Teks tersebut membahas penerapan model bisnis Grameen Telecom di Bangladesh untuk memberikan akses telematika di pedesaan melalui program Village Phone. Grameen Telecom bekerja sama dengan Grameen Bank untuk memberikan pinjaman kepada anggotanya untuk menjadi operator telepon desa serta mendukung pelatihan dan operasionalnya. Model ini dianggap berpotensi untuk diterapkan pada UKM di Indonesia khususnya layanan pedesaan.
Paper Seminar Nasional Widyatama: Penerapan Techno Economy Pada Ukm Di Indonesia Dengan Replikasi Program Telematika Pedesaan Grameen
1. PENERAPAN TECHNOECONOMY PADA UKM DI INDONESIA DENGAN
REPLIKASI PROGRAM TELEMATIKA PEDESAAN GRAMEEN
Djadja Sardjana
Jurusan Teknik Informatika, Universitas Widyatama,
djadja.sardjana@widyatama.ac.id
ABSTRAKSI
Telematika mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis sebagai
komponen infrastruktur untuk perkembangan ekonomi. Pelayanan Telematika
dapat menggantikan bentuk komunikasi lain dan seringkali lebih efektif
penggunaannya baik dari segi biaya, waktu dan rantai distribusinya.
Peningkatan produktifitas komunikasi ini pada akhirnya mendorong
pertumbuhan ekonomi di tempat tersebut. Meskipun menghadapi hambatan
dalam restrukturisasi industri Telematikanya, beberapa negara berkembang
telah berhasil tidak hanya membuka kompetisi, namun secara bersamaan
mencapai kewajiban pelayanan Telematika untuk umum (Universal Services
Obligation). Misalnya pencapaian yang dilakukan oleh Grameen Telecom di
Bangladesh bekerja sama dengan pemberi kredit mikro Grameen Bank yang
memungkinkan nasabahnya memperoleh kredit bergulir untuk berusaha di
bidang warung Telematika di daerah pedesaan. Pengalaman Grameen Telecom
memungkinkan kita untuk menjalankan satu solusi potensial dari Penerapan
TechnoEconomy pada UKM di Indonesia terutama dalam melayani daerah
pedesaan. Targetnya adalah melayani daerah yang tak dapat atau kurang
terlayani dan menyediakan dukungan untuk pelayanan informasi yang bermutu.
Kata kunci: Bangladesh, Grameen Bank, Grameen Telecom , Indonesia,
Informasi, Pedesaan, TechnoEconomy, Telematika, UKM, USO, Village Phone
1. PENDAHULUAN
Dalam kondisi perekonomian Indonesia yang tidak menentu, perusahaan
perusahaan besar mengalami kebangkrutan dan kehancuran. UKM justru dapat
bertahan dan menghasilkan devisa. Disamping itu, sektor UKM melalui perannya
mampu menjadi penggerak perekonomian daerah/lokal dalam penciptaan
lapangan kerja dan lapangan usaha baru.
Mengingat dampaknya yang demikian besar, maka kebijakan ekonomi ke
depan harus didesain ke arah penguatan usaha kecil menengah (UKM) dan
pengembangan wirausaha baru, khususnya dalam bentuk UKM, sehingga jumlah
pengangguran dan angka kemiskinan bisa lebih ditekan.
2. Tidaklah mengherankan kalau UKM disebut sebagai tulang punggung
perekonomian Indonesia. Boleh dikatakan, membangun UKM adalah identik
dengan membangun Indonesia. Karena, ada sekitar 80 juta orang Indonesia yang
bekerja di sektor ini. Dengan kata lain, membangun UKM sama dengan
membangun sumber penghidupan yang saat ini dinikmati oleh 80 juta lebih orang
Indonesia.
Telematika mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis sebagai
komponen infrastruktur untuk perkembangan ekonomi termasuk Usaha Kecil dan
Menengah (Hitt, Ireland&Hoskisson ,2005). Pelayanan Telematika dapat
menggantikan bentuk komunikasi lain dan seringkali lebih efektif penggunaannya
baik dari segi biaya, waktu dan rantai distribusinya (Hamel and Prahalad, 1995).
Bukti lain memperlihatkan bahwa sistem Telematika yang andal akan
memunculkan bentuk komunikasi baru yang lebih kuat, kompleks, dan produktif
dari polapola komunikasi lain (Harris, 2001). Peningkatan produktifitas
komunikasi ini pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi di tempat
tersebut (Porter, 1985).
