SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 32
Downloaden Sie, um offline zu lesen
30 • WARTA Ditjen PP dan PL
1WARTA Ditjen PP dan PL •
SUSUNAN REDAKSI
PENANGGUNG JAWAB : Sri Handini, SH, MH, M.Kes | REDAKTUR : drg. Yossy Agustina, MH.Kes, dr. Ita Dahlia, MH.Kes, Imam
Setiaji, SH | EDITOR/PENYUNTING : Risma, SKM, dr. Romadona Triada, Muji Yuswanto, S.Kom | DESIGN GRAFIS dan
FOTOGRAFER : Devy Nurdiansyah, AMKL, Bukhari Iskandar, SKM, Sri Sukarsih, Amd, Putri Kusumawardani, ST, Eriana
Sitompul | SEKRETARIAT : Dewi Nurul Triastuti, SKM, Firman Septiadi, SKM, Indah Nuraprilyanti, SKM, Aditya Pratama,
SI.Kom, Ni Nengah Yustina, SKM, Ira Vitria Sari, SE, Nurul Badriyah, SKM, Frans Landi, SKM, Budi Hermawan, Amd, Hastha
Meytha, SST, S.Si, Rizky Ndry Anggoro, SH, Rr. Tri Hastati | ALAMAT REDAKSI : Bagian Hukormas, Gedung A Direktorat
Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan, Jl. Percetakan Negara No.29 Jakarta Pusat 10560 | TELEPON : 021-4247608 |
FAKSIMILI : 021-4207087 | EMAIL : humas.p2pl@gmail.com, hoh.pppl@yahoo.com | WEBSITE : www.pppl.depkes.go.id
REDAKSI MENERIMA NASKAH DARI PEMBACA, DAPAT DIKIRIM KE ALAMAT EMAIL: humas.p2pl@gmail.com
SALAM REDAKSI
M
erebaknya kasus ebola
di Afrika kini sudah
merambah hingga lintas
benua. Hal ini
mengakibatkan Indonesia khususnya
Kementerian Kesehatan perlu waspada
dengan virus yang mematikan ini,
karena saat ini semakin banyak warga
negara Indonesia yang datang maupun
bepergian ke luar negeri, seperti TKI
maupun jemaah haji/umrah.
Kantor Kesehatan Pelabuhan
sebagai cegah tangkal penyakit di
pintu masuk negara bekerjasama
dengan instansi terkait, telah
menempatkan alat khusus pendeteksi
suhu tubuh yang dipasang di bandar
udara serta beberapa pelabuhan yang
memiliki akses langsung dengan
negara luar. Selain itu, disiapkan juga
petugas deteksi yang telah dilengkapi
alat khusus untuk mendeteksi
penumpang yang kemungkinan
terjangkit ebola. Hal ini yang kami
angkat dalam rubrik Warta Utama.
Indonesia memang tidak
menghadapi wabah virus mematikan
ini, namun Indonesia mengalami
betapa masalah kesehatan berdampak
pada kerugian ekonomi. Masalah
kesehatan di Indonesia yang
berdampak pada kerugian ekonomi
terkait dengan buruknya sanitasi
sehingga menimbulkan biaya untuk
kesehatan, akses yang lebih mahal
untuk air bersih dan hilangnya
pendapatan karena masuk rumah
sakit.
Persoalan sanitasi ini tidak
sepenuhnya sederhana. Untuk akses
sanitasi yang layak, Indonesia
membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Pemerintah Indonesia menargetkan,
pada 2019 mendatang seluruh wilayah
Indonesia harus memiliki akses air
minum dan sanitasi yang layak
sebagaimana tertuang dalam UU No 17
tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang 2005-
2025.
Untuk mengenal lebih dekat Dirjen
PP dan PL yang baru, kami juga
menampilkan sosok dr. H. M. Subuh,
MPPM melalui rubrik Potret. Selain itu
kami juga menyuguhkan berita-berita
menarik lainnya dalam rubrik seputar
kita dan peristiwa.
Segenap redaksi majalah WARTA PP
dan PL mengucapkan Selamat Hari
Natal dan Tahun Baru 2015. Tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak
berperan dalam penerbitan majalah
WARTA PP dan PL edisi II ini. Kami
sadar majalah ini masih jauh dari
sempurna, dan kami selalu
mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk perbaikan edisi
mendatang. Harapan kami agar
majalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Penyakit Virus Ebola
2 • WARTA Ditjen PP dan PL
DAFTAR ISI
Mengulik Tentang Virus Ebola Kenali Virusnya Hindar Penyakitnya
Menghadapi Virus Ebola di Pintu Masuk Negara
Cegah Ebola Dengan CTPS
10 Tips Menghindari Infeksi dan Menanggulangi Wabah Ebola
Green Office, Bukan Sekedar Slogan……!!!
Rabies Tahukah Anda?? Awas Gigitan Anjing Rabies!
Cegah Kanker Dengan Aktifitas Fisik
Integrasi Program Pelayanan TB di Era Jaminan Kesehatan Nasional
Sudah Amankah Tempat Pengelolaan Makan Kita ???
5 Bahaya Makan Roti Tawar !!!
Bawang Mentah Bagus Buat Jantung
Menkes Lantik Pejabat Eselon I Kementerian Kesehatan
Wujudkan Impian Pengembangan Laboratorium PES
Surveilans Berbasis Laboratorium untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Batasi Konsumsi Gula, Garam dan Lemak untuk Jantung Sehat
Pentingnya Keterbukaan Informasi Publik
Lokakarya Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Wabah
Bersinergi Dalam STBM Mencapai Akses Universal 2019
3WARTA Ditjen PP dan PL •
MENGULIK TENTANGMENGULIK TENTANG VIRUS EBOLAVIRUS EBOLA
KENALI VIRUSNYAKENALI VIRUSNYA HINDARI PENYAKITNYAHINDARI PENYAKITNYA
S
etelah merebaknya virus Mers
-Cov di sejumlah negara di
dunia beberapa waktu lalu,
kini dunia tengah dihebohkan
dengan virus Ebola. Penyakit Virus
Ebola atau Ebola Virus Disease (EVD)
adalah salah satu dari banyak
penyakit demam berdarah virus, yang
berakibat fatal pada manusia dan
primata (seperti monyet, gorila, dan
simpanse).
Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi virus dari genus Ebolavirus dan
pertama kali ditemukan pada tahun
1976 di tempat yang sekarang dikenal
sebagai Republik Demokratik Kongo
dekat Sungai Ebola. Ada 5 sub spesies
dari Ebolavirus. Empat dari lima telah
menyebabkan penyakit pada manusia,
yaitu: Virus Ebola (Zaire Ebolavirus);
Virus Sudan (Sudan Ebolavirus); Virus
TAI Forest (TAI Forest Ebolavirus,
sebelumnya Pantai Gading
Ebolavirus); Virus Bundibugyo
(Bundibugyo Ebolavirus) dan Virus
Reston (Reston Ebolavirus) telah
menyebabkan penyakit pada primata.
Host reservoir dari Virus Ebola masih
belum diketahui. Namun, berdasarkan
bukti yang ada dan sifat virus yang
sama, peneliti percaya bahwa
kelelawar menjadi reservoir yang
paling mungkin.
Tanda dan gejala
Gejala penyakit dapat muncul
dimana saja dengan masa inkubasi
virus 2 sampai 21 hari, namun yang
paling umum terjadi adalah sekitar 8-
10 hari setelah terpapar Virus Ebola.
Gejalanya berupa demam mendadak,
lemah, nyeri otot, sakit kepala, sakit
tenggorokan. Gejala ini diikuti dengan
muntah, diare, ruam, gangguan fungsi
ginjal dan hati, dan dalam beberapa
kasus terjadi perdarahan baik internal
maupun eksternal. Penderita Ebola
dapat pula dilihat dari hasil
laboratorium berupa penurunan
jumlah sel darah putih dan trombosit,
serta peningkatan enzim hati.
Cara Penularan
Penyakit Virus Ebola ini ditularkan
melalui kontak langsung dengan
darah atau cairan tubuh yang
terkontaminasi Virus Ebola atau
terpapar objek (seperti jarum suntik)
yang telah terkontaminasi dengan
sekresi yang terinfeksi oleh Virus
Ebola.
Pemeriksaan Klinis dan
Penunjang
Infeksi Virus Ebola dapat
didiagnosis di laboratorium melalui
beberapa jenis tes, yaitu Enzyme-
Linked Immunosorbent Assay (ELISA),
tes deteksi antigen, uji serum
netralisasi, Reverse Transcriptase
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
assay, dan isolasi virus dengan kultur
sel.
Tata Laksana Kasus dan
Prognosis
Standar pengobatan Penyakit
Virus Ebola masih terbatas pada
terapi suportif, yaitu :
1. Menyeimbangkan cairan tubuh
dan elektrolit pasien
2. Mempertahankan status oksigen
dan tekanan darah
3. Memberikan pengobatan untuk
setiap komplikasi infeksi yang
terjadi
Pengobatan tepat waktu pada
penderita Penyakit Virus Ebola adalah
penting, karena penyakit ini sulit
untuk didiagnosis secara klinis pada
tahap awal infeksi. Gejala awal seperti
sakit kepala dan demam tidak spesifik
untuk menentukan seseorang
terinfeksi. Namun jika seorang pasien
memiliki gejala awal dan ada alasan
kuat sehingga pasien tersebut
dinyatakan sebagai suspek, pasien
harus diisolasi dan petugas kesehatan
harus segera mengetahui hal ini.
Terapi suportif dapat dilanjutkan
dengan menggunakan pakaian
pelindung yang tepat sampai sampel
dari pasien diuji untuk
mengkonfirmasi infeksi. Sampai saat
ini belum ditemukan vaksin untuk
penyakit Virus Ebola. Beberapa vaksin
masih dalam tahap pengujian, namun
belum ada satu pun yang dapat
digunakan untuk kasus klinis.
4 • WARTA Ditjen PP dan PL
E
bola Virus Disease (EVD)
ditularkan melalui kontak
langsung dengan darah,
cairan tubuh, dan jaringan
orang yang terinfeksi, sehingga dapat
menimbulkan dampak serius
terhadap kesehatan masyarakat
karena berpotensi menyebar dan
menyebabkan kematian yang tinggi
( CFR sampai 90%). Penyakit Virus
Ebola adalah demam berdarah virus
yang menjadi perhatian Internasional
sesuai International Health
Regulation/ IHR (2005).
Berdasarkan data WHO sampai
dengan tanggal 14 September 2014
terdapat 5.357 kasus dengan jumlah
kematian sebanyak 2.630 kasus
(49,09%) yang tersebar di 5 negara
Afrika Barat yaitu Guinea dengan
jumlah kasus 942 orang dengan
kematian 601 orang, Liberia dengan
jumlah kasus 2.710 orang dengan
kematian 1.459 orang, Sierra Leone
dengan jumlah kasus 1.673 orang
dengan kematian 562 orang, Nigeria
dengan jumlah kasus 21 orang
dengan jumlah kematian 8 orang, dan
Senegal dengan jumlah kasus 1 orang
dengan jumlah kematian 0. Terdapat
pula 62 kasus EVD dengan jumlah
kematian 35 orang di Negara
Democratic Republic of the Congo
(DRC).
Hingga saat ini di Indonesia belum
ditemukan kasus konfirmasi penyakit
virus Ebola, namun dengan tingkat
mobilitas (pelaku perjalanan) yang
tinggi dari dan ke luar negeri menjadi
salah satu potensi atau risiko
masuknya virus Ebola ke tanah air.
WHO telah menyatakan penyakit virus
Ebola sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD) sehingga Indonesia
khususnya Kementerian Kesehatan
perlu melakukan langkah-langkah
kewaspadaan terhadap kemungkinan
masuknya virus Ebola.
Sejauh ini WHO belum
mengeluarkan travel warning ke
negara terjangkit. Kewaspadaan
penularan penyakit harus dimiliki
oleh WNI yang melakukan perjalanan
ke negara terjangkit atau yang saat ini
ada di negara terjangkit.
Pemerintah telah memiliki
mekanisme untuk pencegahan
penyebaran dan penanganan kasus
penyakit impor secara umum
termasuk penyakit virus Ebola. Upaya
ini melibatkan jajaran Kementerian
Kesehatan, TNI/ Polri, dan
kementerian/ lembaga terkait lainnya.
Upaya aktif pemerintah dalam
mencegah masuknya penyakit Virus
