Buku panduan ini memberikan ringkasan singkat tentang cara melindungi anak-anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual dalam situasi bencana dan darurat. Panduan ini ditujukan untuk organisasi lokal dan pekerja lapangan agar dapat merespon dan melindungi anak secara efektif. Buku ini berisi informasi tentang tindakan pencegahan, respon darurat, serta rekonstruksi jangka panjang untuk mencegah kekerasan terhadap anak.
4. Ucapan Terima KasihMeminimalkan Risiko Kekerasan Seksual 48
Isu-Isu Khusus Tentang Anak-Anak Yang Terpisah 64
& Anak-Anak Yang Tidak Didampingi
Tindakan-Tindakan Yang Harus Dilakukan Jika 70
Terjadi Kekerasan Seksual
Checklist Aksi 76
Bibliografi & Referensi Yang Terpilih 85
Lampiran 89
• Peranan Advokasi & Kampanye 50
• Menciptakan Organisasi-Organisasi yang Aman bagi Anak 51
• Manajemen Bencana & Situasi Gawat Darurat 54
• Pembentukan Komite Perlindungan 56
• Pembuatan "Ruang Aman" 57
• Pentingnya Konsultasi 59
• Bantuan Psikososial & Pendidikan 60 Ada banyak orang dan organisasi yang telah membantu kami
dalam menulis buku panduan ini dan memberikan kontribusi
terhadapdokumenfinalnya.
Italian Cooperation, Kementerian Luar Negeri Italia, telah
bermurah hati memberikan dukungan keuangan yang
dibutuhkan untuk proyek ini dan kami ingin berterima kasih
kepada mereka karena telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk memastikan bahwa persoalan penting tentang
perlindungan anak dari kekerasan seksual dalam situasi gawat
darurat (emergensi) mendapatkan sorotan atau perhatian dari
semuapihak.
Dokumen penelitian asli dari Asmita Naik sangat berguna dalam
memberikan dasar bagi program ini sedangkan keahlian teknis
Anthea Spinks dari RedR Australia benar-benar berhasil
memenuhi apa yang kami inginkan dan bahkan melebihi
harapankami.
Para peserta Konsultasi Teknis yang dilaksanakan di Phuket
secara antusias telah memberikan kontribusi pengetahuan dan
pengalaman mereka. Oleh karena itu, kami ingin berterima
kasihkepada:
Bapak Gerard Kevin Balthazaar PEACE Sri Lanka
Ibu Lynne Benson Save the Children UK,
South East Asia &
Pacific Region
iv v
5. Ibu Antonella Cassano Cattolica University, Italy
Ibu Sriyani De Silva SERVE, Sri Lanka
Dr Manawe Digala National Child Protection
Authority, Sri Lanka
Mrs. Saowane Khomepatr Woman and Child
Protection Division –
Bureau of Anti-Trafficking
in Women and Children,
Thailand
Ibu Supreeya Lapyingyong Foundation for Children,
Thailand
Bapak Misran Lubis Pusat Kajian dan
Perlindungan Anak (PKPA),
Pulau Nias, Indonesia
Ibu Denise Molica Italian Cooperation,
Sri Lanka Office
Ibu Rotjana Rhraesrithong Duang Prateep Foundation,
Thailand
Bapak Devi Riansyah Sekretariat Biro Sosial
Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia
Ibu Sabrina Biro Pemberdayaan
Perempuan, Sumatera
Utara, Indonesia
Bapak Ahmad Sofian Pusat Kajian dan
Perlindungan Anak,
Indonesia
Bapak TabraniYunis Center for Community
Development and
Education, Banda Aceh,
Indonesia
Sejumlah staf Sekretariat ECPAT Internasional di Bangkok yang
sudah turut memberikan kontribusi terhadap buku panduan ini
dan keseluruhan proses proyek ini, diantara mereka adalah para
kepalaSekretariatECPATInternasionalseperti:
Ibu Alessia Altamura Koordinator Program Aksi
Penghapusan Perdagangan
Anak Untuk Tujuan Seksual
Bapak Mark Capaldi Wakil Direktur Program
Ibu Kritsana Dechalert Staf Regional, Asia Tenggara
& Pasifik
Ibu Carmen Madrinan Direktur Eksekutif
Alexander Krueger dari Kantor UNICEF Thailand yang telah
bersediamengkajitekstersebutselamatahapdrafting.
Dilandaskan atas kemitraan yang telah lama terjalin antara
ECPAT Internasional dan Accor Group dalam memerangi
pariwisata seks anak dan dukungan dari Novotel Coralia Phuket
yang telah memungkinkan kami untuk menggunakan fasilitas-
fasilitas mereka selama melaksanakan konsultasi teknis di
Phuket. Rasa terima kasih kami haturkan atas bantuan yang
merekaberikan.
vi vii
6. Kata Pengantar
Memperkenalkan dan melindungi hak-hak anak dan remaja
menjadi sendi utama dari sistem internasional tentang hak azasi
manusia. Kebijakan luar negeri Itali telah lama dipengaruhi oleh
prinsip-prinsip yang termuat di dalam Konvensi PBB tentang
Hak-HakAnaktahun1989danProtokolOpsionalnyatahun2002.
Tujuan utama tindakan kami saat ini adalah untuk memberikan
sumbangan dalam memperbaiki tingkat perlindungan terhadap
hak-hak anak secara global. Kami percaya bahwa cara terbaik
yang dapat kami lakukan untuk mencapai tujuan tersebut
adalah melalui pengembangan sebuah pendekatan multi
dimensi.
Oleh karena itu, Kementerian Luar Negeri Italia, The Italian
Cooperation,bertindakproterhadappenegakanhak-hakanakpada
3tingkatan,yaitu:padatingkatinternasional,kamiikutberperan
secara aktif dalam memperkenalkan topik-topik yang
memperoleh konsensus yang sangat luas yang berkaitan dengan
perlindungan hak-hak anak dalam semua konteks internasional
dimana Italia turut ambil bagian: pada tingkat Eropa, kami
bekerjasama dengan Negara-Negara Anggota Uni Eropa yang
lain sehingga hak-hak anak dapat menjadi topik yang relevan
dalam berhubungan dengan negara-negara lain melalui dialog
politik dan kerjasama teknis; yang terakhir, pada tingkat
nasional, Italia berkomitmen untuk memenuhi tujuan-tujuan
yang telah teridentifikasi pada tingkat internasional dan Eropa
melalui promosi inisiatif-inisiatif kerjasama bilateral dan
multilateral.
Salah satu persoalan bagi Italian Cooperation adalah memerangi
perburuhan anak dalam bentuk-bentuknya yang terburuk
seperti yang didefinisikan dalam Konvensi ILO 182 dan
berhubungan dengan Rekomendasi 190 (Juni 1999) yang
mewajibkan semua Negara Peserta Pihak untuk meratifikasi
Konvensi tersebut serta melarang dan menghapuskan bentuk-
bentuk eksploitasi seperti itu melalui langkah-langkah segera
dan efektif yang harus diimplementasikan mengikuti berbagai
prosedur yang berlaku dalam situasi gawat darurat. UNICEF dan
ECPAT, khususnya, telah memberikan sumbangan yang sangat
penting dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman
tentang topik ini melalui Konferensi Internasional di Stokholm
(1996) danYokohama (2001) melawan salah satu bentuk-bentuk
eksploitasiterburuk,yaitueksploitasiseksualkomersialanak.
Perlindungan anak dalam situasi-situasi gawat darurat dan
bencana menjadi prioritas bagi Italian Cooperation dan buku
panduan ini menjadi sebuah alat yang praktis untuk
memberikan perlindungan yang lebih baik kepada anak-anak
dari kekerasan seksual dan eksploitasi seksual dalam konteks-
konteks yang sangat khusus ini. Buku panduan ini merupakan
panduan praktis yang akan sangat berguna bagi orang-orang
yangbekerjasecaralangsungdilapangan.
Pelajaran-pelajaran yang diperoleh dari bencana Tsunami yang
melanda Asia yang diberikan oleh para ahli yang terlibat secara
langsung dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan hadir
dalam konsultasi di Phuket yang diorganisir oleh ECPAT
Internasional dengan dukungan dari Kedutaan Italia dan Italian
Cooperation akan memberi pengetahuan yang lebih luas dan
strategi-strategi yang lebih efektif kepada institusi dan organisasi
lokal yang dibutuhkan untuk melindungi anak-anak dari
kekerasan seksual dan eksploitasi seksual saat terjadinya bencana
yang disebabkan oleh alam maupun bencana yang timbul akibat
ulahmanusiadandalamberbagaisituasigawatdarurat.
viii ix
7. 1
Kami sangat berterima kasih kepada ECPAT Internasional atas
kontribusi mereka yang sangat penting dalam mempromosikan
hak-hak anak dan atas perjuangan mereka yang terus-menerus
untuk menghapuskan eksploitasi seksual terhadap anak. Dalam
semua aktifitas kita untuk anak-anak dunia, maka kita jangan
pernah melupakan tujuan yang telah kita buat untuk diri kita
sendiri, yaitu menghapuskan segala bentuk kekerasan dan
perlakuan salah dimana anak-anak dan remaja adalah
korbannya.
Anak laki-laki dan anak perempuan hari ini akan menjadi laki-
laki dan perempuan dewasa pelaku utama dari masyarakat yang
akan datang. Sebuah dunia yang tidak mencintai dan
menghormati generasinya adalah sebuah dunia tanpa masa
depan. Berawal dari kebenaran yang sederhana ini, kita harus
bekerjasama untuk membangun sebuah dunia baru dimana
anak-anakdapatmerasaaman.
PaolaViero
AhliDirektoratJenderalUntuk
KerjasamaPembangunan
KementerianLuarNegeriItalia
Pendahuluan
Tentang Buku Panduan
Mengapa Buku Panduan Ini Ditulis
Sebagaimana yang tercermin dari judulnya, buku panduan ini berisi
informasi tentang bagaimana
melindungi anak-anak dari
kekerasan dan eksploitasi seksual,
khususnya dalam situasi-situasi
bencana dan situasi gawat darurat.
Panduan ini tidak dimaksudkan
untuk menjadi sebuah laporan
akademis tetapi sebuah panduan
praktis yang kami harapkan akan
bermanfaat bagi orang-orang yang
bekerja secara langsung di lapangan.
Tu j u a n n y a a d a l a h u n t u k
memberikan informasi yang
mendasargunamembantuparapersonilyangbekerjadalamsituasi-situasi
gawat darurat dalam merespon dan melindungi anak-anak, seperti apa
yang dapat dilakukan sebelum terjadinya bencana (yang biasa disebut
denganusaha-usaha“mitigasi”),segerasetelahbencana(“respon”)dandalam
tahap rekonstruksi jangka panjang (kadang-kadang disebut dengan
“pemulihan”). Kami juga sudah memasukkan aksi-aksi yang
direkomendasikan dan pertimbangan-pertimbangan kunci yang harus
diingatsaatterjadiperistiwakekerasanataueksploitasiseksual.
Program ECPAT Internasional dalam memerangi eksploitasi seksual
komersial anak (ESKA) telah menyoroti kurangnya penyebaran
Semua pekerja kemanusiaan
harus mengambil tindakan
secepat mungkin dalam
situasi gawat darurat untuk
mencegah terjadinya
kekerasan seksual dan untuk
memberikan bantuan yang
layak bagi mereka yang
selamat/korban.
Interagency Standing Committee
(2005) Guidelines for Gender-based
Violence Intervention in Humanitarian
Settings, Geneva.
x
8. terhadap anak perempuan, tetapi penting untuk diingat bahwa anak laki-
lakijugadapatmenjadikorban.
Buku panduan ini ditulis secara khusus untuk memberikan pengetahuan
dan strategi-strategi yang dibutuhkan oleh organisasi grassroot untuk
melindungi anak-anak dari kekerasan seksual dan eksploitasi seksual
dalam peristiwa bencana alam dan bencana yang diakibatkan oleh
manusiadandalamsituasi-situasigawatdarurat.
Kami juga berharap bahwa buku panduan ini akan bermanfaat bagi
organisasi-organisasi yang lebih besar, badan-badan internasional, para
pembuat kebijakan, donor dan semua orang yang konsern terhadap
perlindungan anak dari kekerasan dan penyalahgunaan yang sangat
merusakini.
Buku panduan ini ditulis dalam dua proses tahapan. Tahap pertama
merupakan sebuah penelitian literatur penting tentang bahan dan
penelitian yang telah diterbitkan sebelumnya. Sedangkan tahap kedua
adalah sebuah Pertemuan Konsultasi Teknis yang diselenggarakan di
Phuket,Thailand pada bulan Nopember 2005. Pertemuan ini dihadiri oleh
para praktisi dari organisasi-organisasi anak di Sri Lanka, Indonesia dan
Thailand yang sudah terlibat langsung dalam bantuan kemanusiaan
bersama dengan para ahli internasional untuk mencerminkan
pengalaman dan pelajaran yang mereka dapatkan dalam kaitannya
dengan perlindungan anak dari program mereka dalam tsunami yang
menerjangAsia.
Isibukupanduaninididasarkanpadahasil-hasildarikeduatahapinidalam
kaitannya dengan keahlian teknis ECPAT Internasional tentang
eksploitasiseksualanak.
Untuk Siapakah Buku Panduan Ini
Bagaimana Buku Panduan Ini Ditulis
pengetahuan dan keterampilan yang praktis dan sistematis untuk
melindungi anak-anak dari kejahatan seksual dalam situasi-situasi sulit.
Selama terjadinya berbagai situasi konflik dan pasca terjadinya sejumlah
bencana alam (khususnya bencana tsunami yang melanda Asia pada
tahun 2004 dan gempa bumi di Pakistan pada tahun 2005), ECPAT telah
menerima banyak permintaan dari berbagai organisasi dan jaringan
anggota ECPAT Internasional yang meminta nasehat dan bimbingan
terkaitdenganisuini.
