SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 11
I.    Pengertian, Tujuan, dan Manfaat P3B

Pengertian Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

      Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional
di bidang perpajakan antar kedua negara guna menghindari pemajakan ganda agar
tidak menghambat perekonomian kedua negara dengan prinsip saling menguntungkan
antar kedua negara dan dilaksanakan oleh penduduk antar kedua negara yang terlibat
dalam perjanjian tersebut.

       Dengan demikian, inti dari suatu P3B adalah pembagian hak pemajakan antar
negara. P3B tidak menimbulkan jenis pajak baru dan tidak mengatur tarif pajak. P3B
hanya akan mengatur pembagian hak pemajakan sehingga nantinya atas beberapa
jenis penghasilan, hak pemajakan suatu negara akan dibatasi oleh P3B.

Dasar Hukum P3B

     Di Indonesia, P3B diatur dalam Pasal 32A Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

      Sementara itu, proses pembentukan P3B seperti proses pendekatan,
perundingan, ratifikasi serta pemberlakuannya tunduk kepada Undang-undang Nomor
24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

Kedudukan P3B terhadap UU Domestik

      Kedudukan P3B berdasarkan ketentuan ini adalah lex specialist terhadap
Undang-undang domestik (aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan
hukum yang umum). Dengan demikian, jika ada ketentuan dalam undang-undang
domestik bertentangan dengan ketentuan dalam P3B maka yang dimenangkan adalah
ketentuan P3B.

Tujuan P3B adalah sebagai berikut:

   a.   Tidak terjadi pemajakan berganda yang memberatkan ikim dunia usaha;

   b.   Peningkatan investasi modal dari luar negeri ke dalam negeri;

   c.   Peningkatan sumber daya manusia;

   d.   Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak;
e.    Kedudukan yang setara dalam hal pemajakan antar kedua negara.

Azas utama yang dijadikan landasan untuk mengenakan pajak adalah:

  a.   Azas domisili atau azas kependudukan;
       asas Pengenaan pajak kepada SPDN atas seluruh penghasilan dan kepada
       SPLN atas penghasilan yang bersumber dari negara itu

  b.     Azas Sumber;
       asas pengenaan pajak terhadap penghasilan yang bersumber dari negara itu
       tanpa melihat status kewarganegaraan subjek pajak

  c.    Azas Nasionalitas atau azas kewarganegaraan.
       asas pengenaan pajak berdasar status warganegara



Metode hak pemajakan di berbagai negara, untuk menghindari pemajakan
berganda, antara lain:

  a.    Metode Pemajakan Unilateral

   Metode ini mengatur bahwa negara Republik Indonesia mempunyai kekuatan
hukum didalamnya yang mengatur masyarakat atau badan internasional dan
ditetapkan sepihak oleh negara Indonesia sendiri, dengan kata lain tidak ada yang bisa
mengatur negara kita lain karena hail itu merupakan kewibawaan dan kedaulatan
negara kita.

  b.    Metode Pemajakan Bilateral

   Metode ini dalam penghitungan pengenaan pajaknya harus mempertimbangkan
perjanjian kedua negara (Tax Treaty). Indonesia tidak dapat sesuka hati menerapkan
jumlah pajak terutang penduduk asing atau badan internasional dua negara yang telah
mengadakan perjanjian. Justru peraturan perpajakan Indonesia tidak berlaku bilamana
terdapat Tax Treaty.

  c.    Metode Pemajakan Multilateral

   Metode ini didasarkan pada konvensi internasional yang ketentuan atau ketetapan
atau keputusan yang dihasilkan untuk kepentingan banyak negara yang ditandatangani
oleh berbagai negara, misalnya Konvensi Wina.
Metode Penghindaran Pajak Berganda adalah:

  a. Pembebasan / Pengecualian;

       Metode pembebasan pada dasarnya adalah penghasilan yang diperoleh di luar
       negeri (source country) tidak lagi dikenai pajak di negara domisili (resident
       country), diantaranya :

          1) Pembebasan penuh
          2) Pembebasan dengan progresi

  b. Kredit Pajak;

       Dua jenis pengkreditan dalam metode ini, yaitu :


          1) Kredit pajak penuh (full credit)
             Seluruh pajak yang dibayar di source country dapat dikurangkan
             seluruhnya.
          2) Pengkreditan dengan pembatasan (ordinary credit)
             Pajak yang dibayarkan di source country yang dapat dikurangkan dari
             pajak di resident country dibatasi dengan tarif tertentu.

  c. Metode Lainnya.



Model Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

  a.    Model OECD (Organization for Economic Cooperation and Development);

  b.    Model UN (United Nation);

  c.    Model Indonesia (Gabungan antara model OECD dan UN).
II.   OECD Model dan UN Model

    Pada umumnya landasan yang dilakukan negara melalui perjanjian bilateral
perpajakan mengacu pada dua model perjanjian yaitu OECD Model dan UN Model.

    OECD merupakan singkatan dari Organisation for Economic Cooperation and
Development, adalah sebuah organisasi Internasional dengan tiga puluh negara yang
menerima prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar bebas. Sedangan UN
merupakan singkatan dari United Nation, adalah sebuah organisasi yang anggotanya
hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum
internasional, pengamanan internasional, lembaga ekonomi, dan perlindungan sosial.

