Makalah ini membahas pembiayaan pendidikan dilihat dari manfaat tangible dan intangible. Pembiayaan pendidikan perlu mempertimbangkan sumber daya tangible seperti sarana prasarana dan dana, serta sumber daya intangible seperti SDM dan kemampuan kerjasama. Makalah ini juga menjelaskan tujuan dan manfaat pendidikan secara tangible dan intangible meliputi pembentukan karakter, pengetahuan, dan pertumbuhan pribadi.
Pembiayaan pendidikan dilihat dari manfaat tangible dan intangible
1. Pembiayaan Pendidikan Dilihat Dari
Manfaat Tangible dan Intangible
Makalah “Pembiayaan Pendidikan”
Djadja Achmad Sardjana (0907904@upi.ac.id ), Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia, Program Studi Doktoral Non-Reguler
Administrasi Pendidikan
2010
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 1
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
JL. DR. SETIABUDHI NO. 229 BANDUNG 40154 JAWA BARAT - INDONESIA
T : +62-22-2013161/4 F : +62-22-2013651
2. Daftar Isi
1. Latar Belakang Masalah .................................................................................................................................. 3
2. Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................................................................. 3
3. Landasan Teori .................................................................................................................................................. 4
4. Pembahasan Masalah ...................................................................................................................................... 8
5. Kesimpulan ....................................................................................................................................................... 12
6. Referensi ........................................................................................................................................................... 13
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 2
3. 1 Latar Belakang Masalah
OECD mendefinisikan daya saing sebagai tingkatan di mana suatu negara,
dalam kondisi pasar yang bebas dan adil, dapat menghasilkan barang dan jasa
yang berhasil dalam pasar internasional, yang secara simultan juga mampu
memelihara dan memperluas pendapatan riil masyarakatnya untuk periode jangka
panjang. Pernyataan dari Laura D’Andrea Tyson, Ketua Council of Economic
Advisors – Amerika Serikat dalam kritiknya mengungkapkan bahwa “daya saing
merupakan kemampuan menghasilkan barang dan jasa yang berhasil dalam
persaingan internasional, dan dalam waktu bersamaan warga negara juga
menikmati suatu standar hidup yang meningkat dan berkelanjutan (sustainable).”1
Mustahil kalau suatu negara ingin mempunyai daya saing yang tinggi kalau
tidak mempunyai sumber daya (resources) yang memadai. Dari sisi Pembiayaan
Pendidikan Dilihat Dari Manfaat Tangible dan Intangible, hal tersebut dapat
berupa sumber daya yang ‘dapat dilihat’ (tangible) dan yang sumber daya yang
tidak dapat dilihat (in-tangible). Sumber daya yang tangible, antara lain: sumber
daya pendukung atau sarana dan prasarana seperti kelas, laboratorium, gedung
administrasi, ruang rapat, ruang kerja guru/dosen dan karyawan, ruang
perpustakaan, ruang perkuliahan, teknologi audio dan video, komputer dan
internet dan dana. Sementara itu yang in-tangible adalah manusia (guru, dosen,
tenaga kependidikan), IPR (intellectual property rights), hak monopoli, hak
exclusive licenses, sistem/program pendidikan, kurikulum, organisasi dan
kepemimpinan, strong brands, serta kemampuan bekerjasama. Pada kondisi
seperti ini, Pembiayaan Pendidikan akan menjadi lebih kompleks bila kita
memberikan pertimbangan yang matang terhadap Manfaat Tangible dan
Intangible-nya.
2 Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan maksud:
a) Untuk mengetahui Pengertian Pembiayaan Pendidikan Dilihat Dari Manfaat
Tangible dan Intangible.
1
Laura Tyson. Who's Bashing Whom: Trade Conflict in High Technology Industries. Washington, D.C.: Institute for
International Economics, 2001
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 3
4. b) Untuk Mengetahui Tujuan Pembiayaan Pendidikan agar memberikan Manfaat
Tangible dan Intangible.
c) Untuk Mengetahui Perkembangan Pembiayaan Pendidikan Dilihat Dari
Manfaat Tangible dan Intangible.
3 Landasan Teori
3.1 Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan merupakan suatu konsep yang seharusnya ada
dan tidak dapat dipahami tanpa mengkaji konsep-konsep yang mendasarinya.