Walaupun sudah ada sejumlah dokumen panduan tentang respon
tanggap darurat dalam situasi gawat darurat, tetapi tidak satu pun dari
dokumen-dokumen tersebut yang secara khusus memfokuskan tentang
pencegahan kekerasan seksual terhadap anak-anak dalam situasi gawat
darurat. Tetapi jelas bahwa masalah ini merupakan sebuah keprihatinan
karena masalah tersebut sering disebutkan sebagai sebuah isu, walaupun
tindakan penghapusan jarang disarankan. Sumber daya yang tersedia saat
ini sangat terbatas dan cenderung hanya terfokus pada kebutuhan
organisasi-organisasi yang memiliki dana yang lebih besar dan lebih baik
daripada organisasi-organisasi lokal yang akan segera hadir pasca bencana
dan memiliki nilai lebih bagi masyarakat dan pengetahuan budaya. Kami
percaya bahwa organisasi-organisasi lokal memiliki dan memainkan
peranan yang sangat penting dalam melindungi anak-anak yang tidak
seharusnyaterabaikan.
Disamping itu, banyak panduan mengenai tanggap darurat dalam situasi
emergensi yang lebih cenderung memberikan sebuah iktisar kebijakan
daripada panduan untuk praktek dan walaupun kedua hal tersebut sama-
sama penting, tetapi ini berarti bahwa bahan-bahan seperti itu sepertinya
kurang bermanfaat bagi orang-orang yang bekerja dalam situasi-situasi
sulit. Hampir secara ekslusif, penelitian yang ada hanya terfokus pada
situasi perempuan dan anak perempuan sedangkan situasi tentang anak
laki-laki cenderung sering terabaikan. Walaupun kekerasan seksual
merupakan perwujudan khusus dari kerangka kekerasan berbasis jender
yanglebihluasdanolehkarenaitumemberikandampakyangsangatbesar
2 3
9. Format Buku Panduan
Selama berlangsungnya Pertemuan Konsultasi Teknis tersebut, para
peserta diminta untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi mereka
terkait dengan format buku panduan tersebut dengan
mempertimbangkan hal-hal apa saja yang paling bermanfaat bagi mereka
selama bencana tsunami. Mereka juga dimintai pendapat mereka tentang
bagaimana seharusnya kami menyusun buku panduan tersebut dan apa
kira-kiraisinya.
Kemudian mereka mencapai sebuah kesepakatan dengan suara bulat
bahwabukupanduantersebutharusbersifatpraktisdanmudahdipahami
dan ukurannya cukup kecil untuk bisa dibawa-bawa di lapangan dan
bukan berupa desktop atau buku referensi kantor. Bahasa yang
dipergunakan dalam buku panduan tersebut juga penting. Walaupun
disarankan untuk menterjemahkan buku panduan tersebut kedalam
berbagai bahasa tetapi para peserta berpendapat bahwa bahasa yang
dipergunakan harus sederhana. Karena dokumen tersebut ditulis dalam
bahasa Inggris maka para peserta tersebut menyadari bahwa bahan
tersebutharusbisadipahamijugaolehseseorangyangbahasapertamanya
bukanbahasaInggris.
Para peserta setuju dan merasa penting untuk memasukkan konsep-
konsep kunci, baik yang terkait dengan bencana maupun yang terkait
dengan eksploitasi seksual dan kekerasan seksual, bersama dengan
kerangka serta resiko dan faktor-faktor kerentanan. Disarankan untuk
memasukkan prinsip-prinsip panduan dan respon-respon yang
disarankan sebagai contoh untuk mengilustrasikan konsep-konsep
tersebut. Checklist dan bullet point atau ringkasan tentang poin-poin utama
dianggapsangatbergunadilapangan.
Isi Buku Panduan
Bagaimana Memasukkan Suara Anak-anak dan Remaja
Saat kami menulis buku panduan ini, kami sudah mencoba untuk
mempertimbangkan saran-saran dari peserta yang menghadiri
Pertemuan Konsultasi Teknis tersebut dan membuatnya sesederhana
mungkin tanpa harus mengabaikan isi atau artinya. Bagian pertama dari
buku panduan ini membahas tentang penentuan konteks dan penjelasan
tentang beberapa istilah kunci. Kemudian diikuti oleh sebuah eksplorasi
tentang isu-isu tersebut. Kami menyimpulkan poin-poin kunci di akhir
setiap bagian. Kemudian ada serangkaian lembaran aksi yang disarankan
yang memberikan gambaran tentang prinsip-prinsip panduan dengan
aksi-aksi penyelesaian penting serta respon yang disarankan. Akhirnya, di
bagianakhirbukupanduantersebutberisibagianreferensi.
ECPAT Internasional sangat perduli dengan partisipasi aktif anak-anak
dan remaja dalam proses yang konsern dengan mereka. Kami menyadari
bahwa pada saat yang bersamaan juga sedang dilakukan sejumlah
konsultasi dengan anak-anak dan remaja terkait dengan pengalaman
mereka dalam bencana tsunami yang melanda Asia untuk
mengembangkan buku panduan ini. Kami juga sudah mendengar
langsung dari anak-anak tersebut bahwa pada taraf tertentu mereka
merasa frustasi karena disuguhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang
sama berulang kali dan mereka merasa bahwa tidak ada sesuatu apapun
yang benar-benar berubah bagi mereka (ini tidak bermaksud untuk
mengatakan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang berubah, tetapi inilah
persepsidarisebagianremajatersebut).
Terkait dengan hal ini dan fakta bahwa Konsultasi Teknis tersebut secara
khusus difokuskan pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh
organisasi-organisasi anak yang terlibat dalam usaha bantuan, maka kami
memutuskan untuk tidak mengundang remaja tersebut untuk
menghadiri Konsultasi Teknis tersebut karena kami ingin menjamin
4 5
10. bahwa jika kami memang berkonsultasi dengan remaja kami ingin
konsultasi tersebut dilakukan dengan cara yang bermanfaat. Sebagai
pengganti kami menggunakan temuan-temuan dari penelitian-
penelitian dan konsultasi-konsultasi lain agar dapat memasukkan suara
anak-anak dan remaja ke dalam buku panduan ini. Hal ini juga telah
memungkinkan kami untuk mempertimbangkan pandangan-
pandangandaripararemajayangterjebakditengah-tengahsituasikonflik
yangtelahlamaterjadi.
Buku panduan ini secara bersama-sama menyajikan pelajaran dan
informasi terkait dengan kerentanan dan pengalaman anak-anak dalam
situasi gawat darurat yang dapat menyebabkan mereka menjadi korban
kekerasan seksual. Buku panduan ini adalah penyaringan dan laporan
sistematik pertama yang secara khusus terkait dengan kekerasan dan
eksploitasi seksual terhadap anak dalam situasi gawat darurat. Walaupun
kamisudahberusahauntukmenyusunbukupanduaninisekomprehensif
mungkin dalam menangani isu-isu dan pertimbangan-pertimbangan
kunci untuk menjamin manfaat dari buku panduan ini bagi organisasi-
organisasi anak yang bekerja di tingkat bawah, tetapi buku panduan
tersebut tidak harus menjadi panduan yang definitif. Akan ada banyak
pertimbangan-pertimbangan dan pengalaman-pengalaman lain yang
akan muncul dimasa yang akan datang saat kita terus memperkuat
pencegahandanresponterhadapjenis-jeniskekerasankhususini.
Kami mengundang orang untuk mempertimbangkan poin-poin yang
kami sajikan dan mengembangkan poin-poin mereka sendiri yang lebih
praktis serta aksi-aksi yang relevan secara budaya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan lokal. Kami ingin sekali mengetahui tentang
pengalaman-pengalaman anda dalam menggunakan buku panduan ini,
ide-idedansolusi-solusiandadalammelindungianak-anakdarikekerasan
dan eksploitasi seksual serta pemikiran-pemikiran anda tentang
bagaimanamenyempurnakanbukupanduanini.
Beberapa Keterbatasan
Catatan Tentang Definisi dan Terminologi
Agar memiliki pemahaman yang sama dan untuk menghindari
kebingungan maka kami sudah memasukkan sejumlah definisi dalam
teks tersebut. Jika memang memungkinkan, kami berusaha untuk
memilih definisi-definisi yang luas. Alasannya bukan karena kami ingin
terlalu menyederhanakan isu-isu tersebut tetapi karena kami tidak ingin
terlalu merumitkan buku panduan ini. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, salah satu persyaratan dari para peserta adalah bahwa
panduaniniharusmudahuntukdibacadanditerapkan–untukmencapai
hal itu kami sudah memberikan sebuah penjelasan tentang konsep-
konsep kunci sedangkan pada saat yang bersamaan kami mencoba untuk
membuat agar buku panduan ini tidak mirip dengan sebuah perjanjian
hukum atau makalah penelitian.Tanpa terkecuali, sebagian dari pembaca
mungkin berpikir bahwa dengan melakukan hal ini maka buku panduan
tersebut tidak sekomprehensif seperti yang mereka harapkan, tetapi
ketika menuliskan buku panduan ini kami tetap mengingat bahwa
tujuannya adalah untuk membuat sesuatu yang praktis untuk
dipergunakan,khususnyaditengah-tengahsituasigawatdarurat.
Istilah-istilah seperti “eksploitasi seksual” dan “kekerasan seksual” banyak
dipergunakandalambukupanduaniniyangsecarakolektifmengacupada
perkosaan, eksploitasi seksual komersial, kekerasan seksual, eksploitasi
seksual, kawin paksa dan pernikahan dini, penculikan dan perdagangan
untuk tujuan seksual. Sangat sulit untuk menguraikan bentuk-bentuk
kekerasan seksual yang berbeda-beda tersebut, khususnya karena bentuk-
bentuk kekerasan seksual tersebut tidak terjadi dalam pemisahan. Tetapi,
jika memang diharuskan untuk membedakan jenis-jenis kekerasan yang
berbeda-bedatersebut,makakamiakanmenjelaskannya.
Harus dicatat bahwa istilah “anak-anak” dan “remaja” dapat saling
menggantikan,terkecualijikadibuatcatatantersendiri.
6 7
11. yang telah dikenal oleh
anak tersebut, kadang-
kadang dilakukan oleh
salah seorang anggota
keluarganya. Ketika
seorang anak telah menjadi
korban kekerasan seksual
biasanya mereka akan
ditolak atau menerima
stigma dari masyarakat –
khususnya jika kekerasan
s e k s u a l t e r s e b u t
menyebabkan kehamilan
atau diketahui oleh
masyarakat umum – yang
dapat membuat mereka
lebihrentanlagiterhadapperlakuansalahlebihlanjutataumembuatmereka
lebihsulituntukbertahanhidup.
Anak tidak pernah memberi izin terhadap semua bentuk kekerasan seksual
dan eksploitasi seksual terhadap mereka.Tidak perduli apakah seorang anak
sepertinya “menerima” atau “secara suka rela” turut serta dalam aktifitas-
aktifitas seksual tersebut.Tidak ada seorang anak pun yang pernah memberi
izin untuk menjadi korban kekerasan. Mereka mungkin dibohongi, ditipu
atau dipaksa oleh situasi-situasi yang berada diluar kendali mereka seperti
kemiskinan atau akibat-akibat dari kondisi masyarakat (termasuk tekanan
teman sebaya) yang dapat memaksa anak secara tidak terlihat tetapi
bagaimana pun anak-anak tersebut tetap merupakan korban penderaan.
Anak-anak berhak atas perlindungan dan membutuhkan perlindungan dan
adalah tanggung jawab orang dewasa untuk menjamin agar anak-anak tidak
menjadikorbankekerasandaneksploitasi.
meliputipemaksaandanbujukankepadaseoranganak
untuk terlibat dalam aktifitas-aktifitas seksual terlepas dari apakah anak
tersebut sadar atau tidak dengan apa yang sedang terjadi. Kekerasan seksual
Kekerasan seksual
Pemahaman Yang Sama
8 9
1 Kami sudah menggunakan definisi-definisi gabungan yang telah disederhanakan. Untuk informasi lebih lanjut
dapat diperoleh dalam “Semantics or Substance? Towards a shared understanding of terminology referring to the
sexual abuse and exploitation of children” oleh the Subgroup against the Sexual Exploitation of Children, NGO
Group for the Convention on the Rights of the Child, 2005.
2 Konvensi PBB tentang Hak Anak, 1989
Eksploitasi Seksual & Kekerasan Seksual –Apa Artinya?
Eksploitasi Seksual dan
K e k e r a s a n S e k s u a l
1
merupakan istilah payung
yang mencakup berbagai
tingkah laku yang berbahaya
dan salah secara seksual.
Dalam buku panduan ini
k a m i s e c a r a k h u s u s
memfokuskan pada anak-
anak dan remaja seperti yang
d i d e f i n i s i k a n o l e h
Perserikatan Bangsa-Bangsa,
yaitu setiap orang yang
2
berusia dibawah 18 tahun .
Yang kami masukkan
kedalam ruang lingkup eksploitasi seksual dan kekerasan seksual adalah
semua bentuk penyalahgunaan seksual, kekerasan seksual, pornografi,
pelacuran, traffiking untuk tujuan seksual, pariwisata seks, kawin paksa dan
pernikahandinisertaperbudakan.
Penting untuk dicatat bahwa perwujudan kekerasan seksual dan eksploitasi
seksual yang berbeda-beda tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan
yang lainnya. Eksploitasi seksual komersial sering dilakukan oleh seseorang
Dokumen Kunci:
• ECPAT International (2001) Question &
Answer about the Commercial Sexual
Exploitation of Children, Bangkok
• Subgroup against the Sexual
Exploitation of Children, NGO Group
for the Convention on the Rights of the
Child (2005) Semantics or Substance?
Towards a Shared Understanding of
Terminology Referring to the Sexual
Abuse and Exploitation of Children,
ECPAT International, Bangkok
Definisi eksploitasi seksual menurut
anak-anak adalah:
“ketika laki-laki dewasa bercinta dengan
anak perempuan yang masih kecil untuk
mendapatkan uang. Laki-laki dewasa
tersebut dapat bercinta dengan anak
perempuan yang masih kecil.
Mereka bisa memanggil anak perempuan
tersebut ketika dia sedang berjalan
di sepanjang jalan, dan kemudian anak
perempuan tersebut pergi dan mereka
masuk ke dalam rumah dan mengunci
pintunya. Dan ketika laki-laki yang sudah
dewasa tersebut sudah menyelesaikan
urusannya, maka dia akan memberi
uang atau hadiah kepada anak
perempuan tersebut”.
12. 10 11
d i d e f i n i s i k a n s e b a g a i
serangkaian hubungan atau
interaksi antara seorang anak
dengan seseorang yang lebih
tua atau anak yang lebih
berpengetahuan atau orang
dewasa (orang asing, saudara
kandung atau orang yang
memiliki tanggung jawab
untuk memelihara anak
tersebut seperti orang tua
atau pengasuh) dimana anak
tersebut dipergunakan
sebagai objek pemuas bagi
kebutuhan seksual mereka.