Ebola di Indonesia adalah dengan
melakukan skrining di pintu masuk
negara terhadap pelaku perjalanan
dengan riwayat perjalanan dari
negara terjangkit yang menunjukkan
gejala penyakit virus Ebola.
Pemantauan perkembangan kasus
Ebola dilakukan melalui mekanisme
IHR (2005), komunikasi langsung
dengan Outbreak Center WHO, dan
mengamati penyakit di negara
terjangkit dan kemungkinan
penyebarannya ke negara lain.
MENGHADAPI VIRUS EBOLA
DI PINTU MASUK NEGARA
WARTA Ditjen PP dan PL4 •
5WARTA Ditjen PP dan PL •
Peran Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP)
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Direktorat Jenderal pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
mempunyai tugas cegah tangkal
penyakit dari dan keluar pintu masuk
negara wajib melaksanakan langkah-
langkah kewaspadaaan sebagai upaya
pencegahan dengan melakukan
pelaporan jika diketahui terdapat
penumpang sakit dipesawat sebelum
kedatangan, dan melakukan investigasi
terhadap wisatawan yang sakit dengan
gejala demam viral dan ada riwayat
kontak dengan daerah terjangkit, jika
perlu dilakukan isolasi dan karantina.
Langkah kewaspadaan yang perlu
dilakukan oleh Kantor Kesehatan
Pelabuhan sesuai surat edaran Dirjen
PP dan PL adalah dengan :
1. Mengikuti perkembangan berita
tentang penyakit Ebola baik dari
Kementerian Kesehatan RI maupun
WHO dan berkoordinasi dengan
jajaran kesehatan setempat/se
wilayah.
2. Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat luas untuk segera
mendatangi fasilitas pelayanan
kesehatan bila ada keluarga atau
tetangga yang sakit dengan gejala
demam viral dan ada riwayat
kontak/perjalanan ke wilayah
terjangkit virus Ebola, namun tidak
perlu menimbulkan kepanikan.
3. Melakukan pengamatan ketat
terhadap penumpang yang datang
dari negara terjangkit dengan
gejala klinis seperti tersebut diatas
dengan cara :
 Lakukan pemeriksaan dan
memastikan kebenaran riwayat
perjalanan dari negara terjangkit
 Lakukan rujukan ke Rumah Sakit
rujukan Flu Burung terdekat
untuk dilakukan tatalaksana
kasus dan konfirmasi
pemeriksaan laboratorium
 Lakukan pencatatan dan
pelaporan
Kantor Kesehatan Pelabuhan yang
berkedudukan dan berada di wilayah
kerja bandara, pelabuhan, dan pos
lintas batas darat negara merupakan
pintu masuk penyebaran penyakit
virus Ebola, maka sudah menjadi tugas
KKP melakukan fungsinya sebagai
cegah tangkal penyakit dan masalah
kesehatan di Indonesia dengan
melakukan kewaspadaan dalam
rangka mengantisipasi masuknya virus
Ebola ke Indonesia.
WARTA Ditjen PP dan PL • 5
6 • WARTA Ditjen PP dan PL
P
enyakit virus ebola (EVD)
atau demam berdarah Ebo-
la (EHF) adalah penyakit
pada manusia yang
disebabkan oleh virus Ebola. Gejalan-
ya biasanya dimulai dua hari hingga
tiga minggu setelah terjangkit virus,
dengan adanyademam, sakit
tenggorokan, nyeri sendi, nyeriotot,
dan sakit kepala. Biasanya diikuti
dengan mual, muntah,diare,
menurunnya
fungsi liver dan ginjalsertamengalami
masalah pendarahan internal danek-
sternal.
Wabah Ebola yang meluas di em-
pat negara Afrika yaitu Liberia, Guin-
ea, Sierra Leonne, dan Nigeria telah
menewaskan lebih dari 1.000
orang.Berdasarkan data WHO, ke-
matian yang disebabkan virus Ebola
sebesar 57 %.
Virus mungkin didapatkan melalui
kontak dengan darah atau cairan
tubuh hewan yang terinfeksi
(biasanya monyet atau kelela-
war).Penyebaran lewat udara belum
pernah tercatat dalam lingkungan
alami. Begitu terjadi infeksi pada
manusia, penyakit ini dapat menyebar
pada orang-orang. Virus ini ditularkan
kepada orang lain melalui kontak
langsung dengan orang yang terin-
feksi melalui cairan penderita seperti
batuk, bersin, muntahan atau darah
penderita yang mengenai mata,
hidung, atau mulut orang lain. Virus
Ebola juga dapat bertahan hidup di
permukaan benda, sehingga benda
apa pun yang terkontaminasi dengan
cairan tubuh penderita, seperti sarung
tangan karet ataupun jarum suntik,
dapat menjadi media penularan virus
tersebut.
Hingga saat ini belum ada vaksin
maupun obat untuk penyakit tersebut.
Pencegahannya meliputi upaya men-
gurangi penyebaran penyakit dari
monyet dan babi yang terinfeksi ke
manusia. Hal ini dapat dilakukan
dengan memeriksa hewan tersebut
terhadap infeksi, serta membunuh
dan membuang hewan dengan benar
jika ditemukan penyakit tersebut. Me-
masak daging dengan benar dan
mengenakan pakaian pelindung ketika
mengolah daging juga berguna.
Menghindari kontak dengan orang
yang menderita penyakit tersebut
juga sangat disarankan. Jika memang
harus berada di sekitar orang yang
menderita penyakit tersebut, kenakan
pakaian pelindung dan cuci tangan
pakai sabun. Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS) merupakan tindakan
pencegahan standar karena walaupun
sudah hati-hati tetap ada kemung-
kinan tangan kita tercemar.
Sabun sendiri berfungsi untuk
mengangkat kotoran dan lemak yang
menempel di tangan. Sedangkan ku-
man menempel pada kotoran dan le-
mak. Air akan membantu kerja sabun
menyebar rata ke seluruh bagian tan-
gan dan dengan membilas tangan,
kotoran pun akan terbawa atau ter-
angkat bersama-sama sabun. Karena
itu mencuci tangan sesering mungkin
dengan sabun dan air mengalir selama
sedikitnya 20 detik masih dipercaya
sebagai pencegahan yang sederhana,
namun ampuh untuk penyakit ebola.
Cegah EBOLA dengan CTPS
WARTA Ditjen PP dan PL6 •
7WARTA Ditjen PP dan PL •
1. Dapatkan Informasi tentang apa dan bagaiman
penyebaran virus ebola agar dapat mengambil
tindakan pencegahan.
2. Mencuci tangan dengan sabun, agar proses
pembersihan lebih maksimal gunakan cairan
pembersih tangan khusus.
3. Waspadai binatang hutan yang sakit atau mati, karena
virus ini dapat masuk ke manusia lewat darah, lendir,
dan berbagai cairan tubuh atau organ dari hewan yang
telah terinfeksi.
4. Masaklah daging yang hendak dikonsumsi dengan
baik, hindari pula memakan daging hewan hutan yang
mengandung resiko pembawa virus.
5. Segera hubungi dokter/tenaga kesehatan ketika
merasakan gejala awal, seperti demam yang disertai
nyeri otot, sakit kepala dan tenggorokan, muntah-
muntah, diare merah-merah ditubuh, gangguan fungsi
ginjal dan hati. Pada tingkat lanjut pasien mengalami
pendarahan dari mulut, telinga dan hidung. Infeksi
Ebola dapat dipastikan lewat pemeriksaan
laboraturium.
6. Tutup luka dan lindungi selaput lendir dari kontak
langsung. Waspadai penularan dari manusia ke
manusia, karena penularan ini dapat terjadi melalui
kulit terbuka akibat luka, dll) dan selaput lendir (di
hidung, mulut, mata, telinga, dll). Kontak tidak
langsung dapat terjadi melalui lingkungan yang telah
terkontamasi.
7. Langkah pencegahan penularan (perlindungan diri)
harus menjadi bagian dari panggilan untuk
memberikan perawatan kepada yang sakit.
8. Dalam kasus ini seseorang yang terinfeksi meninggal,
keluarga dan masyarakat harus menerima penindakan
khusus untuk mencegah penularan. Virus ini dapat
menular lewat jasad seseorang.
9. Memahami bahwa manusia rentan terhadap berbagai
penyakit, termasuk infeksi Ebola.
10. Jika ada seorang anggota masyarakat terinfeksi Ebola,
itu berarti undangan bagi seluruh masyarakat untuk
mengentaskan penyakit itu, karena Ebola bukan
sekedar penyakit yang menyerang individu saja tapi juga
dapat membunuh satu kampung bahkan satu negara.
10 Tips Menghindari Infeksi
dan Menanggulangi Wabah Ebola
8 • WARTA Ditjen PP dan PL
GREEN OFFICE, BUKAN SEKEDAR SLOGAN……!!!
B
elakangan kalimat Green
Office begitu santer
didengungkan. Namun
banyak yang belum tahu
apa pengertian “green” tersebut. Tidak
salah jika kita mengartikan Green
Office sebagai kantor yang bernuansa
serba hijau. Hijau memang identik
dengan alam dan lingkungan. Jadi,
Green Office adalah perkantoran yang
memiliki dan menunjukkan komitmen
terhadap kelestarian lingkungan.
Banyak aspek yang bisa dilakukan
untuk menjadikan kantor sebagai
tempat menghabiskan waktu setiap
harinya menjadi sebuah kantor yang
berlabel Green Office. Sebagai contoh,
sebuah gedung perkantoran televisi
swasta di Jakarta mengangkat slogan
“Go Green dan No Styrofoam”.
Kementerian Kesehatan
mempunyai 6 indikator untuk
menentukan sebuah kantor berlabel
Green Office, yaitu : hemat listrik,
hemat air, reduce-reuse-recycle, hemat
bbm, penghijauan, tanpa rokok. Sejak
tahun 2012, Kementerian Kesehatan
melakukan perlombaan untuk
mengkampanyekan Green Office, dan
Sekretariat Ditjen PP dan PL berhasil
menjadi juara 1 tingkat satuan kerja
pusat pada tahun 2013.
Slogan “Go Green dan No Styrofoam”
dapat membawa pengaruh besar bagi
terciptanya lingkungan yang bebas
dari sampah plastik yang notabene
membutuhkan waktu puluhan tahun
bisa diurai. Pertanyaannya adalah,
apakah kita terhenti pada slogan tanpa
diiringi dengan kerja nyata?
Sekretariat Ditjen PP dan PL
mencoba menerapkan beberapa
konsep untuk menggalakkan kantor
yang ramah lingkungan, seperti
melakukan sosialisasi melalui stiker,
standing banner, edaran, running teks,
pengumuman berisi himbauan untuk
melakukan penghematan listrik, air,
kertas, tissue, tidak merokok di area
kantor, mengadakan automatic lamp
di toilet, green lamp tenaga surya di
halaman kantor, penyediaan parkir
sepeda untuk karyawan, penggantian
tanaman artificial di ruang kerja
dengan tanaman hijau yang rutin
diganti setiap minggunya,
menyediakan bus jemputan karyawan
untuk menimalisasi penggunaan mobil
pribadi, pemanfaatan lahan kosong di
sekitar kantor untuk taman hijau dan
asri, menyediakan fitness center untuk
menjaga kebugaran karyawan, serta
melakukan penanaman pohon dari
setiap perwakilan direktorat dan
sekretariat.
Tahun ini, Kementerian Kesehatan
akan mengadakan kembali
perlombaan Green Office. Mudah-
mudahan apa yang telah kita lakukan
selama ini dapat terus kita
pertahankan dan menjadikan kantor
yang benar-benar memiliki dan
melaksanakan konsep yang ramah
lingkungan bukan sekedar slogan.
Semoga!!
9WARTA Ditjen PP dan PL •
RABIESRABIES, TAHUKAH ANDA??, TAHUKAH ANDA??
AWAS GIGITAN ANJING RABIES !AWAS GIGITAN ANJING RABIES !
R
abies atau anjing gila merupakan penyakit infeksi
sistem syaraf pusat akut yang menyerang manusia
dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh
virus Rabies. Penyakit ini termasuk zoonosis yang
menjadi sangat penting karena sampai saat ini belum
ditemukan obatnya dan jika gejala penyakit ini timbul maka
rabies akan selalu menyebabkan kematian baik pada
manusia maupun hewan.
Di Indonesia, sejauh ini 25 provinsi telah tertular dan
hanya 9 provinsi masih bebas rabies. Daerah-daerah yang
bebas rabies adalah Kepulauan Riau, Pulau Bangka Belitung,
DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat. Dengan masih
banyaknya wilayah di Indonesia yang tertular, maka sangat
penting penyebaran informasi mengenai cara penanganan
rabies secara baik dan benar.
Penularan rabies dapat dengan gigitan dan non gigitan
(goresan cakaran) oleh hewan penular rabies (GHPR)
terutama anjing, kucing dan kera yang terinfeksi virus
rabies melalui air liur dan cairan lainnya. Masa inkubasi
bervariasi yaitu berkisar antara 2 minggu sampai 2 tahun,
umumnya 3-8 minggu tergantung dari lokasi gigitan. Dalam
pencegahan rabies pada hewan sebaiknya hewan penular
rabies (HPR) dilakukan vaksinasi secara berkala,
dikandangkan, pemasangan identitas pada leher sehingga
mudah dikenali.
Gejala awal (stadium prodomal) berupa demam,
malaise/lemah, mual dan rasa nyeri tenggorokan selama
beberapa hari. Setelah itu (stadium sensoris) penderita akan
merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat
bekas luka disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang
berlebihan terhadap rangsangan. Pada stadium eksitasi
timbul gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi,
dilatasi pupil dan sebagainya. Stadium ini merupakan
puncak penyakit dan gejala khas pada stadium ini
hidrofobia. Perilaku penderita tidak rasional kadang
maniakal disertai dengan saat-saat responsif. Keadaan atau
gejala-gejala ini dapat terus berlangsung sampai penderita
meninggal dunia. Kadang kala ditemukan juga kasus tanpa
gejala eksitasi, melainkan paralisis otot-otot yang bersifat
progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang,
yang memperlihatkan gejala paralisis otot-otot pernafasan
(stadium paralisis).
Apabila ada kasus GHPR harus ditangani dengan cepat
dan sesegera mungkin. Untuk mengurangi/mematikan virus
rabies, usaha yang paling efektif adalah mencuci luka gigitan
dengan air mengalir menggunakan sabun/deterjen selama
10-15 menit, kemudian diberi antiseptik. Luka gigitan tidak
dibenarkan untuk dijahit, bila memang perlu sekali dapat
dijahit (jahitan situasi). Selain itu harus dipertimbangkan
pula perlu tidaknya pemberian serum/vaksin anti tetanus,
antibiotika untuk mencegah infeksi dan analgetika.
Tatalaksana kasus gigitan HPR harus memerhatikan
derajat luka GHPR. Klasifikasi derajat luka GHPR menurut
WHO dibagi menjadi 3 yaitu:
Apabila ada kasus gigitan sebaiknya segera dilakukan cuci
luka dan dibawa ke pelayanan kesehatan untuk dilakukan
tatalaksana sesuai prosedur. Berikut adalah alur tatalaksana
GHPR.
ALUR PENATALAKSANAAN KASUS GIGITAN HEWAN
TERSANGKA RABIES
Rabies memang berbahaya namun dapat dicegah dengan
mengikuti tatalaksana yang baik dan benar sesuai prosedur.
Derajat
Luka
Jenis Kontak Tatalaksana
I Sentuhan atau jila-
tan HPR pada kulit
tanpa luka
Tidak perlu tinda-
kan tapi sebaiknya
dicuci
II Luka cakar, luka
abrasi/lecet, luka
ringan, jilatan pada
kulit luka
- Cuci luka
- Berikan VAR
III Luka multipel, luka
dalam, luka risiko
tinggi, saliva HPR
pada mukosa
- Cuci luka
- Beri VAR dan SAR
10 • WARTA Ditjen PP dan PL
Cegah Kanker Dengan Aktivitas Fisik
T
ahukah Anda bahwa kanker
dapat dicegah? Ya, kanker
dapat dicegah dengan
menghindari faktor risikonya.
Para ahli memperkirakan bahwa 40%
kanker dapat dicegah dengan
menghindari faktor risiko kanker,
seperti tidak merokok/terkena
paparan asap rokok, menghindari
obesitas dengan diet seimbang dan
aktifitas fisik, tidak mengkonsumsi
alkohol, memproteksi kulit dari
paparan sinar ultraviolet, mencegah
infeksi yang berhubungan dengan
kanker, dan menghindari lingkungan
yg mengandung karsinogen (UICC,
2009).
Menurut World Cancer Research
Fund (WCRF), ada 10 rekomendasi
pencegahan kanker dengan diet dan
aktivitas fisik, yaitu: 1) menjaga berat
badan normal, 2) beraktivitas fisik
setiap hari, 3) membatasi konsumsi
makanan dan minuman padat kalori,
4) memperbanyak konsumsi buah dan
sayuran, 5) batasi konsumsi daging
merah (seperti daging sapi, daging
babi, domba) dan hindari daging
olahan, 6) menghindari minuman
beralkohol, 7) Batasi konsumsi
makanan asin dan makanan yang
diasinkan, 8) menghindari suplemen,
9) memberikan ASI eksklusif, serta 10)
mengikuti rekomendasi pencegahan
kanker bagi survivor kanker.
Aktivitas fisik dan kanker
Sejak tahun 1990-an, banyak
penelitian yang membuktikan bahwa
aktivitas fisik dapat mencegah 3 jenis
kanker yaitu kanker usus besar,
kanker payudara (pada wanita post
menopause), dan kanker endometrium.
Aktivitas fisik yang rutin mempunyai
efek langsung dalam mengurangi
risiko terjadinya kanker. Aktivitas fisik
juga merupakan cara untuk menjaga
berat badan ideal.
Salah satu cara bagaimana aktivitas
fisik dapat mencegah kanker adalah
dengan menurunkan tingkat hormon
yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker leher rahim dan
endometrium di dalam tubuh. Aktivitas
fisik rutin juga menjadikan sistem
pencernaan dapat bekerja dengan baik
dan meningkatkan kecepatannya, yang
mana dengan lebih cepat terserapnya
makanan dalam saluran pencernaan
dapat menurunkan kejadian kanker
usus besar.
Aktivitas fisik dan obesitas
Berat badan berlebih dan obesitas
meningkatkan risiko terjadinya
beberapa jenis kanker, terutama sejak
tahun 1990-an. Berat badan berlebih
dan obesitas secara meyakinkan dapat
menyebkan kanker kolorektal,
oesofagus, endometrium, pankreas,
ginjal, dan payudara (pada wanita post
menopause), dan mungkin kanker
kandung kemih. Obesitas sentral
(perut) dapat menyebabkan kanker
kolorektal, dan mungkin kanker
pankreas, endometrium, dan payudara.
Saran praktis aktivitas fisik
sehari-hari
 Beberapa tips berikut untuk
meningkatkan aktivitas jalan kaki
harian:
 Berjalan kaki dengan teman setelah
makan siang
 Berjalan kaki 30 menit setiap hari
atau 15 menit di pagi hari dan 15
menit lagi di sore hari
 Jika menggunakan kendaraan
sendiri, parkirlah di tempat yang
agak jauh dari tempat tujuan,
kemudian berjalan kakilah menuju
ke tempat tersebut
 Jika menggunakan transportasi
umum, berhentilah sebelum tempat
tujuan dan berjalan kakilah menuju
ke tempat tersebut
 Naiklah tangga daripada
menggunakan lift/eskalator
Sempatkanlah dan manfaatkan
beberapa kegiatan di rumah untuk
aktivitas fisik selama 30 menit, antara
lain:
 menyiangi rumput di taman
 membersihkan kamar mandi
 mencuci motor/mobil sendiri
 membersihkan dan merapikan
tempat tidur
 membersihkan lantai
 merapikan tanaman
WARTA Ditjen PP dan PL10 •
11WARTA Ditjen PP dan PL •
T
ransformasi PT. Askes men-
jadi BPJS Kesehatan sebagai
pelaksana Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
telah diimplementasikan pada awal
Januari 2014. Hal ini merupakan
langkah awal pencapaian Universal
Health Coverage (UHC) tahun 2019.
Diharapkan dengan JKN masyarakat
dapat mengakses pelayanan
kesehatan yang lebih baik dan ter-
jangkau.
JKN memiliki keterkaitan erat
dengan program pengendalian tu-
berkulosis (TB) sebagai bagian dari
layanan kesehatan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan integrasi program
pengendalian TB dalam program JKN.
Langkah awal yang dilakukan adalah
membuat Memorandum of Under-
standing (MoU) antara Kementrian
Kesehatan dan BPJS Kesehatan terkait
pelayanan TB dalam jaminan
kesehatan. MoU antar lembaga ini di-
maksudkan untuk meningkatkan mu-
tu pelayanan yang nantinya akan
diterima oleh pasien. Didalam MoU
akan dipisahkan peran masing-masing
pihak sehingga jelas setiap
kewenangannya. Pelayanan TB dida-
lam JKN difokuskan pada pelayanan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
Kegiatan sosialisasi TB bisa masuk ke
dalam program promosi kesehatan
pada pasien TB.
Pada awalnya, MoU yang akan
dikembangkan dijadikan sebagai
payung kerjasama antara Kemenkes
dan BPJS sebagai bentuk kelanjutan
MoU antara Kemenkes dengan PT.
Askes sebelumnya. Agar MoU mem-
iliki kekuatan hukum yang mengikat,
maka isi MoU yang diinisiasi oleh
Pusat Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan (PPJK) Kementerian
Kesehatan, secara garis besar telah
dimasukkan ke dalam petunjuk teknis
(juknis) pelaksanaan jaminan
kesehatan yang akan dilampirkan da-
lam Permenkes No. 28 Tahun 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan Ja-
minan Kesehatan Nasional .
Petunjuk teknis disusun oleh pro-
gram TB dengan ruang lingkup terdiri
dari : 1) Pelayanan Tuberkulosis
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Ting-
kat Lanjut; 2) Mekanisme Pelayanan
Rujukan; 3) Tata kelola Logistik; 4)
Monitoring dan Evaluasi; dan 6) Dasar
Prosedur Diagnostik. Petunjuk Teknis
pelayanan TB bagi peserta JKN ini ber-
sifat dinamis, sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk terus dilakukan
perubahan dan perbaikan dalam
pelaksanaan layanan TB di fasilitas
kesehatan. (tw/vy/fh/ba)
Integrasi Program Pelayanan TB
di Era Jaminan Kesehatan Nasional
12 • WARTA Ditjen PP dan PL
K
etika Anda sedang makan,
pernahkah anda tiba-tiba
menemukan capcay yang
tengah Anda santap
mengandung ulat sayur? Atau Anda
menemukan secuil kotoran yang
menempel di pinggiran piring yang
Anda pakai, atau bahkan di sekeliling
Anda banyak lalat hitam subur yang
berdenging di sekitar meja makan
Anda?
Hampir semua orang pasti pernah
mengalami pengalaman buruk seperti
ini baik saat menikmati masakan di
warteg, gerobak bakso keliling, bahkan
di restoran popular dan mahal
sekalipun di kota besar seperti
Jakarta. Tidak semua orang bereaksi
sama ketika menemui keadaan tidak
menyenangkan seperti di atas.
Secara umum, kesadaran
masyarakat Indonesia terhadap
makanan belum seperti di negara-
negara maju. Ada banyak alasan
mengapa mereka cuek, bisa jadi karena