Adanya hubungan erat antara perkembangan ekonomi dengan pelayanan
Telematika menyebabkan banyak negara berkembang mencoba untuk
memperbaiki infrastruktur Telematika yang ada untuk peningkatan pelayanan
pada masyarakatnya (Per Helmersen, 2005). Beberapa negara berkembang seperti
Hong Kong, Korea, Singapore dan Taiwan menggunakan Telematika sebagai
bagian dari keseluruhan strategi ekonomi untuk membangun posisi yang sangat
kompetitif di pasar dunia untuk industri dan jasa teknologi tinggi (Kao, Raymond
W. Y., 1995).
Meskipun menghadapi hambatan dalam restrukturisasi industri
Telematikanya, beberapa negara berkembang telah berhasil tidak hanya membuka
kompetisi (Abdus Salam, 2005). Mereka pun secara bersamaan mencapai
kewajiban pelayanan Telematika untuk umum (Universal Services
Obligation/USO). Misalnya pencapaian yang dilakukan oleh Grameen Telecom
Bangladesh bekerja sama dengan pemberi mikrokredit Grameen Bank, yang
3. memungkinkan nasabahnya memperoleh kredit bergulir untuk berusaha di bidang
warung Telematika di daerah pedesaan yang pada awalnya meliputi 950 Village
Phone dan memberikan akses kepada 65.000 orang (Harmeet Gill, 2006).
Pengalaman Grameen Telecom , memungkinkan kita untuk menjalankan satu
solusi potensial dari Penerapan TechnoEconomy pada UKM di Indonesia
terutama dalam melayani daerah pedesaan. Targetnya adalah melayani daerah
yang tak dapat atau kurang terlayani dan menyediakan dukungan untuk pelayanan
informasi yang bermutu (Sardjana, Djadja., 2007, Thesis).
2. MODEL BISNIS GRAMEEN TELECOM
Grameen Telecom sebagai perusahaan yang bergerak di bidang Telematika
(khususnya pedesaan), menghasilkan jasa & produk diantaranya “Village Phone”
(World Resouce Institute, 2003). Dalam menjalankan aktivitasnya perusahaan ini
perlu untuk menerapkan manajemen strategis untuk mempermudah pencapaian
tujuannya agar dapat mempertahankan atau bahkan mengembangkan posisi
perusahaan di lingkungan usaha yang cenderung berubah dengan cepat sesuai
Model Bisnis pada gambar1:
4. Gambar1 Model Bisnis Grameen Telecom
2.1 Penyeleksian, Cara Berlangganan dan Pelatihan Operator Village
Phone:
Untuk mendapatkan informasi mengenai cakupan GSM Grameen Phone
Ltd., pegawai unit Grameen Telecom menemui cabang cabang Grameen Bank
pada daerah dan menyiapkan data dari desadesa dimana cakupan jaringan
memuaskan yang memungkinkan penyediaan Telematika Pedesaan
(USTDA,2004). Cabang Grameen Bank kemudiaan memilih diantara anggota
anggotanya yang berkinerja baik dari desadesa ini untuk bertindak sebagai
Operator “Village Phone”. Grameen Bank mempunyai kriteria spesifik untuk
menyeleksi operator “Village Phone” yang dapat diringkas sebagai berikut:
1. Mempunyai sejarah pembayaran kredit Grameen Bank yang sangat bagus;
5. 2. Harus mempunyai bisnis yang bagus, lebih disukai toko penjualan
makanan/minuman di desa dan mempunyai waktu luang untuk berfungsi
sebagai operator “Village Phone”.
3. Tidak buta huruf atau paling tidak harus mempunyai anak yang dapat
membaca dana menulis.
4. Tempat tinggalnya harus cocok dan lokasinya dekat dengan tengahtengah
desa.