“Kebutuhan seksual” yang
tidak terkendali dan tidak
dapat dikendalikan sering
digunakan sebagai alasan
untuk melakukan kekerasan
seksual.
Aktifitas-aktifitastersebutdapatberupakontakfisik,termasuksekspenetratif
(seperti perkosaan) atau perbuatan non penetratif dan bisa berupa aktifitas-
aktifitas non kontak seperti melibatkan anak-anak untuk melihat atau
melibatkan mereka dalam pembuatan bahan-bahan pornografi, menonton
aktifitas-aktifitas seksual atau menyuruh anak-anak untuk bertingkah-laku
yang tidak wajar secara seksual. Sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya, anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual mungkin
ditipu, dipaksa, diancam atau disuap agar mereka terlibat dalam kekerasan
tersebutdanmerahasiakannya.
dapat didefinisikan sebagai kekerasan
seksual terhadap anak untuk mendapatkan bayaran atau kebaikan. Bayaran
ini bisa berupa uang, kebaikan atau keuntungan-keuntungan lain seperti
Eksploitasi seksual komersial
makanan, perlindungan atau tempat tinggal. Ada tiga bentuk dasar
eksploitasiseksualkomersialterhadapanakyangsalingberkaitanantarayang
satu dengan yang lainnya, yaitu: pelacuran, pornografi dan perdagangan
untuktujuanseksual.
terjadi ketika seseorang mengambil keuntungan dari
sebuah transaksi komersial dimana seorang anak dipergunakan untuk
tujuan-tujuan seksual. Beberapa orang yang mendapat keuntungan dari
transaksi komersial tersebut adalah mucikari atau germo, perantara atau
agen, orang tua dan sektor-sektor bisnis terkait seperti hotel. Anak-anak
tersebut juga dilibatkan dalam pelacuran ketika mereka melakukan
hubungan seks dengan imbalan kebutuhan-kebutuhan dasar seperti
makanan, tempat tinggal atau keamanan atau bantuan untuk mendapatkan
nilai yang tinggi di sekolah atau uang saku ekstra untuk membeli barang-
barang konsumtif. Khusus dalam situasi gawat darurat, anak-anak
dilacurkan oleh orang-orang dewasa yang tidak bermoral demi
mendapatkan kebutuhan-kebutuhan dasar atau uang untuk membeli
kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut atau agar mereka dapat melewati
daerah perbatasan atau masuk ke dalam daerah-daerah yang aman atau
daerah-daerahterlarang.
berarti pertunjukan apapun atau dengan cara apa saja
yangmelibatkananakdidalamaktifitasseksualyangnyataataueksplisitatau
yang menampilkan bagian tubuh anak demi tujuan-tujuan seksual. Ciri-ciri
utama pornografi anak adalah bahwa pornografi anak dibuat untuk
mendapatkan kepuasan seksual.Yang termasuk pornografi anak adalah foto,
negatif film, slide, majalah, buku, gambar, rekaman, film, kaset video, disket
ataufilekomputerdanfoto-fotoyangdisimpandalamtelepongenggam.
adalah perekrutan, pemindahan, pengiriman atau penerimaan
anak-anak (dan orang dewasa) untuk tujuan eksploitasi. Buku panduan ini
secara khusus terfokus pada anak-anak yang diperdagangkan untuk tujuan
seksual, tetapi anak-anak yang diperdagangkan untuk tujuan apa pun pasti
sangat rentan terhadap kekerasan seksual dan eksploitasi. Anak kadang-
kadang diperdagangkan dengan izin mereka atau izin dari keluarga mereka
Pelacuran anak
Pornografi anak
Trafiking
Siapakah Yang Dimaksud
Dengan Anak?
Pasal 1 Konvensi PBB tentang Hak Anak
(1989) mendefinisikan anak sebagai:
..............setiap orang yang berusia
di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan
undang-undang yang berlaku bagi anak
ditentukan bahwa usia dewasa dicapai
lebih awal.
Sejak KHA PBB diperkenalkan, Konvensi
ILO No. 182 tentang Bentuk-Bentuk
Pekerjaan Terburuk bagi Anak sudah
berlaku. Definisi anak menurut Konvensi
ILO adalah setiap orang yang berusia di
bawah 18 tahun.
Pada umumnya komunitas hak anak
internasional menerima bahwa usia 18
tahun merupakan usia yang sesuai untuk
menentukan masa dewasa.
13. 12 13
danmerekakadang-kadangditipu,dipaksaataudiculik.Tetapi,samadengan
semua bentuk kekerasan seksual dan eksploitasi seksual, persoalan tentang
pemberianizindarianakmerupakansesuatuhalyangtidakrelevan.
(PSA) merupakan eksploitasi seksual komersial
anak yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan yang melakukan
perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, baik di negara lain maupun
di dalam wilayah yang berbeda di negaranya sendiri, dan di tempat tersebut
mereka melakukan hubungan seks dengan anak-anak. Para wisatawan seks
anak dapat secara khusus memiliki pilihan untuk menjadikan anak-anak
sebagai pasangan seks mereka atau mereka mungkin hanya sekedar
memanfaatkan sebuah situasi dimana seorang anak memang tersedia untuk
mereka untuk melakukan eksploitasi seksual. Dalam situasi gawat darurat
atau bencana, eksploitasi seksual terhadap anak-anak dapat terjadi karena
masuknyaberbagaimacampengunjungyangsekali-sekaliatausecarateratur
mendatangi daerah tersebut untuk memberikan bantuan atau pertolongan
(salah satu contohnya adalah supir truk yang membawa atau mengirimkan
bahan-bahan yang sangat penting). Para pengunjung tersebut kemudian
memanfaatkan situasi tersebut untuk mendapatkan akses terhadap anak-
anak yang kurang mendapat pengawasan dan anak-anak yang lebih rentan
terhadap kekerasan seksual. Dalam tahap rekonstruksi, tanpa adanya pilihan
matapencaharianalternatifyangmenjanjikan,remajadapatmenjadikorban
para wisatawan seks yang mengunjungi daerah tersebut untuk tujuan
seksual dan rekreasi ketika situasinya sudah stabil atau menjadi korban para
pengunjung sementara lain seperti orang-orang yang bekerja untuk
pembangunan(konstruksi).Sangatsulituntukmemisah-misahkanberbagai
bentuk kekerasan seksual yang berbeda-beda, khususnya karena bentuk-
bentuk kekerasan seksual tersebut tidak terjadi secara terpisah dan karena
mereka saling terkait. Tidak semua anak-anak yang diperdagangkan
dieksploitasi secara seksual dan begitu juga tidak semua anak-anak yang
mengalami kekerasan seksual (seperti perkosaan) dieksploitasi secara
komersial dan seksual. Tetapi, setiap anak yang telah mengalami bentuk
kekerasan apa pun pasti akan lebih rentan terhadap kekerasan berikutnya,
baik kekerasan yang memiliki sifat yang sama ataupun sifat yang berbeda
dengankekerasansebelumnya.
Pariwisata Seks Anak
WHERE:
Gambar 1: Kekerasan Seksual & Eksploitasi Seksual (Catatan: Ukuran sektor tidak
menunjukkan rasio atau besaran dari fenomena tersebut, tetapi hanya dimaksudkan untuk
menunjukkanhubunganantaraberbagaisektortersebut)
C B A
D
A = Populasi anak-anak
yang mengalami
semua bentuk
kekerasan
B = Anak-anak yang
mengalami
kekerasan seksual
C = Anak-anak yang
dieksploitasi secara
seksual komersial
D = Anak-anak yang
diperdagangkan
Baik anak perempuan maupun anak laki-laki dapat menjadi korban
kekerasan seksual dan eksploitasi seksual walaupun sifat resiko dan jenis
kekerasannya berbeda. Bagi anak perempuan, kekerasan seksual merupakan
sebuah bentuk kekerasan berbasis jender dan sering terkait erat dengan posisi
lemah mereka dalam masyarakat. Sedangkan bagi anak laki-laki, kekerasan
seksual dipergunakan secara khusus sebagai metode intimidasi, khususnya
dalam situasi konflik. Disamping itu, norma-norma budaya dan masyarakat,
khususnya terkait dengan isu-isu kejantanan dan seksualitas, juga turut
memberikan kontribusi terhadap sulitnya bagi anak laki-laki untuk
mengungkapkan tentang pengalaman-pengalaman mereka dan bagi orang-
orang dewasa untuk menyadari bahwa anak laki-laki juga membutuhkan
perlindungan.
14. 14 15
Menjelaskan & Memahami Bencana & Situasi Gawat Darurat
Dalam buku panduan ini, kami menggunakan istilah bencana dan situasi
gawat darurat yang bisa saling menggantikan. Ada berbagai cara untuk
mempertimbangkan bencana dan situasi gawat darurat. Penting bagi kita
untukdapatmembedakanberbagaimacambentukbencanakarenabencana-
bencana tersebut dapat meningkatkan kerentanan anak-anak terhadap
kekerasan dan eksploitasi seksual dengan cara yang berbeda-beda.
Memahami hal ini dapat membantu kita untuk membuat perencanaan
pencegahandanlayananperlindunganyangtepat.
Salah satu caranya adalah dengan membedakan antara faktor manusia dan
faktor alam:
FAKTOR ALAM
FAKTOR MANUSIA
• Atmosfer Misalnya: angin topan, kebakaran,
badai tropis, gelombang dingin dan
gelombang panas, hujan es disertai
dengan angin ribut.
• Air Misalnya: banjir, erosi, kekeringan.
• Geofisika Misalnya: tanah longsor, salju atau es
longsor, gempa bumi, letusan gunung
berapi, tsunami
• Perang/Konflik Sipil
• Kecelakaan Misalnya: ledakan, kebakaran,
tabrakan, bangunan runtuh karena
konstruksi yang tidak kuat.
• Kontaminasi Misalnya: nuklir, radio aktif, biologis.
• Subversi Misalnya: terorisme, perusakan.
• Epidemik Misalnya: flu burung, campak (cacar
air), HIV
Sedangkan cara lain yang dapat dipergunakan adalah dengan membedakan
bagaimanabencanatersebutberkembangdariwaktukewaktu,yaitu:
Bencana yang terjadi secara perlahan
bencana yang terjadi secara cepat
situasi gawat darurat
kompleks
(seperti kekeringan, kelaparan
atau ketegangan yang meningkat antara fraksi-fraksi politik yang beroposisi)
atau (seperti gempa bumi atau tanah
longsor).
Situasi yang sangat sulit untuk ditangani adalah
. Ini merupakan salah satu cara untuk menjelaskan situasi gawat
darurat yang timbul dari faktor-faktor ekonomi dan sosio-politik yang
kompleks dan saling berkaitan yang sering diperburuk oleh kejadian-
kejadian alam. Contohnya adalah konflik sipil yang berkepanjangan dimana
hidup menjadi lebih sulit karena kemiskinan endemik dan dampak
kekeringan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya kekerasan
dan eksploitasi seksual terhadap anak adalah tahap-tahapan dalam situasi
gawat darurat. Sesaat setelah terjadinya bencana anak-anak mungkin
dihadapkan pada resiko-resiko khusus seperti terpisah dari keluarga yang
dapat membuat mereka rentan terhadap perdagangan dan penculikan atau
kekerasan seksual. Selama tahap pemberian bantuan dan pemulihan, anak-
anak semakin rentan untuk mengalami perlakuan salah melalui pelacuran
sebagai cara untuk bertahan hidup. Dalam jangka yang lebih panjang, yaitu
pada tahap rekonstruksi, kekerasan yang mungkin terjadi pada anak-anak
adalah pariwisata seks anak, yaitu ketika para pengunjung kembali ke
wilayah tersebut dan mungkin tidak ada pilihan sumber pendapatan
alternatif yang dapat diandalkan terkecuali jika sudah dibuat perencanaan
untuk memberikan masa depan jangka panjang bagi anak-anak. Status
masyarakat yang menjadi korban juga akan sangat berpengaruh pada
kerentanan anak karena pengungsi dan para pengungsi (orang-orang yang
kehilangan tempat tinggal) sering menghadapi kesulitan yang lebih besar
dalam memilih mata pencaharian dan mendapatkan akses terhadap
kebutuhan-kebutuhan dasar. Kegagalan jangka panjang dalam merestorasi
mata pencaharian dan kurangnya kesempatan kerja memang menjadi salah
satu faktor utama yang turut memberikan kontribusi terhadap resiko
kekerasandaneksploitasiseksual.
15. 16 17
Tahap-tahapan dalam situasi gawat darurat, pemberian bantuan dan
pemulihan serta rekonstruksi mungkin lebih jelas dalam kasus emergensi
bencana alam. Tetapi, untuk jangka panjang dan situasi gawat darurat
kompleks seperti yang timbul karena konflik sipil, tahap-tahap tersebut
kemungkinan kurang jelas dan terjadi secara berulang-ulang karena krisis-
krisis berikutnya muncul atau terjadi secara terus-menerus dan dianggap
“normal”. Penting untuk diingat bahwa ketika kita bekerja di sebuah daerah
dimana di daerah tersebut terjadi perselisihan yang panjang maka orang-
orang yang terlibat dalam perselisihan tersebut mungkin akan berpikir
bahwasituasitersebutsudahbiasabagimereka.Tetapi,initidakberartibahwa
situasi tersebut telah mengurangi atau menghilangkan resiko-resiko
terhadapanak.
Disamping membedakan antara jenis bencana dan situasi gawat darurat serta
tahap-tahappemulihan,kitajugadapatmempertimbangkanbencanadalam
kaintannya dengan bagaimana orang merespon bencana tersebut. Beberapa
tahun belakangan ini telah ada keterlibatan internasional yang lebih besar
dalam manajemen bencana, khususnya keterlibatan pasukan militer.
Sejumlah organisasi dan lembaga manajemen bencana nasional dan
internasional telah berkembang sebagai reaksi terhadap kebutuhan
peningkatan kapasitas pekerja kemanusiaan untuk mempunyai
keterampilan yang dibutuhkan dan untuk membantu masyarakat
mempersiapkan diri sebelum datangnya bencana. Kadang-kadang ada
keterlibatansektorswasta,khususnyadalambidangrekonstruksi.