Ada anggapan bahwa pembicarakan pembiayaan pendidikan tidak lepas dari
persoalan ekonomi pendidikan. Morphet (1970:85) “Mengemukakan bahwa
pendidikan itu mempunyai peranan vital terhadap ekonomi dan negara modern.
Dikemukakan hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa pendidikan
merupakan kontributor utama terhadap pertumbuhan ekonomi”. Secara umum
pembiayaan pendidikan adalah sebuah kompleksitas, yang didalamnya akan
terdapat saling keterkaitan pada setiap komponen, yang memiliki rentang yang
bersifat mikro (satuan pendidikan) hingga yang makro (nasional), yang meliputi
sumber-sumber pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme
pengalokasiannya, efektivitas dan efisiensi dalam penggunaannya, akutabilitas
hasilnya yang diukur dari perubahan-perubahan yang terjadi pada semua tataran,
khususnya sekolah, dan permasalahan-permasalahan yang masih terkait dengan
pembiayaan pendidikan.2
Menurut Adam Smith, Human Capital yang berupa kemampuan dan
kecakapan yang diperoleh melalui Pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil
bekerja memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Perolehan
ketrampilan dan kemampuan akan menghasilkan tingkat balik Rate of Return yang
sangat tinggi terhadap penghasilan seseorang. Berdasarkan pendekatan Human
Kapital ada hubungan Lenier antara Investment Pendidikan dengan Higher
Productivity dan Higher Earning. Manusia sebagai modal dasar yang di
Infestasikan akan menghasilkan manusia terdidik yang produktif dan
meningkatnya penghasilan sebagai akibat dari kualitas kerja yang ditampilkan
2
Morphet Edgar C. (1983) The Economist & Financing of Education (Fourth Edition). New Jersey: Prentice Hall Inc.
Engelwood Cliffs.
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 4
5. oleh manusia terdidik tersebut,dengan demikian manusia yang memperoleh
penghasilan lebih besar dia akan membayar pajak dalam jumlah yang besar
dengan demikian dengan sendirinya dapat meningkatkan pendapatan negara.
Peningkatan ketrampilan yang dapat mengahasilkan tenaga kerja yang
Produktivitasnya tinggi dapat dilakukan melalui Pendidikan yang dalam
pembiayaannya menggunakan efesiensi Internal dan Eksternal. Dalam upaya
mengembangkan suatu sistem pendidikan nasional yang berporos pada pada
pemerataan, relevansi, mutu, efisiensi, dan efektivitas dikaitkan dengan tujuan dan
cita-cita pendidikan kita, namun dalam kenyataannya perlu direnungkan, dikaji,
dibahas, baik dari segi pemikira tioritis maupun pengamatan emperik.
Untuk dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal, maka salah satunya
hal paling penting adalah mengelola biaya dengan baik sesuai dengan kebutuhan
dana yang diperlukan. Administrasi pembiayaan minimal mencakup perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan. Penyaluran anggaran perlu dilakukan secara
strategis dan intergratif antara stakeholder agar mewujutkan kondisi ini, perlu
dibangun rasa saling percaya, baik internal pemerintah maupun antara pemerintah
dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat
ditumbuhkan. Keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas dalam penyelenggaraan
pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan menjadi kata-
kata kunci untuk mewujutkan efektifitas pembiayaan pendidikan.
3.2 Manfaat Pendidikan Secara Tangible dan Intangible
Fitrah sebagai seorang manusia adalah menerima segala hal di muka
bumi, termasuk juga yang namanya pendidikan yang pada hakikatnya semua
manusia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pendidikan (education).
Pendidikan harus membuat interelasi manusia sebagai subjek dalam dunia
beserta isinya. Pendidikan secara esensial berfungsi untuk mempertemukan
manusia dengan jatidirinya kemanusiaannya dalam dunia pendidikan dalam
hubungannya dengan dunia sesama manusia dan makhluk lain. Manusia adalah
makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai kehidupan yang
optimal, kehidupan yang lebih baik secara optimal. Selama manusia berusaha
untuk meningkatkan kehidupannya baik dalam meningkatkan dan
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 5
6. mengembangkan kepribadian serta kemampuan atau keterampilannya secara
sadar atau tidak sadar maka selama itulah pendidikan terus berjalan.
