eksploitasi
seksual dalam situasi-situasi gawat
darurat.
Kemiskinan pasca konflik dan bencana alam bisa mendorong anak-anak dan
orang dewasa untuk nekad memilih pelacuran sebagai cara untuk bertahan
hidup. Kemiskinan serius yang dialami oleh para korban bencana,
kekurangan bahan makanan dan kebutuhan-kebutuhan dasar, fasilitas
pendidikan, layanan kesehatan, lowongan pekerjaan, lahan pertanian dan
berbagai cara untuk bertahan hidup dapat menimbulkan pemikiran bahwa
pelacuran dapat menjadi cara untuk menyesuaikan diri dan bertahan hidup
serta dipandang sebagai satu-satunya cara untuk dapat memenuhi
kebutuhan. Walaupun anak sepertinya memberi “izin” atas hal ini sebagai
cara untuk bertahan hidup, tetapi adalah tanggung jawab orang dewasa
untukmelindungianak-anak.Anak-anaktersebuthanyalahmenjadikorban
eksploitasidankekerasan.
Laporan dari Guinea dan Kongo menunjukkan bahwa para pengungsi
perempuan dan anak-anak telah dipaksa untuk melakukan hubungan seks
guna ditukar dengan makanan dan rumah bagi diri mereka sendiri dan
15
keluarga mereka . Eksploitasi seksual diketahui menjadi endemik di kamp-
Kemiskinan
Penting untuk diingat bahwa
orang-orang yang kelihatannya
tidak memiliki kontak dengan
anak-anak ternyata masih
memiliki akses yang besar
terhadap mereka. Disamping itu,
orang-orang dewasa yang tidak
bermoral atau jahat dapat
memanfaatkan hubungan
mereka dengan organisasi-
organisasi tersebut untuk
memberi mereka alasan agar
mereka bisa memiliki kontak
dengan anak-anak
36 37
kamp pengungsi di Afrika Barat pada tahun 2002 dan yang melakukan
eksploitasi tersebut pada umumnya adalah para pria yang memiliki
kekuasaan, uang dan pengaruh seperti kepala kamp, pekerja tidak tetap,
guru, pasukan keamanan, pedagang, pekerja kemanusiaan dan penjaga
perdamaian yang diketahui melakukan hubungan seks dengan anak-anak
pengungsi berumur antara 13 – 18 tahun yang sangat membutuhkan bahan
bantuansepertiroti,sabun,obat-obatandanterpalatausedikituang.
Karena kemiskinan dan kemelaratan merupakan akar penyebab terjadinya
banyak eksploitasi seksual maka penting untuk menjamin bahwa persoalan
mata pencaharian harus mendapat perhatian yang serius. Pada tahap awal
penting untuk memastikan tersedianya bantuan yang cukup, monitoring
yang layak dan metode distribusi untuk menjamin bahwa bantuan tersebut
bisa sampai kepada orang-orang yang paling membutuhkan dengan
perhatian khusus diberikan kepada kelompok-kelompok rentan seperti
anak-anak yang terpisah. Perhatian untuk memulihkan mata pencaharian
dan mengembangkan alternatif-alternatif jangka panjang (misalnya kredit
mikro, lahan pertanian dan pelatihan keterampilan) juga menjadi kunci
untuk membantu keluarga dan anak-anak agar tidak terjatuh kedalam
lembahkemiskinanatautetapberadadalamjeratkemiskinan.
Jika terjadi pemindahan – yang mungkin melewati batas-batas internasional
– masyarakat dimana orang tersebut harus mengungsi atau pindah (yang
disebut dengan “masyarakat tuan rumah”) akan terpengaruh oleh
penempatan orang-orang yang melakukan migrasi dari daerah yang terkena
bencana dan sebaliknya mereka akan berpengaruh terhadap orang-orang
yang mengungsi atau tidak memiliki rumah tersebut. Oleh karena itu sangat
penting agar bantuan kemanusiaan diberikan dengan cara-cara yang
mempertimbangkan dampak-dampak terhadap hubungan dengan
Masyarakat Tuan Rumah
m a s y a r a k a t s e k i t a r d a n
masyarakat tuan rumah.
Kebencian dapat menimbulkan
kekerasandanpenyalahgunaan.
Anak-anak dari masyarakat tuan
rumah yang tidak terkena dampak
bencana tersebut dan anak-anak
yang tidak dianggap berasal dari
masyarakat yang terkena dampak
bencana juga harus dilindungi dari
eksploitasi seksual dan kekerasan
seksual. Misalnya, jika rute pengiriman bahan bantuan ke sebuah kamp atau
shelter harus melewati sebuah daerah dimana tingkat perampasan terhadap
bantuan kemanusiaan tinggi maka harus diambil tindakan untuk menjamin
bahwa anak-anak yang tinggal di sepanjang rute pengiriman tersebut tidak
dieksploitasi oleh orang-orang yang terlibat di dalam proses pengiriman
tersebut untuk ditukar dengan barang-barang yang sangat dibutuhkan atau
sangatdicari.
Kemungkinan anak-anak mengalami eksploitasi seksual atau mengalami
kekerasan seksual ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan
antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagian dari faktor-faktor tersebut
sudah ada sebelum terjadinya bencana sedangkan faktor-faktor yang lain
munculsebagaiakibatdarisituasigawatdarurattersebut.
Dalamsituasi-situasigawatdarurat,apayangcenderungterjadiadalahbahwa
ketidaksetaraan dan diskriminasi yang sudah ada sebelumnya dicerminkan
dan diperbesar oleh dampak bencana tersebut, terkecuali jika dilakukan
langkah-langkah pencegahan atau penanganan. Singkatnya, orang yang
lemah semakin lemah dan yang kuat semakin kuat. Ini berarti bahwa salah
satu wilayah aksi sebelum terjadinya situasi gawat darurat adalah untuk
memperkuat sumber daya dan kapasitas anggota masyarakat yang paling
rentan dan melakukan advokasi perubahan kebijakan pada tingkat lokal dan
nasionalgunamenghapuskandiskriminasidanhal-halyangmerugikan.
Sebuah Kerangka Untuk Memahami Kekerasan Seksual Terhadap
Anak Dalam Situasi Gawat Darurat
15 World Health Organization – “Violence and Disasters”
http://www.who.int/violence_injury_prevention/publications/violence/violence_disasters.pdf
“Kami menemui mereka untuk
melakukan seks gratis, mereka
tinggal di desa kami dan
mengambil semua yang
kami miliki. Jadi, kami mengambil
tubuh mereka.”
Ganeshpanchan Z, Domestic and gender-
based violence among refugees and
internally displaced women
www.humiliationstudies.org
Konteks & nilai-nilai
Sosial yang sudah ada
sebelumnya
Sifat bencana
Risiko-risiko
kekerasan seksual
dan eksploitasi
Pengaruh berbagai aktor
38 39
Anak-anak yang terkena dampak bencana kemungkinan tidak akan
mengalamieksploitasiseksualdankekerasanseksualjikamasyarakatdimana
merekaberasalsudahmemilikipenghargaanyangtinggitentangpentingnya
melindungi anak-anak dan benar-benar memprioritaskan pentingnya
perlindungananaktersebut.
Bencana sendiri, termasuk durasi dan sifatnya, juga mempengaruhi
keselamatan atau kerentanan anak-anak, begitu pula dengan keterlibatan
berbagai “aktor” yang terlibat dalam pemberian bantuan dan bantuan
rekonstruksi. Kita sudah melihat bagaimana orang-orang yang diharapkan
berada di sana untuk membantu ternyata dapat menjadi pelaku eksploitasi
dan kekerasan. Begitu pula dengan bagaimana cara bantuan tersebut
didistribusikan dan diorganisir dapat menghadapkan seorang anak pada
eksploitasidankekerasanseksual.
Beroperasi pada tingkat struktural yang luas, pengaruh-pengaruh ini dapat
salingmempengaruhidalamberbagaicarabaiksebagaisumberperlindungan
maupunsumberpenyebabmeningkatnyakerentanananak-anak:
Gambar 4: Pengaruh-Pengaruh Struktural
Dalam kerangka yang luas ini, ada sejumlah faktor lain yang lebih berkaitan
langsung dengan situasi untuk anak-anak secara individu atau kelompok
anakyangsekalilagidapatberfungsisebagaikekuatanpelindungatauresiko.
Walaupun anak-anak tanpa pengasuhan orang tua diketahui lebih rentan,
sebenarnya ada orang-orang dewasa lain yang bisa menjadi pendukung bagi
anak-anak tersebut seperti guru, tokoh masyarakat dan anggota masyarakat
yang bertindak sebagai sumber daya. Adanya sistem dukungan sosial, yaitu
orang-orang yang berada di sekitar anak untuk melindungi anak tersebut
secara informal dan bagaimana kemampuan mereka untuk melakukan
perlindungan ini dapat memiliki dampak yang luar biasa terhadap
keselamatanseoranganak.
Sedangkan faktor yang lain adalah mekanisme-mekanisme perlindungan
yang tersedia. Walaupun ada sebuah jaringan pendukung yang kuat, dalam
keadaan-keadaan yang menekan batin dan sulit, orang-orang dewasa
membutuhkan dukungan dari sistem-sistem yang lebih terstruktur untuk
membantu mereka dalam melindungi anak-anak, baik untuk pencegahan
maupun melakukan aksi ketika terjadi kekerasan. Ini bisa berbentuk komite
perlindungan yang lebih formal dan terorganisir di dalam kamp-kamp
pengungsi.
Akhirnya, anak itu sendiri dapat memberikan pengaruh pada perlindungan
dirinya dan anak-anak lain. Anak-anak yang telah diajari keterampilan
bagaimana membuat diri mereka sendiri lebih aman, anak-anak yang
memilikitingkatpercayadiridanhargadiriyanglebihtinggi,anak-anakyang
memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan-
keinginan mereka dan ditambah dengan keterampilan-keterampilan lain
untuk menangani sebuah masalah akan lebih tidak rentan terhadap
kekerasan. Semua keterampilan ini dapat diajarkan kepada anak-anak
sebelum terjadinya sebuah situasi gawat darurat dan kemudian dapat
diperkuatlagiselamausaha-usahabantuandanpemulihan.
40 41
Gambar 5: Kekuatan protektif dan resiko
Pengaruh berbagai aktor
Konteks & nilai-nilai
sosial yang sudah ada
sebelumnya
Sifat bencana
Mekanisme
Perlindungan
Ketahanan & Strategi
Penanggulangan
Sistem Dukungan
Sosial
Risiko
Kekerasan
Seksual dan
Eksploitasi
Keenamfaktorinisecarabersama-samamemberikansebuahkerangkauntuk
memahami pengalaman-pengalaman dari seorang anak dan hubungan
antara berbagai pengaruh, khususnya dalam kaitannya dengan kekerasan
seksualdansituasigawatdarurat:
Gambar6: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Kekerasan Seksual Terhadap Anak-Anak
Dalam Situasi Gawat Darurat.
Mekanisme
Perlindungan
Ketahanan & Strategi
Penanggulangan
Sistem Dukungan
Sosial
Risiko
Kekerasan
Seksual dan
Eksploitasi
ELEMEN-ELEMEN PENTING: Faktor & Konteks Yang
Mempengaruhi Dalam Situasi Gawat Darurat
• Semua anak, baik anak laki-laki maupun anak
perempuan berusia dibawah 18 tahun, rentan terhadap
eksploitasi seksual dan kekerasan seksual baik selama
terjadinya sebuah bencana maupun pasca terjadinya
sebuah bencana.
• Sebagian anak-anak seperti anak-anak yang terpisah,
anak-anak cacat dan anak-anak dari kelompok
minoritas lebih rentan daripada anak-anak yang lain.
• Sifat, tahapan dan manajemen sebuah bencana atau
situasi gawat darurat, baik yang diakibatkan oleh
manusia atau alam dapat menghadapkan anak-anak
pada resiko kekerasan seksual dan eksploitasi.
• Berbagai perwujudan kekerasan seksual dan
eksploitasi seksual saling berkaitan antara yang satu
dengan yang lainnya dan kekerasan yang dialami oleh
anak-anak dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu.
• Pasukan penjaga perdamaian dan pekerja
kemanusiaan, termasuk para relawan dan orang-orang
lain yang membantu masyarakat yang menjadi korban
bencana tersebut juga bisa berbahaya bagi anak-anak.
• Peran kemiskinan, baik kemiskinan yang telah ada
sebelum bencana maupun kemiskinan yang timbul
akibat bencana, dapat memiliki dampak yang sangat
besar terhadap kerentanan anak.
• Kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang tidak secara
langsung terkena dampak bencana tetapi dekat
dengan masyarakat yang terkena dampak bencana
juga harus diperhatikan untuk menjamin bahwa anak-
anak tidak menjadi sasaran kekerasan yang
diakibatkan oleh kebencian.
Pentingnya & Nilai
Organisasi-Organisasi
LokalLANJUTAN ELEMEN-ELEMEN PENTING
•
anak yang tinggal di sepanjang rute pengiriman, juga
harus dilindungi dari eksploitasi seksual dan kekerasan
seksual.
• Walaupun hukum-hukum nasional dan internasional
dapat memberikan perlindungan, tetapi di tengah-
tengah terjadinya kekacauan dan pecahnya
masyarakat sipil, sulit untuk menjamin bahwa langkah-
langkah hukum dapat menjamin bahwa hak-hak anak
tidak akan dilanggar.
• Organisasi-organisasi lokal dan LSM harus memberi
perhatian untuk mempersiapkan anak-anak dalam
menghadapi situasi gawat darurat sebelum terjadinya
bencana untuk meningkatkan ketahanan mereka.
Anak-anak dari masyarakat tuan rumah, seperti anak-
42 43
Organisasi-organisasi lokal yang memiliki keterampilan dan pengetahuan
khusus memainkan peranan penting dalam melindungi anak-anak dalam
situasi gawat darurat dan bencana. Karena alasan ini maka kami percaya
bahwa organisasi-organisasi lokal tersebut, bersama-sama dengan
masyarakat yang menjadi korban bencana dan anak-anak sendiri, menjadi
bagianyangtakterpisahkandariusaha-usahabantuandanrekonstruksi.
sangat penting dalam melindungi anak-anak dari
kekerasanseksualkarenapengetahuanlokaltersebutmemberikan:
• Pemahaman tentang daerah-daerah ketegangan dan dinamika yang
telahadadiantaraberbagaianggotamasyarakatdansektor.
• Perkiraan terhadap berbagai keadaan yang belum muncul seperti
tantangan-tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dan resiko-resiko
khususbagianak-anak.
• Pengetahuan tentang lingkungan – seperti daerah-daerah dengan
bahaya, kerentanan dan resiko khusus. Misalnya sebuah organisasi lokal
mungkin memiliki pengetahuan bahwa sebuah wilayah tertentu secara
khusus cenderung untuk dipergunakan sebagai jalur trafiking atau
daerah-daerah tertentu dari sebuah kota dianggap sebagai daerah
“lokalisasi”. Penempatan kamp-kamp pengungsi di daerah-daerah
seperti itu atau mewajibkan anak-anak untuk transit di daerah-daerah
seperti ini dapat membuat anak lebih beresiko dan jika hal ini memang
tidakbisadihindarkanlagimakadibutuhkankeamananekstra.
• Pemahaman tentang norma-norma dan praktek-praktek budaya, dan
jika norma-norma dan praktek-praktek budaya tersebut
dipertimbangkan, akan dapat menjamin bahwa cara-cara yang
“Pengetahuan lokal”
44 45
dipergunakan untuk merancang kamp-kamp pengungsi,
melaksanakan program bantuan dan melakukan rekonstruksi akan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan pengharapan-pengharapan
masyarakat dan tidak menempatkan anak-anak dalam sebuah posisi
yanglebihberesikoterhadapmereka.
Kenyataan bahwa organisasi-organisasi akar rumput merupakan organisasi-
organisasi lokal maka organisasi-organisasi inilah yang pertama sekali sering
bekerja setelah terjadinya sebuah bencana. Apa yang terjadi di hari-hari awal
bencanasangatpentingdalamkaitannyadenganbagaimanalayanan-layanan
tersebut diberikan di masa yang akan datang dan dampak dari keputusan-
keputusanini.
Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh organisasi-organisasi lokal adalah
bahwa mereka bisa mengalami kekurangan sumber-sumber yang
dibutuhkan. Pasca terjadinya sebuah bencana alam, misalnya dalam kasus
bencana tsunami yang melanda Asia, kantor dan staf mungkin hilang atau
organisasi tersebut mungkin benar-benar tidak akan pernah mampu untuk
membangun keahlian dan cadangan yang memadai. Dalam situasi bencana
yangterjadisecaracepat,stafmungkinmengalamitraumadantidakmampu
bekerja sebagaimana dalam keadaan normal. Tetapi kami yakin bahwa nilai
pengetahuan lokal yang dimiliki oleh organisasi-organisasi lokal
mengharuskan organisasi-organisasi kemanusiaan dan organisasi-organisasi
bantuan lain untuk memberikan dukungan kepada organisasi-organisasi
lokaltersebutagardapatberfungsiataubekerjasecaramaksimal. Organisasi-
organisasi lokal juga dapat mempersiapkan diri mereka sendiri dengan
terlebih dahulu mempertimbangkan strategi-strategi apa yang akan mereka
terapkan jika terjadi sebuah situasi gawat darurat. Ini bisa mencakup
pengidentifikasian sistem-sistem dukungan untuk staf atau bidang-bidang
yang menjadi tanggung jawab mereka, pemberian pelatihan dan menjamin
bahwa kebijakan-kebijakan perlindungan anak tersedia, dipahami dan
dilaksanakan.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh banyak organisasi lokal yang
terperangkap di tengah-tengah bencana adalah perasaan adanya tuntutan
yang luar biasa di luar kemampuan mereka. Wajar sekali jika usaha-usaha
pertolongan kemudian difokuskan pada pemberian bantuan emergensi
kepada masyarakat umum dan akibatnya kebutuhan-kebutuhan khusus
untuk anak-anak, khususnya dalam kaitannya dengan perlindungan anak,
terabaikan. Salah satu tantangan bagi organisasi-organisasi kesejahteraan
anak lokal adalah untuk selalu mengingat fokus utama mereka dan untuk
menyerahkantanggungjawaboperasi-operasibantuansecaraumumkepada
organisasi-organisasi yang lebih siap saat mereka tiba di wilayah bencana.
Mereka juga dapat tetap terlibat setelah melakukan konsultasi, tetapi ini
harus menjamin bahwa proses pemberian bantuan harus ditangani oleh
organisasi-organisasi yang sudah terbiasa memberikan bantuan dan bahwa
organisasi-organisasi kesejahteraan anak lokal tersebut dapat terus
melakukanapayangpalingmerekaketahui,yaitumelindungianak-anak.
Salahsatuhalyangmerugikandaripengetahuandanpengalamanlokalyang
tidak dapat dipungkiri adalah bahwa organisasi-organisasi lokal bisa
dipandang atau sebenarnya memang bias terhadap berbagai kelompok
masyarakatataupraktek-praktekmasyarakatyangmerugikan.Budayatidak
seharusnya dipergunakan untuk menyetujui dan memaafkan kekerasan
terhadap anak. Korupsi dan kekerasan tidak semata-mata dilekatkan pada
orang-orang dari luar organisasi dan oleh karena itu penting bagi organisasi-
organisasi lokal untuk memberikan perhatian khusus untuk mengatasi isu-
isuinibaiksebelummaupunselamaterjadinyasebuahbencana.
Isu untuk tetap bersikap netral bisa sangat penting jika terjadi konflik/perang
sipil. Ini bukan untuk mengatakan bahwa tidak penting untuk
menunjukkankeperdulianterhadapkekerasan-kekerasandanpelanggaran-
pelanggaran berat terhadap hak-hak azasi manusia, tetapi dengan tetap
terfokus pada anak-anak dan kebutuhan-kebutuhan mereka dapat
menghindarkan kita agar tidak bertentangan dan berkonflik dengan
kelompok-kelompok yang bertikai. Lokasi yang lebih sulit adalah tempat
dimana organisasi lokal tersebut jelas-jelas diidentikkan dengan masyarakat
tertentudandalamkasussepertiinimakaorganisasi-organisasidariluaryang
dipandang lebih netral harus memberi celah agar pengetahuan dan keahlian
lokal dapat dimasukkan kedalam usaha-usaha bantuan tersebut. Penting
untuk diingat bahwa banyak organisasi-organisasi kecil yang mentargetkan
inisiatif-inisiatif mereka pada daerah atau kelompok tertentu dalam
masyarakat dan mewakilkan kepentingan-kepentingan mereka. Keamanan
46 47
bisa menjadi sebuah isu kunci bagi staf dan relawan organisasi-organisasi
lokal, khususnya jika mereka bekerja dalam situasi-situasi konflik sipil. Oleh
karena itu penting untuk menerapkan langkah-langkah keamanan yang
layakdanmengkajinyaselalusecarateraturdanberkala.Untukmemfasilitasi
hal ini kita mungkin harus mengembangkan sebuah rencana bersama
organisasi-organisasi lain, khususnya organisasi-organisasi yang memiliki
pengalaman dalam memberikan keamanan. Setidaknya kami ingin
menyarankan kepada para pekerja agar tidak bekerja sendirian, tetapi
setidaknya berpasangan, dan perencanaan untuk menjamin bahwa staf lain
atau pengawas mengetahui kemana mereka pergi dan apa yang mereka
lakukan di tempat tersebut. Jika dibutuhkan, harus ada sebuah sistem agar
orangdariorganisasitersebuttahukapanparapekerjatersebutselesaibekerja
dan pulang ke rumah. Setiap dan semua ancaman terhadap staf harus
ditangani secara serius dan harus dilakukan pengkajian terhadap langkah-
langkahkeamananterkaitdenganancamantersebut.
ELEMEN-ELEMEN PENTING: Pentingnya & Nilai Organisasi-
Organisasi Lokal
• Organisasi-organisasi lokal memiliki pengetahuan dan
keahlian khusus yang sangat bermanfaat untuk menjamin
bahwa usaha-usaha bantuan dilakukan dengan cara-cara
yang dapat memaksimalkan usaha-usaha perlindungan
terhadap anak.
• Kemampuan organisasi-organisasi lokal yang harus
dilibatkan secara penuh dalam melindungi anak-anak
dapat benar-benar terancam oleh kurangnya sumber daya
dan dampak bencana terhadap organisasi tersebut dan
oleh karena itu mereka mungkin membutuhkan dukungan
dari organisasi-organisasi atau badan-badan lain sehingga
mereka dapat bekerja secara maksimal.
LANJUTAN ELEMEN-ELEMEN PENTING
•
kan atau memaafkan kekerasan terhadap anak.
• Dibutuhkan langkah-langkah yang layak untuk
menjamin keselamatan dan keamanan para staf dan
relawan dan langkah-langkah ini harus dikaji secara
teratur dan berkala.
• Organisasi-organisasi kesejahteraan anak lokal harus
secepatnya menyerahkan tanggung jawab pemberian
bantuan kemanusiaan umum kepada organisasi-
organisasi kemanusiaan dan memfokuskan usaha-
usaha bantuan mereka pada perlindungan anak.
Jangan pernah menggunakan budaya untuk mengijin-
Selama terjadinya bencana, struktur
kehidupan anak-anak menjadi terbalik,
dan diantara berbagai resiko yang harus
dihadapi oleh anak-anak dan remaja
adalah kekerasan seksual dan eksploitasi
seksual. Sudah dimaklumi bahwa semua
jenis kekerasan akan meningkat selama
dan pasca terjadinya sebuah bencana dan
selalu diingat bahwa orang-orang dewasa
mengalami berbagai tekanan atau masalah
ekonomi sebagai akibat dari situasi gawat
16
darurat . Resiko-resiko lain yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan anak
(seperti hilangnya pendidikan dan
lowongan pekerjaan di masa yang akan
datang, terpisah dari keluarga, teman dan
masyarakat, asumsi dini tentang tanggung jawab orang dewasa, dan resiko-
resiko bentuk-bentuk eksploitasi lain seperti rekrutmen militer dan
kekerasan dalam pasar kerja) juga dapat mengakibatkan anak-anak lebih
rentan terhadap eksploitasi seksual. Karena berbagai alasan tersebut maka
penting untuk mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan anak secara
holistik.
Kekerasan seksual dapat terjadi selama terjadinya bencana dan pasca
terjadinya bencana dan menjadi potret kehidupan anak-anak dalam jangka
panjang. Diketahui bahwa kekerasan seksual tersebut akan meningkat pasca
Meminimalkan Risiko
Kekerasan Seksual
48 49
terjadinya bencana karena
disintegrasi masyarakat dan
sosial yang lebih luas di
dalam masyarakat yang
17
menjadi korban bencana .
N o r m a - n o r m a d a n
larangan-larangan sosial
yang biasanya menjadi
faktor penghambat dapat
melemah karena konflik,
k e m i s k i n a n d a n
p e m i nd a h a n . D a l a m
beberapa kasus, kekerasan
seksual dimanfaatkan sebagai senjata “perang” dan menjadi bagian
kampanye penghinaan. Geng-geng yang terorganisir juga bisa terlibat dalam
praktek-praktektrafikingdenganskalayangbesardanmodern.
Kekerasan seksual dan eksploitasi seksual tentu saja sangat erat kaitannya
dengan tentara anak karena kekerasan seksual tersebut sering terjadi dalam
konteks anak-anak yang direkrut secara paksa kedalam angkatan bersenjata.
Anak-anak perempuan secara khusus sering direkrut secara paksa dan
dimanfaatkan sebagai “budak seks” walaupun hal ini sering dianggap sebagai
sebuah cara untuk melindungi diri mereka sendiri dan keluarga mereka dari
kekerasan fisik dan seksual lebih lanjut dalam situasi-situasi konflik. Dalam
situasi-situasi seperti itu anak-anak dan remaja dapat mengalami pelecehan
seksual secara berulang-ulang baik yang dilakukan oleh seseorang yang
sangatberpengaruhmaupunteman-temannya.
Ketika berpikir tentang bagaimana kita dapat menghapuskan atau
meminimalisir berbagai resiko agar anak-anak tidak mengalami eksploitasi
dan kekerasan seksual, penting bagi kita untuk tidak hanya
mempertimbangkan tentang bagaimana sifat dari resiko tersebut tetapi juga
Dokumen Kunci:
Interagency Standing
Committee (2005)
Guidelines for Gender-
based Violence
Interventions in
Humanitarian Settings,
Geneva
ICRC (2004) Inter-agency
Guiding Principles on
Unaccompanied and
Separated Children,
Geneva
“Kekerasan seksual merupakan jenis
kekerasan berbasis jender yang paling
cepat dan berbahaya yang terjadi
dalam situasi-situasi gawat darurat akut”
Interagency Standing Committee (2005)
Guidelines for Gender-based Violence
Interventions in Humanitarian Settings,
Geneva
17 Ibid16 World Health Organization – “Violence and Disasters”
http://www.who.int/violence_injury_prevention/publications/violence/violence_disasters.pdf
kita harus memikirkan tentang bagaimana eksploitasi dan kekerasan seksual
tersebut terjadi dan jika hal tersebut memang terjadi apa dampaknya
terhadapkorban.
Dalam semua konteks situasi gawat darurat penting bagi kita untuk secara
khususmemikirkantentangkekerasan seksualdaneksploitasiseksualdalam
kaitannyadengan:
• Apayangdapatterjadi?
• Bagaimanahalituterjadi?
• halitubisaterjadi?
• halitubisaterjadi?
• Kapanhalitubisaterjadi?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu kita untuk
membuat kerangka langkah-langkah perlindungan yang layak. Idealnya,
langkah-langkah seperti itu seharusnya teridentifikasi sebelum terjadinya
sebuahsituasigawatdarurat,tetapikarenajenisdansifatbencanayangsangat
beragam maka banyak dari keadaan-keadaan tersebut yang tidak bisa
diketahui sebelum mereka terjadi. Organisasi yang bekerja dalam situasi
bencana harus mampu untuk mengantisipasi dan merespon resiko-resiko
tersebutsaatmerekamulaiteridentifikasi.
Jangan pernah memandang remeh
peranan yang dapat dimainkan oleh
strategi-strategi advokasi dan
kampanye dalam mempengaruhi
kebijakan pemerintah dan
m e n i n g k a t k a n k e s a d a r a n
masyarakat dan pengaruhnya dalam
melindungi anak-anak. Agar
berdampak maksimal, usaha-usaha
seperti itu dapat dilakukan baik
sebelum maupun sesudah terjadinya
sebuah bencana. Misalnya, usaha-
Peranan Advokasi & Kampanye
50 51
usaha advokasi dalam meningkatkan kesadaran tentang trafiking pasca
bencana tsunami yang melanda Asia telah mengarahkan pemerintah untuk
mengambil langkah-langkah penting untuk melakukan penangguhan
terhadap adopsi dan pembatasan perjalanan anak-anak yang terpisah di
18
beberapanegarayangditerjangtsunami .
Media dapat memainkan peranan kunci dalam melaporkan kasus-kasus
kekerasan dan eksploitasi dan dalam meningkatkan kesadaran tentang
kondisi anak-anak. Kita harus mengingat pentingnya bekerjasama dengan
media dengan cara-cara yang etis dan tidak membahayakan kesejahteraan
dan privasi anak tersebut. Kami percaya bahwa tidak etis jika kita
menunjukkan foto anak-anak dan remaja yang telah menjadi korban
eksploitasi seksual. Alasannya adalah karena hal itu merupakan sebuah
pelanggaran terhadap privasi mereka dan juga karena kemungkinan stigma
yangterbentukdarigambar-gambarsepertiitu.
Walaupun upaya-upaya advokasi sangat terbantu oleh perhatian yang besar
dari media, tetapi kita masih mungkin untuk melakukan advokasi yang
efektif tanpa adanya perhatian media tersebut. Salah satu kampanye yang
sangat berhasil tentang kekerasan berbasis jender di Nikaragua pasca Topan
Mitch yang berjudul “Kekerasan terhadap perempuan adalah sebuah bencana
19
yangdapatdicegaholehlaki-laki”secarakhusussangatefektif .
20
Kami percaya bahwa merupakan praktek yang baik jika organisasi-organisasi
kesejahteraan anak, dan tentu saja semua organisasi yang bekerja dengan
anak-anak memiliki kebijakan tentang perlindungan anak internal,
walaupundenganberbagaiketerbatasannya.
Kebijakan seperti itu tidak harus rumit dan berkepanjangan. Kebijakan
tersebutseharusnyamemformalkanpraktek-praktekyangsudahadasaatini
Menciptakan Organisasi-Organisasi yang Aman bagi Anak
Anak-anak dan remaja harus
didukung agar mereka dapat
mengungkapkan pandangan-
pandangan mereka dalam
kaitannya dengan keputusan-
keputusan yang akan mem-
pengaruhi kehidupan mereka
karena dalam sebuah situasi
gawat darurat mereka bisa
menjadi lebih lemah dan kurang
mampu untuk menuntut hak-hak
mereka karena kurangnya
kekuatan dan wewenang mereka
untuk melakukan perubahan.
18 Kami melakukan advokasi agar anak-anak tidak direlokasi terkecuali karena alasan-alasan keselamatan atau
layanan kesehatan yang mendesak.
19 R Jones (2005) Gender and natural disasters: why we should be focusing on a gender perspective of the tsunami
disaster, Association for Women's Rights in Development
http://www.awid.org/go.php?list=analysis&prefix=analysis&item=00226
20 Ada begitu banyak bahan-bahan yang sangat bagus yang dapat dipergunakan untuk membantu organisasi-
organisasi dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan perlindungan anak mereka sendiri maupun untuk melatih
staf secara layak. Contohnya adalah bahan-bahan yang diterbitkan oleh Child Hope UK dan Child Wise.
52 53
sebagai reaksi terhadap situasi-situasi kekerasan yang dilaporkan atau yang
mendapat perhatian dari organisasi tersebut dan juga untuk menjamin
bahwa kemungkinan-kemungkinan kekerasan yang dilakukan oleh orang-
orangyangbekerjauntukorganisasitersebutdapatdiminimalisir.
Sebuah kebijakan perlindungan yang jelas dapat menjamin bahwa orang
tahu apa yang harus mereka lakukan dalam situasi-situasi kekerasan dan
menjamin bahwa ada konsistensi terhadap tanggapan yang diberikan dan
keputusan yang diambil. Kebijakan perlindungan tersebut seharusnya juga
menjamin bahwa terdapat cara yang sesuai dan layak untuk memonitor
peristiwa-peristiwa tersebut dan untuk menjamin bahwa tindakan yang
diperlukansudahdilakukan.
Kamimenyarankanorganisasi-organisasiiniuntuk:
• Merumuskan dan menulis kebijakan serta panduan perlindungan anak
merekasendiriuntukmemasukkan:
• Siapa yang harus diberitahu tentang masalah tersebut – baik di
dalamorganisasimaupundiluarorganisasitersebut
• Siapa yang harus mengambil keputusan tentang tindakan-
tindakanyangdibutuhkan
• Bagaimanainformasitersebutharusdirekamataudicatat
• Aksi-aksiapayangselanjutnyaharusdilakukan
• Langkah-langkah khusus apa yang harus dilakukan untuk
menjamin bahwa proses rekrutmen staf baik untuk staf yang digaji
maupun staf yang tidak digaji dilakukan dengan cara-cara yang
dapatmemperkecilkemungkinanpelakutindakkekerasanbekerja
pada organisasi tersebut (misalnya menjamin adanya surat
keterangan dan membatasi akses terhadap anak-anak yang tidak
terawasi)
• Menjamin bahwa kebijakan-kebijakan tersebut dikomunikasikan dan
dipahami oleh semua orang yang terkait dengan organisasi tersebut,
termasukparastaf,relawandananggotakomite.
• Memberikan pelatihan bagi orang-orang yang bekerja untuk organisasi
tersebut sehingga ada pemahaman yang sama tentang apa yang
dimaksuddengankekerasanterhadapanak.
Sebelum situasi gawat darurat
• Mengembangkanprosedur-prosedurrujukandenganlembaga-lembaga
dan organisasi-organisasi terkait yang konsern terhadap perlindungan
anakdalamkerangkahukumdankebijakannasional.
• Menciptakan sebuah lingkungan dimana perilaku yang menimbulkan
keprihatinan bisa teratasi, baik dari dalam maupun dari luar organisasi
tersebut.
(yaitu
sampai situasi tersebut stabil kembali)
• Menekankan komitmen terhadap kebijakan-kebijakan perlindungan
anak.
• Mengkaji prosedur-prosedur tersebut untuk mengetahui apakah
prosedur-prosedur tersebut harus dirubah sesuai dengan keadaan
(misalnya seorang anggota personil tersebut hilang) untuk menjamin
bahwaterdapatprosespelaporandanpengambilankeputusan.
• Memeriksa tawaran bantuan dan pertolongan secara hati-hati (dalam
kaitannya dengan staf dan relawan baru) dan jika tidak memungkinkan
untuk memeriksa latar belakang mereka maka jangan biarkan orang-
oranginibekerjasendiridengananak-anakdanlibatkanmasyarakatdan
anak-anak untuk memonitor tindakan-tindakan para pekerja ini
(termasuksebuahsistemuntukmelaporkanbalik)
• Membangun kembali jaringan dan mengembangkan hubungan kerja
baru serta protokol dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi
lainyangdatangketempattersebutuntukmemberikanbantuan.
Selama tahap situasi gawat darurat & tahap rekonstruksi
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat
Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Tolak Kekerasan Seksual Pada Anak
Tolak Kekerasan Seksual Pada AnakTolak Kekerasan Seksual Pada Anak
Tolak Kekerasan Seksual Pada AnakNeni Sholihat
 