tidak ada kepedulian masyarakat
terkait higiene sanitasi pangan,
frustrasi dengan respons pengelola
restoran, budaya masyarakat
Indonesia yang cenderung legowo dan
banyak tepa seliranya, atau karena
ketidaktahuan masyarakat.
Terlepas dari sikap acuh tak acuh
masyarakat, bagaimanapun masalah
keamanan pangan, kondisi lingkungan
penyimpanan makanan, cara
pengelolaan dan penyajian makanan,
dan semua hal yang bisa mencegah
terjadinya pencemaran pangan sudah
harus menjadi perhatian utama. Di
kota-kota besar dunia, seperti New
York City atau tetangga kita Singapura,
persoalan higiene sanitasi rumah
makan/restoran sudah berjalan
dengan sistem yang baik. Pemerintah
bersikap tegas dan pengusaha restoran
serta konsumen memperoleh manfaat
dan keuntungan dari ketegasan
pemerintahannya, baik melalui reward
maupun punishment kepada
pengusaha restoran.
SUDAH AMANKAH
TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN KITA ???
13WARTA Ditjen PP dan PL •
Peraturan Terkait Higiene Sanitasi
Rumah Makan/Restoran “Tanpa
Wibawa”
Sampai saat ini kita setuju bahwa
persoalan sepele tetapi penting ini
lepas dari pengawasan atau pantauan
Pemerintah, baik Pusat maupun
Daerah, karena tidak ada satu pun
berita di media massa tentang rumah
makan maupun restoran yang ditutup
karena persoalan tidak laik sehat/laik
higiene sanitasi. Padahal pada
kenyataannya, peraturan mengenai
keamanan pangan dan sanitasi, serta
peraturan pelaksananya sudah
terbilang lengkap.
Ada payung hukum berupa Undang
-Undang No. 18 tahun 2012 tentang
Pangan, Peraturan Pemerintah No. 28
tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan, serta Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1098 tahun
2003 tentang Persyaratan Higiene
Sanitasi Rumah Makan dan Restoran,
yang disertai dengan langkah teknis
pengawasan dan pembinaan tentang
kewajiban memiliki sertifikat laik
sehat dari beberapa kabupaten/kota
melalui peraturan daerah maupun
peraturan bupati/walikota.
Sayangnya, meski peraturan hukum
tersebut sudah disertai sanksi
pencabutan sertifikat laik sehat, tetapi
peraturan ini tampak jelas tidak
bergigi. Sebagai contoh, ketika izin laik
sehatnya dicabut, tetapi izin
operasionalnya masih tetap berjalan
itu artinya meskipun restoran/rumah
makan kondisi higiene sanitasinya
buruk, tetap saja bisa “lenggang
kangkung”.
Di Indonesia, inspeksi ke restoran
atau rumah makan baru dilakukan
Pemerintah Daerah, dalam hal ini
dinas kesehatan Kabupaten/Kota,
hanya jika ada permintaan dari si
pemilik/pengelola untuk memenuhi
tuntutan konsumen. Alasannya klasik.
Pemerintah daerah kekurangan tenaga
dan anggaran!
Kementerian Kesehatan melalui
Direktorat Penyehatan Lingkungan
sudah berupaya melakukan evaluasi
dengan melakukan pertemuan di
tingkat propinsi dan melibatkan
Dinkes Kabupaten/Kota terkait dengan
kinerja mereka terhadap pengawasan
higiene sanitasi pangan di rumah
makan dan restoran, serta melengkapi
peralatan untuk pemeriksaan cepat
terhadap makanan siap saji dan
diberikan kepada kabupaten/kota
yang mengusulkan ke Pusat. Namun,
hidup matinya pengawasan higiene
sanitasi pangan di kabupaten/kota
juga sangat terkait erat dengan
anggaran dan kinerja Pemerintah
daerah kabupaten/kota.
Poin penting terkait Persyaratan
Higiene Sanitasi Rumah Makan/
Restoran yang harus dilaksanakan:
 Masyarakat perlu dilindungi dari
makanan/minuman yang tidak
memenuhi persyaratan higiene
sanitasi yang dikelola rumah makan
dan restoran agar tidak
membahayakan kesehatan.
 Terkait dengan izin usaha, rumah
makan/restoran harus memiliki
sertifikat laik higiene dan sanitasi
yang dikeluarkan oleh dinas
kesehatan.
 Tenaga penjamah makanan yang
bekerja pada usaha rumah makan/
restoran harus berbadan sehat dan
tidak menderita penyakit menular.
 Penjamah makanan harus
memeriksakan kesehatannya
secara berkala minimal 2 kali dalam
satu tahun.
 Penjamah makanan wajib memiliki
sertifikat kursus penjamah
makanan.
 Dinas kesehatan kabupaten/kota
melakukan pengujian mutu
makanan dan spesimen terhadap
rumah makan/restoran.
 Persyaratan higiene sanitasi yang
harus dipenuhi meliputi
persyaratan lokasi dan bangunan;
persyaratan fasilitas sanitasi;
persyaratan dapur, ruang makan
dan gudang makanan; persyaratan
bahan makanan dan makanan jadi;
persyaratan pengolahan makanan;
persyaratan penyimpanan bahan
makanan dan makanan jadi;
persyaratan penyajian makanan
jadi; dan persyaratan peralatan
yang digunakan.
 Sertifikat Laik Higiene Sanitasi
rumah makan/restoran sementara
berlaku selama 6 (enam) bulan dan
dapat diperpanjang sebanyak-
banyaknya 2 kali.
 Sertifikat Laik Higiene Sanitasi
rumah makan/restoran tetap
berlaku selama 3 tahun dan dapat
diperbaharui atau menjadi batal
bilamana terjadi pergantian
pemilik, pindah lokasi/alamat,
tutup dan atau menyebabkan
terjadinya keracunan makanan/
wabah yang mengakibatkan rumah
makan dan restoran menjadi tidak
laik higiene sanitasi.
 Sertifikat Laik Higiene Sanitasi
harus dipasang di dinding yang
mudah dilihat oleh petugas dan
masyarakat konsumen.
Sanitarian dan pengelola kesehatan
lingkungan harus selalu siap
melakukan pengawasan Higiene
Sanitasi Pangan ke rumah makan/
restoran, sehingga program
pengawasan dan pembinaan ini tidak
seperti kompor yang kehabisan bahan
bakar. (Aloysius W)
14 • WARTA Ditjen PP dan PL
T
ips kesehatan dan ahli kesehatan berkali-
kali menekankan pada diri Anda bahwa
mengkonsumsi roti tawar putih tidak baik
untuk kesehatan tubuh Anda. Anda juga
disarankan untuk mengganti roti tawar tersebut
dengan roti gandum.
Lantas apa yang menyebabkan roti tawar biasa tidak baik
untuk kesehatan tubuh? Ternyata ini alasannya
1. Tidak akan membuat Anda kenyang
Serat merupakan unsur penting dalam makanan yang
membantu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh,
menyehatkan saluran cerna, dan membuat Anda merasa
kenyang lebih lama. Namun tidak seperti roti gandum,
roti tawar biasa terbuat dari tepung yang kehilangan
sebagian besar seratnya saat diproses. Itulah yang
menyebabkan Anda tidak merasa kenyang saat makan
roti tawar biasa.
2. Meningkatkan kadar gula darah
Roti tawar terbuat dari biji-bijian yang mudah diserap
selama proses pencernaan dalam tubuh. Hal ini
cenderung menyebabkan lonjakan gula darah yang
tajam. Roti tawar juga tinggi akan indeks glisemik yang
membuat Anda rentan untuk terkena penyakit seperti
diabetes, penyakit jantung, dan obesitas.
3. Tidak mengandung nutrisi yang cukup
Selama proses produksinya, tepung yang digunakan
untuk membuat roti tawar kehilangan vitamin B6,
vitamin E, asam folat, seng, dan kromium. Sehingga bisa
dikatakan roti tawar biasa tidak mengandung nutrisi
yang cukup.
4. Sulit untuk dicerna
Roti tawar mengandung gluten yang membuatnya sulit
untuk dicerna. Selain itu roti tawar tidak mengandung
enzim alami apapun yang dibutuhkan pankreas untuk
memecah lemak, karbohidrat, dan lemak.
5. Tepung putih tidak baik untuk kesehatan secara
keseluruhan
Karena tepung putih yang menjadi bahan utama
pembuat roti tawar sudah kehilangan nutrisi, maka
sebenarnya roti tawar tidak memiliki manfaat yang
menyehatkan untuk tubuh Anda selain berfungsi untuk
pengganjal perut.
Masih sering mengkonsumsi roti tawar biasa? Sebaiknya
ganti dengan roti gandum yang lebih bermanfaat untuk
kesehatan tubuh Anda. (sumber : fibreslimindonesia)
5 Bahaya5 Bahaya5 Bahaya
Makan Roti Tawar !!!Makan Roti Tawar !!!Makan Roti Tawar !!!
15WARTA Ditjen PP dan PL •
B
erbagai macam antioksidan
terkandung dalam bawang putih,
sehingga salah satu jenis bumbu
dapur ini bermanfaat untuk
kesehatan, salah satunya sebagai sahabat
jantung. Menurut suatu penelitian bawang
putih yang segar (mentah) berefek
menyehatkan jantung lebih baik ketimbang
bawang kering.
Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, bawang putih
segar itu harus dilumatkan atau dicincang sebelum
dikonsumsi.
Proses memotong-motong bawang itu membuat komponen
hidrogen sulfida dalam bawang menjadi aktif dan berfungsi
membuat rileks pembuluh darah.
Menurut peneliti tentang bawang itu, Dipak K. Das bersama
timnya, hidrogen sulfida beraksi sebagai pembawa pesan
kimiawi yang akan merilekskan pembuluh darah sehingga
darah akan mengalir lancar. Pemasakan atau pemrosesan
bawang putih akan mengurangi kemampuan untuk
mengaktifkan hidrogen sulfida.
"Bawang yang diproses maupun bawang putih segar yang
dicincang sebetulnya dapat mengurangi kerusakan akibat
kurangnya aliran oksigen di dalam pembuluh darah. "Akan
tetapi bawang segar yang diremuk memiliki efek yang lebih
hebat dalam memperbaiki aliran darah di dalam aorta dan
meningkatkan tekanan di dalam ventrikel kiri jantung,"
ungkap Das.
Hasil penelitiannya yang menggunakan tikus itu
dipublikasikan lewat Journal of Agricultural and Food
Chemistry.
BAWANG MENTAHBAWANG MENTAHBAWANG MENTAH
BAGUS BUAT JANTUNGBAGUS BUAT JANTUNGBAGUS BUAT JANTUNG
16 • WARTA Ditjen PP dan PL
M
enteri Kesehatan dr.
Nafsiah Mboi, SpA, MPH
di hari terakhir masa
jabatannya sebagai
Menkes pada Kabinet Indonesia
Bersatu Jilid II melantik empat orang
Pimpinan Tinggi Madya atau Pejabat
Eselon I di kantor Kementerian
Kesehatan, Jumat (17/10).
Pejabat yang di lantik yakni dr. H.
M. Subuh, MPPM sebagai Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan; drg. Usman
Sumantri, M.Sc sebagai Kepala Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan; drg.
Tini Suryanti Suhandi, M.Kes sebagai
Staf Ahli Bidang Pembiayaan dan
Pemberdayaan Masyarakat; drg.
Tritarayati, SH sebagai Staf Ahli Bidang
Mediko Legal.
Dalam sambutannya, Menkes
mengatakan bahwa pelantikan dan
pengambilan sumpah jabatan para
pejabat yang dicalonkan oleh
Sekretaris Jenderal Kemenkes dan tim
ini seluruh prosesnya dilaksanakan
secara terbuka, jujur, dan transparan
berdasarkan fit and proper test serta
bisa dipertanggungjawabkan kepada
siapapun.
“Saya yakin dan percaya bahwa
saudara-saudara yang dilantik hari ini
adalah memang pribadi-pribadi pilihan
yang benar-benar mampu
menghasilkan kinerja terbaik dan
dapat melaksanakan sebaik-baiknya
kontrak kinerja yang telah
