3. Perlu diketahui bahwa
sekalipun belum mengenal tulisan
manusia purba sudah
mengembangkan kebudayaan dan
teknologi. Teknologi waktu itu
bermula dari teknologi bebatuan
yang digunakan sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan. Dalam
praktiknya peralatan atau teknologi
bebatuan tersebut dapat berfungsi
serba guna.
4.
5.
6. Peralatan ini
berkembang pada zaman
paleolitikum atau zaman
batu tua. Zaman ini
merupakan zaman yang
sangat penting karena
terkait dengan
munculnya kehidupan
baru.Kebudayaan zaman
paleolitikum ini secara
umum ini terbagi
menjadi kebudayaan
kebudayaan pacitan dan
kebudayaan ngandong.
7. aKebudayaan pacitan
berkembang di daerah pacitan,
jawa timur. Seorang ahli, von
koeningswald dalam
penelitiannya pada tahun 1935
telah menemukan beberapa
hasil teknologi. Alat batu itu
masih kasar, dan bentuk
ujungnya agak runcing, kapak
ini digunakan untuk menusuk
binatang atau menggali tanah
saat mencari umbi-umbian.
Alat batu ini sering disebut
kapak genggam atau kapak
perimbas.
Kapak perimbas
8. b
kebudayaan ini berkembang
di daerah ngandong dan juga
sidorejo, dekat ngawi.Di
daerah ini banyak ditentukan
alat-alat dari tulang.Alat- alat
dari batu, bentuknya indah
seperti kalsedon dan alat ini
sering di sebut dengan flakke
flake
9.
10. Pada zaman mesolitikum di
Indonesia, manusia hidup
tidak jauh berbeda dengan
zaman paleolitikum, yaitu
dengan berburu dan
menangkap ikan, namun
manusia pada masa itu juga
mulai mempunyai tempat
tinggal agak tetap dan
bercocok tanam secara
sederhana.Tempat tinggal
yang mereka pilih umumnya
berlokasi di tepi pantai
(kjokkenmoddinger) dan goa-
goa (abris sous roche)
sehingga di lokasi-lokasi
tersebut banyak ditemukan
berkas-berkas kebudayaan
manusia pada zaman itu.
11. a
Kjokkenmoddinger istilah dari bahasa
Denmark, kjokken berarti dapur dan
modding dapat diartikan
sampah (kjokkenmoddinger =
sampah dapur). Dalam
kaitannya dengan budaya manusia,
kjokkenmoddinger merupakan tumpukan
timbunan kulit siput dan kerang yang
menggunung di sepanjang pantai
Sumatra Timur antara Langsa di Aceh
sampai Medan. Dengan kjokkenmoddin
ger ini dapat memberi informasi bahwa
manusia
purba zaman mesolitikum umumnya
bertempat tinggal di tepi pantai.
12. Pada tahun 1925 Von Stein Callenfals
melakukan penelitian di bukit kerang itu dan
menemukan jenis kapak genggam
(chopper) yang berbeda
dari chopper yang ada di zaman paleolitikum.
Kapak genggam yang ditemukan di bukit kerang
di pantai Sumatra Timur ini diberi
nama pebble atau lebih dikenal dengan
Kapak Sumatra. Kapak jenis pebble ini
terbuat dari batu kali yang pecah, sisi
luarnya dibiarkan begitu saja dan sisi bagian
dalam dikerjakan sesuai dengan keperluannya.
Di samping kapak jenis
pebble juga ditemukan jenis
kapak pendek dan jenis batu pipisan (batu-
batu alat penggiling). Di Jawa batu pipisan ini
umumnya untuk menumbuk dan menghaluskan
jamu
13. b
Kebudayaan abris sous roch
e merupakan hasil
kebudayaan yang ditemukan
di gua-gua. Hal ini
mengindikasikan bahwa man
usia purba pendukung
kebudayaan ini tinggal di gua-
gua. Kebudayaan ini pertama kali
dilakukan penelitian oleh Von
Stein Callenfels di Gua Lawa
dekat Sampung, Ponorogo. Pen
elitian dilakukan tahun 1928
sampai 1931.