MEMPERKENALKAN ORGAN REPRODUKSI PADA ANAK
MEMPERKENALKAN  ORGAN  REPRODUKSI  PADA  ANAK MEMPERKENALKAN  ORGAN  REPRODUKSI  PADA  ANAK
MEMPERKENALKAN ORGAN REPRODUKSI PADA ANAK Falanni Firyal Fawwaz
 
KEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPT
KEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPTKEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPT
KEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPTNurindah Nurindah
 
Materi 3 - Bahaya Pornografi
Materi 3  - Bahaya PornografiMateri 3  - Bahaya Pornografi
Materi 3 - Bahaya PornografiECPAT Indonesia
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptBidangPPdanPA
 
Lembar balik kesehatan reproduksi dan seksial bagi calon pengantin
Lembar balik kesehatan reproduksi dan seksial bagi calon pengantinLembar balik kesehatan reproduksi dan seksial bagi calon pengantin
Lembar balik kesehatan reproduksi dan seksial bagi calon pengantinDokter Tekno
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6tristyanto
 
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptmasriani mahmud
 
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANGMETODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANGZakiah dr
 
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakKekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakECPAT Indonesia
 
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan pjj_kemenkes
 
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRO
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPROMateri Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRO
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRODayu Agung Dewi Sawitri
 
strategi dan rencana aksi pemberantasan korupsi
strategi dan rencana aksi pemberantasan korupsistrategi dan rencana aksi pemberantasan korupsi
strategi dan rencana aksi pemberantasan korupsiMAHMUN SYARIF
 
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual 24hourparenting
 
Materi MOS Kesehatan reproduksi Remaja
Materi MOS Kesehatan reproduksi RemajaMateri MOS Kesehatan reproduksi Remaja
Materi MOS Kesehatan reproduksi RemajaIin Ernawati
 
Alat alat kebidanan beserta fungsinya
Alat alat kebidanan beserta fungsinyaAlat alat kebidanan beserta fungsinya
Alat alat kebidanan beserta fungsinyafitri fitriani
 
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019Anindita Dyah Sekarpuri
 

Was ist angesagt? (20)

Tolak Kekerasan Seksual Pada Anak
Tolak Kekerasan Seksual Pada AnakTolak Kekerasan Seksual Pada Anak
Tolak Kekerasan Seksual Pada Anak
 
MEMPERKENALKAN ORGAN REPRODUKSI PADA ANAK
MEMPERKENALKAN  ORGAN  REPRODUKSI  PADA  ANAK MEMPERKENALKAN  ORGAN  REPRODUKSI  PADA  ANAK
MEMPERKENALKAN ORGAN REPRODUKSI PADA ANAK
 
KEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPT
KEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPTKEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPT
KEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPT
 
Materi 3 - Bahaya Pornografi
Materi 3  - Bahaya PornografiMateri 3  - Bahaya Pornografi
Materi 3 - Bahaya Pornografi
 
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).pptSTOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK (3).ppt
 
Lembar balik kesehatan reproduksi dan seksial bagi calon pengantin
Lembar balik kesehatan reproduksi dan seksial bagi calon pengantinLembar balik kesehatan reproduksi dan seksial bagi calon pengantin
Lembar balik kesehatan reproduksi dan seksial bagi calon pengantin
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
 
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
 
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANGMETODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
 
Pernikahan dini
Pernikahan diniPernikahan dini
Pernikahan dini
 
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap AnakKekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Anak Terhadap Anak
 
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
 
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRO
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPROMateri Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRO
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRO
 
strategi dan rencana aksi pemberantasan korupsi
strategi dan rencana aksi pemberantasan korupsistrategi dan rencana aksi pemberantasan korupsi
strategi dan rencana aksi pemberantasan korupsi
 
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
 
Pernikahan dini pp
Pernikahan dini ppPernikahan dini pp
Pernikahan dini pp
 
4. metode pendokumentasian
4. metode pendokumentasian4. metode pendokumentasian
4. metode pendokumentasian
 
Materi MOS Kesehatan reproduksi Remaja
Materi MOS Kesehatan reproduksi RemajaMateri MOS Kesehatan reproduksi Remaja
Materi MOS Kesehatan reproduksi Remaja
 
Alat alat kebidanan beserta fungsinya
Alat alat kebidanan beserta fungsinyaAlat alat kebidanan beserta fungsinya
Alat alat kebidanan beserta fungsinya
 