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan luas.
Dalam arti khusus pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Jadi,
pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Setelah
anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai.
Sedangkan dalam arti luas, merupakan usaha manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan
merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Berlangsung sepanjang
hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan
masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang
terbaik dan intelejen, untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Secara definitive pendidikan adalah media transformasi antar manusia satu
dengan manusia lain. Paolo Freire dalam bukunya “Pedagogy of the Oppressed”
mendefinisikan pendidikan sebagai prasarana untuk memanusiakan manusia.
Dalam klarifikasinya pendidikan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu formal, nonformal
dan informal. Secara harfiah sekolah beasal dari kata skhole, scholae atau sehola
(bahasa yunani) yang artinya “waktu luang”. Pada masa yunani kuno waktu luang
yang ada setelah bekerja digunakan untuk mempelajari sesuatu kepada orang
ahli. Kebiasaan tersebut juga diberlakukan kepada putera-puteri mereka dengan
mennitipkan dalam waktu tertentu. Disana mereka bermain, berinteraksi dan
mempelajari apa yang dianggap perlu.3
Pertanyaan mendasar yang terkait dengan Manfaat Pendidikan diuraikan
Edward J. Power pada bukunya “Philosophy of Education: Studies in
Philosophies, Schooling, and Educational Policies” sebagai berikut:4
3
Freire, Paulo. Pedagogy of the Oppressed. New York: Continuum, 2007,p18
4
Power, Philosophy of Education: Studies in Philosophies, Schooling, and Educational Policies, 1982, p200
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 6
7. Tabel-1 Fundamental Educational Questions
Who? Who is to be educated? The nature and capacity of human beings.
Why should human beings be educated? A determination or definition
Why?
of educational purpose.
What means should be used to achieve educational purpose? Building
What?
or organizing a content – a curriculum – for education.
How should educational means be deployed to obtain superior
How?
leraning? The problem of method.
Sumber: Power (1982: 200)
Edward J. Power juga mengatakan bahwa manfaat pendidikan dapat
dibedakan menjadi tujuh aspek, seperti yang diuraikan pada tabel di bawah ini:5
Tabel-2 - A Summary of Educational Purposes
Education should aim principally at forming and
Education for strengthening the mental faculties, thus enabling persons to
Discipline meet and master the exigencies of life when school days are
over.
Education should concern itself mainly with the teaching of
Education for
useful knowledge and skill, which are essential to life in
Knowledge
society.
Using any means at its disposal, including discipline and
Education for
knowledge, education should seek to form morally
Character
responsible and socially sensitive human beings.
Civility and utility are essential conditions for personal and
Education for LIfe social decency and success. Educational should concern
itself with the teaching of relevant competencies.
Education should supply opportunity for personal growth. It
Education for
should always aspire the cultivating rather than arresting
Growth
growth.
Education for Happiness is life’s ultimate objective, so education should
5
Power, Philosophy of Education: Studies in Philosophies, Schooling, and Educational Policies, 1982, p250
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 7
8. Personal Fullfilment contain the means to promote personal autonomy, an
essential condition to happiness.
Education should prepare persons to appreciate beauty in
Education for
all its various forms and supply standards for making
Growth
aesthetics judgements.
Sumber: Power (1982: 250)
4 Pembahasan Masalah
Walaupun berbagai upaya Pembiayaan Pendidikan telah dilakukan, namun
masalah besar pendidikan di Indonesia dewasa ini masih terlihat di tiga hal yaitu
masalah yang berkaitan dengan (a). peningkatan dan perluasan akses
pendidikan, (b). peningkatan kualitas, relevansi dan rendahnya daya saing
pendidikan, dan (c). Penguatan manajemen, akuntabilitas kinerja dan citra
publik.Beberapa strategi untuk mencapai kemampuan berkompetisi yang telah
dibahas di makalah ini adalah (a). Meningkatkan program yang berkualitas dan
mempunyai relevansi dengan kebutuhan lapangan kerja (Enhanced Program
Excellence and Relevance), (b). Meningkatkan efisiensi dan kualitas manajemen
(Enhanced Efficiency and Quality Management), (c). Menjamin kelangsungan
tersedianya anggaran (Ensured Financial Viability), (d). Meningkatkan kerjasama
(Strengthen Networking), dan (e). Memperluas ’pasar’ dari program dan produk
yang dihasilkan (Increased Access to Market the Programs and Output).