     Perbedaan model tax treaty ini di latarbelakangi oleh fakta bahwa negara negara
OECD adalah negara negara yang maju, dimana arus barang, uang dan orang diantara
mereka setara. Negara negara ini menggunakan asas residensial atau domisili untuk
taxing right atau hak pemajakan. Hal ini tidak menjadi masalah dikarenakan kesetaraan
tadi, hingga saling internetting perpajakan di lingkungan negara negara OECD. Hal ini
kemudian menjadi tidak adil bila dilakukan tax treaty dengan negara negara
berkembang, karena bila menggunakan asas residensial, maka negara negara
berkembang tidak akan kebagian hasil pajak.

    Mengapa? karena umumnya negara maju memiliki investasi di negara berkembang,
sebaliknya negara berkembang memiliki sedikit investasi di negara negara maju. Maka
UN model adalah model tax treaty yang menjamin keadilan buat negara negara
berkembang.

   Perlu digarisbawahi, faktualnya kedua model tersebut hanya sebagai gambaran
umum, karena riilnya yang dipakai tergantung isi perjanjian yang disepakati oleh dua
buah negara yang melakukan perjanjian.

    Sebagai contoh pada OECD model pasal 5 ayat 3 tentang "Permanent
Establishment" disebutkan bahwa :

A building site or construction or installation project constitutes a permanent
establishment only it it last more than twelve month.
Sedangkan pada UN model pasal 5 ayat 3 tentang "Permanent Establishment"
disebutkan bahwa :

The term "permanent establishment" also encompasses :
A building site, a construction, assembly or installation project or supervisory activities in
connection therewith, but only if such site, project or activities last more than six month
within any twelve month period.

      Pada OECD proyek konstruksi dikategorikan BUT/Badan Usaha Tetap
 (Permanent Establishment) bisa dipajaki oleh negara tempat proyek dilakukan bila
waktu proyek lebih dari 12 bulan. Nah pada UN model waktu yang dijadikan landasan
cukup 6 (enam) bulan saja.

Pada dasarnya, BUT dikelompokkan ke dalam empat tipe :

   1. Tipe aset terdiri dari :
            Tempat kedudukan manajemen;
            Cabang perusahaan;
            Kantor perwakilan;
            Gedung kantor;
            Pabrik;
            Bengkel;
            Pertambangan dan penggalian sumber daya alam, wilayah kerja
            pengeboran untuk eksplorasi pertambangan;
            Perikanan/pertanian/kehutanan/perkebunan.

          Keberadaan BUT tipe aset dapat dilihat dari ada atau tidaknya fasilitas fisik
          seperti cabang, bengkel, kantor, dsb di negara sumber.

   2. Tipe aktivitas
          BUT tipe aktivitas ada dua:

              proyek bangunan, konstruksi, perakitan, instalasi, atau aktivitas supervisi
              untuk proyek tersebut selama 12 bulan. Ini yang ada di OECD model.
              Tetapi di UN model time test menjadi 6 bulan saja.
              kegiatan jasa termasuk konsultasi yang dilakukan perusahaan di negara
              lain selama 6 bulan dalam 12 bulan. Di OECD model jasa ini tidak diatur
              secara khusus tapi di UN model diatur yaitu di Pasal 5 ayat (3) huruf b.
              Negara-negara maju berpendirian bahwa jasa teknik dikenakan di negara
              domisili kecuali melalui agen tidak bebas. Tetapi negara-negara
              berkembang yang tergabung dalam UN tax experts group berpendapat
bahwa hal ini merugikan mereka sehingga kegiatan pemberian jasa
         ditetapkan sebagai BUT jika melewati time test. Berbeda dengan diatas,
         time test jasa tidak perlu terus-menerus. Bisa putus-putus yang penting
         dalam 12 bulan ada 6 bulan. Pemberian jasa ini bisa dilakukan oleh
         pegawai perusahaan atau orang lain yang dipekerjakan oleh perusahaan
         itu untuk tujuan tersebut.

3. Tipe agen
          Tidak semua agen merupakan BUT. Agen dibagi dua yaitu agen bebas
      dan agen tidak bebas. Nah, agen yang manjadi BUT adalah agen tidak
      bebas. Hal ini diatur di Pasal 5 ayat (5) OECD model. Bahwa orang atau
      badan dapat ditetapkan sebagai BUT jika melakukan aktivitas melalui agen
      tidak bebas. Agen tidak bebas dapat berupa orang pribadi atau badan asal :

         Bergantung pada perusahaan yang diwakilinya. Artinya selalu mengikuti
         petunjuk dan intruksi perusahaan yang diwakilinya.
         Mempunyai kuasa / kewenangan untuk menandatangani kontrak-kontrak
         atas nama perusahaan tersebut. Kewenangan tersebut bersifat tetap atau
         berlangsung terus menerus. Salah satu faktor yang menentukan untuk
         mengetahui sifat tetap atau terus menerus adalah apakah kegiatan
         tersebut dari awal mulanya dimaksudkan untuk jangka panjang atau
         hanya sementara.
         Tidak mempunyai kuasa seperti diatas, tetapi ia mempunyai kebiasaan
         menyimpan persediaan barang-barang atau barang dagangan dan secara
         teratur menyerahkan barang-barang tersebut atas nama perusahaan yang
         diwakilinya.

4. Tipe asuransi

               Ada perbedaan antara OECD model dengan UN model berkaitan
         dengan BUT asuransi. OECD model menyarankan bahwa perusahaan
         asuransi dianggap memiliki Bentuk Usaha Tetap jika perusahaan asuransi
         tersebut memenuhi ketentuan ayat (1) atau ayat (5) yaitu melalui agen
         tidak bebas. Tetapi UN model menyarankan untuk mengatur sendiri
         tentang batasan Bentuk Usaha Tetap bagi usaha asuransi.