ditandatangani”, ujar Menkes.
Selain pelantikan dan pengambilan
sumpah jabatan Pimpinan Tinggi
Madya atau Pejabat Eselon I,
dr Nafsiah Mboi di hari terakhir
kerjanya atau masa jabatannya sebagai
Menkes RI memberikan penghargaan
kepada pegawai berprestasi dan
berdedikasi di lingkungan Kemenkes.
Satu diantaranya adalah dr. H. M.
Subuh, MPPM sebagai Dirjen PP dan PL
yang baru dilantik, mendapatkan
penghargaan secara langsung oleh
Menkes sebagai bentuk apresiasi
kepada pegawai Kemenkes yang dalam
pengamatannya selama 28 bulan masa
kepemimpinan Beliau, dinilai telah
bekerja dengan luar biasa dan baik
sekali. Menkes berharap dengan
diberikannya penghargaan ini bisa
menjadi sebuah motivasi agar dapat
bekerja lebih baik lagi.
Menkes Lantik Empat Pejabat Eselon I
Kementerian Kesehatan
17WARTA Ditjen PP dan PL •
S
eperti mimpi yang menjadi
kenyataan. Begitu ungkapan
istimewa yang disampaikan
Sekretaris Ditjen PP dan PL,
dr H M Subuh MPPM pada acara pele-
takan batu pertama pengembangan
Laboratorium Pes dan Zoonosis serta
Pusat Diklat Teknis Zoonosis dan
STBM Nasional Nongkojajar Pasuruan,
9 Oktober 2014. Bagaimana tidak,
setelah menjalani proses administrasi
dan legalitas yang memakan waktu
bertahun-tahun semenjak era otonomi
daerah, akhirnya kepemilikan tiga aset
negara di Kabupaten Pasuruan terse-
but kembali ke Kementerian
Kesehatan.
Tanah dan bangunan seluas 5220
m2 yang berada di Desa Wonosari
Kecamatan Tutur tersebut akan
dibangun menjadi satu-satunya labora-
torium pengendalian penyakit Pes dan
Zoonosis pertama tak hanya di Indone-
sia, tapi juga dalam skala regional Asia
bahkan dunia. Sehingga tak
mengherankan jika Sesditjen pada
sambutannya memberi ja-
minan pembangunan beserta
anggarannya akan terus
dikawal sampai rampung
tahun 2015 mendatang.
Turut hadir dalam acara
tersebut Asisten II dan III
Pemkab Pasuruan, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasuruan, Kepala Biro Keu-
angan dan BMN Kemenkes
RI, Kasubdit Zoonosis
Direktorat PPBB, Kepala Bagian Umum
dan Kepegawaian Ditjen PP dan PL,
Camat Tutur, Kepala Puskesmas
Nongkojajar, Kepala BBLK Surabaya,
dan Kepala KKP Probolinggo.
Acara peletakan batu pertama, di-
awali dengan penandatanganan Berita
Acara Serah Terima Barang Milik Dae-
rah antara Sekretaris Jenderal Kemen-
kes dr Untung Suseno MKes dengan
Bupati Pasuruan H M Irsyad Yusuf, SE
MMA di Pendopo Kabupaten Pasuruan.
Program pengendalian Pes dan Zoono-
sis telah dilakukan di Nongkojajar se-
jak tahun 1986, sejak dinyatakan telah
terjadi outbreak penyakit yang
disebabkan oleh pinjal tikus yang
mengandung bakteri Yersinia pestis
tersebut. Ada tiga tempat di Indonesia
yang menjadi lokasi pengamatan pes,
yaitu Ciwidey Jawa Barat, Kecamatan
Selo dan Cepogo di Kabupaten Boyolali
Jawa Tengah, serta Nongkojajar, Jawa
Timur. BBTKLPP Surabaya berperan
aktif dalam program pengendalian
penyakit Pes dan Zoonosis melalui
dukungan laboratorium, logistik, dan
pengendalian Pes.
Wujudkan ImpianWujudkan Impian
PengembanganPengembangan LABORATORIUM PESLABORATORIUM PES
18 • WARTA Ditjen PP dan PL
K
ementerian Kesehatan,
melalui Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
(Ditjen PP dan PL) bersama dengan
Field Epidemiology Training Program
(FETP) Indonesia menyelenggarakan
Pertemuan Ilmiah Epidemiologi
Nasional (PIEN) Ke IV pada 30
September - 2 Oktober 2014 di
Bandung Jawa Barat. Tema yang
diangkat pada pertemuan ini adalah
“Surveilans Berbasis Laboratorium
untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Sebagai Respon Atas Perubahan
Lingkungan Strategi”.
Menurut Menteri Kesehatan dr
Nafsiah Mboi SpA dalam sambutannya
yang dibacakan oleh Plt. Direktur
Jenderal PP dan PL, Prof Dr dr Agus
Purwadianto SH, MSi, SpF, DFM saat
membuka acara pada (1/10), adalah
sangat tepat dan relevan dengan upaya
pemerintah untuk memperkuat
pelaksanaan surveilans, mencegah
terjadinya KLB atau wabah di
Indonesia, serta untuk memantapkan
pengambilan keputusan dan
penetapan kebijakan berbasis bukti
dalam mensukseskan pembangunan
kesehatan sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional. “Saya harap
dengan tema ini pembahasan dalam
pertemuan akan makin mendorong,
menyemangati, menginspirasi segenap
ahli epidemiologi dan calon ahli
epidemiologi untuk dengan bangga
membaktikan ilmu pengetahuan,
keterampilan serta pengalamannya
bagi kesejahteraan umat manusia”,
ujarnya.
Kepala Sub Direktorat Surveilans
dan Respon KLB dr Ratna Budi Hapsari
MKM, selaku Ketua Panitia di
kesempatan yang sama dalam
laporannya mengatakan bahwa
kegiatan yang dilaksanakan ini
Surveilans Berbasis Laboratorium
untuk Masa Depan yang Lebih Baik
19WARTA Ditjen PP dan PL •
merupakan pertemuan tahunan dari
FETP Indonesia yang mengikutsertakan
mahasiswa dan alumni FETP dalam
memberikan informasi dan pandangan
mengenai isu-isu kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan epidemiologi,
serta memberikan satu pandangan lain
bagi mahasiswa dalam hal meningkat-
kan landasan epidemiologi serta
kapasitas untuk diterapkannya
epidemiologi di kehidupan sehari-hari
saat memecahkan suatu permasalahan
kesehatan.
Pada pertemuan yang dihadiri
sekitar 250 orang peserta terdiri dari
mahasiswa dan alumni FETP dari
Universitas Indonesia dan Universitas
Gajah Mada, Dinas Kesehatan Provinsi/
Kabupaten di Indonesia, dan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dari Ditjen PP
dan PL ini, disajikan pula sebanyak 40
abstrak presentasi lisan/oral yang
dibagi menjadi 8 sesi presentasi lisan
dengan topik, antara lain Penyakit
Bersumber Binatang, Penyakit
Pernapasan dan PD3I, Diare, HIV dan
IMS, Kesehatan Lingkungan,
serta Penyakit Tidak Menular. Selain
itu, 64 abstrak presentasi poster dan 3
Plenary Session dengan 9 orang
narasumber dari Eijkman, IPB, WHO,
USAID, BBTKLPP Yogyakarta,
Kemenkes, dan Kementan serta 1 sesi
presentasi khusus dari Subdit
Surveilans dan Respon KLB, UI, dan
UGM juga turut disajikan.
Pada kesempatan tersebut, Menkes
juga turut menyampaikan harapannya
kepada jajaran kesehatan, Persatuan
Ahli Epidemiologi (PAEI), Perguruan
Tinggi dan seluruh stakeholders untuk
bersama-sama meningkatkan minat
generasi muda dan perhatian
masyarakat pada bidang epidemiologi;
meningkatkan jumlah dan kualitas
tenaga epidemiolog;
mengembangkan kompetensi para
epidemiolog agar semakin
komprehensif, sehingga
menumbuhkan pembidangan keahlian,
baik yang terkait dengan penyakit,
masalah kesehatan lainnya, maupun
masalah sosial; mendorong agar data
dan informasi yang ada benar-benar
digunakan dalam pengambilan
keputusan dan penetapan kebijakan
oleh pihak yang berwenang; serta
mendorong pelaksanaan surveilans
epidemiologi dengan tepat dan
benar di semua tingkat administrasi
didukung oleh sumber daya yang
memadai.
Pertemuan ini melibatkan jejaring
epidemiologi regional (South Asia
Epidemiology Training and Network,
ASEAN plus Three Field Epidemiology
Training Network) dan
Internasional (Global Alert Response,
Training in Epidemiology and Public
Health International Network). Selain
itu, pertemuan ini juga terselenggara
berkat kerjasama Kementerian
Kesehatan dengan FETP Indonesia,
Pemerintah Daerah dan Dinkes
Provinsi Jawa Barat, WHO, CDC, USAID,
Australian AID, dan Safetynet.
Kedepannya, pertemuan ini akan
dikembangkan tidak hanya sebagai
wadah pembelajaran bagi mahasiswa
epidemiologi lapangan dan alumni,
tetapi sebagai wadah pertemuan
ilmiah ahli epidemiologi dan praktisi
epidemiologi yang menghasilkan
rekomendasi bagi penyelesaian
masalah kesehatan masyarakat
strategis berbasis bukti ilmiah.
Pada Pertemuan Ilmiah
Epidemiologi Nasional (PIEN) Ke IV
diselenggarakan pula kegiatan
lokakarya pra conference diikuti oleh
60 orang peserta yang dibagi menjadi
3 kelas masing-masing sebanyak 20
orang peserta membahas topik antara
lain Total Quality Management, Ebola
Preparedness, dan Scientific
Communication. Narasumber berasal
dari TEPHINET dan FETP Indonesia.
Penutupan dilaksanakan pada 2
Oktber 2014 oleh Kepala BBTKLPP
Yogyakarta Dr Hari Santoso, SKM,
MEpid, M Hum mewakili Direktur
Pengendalian Surveilans, Imunisasi,
Karantina, dan Kesehatan Matra
(SIMKARKESMA). Pada penutupan
tersebut diumumkan juga pemenang
presentasi lisan/oral dan presentasi
poster terbaik bagi mahasiswa dan
alumni FETP Indonesia..
20 • WARTA Ditjen PP dan PL
P
enyakit jantung merupakan
pembunuh nomor satu di
dunia yang menyerang
segala usia, baik laki-laki
maupun perempuan, bahkan di
Indonesia sebanyak 17,3 juta kematian
disebabkan oleh penyakit jantung dan
pembuluh darah. Lebih dari 3 juta
kematian tersebut terjadi sebelum usia
60 tahun. Terjadinya kematian “dini”
yang disebabkan oleh penyakit
jantung berkisar sebesar 4% di negara
berpenghasilan tinggi sampai dengan
42% terjadi di negara berpenghasilan
rendah.
Faktor risiko terjadinya penyakit
ini adalah merokok, pola makan yang
tidak sehat dan tidak seimbang, kurang
aktivitas fisik dan mengkonsumsi
alkohol. Keempat faktor risiko tersebut
masih tinggi di seluruh dunia dan terus
meningkat terutama di negara-negara
berpendapatan rendah dan menengah,
termasuk Indonesia.
Dalam rangka peringatan hari
jantung sedunia atau World Heart Day
yang diperingati setiap tanggal 29
September, Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular, Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan
PL) Kemenkes RI menyelenggarakan
Seminar Sehari dengan tema “Batasi
Konsumsi Gula, Garam dan Lemak
untuk Mencegah dan Mengendalikan
Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah“ pada 7 Oktober 2014
bertempat di kantor Kementerian
Kesehatan.
Seminar ini dihadiri oleh para
pejabat di lingkungan Kemenkes, para
pengusaha/produsen makanan/
minuman, wakil organisasi profesi,
akademisi, yayasan dan LSM.
Narasumber dalam diskusi panel ini
adalah Dr Ekowati Rahajeng, dr Isman
Firdaus, SpJP(K), dr Muhadi, SpPD, dr
Sonia Wibisono, Yusra Egayanti, S.Si,
Apt, Dr dr Fiastuti Witjaksono, SpGK
dan Prof Hardinsyah, MS.
Plt Dirjen PP dan PL, Prof. Dr. dr.
Agus Purwadianto, SH, M.Si, S.F(K)
dalam sambutannya menyampaikan