14. Beberapa hasil teknologi
bebatuan yang ditemukan
misalnya ujung panah,
flakke, batu penggilinga
n. Juga ditemukan alat-
alat dari tulang dan ta
nduk rusa. Kebudayaan
abris sous roche ini
banyak ditemukan misal
nya di Besuki,
Bojonegoro, juga di
daerah Sulawesi Selatan
seperti di Lamoncong.
15.
16. Setelah mengalami banyak
kegaglan, akhirnya cara membuat
apipun ditemukan. Yaitu dengan
membenturkan dua buah batu atau
dengan menggesekan dua buah
kayu, sehingga akan menimbulkan
percikan api yang kemudian bisa kita
gunakan pada ranting atau daun
kering yang kemudian bisa menjadi
sebuah api.
Api memperkenalkan manusia
pada teknologi memasak makanan
dengan cara membakar dan
menggunakan bumbu dengan
ramuan tertentu. Selain itu api juga
berfungsi untuk menghangat badan,
sumber penerangan, dan sebagai
senjata untuk menghalau binatang
buas yang menyerang
17.
18. Neolitikum sering dikatakan
sebagai zaman revolusi budaya.
Mengapa demikian? Karena pada
zaman ini terjadi perubahan
kebudayaan dari mengumpulkan
makanan (food gathering) menjadi
memproduksi makanan (food
producing). Hal ini menunjukkan
adanya kemajuan pesat dari
kebudayaan sebelumnya pada masa
Mesolitikum.
Pada zaman ini pula manusia
sudah mulai mengenal cara bercocok
tanam dan beternak untuk memenuhi
kebutuhannya. Mereka membakar
hutan dan menanaminya dengan
tanaman yang bisa dimakan seperti
umbi-umbian. Mereka juga beternak
untuk dimanfaatkan dagingnya demi
memenuhi kebutuhan pangan mereka.
19. Mereka juga sudah mengenal tempat tinggal tetap. Mereka tidak
lagi hidup secara nomaden untuk mendapatkan makanan. Mereka terdiri dari
sebuah kelompok yang menghuni sebuah perkampungan yang tak beraturan.
Dimulai dari kelompok kecil hingga membentuk sebuah perkampungan
besar.
20. a
Kapak persegi dibuat dari
batu persegi. Kapak ini
dipergunakan untuk
mengerjakan kayu,
menggarap tanah, dan
melaksanakan upacara. Di
Indonesia, kapak persegi atau
juga disebut beliung persegi
banyak ditemukan di Jawa,
Kalimantan Selatan,
Sulawesi, dan Nusatenggara.
21. b
Kapak ini disebut kapak
lonjong karena
penampangnya berbentuk
lonjong. Ukurannya ada yang
besar ada yang kecil. Alat
digunakan sebagai cangkul
untuk menggarap tanah dan
memotong kayu atau pohon.
Jenis kapak lonjong
ditemukan di Maluku, Papua,
dan Sulawesi Utara.
22. Perkembangan
Zaman LogamcPeninggalan pada Zaman
Logam adalah nekara, moko,
kapak corong/kapak sepatu,
arca perunggu, dan bejana
perunggu. Nekara merupakan
genderang besar yang terbuat
dari perunggu yang berfungsi
untuk upacara ritual
(khususnya untuk memanggil
hujan). Nekara terbesar di
Indonesia adalah Nekara
“The Moon of Pejeng” yang
terdapat di Bali. Sedangkan
moko adalah nekara yang
lebih kecil yang berfungsi
sebagai mas kawin.
23.
24. Manusia mengenal tempat tinggal atau
menetap semenjak masa Mesolithikum
(batu tengah)atau masa berburu dan
meramu tingkat lanjut). Sebelumnya
manusia belum mengenal tempat tinggal
dan hidup nomaden (berpindah-pindah).
Setelah mengenal tempat tinggal,
manusia mulai bercocok tanam dengan
menggunakan alat-alat sederhana yang
terbuat dari batu, tulang binatang
ataupun kayu. Tempat tinggal yang
pertama dihuni adalah gua-gua atau
ceruk peneduh (rock shelter) yang suatu
saat akan ditinggalkan apabila sumber
makanan di sekitarnya habis. Selain di
gua-gua, ada juga yang bertempat tinggal
di tepi pantai, hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya penemuan kulit kerang
dan siput dalam jumlah banyak di
samping tulang-tulang manusia dan
alatnya di Sumatera Timur.