                UN model mengatur perusahaan asuransi khusus di Pasal 5 ayat
         (6). Ayat ini mengatur bahwa perusahaan asuransi, kecuali berkenaan
         dengan reasuransi, dapat dianggap mempunyai BUT apabila perusahaan
         asuransi tersebut mengumpulkan atau menerima premi atau menanggung
         resiko di negara sumber melalui orang / badan yang bukan agen
independent sebagaimana dimaksud ayat (7). Menurut negara-negara
             berkembang, agen asuransi biasanya tidak memiliki kuasa untuk menutup
             kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf a OECD
             model. Jadi, menurut UN model bagi agen perusahaan asuransi syarat
             Bentuk Usaha Tetap adalah agen di negara sumber yang bersangkutan
             mengumpulkan atau menerima premi dan menanggung resiko yang
             terletak di negara sumber tersebut.


Rule force of attraction

      Force of attraction adalah prinsip pemajakan dimana bila kantor pusat
menyediakan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen di negara tertentu
yang dia juga memiliki permanent establishment yang juga bergerak dibidang yang
sama, maka profit yang diperoleh oleh head office secara langsung bisa dipajaki
sebagai profit yang terkait dengan permanent establishment.

OECD model tidak mengandung aturan force of attraction. Sedangkan UN model ada di
article 7 sesuai dengan pajak penghasilan pasal 5.


Tabel Perbedaan OECD dan UN model

    ModelPerbedaan           OECD (Organization for    UN (United Nations Model)
                            Economic Cooperation and
                                 Development)

Pengertian                 Model Tax Treaty dari Model Tax Treaty dari
                           Organisation for Economic United Nation (PBB) yang
                           Co-Operation & Development didesain sebagai Model Tax
                           atau Organisasi Kerjasama Treaty     antara    Negara2
                           Ekonomi & Pembangunan Anggota UN (PBB) yaitu
                           yang didesain sebagai Model antara      Negara-negara
                           Tax Treaty antara Negara- Berkembang dan antara
                           negara Anggotanya (pada Negara             Berkembang
                           umumnya adalah Negara- dengan Negara Maju.
                           negara     Maju)    dengan
                           Negara-negara Lainnya

Penggunaan Tax Treaty      Maju                        Berkembang
Prinsip yang dianut          hak pemajakan ada pada terdapat sharing of taxation
                            negara   domisili (resident antara   negara   sumber
                            country)                    dengan negara domisili.

Perumusan             Model selaras dengan kebutuhan karakteristik      hubungan
Konvensi                    harmonisasi       hubungan ekonomi     negara   maju
                            perpajakan                 dengan negara berkembang
                            diantara negara OECD       diwarnai oleh ketimpangan
                                                       arus   penghasilan   antar
                                                       kedua
                                                       kelompok negara tsb

Sifat dalam penyelesaian diskriminatif      dalam tidak diskriminatif dan lebih
masalah perpajakan      menyelesaikan      masalah mengutamakan kepentingan
                        pajak internasional antara negara berkembang dalam
                        negara maju dengan negara masalah            perpajakan
                        berkembang.                internasional

Masa aktivitas proyek BUT 12 bulan                         6 bulan
(proyek         bangunan,
konstruksi,      perakitan,
instalasi, atau aktivitas
supervisi)

Tipe asuransi               perusahaan asuransi            mengatur bahwa
                            dianggap memiliki Bentuk       perusahaan asuransi,
                            Usaha Tetap jika perusahaan    kecuali berkenaan dengan
                            asuransi tersebut memenuhi     reasuransi, dapat dianggap
                            ketentuan ayat (1) atau ayat   mempunyai BUT apabila
                            (5) yaitu melalui agen tidak   perusahaan asuransi
                            bebas                          tersebut mengumpulkan
                                                           atau menerima premi atau
                                                           menanggung resiko di
                                                           negara sumber melalui
                                                           orang / badan yang bukan
                                                           agen independent

kegiatan jasa termasuk    jasa ini tidak diatur secara     diatur yaitu di Pasal 5 ayat
konsultasi yang dilakukan khusus                           (3) huruf b
perusahaan di negara lain
Permanent Establishment A building site or construction   A building site, a
pasal 5 ayat 3          or installation project           construction, assembly or
                        constitutes a permanent           installation project or
                        establishment only it it last     supervisory activities in
                        more than twelve month.           connection therewith, but
                                                          only if such site, project or
                                                          activities last more than six
                                                          month within any twelve
                                                          month period.




 III.   Struktur P3B

OECD Model                   UN Model                     INDONESIAN Model
SUMMARY OF THE               SUMMARY OF THE               SUMMARY OF THE
CONVENTION                   CONVENTION                   AGREEMENT
TITLE AND PREAMBLE           TITLE AND PREAMBLE           TITLE AND PREAMBLE

CHAPTER I                    CHAPTER I                    CHAPTER I
Scope of the Convention      Scope of the Convention      Scope of the Agreement
Art. 1 Persons Covered       Art. 1 Persons Covered       Art. 1 Persons Covered
Art. 2 Taxes Covered         Art. 2 Taxes Covered         Art. 2 Taxes Covered

CHAPTER II                   CHAPTER II                   CHAPTER II
Definitions                  Definitions                  Definitions
Art. 3 General Definitions   Art. 3 General Definitions   Art. 3 General Definitions
Art. 4 Resident              Art. 4 Resident              Art. 4 Resident
Art. 5 Permanent             Art. 5 Permanent             Art. 5 Permanent
Establishment                Establishment                Establishment