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019
 

Ähnlich wie Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat

PANDUAN TERMINOLOGI UNTUK PERLINDUNGAN ANAK DARI EKSPLOITASI SEKSUAL DAN KEKE...
PANDUAN TERMINOLOGI UNTUK PERLINDUNGAN ANAK DARI EKSPLOITASI SEKSUAL DAN KEKE...PANDUAN TERMINOLOGI UNTUK PERLINDUNGAN ANAK DARI EKSPLOITASI SEKSUAL DAN KEKE...
PANDUAN TERMINOLOGI UNTUK PERLINDUNGAN ANAK DARI EKSPLOITASI SEKSUAL DAN KEKE...ECPAT Indonesia
 
Regional Conference of Legal Protection for Child Victims of Sexual Exploitat...
Regional Conference of Legal Protection for Child Victims of Sexual Exploitat...Regional Conference of Legal Protection for Child Victims of Sexual Exploitat...
Regional Conference of Legal Protection for Child Victims of Sexual Exploitat...ECPAT Indonesia
 
Organisasi yang Aman untuk Anak [Perangkat Pelatihan]
Organisasi yang Aman untuk Anak [Perangkat Pelatihan]Organisasi yang Aman untuk Anak [Perangkat Pelatihan]
Organisasi yang Aman untuk Anak [Perangkat Pelatihan]ECPAT Indonesia
 
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWAB
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWABMemerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWAB
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWABECPAT Indonesia
 
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet (Sebuah Pengantar)
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet  (Sebuah Pengantar)Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet  (Sebuah Pengantar)
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet (Sebuah Pengantar)ICT Watch
 
Panduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
Panduan Partisipasi Anak dan Orang MudaPanduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
Panduan Partisipasi Anak dan Orang MudaECPAT Indonesia
 
Laporan Akhir Tahun ECPAT Indonesia 2018
Laporan Akhir Tahun ECPAT Indonesia 2018Laporan Akhir Tahun ECPAT Indonesia 2018
Laporan Akhir Tahun ECPAT Indonesia 2018ECPAT Indonesia
 
Laporan Akhir Tahun 2018 ECPAT Indonesia
Laporan Akhir Tahun 2018 ECPAT IndonesiaLaporan Akhir Tahun 2018 ECPAT Indonesia
Laporan Akhir Tahun 2018 ECPAT IndonesiaECPAT Indonesia
 
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdf
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdfpencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdf
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdfAchmadMaoly1
 
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017ECPAT Indonesia
 
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1Toto Dwiarso
 
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfHasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfECPAT Indonesia
 
Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldren
Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldrenKebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldren
Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldrenRita Pranawati
 
Direktori Pelaku Pengurangan Risiko Bencana 2015 Platfrom Nasional PRB
Direktori Pelaku Pengurangan Risiko Bencana 2015 Platfrom Nasional PRBDirektori Pelaku Pengurangan Risiko Bencana 2015 Platfrom Nasional PRB
Direktori Pelaku Pengurangan Risiko Bencana 2015 Platfrom Nasional PRBTheIndonesianNationa
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PTPendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PTHaristian Sahroni Putra
 
Peran dinas p2 tp2a kukar dalam menangani kekerasan anak 2020
Peran dinas p2 tp2a kukar dalam menangani kekerasan anak 2020Peran dinas p2 tp2a kukar dalam menangani kekerasan anak 2020
Peran dinas p2 tp2a kukar dalam menangani kekerasan anak 2020Musriadi Adi
 
Manajemen Kebersihan Menstruasi dan Pencegahan Perkawinan Anak
Manajemen Kebersihan Menstruasi dan Pencegahan Perkawinan AnakManajemen Kebersihan Menstruasi dan Pencegahan Perkawinan Anak
Manajemen Kebersihan Menstruasi dan Pencegahan Perkawinan AnakReza Hendrawan
 
Seri buku literasi digital eksploitasi seksual pada anak online, sebuah pem...
Seri buku literasi digital   eksploitasi seksual pada anak online, sebuah pem...Seri buku literasi digital   eksploitasi seksual pada anak online, sebuah pem...
Seri buku literasi digital eksploitasi seksual pada anak online, sebuah pem...literasi digital
 
Eksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak OnlineEksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak OnlineECPAT Indonesia
 

Ähnlich wie Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat (20)

PANDUAN TERMINOLOGI UNTUK PERLINDUNGAN ANAK DARI EKSPLOITASI SEKSUAL DAN KEKE...
PANDUAN TERMINOLOGI UNTUK PERLINDUNGAN ANAK DARI EKSPLOITASI SEKSUAL DAN KEKE...PANDUAN TERMINOLOGI UNTUK PERLINDUNGAN ANAK DARI EKSPLOITASI SEKSUAL DAN KEKE...
PANDUAN TERMINOLOGI UNTUK PERLINDUNGAN ANAK DARI EKSPLOITASI SEKSUAL DAN KEKE...
 
Regional Conference of Legal Protection for Child Victims of Sexual Exploitat...
Regional Conference of Legal Protection for Child Victims of Sexual Exploitat...Regional Conference of Legal Protection for Child Victims of Sexual Exploitat...
Regional Conference of Legal Protection for Child Victims of Sexual Exploitat...
 
Organisasi yang Aman untuk Anak [Perangkat Pelatihan]
Organisasi yang Aman untuk Anak [Perangkat Pelatihan]Organisasi yang Aman untuk Anak [Perangkat Pelatihan]
Organisasi yang Aman untuk Anak [Perangkat Pelatihan]
 
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWAB
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWABMemerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWAB
Memerangi Pariwisata Sex Anak: TANYA & JAWAB
 
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet (Sebuah Pengantar)
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet  (Sebuah Pengantar)Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet  (Sebuah Pengantar)
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet (Sebuah Pengantar)
 
Panduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
Panduan Partisipasi Anak dan Orang MudaPanduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
Panduan Partisipasi Anak dan Orang Muda
 
Laporan Akhir Tahun ECPAT Indonesia 2018
Laporan Akhir Tahun ECPAT Indonesia 2018Laporan Akhir Tahun ECPAT Indonesia 2018
Laporan Akhir Tahun ECPAT Indonesia 2018
 
Laporan Akhir Tahun 2018 ECPAT Indonesia
Laporan Akhir Tahun 2018 ECPAT IndonesiaLaporan Akhir Tahun 2018 ECPAT Indonesia
Laporan Akhir Tahun 2018 ECPAT Indonesia
 
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdf
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdfpencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdf
pencegahan-kekerasan-seksual-di-lingkungan-sekolah.pdf
 
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017
 
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
Master buku-pendidikan-anti-korupsi-untuk-perguruan-tinggi-2012 1
 
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfHasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
 
Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldren
Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldrenKebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldren
Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldren
 
Direktori Pelaku Pengurangan Risiko Bencana 2015 Platfrom Nasional PRB
Direktori Pelaku Pengurangan Risiko Bencana 2015 Platfrom Nasional PRBDirektori Pelaku Pengurangan Risiko Bencana 2015 Platfrom Nasional PRB
Direktori Pelaku Pengurangan Risiko Bencana 2015 Platfrom Nasional PRB
 
Advokasi Berbasis Hak di Industri Ekstraktif
Advokasi Berbasis Hak di Industri EkstraktifAdvokasi Berbasis Hak di Industri Ekstraktif
Advokasi Berbasis Hak di Industri Ekstraktif
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PTPendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
 
Peran dinas p2 tp2a kukar dalam menangani kekerasan anak 2020
Peran dinas p2 tp2a kukar dalam menangani kekerasan anak 2020Peran dinas p2 tp2a kukar dalam menangani kekerasan anak 2020
Peran dinas p2 tp2a kukar dalam menangani kekerasan anak 2020
 
Manajemen Kebersihan Menstruasi dan Pencegahan Perkawinan Anak
Manajemen Kebersihan Menstruasi dan Pencegahan Perkawinan AnakManajemen Kebersihan Menstruasi dan Pencegahan Perkawinan Anak
Manajemen Kebersihan Menstruasi dan Pencegahan Perkawinan Anak
 
Seri buku literasi digital eksploitasi seksual pada anak online, sebuah pem...
Seri buku literasi digital   eksploitasi seksual pada anak online, sebuah pem...Seri buku literasi digital   eksploitasi seksual pada anak online, sebuah pem...
Seri buku literasi digital eksploitasi seksual pada anak online, sebuah pem...
 
Eksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak OnlineEksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak Online
 

Mehr von ECPAT Indonesia

Fact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJKFact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJKECPAT Indonesia
 
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfLaporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfECPAT Indonesia
 
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakLaporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakECPAT Indonesia
 
CATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdfCATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdfECPAT Indonesia
 
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdfSESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdfECPAT Indonesia
 
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdfSESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdfECPAT Indonesia
 
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdfSESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdfECPAT Indonesia
 
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfSESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfECPAT Indonesia
 
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdfSESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdfECPAT Indonesia
 
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdfModul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdfECPAT Indonesia
 
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdfProsiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdfECPAT Indonesia
 
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdfAdvokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdfECPAT Indonesia
 
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial ECPAT Indonesia
 
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakWaspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakECPAT Indonesia
 
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?ECPAT Indonesia
 
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdfTemuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdfECPAT Indonesia
 
C20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINEC20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINEECPAT Indonesia
 
The Code to Protect Children in Travel and Tourism
The Code to Protect Children in Travel and TourismThe Code to Protect Children in Travel and Tourism
The Code to Protect Children in Travel and TourismECPAT Indonesia
 

Mehr von ECPAT Indonesia (20)

Fact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJKFact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJK
 
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfLaporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
 
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakLaporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
 
CATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdfCATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdf
 
Foto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptxFoto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptx
 
Foto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptxFoto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptx
 
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdfSESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
 
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdfSESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
 
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdfSESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
 
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfSESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
 
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdfSESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
 
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdfModul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
 
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdfProsiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
 
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdfAdvokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
 
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
 
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakWaspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
 
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
 
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdfTemuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
 
C20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINEC20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINE
 
The Code to Protect Children in Travel and Tourism
The Code to Protect Children in Travel and TourismThe Code to Protect Children in Travel and Tourism
The Code to Protect Children in Travel and Tourism
 

Kürzlich hochgeladen

INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfNezaPurna
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 

Kürzlich hochgeladen (12)

INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 

Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat

  • 1.
  • 2. Sebuah Panduan Untuk Organisasi- Organisasi Lokal & yang Berbasis Masyarakat i
  • 3. Daftar Isi Melindungi Anak-Anak Dari Eksploitasi Seksual & Kekerasan Seksual Dalam Situasi Bencana & Gawat Darurat Disusun dan Ditulis oleh: Stephanie Delaney, ECPAT Internasional Penelitian Asli oleh: Asmita Naik, Konsultan Independen Konsultan: Anthea Spinks, RedR Australia Layout dan Desain: Manida Naebklang Kredit foto: Manida Naebklang Kelompok ECPAT di Indonesia (Koalisi Nasional Penghapusan ESKA) telah menterjemahkan teks yang ada dalam terbitan ini dan bertanggung jawab atas isinya. Teks asli bahasa Inggrisnya diterbitkan oleh ECPAT Internasional. Diterjemahkan oleh: Ramlan, S.Pd.I (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak–PKPA) Diedit oleh: Irwanto, Ph.D. (Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta) Dicetak oleh: RESTU Printing - Medan, Indonesia Maret 2006 Copyright © ECPAT Internasional ECPAT Internasional 328 Phayathai Road, Ratchathewi Bangkok 10400 Tel: +66 2 215 3388, +66 2 611 0972, +66 2 611 1271, +66 2 611 1272 Fax: +66 2 215 8272 Email: info@ecpat.net Website: www.ecpat.net Bahan dalam buku ini dapat dicetak kembali dan dipergunakan secara bebas jika pengakuan diberikan kepada ECPAT Internasional. Ucapan Terima Kasih Kata Pengantar Pendahuluan 1 Pemahaman Yang Sama 8 Faktor & Konteks Yang Mempengaruhi Dalam 21 Situasi Gawat Darurat Pentingnya & Nilai Organisasi-organisasi Lokal 43 oleh PaolaViero, Ahli Direktorat Jenderal Untuk Kerjasama Pembangunan Kementerian Luar Negeri Italia • Eksploitasi Seksual & Kekerasan Seksual – Apa Artinya? 8 • Menjelaskan & Memahami Bencana & Situasi Gawat Darurat 14 • Terminologi Manajemen Bencana 17 • Kerentanan Anak & AkibatYang Mereka Derita 21 • Mengadopsi Program Respon Berbasis HAM 24 • Kerangka Hukum & Kebijakan 26 • Kerangka PerlindunganYang Sudah Ada 28 • Peranan Pekerja Kemanusiaan & Pasukan Penjaga Perdamaian 32 • Kemiskinan 35 • Masyarakat Tuan Rumah 36 • Sebuah Kerangka Untuk Memahami Kekerasan Seksual 37 Terhadap Anak Dalam Situasi Gawat Darurat ii iii
  • 4. Ucapan Terima KasihMeminimalkan Risiko Kekerasan Seksual 48 Isu-Isu Khusus Tentang Anak-Anak Yang Terpisah 64 & Anak-Anak Yang Tidak Didampingi Tindakan-Tindakan Yang Harus Dilakukan Jika 70 Terjadi Kekerasan Seksual Checklist Aksi 76 Bibliografi & Referensi Yang Terpilih 85 Lampiran 89 • Peranan Advokasi & Kampanye 50 • Menciptakan Organisasi-Organisasi yang Aman bagi Anak 51 • Manajemen Bencana & Situasi Gawat Darurat 54 • Pembentukan Komite Perlindungan 56 • Pembuatan "Ruang Aman" 57 • Pentingnya Konsultasi 59 • Bantuan Psikososial & Pendidikan 60 Ada banyak orang dan organisasi yang telah membantu kami dalam menulis buku panduan ini dan memberikan kontribusi terhadapdokumenfinalnya. Italian Cooperation, Kementerian Luar Negeri Italia, telah bermurah hati memberikan dukungan keuangan yang dibutuhkan untuk proyek ini dan kami ingin berterima kasih kepada mereka karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk memastikan bahwa persoalan penting tentang perlindungan anak dari kekerasan seksual dalam situasi gawat darurat (emergensi) mendapatkan sorotan atau perhatian dari semuapihak. Dokumen penelitian asli dari Asmita Naik sangat berguna dalam memberikan dasar bagi program ini sedangkan keahlian teknis Anthea Spinks dari RedR Australia benar-benar berhasil memenuhi apa yang kami inginkan dan bahkan melebihi harapankami. Para peserta Konsultasi Teknis yang dilaksanakan di Phuket secara antusias telah memberikan kontribusi pengetahuan dan pengalaman mereka. Oleh karena itu, kami ingin berterima kasihkepada: Bapak Gerard Kevin Balthazaar PEACE Sri Lanka Ibu Lynne Benson Save the Children UK, South East Asia & Pacific Region iv v
  • 5. Ibu Antonella Cassano Cattolica University, Italy Ibu Sriyani De Silva SERVE, Sri Lanka Dr Manawe Digala National Child Protection Authority, Sri Lanka Mrs. Saowane Khomepatr Woman and Child Protection Division – Bureau of Anti-Trafficking in Women and Children, Thailand Ibu Supreeya Lapyingyong Foundation for Children, Thailand Bapak Misran Lubis Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA), Pulau Nias, Indonesia Ibu Denise Molica Italian Cooperation, Sri Lanka Office Ibu Rotjana Rhraesrithong Duang Prateep Foundation, Thailand Bapak Devi Riansyah Sekretariat Biro Sosial Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia Ibu Sabrina Biro Pemberdayaan Perempuan, Sumatera Utara, Indonesia Bapak Ahmad Sofian Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, Indonesia Bapak TabraniYunis Center for Community Development and Education, Banda Aceh, Indonesia Sejumlah staf Sekretariat ECPAT Internasional di Bangkok yang sudah turut memberikan kontribusi terhadap buku panduan ini dan keseluruhan proses proyek ini, diantara mereka adalah para kepalaSekretariatECPATInternasionalseperti: Ibu Alessia Altamura Koordinator Program Aksi Penghapusan Perdagangan Anak Untuk Tujuan Seksual Bapak Mark Capaldi Wakil Direktur Program Ibu Kritsana Dechalert Staf Regional, Asia Tenggara & Pasifik Ibu Carmen Madrinan Direktur Eksekutif Alexander Krueger dari Kantor UNICEF Thailand yang telah bersediamengkajitekstersebutselamatahapdrafting. Dilandaskan atas kemitraan yang telah lama terjalin antara ECPAT Internasional dan Accor Group dalam memerangi pariwisata seks anak dan dukungan dari Novotel Coralia Phuket yang telah memungkinkan kami untuk menggunakan fasilitas- fasilitas mereka selama melaksanakan konsultasi teknis di Phuket. Rasa terima kasih kami haturkan atas bantuan yang merekaberikan. vi vii
  • 6. Kata Pengantar Memperkenalkan dan melindungi hak-hak anak dan remaja menjadi sendi utama dari sistem internasional tentang hak azasi manusia. Kebijakan luar negeri Itali telah lama dipengaruhi oleh prinsip-prinsip yang termuat di dalam Konvensi PBB tentang Hak-HakAnaktahun1989danProtokolOpsionalnyatahun2002. Tujuan utama tindakan kami saat ini adalah untuk memberikan sumbangan dalam memperbaiki tingkat perlindungan terhadap hak-hak anak secara global. Kami percaya bahwa cara terbaik yang dapat kami lakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pengembangan sebuah pendekatan multi dimensi. Oleh karena itu, Kementerian Luar Negeri Italia, The Italian Cooperation,bertindakproterhadappenegakanhak-hakanakpada 3tingkatan,yaitu:padatingkatinternasional,kamiikutberperan secara aktif dalam memperkenalkan topik-topik yang memperoleh konsensus yang sangat luas yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak anak dalam semua konteks internasional dimana Italia turut ambil bagian: pada tingkat Eropa, kami bekerjasama dengan Negara-Negara Anggota Uni Eropa yang lain sehingga hak-hak anak dapat menjadi topik yang relevan dalam berhubungan dengan negara-negara lain melalui dialog politik dan kerjasama teknis; yang terakhir, pada tingkat nasional, Italia berkomitmen untuk memenuhi tujuan-tujuan yang telah teridentifikasi pada tingkat internasional dan Eropa melalui promosi inisiatif-inisiatif kerjasama bilateral dan multilateral. Salah satu persoalan bagi Italian Cooperation adalah memerangi perburuhan anak dalam bentuk-bentuknya yang terburuk seperti yang didefinisikan dalam Konvensi ILO 182 dan berhubungan dengan Rekomendasi 190 (Juni 1999) yang mewajibkan semua Negara Peserta Pihak untuk meratifikasi Konvensi tersebut serta melarang dan menghapuskan bentuk- bentuk eksploitasi seperti itu melalui langkah-langkah segera dan efektif yang harus diimplementasikan mengikuti berbagai prosedur yang berlaku dalam situasi gawat darurat. UNICEF dan ECPAT, khususnya, telah memberikan sumbangan yang sangat penting dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang topik ini melalui Konferensi Internasional di Stokholm (1996) danYokohama (2001) melawan salah satu bentuk-bentuk eksploitasiterburuk,yaitueksploitasiseksualkomersialanak. Perlindungan anak dalam situasi-situasi gawat darurat dan bencana menjadi prioritas bagi Italian Cooperation dan buku panduan ini menjadi sebuah alat yang praktis untuk memberikan perlindungan yang lebih baik kepada anak-anak dari kekerasan seksual dan eksploitasi seksual dalam konteks- konteks yang sangat khusus ini. Buku panduan ini merupakan panduan praktis yang akan sangat berguna bagi orang-orang yangbekerjasecaralangsungdilapangan. Pelajaran-pelajaran yang diperoleh dari bencana Tsunami yang melanda Asia yang diberikan oleh para ahli yang terlibat secara langsung dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan hadir dalam konsultasi di Phuket yang diorganisir oleh ECPAT Internasional dengan dukungan dari Kedutaan Italia dan Italian Cooperation akan memberi pengetahuan yang lebih luas dan strategi-strategi yang lebih efektif kepada institusi dan organisasi lokal yang dibutuhkan untuk melindungi anak-anak dari kekerasan seksual dan eksploitasi seksual saat terjadinya bencana yang disebabkan oleh alam maupun bencana yang timbul akibat ulahmanusiadandalamberbagaisituasigawatdarurat. viii ix
  • 7. 1 Kami sangat berterima kasih kepada ECPAT Internasional atas kontribusi mereka yang sangat penting dalam mempromosikan hak-hak anak dan atas perjuangan mereka yang terus-menerus untuk menghapuskan eksploitasi seksual terhadap anak. Dalam semua aktifitas kita untuk anak-anak dunia, maka kita jangan pernah melupakan tujuan yang telah kita buat untuk diri kita sendiri, yaitu menghapuskan segala bentuk kekerasan dan perlakuan salah dimana anak-anak dan remaja adalah korbannya. Anak laki-laki dan anak perempuan hari ini akan menjadi laki- laki dan perempuan dewasa pelaku utama dari masyarakat yang akan datang. Sebuah dunia yang tidak mencintai dan menghormati generasinya adalah sebuah dunia tanpa masa depan. Berawal dari kebenaran yang sederhana ini, kita harus bekerjasama untuk membangun sebuah dunia baru dimana anak-anakdapatmerasaaman. PaolaViero AhliDirektoratJenderalUntuk KerjasamaPembangunan KementerianLuarNegeriItalia Pendahuluan Tentang Buku Panduan Mengapa Buku Panduan Ini Ditulis Sebagaimana yang tercermin dari judulnya, buku panduan ini berisi informasi tentang bagaimana melindungi anak-anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual, khususnya dalam situasi-situasi bencana dan situasi gawat darurat. Panduan ini tidak dimaksudkan untuk menjadi sebuah laporan akademis tetapi sebuah panduan praktis yang kami harapkan akan bermanfaat bagi orang-orang yang bekerja secara langsung di lapangan. Tu j u a n n y a a d a l a h u n t u k memberikan informasi yang mendasargunamembantuparapersonilyangbekerjadalamsituasi-situasi gawat darurat dalam merespon dan melindungi anak-anak, seperti apa yang dapat dilakukan sebelum terjadinya bencana (yang biasa disebut denganusaha-usaha“mitigasi”),segerasetelahbencana(“respon”)dandalam tahap rekonstruksi jangka panjang (kadang-kadang disebut dengan “pemulihan”). Kami juga sudah memasukkan aksi-aksi yang direkomendasikan dan pertimbangan-pertimbangan kunci yang harus diingatsaatterjadiperistiwakekerasanataueksploitasiseksual. Program ECPAT Internasional dalam memerangi eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) telah menyoroti kurangnya penyebaran Semua pekerja kemanusiaan harus mengambil tindakan secepat mungkin dalam situasi gawat darurat untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual dan untuk memberikan bantuan yang layak bagi mereka yang selamat/korban. Interagency Standing Committee (2005) Guidelines for Gender-based Violence Intervention in Humanitarian Settings, Geneva. x
  • 8. terhadap anak perempuan, tetapi penting untuk diingat bahwa anak laki- lakijugadapatmenjadikorban. Buku panduan ini ditulis secara khusus untuk memberikan pengetahuan dan strategi-strategi yang dibutuhkan oleh organisasi grassroot untuk melindungi anak-anak dari kekerasan seksual dan eksploitasi seksual dalam peristiwa bencana alam dan bencana yang diakibatkan oleh manusiadandalamsituasi-situasigawatdarurat. Kami juga berharap bahwa buku panduan ini akan bermanfaat bagi organisasi-organisasi yang lebih besar, badan-badan internasional, para pembuat kebijakan, donor dan semua orang yang konsern terhadap perlindungan anak dari kekerasan dan penyalahgunaan yang sangat merusakini. Buku panduan ini ditulis dalam dua proses tahapan. Tahap pertama merupakan sebuah penelitian literatur penting tentang bahan dan penelitian yang telah diterbitkan sebelumnya. Sedangkan tahap kedua adalah sebuah Pertemuan Konsultasi Teknis yang diselenggarakan di Phuket,Thailand pada bulan Nopember 2005. Pertemuan ini dihadiri oleh para praktisi dari organisasi-organisasi anak di Sri Lanka, Indonesia dan Thailand yang sudah terlibat langsung dalam bantuan kemanusiaan bersama dengan para ahli internasional untuk mencerminkan pengalaman dan pelajaran yang mereka dapatkan dalam kaitannya dengan perlindungan anak dari program mereka dalam tsunami yang menerjangAsia. Isibukupanduaninididasarkanpadahasil-hasildarikeduatahapinidalam kaitannya dengan keahlian teknis ECPAT Internasional tentang eksploitasiseksualanak. Untuk Siapakah Buku Panduan Ini Bagaimana Buku Panduan Ini Ditulis pengetahuan dan keterampilan yang praktis dan sistematis untuk melindungi anak-anak dari kejahatan seksual dalam situasi-situasi sulit. Selama terjadinya berbagai situasi konflik dan pasca terjadinya sejumlah bencana alam (khususnya bencana tsunami yang melanda Asia pada tahun 2004 dan gempa bumi di Pakistan pada tahun 2005), ECPAT telah menerima banyak permintaan dari berbagai organisasi dan jaringan anggota ECPAT Internasional yang meminta nasehat dan bimbingan terkaitdenganisuini. Walaupun sudah ada sejumlah dokumen panduan tentang respon tanggap darurat dalam situasi gawat darurat, tetapi tidak satu pun dari dokumen-dokumen tersebut yang secara khusus memfokuskan tentang pencegahan kekerasan seksual terhadap anak-anak dalam situasi gawat darurat. Tetapi jelas bahwa masalah ini merupakan sebuah keprihatinan karena masalah tersebut sering disebutkan sebagai sebuah isu, walaupun tindakan penghapusan jarang disarankan. Sumber daya yang tersedia saat ini sangat terbatas dan cenderung hanya terfokus pada kebutuhan organisasi-organisasi yang memiliki dana yang lebih besar dan lebih baik daripada organisasi-organisasi lokal yang akan segera hadir pasca bencana dan memiliki nilai lebih bagi masyarakat dan pengetahuan budaya. Kami percaya bahwa organisasi-organisasi lokal memiliki dan memainkan peranan yang sangat penting dalam melindungi anak-anak yang tidak seharusnyaterabaikan. Disamping itu, banyak panduan mengenai tanggap darurat dalam situasi emergensi yang lebih cenderung memberikan sebuah iktisar kebijakan daripada panduan untuk praktek dan walaupun kedua hal tersebut sama- sama penting, tetapi ini berarti bahwa bahan-bahan seperti itu sepertinya kurang bermanfaat bagi orang-orang yang bekerja dalam situasi-situasi sulit. Hampir secara ekslusif, penelitian yang ada hanya terfokus pada situasi perempuan dan anak perempuan sedangkan situasi tentang anak laki-laki cenderung sering terabaikan. Walaupun kekerasan seksual merupakan perwujudan khusus dari kerangka kekerasan berbasis jender yanglebihluasdanolehkarenaitumemberikandampakyangsangatbesar 2 3
  • 9. Format Buku Panduan Selama berlangsungnya Pertemuan Konsultasi Teknis tersebut, para peserta diminta untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi mereka terkait dengan format buku panduan tersebut dengan mempertimbangkan hal-hal apa saja yang paling bermanfaat bagi mereka selama bencana tsunami. Mereka juga dimintai pendapat mereka tentang bagaimana seharusnya kami menyusun buku panduan tersebut dan apa kira-kiraisinya. Kemudian mereka mencapai sebuah kesepakatan dengan suara bulat bahwabukupanduantersebutharusbersifatpraktisdanmudahdipahami dan ukurannya cukup kecil untuk bisa dibawa-bawa di lapangan dan bukan berupa desktop atau buku referensi kantor. Bahasa yang dipergunakan dalam buku panduan tersebut juga penting. Walaupun disarankan untuk menterjemahkan buku panduan tersebut kedalam berbagai bahasa tetapi para peserta berpendapat bahwa bahasa yang dipergunakan harus sederhana. Karena dokumen tersebut ditulis dalam bahasa Inggris maka para peserta tersebut menyadari bahwa bahan tersebutharusbisadipahamijugaolehseseorangyangbahasapertamanya bukanbahasaInggris. Para peserta setuju dan merasa penting untuk memasukkan konsep- konsep kunci, baik yang terkait dengan bencana maupun yang terkait dengan eksploitasi seksual dan kekerasan seksual, bersama dengan kerangka serta resiko dan faktor-faktor kerentanan. Disarankan untuk memasukkan prinsip-prinsip panduan dan respon-respon yang disarankan sebagai contoh untuk mengilustrasikan konsep-konsep tersebut. Checklist dan bullet point atau ringkasan tentang poin-poin utama dianggapsangatbergunadilapangan. Isi Buku Panduan Bagaimana Memasukkan Suara Anak-anak dan Remaja Saat kami menulis buku panduan ini, kami sudah mencoba untuk mempertimbangkan saran-saran dari peserta yang menghadiri Pertemuan Konsultasi Teknis tersebut dan membuatnya sesederhana mungkin tanpa harus mengabaikan isi atau artinya. Bagian pertama dari buku panduan ini membahas tentang penentuan konteks dan penjelasan tentang beberapa istilah kunci. Kemudian diikuti oleh sebuah eksplorasi tentang isu-isu tersebut. Kami menyimpulkan poin-poin kunci di akhir setiap bagian. Kemudian ada serangkaian lembaran aksi yang disarankan yang memberikan gambaran tentang prinsip-prinsip panduan dengan aksi-aksi penyelesaian penting serta respon yang disarankan. Akhirnya, di bagianakhirbukupanduantersebutberisibagianreferensi. ECPAT Internasional sangat perduli dengan partisipasi aktif anak-anak dan remaja dalam proses yang konsern dengan mereka. Kami menyadari bahwa pada saat yang bersamaan juga sedang dilakukan sejumlah konsultasi dengan anak-anak dan remaja terkait dengan pengalaman mereka dalam bencana tsunami yang melanda Asia untuk mengembangkan buku panduan ini. Kami juga sudah mendengar langsung dari anak-anak tersebut bahwa pada taraf tertentu mereka merasa frustasi karena disuguhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama berulang kali dan mereka merasa bahwa tidak ada sesuatu apapun yang benar-benar berubah bagi mereka (ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang berubah, tetapi inilah persepsidarisebagianremajatersebut). Terkait dengan hal ini dan fakta bahwa Konsultasi Teknis tersebut secara khusus difokuskan pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh organisasi-organisasi anak yang terlibat dalam usaha bantuan, maka kami memutuskan untuk tidak mengundang remaja tersebut untuk menghadiri Konsultasi Teknis tersebut karena kami ingin menjamin 4 5