bahwa tema ini ditujukan untuk
menarik perhatian dan kepedulian
masyarakat dalam meningkatkan
kewaspadaan masyarakat pada
dampak dan tantangan kesehatan
masyarakat akibat penyakit jantung
dan pembuluh darah. Perubahan gaya
hidup dengan perilaku CERDIK yaitu
Cek kesehatan secara berkala,
Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas
fisik, Diet sehat dan seimbang,
Istirahat cukup dan Kelola stres untuk
mencegah dan mengendalikan faktor
risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah.
Pada kesempatan ini juga diadakan
konfrensi pers dengan narasumber Plt
Dirjen PP dan PL, Direktur PPTM,
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
dan Ketua Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskuler Indonesia
(PERKI).
BATASI KONSUMSI GULA, GARAM DAN LEMAK
UNTUK JANTUNG SEHAT
21WARTA Ditjen PP dan PL •
D
i era globalisasi saat ini
informasi sangatlah
berperan penting dalam
suatu instansi
pemerintahan. Informasi tersebut
hendaknya dapat diakses dengan
mudah oleh publik. Diperlukan suatu
aturan yang mengatur Badan atau
Pejabat Publik termasuk Kementerian
Kesehatan dalam memberikan akses
informasi kepada publik secara efisien,
terbuka, jujur, dan transparan. Untuk
itulah, Pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (KIP) yang dijadikan sebagai
acuan dalam memperoleh informasi.
Adanya tuntutan keterbukaan
informasi tidak hanya diwajibkan
kepada lembaga eksekutif, legislatif,
dan yudikatif, tetapi juga badan lain
yang fungsi dan tugas pokoknya
berkaitan dengan penyelenggara
negara, atau organisasi non
pemerintah sepanjang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari APBN
dan/atau APBD, sumbangan
masyarakat dan/atau luar negeri.
Keterbukaan Informasi Publik
mempunyai makna yang luas karena
semua pengelolaan badan-badan
publik harus dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat. Dengan adanya
Undang-Undang KIP ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan Badan
Publik negara dan Badan Publik non
pemerintah dalam memberikan
pelayanan informasi kepada
masyarakat, sekaligus guna
mencerdaskan masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
yang baik.
Undang-Undang Keterbukaan
Informasi Publik juga mengatur
informasi publik apa saja yang dapat
diberikan kepada masyarakat, dan di
samping itu ada informasi yang
dikecualikan tidak dikategorikan
sebagai informasi publik yang dapat
diakses kepada masyarakat, dengan
pertimbangan informasi yang
dikecualikan tersebut apabila
diberikan dan/atau diakses kepada
publik dapat menghambat proses
penegakan hukum, mengganggu
kepentingan perlindungan Hak Atas
Kekayaan Intelektual, membahayakan
sistem penyelenggaraan pertahanan
negara dan keamanan nasional,
terganggunya kepentingan ekonomi
nasional, mengungkap kerahasiaan
pribadi, dan informasi lainnya yang
PENTINGNYA
KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
22 • WARTA Ditjen PP dan PL
tidak boleh diungkap berdasarkan
undang-undang lain.
Berdasarkan alasan tersebut,
Bagian Hukormas Sekretariat
Direktorat Jenderal PP dan PL
mengadakan Sosialisasi Keterbukaan
Informasi Publik di Padang pada 9-11
September 2014. Sosialisasi ini
mempunyai tujuan untuk
menginformasikan dan
mensosialisasikan materi/substansi
yang berkaitan dengan publikasi yang
diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang telah ditetapkan
kepada petugas kesehatan di lapangan,
pengambil keputusan/kebijakan, dan
pemangku kepentingan lainnya, serta
guna mengevaluasi sejauh mana
peraturan perundang-undangan
tersebut dapat diimplementasikan.
Dalam sambutannya sekaligus
membuka acara, Sekretaris Ditjen PP
dan PL, dr. H M Subuh, MPPM
mengatakan agar setelah pertemuan
Sosialisasi Keterbukaan Informasi
Publik ini Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) dapat melakukan
pengklasifikasian informasi sesuai
dengan kategorinya yaitu: 1)
Informasi yang Tersedia Setiap Saat; 2)
Informasi Diumumkan Secara Berkala;
3) Informasi yang Diumumkan Secara
Serta Merta; 4) Informasi yang
Dikecualikan; serta 5) Informasi
Berdasarkan Permintaan.
Pengklasifikasian informasi di KKP
sangat penting, karena ke depan
informasi itu akan menjadi dasar dari
Kementerian Kesehatan dalam
menyikapi tuntutan pelayanan
informasi oleh publik agar dapat
diakses secara cepat dan efisien oleh
masyarakat sehingga tidak
menimbulkan persengketaan
informasi.
Sosialisasi diikuti oleh 40 orang
peserta terdiri dari lintas program,
lintas sektor, seluruh unit di
Kemenkes, terutama di lingkungan
Ditjen PP dan PL beserta UPT, dan
masyarakat. Kegaiatan diisi dengan
pemaparan materi dan diskusi tanya
jawab dengan narasumber dari Kepala
Biro Pengelola Informasi dan
Dokumentasi Divisi Mabes POLRI
(Brigjen, M.Taufik), Sekretaris
Inspektorat Jenderal Kemenkes (drg.
S.R. Mustikowati, M.Kes), dan
Sekretaris Ditjen PP dan PL (dr. H. M.
Subuh, MPPM).
23WARTA Ditjen PP dan PL •
24 • WARTA Ditjen PP dan PL
S
eiring dengan perkembangan
epidemiologi penyakit,
perubahan iklim, kemajuan
ilmu pengetahuan dan
teknologi, perubahan gaya hidup dan
perilaku masyarakat, perkembangan
lalu lintas nasional dan internasional,
serta perubahan lingkungan strategis
lainnya, potensi pengaruh terjadinya
peningkatan jumlah kejadian penyakit
yang dapat mengancam kehidupan
sosial-ekonomi masyarakat Indonesia
saat ini dan di masa yang akan datang
semakin meningkat, bahkan dapat
berdampak pada keamanan wilayah
dan ketahanan Negara. Ancaman
terbesar yang mungkin timbul dari
berbagai faktor risiko terhadap
kejadian penyakit/masalah kesehatan
adalah timbulnya wabah di suatu
daerah yang mengancam kesehatan
dan jiwa masyarakat di daerah
tersebut, bahkan dapat meluas ke
daerah lainnya di Indonesia.
Dalam perspektif kejadian wabah
di masa mendatang, dimensi wabah
dimungkinkan akan lebih luas karena
menyangkut berbagai isu, seperti
bioterorisme, radiasi, nuklir, dan
munculnya penyakit baru (new
emerging disease) serta penyakit lama
yang muncul kembali (re-emerging
disease).
Penanggulangan wabah penyakit
menular telah diatur melalui Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang
Wabah Penyakit Menular, namun
ketentuan peraturan Undang-Undang
tersebut perlu ditinjau kembali
mengingat adanya perubahan kondisi
lingkungan strategis yang dinamis dan
berubah secara cepat, pernyataan
Indonesia sebagai anggota WHO yang
melaksanakan implementasi penuh
IHR 2005, adanya perubahan
ketentuan penyelenggaraan
pemerintahan pusat dan daerah, serta
pembangunan berwawasan kesehatan.
Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan untuk menyusun suatu
undang-undang perlu dibuat Naskah
Akademik untuk memberi arah dan
lingkup pengaturan revisi UU Nomor 4
Tahun 1984. Sehubungan dengan
penyusunan Naskah Akademik,
Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(PP dan PL) menyelenggarakan
Lokakarya Naskah Akademik
Rancangan Undang-Undang Wabah
pada tanggal 2 - 5 November 2014 di
Bandung, Jawa Barat.
Lokakarya dibuka secara resmi
oleh Sekretaris Ditjen PP dan PL, dr.
Desak Made Wismarini, MKM
didampingi oleh Staf Ahli Menteri
bidang Teknologi Kesehatan dan
Globalisasi, Staf Ahli Menteri Bidang
Hukum dan HAM Kementerian
Sekretariat Negara, Direktur
Pengendalian Penyakit Menular, dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat. Hadir pada lokakarya tersebut
dari berbagai Lintas Sektor
Kementerian, Lembaga Pemerintah
Non Kementerian (LPNK), Pemerintah
Daerah, Para Ahli, Profesi, Perguruan
Tinggi, dan Para Pejabat terkait di
Lingkungan Kementerian Kesehatan.
Pada lokakarya tersebut dihasilkan
beberapa rekomendasi yaitu: 1)
Melakukan penyempurnaan Naskah
Akademik RUU Wabah berdasarkan
hasil diskusi kelompok dalam pleno
yang mencakup pembahasan judul
sampai dengan bab per bab oleh Tim
Penyusun RUU Wabah Ditjen PP dan
PL; 2) Segera menyampaikan hasil
perbaikan Naskah Akademik dan RUU
Wabah kepada Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan cq. Biro
Hukum dan Organisasi dalam tempo
paling lama dalam waktu 7 (tujuh) hari
ke depan 3) Segera diusulkan menjadi
Program Legislasi Nasional, baik
Program Legislasi Nasional segera
(tahun 2015) maupun lima tahunan
(tahun 2015 – 2019).
LOKAKARYA NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN UNDANG-UNDANG WABAH
25WARTA Ditjen PP dan PL •
H
otel Discovery Ancol,
menjadi saksi
terselenggaranya Rapat
Koordinasi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(Rakornas STBM) II yang berlangsung
pada 3-5 September 2014. Pertemuan
yang dibuka secara resmi oleh Menteri
Kesehatan dr Nafsiah Mboi SpA, MPH,
bersama Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala
BAPPENAS Armida Alisjahbana,
mengangkat tema Bersinergi dalam
STBM Mencapai Akses Universal 2019.
“Tema ini sangat relevan dengan upaya
kita bersama mewujudkan tersedianya
air minum dan sanitasi layak bagi
seluruh rakyat kita”, ujar Menkes
dalam sambutannya. Tampak peserta
begitu antusias mengikuti seluruh
rangkaian acara, sampai tiba acara
penutupan, yang diawali dengan
pembacaan rangkuman oleh Direktur
Penyehatan Lingkungan, Direktorat
Jenderal PP dan PL, Kementerian
Kesehatan RI, drh Wilfried H Purba
MKes.
Dalam rangkuman tersebut, beliau
menyampaikan bahwa kehadiran 34
provinsi memberikan inspirasi dan
semangat terutama kepada stakeholder
pusat untuk terus berupaya
mendukung pencapaian target Akses
Universal Sanitasi 2019. Selain itu,
beliau juga menyampaikan apresiasi
kepada ke-4 SKPD atas kontribusi
mereka dalam mengembangkan
paradigma bersama bahwa STBM
bukan proyek melainkan pendekatan
yang dapat masuk ke berbagai
program, fokus pada pemberdayaan
masyarakat untuk perubahan perilaku
higiene dan sanitasi, pendekatan
unggulan yang memiliki karakter dan
metode spesifik untuk mempercepat
peningkatan capaian akses universal
bidang sanitasi. Setelah penyampaian
rangkuman tersebut acarapun
dilanjutkan dengan konsolidasi
komitmen proses kerjasama lintas
sektor di tingkat provinsi dan
komitmen implementasi STBM dalam
rangka menuju Akses Universal 2019.
Dalam konsolidasi tersebut