CHAPTER III                  CHAPTER III                  CHAPTER III
Taxation of income           Taxation of income           Taxation of income
Art. 6 Income from           Art. 6 Income from           Art. 6 Income from
immovable property           immovable property           immovable property
Art. 7 Business profits      Art. 7 Business profits      Art. 7 Business profits
Art. 8 Shipping, inland      Art. 8 Shipping, inland      Art. 8 Shipping and air
waterways tranport and air   waterways tranport and air   transport
transport                    transport ( alternative A )
                             Art. 8 Shipping, inland
                             waterwayss transport and
                             air transport ( alternative B
Art. 9 Associated            )                               Art. 9 Associated
enterprises                  Art. 9 Associated               enterprises
Art. 10 Dividends            enterprises                     Art. 10 Dividends
Art. 11 Interest             Art. 10 Dividends               Art. 11 Interest
Art. 12 Royalties            Art. 11 Interest                Art. 12 Royalties
Art. 13 Capital Gains        Art. 12 Royalties               Art. 13 Capital Gains
Art. 14 [ Deleted ]          Art. 13 Capital Gains           Art. 14 Independent
                             Art. 14 Independent             personal services
Art. 15 Income from          personal services               Art. 15 Dependent
employment                   Art. 15 Dependent               personal services
Art. 16 Director’s fees      personal services               Art. 16 Director’s fees
                             Art. 16 Director’s fees and
                             remuneration of top-level
Art.17 Artistes and          managerial officials            Art.17 Artistes and
sportsmen                    Art.17 Artistes and             athletes
                             sportspersons
Art. 18 Pensions             Art. 18 Pensions and            Art. 18 Pensions and
                             social security payments        annuities
                             (alternative A)
                             Art. 18 Pensions and
                             social security payments
                             (alternative B)
Art. 19 Government           Art. 19 Government
Service                      Service                         Art. 19 Government
Art. 20 Students             Art. 20 Students                Service
                                                             Art. 20 Teachers and
Art. 21 Other income         Art. 21 Other income            researchers
                                                             Art. 21 Students and
                                                             trainees
CHAPTER IV                   CHAPTER IV                      Art. 22 Other Income
Taxation of capital          Taxation of capital
Art. 22 Capital              Art. 22 Capital


CHAPTER V                    CHAPTER V
Methods for elimination of   Methods for elimination of
double taxation             double taxation
Art. 23A Exemption          Art. 23A Exemption
method                      method
Art. 23B Credit method      Art. 23B Credit method

CHAPTER VI                  CHAPTER VI
Special provisions          Special provisions          CHAPTER IV
Art.24 Non-discrimination   Art.24 Non-discrimination   Special provisions
Art. 25 Mutual agreement    Art. 25 Mutual agreement    Art. 23 Method for
procedure                   procedure                   elimination of double
Art. 26 Exchange of         Art. 26 Exchange of         taxation
information                 information                 Art.24 Non-discrimination
Art. 27 Assistance in the   Art. 27 Members of          Art. 25 Mutual agreement
collection of taxes         diplomatic missions and     procedure
Art. 28 Members of          consular posts              Art. 26 Exchange of
diplomatic missions and                                 information
consular posts                                          Art. 27 Members of
Art. 29 Territorial                                     diplomatic missions and
extension                                               consular posts
                            CHAPTER VII
CHAPTER VII                 Final provisions
Final provisions            Art. 28 Entry into force    CHAPTER V
Art. 30 Entry into force    Art. 29 Termination         Final provisions
Art. 31 Termination                                     Art. 28 Entry into force
                                                        Art. 29 Termination

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Manik Ryad
 
Akuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullAkuntansi sewa full
Akuntansi sewa full
shandyaa
 
Bab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biayaBab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biaya
Nugroho Adi
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Syafdinal Ncap
 

Was ist angesagt? (20)

Eva dan roi
Eva dan roiEva dan roi
Eva dan roi
 
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITASBab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
Bab 18 PEMERIKSAAN EKUITAS
 
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
 
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
 
Makalah audit terhadap siklus pendapatan : pengujian pengendalian
Makalah audit terhadap siklus pendapatan : pengujian pengendalianMakalah audit terhadap siklus pendapatan : pengujian pengendalian
Makalah audit terhadap siklus pendapatan : pengujian pengendalian
 
teori akuntansi
teori akuntansiteori akuntansi
teori akuntansi
 
Kewajiban Lancar
Kewajiban LancarKewajiban Lancar
Kewajiban Lancar
 
Akuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullAkuntansi sewa full
Akuntansi sewa full
 
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
 
Bab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba Rugi
Bab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba RugiBab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba Rugi
Bab 19 Pemeriksaan Atas Perkiraan laba Rugi
 
AUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI
AUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGIAUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI
AUDIT PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI
 
Sistem pelaporan dan buku besar
Sistem pelaporan dan buku besarSistem pelaporan dan buku besar
Sistem pelaporan dan buku besar
 
Bab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biayaBab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biaya
 
value for money audit
value for money auditvalue for money audit
value for money audit
 
Auditing 1
Auditing 1Auditing 1
Auditing 1
 
Bab 21 Management Letter
Bab 21 Management LetterBab 21 Management Letter
Bab 21 Management Letter
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
 
TEORI AKUNTANSI KEWAJIBAN
TEORI AKUNTANSI KEWAJIBANTEORI AKUNTANSI KEWAJIBAN
TEORI AKUNTANSI KEWAJIBAN
 
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
 
Wesel bayar jangka panjang
Wesel bayar jangka panjangWesel bayar jangka panjang
Wesel bayar jangka panjang
 