Setelah penyeleksian awal selesai oleh Cabang Grameen Bank sebagai
operator “Village Phone” yang potensial, pegawai unit Grameen Telecom
terdekat memverifikasikan sinyal yang tersedia pada rumahnya atau toko yang dia
tinggali untuk berlangganan telematika. Persetujuan terakhir dari keanggotaan
diperoleh dari Manager Daerah Grameen Bank . Ketika penyeleksian akhir hampir
selesai, Grameen Telecom berlangganan sambungan telematika pada Grameen
Phone dan menyerahkannya pengelolaanya kepada anggota. Grameen Telecom
selanjutnya menyediakan perangkat yang dibutuhkan dan menyediakan pelatihan
untuk mengoperasikan telematika desa tersebut. Sedangkan telematika dan biaya
sambungan dibayar oleh Grameen Bank ke Grameen Telecom. Selanjutnya
anggota mengangsurnya kembali kepada Grameen Bank dengan periode yang
ditentukan, misalnya dua atau tiga tahun. Perlu dtekankan kembali bahwa
program keemilikan telematika desa ini hanya disediakan untuk anggota
Grameen Bank melalui program pinjaman mikro.
2.2 Proses Penagihan (Billing):
Grameen Telecom membeli pulsa secara borongan dari Grameen Phone untuk
semua telematika desa di bawah pengoprasiannya dengan tingkat diskon khusus
yang telah dinegoisasikan antara kedua organisasi. Kemudian Grameen Phone
menyiapkan tagihan bulanan dan mengirimkannya ke Grameen Telecom untuk
pembayaran. Selanjutnya Grameen Telecom membuat kembali tagihan
perorangan dan mengirimkannya ke cabangcabang serta membayar tagihan ke
Grameen Telecom setelah enam minggu pada periode berikutnya. Dalam hal ini
tugas Grameen Bank adalah mengumpulkan tagihan dari operatoroperator
“Village Phone”.
6. 2.3 Dukungan Operasional:
Kantor unit dari Grameen Telecom bertanggung jawab untuk pengoperasian
“Village Phone” di lapangan. Tugas Unit Operasional adalah untuk memetakan
daerah dengan cakupan sinyal yang baik, membantu manager cabang Grameen
Bank untuk memilih anggota menjadi operator “Village Phone”, melatih operator
“Village Phone” dan membutuhkan dukungan teknis yang dibutuhkan oleh
operator “Village Phone” termasuk handset, tagihan dan lain sebagainya. Sejauh
ini Grameen Telecom mempunyai 13 kantor unit di : Dhaka, Norsingdee,
Srinogar, Comilla , Feni, Chittagong, Mymensingh, Sirajgonj, Khulna, Barisal,
Sylhet, Rajshahi dan Faridpur. Jumlah kantor unit akan terus bertambah dengan
bertambahnya area sinyal yang tersedia.
3. Metodologi Penelitian Yang Digunakan
Paper ini mencoba menjawab pertanyaanpertanyaan dimana konteks spesifik
suatu negara adalah kritis dalam menentukan kesuksesan di bidang reformasi
bisnis telematika. Karena dasar itulah bahwa model bisnis Grameen yang ada di
Bangladesh dapat direplikasi di negara berkembang lainnya. Untuk bisa
dilaksanakan pada konteks yang berbeda, hal ini haruslah memahami hambatan
spesifik yang ada di negara tersebut.
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah; Pembuktian kaidah
bahwa Grameen sukses dalam penerapan Dasardasar Kewirausahaan Sosial
dengan Program Telematika Pedesaan; Meneliti faktor apa saja dari penerapan
Dasardasar Kewirausahaan Sosial dengan Program Telematika Pedesaan yang
berfungsi baik dan dapat diterapkan di Indonesia (Sardjana, Djadja., 2007,
Thesis).
4. Replikasi Program Telematika Pedesaan Grameen di Indonesia
“Village Phone” dari Grameen Telecom merupakan proyek percobaan yang
sampai tahun 2000 melibatkan 950 Village Phones yang menyediakan akses
telematika kepada lebih dari 65,000 orang. Wanitawanita desa mendapat kredit
mikro untuk memperoleh pelayanan telematika selular GSM dan sesudah itu
7. menjual lagi pelayanan tersebut di desa mereka (Telecommon Development Group,
2006).
4.1 Temuan Utama Hasil Penelitian Program Telematika Pedesaan
Grameen:
1. Program Village Phone muncul sebagai solusi teknis terbaik yang tersedia
untuk akses telematika universal pedesaan sesuai dengan keadaan Regulasi
Telematika dan kondisi ekonomi Bangladesh saat itu. Program “Village
Phone” adalah suatu solusi organisatoris dan teknis untuk akses telematika
pedesaan yang dibutuhkan oleh suatu lingkungan dengan regulasi telematika
yang tidak mendukung bagi percepatan infrastruktur telematika pedesaan.