Disatusisi,meningkatnyaketertarikandanpeliputanberitaolehmediatelah
meningkatkankesadaranterhadapsituasigawatdaruratdiseluruhduniadan
membuat masyarakat luas dapat melihat dampak dari setiap krisis serta
menyoroti berbagai kesenjangan dalam tanggap darurat yang diberikan.
Tetapi, di sisi yang lain hal tersebut kadang-kadang menimbulkan frustasi
karenakurangnyadanadantindakanyangtepat.Kesadaranmasyarakatyang
lebih besar telah mengundang jumlah relawan yang terus meningkat,
khususnya dalam konteks bencana alam yang sering dianggap kurang
berbahaya jika dibandingkan dengan situasi-situasi konflik. Hal ini
memancing pada kerelawanan yang lebih besar. Walaupun bantuan relawan
sepertiitusangatmenguntungkandanmembukabanyakkesempatan,tetapi
jika tidak ada sebuah kerangka untuk mengkontrol dan memonitor
masuknya para relawan asing maka hal ini dapat meningkatkan resiko dan
eksploitasi seksual terhadap anak-anak oleh orang dewasa yang masuk ke
dalam lingkungan tersebut dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan
untuk menjadi relawan seperti itu. Situasi seperti ini sering sulit dipercaya
3
olehorang-orangyangbekerjadidaerah-daerahbencana .
Sebagaimana yang telah diketahui, penting bagi kita untuk tidak hanya
terfokus pada pemenuhan kebutuhan fisik saja tetapi juga isu-isu lain seperti
perkembangan emosional dan psikologis. Berbagai keprihatinan seperti
pendidikan dan jender juga harus diperhatikan selama tahap pemberian
bantuan dan pemulihan. Penekanan keprihatinan yang berbeda-beda dapat
menimbulkan dampak yang merugikan anak-anak, terkecuali jika
perlindungandianggapsebagaitemasentral.
Definisi-definisi berikut ini telah dimasukkan ke dalam buku panduan ini
karena kemungkinan besar ketika terjadi situasi bencana atau situasi gawat
darurat maka organisasi-organisasi kemanusiaan dan pemberi bantuan lain
jugaakanturutterlibat.Sebagiandariorganisasi-organisasikemanusiaandan
pemberi bantuan ini kemungkinan telah memiliki pengalaman dalam
bekerja di lingkungan yang sulit seperti itu dan mereka mungkin
menggunakan istilah-istilah khusus untuk manajemen bencana. Kami
percayabahwadenganmemilikisebuahpemahamantentangbeberapaistilah
dan konsep utama, maka hal ini akan dapat membantu organisasi-organisasi
lokal dalam berkomunikasi dengan organisasi-organisasi spesialis ini dan
membantumerekadalammerencanakantanggapdaruratmerekasendiri.
Terminologi Manajemen Bencana
3 Kami sudah diberitahu secara langsung dan sudah banyak mendengar cerita-cerita anekdot dari orang-orang yang
berada dalam daerah-daerah yang dilanda bencana bahwa mereka merasa jika orang benar-benar meluangkan
waktu mereka secara suka rela maka mereka pasti orang yang baik hati dan mereka bukan menjadi sebuah
ancaman bagi anak-anak.
16. 18 19
Bahaya
Bencana
Resiko
Kerentanan
Bahaya adalah sebuah kejadian (biasanya dipergunakan dalam kaitannya
dengan kejadian-kejadian alam seperti gempa bumi, banjir, letusan gunung
merapi) yang dapat memicu sebuah bencana. Penting untuk diingat bahwa
bukan bahaya itu sendiri yang menjadi bencana tetapi dampak yang
ditimbulkannya terhadap masyarakat atau daerah. Misalnya, bukan
kekeringan yang menjadi bencana tetapi kelaparan yang diakibatkan oleh
kekeringantersebutlahyangmenjadibencana.
Bencana adalah sebuah kejadian baik yang disebabkan oleh faktor manusia
maupunfaktoralamyangmenyebabkanpenderitaansepertikematian,luka,
kehilangan tempat tinggal atau hancurnya ekonomi yang melumpuhkan
kemampuan masyarakat untuk mengatasinya. Ini merupakan dampak dari
sebuahsituasiberbahayaterhadapmasyarakat.
Resiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya bencana. Ini terkait dengan
kedahsyatan bencana tersebut – beberapa hal kemungkinan besar tidak akan
terjadi,tetapijikabenar-benarterjadimakaakanberartibencana.Memahami
dengan baik tentang hubungan ini akan dapat membantu kita untuk
merencanakan strategi-strategi dan intervensi-intervensi untuk mencegah
ataumengurangidampakresikotersebut.
Kerentanan adalah besarnya dampak buruk yang ditimbulkan oleh situasi
berbahaya. Hal ini berlaku bagi seorang manusia, kelompok atau struktur
sosial ekonomi atau sesuatu yang bersifat lebih fisik seperti kekuatan
bangunan, jembatan dan jalan dalam bertahan menghadapi situasi
berbahaya.
Kapasitas
Kesiap-siagaan
Pencegahan
Mitigasi
Tanggap darurat
Kapasitas adalah kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk
mengatasi sebuah ancaman atau untuk menahan dampak dari sebuah situasi
berbahaya.Iniseringterkaitdengansumberdayayangada.
Kesiap-siagaan adalah setiap tindakan yang dilakukan yang menjamin
kesiapan dan kemampuan masyarakat untuk memperkirakan dan
melakukan langkah-langkah pencegahan sebelum terjadi sebuah ancaman
dan untuk menanggapi dan mengatasi dampak dari sebuah bencana dengan
mengorganisirdanmengirimkanbantuanyangefektif.
Pencegahan adalah aktifitas-aktifitas yang dirancang untuk memberikan
perlindungan permanen dari bencana. Salah satu contoh pencegahan adalah
memindahkansebuahdesadaridaerahrawanbanjiratausebuahzonagempa
bumi.
Mitigasi adalah setiap tindakan yang dilakukan untuk meminimalisir
dampak sebuah bencana sebelum bencana tersebut terjadi. Ini bisa dalam
bentuk langkah-langkah fisik seperti penahan banjir atau metode-metode
membangun sebuah bangunan yang lebih kuat, pelatihan, legislasi dan
peningkatankesadaranmasyarakat.
Tanggap darurat adalah setiap tindakan yang dilakukan untuk
mengantisipasi selama terjadinya bencana atau pasca bencana untuk
menjamin bahwa dampak bencana tersebut berkurang dan orang yang
menjadikorbanmendapatkanbantuandandukungandengansegera.
17. Faktor & Konteks Yang
Mempengaruhi Dalam
Situasi Gawat Darurat
20 21
Pemulihan
Manajemen bencana
Pemulihan adalah proses yang terkoordinasi untuk memberikan dukungan
terhadap para korban dalam rekonstruksi infrastruktur fisik dan pemulihan
emosi,sosial,ekonomidankesejahteraanfisikparakorban.
Manajemen bencana adalah sebuah istilah yang berarti proses perencanaan
untuk menghadapi dan merespon bencana. Yang termasuk dalam
manajemen bencana adalah pengelolaan seluruh rangkaian kesatuan, mulai
dari pencegahan sampai mitigasi melalui kesiapan dan tanggap darurat
sampaidenganrekonstruksidanrehabilitasi.
Sejumlah faktor dan konteks
m e m p e n g a r u h i b e s a r ny a
k e mu n g k i n a n a n a k - a n a k
mengalami kekerasan seksual dan
eksploitasi seksual dalam situasi
gawatdarurat.
Semua anak-anak rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi seksual, tetapi
sebagian anak memang jauh lebih rentan dibandingkan dengan anak-anak
yanglain.Berikutiniadalahanak-anakyangsangatrentan:
– anak-
anak yang tinggal sendiri, anak-anak yang tinggal dengan keluarga
angkat atau anak-anak yang tinggal dalam institusi menghadapi bahaya
yangbesarkarenakurangnyadukungandanperlindunganorangtuadan
masyarakat.
– anak-anak ini pada umumnya
tidak memiliki kemampuan untuk menghindar dari kekerasan atau
untuk memahami apa yang akan terjadi kepada mereka dan
menceritakan kekerasan tersebut. Hal ini sering diperburuk oleh
kurangnya penghargaan masyarakat terhadap kehidupan anak-anak
Kerentanan Anak & Akibat
Yang Mereka Derita
· Anak-anak tanpa pengasuhan orang tua seperti anak yatim-piatu
dan anak-anak yang terpisah dengan orang tua mereka
· Anak-anak cacat fisik dan anak-anak cacat mental serta anak-
anak dengan “kebutuhan khusus”
Dokumen Kunci:
Inter-Agency Standing Committee
(2005) Guidelines for Gender
Based Violence Interventions in
Humanitarian Settings: Focusing
on Prevention of and Response to
Sexual Violence in Emergencies,
Geneva
18. 22 23
penyandang cacat dan oleh sebab itu bisa berdampak pada kurangnya
pengasuhan,perhatiandanperlindunganterhadapmereka.
– anak-anak seperti
ini sering mengalami dampak ekonomi yang merugikan karena
diskriminasi yang membuat mereka rentan terhadap eksploitasi atau
mungkin tidak mendapatkan perlindungan karena kerangka hukum
dan kebijakan yang lemah. Anak-anak dari beberapa komunitas tertentu
bisa menjadi sasaran dari eksploitasi seksual karena adanya keyakinan
yang merugikan tentang mereka. Misalnya, dalam sebagian masyarakat
konsevatif, beberapa desa dan komunitas tertentu dapat memiliki
reputasi buruk yang dikaitkan dengan pelacuran dan oleh karena itu ada
sebagian orang yang menganggap “lumrah” untuk menjadikan anak-
4
anakdarikelompok-kelompokinisebagaitargetatausasaranmereka .
Walaupun sebagian anak-anak menghadapi resiko yang lebih kecil karena
mereka tinggal bersama dengan orang tua mereka atau orang dewasa lain,
tetapi mungkin tingkat resiko yang mereka hadapi sebenarnya jauh lebih
tinggi dari yang kita banyangkan karena tekanan-tekanan yang diciptakan
oleh situasi gawat darurat. Sebagian anak sangat terabaikan atau kurang
mendapat perhatian untuk jangka waktu yang relatif lama karena para
pengasuh mereka mengalami trauma serius sebagai akibat dari situasi gawat
darurat sehingga mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan anak tersebut, atau karena para pengasuh mereka terpaksa harus
pergi jauh untuk bekerja atau mencoba untuk mencari nafkah. Tekanan
sosio-ekonomi dan tekanan terhadap keluarga yang terus meningkat,
kadang-kadang diperburuk dengan meningkatnya konflik keluarga dan
masyarakat, dapat menciptakan alasan-alasan meningkatnya tingkat
· Anak-anak dari kelompok yang termarjinalkan seperti anak-anak
dari etnis, suku dan komunitas agama minoritas
kekerasan secara umum. Ini berarti bahwa semua anak-anak yang berada
dalam sebuah situasi gawat darurat membutuhkan dukungan dan strategi-
strategiyangberbedauntukmenjaminperlindunganterhadapmereka.
Dampak buruk yang dialami oleh anak-anak yang diakibatkan oleh
kekerasan dan eksploitasi seksual sangat banyak dan berbeda-beda dan sulit
untuk disembuhkan serta memiliki dampak yang dramatis bagi anak
tersebut.Berbagaidampakburukyangdialamiolehanaktersebuttermasuk:
– luka fisik, kematian, kehamilan, aborsi yang tidak aman,
angka kematian ibu dan anak yang tinggi, penyakit dan infeksi menular
seksual(PMSdanIMS)daninfeksiHIV/AIDS.
– depresi, rasa malu karena menjadi korban
kekerasan, penyakit stress pasca trauma, hilangnya rasa percaya diri dan
hargadiri,melukaidirisendirisertapemikirandantindakanbunuhdiri.
– pengasingan dan penolakan oleh keluarga dan
masyarakat, stigma sosial serta dampak jangka panjang seperti hilangnya
kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, pelatihan keterampilan
dan lapangan pekerjaan dan kecilnya kesempatan untuk menikah,
penerimaansosialdanintegrasi.
Akibat-akibat dari dampak buruk ini dapat meningkatkan resiko dan
kerentanan anak terhadap terjadinya kekerasan seksual dan eksploitasi
seksual lebih lanjut terhadap anak.
· Dampak fisik
· Dampak emosional
· Dampak sosial
4 Naik A (2005) Child Protection Assessment in India, for Save the Children UK
19. Mengadopsi Program Respon Berbasis HAM
Prinsip-prinsip HAM telah menjadi
dasar dan kerangka buku panduan
ini. Yang menjadi dasar hak-hak
azasi manusia adalah Deklarasi
Universal Hak-hak Azasi Manusia
1948 yang sudah disuplemen oleh
berbagai traktat dan perjanjian.
Karena anak-anak juga manusia,
tentu saja sudah diakui bahwa
karena posisi rentan mereka di
dalam masyarakat maka mereka membutuhkan dukungan dan perlindungan
ekstra. Dasar pemikiran ini mengarah pada pengembangan Konvensi PBB
tentang Hak-Hak Anak (1989) yang secara khusus berisi tentang ketetapan-
ketetapan terkait dengan perlindungan dan pengasuhan anak dan partisipasi
mereka dalam pengambilan keputusan yang harus dipertimbangkan dalam
semua situasi, termasuk dalam situasi gawat darurat. Sebagai referensi, kami
sudah memasukkan sebuah ringkasan tentang ketetapan-ketetapan utama
yangtermuatdalamKHAtersebutdidalambukupanduanini.
Penerapan HAM dalam situasi sehari-hari dikenal dengan Pendekatan Berbasis
HAM dalam pelaksanaan program yang telah mendapatkan momentum
selama dasawarsa terakhir ini. Sebelumnya, konsep bantuan sangat didasarkan
pada ide “kebutuhan” dan secara khusus bantuan didistribusikan berdasarkan
apa yang dianggap penting oleh para organisasi atau badan pemberi bantuan
(walaupun kadang-kadang hal ini bisa dinegosiasikan dengan orang-orang
yang menerima bantuan tersebut). Walaupun dengan menggunakan cara
seperti ini orang-orang tersebut bisa
terbantu (dalam keadaan ideal), tetapi
yang menjadi permasalahan adalah
bahwa hal ini dapat memperkuat
persepsi ketidakberdayaan. Cara
berpikir seperti itu juga dapat
menimbulkan perasaan bahwa orang
yang telah dibantu tersebut harus
“berterima kasih” atas bantuan,
sumbangan dan niat baik dari orang
lain.