Andere mochten auch

Materi 5 dampak korupsi 2010
Materi 5 dampak korupsi 2010Materi 5 dampak korupsi 2010
Materi 5 dampak korupsi 2010
Fathur Rohman
 
Dampak masif korupsi
Dampak masif korupsiDampak masif korupsi
Dampak masif korupsi
Idham Syam
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
ARY SETIADI
 

Andere mochten auch (6)

Integritas vs korupsi
Integritas vs korupsiIntegritas vs korupsi
Integritas vs korupsi
 
Bab 4 dampak korupsi
Bab 4 dampak korupsiBab 4 dampak korupsi
Bab 4 dampak korupsi
 
Korupsi
KorupsiKorupsi
Korupsi
 
Materi 5 dampak korupsi 2010
Materi 5 dampak korupsi 2010Materi 5 dampak korupsi 2010
Materi 5 dampak korupsi 2010
 
Dampak masif korupsi
Dampak masif korupsiDampak masif korupsi
Dampak masif korupsi
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 

Ähnlich wie Makalah pajak internasional

Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax TreatiesModel of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Dinny Gamalasari
 
Kajian.pkrb .taxtreaty.2012
Kajian.pkrb .taxtreaty.2012Kajian.pkrb .taxtreaty.2012
Kajian.pkrb .taxtreaty.2012
Ismi Alfiyani
 
Perjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlPerjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intl
ayuayawh
 
Kebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintahKebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintah
Mulyadi Yusuf
 
Kebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintahKebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintah
Mulyadi Yusuf
 

Ähnlich wie Makalah pajak internasional (20)

Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax TreatiesModel of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
 
Makalah Pajak Berganda
Makalah Pajak BergandaMakalah Pajak Berganda
Makalah Pajak Berganda
 
BAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONALBAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
 
STATUS PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA.pdf
STATUS PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA.pdfSTATUS PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA.pdf
STATUS PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA.pdf
 
P3B
P3BP3B
P3B
 
Rekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
Rekonstruksi Kebijakan P3B IndonesiaRekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
Rekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
 
Joint Venture_Kelompok 6.pptx
Joint Venture_Kelompok 6.pptxJoint Venture_Kelompok 6.pptx
Joint Venture_Kelompok 6.pptx
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
 
Financial Planning.pdf
Financial Planning.pdfFinancial Planning.pdf
Financial Planning.pdf
 
Kajian.pkrb .taxtreaty.2012
Kajian.pkrb .taxtreaty.2012Kajian.pkrb .taxtreaty.2012
Kajian.pkrb .taxtreaty.2012
 
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak InternasionalLingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
 
Perjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlPerjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intl
 
HUKUM PAJAK
HUKUM PAJAKHUKUM PAJAK
HUKUM PAJAK
 
Residensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak InternasionalResidensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak Internasional
 
Kebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintahKebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintah
 
Kebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintahKebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintah
 
Tips membuat surat perjanjian kerja sama
Tips membuat surat perjanjian kerja samaTips membuat surat perjanjian kerja sama
Tips membuat surat perjanjian kerja sama
 
Tax Guide 05_Mei_2017_indonesia
Tax Guide 05_Mei_2017_indonesiaTax Guide 05_Mei_2017_indonesia
Tax Guide 05_Mei_2017_indonesia
 
Contoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajakContoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajak
 
presentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdfpresentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdf
 

Kürzlich hochgeladen

Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
jaanualu31
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang 082223109953 Cytotec Asli Serang
 
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...
BagaimanaCaraMenggug
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 

Kürzlich hochgeladen (17)

Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
 
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptxMETODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
 
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
 
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
 
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptxPEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
 
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
 
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...
 
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptxTEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
 
Kemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdf
Kemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdfKemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdf
Kemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdf
 