  • 10. bahwa jika kami memang berkonsultasi dengan remaja kami ingin konsultasi tersebut dilakukan dengan cara yang bermanfaat. Sebagai pengganti kami menggunakan temuan-temuan dari penelitian- penelitian dan konsultasi-konsultasi lain agar dapat memasukkan suara anak-anak dan remaja ke dalam buku panduan ini. Hal ini juga telah memungkinkan kami untuk mempertimbangkan pandangan- pandangandaripararemajayangterjebakditengah-tengahsituasikonflik yangtelahlamaterjadi. Buku panduan ini secara bersama-sama menyajikan pelajaran dan informasi terkait dengan kerentanan dan pengalaman anak-anak dalam situasi gawat darurat yang dapat menyebabkan mereka menjadi korban kekerasan seksual. Buku panduan ini adalah penyaringan dan laporan sistematik pertama yang secara khusus terkait dengan kekerasan dan eksploitasi seksual terhadap anak dalam situasi gawat darurat. Walaupun kamisudahberusahauntukmenyusunbukupanduaninisekomprehensif mungkin dalam menangani isu-isu dan pertimbangan-pertimbangan kunci untuk menjamin manfaat dari buku panduan ini bagi organisasi- organisasi anak yang bekerja di tingkat bawah, tetapi buku panduan tersebut tidak harus menjadi panduan yang definitif. Akan ada banyak pertimbangan-pertimbangan dan pengalaman-pengalaman lain yang akan muncul dimasa yang akan datang saat kita terus memperkuat pencegahandanresponterhadapjenis-jeniskekerasankhususini. Kami mengundang orang untuk mempertimbangkan poin-poin yang kami sajikan dan mengembangkan poin-poin mereka sendiri yang lebih praktis serta aksi-aksi yang relevan secara budaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lokal. Kami ingin sekali mengetahui tentang pengalaman-pengalaman anda dalam menggunakan buku panduan ini, ide-idedansolusi-solusiandadalammelindungianak-anakdarikekerasan dan eksploitasi seksual serta pemikiran-pemikiran anda tentang bagaimanamenyempurnakanbukupanduanini. Beberapa Keterbatasan Catatan Tentang Definisi dan Terminologi Agar memiliki pemahaman yang sama dan untuk menghindari kebingungan maka kami sudah memasukkan sejumlah definisi dalam teks tersebut. Jika memang memungkinkan, kami berusaha untuk memilih definisi-definisi yang luas. Alasannya bukan karena kami ingin terlalu menyederhanakan isu-isu tersebut tetapi karena kami tidak ingin terlalu merumitkan buku panduan ini. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, salah satu persyaratan dari para peserta adalah bahwa panduaniniharusmudahuntukdibacadanditerapkan–untukmencapai hal itu kami sudah memberikan sebuah penjelasan tentang konsep- konsep kunci sedangkan pada saat yang bersamaan kami mencoba untuk membuat agar buku panduan ini tidak mirip dengan sebuah perjanjian hukum atau makalah penelitian.Tanpa terkecuali, sebagian dari pembaca mungkin berpikir bahwa dengan melakukan hal ini maka buku panduan tersebut tidak sekomprehensif seperti yang mereka harapkan, tetapi ketika menuliskan buku panduan ini kami tetap mengingat bahwa tujuannya adalah untuk membuat sesuatu yang praktis untuk dipergunakan,khususnyaditengah-tengahsituasigawatdarurat. Istilah-istilah seperti “eksploitasi seksual” dan “kekerasan seksual” banyak dipergunakandalambukupanduaniniyangsecarakolektifmengacupada perkosaan, eksploitasi seksual komersial, kekerasan seksual, eksploitasi seksual, kawin paksa dan pernikahan dini, penculikan dan perdagangan untuk tujuan seksual. Sangat sulit untuk menguraikan bentuk-bentuk kekerasan seksual yang berbeda-beda tersebut, khususnya karena bentuk- bentuk kekerasan seksual tersebut tidak terjadi dalam pemisahan. Tetapi, jika memang diharuskan untuk membedakan jenis-jenis kekerasan yang berbeda-bedatersebut,makakamiakanmenjelaskannya. Harus dicatat bahwa istilah “anak-anak” dan “remaja” dapat saling menggantikan,terkecualijikadibuatcatatantersendiri. 6 7
  • 11. yang telah dikenal oleh anak tersebut, kadang- kadang dilakukan oleh salah seorang anggota keluarganya. Ketika seorang anak telah menjadi korban kekerasan seksual biasanya mereka akan ditolak atau menerima stigma dari masyarakat – khususnya jika kekerasan s e k s u a l t e r s e b u t menyebabkan kehamilan atau diketahui oleh masyarakat umum – yang dapat membuat mereka lebihrentanlagiterhadapperlakuansalahlebihlanjutataumembuatmereka lebihsulituntukbertahanhidup. Anak tidak pernah memberi izin terhadap semua bentuk kekerasan seksual dan eksploitasi seksual terhadap mereka.Tidak perduli apakah seorang anak sepertinya “menerima” atau “secara suka rela” turut serta dalam aktifitas- aktifitas seksual tersebut.Tidak ada seorang anak pun yang pernah memberi izin untuk menjadi korban kekerasan. Mereka mungkin dibohongi, ditipu atau dipaksa oleh situasi-situasi yang berada diluar kendali mereka seperti kemiskinan atau akibat-akibat dari kondisi masyarakat (termasuk tekanan teman sebaya) yang dapat memaksa anak secara tidak terlihat tetapi bagaimana pun anak-anak tersebut tetap merupakan korban penderaan. Anak-anak berhak atas perlindungan dan membutuhkan perlindungan dan adalah tanggung jawab orang dewasa untuk menjamin agar anak-anak tidak menjadikorbankekerasandaneksploitasi. meliputipemaksaandanbujukankepadaseoranganak untuk terlibat dalam aktifitas-aktifitas seksual terlepas dari apakah anak tersebut sadar atau tidak dengan apa yang sedang terjadi. Kekerasan seksual Kekerasan seksual Pemahaman Yang Sama 8 9 1 Kami sudah menggunakan definisi-definisi gabungan yang telah disederhanakan. Untuk informasi lebih lanjut dapat diperoleh dalam “Semantics or Substance? Towards a shared understanding of terminology referring to the sexual abuse and exploitation of children” oleh the Subgroup against the Sexual Exploitation of Children, NGO Group for the Convention on the Rights of the Child, 2005. 2 Konvensi PBB tentang Hak Anak, 1989 Eksploitasi Seksual & Kekerasan Seksual –Apa Artinya? Eksploitasi Seksual dan K e k e r a s a n S e k s u a l 1 merupakan istilah payung yang mencakup berbagai tingkah laku yang berbahaya dan salah secara seksual. Dalam buku panduan ini k a m i s e c a r a k h u s u s memfokuskan pada anak- anak dan remaja seperti yang d i d e f i n i s i k a n o l e h Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu setiap orang yang 2 berusia dibawah 18 tahun . Yang kami masukkan kedalam ruang lingkup eksploitasi seksual dan kekerasan seksual adalah semua bentuk penyalahgunaan seksual, kekerasan seksual, pornografi, pelacuran, traffiking untuk tujuan seksual, pariwisata seks, kawin paksa dan pernikahandinisertaperbudakan. Penting untuk dicatat bahwa perwujudan kekerasan seksual dan eksploitasi seksual yang berbeda-beda tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Eksploitasi seksual komersial sering dilakukan oleh seseorang Dokumen Kunci: • ECPAT International (2001) Question & Answer about the Commercial Sexual Exploitation of Children, Bangkok • Subgroup against the Sexual Exploitation of Children, NGO Group for the Convention on the Rights of the Child (2005) Semantics or Substance? Towards a Shared Understanding of Terminology Referring to the Sexual Abuse and Exploitation of Children, ECPAT International, Bangkok Definisi eksploitasi seksual menurut anak-anak adalah: “ketika laki-laki dewasa bercinta dengan anak perempuan yang masih kecil untuk mendapatkan uang. Laki-laki dewasa tersebut dapat bercinta dengan anak perempuan yang masih kecil. Mereka bisa memanggil anak perempuan tersebut ketika dia sedang berjalan di sepanjang jalan, dan kemudian anak perempuan tersebut pergi dan mereka masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Dan ketika laki-laki yang sudah dewasa tersebut sudah menyelesaikan urusannya, maka dia akan memberi uang atau hadiah kepada anak perempuan tersebut”.
  • 12. 10 11 d i d e f i n i s i k a n s e b a g a i serangkaian hubungan atau interaksi antara seorang anak dengan seseorang yang lebih tua atau anak yang lebih berpengetahuan atau orang dewasa (orang asing, saudara kandung atau orang yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara anak tersebut seperti orang tua atau pengasuh) dimana anak tersebut dipergunakan sebagai objek pemuas bagi kebutuhan seksual mereka. “Kebutuhan seksual” yang tidak terkendali dan tidak dapat dikendalikan sering digunakan sebagai alasan untuk melakukan kekerasan seksual. Aktifitas-aktifitastersebutdapatberupakontakfisik,termasuksekspenetratif (seperti perkosaan) atau perbuatan non penetratif dan bisa berupa aktifitas- aktifitas non kontak seperti melibatkan anak-anak untuk melihat atau melibatkan mereka dalam pembuatan bahan-bahan pornografi, menonton aktifitas-aktifitas seksual atau menyuruh anak-anak untuk bertingkah-laku yang tidak wajar secara seksual. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual mungkin ditipu, dipaksa, diancam atau disuap agar mereka terlibat dalam kekerasan tersebutdanmerahasiakannya. dapat didefinisikan sebagai kekerasan seksual terhadap anak untuk mendapatkan bayaran atau kebaikan. Bayaran ini bisa berupa uang, kebaikan atau keuntungan-keuntungan lain seperti Eksploitasi seksual komersial makanan, perlindungan atau tempat tinggal. Ada tiga bentuk dasar eksploitasiseksualkomersialterhadapanakyangsalingberkaitanantarayang satu dengan yang lainnya, yaitu: pelacuran, pornografi dan perdagangan untuktujuanseksual. terjadi ketika seseorang mengambil keuntungan dari sebuah transaksi komersial dimana seorang anak dipergunakan untuk tujuan-tujuan seksual. Beberapa orang yang mendapat keuntungan dari transaksi komersial tersebut adalah mucikari atau germo, perantara atau agen, orang tua dan sektor-sektor bisnis terkait seperti hotel. Anak-anak tersebut juga dilibatkan dalam pelacuran ketika mereka melakukan hubungan seks dengan imbalan kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal atau keamanan atau bantuan untuk mendapatkan nilai yang tinggi di sekolah atau uang saku ekstra untuk membeli barang- barang konsumtif. Khusus dalam situasi gawat darurat, anak-anak dilacurkan oleh orang-orang dewasa yang tidak bermoral demi mendapatkan kebutuhan-kebutuhan dasar atau uang untuk membeli kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut atau agar mereka dapat melewati daerah perbatasan atau masuk ke dalam daerah-daerah yang aman atau daerah-daerahterlarang. berarti pertunjukan apapun atau dengan cara apa saja yangmelibatkananakdidalamaktifitasseksualyangnyataataueksplisitatau yang menampilkan bagian tubuh anak demi tujuan-tujuan seksual. Ciri-ciri utama pornografi anak adalah bahwa pornografi anak dibuat untuk mendapatkan kepuasan seksual.Yang termasuk pornografi anak adalah foto, negatif film, slide, majalah, buku, gambar, rekaman, film, kaset video, disket ataufilekomputerdanfoto-fotoyangdisimpandalamtelepongenggam. adalah perekrutan, pemindahan, pengiriman atau penerimaan anak-anak (dan orang dewasa) untuk tujuan eksploitasi. Buku panduan ini secara khusus terfokus pada anak-anak yang diperdagangkan untuk tujuan seksual, tetapi anak-anak yang diperdagangkan untuk tujuan apa pun pasti sangat rentan terhadap kekerasan seksual dan eksploitasi. Anak kadang- kadang diperdagangkan dengan izin mereka atau izin dari keluarga mereka Pelacuran anak Pornografi anak Trafiking Siapakah Yang Dimaksud Dengan Anak? Pasal 1 Konvensi PBB tentang Hak Anak (1989) mendefinisikan anak sebagai: ..............setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal. Sejak KHA PBB diperkenalkan, Konvensi ILO No. 182 tentang Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak sudah berlaku. Definisi anak menurut Konvensi ILO adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun. Pada umumnya komunitas hak anak internasional menerima bahwa usia 18 tahun merupakan usia yang sesuai untuk menentukan masa dewasa.
  • 13. 12 13 danmerekakadang-kadangditipu,dipaksaataudiculik.Tetapi,samadengan semua bentuk kekerasan seksual dan eksploitasi seksual, persoalan tentang pemberianizindarianakmerupakansesuatuhalyangtidakrelevan. (PSA) merupakan eksploitasi seksual komersial anak yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, baik di negara lain maupun di dalam wilayah yang berbeda di negaranya sendiri, dan di tempat tersebut mereka melakukan hubungan seks dengan anak-anak. Para wisatawan seks anak dapat secara khusus memiliki pilihan untuk menjadikan anak-anak sebagai pasangan seks mereka atau mereka mungkin hanya sekedar memanfaatkan sebuah situasi dimana seorang anak memang tersedia untuk mereka untuk melakukan eksploitasi seksual. Dalam situasi gawat darurat atau bencana, eksploitasi seksual terhadap anak-anak dapat terjadi karena masuknyaberbagaimacampengunjungyangsekali-sekaliatausecarateratur mendatangi daerah tersebut untuk memberikan bantuan atau pertolongan (salah satu contohnya adalah supir truk yang membawa atau mengirimkan bahan-bahan yang sangat penting). Para pengunjung tersebut kemudian memanfaatkan situasi tersebut untuk mendapatkan akses terhadap anak- anak yang kurang mendapat pengawasan dan anak-anak yang lebih rentan terhadap kekerasan seksual. Dalam tahap rekonstruksi, tanpa adanya pilihan matapencaharianalternatifyangmenjanjikan,remajadapatmenjadikorban para wisatawan seks yang mengunjungi daerah tersebut untuk tujuan seksual dan rekreasi ketika situasinya sudah stabil atau menjadi korban para pengunjung sementara lain seperti orang-orang yang bekerja untuk pembangunan(konstruksi).Sangatsulituntukmemisah-misahkanberbagai bentuk kekerasan seksual yang berbeda-beda, khususnya karena bentuk- bentuk kekerasan seksual tersebut tidak terjadi secara terpisah dan karena mereka saling terkait. Tidak semua anak-anak yang diperdagangkan dieksploitasi secara seksual dan begitu juga tidak semua anak-anak yang mengalami kekerasan seksual (seperti perkosaan) dieksploitasi secara komersial dan seksual. Tetapi, setiap anak yang telah mengalami bentuk kekerasan apa pun pasti akan lebih rentan terhadap kekerasan berikutnya, baik kekerasan yang memiliki sifat yang sama ataupun sifat yang berbeda dengankekerasansebelumnya. Pariwisata Seks Anak WHERE: Gambar 1: Kekerasan Seksual & Eksploitasi Seksual (Catatan: Ukuran sektor tidak menunjukkan rasio atau besaran dari fenomena tersebut, tetapi hanya dimaksudkan untuk menunjukkanhubunganantaraberbagaisektortersebut) C B A D A = Populasi anak-anak yang mengalami semua bentuk kekerasan B = Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual C = Anak-anak yang dieksploitasi secara seksual komersial D = Anak-anak yang diperdagangkan Baik anak perempuan maupun anak laki-laki dapat menjadi korban kekerasan seksual dan eksploitasi seksual walaupun sifat resiko dan jenis kekerasannya berbeda. Bagi anak perempuan, kekerasan seksual merupakan sebuah bentuk kekerasan berbasis jender dan sering terkait erat dengan posisi lemah mereka dalam masyarakat. Sedangkan bagi anak laki-laki, kekerasan seksual dipergunakan secara khusus sebagai metode intimidasi, khususnya dalam situasi konflik. Disamping itu, norma-norma budaya dan masyarakat, khususnya terkait dengan isu-isu kejantanan dan seksualitas, juga turut memberikan kontribusi terhadap sulitnya bagi anak laki-laki untuk mengungkapkan tentang pengalaman-pengalaman mereka dan bagi orang- orang dewasa untuk menyadari bahwa anak laki-laki juga membutuhkan perlindungan.
  • 14. 14 15 Menjelaskan & Memahami Bencana & Situasi Gawat Darurat Dalam buku panduan ini, kami menggunakan istilah bencana dan situasi gawat darurat yang bisa saling menggantikan. Ada berbagai cara untuk mempertimbangkan bencana dan situasi gawat darurat. Penting bagi kita untukdapatmembedakanberbagaimacambentukbencanakarenabencana- bencana tersebut dapat meningkatkan kerentanan anak-anak terhadap kekerasan dan eksploitasi seksual dengan cara yang berbeda-beda. Memahami hal ini dapat membantu kita untuk membuat perencanaan pencegahandanlayananperlindunganyangtepat. Salah satu caranya adalah dengan membedakan antara faktor manusia dan faktor alam: FAKTOR ALAM FAKTOR MANUSIA • Atmosfer Misalnya: angin topan, kebakaran, badai tropis, gelombang dingin dan gelombang panas, hujan es disertai dengan angin ribut. • Air Misalnya: banjir, erosi, kekeringan. • Geofisika Misalnya: tanah longsor, salju atau es longsor, gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami • Perang/Konflik Sipil • Kecelakaan Misalnya: ledakan, kebakaran, tabrakan, bangunan runtuh karena konstruksi yang tidak kuat. • Kontaminasi Misalnya: nuklir, radio aktif, biologis. • Subversi Misalnya: terorisme, perusakan. • Epidemik Misalnya: flu burung, campak (cacar air), HIV Sedangkan cara lain yang dapat dipergunakan adalah dengan membedakan bagaimanabencanatersebutberkembangdariwaktukewaktu,yaitu: Bencana yang terjadi secara perlahan bencana yang terjadi secara cepat situasi gawat darurat kompleks (seperti kekeringan, kelaparan atau ketegangan yang meningkat antara fraksi-fraksi politik yang beroposisi) atau (seperti gempa bumi atau tanah longsor). Situasi yang sangat sulit untuk ditangani adalah . Ini merupakan salah satu cara untuk menjelaskan situasi gawat darurat yang timbul dari faktor-faktor ekonomi dan sosio-politik yang kompleks dan saling berkaitan yang sering diperburuk oleh kejadian- kejadian alam. Contohnya adalah konflik sipil yang berkepanjangan dimana hidup menjadi lebih sulit karena kemiskinan endemik dan dampak kekeringan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya kekerasan dan eksploitasi seksual terhadap anak adalah tahap-tahapan dalam situasi gawat darurat. Sesaat setelah terjadinya bencana anak-anak mungkin dihadapkan pada resiko-resiko khusus seperti terpisah dari keluarga yang dapat membuat mereka rentan terhadap perdagangan dan penculikan atau kekerasan seksual. Selama tahap pemberian bantuan dan pemulihan, anak- anak semakin rentan untuk mengalami perlakuan salah melalui pelacuran sebagai cara untuk bertahan hidup. Dalam jangka yang lebih panjang, yaitu pada tahap rekonstruksi, kekerasan yang mungkin terjadi pada anak-anak adalah pariwisata seks anak, yaitu ketika para pengunjung kembali ke wilayah tersebut dan mungkin tidak ada pilihan sumber pendapatan alternatif yang dapat diandalkan terkecuali jika sudah dibuat perencanaan untuk memberikan masa depan jangka panjang bagi anak-anak. Status masyarakat yang menjadi korban juga akan sangat berpengaruh pada kerentanan anak karena pengungsi dan para pengungsi (orang-orang yang kehilangan tempat tinggal) sering menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam memilih mata pencaharian dan mendapatkan akses terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar. Kegagalan jangka panjang dalam merestorasi mata pencaharian dan kurangnya kesempatan kerja memang menjadi salah satu faktor utama yang turut memberikan kontribusi terhadap resiko kekerasandaneksploitasiseksual.
  • 15. 16 17 Tahap-tahapan dalam situasi gawat darurat, pemberian bantuan dan pemulihan serta rekonstruksi mungkin lebih jelas dalam kasus emergensi bencana alam. Tetapi, untuk jangka panjang dan situasi gawat darurat kompleks seperti yang timbul karena konflik sipil, tahap-tahap tersebut kemungkinan kurang jelas dan terjadi secara berulang-ulang karena krisis- krisis berikutnya muncul atau terjadi secara terus-menerus dan dianggap “normal”. Penting untuk diingat bahwa ketika kita bekerja di sebuah daerah dimana di daerah tersebut terjadi perselisihan yang panjang maka orang- orang yang terlibat dalam perselisihan tersebut mungkin akan berpikir bahwasituasitersebutsudahbiasabagimereka.Tetapi,initidakberartibahwa situasi tersebut telah mengurangi atau menghilangkan resiko-resiko terhadapanak. Disamping membedakan antara jenis bencana dan situasi gawat darurat serta tahap-tahappemulihan,kitajugadapatmempertimbangkanbencanadalam kaintannya dengan bagaimana orang merespon bencana tersebut. Beberapa tahun belakangan ini telah ada keterlibatan internasional yang lebih besar dalam manajemen bencana, khususnya keterlibatan pasukan militer. Sejumlah organisasi dan lembaga manajemen bencana nasional dan internasional telah berkembang sebagai reaksi terhadap kebutuhan peningkatan kapasitas pekerja kemanusiaan untuk mempunyai keterampilan yang dibutuhkan dan untuk membantu masyarakat mempersiapkan diri sebelum datangnya bencana. Kadang-kadang ada keterlibatansektorswasta,khususnyadalambidangrekonstruksi. Disatusisi,meningkatnyaketertarikandanpeliputanberitaolehmediatelah meningkatkankesadaranterhadapsituasigawatdaruratdiseluruhduniadan membuat masyarakat luas dapat melihat dampak dari setiap krisis serta menyoroti berbagai kesenjangan dalam tanggap darurat yang diberikan. Tetapi, di sisi yang lain hal tersebut kadang-kadang menimbulkan frustasi karenakurangnyadanadantindakanyangtepat.Kesadaranmasyarakatyang lebih besar telah mengundang jumlah relawan yang terus meningkat, khususnya dalam konteks bencana alam yang sering dianggap kurang berbahaya jika dibandingkan dengan situasi-situasi konflik. Hal ini memancing pada kerelawanan yang lebih besar. Walaupun bantuan relawan sepertiitusangatmenguntungkandanmembukabanyakkesempatan,tetapi jika tidak ada sebuah kerangka untuk mengkontrol dan memonitor masuknya para relawan asing maka hal ini dapat meningkatkan resiko dan eksploitasi seksual terhadap anak-anak oleh orang dewasa yang masuk ke dalam lingkungan tersebut dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan untuk menjadi relawan seperti itu. Situasi seperti ini sering sulit dipercaya 3 olehorang-orangyangbekerjadidaerah-daerahbencana . Sebagaimana yang telah diketahui, penting bagi kita untuk tidak hanya terfokus pada pemenuhan kebutuhan fisik saja tetapi juga isu-isu lain seperti perkembangan emosional dan psikologis. Berbagai keprihatinan seperti pendidikan dan jender juga harus diperhatikan selama tahap pemberian bantuan dan pemulihan. Penekanan keprihatinan yang berbeda-beda dapat menimbulkan dampak yang merugikan anak-anak, terkecuali jika perlindungandianggapsebagaitemasentral. Definisi-definisi berikut ini telah dimasukkan ke dalam buku panduan ini karena kemungkinan besar ketika terjadi situasi bencana atau situasi gawat darurat maka organisasi-organisasi kemanusiaan dan pemberi bantuan lain jugaakanturutterlibat.Sebagiandariorganisasi-organisasikemanusiaandan pemberi bantuan ini kemungkinan telah memiliki pengalaman dalam bekerja di lingkungan yang sulit seperti itu dan mereka mungkin menggunakan istilah-istilah khusus untuk manajemen bencana. Kami percayabahwadenganmemilikisebuahpemahamantentangbeberapaistilah dan konsep utama, maka hal ini akan dapat membantu organisasi-organisasi lokal dalam berkomunikasi dengan organisasi-organisasi spesialis ini dan membantumerekadalammerencanakantanggapdaruratmerekasendiri. Terminologi Manajemen Bencana 3 Kami sudah diberitahu secara langsung dan sudah banyak mendengar cerita-cerita anekdot dari orang-orang yang berada dalam daerah-daerah yang dilanda bencana bahwa mereka merasa jika orang benar-benar meluangkan waktu mereka secara suka rela maka mereka pasti orang yang baik hati dan mereka bukan menjadi sebuah ancaman bagi anak-anak.