24 25
Dokumen Kunci:
Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa Tentang Hak-Hak Anak
(1989).
Deklarasi Universal
Hak Azasi Manusia (1948)
Terlepas dari situasi tersebut,
anak-anak memiliki hak
sebagaimana yang termuat dalam
Konvensi PBB tentang Hak-Hak
Anak (1989).
Hak-hak ini harus dihormati dan
ditegakkan sepanjang waktu.
Pendekatan Berbasis HAM membebankan tanggung jawab kepada pihak-pihak
yangberwenang(negaradanbadan-badanlain)untukmemenuhi,melindungi
dan menghormati hak-hak tersebut dan pentingnya untuk bertanggung jawab
atas tindakan-tindakan mereka. Pendekatan tersebut memungkinkan orang
untuk menuntut standar-standar minimum yang telah dijamin oleh hukum
internasional (walaupun masih harus menghormati hak-hak orang lain) dan
menyediakan forum kepada orang-orang tersebut untuk berpartisipasi secara
aktif dalam pengambilan keputusan-keputusan yang akan berpengaruh
terhadapkehidupanmereka.
Walaupun para pekerja kemanusiaan sadar akan program dan tanggap darurat
dalam konteks Pendekatan Berbasis HAM, tetapi dalam beberapa situasi
tertentu ada sebuah kecenderungan untuk kembali lagi pada pendekatan
berbasis kebutuhan. Hal ini sering diakibatkan atau dipicu oleh perkiraan
tentangprioritas-prioritasutamadanpermintaanyangtinggiterhadaptanggap
darurat yang cepat dengan sumber-sumber yang terbatas. Tetapi, walaupun
hambatan-hambatan praktis dapat mempersulit kita untuk menjamin bahwa
hak-hak tertentu dapat terpenuhi, khususnya dalam keadaan sulit, ini tidak
berarti bahwa kewajiban pihak-pihak yang berwenang untuk memenuhi hak-
haktertentutersebutharusdihapuskan.
Pengertian-pengertian utama tentang Pendekatan Berbasis
HAM untuk situasi gawat darurat adalah bahwa organisasi dan
lembagapemberibantuanharus:
• Menjamin kesetaraan, non diskriminasi dan pemasukan
• Mempertimbangkan ”kepentingan terbaik” anak
• Memenuhi hak terhadap kelangsungan hidup
• Memenuhi hak terhadap perlindungan
• Memenuhi hak terhadap perkembangan
• Memenuhi hak terhadap informasi dan untuk berekspresi
dan berasosiasi (sebagai cara untuk menjamin kelangsungan
hidup, perlindungan dan perkembangan)
• Bertanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka sendiri
dan membuat para pemangku tugas lain untuk
bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan mereka.
20. 26 27
Kerangka Hukum & Kebijakan
Perlindungan hukum internasional utama untuk anak-anak adalah
Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (1989). Konvensi ini, bersama dengan
Protokol Opsional tentang Pelacuran Anak, Pornografi Anak dan
Perdagangan Anak Untuk Tujuan Seksual serta protokol tentang tentara
5
anak , mengidentifikasi hak-hak anak, termasuk perlindungan, yang harus
diberikan secara universal kepada semua anak dan remaja dibawah usia 18
tahun.
Disamping itu, ada lagi beberapa instrumen hukum internasional yang
terkait langsung dengan hak-hak dan perlindungan terhadap populasi
khusus seperti pengungsi. Tanggung jawab untuk memonitoring dan
memberikan layanan-layanan seperti itu dibebankan kepada Kantor Komisi
TinggiPerserikatanBangsa-BangsauntukPengungsi(UNHCR).Perludicatat
bahwa pemberian perlindungan akan
lebih luas jika seseorang menjadi
pengungsi atau telah melewati batas-
batas internasional. Jika seseorang
berpindah dari satu daerah ke daerah
yang lain dalam negaranya sendiri
(yang dikenal dengan Internally
Displaced Persons atau IDPs) maka
mekanisme dan panduan ini
sepertinya kurang bisa diterapkan.
Tetapi, mandat UNHCR yang telah
dirubah menghendaki bahwa dalam
situasi-situasi konflik sipil, maka IDP tersebut berhak untuk mendapatkan
perlindungandariorganisasitersebut.
Statusberbagaitraktatakanberbedadarisatutempatketempatyanglaindan
akan tergantung pada apakah negara tersebut sudah menandatangani dan
meratifikasi traktat tersebut atau belum. Tetapi, walaupun belum ada
pengadopsian traktat tersebut di dalam hukum nasional, masih
Dokumen Kunci
Konvensi PBB tentang
Hak-Hak Anak (1989)
UNHCR (2001) Protecting
Refugees – A Field Guide for
NGOs, Geneva
memungkinkan bagi LSM lokal dan badan-badan lain untuk merespon
seolah-olah ketetapan-ketetapan ini telah dimasukkan ke dalam hukum
nasional dan oleh karena itu mereka dapat memberikan tingkat
perlindungan tertinggi yang dibutuhkan baik secara umum maupun selama
masasituasigawatdarurat.
Disamping konvensi-konvensi dan traktat internasional, perundang-
6 Informasi lebih lanjut tentang Sphere Project Standards dapat dilihat di: www.sphereproject.org
7 Salah satu contoh dari perjanjian regional adalah Pakta Afrika tentang Hak & Kesejahteraan Anak 1990, diperoleh
dari www.african-union.org
The “SPHERE” Project Standards
dikembangkan pada tahun 1997 dengan
memanfaatkan pengalaman kolektif dari
banyak orang dan organisasi. Hal itu
merupakan sebuah usaha untuk
merumuskan standar-standar minimum
dalam bidang bantuan kemanusiaan
selama bencana yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas bantuan tersebut
dan untuk meningkatkan tanggung jawab
organisasi-organisasi dan badan-badan
pemberi bantuan walaupun standar-
standar minimum tersebut cenderung
lebih terfokus pada aspek-aspek
organisasi dan materi daripada
mekanisme-mekanisme perlindungan.
Standar-standar minimum tersebut
didasarkan pada 5 wilayah program, yaitu:
1. Standar-standar minimum dalam
Penyediaan Air dan Sanitasi.
2. Standar-standar minimum dalam Gizi
3. Standar-standar minimum dalam
Bantuan Makanan
4. Standar-standar minimum dalam
Penyediaan Tempat Tinggal &
Perencanaan Lokasi
5. Standar-standar minimum dalam
Pelayanan Kesehatan
6
undangan dan kebijakan-
kebijakan nasional dan
r eg i on a l j u g a d a p a t
b e r f u n g s i u n t u k
7
melindungi anak-anak .
K a r e n a p e r u n d a n g -
undangan dan kebijakan-
kebijakan nasional dan
regional ini juga berbeda-
beda dari satu tempat ke
tempat yang lain maka
penting bagi LSM lokal dan
badan-badan lain untuk
memiliki pemahaman
tentang hukum nasional
karena hukum nasional
tersebut terkait dengan
anak-anak dan peduli akan
ketentuan-ketentuan
utama yang termuat dalam
instrumen-instrumen
internasional yang harus
dipatuhi oleh negara
tersebut. Semua ini dapat
dilakukan sebagai bagian
dari perkembangan yang
sedang berjalan dari sebuah
5 Protokol Opsional dari Konvensi Hak-Hak Anak (1989) 2002
21. 28 29
organisasi sebelum terjadinya situasi gawat darurat. Penting bagi sebuah
organisasi untuk membuat check list tentang ketentuan-ketentuan hukum
utama yang terkait dengan perlindungan anak dan syarat-syarat prosedur
pelaporan (seperti kerangka waktu) serta faktor-faktor penting lain sehingga
stafdapatmelakukanrujukandengancepat.
Walaupun ada sejumlah hukum, traktat dan konvensi yang memberikan
perlindungan bagi anak-anak dari kekerasan seksual dan eksploitasi seksual,
tetapi harus diingat bahwa dalam kekacauan dan gangguan yang biasanya
terjadi dalam situasi bencana dan situasi gawat darurat, maka struktur yang
akan memungkinkan kita untuk bisa menggunakan mekanisme-
mekanisme ini akan sulit untuk diakses atau bahkan tidak tersedia. Ini tidak
bermaksud untuk mengatakan bahwa sistem hukum tersebut akan benar-
benar hancur dalam sebuah situasi gawat darurat. Dalam sebuah bencana
alam seperti bencana tsunami yang melanda Asia, maka sistem hukum di
negara-negara yang diterjang bencana tsunami tersebut pada umumnya
dapat berfungsi atau berjalan seperti sebelumnya walaupun sistem ini
mungkin terlalu terbebani dan tidak responsif. Sistem hukum tersebut
sepertinya akan lebih lemah selama terjadinya situasi konflik yang serius dan
berkepanjangan.
Meskipun demikian, ada berbagai tantangan dan kesulitan praktis dalam
melakukan tindakan hukum. Pelanggaran terhadap hak-hak anak harus
dilaporkandanmendapatperhatiandaripihak-pihakyangberwenang,tetapi
dalamsituasi-situasidimanapihak-pihakyangberwenangterlalusibukmaka
akansulituntukmenjadikanhalinisebagaiprioritas.
ECPAT Internasional percaya bahwa setiap tindakan harus didasarkan pada
konsep-konsep teoritis dan jika memang memungkinkan harus didasarkan
pada pengalaman. Kemampuan untuk mengkonseptualisasikan sebuah isu
dengan menggunakan sebuah model atau kerangka akan membantu
organisasi atau badan pemberi bantuan dalam membuat kerangka ide dan
tanggapdaruratmerekasendiridandalammenghubungkanidedantanggap
darurat tersebut dengan yang dimiliki dan dilakukan oleh organisasi lain.
Sejumlah model atau kerangka seperti itu sudah dikembangkan dan
dirancang untuk menggambarkan hubungan antara berbagai faktor yang
terkait dengan perlindungan. Kami sengaja memasukkan model atau
Kerangka Perlindungan Yang Sudah Ada
kerangka tersebut ke dalam buku panduan ini karena kami berpikir bahwa
jika organisasi-organisasi lokal dan organisasi-organisasi massa tersebut
mengetahui tentang model atau kerangka tersebut maka hal itu akan sangat
bermanfaatbagimereka.
Walaupun tidak secara khusus
terkait dengan anak-anak, salah
satu model yang sederhana tetapi
sangat berguna adalah model yang
dikembangkan oleh Komite Palang
Merah Internasional (ICRC) pada
tahun 2001 yang dikenal dengan
nama “Model Telur” Perlindungan
8
Kemanusiaan . Dibawah ini adalah
m o d e l t e l u r y a n g t e l a h
disederhanakan. Model tersebut
menggambarkan hubungan antara
kekerasan secara umum dan aksi yang diperlukan untuk menangani
kekerasan tersebut saat kekerasan tersebut terjadi dan untuk mencegah
kekerasanyangterjadidalamjangkapanjang.
Gambar 2: “Model Telur” Perlindungan Kemanusiaan, diadaptasi dari ICRC
Dokumen Kunci:
ICRC (2004) Inter-agency
Guiding Principles on
Unaccompanied and Separated
Children, Geneva
UNICEF Eight Elements of a
Protective Environment www.
unicef.org/protection/index_
envioronment.html
Tindakan remedial
Tindakan responsif
Pola
kekerasan
Pembangunan Lingkungan
8 ICRC (2001) Strengthening Protection in War: A Search for Professional Standards, Geneva
22. 30 31
Prinsip-prinsip Panduan Antar Lembaga
• Tindakan responsif
• Tindakan remedial
• Pembangunan lingkungan
(Inter-agency Guiding
Principles on Unaccompanied and Separated Children ) menyarankan tiga tahap
pendekatanyangagakmiripdengan“ModelTelur”.
– bertujuan untuk mencegah, menghentikan,
dan/ataumenghapuskandampaklangsungdaripolakekerasankhusus.
– bertujuan untuk mengembalikan/memulihkan
kondisi kehidupan yang bermartabat melalui rehabilitasi, pemulihan
danpemulangan.
– bertujuan untuk menciptakan dan/atau
mengkonsolidasikan atau menggabungkan sebuah lingkungan (politik,
institusi, hukum, sosial, budaya dan ekonomi) yang kondusif yang
benar-benarmenghormatihak-hakindividu.
Walaupun Inter-agency Guiding Principles tersebut dikembangkan secara khusus
dalam kaitannya dengan penanganan anak-anak yang terpisah, tetapi
prinsip-prinsipnya dapat diterapkan secara lebih luas bagi anak-anak dalam
situasigawatdaruratpadaumumnya.
Model lain yang dikembangkan oleh UNHCR menekankan pada hubungan
antara berbagai aktor yang terlibat dalam perlindungan dan bantuan bagi
10
anak-anak(khususnyaanak-anakpengungsi) :
9
Gambar 3: Pendekatan UNHCR untuk Melindungi dan Membantu Anak-Anak Pengungsi
(disesuaikan)
11 UNICEF Protective Environment – bagian interaktif dapat dilihat di: www.unicef.org/protection/index_children.html
Sebaliknya, United Nations Children's Fund (UNICEF) telah
mengembangkan sebuah model yang melihat pada delapan komponen yang
saling berkaitan yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan dan
menjagasebuah“lingkunganyangprotektif”untukanak-anak .
Elemen-elementersebutadalah:
·Sikap,tradisi,adat-istiadat,tingkahlakudanpraktek
·Komitmen pemerintah untuk memenuhi hak terhadap
perlindungan
·Diskusiterbukadanketerlibatandalamisu-isuperlindungananak
·Perundang-undangandanpenegakanhukum
11
UNHCR
& badan-badan
& organisasi-
organisasi lain
Masyarakat Keluarga
Anak-anak
9 ICRC (2004) Inter-agency Guiding Principles on Unaccompanied and Separated Children, Geneva
10 UNHCR (1994) Refugee Children: Guidelines on Protection & Care, Geneva
23. 32 33
·Peningkatankapasitas
·Keterampilan,pengetahuandanpartisipasianak
·Mekanisme-mekanismemonitoringdanpelaporan
·Layanan-layananuntukpemulihandanreintegrasibagimerekayang
mengalamikekerasan.