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
 
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx
 

Makalah pajak internasional

  • 1. I. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat P3B Pengertian Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di bidang perpajakan antar kedua negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak menghambat perekonomian kedua negara dengan prinsip saling menguntungkan antar kedua negara dan dilaksanakan oleh penduduk antar kedua negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Dengan demikian, inti dari suatu P3B adalah pembagian hak pemajakan antar negara. P3B tidak menimbulkan jenis pajak baru dan tidak mengatur tarif pajak. P3B hanya akan mengatur pembagian hak pemajakan sehingga nantinya atas beberapa jenis penghasilan, hak pemajakan suatu negara akan dibatasi oleh P3B. Dasar Hukum P3B Di Indonesia, P3B diatur dalam Pasal 32A Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Sementara itu, proses pembentukan P3B seperti proses pendekatan, perundingan, ratifikasi serta pemberlakuannya tunduk kepada Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Kedudukan P3B terhadap UU Domestik Kedudukan P3B berdasarkan ketentuan ini adalah lex specialist terhadap Undang-undang domestik (aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum yang umum). Dengan demikian, jika ada ketentuan dalam undang-undang domestik bertentangan dengan ketentuan dalam P3B maka yang dimenangkan adalah ketentuan P3B. Tujuan P3B adalah sebagai berikut: a. Tidak terjadi pemajakan berganda yang memberatkan ikim dunia usaha; b. Peningkatan investasi modal dari luar negeri ke dalam negeri; c. Peningkatan sumber daya manusia; d. Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak;
  • 2. e. Kedudukan yang setara dalam hal pemajakan antar kedua negara. Azas utama yang dijadikan landasan untuk mengenakan pajak adalah: a. Azas domisili atau azas kependudukan; asas Pengenaan pajak kepada SPDN atas seluruh penghasilan dan kepada SPLN atas penghasilan yang bersumber dari negara itu b. Azas Sumber; asas pengenaan pajak terhadap penghasilan yang bersumber dari negara itu tanpa melihat status kewarganegaraan subjek pajak c. Azas Nasionalitas atau azas kewarganegaraan. asas pengenaan pajak berdasar status warganegara Metode hak pemajakan di berbagai negara, untuk menghindari pemajakan berganda, antara lain: a. Metode Pemajakan Unilateral Metode ini mengatur bahwa negara Republik Indonesia mempunyai kekuatan hukum didalamnya yang mengatur masyarakat atau badan internasional dan ditetapkan sepihak oleh negara Indonesia sendiri, dengan kata lain tidak ada yang bisa mengatur negara kita lain karena hail itu merupakan kewibawaan dan kedaulatan negara kita. b. Metode Pemajakan Bilateral Metode ini dalam penghitungan pengenaan pajaknya harus mempertimbangkan perjanjian kedua negara (Tax Treaty). Indonesia tidak dapat sesuka hati menerapkan jumlah pajak terutang penduduk asing atau badan internasional dua negara yang telah mengadakan perjanjian. Justru peraturan perpajakan Indonesia tidak berlaku bilamana terdapat Tax Treaty. c. Metode Pemajakan Multilateral Metode ini didasarkan pada konvensi internasional yang ketentuan atau ketetapan atau keputusan yang dihasilkan untuk kepentingan banyak negara yang ditandatangani oleh berbagai negara, misalnya Konvensi Wina.
  • 3. Metode Penghindaran Pajak Berganda adalah: a. Pembebasan / Pengecualian; Metode pembebasan pada dasarnya adalah penghasilan yang diperoleh di luar negeri (source country) tidak lagi dikenai pajak di negara domisili (resident country), diantaranya : 1) Pembebasan penuh 2) Pembebasan dengan progresi b. Kredit Pajak; Dua jenis pengkreditan dalam metode ini, yaitu : 1) Kredit pajak penuh (full credit) Seluruh pajak yang dibayar di source country dapat dikurangkan seluruhnya. 2) Pengkreditan dengan pembatasan (ordinary credit) Pajak yang dibayarkan di source country yang dapat dikurangkan dari pajak di resident country dibatasi dengan tarif tertentu. c. Metode Lainnya. Model Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda a. Model OECD (Organization for Economic Cooperation and Development); b. Model UN (United Nation); c. Model Indonesia (Gabungan antara model OECD dan UN).
  • 4. II. OECD Model dan UN Model Pada umumnya landasan yang dilakukan negara melalui perjanjian bilateral perpajakan mengacu pada dua model perjanjian yaitu OECD Model dan UN Model. OECD merupakan singkatan dari Organisation for Economic Cooperation and Development, adalah sebuah organisasi Internasional dengan tiga puluh negara yang menerima prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar bebas. Sedangan UN merupakan singkatan dari United Nation, adalah sebuah organisasi yang anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, pengamanan internasional, lembaga ekonomi, dan perlindungan sosial. Perbedaan model tax treaty ini di latarbelakangi oleh fakta bahwa negara negara OECD adalah negara negara yang maju, dimana arus barang, uang dan orang diantara mereka setara. Negara negara ini menggunakan asas residensial atau domisili untuk taxing right atau hak pemajakan. Hal ini tidak menjadi masalah dikarenakan kesetaraan tadi, hingga saling internetting perpajakan di lingkungan negara negara OECD. Hal ini kemudian menjadi tidak adil bila dilakukan tax treaty dengan negara negara berkembang, karena bila menggunakan asas residensial, maka negara negara berkembang tidak akan kebagian hasil pajak. Mengapa? karena umumnya negara maju memiliki investasi di negara berkembang, sebaliknya negara berkembang memiliki sedikit investasi di negara negara maju. Maka UN model adalah model tax treaty yang menjamin keadilan buat negara negara berkembang. Perlu digarisbawahi, faktualnya kedua model tersebut hanya sebagai gambaran umum, karena riilnya yang dipakai tergantung isi perjanjian yang disepakati oleh dua buah negara yang melakukan perjanjian. Sebagai contoh pada OECD model pasal 5 ayat 3 tentang "Permanent Establishment" disebutkan bahwa : A building site or construction or installation project constitutes a permanent establishment only it it last more than twelve month.