2. Konsep dari "akses yang universal" bukanlah sesuatu yang netral terhadap
gender. Di dalam kasus dari Bangladesh ini, jenis kelamin dari operator
“Village Phone” dan penempatan secara fisik dari telematika di dalam suatu
desa yang tersegmentasi secara gender dapat menghalangi atau memperbaiki
akses wanitawanita untuk menelpon karena alasan religius. Biasanya, satu
lokasi operator wanita akan menyediakan suatu ruang yang bisa diterima
untuk wanitawanita desa yang lain untuk mengakses telematika. Dari sudut
pandang pendapatan dan laba, adalah penting untuk memastikan bahwa
“Village Phone” secara penuh dapat diakses oleh seluruh populasi desa, jika
50% dari pemakai berdasarkan gender menghadapi rintanganrintangan untuk
menelpon, maka suatu arus pendapatan yang penting telah lenyap.
3. Village Phone bertindak sebagai suatu instrumen atau alat bantu yang tangguh
untuk mengurangi resiko dalam pengiriman uang dari para anggota keluarga
para pekerja di Dhaka City dan yang bekerja di luar negeri. Juga untuk
membantu orang desa di dalam memperoleh informasi akurat tentang kurs
valuta asing. Mengirim uang tunai dari suatu negara Timur Tengah ke suatu
desa di Bangladesh adalah penuh resiko; pengiriman uang seperti itu adalah
faktor pokok yang membuat laku pemakaian telematika. Pada tingkatan yang
mikro, pengiriman uang cenderung untuk digunakan untuk biaya rumah
tangga seharihari seperti makanan, pakaian dan pelayanan kesehatan.
8. Pengiriman uang seperti itu satu faktor yang penting dalam memenuhi
penghidupan rumah tangga, dan dapat meningkatkan porsi yang penting dari
penghasilan rumah tangga. Begitu penghidupan dipenuhi, pengiriman uang
cenderung untuk digunakan untuk "investasiinvestasi produktif," atau untuk
tabungan.
4. Panggilanpanggilan telematika kepada keluarga dan para teman sering
melibatkan pertukaran informasi tentang harga komoditi pasar, daftar biaya
pengiriman barangbarang, tren pasar dan pertukaran valuta. Hal ini
membuat “Village Phone” satu alat yang penting untuk membuka peluang
usaha rumah tangga dalam mengambil informasi pasar untuk meningkatkat
keuntungan dan mengurangi biaya produksi. Misalnya penggunaan kendaran
bermotor untuk memperoleh informasi harga komoditi di pasar.
5. Pelayanan telematika pedesaan di Bangladesh adalah sangat menguntungkan
karena regulasi yang ada sekarang (ketiadaan interkoneksi menjadi
penghalang yang paling besar), sehingga operator telematika tidak mampu
untuk mengimbangi permintaan untuk jasa telematika antar operator.
Telematikatelematika di dalam program Grameen Telecom Village Phone
menghasilkan tiga kali pendapatan untuk pelayanan selular pedesaan
($100/bulan lawan $30/bulan). Bahkan, satu operator telematika di
Bangladesh melaporkan dimana pendapatan 12,000 pelanggan biasa sama
dengan pendapatan dari 1,500 “Village Phone”.
6. Teknologi telematika genggam GSM adalah suatu solusi yang mahal untuk
akses universal di daerah pedesaan. Liputan selular ini terbatas untuk daerah
pedesaan serta hanya menguntungkan di bawah regulasi telematika yang sehat
ketika lingkungan yang regulasi diperbaiki, teknologi selular tidak akan
menjadi alat paling efisien dan sehat dalam menyediakan servis yang
universal. GSM teknologi telematika genggam juga menempatkan tariftarif
jauh lebih tinggi pada para pemakai telematika pedesaan dibanding “Wireless
Local Loop” (WLL) teknologi. Tanpa perbaikanperbaikan pada regulasi,
teknologi selular adalah suatu solusi yang praktis. Juga, teknologi selular
9. sekarang ini bukan suatu opsi yang baik untuk hubungan email/Internet/data
yang murah. WLL dan opsi lain dapat menyediakan secara luas dan jauh lebih
baik dengan ongkos pelayanan lebih murah.