Walaupun semua model ini bermanfaat, tetapi salah satu kekurangan dari
model-model ini adalah bahwa tak satupun dari model-model tersebut yang
secara khusus terfokus pada isu perlindungan anak dari kekerasan seksual
dalam situasi gawat darurat. Walaupun buku panduan ini secara khusus
memperhatikan perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual,
tetapi harus ditekankan bahwa penting untuk melindungi anak-anak dari
semuabentukkekerasandaneksploitasi.
Seharusnya dan diharapkan bahwa dalam sebuah situasi gawat darurat atau
situasi bencana, para korban akan mendapatkan bantuan dan bahan bantuan
yangsangatdibutuhkan.Tetapihalinibisamenjadipedangbermataduaatau
buahsimalakamabagimasyarakatyangmenjadikorbanbencanatersebut.
Kemiskinan dan ketergantungan masyarakat yang menjadi korban bencana
mengakibatkan terjadinya hubungan kekuatan yang tidak seimbang antara
pekerja lembaga kemanusiaan dengan para korban bencana sehingga
meningkatkan resiko timbulnya kekerasan. Hal ini diperburuk oleh
kurangnya kontrol manajerial yang memadai, peraturan yang layak,
kurangnya monitoring dan pengawasan terhadap staf serta tidak adanya
mekanisme-mekanisme pelaporan yang efektif yang menyebabkan tumbuh
suburnyaeksploitasidalamsituasi-situasisepertiitu.
Sayangnya, kekerasan yang dilakukan oleh pasukan penjaga perdamaian
internasional dan para pekerja kemanusiaan yang ditugaskan untuk
membantu para korban dalam situasi gawat darurat telah menjadi sebuah
gambaran umum tentang sebuah krisis. Operasi/misi pasukan penjaga
Peranan Pekerja Kemanusiaan & Pasukan Penjaga Perdamaian
perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo menyatakan bahwa
12
masalahtersebutsangatseriusdansudahtersebar .
Para personil internasional dituduh telah menukar makanan dan sedikit
13
uangdengananak-anakperempuanusia13tahun .
Kami percaya bahwa kode etik universal untuk para pekerja kemanusiaan
dan para personil penjaga perdamaian harus diadopsi guna dijadikan sebagai
dasar untuk melakukan pemutusan kontrak dengan segera jika mereka
melakukan eksploitasi dan kekerasan seksual terhadap para korban bencana
dan untuk melarang aktifitas seksual dengan anak-anak usia dibawah 18
tahun tanpa memandang usia dewasa lokal. Contoh-contoh tentang hal ini
sudahkamimasukkandalamLampiran.
Jikakodeetiktersebutsudahmulaidiberlakukanmakadibutuhkanpelatihan
12 Laporan Sekretaris Jenderal PBB tentang Anak-Anak dan Konflik Bersenjata, 2004,
http://www.redbarnet.dk/Default.asp?ID=4468
13 Save the Children Policy Brief,
http://scholar.google.com/scholar?q=tsunami+sexual&hl=en&Ir=&start=20&sa=N
dan dukungan terhadap kode etik
tersebut untuk para personil
kemanusiaan dan peningkatan
penyadaran kepada masyarakat yang
terkena dampak bencana tersebut. Kode
etik tersebut harus didukung oleh
mekanisme pelaporan yang layak dan
terpercaya. Kode etik tentang tingkah
laku tersebut harus bisa diterapkan pada
semua tingkatan staf seperti staf
tetap/tidak tetap, staf yang dibayar/
relawan, staf internasional/nasional dan
staf mitra karena penyalahgunaan
kekuasaan bisa terjadi pada semua
tingkatan. Disamping itu, kode etik
tersebut jangan hanya menargetkan
pada tingkah laku yang merusak atau
“Sulit untuk lari dari jebakan
yang dibuat oleh para
pekerja (LSM) tersebut;
mereka menggunakan
makanan sebagai umpan
agar anda mau melakukan
hubungan seks dengan
mereka.”
Pengungsi anak yang dikutip dalam
UNHCR/SCUK (2002) Sexual
Violence & Exploitation: The
experience of Refugee Children in
Liberia, Guinea and Sierra Leone
salah tetapi juga kegagalan untuk bertindak. Secara khusus, staf dan menejer
24. 34 35
harus diberi beban tanggung jawab untuk mencegah kekerasan yang
mungkin terjadi. Dengan meningkatnya jumlah pekerja kemanusiaan
perempuan, monitoring terhadap distribusi bantuan yang layak oleh para
menejer senior dan rotasi staf secara reguler antar kamp dan lokasi proyek
semuanyaitudapatmembantuuntukmencegahterjadinyapolakekerasan.
Walaupun kita sangat tergiur
untuk menerima semua
tawaran bantuan, tetapi
dibutuhkan kewaspadaan
untuk menjamin bahwa orang
luar tidak memanfaatkan
situasi tersebut. Misalnya
dilaporkan bahwa pasca
terjadinya bencana tsunami
ada 20 pedopil asal Australia
yangberusahauntukdatangke
Indonesia dan Thailand dan
terdeteksi melalui daftar
14
pelakuseksanak .
Dalam prakteknya, organisasi-organisasi lokal memiliki pengaruh yang kecil
terhadap perekrutan dan tingkah laku para personil dari organisasi-
organisasi lain. Tetapi, mereka bisa turut bertanggung jawab untuk tetap
waspada dan menjamin bahwa mereka akan melaporkan setiap persoalan
yang muncul. Mereka juga dapat menjamin bahwa praktek-praktek
perekrutan dan pengawasan mereka sendiri juga efektif dalam memperkecil
kesempatan bagi orang-orang dewasa yang membahayakan untuk bekerja
dalamorganisasimerekadanbahwaparastafmengetahuitentangkebijakan-
kebijakan tentang perlindungan anak. Langkah-langkah yang layak untuk
dilakukan adalah memastikan bahwa ada sebuah kebijakan perlindungan
anak dalam organisasi tersebut dengan syarat-syarat pelaporan dan sistem-
sistem pencatatan yang jelas dan bahwa kebijakan ini dikomunikasikan serta
14 Seperti yang dilaporkan dalam The Australian Newspaper – www.theaustralian.news.com.au “Call to Cancel
Pedophile Passport”
“Ketika mama menyuruh saya untuk
mencuci piring di sungai, seorang
pekerja penjaga perdamaian
menyuruh saya untuk membuka baju
saya sehingga dia dapat mengambil
foto saya. Ketika saya meminta dia
untuk memberi uang kepada saya
dia mengatakan bahwa tidak ada
uang untuk anak-anak, cuma roti.”
Pengungsi anak seperti yang dikutip
dalam UNHCR/SCUK (2002) Sexual
Violence & Exploitation: The experience
of Refugee Children in Liberia,
Guinea and Sierra Leone
dipahami oleh semua orang dewasa. Referensi tentang semua staf dan
relawan harus dibuat dan jika referensi tersebut tidak ada maka mereka tidak
diperbolehkan untuk memiliki akses yang tidak terawasi terhadap anak-
anak.
Organisasi-organisasilokaljugaharus
mampu mengembangkan hubungan
kerja dengan para personil penjaga
perdamaian dan personil militer lain
yang mungkin memiliki pandangan
dan metode yang berbeda dalam
mencapaitujuan-tujuanmereka.
Ada hubungan langsung antara
kemiskinan dengan eksploitasi
seksual dalam situasi-situasi gawat
darurat.
Kemiskinan pasca konflik dan bencana alam bisa mendorong anak-anak dan
orang dewasa untuk nekad memilih pelacuran sebagai cara untuk bertahan
hidup. Kemiskinan serius yang dialami oleh para korban bencana,
kekurangan bahan makanan dan kebutuhan-kebutuhan dasar, fasilitas
pendidikan, layanan kesehatan, lowongan pekerjaan, lahan pertanian dan
berbagai cara untuk bertahan hidup dapat menimbulkan pemikiran bahwa
pelacuran dapat menjadi cara untuk menyesuaikan diri dan bertahan hidup
serta dipandang sebagai satu-satunya cara untuk dapat memenuhi
kebutuhan. Walaupun anak sepertinya memberi “izin” atas hal ini sebagai
cara untuk bertahan hidup, tetapi adalah tanggung jawab orang dewasa
untukmelindungianak-anak.Anak-anaktersebuthanyalahmenjadikorban
eksploitasidankekerasan.
Laporan dari Guinea dan Kongo menunjukkan bahwa para pengungsi
perempuan dan anak-anak telah dipaksa untuk melakukan hubungan seks
guna ditukar dengan makanan dan rumah bagi diri mereka sendiri dan
15
keluarga mereka . Eksploitasi seksual diketahui menjadi endemik di kamp-
Kemiskinan
Penting untuk diingat bahwa
orang-orang yang kelihatannya
tidak memiliki kontak dengan
anak-anak ternyata masih
memiliki akses yang besar
terhadap mereka. Disamping itu,
orang-orang dewasa yang tidak
bermoral atau jahat dapat
memanfaatkan hubungan
mereka dengan organisasi-
organisasi tersebut untuk
memberi mereka alasan agar
mereka bisa memiliki kontak
dengan anak-anak
25. 36 37
kamp pengungsi di Afrika Barat pada tahun 2002 dan yang melakukan
eksploitasi tersebut pada umumnya adalah para pria yang memiliki
kekuasaan, uang dan pengaruh seperti kepala kamp, pekerja tidak tetap,
guru, pasukan keamanan, pedagang, pekerja kemanusiaan dan penjaga
perdamaian yang diketahui melakukan hubungan seks dengan anak-anak
pengungsi berumur antara 13 – 18 tahun yang sangat membutuhkan bahan
bantuansepertiroti,sabun,obat-obatandanterpalatausedikituang.
Karena kemiskinan dan kemelaratan merupakan akar penyebab terjadinya
banyak eksploitasi seksual maka penting untuk menjamin bahwa persoalan
mata pencaharian harus mendapat perhatian yang serius. Pada tahap awal
penting untuk memastikan tersedianya bantuan yang cukup, monitoring
yang layak dan metode distribusi untuk menjamin bahwa bantuan tersebut
bisa sampai kepada orang-orang yang paling membutuhkan dengan
perhatian khusus diberikan kepada kelompok-kelompok rentan seperti
anak-anak yang terpisah. Perhatian untuk memulihkan mata pencaharian
dan mengembangkan alternatif-alternatif jangka panjang (misalnya kredit
mikro, lahan pertanian dan pelatihan keterampilan) juga menjadi kunci
untuk membantu keluarga dan anak-anak agar tidak terjatuh kedalam
lembahkemiskinanatautetapberadadalamjeratkemiskinan.
Jika terjadi pemindahan – yang mungkin melewati batas-batas internasional
– masyarakat dimana orang tersebut harus mengungsi atau pindah (yang
disebut dengan “masyarakat tuan rumah”) akan terpengaruh oleh
penempatan orang-orang yang melakukan migrasi dari daerah yang terkena
bencana dan sebaliknya mereka akan berpengaruh terhadap orang-orang
yang mengungsi atau tidak memiliki rumah tersebut. Oleh karena itu sangat
penting agar bantuan kemanusiaan diberikan dengan cara-cara yang
mempertimbangkan dampak-dampak terhadap hubungan dengan
Masyarakat Tuan Rumah
m a s y a r a k a t s e k i t a r d a n
masyarakat tuan rumah.
Kebencian dapat menimbulkan
kekerasandanpenyalahgunaan.
Anak-anak dari masyarakat tuan
rumah yang tidak terkena dampak
bencana tersebut dan anak-anak
yang tidak dianggap berasal dari
masyarakat yang terkena dampak
bencana juga harus dilindungi dari
eksploitasi seksual dan kekerasan
seksual. Misalnya, jika rute pengiriman bahan bantuan ke sebuah kamp atau
shelter harus melewati sebuah daerah dimana tingkat perampasan terhadap
bantuan kemanusiaan tinggi maka harus diambil tindakan untuk menjamin
bahwa anak-anak yang tinggal di sepanjang rute pengiriman tersebut tidak
dieksploitasi oleh orang-orang yang terlibat di dalam proses pengiriman
tersebut untuk ditukar dengan barang-barang yang sangat dibutuhkan atau
sangatdicari.
Kemungkinan anak-anak mengalami eksploitasi seksual atau mengalami
kekerasan seksual ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan
antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagian dari faktor-faktor tersebut
sudah ada sebelum terjadinya bencana sedangkan faktor-faktor yang lain
munculsebagaiakibatdarisituasigawatdarurattersebut.
Dalamsituasi-situasigawatdarurat,apayangcenderungterjadiadalahbahwa
ketidaksetaraan dan diskriminasi yang sudah ada sebelumnya dicerminkan
dan diperbesar oleh dampak bencana tersebut, terkecuali jika dilakukan
langkah-langkah pencegahan atau penanganan. Singkatnya, orang yang
lemah semakin lemah dan yang kuat semakin kuat. Ini berarti bahwa salah
satu wilayah aksi sebelum terjadinya situasi gawat darurat adalah untuk
memperkuat sumber daya dan kapasitas anggota masyarakat yang paling
rentan dan melakukan advokasi perubahan kebijakan pada tingkat lokal dan
nasionalgunamenghapuskandiskriminasidanhal-halyangmerugikan.
Sebuah Kerangka Untuk Memahami Kekerasan Seksual Terhadap
Anak Dalam Situasi Gawat Darurat
15 World Health Organization – “Violence and Disasters”
http://www.who.int/violence_injury_prevention/publications/violence/violence_disasters.pdf
“Kami menemui mereka untuk
melakukan seks gratis, mereka
tinggal di desa kami dan
mengambil semua yang
kami miliki. Jadi, kami mengambil
tubuh mereka.”
Ganeshpanchan Z, Domestic and gender-
based violence among refugees and
internally displaced women
www.humiliationstudies.org
26. Konteks & nilai-nilai
Sosial yang sudah ada
sebelumnya
Sifat bencana
Risiko-risiko
kekerasan seksual
dan eksploitasi
Pengaruh berbagai aktor
38 39
Anak-anak yang terkena dampak bencana kemungkinan tidak akan
mengalamieksploitasiseksualdankekerasanseksualjikamasyarakatdimana
merekaberasalsudahmemilikipenghargaanyangtinggitentangpentingnya
melindungi anak-anak dan benar-benar memprioritaskan pentingnya
perlindungananaktersebut.