  • 5. Sedangkan pada UN model pasal 5 ayat 3 tentang "Permanent Establishment" disebutkan bahwa : The term "permanent establishment" also encompasses : A building site, a construction, assembly or installation project or supervisory activities in connection therewith, but only if such site, project or activities last more than six month within any twelve month period. Pada OECD proyek konstruksi dikategorikan BUT/Badan Usaha Tetap (Permanent Establishment) bisa dipajaki oleh negara tempat proyek dilakukan bila waktu proyek lebih dari 12 bulan. Nah pada UN model waktu yang dijadikan landasan cukup 6 (enam) bulan saja. Pada dasarnya, BUT dikelompokkan ke dalam empat tipe : 1. Tipe aset terdiri dari : Tempat kedudukan manajemen; Cabang perusahaan; Kantor perwakilan; Gedung kantor; Pabrik; Bengkel; Pertambangan dan penggalian sumber daya alam, wilayah kerja pengeboran untuk eksplorasi pertambangan; Perikanan/pertanian/kehutanan/perkebunan. Keberadaan BUT tipe aset dapat dilihat dari ada atau tidaknya fasilitas fisik seperti cabang, bengkel, kantor, dsb di negara sumber. 2. Tipe aktivitas BUT tipe aktivitas ada dua: proyek bangunan, konstruksi, perakitan, instalasi, atau aktivitas supervisi untuk proyek tersebut selama 12 bulan. Ini yang ada di OECD model. Tetapi di UN model time test menjadi 6 bulan saja. kegiatan jasa termasuk konsultasi yang dilakukan perusahaan di negara lain selama 6 bulan dalam 12 bulan. Di OECD model jasa ini tidak diatur secara khusus tapi di UN model diatur yaitu di Pasal 5 ayat (3) huruf b. Negara-negara maju berpendirian bahwa jasa teknik dikenakan di negara domisili kecuali melalui agen tidak bebas. Tetapi negara-negara berkembang yang tergabung dalam UN tax experts group berpendapat
  • 6. bahwa hal ini merugikan mereka sehingga kegiatan pemberian jasa ditetapkan sebagai BUT jika melewati time test. Berbeda dengan diatas, time test jasa tidak perlu terus-menerus. Bisa putus-putus yang penting dalam 12 bulan ada 6 bulan. Pemberian jasa ini bisa dilakukan oleh pegawai perusahaan atau orang lain yang dipekerjakan oleh perusahaan itu untuk tujuan tersebut. 3. Tipe agen Tidak semua agen merupakan BUT. Agen dibagi dua yaitu agen bebas dan agen tidak bebas. Nah, agen yang manjadi BUT adalah agen tidak bebas. Hal ini diatur di Pasal 5 ayat (5) OECD model. Bahwa orang atau badan dapat ditetapkan sebagai BUT jika melakukan aktivitas melalui agen tidak bebas. Agen tidak bebas dapat berupa orang pribadi atau badan asal : Bergantung pada perusahaan yang diwakilinya. Artinya selalu mengikuti petunjuk dan intruksi perusahaan yang diwakilinya. Mempunyai kuasa / kewenangan untuk menandatangani kontrak-kontrak atas nama perusahaan tersebut. Kewenangan tersebut bersifat tetap atau berlangsung terus menerus. Salah satu faktor yang menentukan untuk mengetahui sifat tetap atau terus menerus adalah apakah kegiatan tersebut dari awal mulanya dimaksudkan untuk jangka panjang atau hanya sementara. Tidak mempunyai kuasa seperti diatas, tetapi ia mempunyai kebiasaan menyimpan persediaan barang-barang atau barang dagangan dan secara teratur menyerahkan barang-barang tersebut atas nama perusahaan yang diwakilinya. 4. Tipe asuransi Ada perbedaan antara OECD model dengan UN model berkaitan dengan BUT asuransi. OECD model menyarankan bahwa perusahaan asuransi dianggap memiliki Bentuk Usaha Tetap jika perusahaan asuransi tersebut memenuhi ketentuan ayat (1) atau ayat (5) yaitu melalui agen tidak bebas. Tetapi UN model menyarankan untuk mengatur sendiri tentang batasan Bentuk Usaha Tetap bagi usaha asuransi. UN model mengatur perusahaan asuransi khusus di Pasal 5 ayat (6). Ayat ini mengatur bahwa perusahaan asuransi, kecuali berkenaan dengan reasuransi, dapat dianggap mempunyai BUT apabila perusahaan asuransi tersebut mengumpulkan atau menerima premi atau menanggung resiko di negara sumber melalui orang / badan yang bukan agen
  • 7. independent sebagaimana dimaksud ayat (7). Menurut negara-negara berkembang, agen asuransi biasanya tidak memiliki kuasa untuk menutup kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf a OECD model. Jadi, menurut UN model bagi agen perusahaan asuransi syarat Bentuk Usaha Tetap adalah agen di negara sumber yang bersangkutan mengumpulkan atau menerima premi dan menanggung resiko yang terletak di negara sumber tersebut. Rule force of attraction Force of attraction adalah prinsip pemajakan dimana bila kantor pusat menyediakan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen di negara tertentu yang dia juga memiliki permanent establishment yang juga bergerak dibidang yang sama, maka profit yang diperoleh oleh head office secara langsung bisa dipajaki sebagai profit yang terkait dengan permanent establishment. OECD model tidak mengandung aturan force of attraction. Sedangkan UN model ada di article 7 sesuai dengan pajak penghasilan pasal 5. Tabel Perbedaan OECD dan UN model ModelPerbedaan OECD (Organization for UN (United Nations Model) Economic Cooperation and Development) Pengertian Model Tax Treaty dari Model Tax Treaty dari Organisation for Economic United Nation (PBB) yang Co-Operation & Development didesain sebagai Model Tax atau Organisasi Kerjasama Treaty antara Negara2 Ekonomi & Pembangunan Anggota UN (PBB) yaitu yang didesain sebagai Model antara Negara-negara Tax Treaty antara Negara- Berkembang dan antara negara Anggotanya (pada Negara Berkembang umumnya adalah Negara- dengan Negara Maju. negara Maju) dengan Negara-negara Lainnya Penggunaan Tax Treaty Maju Berkembang