4.2 Unsurunsur yang dapat direplikasi untuk Penerapan TechnoEconomy
pada UKM di Indonesia:
1. Pengalaman Grameen Telecom di dalam perencanaan bisnisnya
memungkinkan satu solusi potensial yang menarik bagi operator telematika
dalam melayani daerah pedesaan. Targetnya adalah melayani: daerah yang tak
dapat dilayani, kurang terlayani dan menyediakan dukungan untuk pelayanan
informasi riset pasar yang bermutu. Riset pasar akan membantu ke arah
pembuktian kasus bisnis, menarik modal investasi, dan mengurangi kendala
dari pemodalpemodal dan operator.
2. Poinpoin pengalaman Grameen Telecom menunjukkan suatu solusi yang
potensial untuk operator telematika, dalam menghadapi tantangan mengatur
operasi telematika pedesaan. Hal ini dihubungkan dengan keterlibatan
organisasi kredit mikro yang sukses berdampingan dengan operator telematika
untuk memperluas cakupan USO di daerah pedesaan. Pinjaman mikro kepada
wirausaha pedesaan (terutama yang ditargetkan kepada kalangan wanita dan
kaum muda) dapat memungkinkan wirausaha untuk menyelenggarakan
pelayanan telematika yang menyediakan bidang jasa telematika, fax, email
dan bahkan internet, fotokopi dan jasa komputer pengolah data. Program
waralaba jenis ini akan juga memberikan konsistensi pelayanan ke semua
daerah yang pada gilirannya mendukung pengembangan sosial dan ekonomi
lokal.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Dari Model Bisnis Grameen Telecom dapat dijadikan acuan bagi operator,
regulator dan investor dalam penyusunan strategi implementasi pelayanan
telematika untuk umum (Universal Services Obligation/USO) sebagai bagian
10. usaha untuk memenangkan persaingan di bisnis telematika bahan
pertimbangan Penerapan TechnoEconomy pada UKM di Indonesia.
2. Hasil riset di atas dapat dijadikan pemikiran bagi peneliti lain untuk
melakukan studi lanjutan dibidang implementasi pelayanan telematika untuk
umum (Universal Services Obligation/USO) dengan menggunakan bisnis
model Grameen Telecom, sebagai bahan pertimbangan Penerapan Techno
Economy pada UKM di Indonesia.
3. Hasil kajian diharapkan dapat memperkaya dan melengkapi khazanah
keilmuan bidang strategi perusahaan (Corporate Strategy) dibidang industri
telematika.
6. REFERENCES
[1] Hamel and Prahalad. 1995, Competing for the Future
[2] Harris, Regulation and Reform – Small Scale Service Providers, 3rd SAFIR
Core Course on "Infrastructure Regulation and Reform", October 819, 2001.
[3] Harmeet Gill, March 1, 2006, Village Phone Program
[4] Hitt, Ireland & Hoskisson , 2005, Strategic Management: Competitiveness
and Globalization.
[5] Justice Md. Abdus Salam, Commissioner, BTRC, Presentation for the
Working Group on Licencing for Telecom Services on Seventh South Asian
Telecommunications Regulators’ Council (SATRC) Meeting, 13 to 15
December, 2005, BANDOS Island, Maldives
[6] Kao, Raymond W. Y., 1995, Entrepreneurship: A Wealth Adding and Value
Creating Process, PrenticeHall: Singapore.
[7] Mitchell, R.K., Agle, B.R., & Wood, D.J. 1997. Toward a Theory of
Stakeholder Identification and Salience: Defining the Principle of Who and
What Really Counts. Academy of Management Review, v 22, n 4, pp 853
886.
11. [8] Per Helmersen, 2005, Human Factors in Emerging Markets, Telenor R&D /
Ghana Telecom
[9] Porter, 1985, Competitive Advantage: Techniques for Analyzing Industries
and Competitors
[10] Sardjana, Djadja., 2007, Thesis Stakeholder Role Analysis of Grameen
Telecom in Bangladesh to Determine Management Strategy, Telkom
Management Institute.
[11] Telecommon Development Group, 2006, Multistakeholder Engagement (MSE) for
Rural Telecommunications,
[12] USTDA South Asia Communications Infrastructure Conference, New Delhi, India –
April 2123, 2004, Bangladesh Telecom Brief
[13] WORLD RESOURCES INSTITUTE, GRAMEEN TELECOM’S VILLAGE
PHONES, 2003