  • 16. 18 19 Bahaya Bencana Resiko Kerentanan Bahaya adalah sebuah kejadian (biasanya dipergunakan dalam kaitannya dengan kejadian-kejadian alam seperti gempa bumi, banjir, letusan gunung merapi) yang dapat memicu sebuah bencana. Penting untuk diingat bahwa bukan bahaya itu sendiri yang menjadi bencana tetapi dampak yang ditimbulkannya terhadap masyarakat atau daerah. Misalnya, bukan kekeringan yang menjadi bencana tetapi kelaparan yang diakibatkan oleh kekeringantersebutlahyangmenjadibencana. Bencana adalah sebuah kejadian baik yang disebabkan oleh faktor manusia maupunfaktoralamyangmenyebabkanpenderitaansepertikematian,luka, kehilangan tempat tinggal atau hancurnya ekonomi yang melumpuhkan kemampuan masyarakat untuk mengatasinya. Ini merupakan dampak dari sebuahsituasiberbahayaterhadapmasyarakat. Resiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya bencana. Ini terkait dengan kedahsyatan bencana tersebut – beberapa hal kemungkinan besar tidak akan terjadi,tetapijikabenar-benarterjadimakaakanberartibencana.Memahami dengan baik tentang hubungan ini akan dapat membantu kita untuk merencanakan strategi-strategi dan intervensi-intervensi untuk mencegah ataumengurangidampakresikotersebut. Kerentanan adalah besarnya dampak buruk yang ditimbulkan oleh situasi berbahaya. Hal ini berlaku bagi seorang manusia, kelompok atau struktur sosial ekonomi atau sesuatu yang bersifat lebih fisik seperti kekuatan bangunan, jembatan dan jalan dalam bertahan menghadapi situasi berbahaya. Kapasitas Kesiap-siagaan Pencegahan Mitigasi Tanggap darurat Kapasitas adalah kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk mengatasi sebuah ancaman atau untuk menahan dampak dari sebuah situasi berbahaya.Iniseringterkaitdengansumberdayayangada. Kesiap-siagaan adalah setiap tindakan yang dilakukan yang menjamin kesiapan dan kemampuan masyarakat untuk memperkirakan dan melakukan langkah-langkah pencegahan sebelum terjadi sebuah ancaman dan untuk menanggapi dan mengatasi dampak dari sebuah bencana dengan mengorganisirdanmengirimkanbantuanyangefektif. Pencegahan adalah aktifitas-aktifitas yang dirancang untuk memberikan perlindungan permanen dari bencana. Salah satu contoh pencegahan adalah memindahkansebuahdesadaridaerahrawanbanjiratausebuahzonagempa bumi. Mitigasi adalah setiap tindakan yang dilakukan untuk meminimalisir dampak sebuah bencana sebelum bencana tersebut terjadi. Ini bisa dalam bentuk langkah-langkah fisik seperti penahan banjir atau metode-metode membangun sebuah bangunan yang lebih kuat, pelatihan, legislasi dan peningkatankesadaranmasyarakat. Tanggap darurat adalah setiap tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi selama terjadinya bencana atau pasca bencana untuk menjamin bahwa dampak bencana tersebut berkurang dan orang yang menjadikorbanmendapatkanbantuandandukungandengansegera.
  • 17. Faktor & Konteks Yang Mempengaruhi Dalam Situasi Gawat Darurat 20 21 Pemulihan Manajemen bencana Pemulihan adalah proses yang terkoordinasi untuk memberikan dukungan terhadap para korban dalam rekonstruksi infrastruktur fisik dan pemulihan emosi,sosial,ekonomidankesejahteraanfisikparakorban. Manajemen bencana adalah sebuah istilah yang berarti proses perencanaan untuk menghadapi dan merespon bencana. Yang termasuk dalam manajemen bencana adalah pengelolaan seluruh rangkaian kesatuan, mulai dari pencegahan sampai mitigasi melalui kesiapan dan tanggap darurat sampaidenganrekonstruksidanrehabilitasi. Sejumlah faktor dan konteks m e m p e n g a r u h i b e s a r ny a k e mu n g k i n a n a n a k - a n a k mengalami kekerasan seksual dan eksploitasi seksual dalam situasi gawatdarurat. Semua anak-anak rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi seksual, tetapi sebagian anak memang jauh lebih rentan dibandingkan dengan anak-anak yanglain.Berikutiniadalahanak-anakyangsangatrentan: – anak- anak yang tinggal sendiri, anak-anak yang tinggal dengan keluarga angkat atau anak-anak yang tinggal dalam institusi menghadapi bahaya yangbesarkarenakurangnyadukungandanperlindunganorangtuadan masyarakat. – anak-anak ini pada umumnya tidak memiliki kemampuan untuk menghindar dari kekerasan atau untuk memahami apa yang akan terjadi kepada mereka dan menceritakan kekerasan tersebut. Hal ini sering diperburuk oleh kurangnya penghargaan masyarakat terhadap kehidupan anak-anak Kerentanan Anak & Akibat Yang Mereka Derita · Anak-anak tanpa pengasuhan orang tua seperti anak yatim-piatu dan anak-anak yang terpisah dengan orang tua mereka · Anak-anak cacat fisik dan anak-anak cacat mental serta anak- anak dengan “kebutuhan khusus” Dokumen Kunci: Inter-Agency Standing Committee (2005) Guidelines for Gender Based Violence Interventions in Humanitarian Settings: Focusing on Prevention of and Response to Sexual Violence in Emergencies, Geneva
  • 18. 22 23 penyandang cacat dan oleh sebab itu bisa berdampak pada kurangnya pengasuhan,perhatiandanperlindunganterhadapmereka. – anak-anak seperti ini sering mengalami dampak ekonomi yang merugikan karena diskriminasi yang membuat mereka rentan terhadap eksploitasi atau mungkin tidak mendapatkan perlindungan karena kerangka hukum dan kebijakan yang lemah. Anak-anak dari beberapa komunitas tertentu bisa menjadi sasaran dari eksploitasi seksual karena adanya keyakinan yang merugikan tentang mereka. Misalnya, dalam sebagian masyarakat konsevatif, beberapa desa dan komunitas tertentu dapat memiliki reputasi buruk yang dikaitkan dengan pelacuran dan oleh karena itu ada sebagian orang yang menganggap “lumrah” untuk menjadikan anak- 4 anakdarikelompok-kelompokinisebagaitargetatausasaranmereka . Walaupun sebagian anak-anak menghadapi resiko yang lebih kecil karena mereka tinggal bersama dengan orang tua mereka atau orang dewasa lain, tetapi mungkin tingkat resiko yang mereka hadapi sebenarnya jauh lebih tinggi dari yang kita banyangkan karena tekanan-tekanan yang diciptakan oleh situasi gawat darurat. Sebagian anak sangat terabaikan atau kurang mendapat perhatian untuk jangka waktu yang relatif lama karena para pengasuh mereka mengalami trauma serius sebagai akibat dari situasi gawat darurat sehingga mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan anak tersebut, atau karena para pengasuh mereka terpaksa harus pergi jauh untuk bekerja atau mencoba untuk mencari nafkah. Tekanan sosio-ekonomi dan tekanan terhadap keluarga yang terus meningkat, kadang-kadang diperburuk dengan meningkatnya konflik keluarga dan masyarakat, dapat menciptakan alasan-alasan meningkatnya tingkat · Anak-anak dari kelompok yang termarjinalkan seperti anak-anak dari etnis, suku dan komunitas agama minoritas kekerasan secara umum. Ini berarti bahwa semua anak-anak yang berada dalam sebuah situasi gawat darurat membutuhkan dukungan dan strategi- strategiyangberbedauntukmenjaminperlindunganterhadapmereka. Dampak buruk yang dialami oleh anak-anak yang diakibatkan oleh kekerasan dan eksploitasi seksual sangat banyak dan berbeda-beda dan sulit untuk disembuhkan serta memiliki dampak yang dramatis bagi anak tersebut.Berbagaidampakburukyangdialamiolehanaktersebuttermasuk: – luka fisik, kematian, kehamilan, aborsi yang tidak aman, angka kematian ibu dan anak yang tinggi, penyakit dan infeksi menular seksual(PMSdanIMS)daninfeksiHIV/AIDS. – depresi, rasa malu karena menjadi korban kekerasan, penyakit stress pasca trauma, hilangnya rasa percaya diri dan hargadiri,melukaidirisendirisertapemikirandantindakanbunuhdiri. – pengasingan dan penolakan oleh keluarga dan masyarakat, stigma sosial serta dampak jangka panjang seperti hilangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, pelatihan keterampilan dan lapangan pekerjaan dan kecilnya kesempatan untuk menikah, penerimaansosialdanintegrasi. Akibat-akibat dari dampak buruk ini dapat meningkatkan resiko dan kerentanan anak terhadap terjadinya kekerasan seksual dan eksploitasi seksual lebih lanjut terhadap anak. · Dampak fisik · Dampak emosional · Dampak sosial 4 Naik A (2005) Child Protection Assessment in India, for Save the Children UK
  • 19. Mengadopsi Program Respon Berbasis HAM Prinsip-prinsip HAM telah menjadi dasar dan kerangka buku panduan ini. Yang menjadi dasar hak-hak azasi manusia adalah Deklarasi Universal Hak-hak Azasi Manusia 1948 yang sudah disuplemen oleh berbagai traktat dan perjanjian. Karena anak-anak juga manusia, tentu saja sudah diakui bahwa karena posisi rentan mereka di dalam masyarakat maka mereka membutuhkan dukungan dan perlindungan ekstra. Dasar pemikiran ini mengarah pada pengembangan Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (1989) yang secara khusus berisi tentang ketetapan- ketetapan terkait dengan perlindungan dan pengasuhan anak dan partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan yang harus dipertimbangkan dalam semua situasi, termasuk dalam situasi gawat darurat. Sebagai referensi, kami sudah memasukkan sebuah ringkasan tentang ketetapan-ketetapan utama yangtermuatdalamKHAtersebutdidalambukupanduanini. Penerapan HAM dalam situasi sehari-hari dikenal dengan Pendekatan Berbasis HAM dalam pelaksanaan program yang telah mendapatkan momentum selama dasawarsa terakhir ini. Sebelumnya, konsep bantuan sangat didasarkan pada ide “kebutuhan” dan secara khusus bantuan didistribusikan berdasarkan apa yang dianggap penting oleh para organisasi atau badan pemberi bantuan (walaupun kadang-kadang hal ini bisa dinegosiasikan dengan orang-orang yang menerima bantuan tersebut). Walaupun dengan menggunakan cara seperti ini orang-orang tersebut bisa terbantu (dalam keadaan ideal), tetapi yang menjadi permasalahan adalah bahwa hal ini dapat memperkuat persepsi ketidakberdayaan. Cara berpikir seperti itu juga dapat menimbulkan perasaan bahwa orang yang telah dibantu tersebut harus “berterima kasih” atas bantuan, sumbangan dan niat baik dari orang lain. 24 25 Dokumen Kunci: Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa Tentang Hak-Hak Anak (1989). Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia (1948) Terlepas dari situasi tersebut, anak-anak memiliki hak sebagaimana yang termuat dalam Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (1989). Hak-hak ini harus dihormati dan ditegakkan sepanjang waktu. Pendekatan Berbasis HAM membebankan tanggung jawab kepada pihak-pihak yangberwenang(negaradanbadan-badanlain)untukmemenuhi,melindungi dan menghormati hak-hak tersebut dan pentingnya untuk bertanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka. Pendekatan tersebut memungkinkan orang untuk menuntut standar-standar minimum yang telah dijamin oleh hukum internasional (walaupun masih harus menghormati hak-hak orang lain) dan menyediakan forum kepada orang-orang tersebut untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengambilan keputusan-keputusan yang akan berpengaruh terhadapkehidupanmereka. Walaupun para pekerja kemanusiaan sadar akan program dan tanggap darurat dalam konteks Pendekatan Berbasis HAM, tetapi dalam beberapa situasi tertentu ada sebuah kecenderungan untuk kembali lagi pada pendekatan berbasis kebutuhan. Hal ini sering diakibatkan atau dipicu oleh perkiraan tentangprioritas-prioritasutamadanpermintaanyangtinggiterhadaptanggap darurat yang cepat dengan sumber-sumber yang terbatas. Tetapi, walaupun hambatan-hambatan praktis dapat mempersulit kita untuk menjamin bahwa hak-hak tertentu dapat terpenuhi, khususnya dalam keadaan sulit, ini tidak berarti bahwa kewajiban pihak-pihak yang berwenang untuk memenuhi hak- haktertentutersebutharusdihapuskan. Pengertian-pengertian utama tentang Pendekatan Berbasis HAM untuk situasi gawat darurat adalah bahwa organisasi dan lembagapemberibantuanharus: • Menjamin kesetaraan, non diskriminasi dan pemasukan • Mempertimbangkan ”kepentingan terbaik” anak • Memenuhi hak terhadap kelangsungan hidup • Memenuhi hak terhadap perlindungan • Memenuhi hak terhadap perkembangan • Memenuhi hak terhadap informasi dan untuk berekspresi dan berasosiasi (sebagai cara untuk menjamin kelangsungan hidup, perlindungan dan perkembangan) • Bertanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka sendiri dan membuat para pemangku tugas lain untuk bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan mereka.
  • 20. 26 27 Kerangka Hukum & Kebijakan Perlindungan hukum internasional utama untuk anak-anak adalah Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (1989). Konvensi ini, bersama dengan Protokol Opsional tentang Pelacuran Anak, Pornografi Anak dan Perdagangan Anak Untuk Tujuan Seksual serta protokol tentang tentara 5 anak , mengidentifikasi hak-hak anak, termasuk perlindungan, yang harus diberikan secara universal kepada semua anak dan remaja dibawah usia 18 tahun. Disamping itu, ada lagi beberapa instrumen hukum internasional yang terkait langsung dengan hak-hak dan perlindungan terhadap populasi khusus seperti pengungsi. Tanggung jawab untuk memonitoring dan memberikan layanan-layanan seperti itu dibebankan kepada Kantor Komisi TinggiPerserikatanBangsa-BangsauntukPengungsi(UNHCR).Perludicatat bahwa pemberian perlindungan akan lebih luas jika seseorang menjadi pengungsi atau telah melewati batas- batas internasional. Jika seseorang berpindah dari satu daerah ke daerah yang lain dalam negaranya sendiri (yang dikenal dengan Internally Displaced Persons atau IDPs) maka mekanisme dan panduan ini sepertinya kurang bisa diterapkan. Tetapi, mandat UNHCR yang telah dirubah menghendaki bahwa dalam situasi-situasi konflik sipil, maka IDP tersebut berhak untuk mendapatkan perlindungandariorganisasitersebut. Statusberbagaitraktatakanberbedadarisatutempatketempatyanglaindan akan tergantung pada apakah negara tersebut sudah menandatangani dan meratifikasi traktat tersebut atau belum. Tetapi, walaupun belum ada pengadopsian traktat tersebut di dalam hukum nasional, masih Dokumen Kunci Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (1989) UNHCR (2001) Protecting Refugees – A Field Guide for NGOs, Geneva memungkinkan bagi LSM lokal dan badan-badan lain untuk merespon seolah-olah ketetapan-ketetapan ini telah dimasukkan ke dalam hukum nasional dan oleh karena itu mereka dapat memberikan tingkat perlindungan tertinggi yang dibutuhkan baik secara umum maupun selama masasituasigawatdarurat. Disamping konvensi-konvensi dan traktat internasional, perundang- 6 Informasi lebih lanjut tentang Sphere Project Standards dapat dilihat di: www.sphereproject.org 7 Salah satu contoh dari perjanjian regional adalah Pakta Afrika tentang Hak & Kesejahteraan Anak 1990, diperoleh dari www.african-union.org The “SPHERE” Project Standards dikembangkan pada tahun 1997 dengan memanfaatkan pengalaman kolektif dari banyak orang dan organisasi. Hal itu merupakan sebuah usaha untuk merumuskan standar-standar minimum dalam bidang bantuan kemanusiaan selama bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas bantuan tersebut dan untuk meningkatkan tanggung jawab organisasi-organisasi dan badan-badan pemberi bantuan walaupun standar- standar minimum tersebut cenderung lebih terfokus pada aspek-aspek organisasi dan materi daripada mekanisme-mekanisme perlindungan. Standar-standar minimum tersebut didasarkan pada 5 wilayah program, yaitu: 1. Standar-standar minimum dalam Penyediaan Air dan Sanitasi. 2. Standar-standar minimum dalam Gizi 3. Standar-standar minimum dalam Bantuan Makanan 4. Standar-standar minimum dalam Penyediaan Tempat Tinggal & Perencanaan Lokasi 5. Standar-standar minimum dalam Pelayanan Kesehatan 6 undangan dan kebijakan- kebijakan nasional dan r eg i on a l j u g a d a p a t b e r f u n g s i u n t u k 7 melindungi anak-anak . K a r e n a p e r u n d a n g - undangan dan kebijakan- kebijakan nasional dan regional ini juga berbeda- beda dari satu tempat ke tempat yang lain maka penting bagi LSM lokal dan badan-badan lain untuk memiliki pemahaman tentang hukum nasional karena hukum nasional tersebut terkait dengan anak-anak dan peduli akan ketentuan-ketentuan utama yang termuat dalam instrumen-instrumen internasional yang harus dipatuhi oleh negara tersebut. Semua ini dapat dilakukan sebagai bagian dari perkembangan yang sedang berjalan dari sebuah 5 Protokol Opsional dari Konvensi Hak-Hak Anak (1989) 2002
  • 21. 28 29 organisasi sebelum terjadinya situasi gawat darurat. Penting bagi sebuah organisasi untuk membuat check list tentang ketentuan-ketentuan hukum utama yang terkait dengan perlindungan anak dan syarat-syarat prosedur pelaporan (seperti kerangka waktu) serta faktor-faktor penting lain sehingga stafdapatmelakukanrujukandengancepat. Walaupun ada sejumlah hukum, traktat dan konvensi yang memberikan perlindungan bagi anak-anak dari kekerasan seksual dan eksploitasi seksual, tetapi harus diingat bahwa dalam kekacauan dan gangguan yang biasanya terjadi dalam situasi bencana dan situasi gawat darurat, maka struktur yang akan memungkinkan kita untuk bisa menggunakan mekanisme- mekanisme ini akan sulit untuk diakses atau bahkan tidak tersedia. Ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa sistem hukum tersebut akan benar- benar hancur dalam sebuah situasi gawat darurat. Dalam sebuah bencana alam seperti bencana tsunami yang melanda Asia, maka sistem hukum di negara-negara yang diterjang bencana tsunami tersebut pada umumnya dapat berfungsi atau berjalan seperti sebelumnya walaupun sistem ini mungkin terlalu terbebani dan tidak responsif. Sistem hukum tersebut sepertinya akan lebih lemah selama terjadinya situasi konflik yang serius dan berkepanjangan. Meskipun demikian, ada berbagai tantangan dan kesulitan praktis dalam melakukan tindakan hukum. Pelanggaran terhadap hak-hak anak harus dilaporkandanmendapatperhatiandaripihak-pihakyangberwenang,tetapi dalamsituasi-situasidimanapihak-pihakyangberwenangterlalusibukmaka akansulituntukmenjadikanhalinisebagaiprioritas. ECPAT Internasional percaya bahwa setiap tindakan harus didasarkan pada konsep-konsep teoritis dan jika memang memungkinkan harus didasarkan pada pengalaman. Kemampuan untuk mengkonseptualisasikan sebuah isu dengan menggunakan sebuah model atau kerangka akan membantu organisasi atau badan pemberi bantuan dalam membuat kerangka ide dan tanggapdaruratmerekasendiridandalammenghubungkanidedantanggap darurat tersebut dengan yang dimiliki dan dilakukan oleh organisasi lain. Sejumlah model atau kerangka seperti itu sudah dikembangkan dan dirancang untuk menggambarkan hubungan antara berbagai faktor yang terkait dengan perlindungan. Kami sengaja memasukkan model atau Kerangka Perlindungan Yang Sudah Ada kerangka tersebut ke dalam buku panduan ini karena kami berpikir bahwa jika organisasi-organisasi lokal dan organisasi-organisasi massa tersebut mengetahui tentang model atau kerangka tersebut maka hal itu akan sangat bermanfaatbagimereka. Walaupun tidak secara khusus terkait dengan anak-anak, salah satu model yang sederhana tetapi sangat berguna adalah model yang dikembangkan oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada tahun 2001 yang dikenal dengan nama “Model Telur” Perlindungan 8 Kemanusiaan . Dibawah ini adalah m o d e l t e l u r y a n g t e l a h disederhanakan. Model tersebut menggambarkan hubungan antara kekerasan secara umum dan aksi yang diperlukan untuk menangani kekerasan tersebut saat kekerasan tersebut terjadi dan untuk mencegah kekerasanyangterjadidalamjangkapanjang. Gambar 2: “Model Telur” Perlindungan Kemanusiaan, diadaptasi dari ICRC Dokumen Kunci: ICRC (2004) Inter-agency Guiding Principles on Unaccompanied and Separated Children, Geneva UNICEF Eight Elements of a Protective Environment www. unicef.org/protection/index_ envioronment.html Tindakan remedial Tindakan responsif Pola kekerasan Pembangunan Lingkungan 8 ICRC (2001) Strengthening Protection in War: A Search for Professional Standards, Geneva