Kalau kita simak hasil laporan lembaga internasional mengenai masalah
pendidikan, pembangunan manusia, dan daya saing Indonesia, maka kita patut
prihatin. Indeks pendidikan kita berada di urutan 7, indeks pembangunan manusia
berada di urutan 6 dan indeks daya saing (competitiveness index) kita berada di
ranking 5 dari 10 negara ASEAN. Terlepas setuju atau tidak dengan ukuran yang
dipakai, itulah penilaian lembaga internasional ternama seperti United Nations
Development Program (UNDP). Salah satu instrumen kebijakan yang dapat
dipakai untuk memperbaiki tiga macam indeks pengukuran di atas adalah dengan
memajukan pendidikan. Banyak ahli berpendapat bahwa variabel pendidikan
inilah sebenarnya yang dapat dipakai sebagai pemicu (trigger) dalam
menggerakkan pembangunan suatu bangsa. Instrumen kebijakan yang dapat
ditawarkan untuk memicu pembangunan pendidikan, dengan tanpa berangkat dari
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 8
9. nol, adalah dengan cara melakukan ‘revitalisasi sumber daya pendidikan’.
Revitallisasi pendidikan untuk mencapai keunggulan kompetitif, memberi makna
bahwa peran pendidikan itu diyakini sangat penting dan strategis, namun karena
pengelolaan sumber dayanya tidak atau kurang baik, maka keunggulan kompetitif
pendidikan di Indonesia menjadi rendah. Karena itu solusinya adalah bagaimana
melakukan revitalisasi sumber daya pendidikan tersebut agar kemampuan
kompetisi (competitiveness) menjadi tinggi.Untuk mengetahui sampai seberapa
besar tingkat kompetisi pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan negara-
negara tetangga ASEAN, maka berikut ini disajikan secara singkat beberapa
indikator pembangunan sumber daya manusia (yang erat kaitannya dengan
kualitas pendidikan) dan pembangunan di sektor pendidikan sebagai berikut:
4.1 Pembangunan SDM dan Pendidikan di Indonesia
Ada tiga sumber data yang dipakai untuk menjelaskan kemajuan
pembangunan manusia dan di sektor pendidikan, yaitu data yang bersumber dari
United Nations Development Program (UNDP, 2004) yang membandingkan
kemajuan pendidikan Indonesia dengan negara ASEAN lainnya; data evaluasi
pendidikan Indonesia dari BPS, Bappenas, UNDP (2004), dan data dari Program
Pembangunan Nasional (Propenas) Departemen Pendidikan.
4.1.1 Human Development Index (HDI):
Human Development Index (HDI) adalah parameter yang menunjukkan
tingkatan ‘kualitas’ sumber daya manusia yang cara perhitungannya bukan saja
menggunakan variabel pendidikan, tetapi juga variabel ekonomi dan kesehatan.
Data di bidang pendidikan yang digunakan juga sebagian saja dari sekian banyak
data pendidikan yang tersedia. Data pendidikan yang digunakan untuk
menghitung HDI adalah data melek huruf orang dewasa (usia >15 th) dan data
Gross enrolment ratio (Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Lanjutan Pertama dan
Atas, dan Perguruan Tinggi). Begitu juga variabel kesehatan, hanya dipakai data
usia harapan hidup (life expectancy); sedangkan untuk variabel ekonomi, datanya
hanya diambil angka Gross Domestik Product (GDP) per kapita. Kemudian dari
tiga variabel tersebut dihitung HDI. Untuk tahun 2002, HDI Indonesia adalah
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 9
10. 0,692. Walaupun angka HDI ini kelihatan rendah (dibandingkan dengan ASEAN),
namun untuk setiap tahunnya angka HDI Indonesia mengalami kenaikan yang
meyakinkan.
Kalau data Human Development Index (HDI) Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN, maka Indonesia menempati urutan (ranking)
keenam setelah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Walaupun ukuran yang ditetapkan oleh UNDP ini memperoleh banyak kritik dari
berbagai pihak, namun karena kurang atau tidak ada lembaga lain yang
melakukan pengukuran HDI, maka hasil HDI yang dihasilkan oleh UNDP ini
banyak dipergunakan oleh para ahli, baik para ahli Indonesia maupun ahli asing.