Bencana sendiri, termasuk durasi dan sifatnya, juga mempengaruhi
keselamatan atau kerentanan anak-anak, begitu pula dengan keterlibatan
berbagai “aktor” yang terlibat dalam pemberian bantuan dan bantuan
rekonstruksi. Kita sudah melihat bagaimana orang-orang yang diharapkan
berada di sana untuk membantu ternyata dapat menjadi pelaku eksploitasi
dan kekerasan. Begitu pula dengan bagaimana cara bantuan tersebut
didistribusikan dan diorganisir dapat menghadapkan seorang anak pada
eksploitasidankekerasanseksual.
Beroperasi pada tingkat struktural yang luas, pengaruh-pengaruh ini dapat
salingmempengaruhidalamberbagaicarabaiksebagaisumberperlindungan
maupunsumberpenyebabmeningkatnyakerentanananak-anak:
Gambar 4: Pengaruh-Pengaruh Struktural
Dalam kerangka yang luas ini, ada sejumlah faktor lain yang lebih berkaitan
langsung dengan situasi untuk anak-anak secara individu atau kelompok
anakyangsekalilagidapatberfungsisebagaikekuatanpelindungatauresiko.
Walaupun anak-anak tanpa pengasuhan orang tua diketahui lebih rentan,
sebenarnya ada orang-orang dewasa lain yang bisa menjadi pendukung bagi
anak-anak tersebut seperti guru, tokoh masyarakat dan anggota masyarakat
yang bertindak sebagai sumber daya. Adanya sistem dukungan sosial, yaitu
orang-orang yang berada di sekitar anak untuk melindungi anak tersebut
secara informal dan bagaimana kemampuan mereka untuk melakukan
perlindungan ini dapat memiliki dampak yang luar biasa terhadap
keselamatanseoranganak.
Sedangkan faktor yang lain adalah mekanisme-mekanisme perlindungan
yang tersedia. Walaupun ada sebuah jaringan pendukung yang kuat, dalam
keadaan-keadaan yang menekan batin dan sulit, orang-orang dewasa
membutuhkan dukungan dari sistem-sistem yang lebih terstruktur untuk
membantu mereka dalam melindungi anak-anak, baik untuk pencegahan
maupun melakukan aksi ketika terjadi kekerasan. Ini bisa berbentuk komite
perlindungan yang lebih formal dan terorganisir di dalam kamp-kamp
pengungsi.
Akhirnya, anak itu sendiri dapat memberikan pengaruh pada perlindungan
dirinya dan anak-anak lain. Anak-anak yang telah diajari keterampilan
bagaimana membuat diri mereka sendiri lebih aman, anak-anak yang
memilikitingkatpercayadiridanhargadiriyanglebihtinggi,anak-anakyang
memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan-
keinginan mereka dan ditambah dengan keterampilan-keterampilan lain
untuk menangani sebuah masalah akan lebih tidak rentan terhadap
kekerasan. Semua keterampilan ini dapat diajarkan kepada anak-anak
sebelum terjadinya sebuah situasi gawat darurat dan kemudian dapat
diperkuatlagiselamausaha-usahabantuandanpemulihan.
27. 40 41
Gambar 5: Kekuatan protektif dan resiko
Pengaruh berbagai aktor
Konteks & nilai-nilai
sosial yang sudah ada
sebelumnya
Sifat bencana
Mekanisme
Perlindungan
Ketahanan & Strategi
Penanggulangan
Sistem Dukungan
Sosial
Risiko
Kekerasan
Seksual dan
Eksploitasi
Keenamfaktorinisecarabersama-samamemberikansebuahkerangkauntuk
memahami pengalaman-pengalaman dari seorang anak dan hubungan
antara berbagai pengaruh, khususnya dalam kaitannya dengan kekerasan
seksualdansituasigawatdarurat:
Gambar6: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Kekerasan Seksual Terhadap Anak-Anak
Dalam Situasi Gawat Darurat.
Mekanisme
Perlindungan
Ketahanan & Strategi
Penanggulangan
Sistem Dukungan
Sosial
Risiko
Kekerasan
Seksual dan
Eksploitasi
ELEMEN-ELEMEN PENTING: Faktor & Konteks Yang
Mempengaruhi Dalam Situasi Gawat Darurat
• Semua anak, baik anak laki-laki maupun anak
perempuan berusia dibawah 18 tahun, rentan terhadap
eksploitasi seksual dan kekerasan seksual baik selama
terjadinya sebuah bencana maupun pasca terjadinya
sebuah bencana.
• Sebagian anak-anak seperti anak-anak yang terpisah,
anak-anak cacat dan anak-anak dari kelompok
minoritas lebih rentan daripada anak-anak yang lain.
• Sifat, tahapan dan manajemen sebuah bencana atau
situasi gawat darurat, baik yang diakibatkan oleh
manusia atau alam dapat menghadapkan anak-anak
pada resiko kekerasan seksual dan eksploitasi.
• Berbagai perwujudan kekerasan seksual dan
eksploitasi seksual saling berkaitan antara yang satu
dengan yang lainnya dan kekerasan yang dialami oleh
anak-anak dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu.
• Pasukan penjaga perdamaian dan pekerja
kemanusiaan, termasuk para relawan dan orang-orang
lain yang membantu masyarakat yang menjadi korban
bencana tersebut juga bisa berbahaya bagi anak-anak.
• Peran kemiskinan, baik kemiskinan yang telah ada
sebelum bencana maupun kemiskinan yang timbul
akibat bencana, dapat memiliki dampak yang sangat
besar terhadap kerentanan anak.
• Kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang tidak secara
langsung terkena dampak bencana tetapi dekat
dengan masyarakat yang terkena dampak bencana
juga harus diperhatikan untuk menjamin bahwa anak-
anak tidak menjadi sasaran kekerasan yang
diakibatkan oleh kebencian.
28. Pentingnya & Nilai
Organisasi-Organisasi
LokalLANJUTAN ELEMEN-ELEMEN PENTING
•
anak yang tinggal di sepanjang rute pengiriman, juga
harus dilindungi dari eksploitasi seksual dan kekerasan
seksual.
• Walaupun hukum-hukum nasional dan internasional
dapat memberikan perlindungan, tetapi di tengah-
tengah terjadinya kekacauan dan pecahnya
masyarakat sipil, sulit untuk menjamin bahwa langkah-
langkah hukum dapat menjamin bahwa hak-hak anak
tidak akan dilanggar.
• Organisasi-organisasi lokal dan LSM harus memberi
perhatian untuk mempersiapkan anak-anak dalam
menghadapi situasi gawat darurat sebelum terjadinya
bencana untuk meningkatkan ketahanan mereka.
Anak-anak dari masyarakat tuan rumah, seperti anak-
42 43
Organisasi-organisasi lokal yang memiliki keterampilan dan pengetahuan
khusus memainkan peranan penting dalam melindungi anak-anak dalam
situasi gawat darurat dan bencana. Karena alasan ini maka kami percaya
bahwa organisasi-organisasi lokal tersebut, bersama-sama dengan
masyarakat yang menjadi korban bencana dan anak-anak sendiri, menjadi
bagianyangtakterpisahkandariusaha-usahabantuandanrekonstruksi.
sangat penting dalam melindungi anak-anak dari
kekerasanseksualkarenapengetahuanlokaltersebutmemberikan:
• Pemahaman tentang daerah-daerah ketegangan dan dinamika yang
telahadadiantaraberbagaianggotamasyarakatdansektor.
• Perkiraan terhadap berbagai keadaan yang belum muncul seperti
tantangan-tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dan resiko-resiko
khususbagianak-anak.
• Pengetahuan tentang lingkungan – seperti daerah-daerah dengan
bahaya, kerentanan dan resiko khusus. Misalnya sebuah organisasi lokal
mungkin memiliki pengetahuan bahwa sebuah wilayah tertentu secara
khusus cenderung untuk dipergunakan sebagai jalur trafiking atau
daerah-daerah tertentu dari sebuah kota dianggap sebagai daerah
“lokalisasi”. Penempatan kamp-kamp pengungsi di daerah-daerah
seperti itu atau mewajibkan anak-anak untuk transit di daerah-daerah
seperti ini dapat membuat anak lebih beresiko dan jika hal ini memang
tidakbisadihindarkanlagimakadibutuhkankeamananekstra.
• Pemahaman tentang norma-norma dan praktek-praktek budaya, dan
jika norma-norma dan praktek-praktek budaya tersebut
dipertimbangkan, akan dapat menjamin bahwa cara-cara yang
“Pengetahuan lokal”
29. 44 45
dipergunakan untuk merancang kamp-kamp pengungsi,
melaksanakan program bantuan dan melakukan rekonstruksi akan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan pengharapan-pengharapan
masyarakat dan tidak menempatkan anak-anak dalam sebuah posisi
yanglebihberesikoterhadapmereka.
Kenyataan bahwa organisasi-organisasi akar rumput merupakan organisasi-
organisasi lokal maka organisasi-organisasi inilah yang pertama sekali sering
bekerja setelah terjadinya sebuah bencana. Apa yang terjadi di hari-hari awal
bencanasangatpentingdalamkaitannyadenganbagaimanalayanan-layanan
tersebut diberikan di masa yang akan datang dan dampak dari keputusan-
keputusanini.
Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh organisasi-organisasi lokal adalah
bahwa mereka bisa mengalami kekurangan sumber-sumber yang
dibutuhkan. Pasca terjadinya sebuah bencana alam, misalnya dalam kasus
bencana tsunami yang melanda Asia, kantor dan staf mungkin hilang atau
organisasi tersebut mungkin benar-benar tidak akan pernah mampu untuk
membangun keahlian dan cadangan yang memadai. Dalam situasi bencana
yangterjadisecaracepat,stafmungkinmengalamitraumadantidakmampu
bekerja sebagaimana dalam keadaan normal. Tetapi kami yakin bahwa nilai
pengetahuan lokal yang dimiliki oleh organisasi-organisasi lokal
mengharuskan organisasi-organisasi kemanusiaan dan organisasi-organisasi
bantuan lain untuk memberikan dukungan kepada organisasi-organisasi
lokaltersebutagardapatberfungsiataubekerjasecaramaksimal. Organisasi-
organisasi lokal juga dapat mempersiapkan diri mereka sendiri dengan
terlebih dahulu mempertimbangkan strategi-strategi apa yang akan mereka
terapkan jika terjadi sebuah situasi gawat darurat. Ini bisa mencakup
pengidentifikasian sistem-sistem dukungan untuk staf atau bidang-bidang
yang menjadi tanggung jawab mereka, pemberian pelatihan dan menjamin
bahwa kebijakan-kebijakan perlindungan anak tersedia, dipahami dan
dilaksanakan.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh banyak organisasi lokal yang
terperangkap di tengah-tengah bencana adalah perasaan adanya tuntutan
yang luar biasa di luar kemampuan mereka. Wajar sekali jika usaha-usaha
pertolongan kemudian difokuskan pada pemberian bantuan emergensi
kepada masyarakat umum dan akibatnya kebutuhan-kebutuhan khusus
untuk anak-anak, khususnya dalam kaitannya dengan perlindungan anak,
terabaikan. Salah satu tantangan bagi organisasi-organisasi kesejahteraan
anak lokal adalah untuk selalu mengingat fokus utama mereka dan untuk
menyerahkantanggungjawaboperasi-operasibantuansecaraumumkepada
organisasi-organisasi yang lebih siap saat mereka tiba di wilayah bencana.
Mereka juga dapat tetap terlibat setelah melakukan konsultasi, tetapi ini
harus menjamin bahwa proses pemberian bantuan harus ditangani oleh
organisasi-organisasi yang sudah terbiasa memberikan bantuan dan bahwa
organisasi-organisasi kesejahteraan anak lokal tersebut dapat terus
melakukanapayangpalingmerekaketahui,yaitumelindungianak-anak.
Salahsatuhalyangmerugikandaripengetahuandanpengalamanlokalyang
tidak dapat dipungkiri adalah bahwa organisasi-organisasi lokal bisa
dipandang atau sebenarnya memang bias terhadap berbagai kelompok
masyarakatataupraktek-praktekmasyarakatyangmerugikan.Budayatidak
seharusnya dipergunakan untuk menyetujui dan memaafkan kekerasan
terhadap anak. Korupsi dan kekerasan tidak semata-mata dilekatkan pada
orang-orang dari luar organisasi dan oleh karena itu penting bagi organisasi-
organisasi lokal untuk memberikan perhatian khusus untuk mengatasi isu-
isuinibaiksebelummaupunselamaterjadinyasebuahbencana.
Isu untuk tetap bersikap netral bisa sangat penting jika terjadi konflik/perang
sipil. Ini bukan untuk mengatakan bahwa tidak penting untuk
menunjukkankeperdulianterhadapkekerasan-kekerasandanpelanggaran-
pelanggaran berat terhadap hak-hak azasi manusia, tetapi dengan tetap
terfokus pada anak-anak dan kebutuhan-kebutuhan mereka dapat
menghindarkan kita agar tidak bertentangan dan berkonflik dengan
kelompok-kelompok yang bertikai. Lokasi yang lebih sulit adalah tempat
dimana organisasi lokal tersebut jelas-jelas diidentikkan dengan masyarakat
tertentudandalamkasussepertiinimakaorganisasi-organisasidariluaryang
dipandang lebih netral harus memberi celah agar pengetahuan dan keahlian
lokal dapat dimasukkan kedalam usaha-usaha bantuan tersebut. Penting
untuk diingat bahwa banyak organisasi-organisasi kecil yang mentargetkan
inisiatif-inisiatif mereka pada daerah atau kelompok tertentu dalam
masyarakat dan mewakilkan kepentingan-kepentingan mereka. Keamanan
30. 46 47
bisa menjadi sebuah isu kunci bagi staf dan relawan organisasi-organisasi
lokal, khususnya jika mereka bekerja dalam situasi-situasi konflik sipil. Oleh
karena itu penting untuk menerapkan langkah-langkah keamanan yang
layakdanmengkajinyaselalusecarateraturdanberkala.Untukmemfasilitasi
hal ini kita mungkin harus mengembangkan sebuah rencana bersama
organisasi-organisasi lain, khususnya organisasi-organisasi yang memiliki
pengalaman dalam memberikan keamanan. Setidaknya kami ingin
menyarankan kepada para pekerja agar tidak bekerja sendirian, tetapi
setidaknya berpasangan, dan perencanaan untuk menjamin bahwa staf lain
atau pengawas mengetahui kemana mereka pergi dan apa yang mereka
lakukan di tempat tersebut. Jika dibutuhkan, harus ada sebuah sistem agar
orangdariorganisasitersebuttahukapanparapekerjatersebutselesaibekerja
dan pulang ke rumah. Setiap dan semua ancaman terhadap staf harus
ditangani secara serius dan harus dilakukan pengkajian terhadap langkah-
langkahkeamananterkaitdenganancamantersebut.