  • 22. 30 31 Prinsip-prinsip Panduan Antar Lembaga • Tindakan responsif • Tindakan remedial • Pembangunan lingkungan (Inter-agency Guiding Principles on Unaccompanied and Separated Children ) menyarankan tiga tahap pendekatanyangagakmiripdengan“ModelTelur”. – bertujuan untuk mencegah, menghentikan, dan/ataumenghapuskandampaklangsungdaripolakekerasankhusus. – bertujuan untuk mengembalikan/memulihkan kondisi kehidupan yang bermartabat melalui rehabilitasi, pemulihan danpemulangan. – bertujuan untuk menciptakan dan/atau mengkonsolidasikan atau menggabungkan sebuah lingkungan (politik, institusi, hukum, sosial, budaya dan ekonomi) yang kondusif yang benar-benarmenghormatihak-hakindividu. Walaupun Inter-agency Guiding Principles tersebut dikembangkan secara khusus dalam kaitannya dengan penanganan anak-anak yang terpisah, tetapi prinsip-prinsipnya dapat diterapkan secara lebih luas bagi anak-anak dalam situasigawatdaruratpadaumumnya. Model lain yang dikembangkan oleh UNHCR menekankan pada hubungan antara berbagai aktor yang terlibat dalam perlindungan dan bantuan bagi 10 anak-anak(khususnyaanak-anakpengungsi) : 9 Gambar 3: Pendekatan UNHCR untuk Melindungi dan Membantu Anak-Anak Pengungsi (disesuaikan) 11 UNICEF Protective Environment – bagian interaktif dapat dilihat di: www.unicef.org/protection/index_children.html Sebaliknya, United Nations Children's Fund (UNICEF) telah mengembangkan sebuah model yang melihat pada delapan komponen yang saling berkaitan yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan dan menjagasebuah“lingkunganyangprotektif”untukanak-anak . Elemen-elementersebutadalah: ·Sikap,tradisi,adat-istiadat,tingkahlakudanpraktek ·Komitmen pemerintah untuk memenuhi hak terhadap perlindungan ·Diskusiterbukadanketerlibatandalamisu-isuperlindungananak ·Perundang-undangandanpenegakanhukum 11 UNHCR & badan-badan & organisasi- organisasi lain Masyarakat Keluarga Anak-anak 9 ICRC (2004) Inter-agency Guiding Principles on Unaccompanied and Separated Children, Geneva 10 UNHCR (1994) Refugee Children: Guidelines on Protection & Care, Geneva
  • 23. 32 33 ·Peningkatankapasitas ·Keterampilan,pengetahuandanpartisipasianak ·Mekanisme-mekanismemonitoringdanpelaporan ·Layanan-layananuntukpemulihandanreintegrasibagimerekayang mengalamikekerasan. Walaupun semua model ini bermanfaat, tetapi salah satu kekurangan dari model-model ini adalah bahwa tak satupun dari model-model tersebut yang secara khusus terfokus pada isu perlindungan anak dari kekerasan seksual dalam situasi gawat darurat. Walaupun buku panduan ini secara khusus memperhatikan perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual, tetapi harus ditekankan bahwa penting untuk melindungi anak-anak dari semuabentukkekerasandaneksploitasi. Seharusnya dan diharapkan bahwa dalam sebuah situasi gawat darurat atau situasi bencana, para korban akan mendapatkan bantuan dan bahan bantuan yangsangatdibutuhkan.Tetapihalinibisamenjadipedangbermataduaatau buahsimalakamabagimasyarakatyangmenjadikorbanbencanatersebut. Kemiskinan dan ketergantungan masyarakat yang menjadi korban bencana mengakibatkan terjadinya hubungan kekuatan yang tidak seimbang antara pekerja lembaga kemanusiaan dengan para korban bencana sehingga meningkatkan resiko timbulnya kekerasan. Hal ini diperburuk oleh kurangnya kontrol manajerial yang memadai, peraturan yang layak, kurangnya monitoring dan pengawasan terhadap staf serta tidak adanya mekanisme-mekanisme pelaporan yang efektif yang menyebabkan tumbuh suburnyaeksploitasidalamsituasi-situasisepertiitu. Sayangnya, kekerasan yang dilakukan oleh pasukan penjaga perdamaian internasional dan para pekerja kemanusiaan yang ditugaskan untuk membantu para korban dalam situasi gawat darurat telah menjadi sebuah gambaran umum tentang sebuah krisis. Operasi/misi pasukan penjaga Peranan Pekerja Kemanusiaan & Pasukan Penjaga Perdamaian perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo menyatakan bahwa 12 masalahtersebutsangatseriusdansudahtersebar . Para personil internasional dituduh telah menukar makanan dan sedikit 13 uangdengananak-anakperempuanusia13tahun . Kami percaya bahwa kode etik universal untuk para pekerja kemanusiaan dan para personil penjaga perdamaian harus diadopsi guna dijadikan sebagai dasar untuk melakukan pemutusan kontrak dengan segera jika mereka melakukan eksploitasi dan kekerasan seksual terhadap para korban bencana dan untuk melarang aktifitas seksual dengan anak-anak usia dibawah 18 tahun tanpa memandang usia dewasa lokal. Contoh-contoh tentang hal ini sudahkamimasukkandalamLampiran. Jikakodeetiktersebutsudahmulaidiberlakukanmakadibutuhkanpelatihan 12 Laporan Sekretaris Jenderal PBB tentang Anak-Anak dan Konflik Bersenjata, 2004, http://www.redbarnet.dk/Default.asp?ID=4468 13 Save the Children Policy Brief, http://scholar.google.com/scholar?q=tsunami+sexual&hl=en&Ir=&start=20&sa=N dan dukungan terhadap kode etik tersebut untuk para personil kemanusiaan dan peningkatan penyadaran kepada masyarakat yang terkena dampak bencana tersebut. Kode etik tersebut harus didukung oleh mekanisme pelaporan yang layak dan terpercaya. Kode etik tentang tingkah laku tersebut harus bisa diterapkan pada semua tingkatan staf seperti staf tetap/tidak tetap, staf yang dibayar/ relawan, staf internasional/nasional dan staf mitra karena penyalahgunaan kekuasaan bisa terjadi pada semua tingkatan. Disamping itu, kode etik tersebut jangan hanya menargetkan pada tingkah laku yang merusak atau “Sulit untuk lari dari jebakan yang dibuat oleh para pekerja (LSM) tersebut; mereka menggunakan makanan sebagai umpan agar anda mau melakukan hubungan seks dengan mereka.” Pengungsi anak yang dikutip dalam UNHCR/SCUK (2002) Sexual Violence & Exploitation: The experience of Refugee Children in Liberia, Guinea and Sierra Leone salah tetapi juga kegagalan untuk bertindak. Secara khusus, staf dan menejer
  • 24. 34 35 harus diberi beban tanggung jawab untuk mencegah kekerasan yang mungkin terjadi. Dengan meningkatnya jumlah pekerja kemanusiaan perempuan, monitoring terhadap distribusi bantuan yang layak oleh para menejer senior dan rotasi staf secara reguler antar kamp dan lokasi proyek semuanyaitudapatmembantuuntukmencegahterjadinyapolakekerasan. Walaupun kita sangat tergiur untuk menerima semua tawaran bantuan, tetapi dibutuhkan kewaspadaan untuk menjamin bahwa orang luar tidak memanfaatkan situasi tersebut. Misalnya dilaporkan bahwa pasca terjadinya bencana tsunami ada 20 pedopil asal Australia yangberusahauntukdatangke Indonesia dan Thailand dan terdeteksi melalui daftar 14 pelakuseksanak . Dalam prakteknya, organisasi-organisasi lokal memiliki pengaruh yang kecil terhadap perekrutan dan tingkah laku para personil dari organisasi- organisasi lain. Tetapi, mereka bisa turut bertanggung jawab untuk tetap waspada dan menjamin bahwa mereka akan melaporkan setiap persoalan yang muncul. Mereka juga dapat menjamin bahwa praktek-praktek perekrutan dan pengawasan mereka sendiri juga efektif dalam memperkecil kesempatan bagi orang-orang dewasa yang membahayakan untuk bekerja dalamorganisasimerekadanbahwaparastafmengetahuitentangkebijakan- kebijakan tentang perlindungan anak. Langkah-langkah yang layak untuk dilakukan adalah memastikan bahwa ada sebuah kebijakan perlindungan anak dalam organisasi tersebut dengan syarat-syarat pelaporan dan sistem- sistem pencatatan yang jelas dan bahwa kebijakan ini dikomunikasikan serta 14 Seperti yang dilaporkan dalam The Australian Newspaper – www.theaustralian.news.com.au “Call to Cancel Pedophile Passport” “Ketika mama menyuruh saya untuk mencuci piring di sungai, seorang pekerja penjaga perdamaian menyuruh saya untuk membuka baju saya sehingga dia dapat mengambil foto saya. Ketika saya meminta dia untuk memberi uang kepada saya dia mengatakan bahwa tidak ada uang untuk anak-anak, cuma roti.” Pengungsi anak seperti yang dikutip dalam UNHCR/SCUK (2002) Sexual Violence & Exploitation: The experience of Refugee Children in Liberia, Guinea and Sierra Leone dipahami oleh semua orang dewasa. Referensi tentang semua staf dan relawan harus dibuat dan jika referensi tersebut tidak ada maka mereka tidak diperbolehkan untuk memiliki akses yang tidak terawasi terhadap anak- anak. Organisasi-organisasilokaljugaharus mampu mengembangkan hubungan kerja dengan para personil penjaga perdamaian dan personil militer lain yang mungkin memiliki pandangan dan metode yang berbeda dalam mencapaitujuan-tujuanmereka. Ada hubungan langsung antara kemiskinan dengan eksploitasi seksual dalam situasi-situasi gawat darurat. Kemiskinan pasca konflik dan bencana alam bisa mendorong anak-anak dan orang dewasa untuk nekad memilih pelacuran sebagai cara untuk bertahan hidup. Kemiskinan serius yang dialami oleh para korban bencana, kekurangan bahan makanan dan kebutuhan-kebutuhan dasar, fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, lowongan pekerjaan, lahan pertanian dan berbagai cara untuk bertahan hidup dapat menimbulkan pemikiran bahwa pelacuran dapat menjadi cara untuk menyesuaikan diri dan bertahan hidup serta dipandang sebagai satu-satunya cara untuk dapat memenuhi kebutuhan. Walaupun anak sepertinya memberi “izin” atas hal ini sebagai cara untuk bertahan hidup, tetapi adalah tanggung jawab orang dewasa untukmelindungianak-anak.Anak-anaktersebuthanyalahmenjadikorban eksploitasidankekerasan. Laporan dari Guinea dan Kongo menunjukkan bahwa para pengungsi perempuan dan anak-anak telah dipaksa untuk melakukan hubungan seks guna ditukar dengan makanan dan rumah bagi diri mereka sendiri dan 15 keluarga mereka . Eksploitasi seksual diketahui menjadi endemik di kamp- Kemiskinan Penting untuk diingat bahwa orang-orang yang kelihatannya tidak memiliki kontak dengan anak-anak ternyata masih memiliki akses yang besar terhadap mereka. Disamping itu, orang-orang dewasa yang tidak bermoral atau jahat dapat memanfaatkan hubungan mereka dengan organisasi- organisasi tersebut untuk memberi mereka alasan agar mereka bisa memiliki kontak dengan anak-anak
  • 25. 36 37 kamp pengungsi di Afrika Barat pada tahun 2002 dan yang melakukan eksploitasi tersebut pada umumnya adalah para pria yang memiliki kekuasaan, uang dan pengaruh seperti kepala kamp, pekerja tidak tetap, guru, pasukan keamanan, pedagang, pekerja kemanusiaan dan penjaga perdamaian yang diketahui melakukan hubungan seks dengan anak-anak pengungsi berumur antara 13 – 18 tahun yang sangat membutuhkan bahan bantuansepertiroti,sabun,obat-obatandanterpalatausedikituang. Karena kemiskinan dan kemelaratan merupakan akar penyebab terjadinya banyak eksploitasi seksual maka penting untuk menjamin bahwa persoalan mata pencaharian harus mendapat perhatian yang serius. Pada tahap awal penting untuk memastikan tersedianya bantuan yang cukup, monitoring yang layak dan metode distribusi untuk menjamin bahwa bantuan tersebut bisa sampai kepada orang-orang yang paling membutuhkan dengan perhatian khusus diberikan kepada kelompok-kelompok rentan seperti anak-anak yang terpisah. Perhatian untuk memulihkan mata pencaharian dan mengembangkan alternatif-alternatif jangka panjang (misalnya kredit mikro, lahan pertanian dan pelatihan keterampilan) juga menjadi kunci untuk membantu keluarga dan anak-anak agar tidak terjatuh kedalam lembahkemiskinanatautetapberadadalamjeratkemiskinan. Jika terjadi pemindahan – yang mungkin melewati batas-batas internasional – masyarakat dimana orang tersebut harus mengungsi atau pindah (yang disebut dengan “masyarakat tuan rumah”) akan terpengaruh oleh penempatan orang-orang yang melakukan migrasi dari daerah yang terkena bencana dan sebaliknya mereka akan berpengaruh terhadap orang-orang yang mengungsi atau tidak memiliki rumah tersebut. Oleh karena itu sangat penting agar bantuan kemanusiaan diberikan dengan cara-cara yang mempertimbangkan dampak-dampak terhadap hubungan dengan Masyarakat Tuan Rumah m a s y a r a k a t s e k i t a r d a n masyarakat tuan rumah. Kebencian dapat menimbulkan kekerasandanpenyalahgunaan. Anak-anak dari masyarakat tuan rumah yang tidak terkena dampak bencana tersebut dan anak-anak yang tidak dianggap berasal dari masyarakat yang terkena dampak bencana juga harus dilindungi dari eksploitasi seksual dan kekerasan seksual. Misalnya, jika rute pengiriman bahan bantuan ke sebuah kamp atau shelter harus melewati sebuah daerah dimana tingkat perampasan terhadap bantuan kemanusiaan tinggi maka harus diambil tindakan untuk menjamin bahwa anak-anak yang tinggal di sepanjang rute pengiriman tersebut tidak dieksploitasi oleh orang-orang yang terlibat di dalam proses pengiriman tersebut untuk ditukar dengan barang-barang yang sangat dibutuhkan atau sangatdicari. Kemungkinan anak-anak mengalami eksploitasi seksual atau mengalami kekerasan seksual ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagian dari faktor-faktor tersebut sudah ada sebelum terjadinya bencana sedangkan faktor-faktor yang lain munculsebagaiakibatdarisituasigawatdarurattersebut. Dalamsituasi-situasigawatdarurat,apayangcenderungterjadiadalahbahwa ketidaksetaraan dan diskriminasi yang sudah ada sebelumnya dicerminkan dan diperbesar oleh dampak bencana tersebut, terkecuali jika dilakukan langkah-langkah pencegahan atau penanganan. Singkatnya, orang yang lemah semakin lemah dan yang kuat semakin kuat. Ini berarti bahwa salah satu wilayah aksi sebelum terjadinya situasi gawat darurat adalah untuk memperkuat sumber daya dan kapasitas anggota masyarakat yang paling rentan dan melakukan advokasi perubahan kebijakan pada tingkat lokal dan nasionalgunamenghapuskandiskriminasidanhal-halyangmerugikan. Sebuah Kerangka Untuk Memahami Kekerasan Seksual Terhadap Anak Dalam Situasi Gawat Darurat 15 World Health Organization – “Violence and Disasters” http://www.who.int/violence_injury_prevention/publications/violence/violence_disasters.pdf “Kami menemui mereka untuk melakukan seks gratis, mereka tinggal di desa kami dan mengambil semua yang kami miliki. Jadi, kami mengambil tubuh mereka.” Ganeshpanchan Z, Domestic and gender- based violence among refugees and internally displaced women www.humiliationstudies.org
  • 26. Konteks & nilai-nilai Sosial yang sudah ada sebelumnya Sifat bencana Risiko-risiko kekerasan seksual dan eksploitasi Pengaruh berbagai aktor 38 39 Anak-anak yang terkena dampak bencana kemungkinan tidak akan mengalamieksploitasiseksualdankekerasanseksualjikamasyarakatdimana merekaberasalsudahmemilikipenghargaanyangtinggitentangpentingnya melindungi anak-anak dan benar-benar memprioritaskan pentingnya perlindungananaktersebut. Bencana sendiri, termasuk durasi dan sifatnya, juga mempengaruhi keselamatan atau kerentanan anak-anak, begitu pula dengan keterlibatan berbagai “aktor” yang terlibat dalam pemberian bantuan dan bantuan rekonstruksi. Kita sudah melihat bagaimana orang-orang yang diharapkan berada di sana untuk membantu ternyata dapat menjadi pelaku eksploitasi dan kekerasan. Begitu pula dengan bagaimana cara bantuan tersebut didistribusikan dan diorganisir dapat menghadapkan seorang anak pada eksploitasidankekerasanseksual. Beroperasi pada tingkat struktural yang luas, pengaruh-pengaruh ini dapat salingmempengaruhidalamberbagaicarabaiksebagaisumberperlindungan maupunsumberpenyebabmeningkatnyakerentanananak-anak: Gambar 4: Pengaruh-Pengaruh Struktural Dalam kerangka yang luas ini, ada sejumlah faktor lain yang lebih berkaitan langsung dengan situasi untuk anak-anak secara individu atau kelompok anakyangsekalilagidapatberfungsisebagaikekuatanpelindungatauresiko. Walaupun anak-anak tanpa pengasuhan orang tua diketahui lebih rentan, sebenarnya ada orang-orang dewasa lain yang bisa menjadi pendukung bagi anak-anak tersebut seperti guru, tokoh masyarakat dan anggota masyarakat yang bertindak sebagai sumber daya. Adanya sistem dukungan sosial, yaitu orang-orang yang berada di sekitar anak untuk melindungi anak tersebut secara informal dan bagaimana kemampuan mereka untuk melakukan perlindungan ini dapat memiliki dampak yang luar biasa terhadap keselamatanseoranganak. Sedangkan faktor yang lain adalah mekanisme-mekanisme perlindungan yang tersedia. Walaupun ada sebuah jaringan pendukung yang kuat, dalam keadaan-keadaan yang menekan batin dan sulit, orang-orang dewasa membutuhkan dukungan dari sistem-sistem yang lebih terstruktur untuk membantu mereka dalam melindungi anak-anak, baik untuk pencegahan maupun melakukan aksi ketika terjadi kekerasan. Ini bisa berbentuk komite perlindungan yang lebih formal dan terorganisir di dalam kamp-kamp pengungsi. Akhirnya, anak itu sendiri dapat memberikan pengaruh pada perlindungan dirinya dan anak-anak lain. Anak-anak yang telah diajari keterampilan bagaimana membuat diri mereka sendiri lebih aman, anak-anak yang memilikitingkatpercayadiridanhargadiriyanglebihtinggi,anak-anakyang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan- keinginan mereka dan ditambah dengan keterampilan-keterampilan lain untuk menangani sebuah masalah akan lebih tidak rentan terhadap kekerasan. Semua keterampilan ini dapat diajarkan kepada anak-anak sebelum terjadinya sebuah situasi gawat darurat dan kemudian dapat diperkuatlagiselamausaha-usahabantuandanpemulihan.
  • 27. 40 41 Gambar 5: Kekuatan protektif dan resiko Pengaruh berbagai aktor Konteks & nilai-nilai sosial yang sudah ada sebelumnya Sifat bencana Mekanisme Perlindungan Ketahanan & Strategi Penanggulangan Sistem Dukungan Sosial Risiko Kekerasan Seksual dan Eksploitasi Keenamfaktorinisecarabersama-samamemberikansebuahkerangkauntuk memahami pengalaman-pengalaman dari seorang anak dan hubungan antara berbagai pengaruh, khususnya dalam kaitannya dengan kekerasan seksualdansituasigawatdarurat: Gambar6: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Kekerasan Seksual Terhadap Anak-Anak Dalam Situasi Gawat Darurat. Mekanisme Perlindungan Ketahanan & Strategi Penanggulangan Sistem Dukungan Sosial Risiko Kekerasan Seksual dan Eksploitasi ELEMEN-ELEMEN PENTING: Faktor & Konteks Yang Mempengaruhi Dalam Situasi Gawat Darurat • Semua anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan berusia dibawah 18 tahun, rentan terhadap eksploitasi seksual dan kekerasan seksual baik selama terjadinya sebuah bencana maupun pasca terjadinya sebuah bencana. • Sebagian anak-anak seperti anak-anak yang terpisah, anak-anak cacat dan anak-anak dari kelompok minoritas lebih rentan daripada anak-anak yang lain. • Sifat, tahapan dan manajemen sebuah bencana atau situasi gawat darurat, baik yang diakibatkan oleh manusia atau alam dapat menghadapkan anak-anak pada resiko kekerasan seksual dan eksploitasi. • Berbagai perwujudan kekerasan seksual dan eksploitasi seksual saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya dan kekerasan yang dialami oleh anak-anak dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu. • Pasukan penjaga perdamaian dan pekerja kemanusiaan, termasuk para relawan dan orang-orang lain yang membantu masyarakat yang menjadi korban bencana tersebut juga bisa berbahaya bagi anak-anak. • Peran kemiskinan, baik kemiskinan yang telah ada sebelum bencana maupun kemiskinan yang timbul akibat bencana, dapat memiliki dampak yang sangat besar terhadap kerentanan anak. • Kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang tidak secara langsung terkena dampak bencana tetapi dekat dengan masyarakat yang terkena dampak bencana juga harus diperhatikan untuk menjamin bahwa anak- anak tidak menjadi sasaran kekerasan yang diakibatkan oleh kebencian.