Juga angka HDI karya UNDP ini justru banyak dipakai sebagai landasan membuat
keputusan untuk menjelaskan dan membanding kemajuan pembangunan,
khususnya pembangunan sumber daya manusia, dari suatu negara.
Walaupun variabel yang dipakai untuk mengukur Human Development
Index (HDI) ini banyak memperoleh kritikan, namun hasil akhir dari angka-angka
HDI di negara-negara ASEAN adalah cukup realistik. Penempatan angka HDI
untuk Indonesia di urutan 6 adalah logis karena ‘kemajuan’ Indonesia
dibandingkan dengan enam negara lainnya memang di sekitar enam tersebut,
setelah Brunei Darussalam, Singapore, Malaysia dan Thailand.Juga walaupun
angka HDI Indonesia berada di urutan ke-6 di ASEAN, namun kalau dilihat dari
perkembangannya sejak tahun 1975 adalah mengalami kenaikan yang signifikan.
Kalau tahun 1975 angka HDI sebesar 0,47, maka pada tahun 2002, angka HDI
Indonesia sebesar 6,9% per tahun.
4.1.2 Indeks Pendidikan:
Data yang dipakai untuk mengukur indeks pendidikan juga terbatas pada
data melek huruf dan gross enrolment ratio dari Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah dan Perguruan Tinggi (SD, SM dan PT). Terlepas dari setuju atau tidak
dengan cara yang dipakai oleh UNDP tersebut, terlihat bahwa indeks pendidikan
Indonesia berada di bawah Vietnam, yaitu di urutan 7, sementara Vietnam berada
di urutan 6.
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 10
11. 4.2 Masalah Besar Pendidikan Indonesia yang Harus Direspon:
Masalah besar pendidikan di Indonesia seperti dituliskan di atas adalah
bagaimana (a). Meningkatkan pemerataan dan akses terhadap pendidikan, (b).
Meningkatkan kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan dan (c).
Meningkatkan tata kelola, akuntabilitas kinerja, dan citra publik terhadap
penyelenggaraan pendidikan ke arah yang lebih baik.Ketimpangan pemerataan
pendidikan bukan saja terjadi di antar wilayah Indonesia kawasan barat dan timur,
atau di Jawa dan luar Jawa, tetapi juga terjadi di kawasan perkotaan dan
pedesaan. Ketimpangan pemerataan juga terjadi di antar tingkat pendapatan
penduduk dan bahkan juga terjadi di antar gender. Sedangkan kualitas pendidikan
di Indonesia dinilai masih memprihatinkan. Menurut dokumen Propenas tahun
2000-2004, dituliskan bahwa berdasarkan hasil studi International Education
Achievement diketahui bahwa kemampuan membaca murid Sekolah Dasar
Indonesia berada di urutan ke-38 dari 39 negara yang diteliti. Sementara itu
kemampuan Matematika murid Sekolah Lanjutan Menengah Pertama (SLTP)
berada di urutan ke-39 dari 42 negara yang diteliti, dan untuk kemampuan Ilmu
Pengetahuan Alam, murid SLTP di Indonesia berada di urutan 40 dari 42 negara
yang diteliti. Sementara itu lemahnya manajemen pendidikan lebih banyak
disebabkan oleh kebijakan bidang pendidikan masa lalu dimana manajemen
pendidikan nasional secara keseluruhan masih banyak yang bersifat sentralistik,
sehingga kurang mendorong terjadinya demokratisasi dan sentralisasi
penyelenggaraan pendidikan. Kebijakan yang cenderung sentralistik ini juga
menciptakan adanya kebijakan yang seragam untuk seluruh Indonesia, padahal
kebijakan yang demikian hampir dapat dipastikan tidak dapat mengakomodasi
perbedaan keragaman dan kepentingan di daerah, di sekolah, dan bahkan di
masing-masing peserta didik. Kebijakan yang sentralistik juga cenderung dapat
mematikan partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan serta mendorong
terjadinya pemborosan dan ketidak-efisienan pengelolaan sumber daya
pendidikan.Bahkan laporan dari ’World Competitiveness Yearbook’ menempatkan
kemampuan pendidikan di Indonesia untuk berkompetisi terus menurun. Pada
tahun 1977 saat awal masa krisis ekonomi, urutan atau ranking pendidikan di
Indonesia berada di urutan 39 kemudian pada tahun 1999 urutan tersebut
menurun menjadi urutan 46 dari 47 negara. Pada tahun 2002 ranking kemampuan
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 11
12. berkompetisi dari pendidikan di Indonesia menurun lagi ke urutan 47 dari 49
negara yang ada di daftar buku tersebut (Hamid, 2003). Untuk mengatasi
permasalahan pendidikan nasional seperti yang diuraikan di atas, masing-masing
penyelenggara pendidikan dituntut untuk melakukan upaya-upaya pengelolaan
sumber daya pendidikan secara efektif dan efisien. Maksudnya agar lembaga
pendidikan tersebut mampu bertahan dan berkembang ke arah yang lebih maju
dan seterusnya mampu bertahan dan bersaing dengan penyelenggara pendidikan
yang lain yang jumlahnya yang semakin banyak dan mutunya yang semakin baik.