terdapat beberapa hal penting yang
harus dipenuhi dan diwujudkan,
diantaranya: adanya sistem yang
berkelanjutan dan didukung dengan
kelembagaan yang kuat disemua
tingkatan serta memiliki tugas dan
kewenangan yang jelas;
mengembangkan inovasi-inovasi
metodologi yang aplikatif, memiliki
daya ungkit tinggi dan daya saing
positif serta mampu menjangkau kaum
marginal; mengadvokasi pembiayaan
pembangunan sanitasi dalam kerangka
STBM dari berbagai sumber lembaga
keuangan lokal formal dan informal
sebagai investasi untuk meningkatkan
ekonomi masyarakat; mengelola
berbagai potensi dan dukungan untuk
pengembangan kapasitas dalam
mendorong pelaksanaan STBM;
mensinergikan STBM dalam berbagai
agenda dan program pembangunan
sanitasi baik di perdesaan maupun
perkotaan dengan memperkuat dari
sisi perubahan perilaku
masyarakatnya; membangun
hubungan dengan berbagai pihak
dalam pelaksanaan UU No.6 Tahun
2014 tentang Desa yang disertai
dengan turunan regulasinya untuk
mendorong dari sisi pemberdayaan
masyarakat melalui perubahan
perilaku higienis dan saniter, serta 7)
Mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang mampu
mempercepat pemenuhan kebutuhan
tenaga fasilitator (kuantitas maupun
kualitas) baik secara formal maupun
informal.
Kemudian konsolidasi tersebut secara
simbolis ditandatangani oleh Ditjen
PMD Kemendagri, Direktur
Penyehatan Lingkungan, Kepala Dinas
Kesehatan NTB, Bappeda Provinsi
Kalimatan Timur, dan diikuti oleh
perwakilan masing-masing provinsi.
(RS/HK/YS)
BERSINERGI DALAM STBM
MENCAPAI AKSES UNIVERSAL 2019
WARTA Ditjen PP dan PL • 25
26 • WARTA Ditjen PP dan PL
P
ada 17 Oktober 2014
Menteri Kesehatan RI
dr. Nafsiah Mboi, SpA,
MPH melantik dr. H.
Mohamad Subuh, MPPM sebagai
Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan menggantikan Prof.
dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP
(K), MARS, DTM&H, DTCE yang
saat ini menjabat sebagai Kepala
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Jabatan Direktur Jenderal PP dan
PL sempat mengalami kekosongan
selama 5 bulan sejak kepindahan Prof.
Tjandra ke Balitbangkes. Prof. Dr. dr.
Agus Purwadianto, SH, M.Si, SpF(K)
yang saat itu menjabat sebagai Staf
Ahli Menteri Bidang Tekhnologi
Kesehatan dan Globalisasi ditunjuk
oleh Menkes RI untuk mengisi jabatan
sebagai Plt. Dirjen PP dan PL, sampai
pada akhirnya dilantik Dirjen PP dan
PL definitif.
Pria kelahiran Pontianak 19 Januari
1962, merupakan lulusan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
tahun 1988. Beliau juga mengenyam
pendidikan Pasca Sarjana melalui
program beasiswa dari World Bank di
University of Southern California (USC)
Los Angeles tahun 1998.
dr. H. M. Subuh, MPPM mulai aktif
dalam berbagai organisasi sejak
duduk di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) hingga bangku kuliah. Saat ini
Beliau menjabat sebagai Ketua
Pengurus Daerah Cabang Olahraga
Bridge, Pengurus KONI, Ketua IDI
Wilayah dan Dewan Pakar PB IDI.
Menurut Beliau dengan berorganisasi
dapat mengasah kepemimpinan,
dimana kita dapat lebih mengenal cara
berorganisasi justru di luar organisasi
pemerintahan.
Anak kelima dari tujuh bersaudara
ini pernah bertugas lama di salah satu
puskesmas terpencil di Kabupaten
Sintang Provinsi Kalimantan Barat.
Pada tahun 1996 Beliau menjabat
sebagai Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Sintang, kemudian pindah
ke Provinsi dan menjabat sebagai
Kepala Sub Dinas Pelayanan di Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
Namun setelah terjadi peleburan
antara Dinas Kesehatan dengan
Kanwil, Beliau menjabat Kepala Bidang
Pelayanan di Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat, dan selanjutnya
dipromosikan sebagai Direktur RS
Provinsi selama 5 tahun. dr. Subuh
terakhir menjabat di Provinsi
Kalimantan Barat sebagai Kepala Dinas
Kesehatan selama 2 tahun. Tahun
2010 Beliau pindah ke Jakarta dan
menjabat Direktur Pengendalian
Penyakit Menular Langsung (PPML) di
Direktorat Jenderal PP dan PL, dan
terakhir sebagai Sekretaris Ditjen PP
dan PL sebelum akhirnya dilantik
menjadi Dirjen PP dan PL.
Suami dari dr. Liesa, SpM yang
merupakan dokter spesialis mata di
salah satu Rumah Sakit di Kota
Pontianak ini mengatakan bahwa yang
menjadi fokus program dari Ditjen PP
dan PL adalah pertama bagaimana kita
bisa mengendalikan penyakit menular
melalui penekanan sinergitas kegiatan
yang harus dilakukan baik di tingkat
puskesmas sampai ke tingkat pusat
terutama berkomunikasi dengan
surveilans yang ada, kedua adalah
memperhatikan penyakit tidak
menular yang akhir-akhir ini
perkembangannya sedemikian hebat
sehingga angka kematian semakin
tinggi, dan terakhir adalah penyehatan
lingkungan. “Hal ini yang disebut
dengan three angle epidemiology atau
segitiga dari epidemiologi yang terdiri
dari host, agent dan lingkungan”,
ungkapnya.
dr. H. Mohamad Subuh, MPPM
DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL
27WARTA Ditjen PP dan PL •
Menurut penuturan Bapak dari tiga
orang anak ini, bahwa kita sudah harus
bisa mengubah cara pandang kita
dalam mencapai target yang tadinya
hanya berfikir bagaimana cara
menurunkan angka kesakitan, tetapi
dengan berfikir bagaimana kita
mencapai target untuk mengeleminasi
beberapa penyakit seperti eliminasi
malaria, kusta dan schistosomiasis,
atau bahkan sampai mengeradikasi
penyakit seperti eradikasi frambusia
meskipun cukup berat dari sisi
pendanaan dan penggerakan sumber
daya manusianya. “Upaya yang
dilakukan dalam pencapaian target
tersebut adalah melalui sinergitas dari
level yang paling bawah sampai
kepada penentu kebijakan dengan
kerja nyata di lapangan dalam bentuk
pendampingan di daerah atau dikenal
dengan tehnical asistents. Norma
Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK)
yang kita buat pada dasarnya
dilaksanakan oleh teman-teman di
Puskesmas dan dimonitor oleh
Kabupaten/Kota untuk mengetahui
apakah NSPK yang kita susun sudah
berjalan dengan baik dan sesuai”, ujar
dr. Subuh.
Penghobby olahraga tenis dan
jogging ini juga mengatakan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi
dalam pencapaian target antara lain
melalui faktor determinan kesehatan
dan non kesehatan. Faktor determinan
kesehatan seperti terpenuhinya
sumber daya manusia dan anggaran
kesehatan, berjalan atau tidaknya
sistem rujukan, SOP, dan sistem cold
chain. Faktor determinan non
kesehatan misalnya hal-hal yang bisa
dilakukan oleh kementerian/lembaga
lain yang dapat menunjang kegiatan
Kementerian Kesehatan khususnya
Ditjen PP dan PL dimana kita tidak
dapat bekerja sendirian tanpa bantuan
dari beberapa lintas sektor seperti
Kementerian Pekerjaan Umum dalam
hal masalah lingkungan, Kemendikbud
dalam upaya promosi pendidikan
kesehatan, Kementerian Agama dalam
hal masalah isu halal/haramnya
vaksin, Kemenkumham dalam hal
landasan hukum, dan Kemendagri
dalam hal pelaksanaan kesehatan di
lapangan. Dengan cara menyandingkan
kedua peran tersebut dan setiap kali
kita melakukan bimtek atau supervisi
ke daerah kita harus melakukan
komunikasi kepada Kepala Daerah
atau DPRD, lalu melakukan aksi sesuai
dengan apa yang akan kita capai.
Di akhir wawancara dengan Tim
Warta PP dan PL, dr. Subuh berpesan
agar Ditjen PP dan PL “harus bisa buka
baju” artinya PP dan PL harus bisa
membuka diri dengan cara share
informasi terhadap apa yang kita
kerjakan baik dengan lintas program/
sektoral maupun dengan masyarakat
sehingga tidak terkesan ekslusif,
karena secara keilmuan kita sudah
memiliki semua, dan untuk
menggerakkan program agar dapat
jalan bersama dengan lintas program.
Selanjutnya tingkatkan kedispilinan,
karena kita bekerja bukan semata-
mata mengerjakan program namun
ada koridor-koridor yang membatasi
kita baik dari peraturan kepegawaian
sehingga dapat memenuhi target yang
akan kita capai. (YA)
28 • WARTA Ditjen PP dan PL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66
TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN
Judul : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
Penerbit : Kementerian Kesehatan RI
Tahun : 2014
Tebal : 80 halaman
Sesuai amanah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
perlu dibuat suatu aturan yang mengatur masalah kesehatan lingkungan
secara lebih detail. Oleh karena itu, lahirlah Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. Sejak
ditetapkan di Jakarta, 6 Agustus 2014, peraturan yang sudah dirintis sejak
tahun 1992 ini, menjadi kabar gembira yang sudah lama ditunggu-tunggu
oleh para ahli kesehatan lingkungan karena peraturan ini sangat berguna
bagi para ahli kesehatan lingkungan dalam melaksanakan tugasnya. PP Kesling ini sendiri terdiri dari bagian-
bagian yang meliputi Ketentuan Umum; Tanggung Jawab dan Wewenang Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan; Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan; Sumber Daya; Koordinasi, Jejaring Kerja, dan Kemitraan;
Peran Serta Masyarakat; Pembinaan dan Pengawasan; Ketentuan Peralihan dan Ketentuan penutup.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG SANITASI
TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
Judul : Waspadai Bahaya Obesitas Cara Sehat
Menurunkan Berat Badan
Penerbit : Kementerian Kesehatan RI
Tahun : 2014
Tebal : 51 halaman
Kegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya
berbagai penyakit metabolik dan degeneratif seperti penya-
kit kardiovaskuler, diabetes melitus, kanker, osteoatritis, dan
lain-lain.
Dengan aktivitas fisik, diet yang sehat, makan seimbang dan
tidak stres kita dapat terhindar dari obesitas. Pedoman ini
disusun dalam bentuk buku saku yang dapat menjadi salah
satu referensi untuk memahami apa itu obesitas dan bahaya
obesitas bagi kita yang membacanya. Buku ini juga berisi
cara praktis mengatasi obesitas dengan dilengkapi contoh
menu yang sesuai dengan kebutuhan gizi yang dianjurkan.
29WARTA Ditjen PP dan PL •
Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralTatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralSurya Amal
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013humasditjenppdanpl
 