  • 8. Prinsip yang dianut hak pemajakan ada pada terdapat sharing of taxation negara domisili (resident antara negara sumber country) dengan negara domisili. Perumusan Model selaras dengan kebutuhan karakteristik hubungan Konvensi harmonisasi hubungan ekonomi negara maju perpajakan dengan negara berkembang diantara negara OECD diwarnai oleh ketimpangan arus penghasilan antar kedua kelompok negara tsb Sifat dalam penyelesaian diskriminatif dalam tidak diskriminatif dan lebih masalah perpajakan menyelesaikan masalah mengutamakan kepentingan pajak internasional antara negara berkembang dalam negara maju dengan negara masalah perpajakan berkembang. internasional Masa aktivitas proyek BUT 12 bulan 6 bulan (proyek bangunan, konstruksi, perakitan, instalasi, atau aktivitas supervisi) Tipe asuransi perusahaan asuransi mengatur bahwa dianggap memiliki Bentuk perusahaan asuransi, Usaha Tetap jika perusahaan kecuali berkenaan dengan asuransi tersebut memenuhi reasuransi, dapat dianggap ketentuan ayat (1) atau ayat mempunyai BUT apabila (5) yaitu melalui agen tidak perusahaan asuransi bebas tersebut mengumpulkan atau menerima premi atau menanggung resiko di negara sumber melalui orang / badan yang bukan agen independent kegiatan jasa termasuk jasa ini tidak diatur secara diatur yaitu di Pasal 5 ayat konsultasi yang dilakukan khusus (3) huruf b perusahaan di negara lain
  • 9. Permanent Establishment A building site or construction A building site, a pasal 5 ayat 3 or installation project construction, assembly or constitutes a permanent installation project or establishment only it it last supervisory activities in more than twelve month. connection therewith, but only if such site, project or activities last more than six month within any twelve month period. III. Struktur P3B OECD Model UN Model INDONESIAN Model SUMMARY OF THE SUMMARY OF THE SUMMARY OF THE CONVENTION CONVENTION AGREEMENT TITLE AND PREAMBLE TITLE AND PREAMBLE TITLE AND PREAMBLE CHAPTER I CHAPTER I CHAPTER I Scope of the Convention Scope of the Convention Scope of the Agreement Art. 1 Persons Covered Art. 1 Persons Covered Art. 1 Persons Covered Art. 2 Taxes Covered Art. 2 Taxes Covered Art. 2 Taxes Covered CHAPTER II CHAPTER II CHAPTER II Definitions Definitions Definitions Art. 3 General Definitions Art. 3 General Definitions Art. 3 General Definitions Art. 4 Resident Art. 4 Resident Art. 4 Resident Art. 5 Permanent Art. 5 Permanent Art. 5 Permanent Establishment Establishment Establishment CHAPTER III CHAPTER III CHAPTER III Taxation of income Taxation of income Taxation of income Art. 6 Income from Art. 6 Income from Art. 6 Income from immovable property immovable property immovable property Art. 7 Business profits Art. 7 Business profits Art. 7 Business profits Art. 8 Shipping, inland Art. 8 Shipping, inland Art. 8 Shipping and air waterways tranport and air waterways tranport and air transport
  • 10. transport transport ( alternative A ) Art. 8 Shipping, inland waterwayss transport and air transport ( alternative B Art. 9 Associated ) Art. 9 Associated enterprises Art. 9 Associated enterprises Art. 10 Dividends enterprises Art. 10 Dividends Art. 11 Interest Art. 10 Dividends Art. 11 Interest Art. 12 Royalties Art. 11 Interest Art. 12 Royalties Art. 13 Capital Gains Art. 12 Royalties Art. 13 Capital Gains Art. 14 [ Deleted ] Art. 13 Capital Gains Art. 14 Independent Art. 14 Independent personal services Art. 15 Income from personal services Art. 15 Dependent employment Art. 15 Dependent personal services Art. 16 Director’s fees personal services Art. 16 Director’s fees Art. 16 Director’s fees and remuneration of top-level Art.17 Artistes and managerial officials Art.17 Artistes and sportsmen Art.17 Artistes and athletes sportspersons Art. 18 Pensions Art. 18 Pensions and Art. 18 Pensions and social security payments annuities (alternative A) Art. 18 Pensions and social security payments (alternative B) Art. 19 Government Art. 19 Government Service Service Art. 19 Government Art. 20 Students Art. 20 Students Service Art. 20 Teachers and Art. 21 Other income Art. 21 Other income researchers Art. 21 Students and trainees CHAPTER IV CHAPTER IV Art. 22 Other Income Taxation of capital Taxation of capital Art. 22 Capital Art. 22 Capital CHAPTER V CHAPTER V Methods for elimination of Methods for elimination of
  • 11. double taxation double taxation Art. 23A Exemption Art. 23A Exemption method method Art. 23B Credit method Art. 23B Credit method CHAPTER VI CHAPTER VI Special provisions Special provisions CHAPTER IV Art.24 Non-discrimination Art.24 Non-discrimination Special provisions Art. 25 Mutual agreement Art. 25 Mutual agreement Art. 23 Method for procedure procedure elimination of double Art. 26 Exchange of Art. 26 Exchange of taxation information information Art.24 Non-discrimination Art. 27 Assistance in the Art. 27 Members of Art. 25 Mutual agreement collection of taxes diplomatic missions and procedure Art. 28 Members of consular posts Art. 26 Exchange of diplomatic missions and information consular posts Art. 27 Members of Art. 29 Territorial diplomatic missions and extension consular posts CHAPTER VII CHAPTER VII Final provisions Final provisions Art. 28 Entry into force CHAPTER V Art. 30 Entry into force Art. 29 Termination Final provisions Art. 31 Termination Art. 28 Entry into force Art. 29 Termination