  • 28. Pentingnya & Nilai Organisasi-Organisasi LokalLANJUTAN ELEMEN-ELEMEN PENTING • anak yang tinggal di sepanjang rute pengiriman, juga harus dilindungi dari eksploitasi seksual dan kekerasan seksual. • Walaupun hukum-hukum nasional dan internasional dapat memberikan perlindungan, tetapi di tengah- tengah terjadinya kekacauan dan pecahnya masyarakat sipil, sulit untuk menjamin bahwa langkah- langkah hukum dapat menjamin bahwa hak-hak anak tidak akan dilanggar. • Organisasi-organisasi lokal dan LSM harus memberi perhatian untuk mempersiapkan anak-anak dalam menghadapi situasi gawat darurat sebelum terjadinya bencana untuk meningkatkan ketahanan mereka. Anak-anak dari masyarakat tuan rumah, seperti anak- 42 43 Organisasi-organisasi lokal yang memiliki keterampilan dan pengetahuan khusus memainkan peranan penting dalam melindungi anak-anak dalam situasi gawat darurat dan bencana. Karena alasan ini maka kami percaya bahwa organisasi-organisasi lokal tersebut, bersama-sama dengan masyarakat yang menjadi korban bencana dan anak-anak sendiri, menjadi bagianyangtakterpisahkandariusaha-usahabantuandanrekonstruksi. sangat penting dalam melindungi anak-anak dari kekerasanseksualkarenapengetahuanlokaltersebutmemberikan: • Pemahaman tentang daerah-daerah ketegangan dan dinamika yang telahadadiantaraberbagaianggotamasyarakatdansektor. • Perkiraan terhadap berbagai keadaan yang belum muncul seperti tantangan-tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dan resiko-resiko khususbagianak-anak. • Pengetahuan tentang lingkungan – seperti daerah-daerah dengan bahaya, kerentanan dan resiko khusus. Misalnya sebuah organisasi lokal mungkin memiliki pengetahuan bahwa sebuah wilayah tertentu secara khusus cenderung untuk dipergunakan sebagai jalur trafiking atau daerah-daerah tertentu dari sebuah kota dianggap sebagai daerah “lokalisasi”. Penempatan kamp-kamp pengungsi di daerah-daerah seperti itu atau mewajibkan anak-anak untuk transit di daerah-daerah seperti ini dapat membuat anak lebih beresiko dan jika hal ini memang tidakbisadihindarkanlagimakadibutuhkankeamananekstra. • Pemahaman tentang norma-norma dan praktek-praktek budaya, dan jika norma-norma dan praktek-praktek budaya tersebut dipertimbangkan, akan dapat menjamin bahwa cara-cara yang “Pengetahuan lokal”
  • 29. 44 45 dipergunakan untuk merancang kamp-kamp pengungsi, melaksanakan program bantuan dan melakukan rekonstruksi akan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan pengharapan-pengharapan masyarakat dan tidak menempatkan anak-anak dalam sebuah posisi yanglebihberesikoterhadapmereka. Kenyataan bahwa organisasi-organisasi akar rumput merupakan organisasi- organisasi lokal maka organisasi-organisasi inilah yang pertama sekali sering bekerja setelah terjadinya sebuah bencana. Apa yang terjadi di hari-hari awal bencanasangatpentingdalamkaitannyadenganbagaimanalayanan-layanan tersebut diberikan di masa yang akan datang dan dampak dari keputusan- keputusanini. Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh organisasi-organisasi lokal adalah bahwa mereka bisa mengalami kekurangan sumber-sumber yang dibutuhkan. Pasca terjadinya sebuah bencana alam, misalnya dalam kasus bencana tsunami yang melanda Asia, kantor dan staf mungkin hilang atau organisasi tersebut mungkin benar-benar tidak akan pernah mampu untuk membangun keahlian dan cadangan yang memadai. Dalam situasi bencana yangterjadisecaracepat,stafmungkinmengalamitraumadantidakmampu bekerja sebagaimana dalam keadaan normal. Tetapi kami yakin bahwa nilai pengetahuan lokal yang dimiliki oleh organisasi-organisasi lokal mengharuskan organisasi-organisasi kemanusiaan dan organisasi-organisasi bantuan lain untuk memberikan dukungan kepada organisasi-organisasi lokaltersebutagardapatberfungsiataubekerjasecaramaksimal. Organisasi- organisasi lokal juga dapat mempersiapkan diri mereka sendiri dengan terlebih dahulu mempertimbangkan strategi-strategi apa yang akan mereka terapkan jika terjadi sebuah situasi gawat darurat. Ini bisa mencakup pengidentifikasian sistem-sistem dukungan untuk staf atau bidang-bidang yang menjadi tanggung jawab mereka, pemberian pelatihan dan menjamin bahwa kebijakan-kebijakan perlindungan anak tersedia, dipahami dan dilaksanakan. Salah satu masalah yang dihadapi oleh banyak organisasi lokal yang terperangkap di tengah-tengah bencana adalah perasaan adanya tuntutan yang luar biasa di luar kemampuan mereka. Wajar sekali jika usaha-usaha pertolongan kemudian difokuskan pada pemberian bantuan emergensi kepada masyarakat umum dan akibatnya kebutuhan-kebutuhan khusus untuk anak-anak, khususnya dalam kaitannya dengan perlindungan anak, terabaikan. Salah satu tantangan bagi organisasi-organisasi kesejahteraan anak lokal adalah untuk selalu mengingat fokus utama mereka dan untuk menyerahkantanggungjawaboperasi-operasibantuansecaraumumkepada organisasi-organisasi yang lebih siap saat mereka tiba di wilayah bencana. Mereka juga dapat tetap terlibat setelah melakukan konsultasi, tetapi ini harus menjamin bahwa proses pemberian bantuan harus ditangani oleh organisasi-organisasi yang sudah terbiasa memberikan bantuan dan bahwa organisasi-organisasi kesejahteraan anak lokal tersebut dapat terus melakukanapayangpalingmerekaketahui,yaitumelindungianak-anak. Salahsatuhalyangmerugikandaripengetahuandanpengalamanlokalyang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa organisasi-organisasi lokal bisa dipandang atau sebenarnya memang bias terhadap berbagai kelompok masyarakatataupraktek-praktekmasyarakatyangmerugikan.Budayatidak seharusnya dipergunakan untuk menyetujui dan memaafkan kekerasan terhadap anak. Korupsi dan kekerasan tidak semata-mata dilekatkan pada orang-orang dari luar organisasi dan oleh karena itu penting bagi organisasi- organisasi lokal untuk memberikan perhatian khusus untuk mengatasi isu- isuinibaiksebelummaupunselamaterjadinyasebuahbencana. Isu untuk tetap bersikap netral bisa sangat penting jika terjadi konflik/perang sipil. Ini bukan untuk mengatakan bahwa tidak penting untuk menunjukkankeperdulianterhadapkekerasan-kekerasandanpelanggaran- pelanggaran berat terhadap hak-hak azasi manusia, tetapi dengan tetap terfokus pada anak-anak dan kebutuhan-kebutuhan mereka dapat menghindarkan kita agar tidak bertentangan dan berkonflik dengan kelompok-kelompok yang bertikai. Lokasi yang lebih sulit adalah tempat dimana organisasi lokal tersebut jelas-jelas diidentikkan dengan masyarakat tertentudandalamkasussepertiinimakaorganisasi-organisasidariluaryang dipandang lebih netral harus memberi celah agar pengetahuan dan keahlian lokal dapat dimasukkan kedalam usaha-usaha bantuan tersebut. Penting untuk diingat bahwa banyak organisasi-organisasi kecil yang mentargetkan inisiatif-inisiatif mereka pada daerah atau kelompok tertentu dalam masyarakat dan mewakilkan kepentingan-kepentingan mereka. Keamanan
  • 30. 46 47 bisa menjadi sebuah isu kunci bagi staf dan relawan organisasi-organisasi lokal, khususnya jika mereka bekerja dalam situasi-situasi konflik sipil. Oleh karena itu penting untuk menerapkan langkah-langkah keamanan yang layakdanmengkajinyaselalusecarateraturdanberkala.Untukmemfasilitasi hal ini kita mungkin harus mengembangkan sebuah rencana bersama organisasi-organisasi lain, khususnya organisasi-organisasi yang memiliki pengalaman dalam memberikan keamanan. Setidaknya kami ingin menyarankan kepada para pekerja agar tidak bekerja sendirian, tetapi setidaknya berpasangan, dan perencanaan untuk menjamin bahwa staf lain atau pengawas mengetahui kemana mereka pergi dan apa yang mereka lakukan di tempat tersebut. Jika dibutuhkan, harus ada sebuah sistem agar orangdariorganisasitersebuttahukapanparapekerjatersebutselesaibekerja dan pulang ke rumah. Setiap dan semua ancaman terhadap staf harus ditangani secara serius dan harus dilakukan pengkajian terhadap langkah- langkahkeamananterkaitdenganancamantersebut. ELEMEN-ELEMEN PENTING: Pentingnya & Nilai Organisasi- Organisasi Lokal • Organisasi-organisasi lokal memiliki pengetahuan dan keahlian khusus yang sangat bermanfaat untuk menjamin bahwa usaha-usaha bantuan dilakukan dengan cara-cara yang dapat memaksimalkan usaha-usaha perlindungan terhadap anak. • Kemampuan organisasi-organisasi lokal yang harus dilibatkan secara penuh dalam melindungi anak-anak dapat benar-benar terancam oleh kurangnya sumber daya dan dampak bencana terhadap organisasi tersebut dan oleh karena itu mereka mungkin membutuhkan dukungan dari organisasi-organisasi atau badan-badan lain sehingga mereka dapat bekerja secara maksimal. LANJUTAN ELEMEN-ELEMEN PENTING • kan atau memaafkan kekerasan terhadap anak. • Dibutuhkan langkah-langkah yang layak untuk menjamin keselamatan dan keamanan para staf dan relawan dan langkah-langkah ini harus dikaji secara teratur dan berkala. • Organisasi-organisasi kesejahteraan anak lokal harus secepatnya menyerahkan tanggung jawab pemberian bantuan kemanusiaan umum kepada organisasi- organisasi kemanusiaan dan memfokuskan usaha- usaha bantuan mereka pada perlindungan anak. Jangan pernah menggunakan budaya untuk mengijin-
  • 31. Selama terjadinya bencana, struktur kehidupan anak-anak menjadi terbalik, dan diantara berbagai resiko yang harus dihadapi oleh anak-anak dan remaja adalah kekerasan seksual dan eksploitasi seksual. Sudah dimaklumi bahwa semua jenis kekerasan akan meningkat selama dan pasca terjadinya sebuah bencana dan selalu diingat bahwa orang-orang dewasa mengalami berbagai tekanan atau masalah ekonomi sebagai akibat dari situasi gawat 16 darurat . Resiko-resiko lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan anak (seperti hilangnya pendidikan dan lowongan pekerjaan di masa yang akan datang, terpisah dari keluarga, teman dan masyarakat, asumsi dini tentang tanggung jawab orang dewasa, dan resiko- resiko bentuk-bentuk eksploitasi lain seperti rekrutmen militer dan kekerasan dalam pasar kerja) juga dapat mengakibatkan anak-anak lebih rentan terhadap eksploitasi seksual. Karena berbagai alasan tersebut maka penting untuk mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan anak secara holistik. Kekerasan seksual dapat terjadi selama terjadinya bencana dan pasca terjadinya bencana dan menjadi potret kehidupan anak-anak dalam jangka panjang. Diketahui bahwa kekerasan seksual tersebut akan meningkat pasca Meminimalkan Risiko Kekerasan Seksual 48 49 terjadinya bencana karena disintegrasi masyarakat dan sosial yang lebih luas di dalam masyarakat yang 17 menjadi korban bencana . N o r m a - n o r m a d a n larangan-larangan sosial yang biasanya menjadi faktor penghambat dapat melemah karena konflik, k e m i s k i n a n d a n p e m i nd a h a n . D a l a m beberapa kasus, kekerasan seksual dimanfaatkan sebagai senjata “perang” dan menjadi bagian kampanye penghinaan. Geng-geng yang terorganisir juga bisa terlibat dalam praktek-praktektrafikingdenganskalayangbesardanmodern. Kekerasan seksual dan eksploitasi seksual tentu saja sangat erat kaitannya dengan tentara anak karena kekerasan seksual tersebut sering terjadi dalam konteks anak-anak yang direkrut secara paksa kedalam angkatan bersenjata. Anak-anak perempuan secara khusus sering direkrut secara paksa dan dimanfaatkan sebagai “budak seks” walaupun hal ini sering dianggap sebagai sebuah cara untuk melindungi diri mereka sendiri dan keluarga mereka dari kekerasan fisik dan seksual lebih lanjut dalam situasi-situasi konflik. Dalam situasi-situasi seperti itu anak-anak dan remaja dapat mengalami pelecehan seksual secara berulang-ulang baik yang dilakukan oleh seseorang yang sangatberpengaruhmaupunteman-temannya. Ketika berpikir tentang bagaimana kita dapat menghapuskan atau meminimalisir berbagai resiko agar anak-anak tidak mengalami eksploitasi dan kekerasan seksual, penting bagi kita untuk tidak hanya mempertimbangkan tentang bagaimana sifat dari resiko tersebut tetapi juga Dokumen Kunci: Interagency Standing Committee (2005) Guidelines for Gender- based Violence Interventions in Humanitarian Settings, Geneva ICRC (2004) Inter-agency Guiding Principles on Unaccompanied and Separated Children, Geneva “Kekerasan seksual merupakan jenis kekerasan berbasis jender yang paling cepat dan berbahaya yang terjadi dalam situasi-situasi gawat darurat akut” Interagency Standing Committee (2005) Guidelines for Gender-based Violence Interventions in Humanitarian Settings, Geneva 17 Ibid16 World Health Organization – “Violence and Disasters” http://www.who.int/violence_injury_prevention/publications/violence/violence_disasters.pdf
  • 32. kita harus memikirkan tentang bagaimana eksploitasi dan kekerasan seksual tersebut terjadi dan jika hal tersebut memang terjadi apa dampaknya terhadapkorban. Dalam semua konteks situasi gawat darurat penting bagi kita untuk secara khususmemikirkantentangkekerasan seksualdaneksploitasiseksualdalam kaitannyadengan: • Apayangdapatterjadi? • Bagaimanahalituterjadi? • halitubisaterjadi? • halitubisaterjadi? • Kapanhalitubisaterjadi? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu kita untuk membuat kerangka langkah-langkah perlindungan yang layak. Idealnya, langkah-langkah seperti itu seharusnya teridentifikasi sebelum terjadinya sebuahsituasigawatdarurat,tetapikarenajenisdansifatbencanayangsangat beragam maka banyak dari keadaan-keadaan tersebut yang tidak bisa diketahui sebelum mereka terjadi. Organisasi yang bekerja dalam situasi bencana harus mampu untuk mengantisipasi dan merespon resiko-resiko tersebutsaatmerekamulaiteridentifikasi. Jangan pernah memandang remeh peranan yang dapat dimainkan oleh strategi-strategi advokasi dan kampanye dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah dan m e n i n g k a t k a n k e s a d a r a n masyarakat dan pengaruhnya dalam melindungi anak-anak. Agar berdampak maksimal, usaha-usaha seperti itu dapat dilakukan baik sebelum maupun sesudah terjadinya sebuah bencana. Misalnya, usaha- Peranan Advokasi & Kampanye 50 51 usaha advokasi dalam meningkatkan kesadaran tentang trafiking pasca bencana tsunami yang melanda Asia telah mengarahkan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah penting untuk melakukan penangguhan terhadap adopsi dan pembatasan perjalanan anak-anak yang terpisah di 18 beberapanegarayangditerjangtsunami . Media dapat memainkan peranan kunci dalam melaporkan kasus-kasus kekerasan dan eksploitasi dan dalam meningkatkan kesadaran tentang kondisi anak-anak. Kita harus mengingat pentingnya bekerjasama dengan media dengan cara-cara yang etis dan tidak membahayakan kesejahteraan dan privasi anak tersebut. Kami percaya bahwa tidak etis jika kita menunjukkan foto anak-anak dan remaja yang telah menjadi korban eksploitasi seksual. Alasannya adalah karena hal itu merupakan sebuah pelanggaran terhadap privasi mereka dan juga karena kemungkinan stigma yangterbentukdarigambar-gambarsepertiitu. Walaupun upaya-upaya advokasi sangat terbantu oleh perhatian yang besar dari media, tetapi kita masih mungkin untuk melakukan advokasi yang efektif tanpa adanya perhatian media tersebut. Salah satu kampanye yang sangat berhasil tentang kekerasan berbasis jender di Nikaragua pasca Topan Mitch yang berjudul “Kekerasan terhadap perempuan adalah sebuah bencana 19 yangdapatdicegaholehlaki-laki”secarakhusussangatefektif . 20 Kami percaya bahwa merupakan praktek yang baik jika organisasi-organisasi kesejahteraan anak, dan tentu saja semua organisasi yang bekerja dengan anak-anak memiliki kebijakan tentang perlindungan anak internal, walaupundenganberbagaiketerbatasannya. Kebijakan seperti itu tidak harus rumit dan berkepanjangan. Kebijakan tersebutseharusnyamemformalkanpraktek-praktekyangsudahadasaatini Menciptakan Organisasi-Organisasi yang Aman bagi Anak Anak-anak dan remaja harus didukung agar mereka dapat mengungkapkan pandangan- pandangan mereka dalam kaitannya dengan keputusan- keputusan yang akan mem- pengaruhi kehidupan mereka karena dalam sebuah situasi gawat darurat mereka bisa menjadi lebih lemah dan kurang mampu untuk menuntut hak-hak mereka karena kurangnya kekuatan dan wewenang mereka untuk melakukan perubahan. 18 Kami melakukan advokasi agar anak-anak tidak direlokasi terkecuali karena alasan-alasan keselamatan atau layanan kesehatan yang mendesak. 19 R Jones (2005) Gender and natural disasters: why we should be focusing on a gender perspective of the tsunami disaster, Association for Women's Rights in Development http://www.awid.org/go.php?list=analysis&prefix=analysis&item=00226 20 Ada begitu banyak bahan-bahan yang sangat bagus yang dapat dipergunakan untuk membantu organisasi- organisasi dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan perlindungan anak mereka sendiri maupun untuk melatih staf secara layak. Contohnya adalah bahan-bahan yang diterbitkan oleh Child Hope UK dan Child Wise.
  • 33. 52 53 sebagai reaksi terhadap situasi-situasi kekerasan yang dilaporkan atau yang mendapat perhatian dari organisasi tersebut dan juga untuk menjamin bahwa kemungkinan-kemungkinan kekerasan yang dilakukan oleh orang- orangyangbekerjauntukorganisasitersebutdapatdiminimalisir. Sebuah kebijakan perlindungan yang jelas dapat menjamin bahwa orang tahu apa yang harus mereka lakukan dalam situasi-situasi kekerasan dan menjamin bahwa ada konsistensi terhadap tanggapan yang diberikan dan keputusan yang diambil. Kebijakan perlindungan tersebut seharusnya juga menjamin bahwa terdapat cara yang sesuai dan layak untuk memonitor peristiwa-peristiwa tersebut dan untuk menjamin bahwa tindakan yang diperlukansudahdilakukan. Kamimenyarankanorganisasi-organisasiiniuntuk: • Merumuskan dan menulis kebijakan serta panduan perlindungan anak merekasendiriuntukmemasukkan: • Siapa yang harus diberitahu tentang masalah tersebut – baik di dalamorganisasimaupundiluarorganisasitersebut • Siapa yang harus mengambil keputusan tentang tindakan- tindakanyangdibutuhkan • Bagaimanainformasitersebutharusdirekamataudicatat • Aksi-aksiapayangselanjutnyaharusdilakukan • Langkah-langkah khusus apa yang harus dilakukan untuk menjamin bahwa proses rekrutmen staf baik untuk staf yang digaji maupun staf yang tidak digaji dilakukan dengan cara-cara yang dapatmemperkecilkemungkinanpelakutindakkekerasanbekerja pada organisasi tersebut (misalnya menjamin adanya surat keterangan dan membatasi akses terhadap anak-anak yang tidak terawasi) • Menjamin bahwa kebijakan-kebijakan tersebut dikomunikasikan dan dipahami oleh semua orang yang terkait dengan organisasi tersebut, termasukparastaf,relawandananggotakomite. • Memberikan pelatihan bagi orang-orang yang bekerja untuk organisasi tersebut sehingga ada pemahaman yang sama tentang apa yang dimaksuddengankekerasanterhadapanak. Sebelum situasi gawat darurat • Mengembangkanprosedur-prosedurrujukandenganlembaga-lembaga dan organisasi-organisasi terkait yang konsern terhadap perlindungan anakdalamkerangkahukumdankebijakannasional. • Menciptakan sebuah lingkungan dimana perilaku yang menimbulkan keprihatinan bisa teratasi, baik dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut. (yaitu sampai situasi tersebut stabil kembali) • Menekankan komitmen terhadap kebijakan-kebijakan perlindungan anak. • Mengkaji prosedur-prosedur tersebut untuk mengetahui apakah prosedur-prosedur tersebut harus dirubah sesuai dengan keadaan (misalnya seorang anggota personil tersebut hilang) untuk menjamin bahwaterdapatprosespelaporandanpengambilankeputusan. • Memeriksa tawaran bantuan dan pertolongan secara hati-hati (dalam kaitannya dengan staf dan relawan baru) dan jika tidak memungkinkan untuk memeriksa latar belakang mereka maka jangan biarkan orang- oranginibekerjasendiridengananak-anakdanlibatkanmasyarakatdan anak-anak untuk memonitor tindakan-tindakan para pekerja ini (termasuksebuahsistemuntukmelaporkanbalik) • Membangun kembali jaringan dan mengembangkan hubungan kerja baru serta protokol dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi lainyangdatangketempattersebutuntukmemberikanbantuan. Selama tahap situasi gawat darurat & tahap rekonstruksi