ELEMEN-ELEMEN PENTING: Pentingnya & Nilai Organisasi-
Organisasi Lokal
• Organisasi-organisasi lokal memiliki pengetahuan dan
keahlian khusus yang sangat bermanfaat untuk menjamin
bahwa usaha-usaha bantuan dilakukan dengan cara-cara
yang dapat memaksimalkan usaha-usaha perlindungan
terhadap anak.
• Kemampuan organisasi-organisasi lokal yang harus
dilibatkan secara penuh dalam melindungi anak-anak
dapat benar-benar terancam oleh kurangnya sumber daya
dan dampak bencana terhadap organisasi tersebut dan
oleh karena itu mereka mungkin membutuhkan dukungan
dari organisasi-organisasi atau badan-badan lain sehingga
mereka dapat bekerja secara maksimal.
LANJUTAN ELEMEN-ELEMEN PENTING
•
kan atau memaafkan kekerasan terhadap anak.
• Dibutuhkan langkah-langkah yang layak untuk
menjamin keselamatan dan keamanan para staf dan
relawan dan langkah-langkah ini harus dikaji secara
teratur dan berkala.
• Organisasi-organisasi kesejahteraan anak lokal harus
secepatnya menyerahkan tanggung jawab pemberian
bantuan kemanusiaan umum kepada organisasi-
organisasi kemanusiaan dan memfokuskan usaha-
usaha bantuan mereka pada perlindungan anak.
Jangan pernah menggunakan budaya untuk mengijin-
31. Selama terjadinya bencana, struktur
kehidupan anak-anak menjadi terbalik,
dan diantara berbagai resiko yang harus
dihadapi oleh anak-anak dan remaja
adalah kekerasan seksual dan eksploitasi
seksual. Sudah dimaklumi bahwa semua
jenis kekerasan akan meningkat selama
dan pasca terjadinya sebuah bencana dan
selalu diingat bahwa orang-orang dewasa
mengalami berbagai tekanan atau masalah
ekonomi sebagai akibat dari situasi gawat
16
darurat . Resiko-resiko lain yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan anak
(seperti hilangnya pendidikan dan
lowongan pekerjaan di masa yang akan
datang, terpisah dari keluarga, teman dan
masyarakat, asumsi dini tentang tanggung jawab orang dewasa, dan resiko-
resiko bentuk-bentuk eksploitasi lain seperti rekrutmen militer dan
kekerasan dalam pasar kerja) juga dapat mengakibatkan anak-anak lebih
rentan terhadap eksploitasi seksual. Karena berbagai alasan tersebut maka
penting untuk mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan anak secara
holistik.
Kekerasan seksual dapat terjadi selama terjadinya bencana dan pasca
terjadinya bencana dan menjadi potret kehidupan anak-anak dalam jangka
panjang. Diketahui bahwa kekerasan seksual tersebut akan meningkat pasca
Meminimalkan Risiko
Kekerasan Seksual
48 49
terjadinya bencana karena
disintegrasi masyarakat dan
sosial yang lebih luas di
dalam masyarakat yang
17
menjadi korban bencana .
N o r m a - n o r m a d a n
larangan-larangan sosial
yang biasanya menjadi
faktor penghambat dapat
melemah karena konflik,
k e m i s k i n a n d a n
p e m i nd a h a n . D a l a m
beberapa kasus, kekerasan
seksual dimanfaatkan sebagai senjata “perang” dan menjadi bagian
kampanye penghinaan. Geng-geng yang terorganisir juga bisa terlibat dalam
praktek-praktektrafikingdenganskalayangbesardanmodern.
Kekerasan seksual dan eksploitasi seksual tentu saja sangat erat kaitannya
dengan tentara anak karena kekerasan seksual tersebut sering terjadi dalam
konteks anak-anak yang direkrut secara paksa kedalam angkatan bersenjata.
Anak-anak perempuan secara khusus sering direkrut secara paksa dan
dimanfaatkan sebagai “budak seks” walaupun hal ini sering dianggap sebagai
sebuah cara untuk melindungi diri mereka sendiri dan keluarga mereka dari
kekerasan fisik dan seksual lebih lanjut dalam situasi-situasi konflik. Dalam
situasi-situasi seperti itu anak-anak dan remaja dapat mengalami pelecehan
seksual secara berulang-ulang baik yang dilakukan oleh seseorang yang
sangatberpengaruhmaupunteman-temannya.
Ketika berpikir tentang bagaimana kita dapat menghapuskan atau
meminimalisir berbagai resiko agar anak-anak tidak mengalami eksploitasi
dan kekerasan seksual, penting bagi kita untuk tidak hanya
mempertimbangkan tentang bagaimana sifat dari resiko tersebut tetapi juga
Dokumen Kunci:
Interagency Standing
Committee (2005)
Guidelines for Gender-
based Violence
Interventions in
Humanitarian Settings,
Geneva
ICRC (2004) Inter-agency
Guiding Principles on
Unaccompanied and
Separated Children,
Geneva
“Kekerasan seksual merupakan jenis
kekerasan berbasis jender yang paling
cepat dan berbahaya yang terjadi
dalam situasi-situasi gawat darurat akut”
Interagency Standing Committee (2005)
Guidelines for Gender-based Violence
Interventions in Humanitarian Settings,
Geneva
17 Ibid16 World Health Organization – “Violence and Disasters”
http://www.who.int/violence_injury_prevention/publications/violence/violence_disasters.pdf
32. kita harus memikirkan tentang bagaimana eksploitasi dan kekerasan seksual
tersebut terjadi dan jika hal tersebut memang terjadi apa dampaknya
terhadapkorban.
Dalam semua konteks situasi gawat darurat penting bagi kita untuk secara
khususmemikirkantentangkekerasan seksualdaneksploitasiseksualdalam
kaitannyadengan:
• Apayangdapatterjadi?
• Bagaimanahalituterjadi?
• halitubisaterjadi?
• halitubisaterjadi?
• Kapanhalitubisaterjadi?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu kita untuk
membuat kerangka langkah-langkah perlindungan yang layak. Idealnya,
langkah-langkah seperti itu seharusnya teridentifikasi sebelum terjadinya
sebuahsituasigawatdarurat,tetapikarenajenisdansifatbencanayangsangat
beragam maka banyak dari keadaan-keadaan tersebut yang tidak bisa
diketahui sebelum mereka terjadi. Organisasi yang bekerja dalam situasi
bencana harus mampu untuk mengantisipasi dan merespon resiko-resiko
tersebutsaatmerekamulaiteridentifikasi.
Jangan pernah memandang remeh
peranan yang dapat dimainkan oleh
strategi-strategi advokasi dan
kampanye dalam mempengaruhi
kebijakan pemerintah dan
m e n i n g k a t k a n k e s a d a r a n
masyarakat dan pengaruhnya dalam
melindungi anak-anak. Agar
berdampak maksimal, usaha-usaha
seperti itu dapat dilakukan baik
sebelum maupun sesudah terjadinya
sebuah bencana. Misalnya, usaha-
Peranan Advokasi & Kampanye
50 51
usaha advokasi dalam meningkatkan kesadaran tentang trafiking pasca
bencana tsunami yang melanda Asia telah mengarahkan pemerintah untuk
mengambil langkah-langkah penting untuk melakukan penangguhan
terhadap adopsi dan pembatasan perjalanan anak-anak yang terpisah di
18
beberapanegarayangditerjangtsunami .
Media dapat memainkan peranan kunci dalam melaporkan kasus-kasus
kekerasan dan eksploitasi dan dalam meningkatkan kesadaran tentang
kondisi anak-anak. Kita harus mengingat pentingnya bekerjasama dengan
media dengan cara-cara yang etis dan tidak membahayakan kesejahteraan
dan privasi anak tersebut. Kami percaya bahwa tidak etis jika kita
menunjukkan foto anak-anak dan remaja yang telah menjadi korban
eksploitasi seksual. Alasannya adalah karena hal itu merupakan sebuah
pelanggaran terhadap privasi mereka dan juga karena kemungkinan stigma
yangterbentukdarigambar-gambarsepertiitu.
Walaupun upaya-upaya advokasi sangat terbantu oleh perhatian yang besar
dari media, tetapi kita masih mungkin untuk melakukan advokasi yang
efektif tanpa adanya perhatian media tersebut. Salah satu kampanye yang
sangat berhasil tentang kekerasan berbasis jender di Nikaragua pasca Topan
Mitch yang berjudul “Kekerasan terhadap perempuan adalah sebuah bencana
19
yangdapatdicegaholehlaki-laki”secarakhusussangatefektif .
20
Kami percaya bahwa merupakan praktek yang baik jika organisasi-organisasi
kesejahteraan anak, dan tentu saja semua organisasi yang bekerja dengan
anak-anak memiliki kebijakan tentang perlindungan anak internal,
walaupundenganberbagaiketerbatasannya.
Kebijakan seperti itu tidak harus rumit dan berkepanjangan. Kebijakan
tersebutseharusnyamemformalkanpraktek-praktekyangsudahadasaatini
Menciptakan Organisasi-Organisasi yang Aman bagi Anak
Anak-anak dan remaja harus
didukung agar mereka dapat
mengungkapkan pandangan-
pandangan mereka dalam
kaitannya dengan keputusan-
keputusan yang akan mem-
pengaruhi kehidupan mereka
karena dalam sebuah situasi
gawat darurat mereka bisa
menjadi lebih lemah dan kurang
mampu untuk menuntut hak-hak
mereka karena kurangnya
kekuatan dan wewenang mereka
untuk melakukan perubahan.
18 Kami melakukan advokasi agar anak-anak tidak direlokasi terkecuali karena alasan-alasan keselamatan atau
layanan kesehatan yang mendesak.
19 R Jones (2005) Gender and natural disasters: why we should be focusing on a gender perspective of the tsunami
disaster, Association for Women's Rights in Development
http://www.awid.org/go.php?list=analysis&prefix=analysis&item=00226
20 Ada begitu banyak bahan-bahan yang sangat bagus yang dapat dipergunakan untuk membantu organisasi-
organisasi dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan perlindungan anak mereka sendiri maupun untuk melatih
staf secara layak. Contohnya adalah bahan-bahan yang diterbitkan oleh Child Hope UK dan Child Wise.
33. 52 53
sebagai reaksi terhadap situasi-situasi kekerasan yang dilaporkan atau yang
mendapat perhatian dari organisasi tersebut dan juga untuk menjamin
bahwa kemungkinan-kemungkinan kekerasan yang dilakukan oleh orang-
orangyangbekerjauntukorganisasitersebutdapatdiminimalisir.
Sebuah kebijakan perlindungan yang jelas dapat menjamin bahwa orang
tahu apa yang harus mereka lakukan dalam situasi-situasi kekerasan dan
menjamin bahwa ada konsistensi terhadap tanggapan yang diberikan dan
keputusan yang diambil. Kebijakan perlindungan tersebut seharusnya juga
menjamin bahwa terdapat cara yang sesuai dan layak untuk memonitor
peristiwa-peristiwa tersebut dan untuk menjamin bahwa tindakan yang
diperlukansudahdilakukan.
Kamimenyarankanorganisasi-organisasiiniuntuk:
• Merumuskan dan menulis kebijakan serta panduan perlindungan anak
merekasendiriuntukmemasukkan:
• Siapa yang harus diberitahu tentang masalah tersebut – baik di
dalamorganisasimaupundiluarorganisasitersebut
• Siapa yang harus mengambil keputusan tentang tindakan-
tindakanyangdibutuhkan
• Bagaimanainformasitersebutharusdirekamataudicatat
• Aksi-aksiapayangselanjutnyaharusdilakukan
• Langkah-langkah khusus apa yang harus dilakukan untuk
menjamin bahwa proses rekrutmen staf baik untuk staf yang digaji
maupun staf yang tidak digaji dilakukan dengan cara-cara yang
dapatmemperkecilkemungkinanpelakutindakkekerasanbekerja
pada organisasi tersebut (misalnya menjamin adanya surat
keterangan dan membatasi akses terhadap anak-anak yang tidak
terawasi)
• Menjamin bahwa kebijakan-kebijakan tersebut dikomunikasikan dan
dipahami oleh semua orang yang terkait dengan organisasi tersebut,
termasukparastaf,relawandananggotakomite.
• Memberikan pelatihan bagi orang-orang yang bekerja untuk organisasi
tersebut sehingga ada pemahaman yang sama tentang apa yang
dimaksuddengankekerasanterhadapanak.
Sebelum situasi gawat darurat
• Mengembangkanprosedur-prosedurrujukandenganlembaga-lembaga
dan organisasi-organisasi terkait yang konsern terhadap perlindungan
anakdalamkerangkahukumdankebijakannasional.
• Menciptakan sebuah lingkungan dimana perilaku yang menimbulkan
keprihatinan bisa teratasi, baik dari dalam maupun dari luar organisasi
tersebut.
(yaitu
sampai situasi tersebut stabil kembali)
• Menekankan komitmen terhadap kebijakan-kebijakan perlindungan
anak.
• Mengkaji prosedur-prosedur tersebut untuk mengetahui apakah
prosedur-prosedur tersebut harus dirubah sesuai dengan keadaan
(misalnya seorang anggota personil tersebut hilang) untuk menjamin
bahwaterdapatprosespelaporandanpengambilankeputusan.
• Memeriksa tawaran bantuan dan pertolongan secara hati-hati (dalam
kaitannya dengan staf dan relawan baru) dan jika tidak memungkinkan
untuk memeriksa latar belakang mereka maka jangan biarkan orang-
oranginibekerjasendiridengananak-anakdanlibatkanmasyarakatdan
anak-anak untuk memonitor tindakan-tindakan para pekerja ini
(termasuksebuahsistemuntukmelaporkanbalik)
• Membangun kembali jaringan dan mengembangkan hubungan kerja
baru serta protokol dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi
lainyangdatangketempattersebutuntukmemberikanbantuan.
Selama tahap situasi gawat darurat & tahap rekonstruksi