4.3 Upaya yang Telah dan Akan Dilakukan:
Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk membangun manusia
Indonesia dan membangun sektor pendidikan di Indonesia. Bahkan amanat
Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIII Pasal 31 tentang ‘Pendidikan’, menjelaskan
bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989, Bab VIII Pasal
33 tentang ‘Sumber Daya Pendidikan’ dituliskan bahwa pengadaan dan
pendayagunaan sumber daya pendidikan (termasuk Pembiayaan Pendidikan)
dilakukan oleh Pemerintah, masyarakat dan/atau keluarga peserta
didik.Pemerintah kini terus meningkatkan pembangunan pendidikan di Indonesia.
Prioritas pertama yang dikerjakan adalah menetapkan dan melaksanakan
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Karena itulah pemerintah terus
berupaya meningkatkan anggaran pendidikan dan memperbaiki sistem pendidikan
untuk : (a). Meningkatkan pemerataan dan akses terhadap pendidikan, (b).
Meningkatkan kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan dan (c).
Meningkatkan tata kelola, akuntabilitas kinerja, dan citra publik terhadap
penyelenggaraan pendidikan ke arah yang lebih baik.
5 Kesimpulan
Pendidikan adalah sebuah proses membutuhkan waktu yang panjang.
Yaitu pendidikan sepanjang hayat berlangsung mulai pendidikan dalam keluarga
sekolah formal sampai pendidikan di masyarakat. Pendidikan tersebut bersifat
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 12
13. dinamis dan senantiasa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi dan kemajuan jaman. Manfaat Pendidikan sebenarnya sebagai media
dan pembebasan dari yang semula tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
menjadi bisa sehingga masyarakat tidak terbelenggu pada paradigma yang
dogmatis. Setiap diri manusia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan tanpa
mengenal ruang dan waktu, tanpa mengenal usia dan tanpa dibatasi oleh
bangunan gedung sekolah yang megah yang memisahkan antara si kaya dan si
miskin walaupun itu memebutuhkan Pembiayaan Pendidkan yang cukup besar.
Falsafah Pendidikan yang memanusiakan manusia (humanize the human being)
harus tetap menjadi pandangan hidup dalam dunia pendidikan sehingga akan
tercipta pendidikan yang bebas secara politik, sejahtera secara ekonomi, adil
secara hukum dan partisipatif secara budaya.
6 Referensi
[1] Laura Tyson. Who's Bashing Whom: Trade Conflict in High Technology
Industries. Washington, D.C.: Institute for International Economics,2001
[2] Morphet Edgar C. (1983) The Economist & Financing of Education (Fourth
Edition). New Jersey: Prentice Hall Inc. Engelwood Cliffs.
[3] Freire, Paulo. Pedagogy of the Oppressed. New York: Continuum, 2007
[4] Power, Philosophy of Education: Studies in Philosophies, Schooling, and
Educational Policies, 1982
[5] United Nations Development Program (UNDP), Annual Data , 2004
[6] Prof Satryo S. Brodjonegoro, Higher Education Reform in Indonesia, 2004
Makalah Pilihan Tugas Mata Kuliah “Pembiayaan Pendidikan-AP704” | 13