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIAPETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIADeif Tunggal
 
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014Dokter Tekno
 
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Dayu Agung Dewi Sawitri
 
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaJournal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaSyiah Kuala University
 
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasiPermenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasiYusneri Ahs
 
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017Ditjen P2P Kemenkes
 
Pharmaceutical Care HIV/AIDS
Pharmaceutical Care HIV/AIDSPharmaceutical Care HIV/AIDS
Pharmaceutical Care HIV/AIDSSurya Amal
 
Surveilans TBC
Surveilans TBC Surveilans TBC
Surveilans TBC Riri Santu
 
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Mamang Bagiansah
 
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015Ditjen P2P Kemenkes
 
Kak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailensKak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailensSri Mega
 

Was ist angesagt? (20)

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralTatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun  2013
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2013
 
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIAPETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
 
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
 
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
 
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
 
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
 
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaJournal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
 
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasiPermenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
 
Pedoman ART 2011
Pedoman ART 2011Pedoman ART 2011
Pedoman ART 2011
 
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017
 
Renja 2016-ppp
Renja 2016-pppRenja 2016-ppp
Renja 2016-ppp
 
Pharmaceutical Care HIV/AIDS
Pharmaceutical Care HIV/AIDSPharmaceutical Care HIV/AIDS
Pharmaceutical Care HIV/AIDS
 
Surveilans TBC
Surveilans TBC Surveilans TBC
Surveilans TBC
 
Pedoman ppia 2012 final
Pedoman ppia 2012 finalPedoman ppia 2012 final
Pedoman ppia 2012 final
 
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
 
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015
Jurnal PP dan PL Edisi 5 Tahun 2015
 
Kak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailensKak dbd dan survailens
Kak dbd dan survailens
 

Andere mochten auch

Lakip simkar 2014
Lakip simkar 2014Lakip simkar 2014
Lakip simkar 2014Ditjen P2P
 
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2015News Letter Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2015Ditjen P2P Kemenkes
 
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi IV Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL  Edisi IV Tahun 2015News Letter Ditjen PP dan PL  Edisi IV Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi IV Tahun 2015Ditjen P2P Kemenkes
 
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi III Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL  Edisi III Tahun 2015News Letter Ditjen PP dan PL  Edisi III Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi III Tahun 2015Ditjen P2P Kemenkes
 
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2015 News Letter Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2015 Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015Ditjen P2P Kemenkes
 

Andere mochten auch (7)

Lakip simkar 2014
Lakip simkar 2014Lakip simkar 2014
Lakip simkar 2014
 
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2015News Letter Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2015
 
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi IV Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL  Edisi IV Tahun 2015News Letter Ditjen PP dan PL  Edisi IV Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi IV Tahun 2015
 
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi III Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL  Edisi III Tahun 2015News Letter Ditjen PP dan PL  Edisi III Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi III Tahun 2015
 
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2015 News Letter Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2015
News Letter Ditjen PP dan PL Edisi I Tahun 2015
 
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI III TAHUN 2015
 
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015
WARTA DITJEN PP DAN PL EDISI IV TAHUN 2015
 

Ähnlich wie Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014

Ähnlich wie Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014 (20)

Bahan pen jasorkes
Bahan pen jasorkesBahan pen jasorkes
Bahan pen jasorkes
 
Penyuluhan HIV/AIDS
Penyuluhan HIV/AIDSPenyuluhan HIV/AIDS
Penyuluhan HIV/AIDS
 
Info Dasar Hiv Dan Aids
Info Dasar Hiv Dan AidsInfo Dasar Hiv Dan Aids
Info Dasar Hiv Dan Aids
 
HIV/AIDS
HIV/AIDSHIV/AIDS
HIV/AIDS
 
Makalah hiv
Makalah hivMakalah hiv
Makalah hiv
 
tragedi bhopal
tragedi bhopaltragedi bhopal
tragedi bhopal
 
Makalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aidsMakalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aids
 
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
BAB 9 Epidemiologi Penyakit Menular HIV AIDS
 
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptxAnamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
 
Epidemiologi HIV AIDS.pdf
Epidemiologi HIV AIDS.pdfEpidemiologi HIV AIDS.pdf
Epidemiologi HIV AIDS.pdf
 
Wabah ebola
Wabah ebolaWabah ebola
Wabah ebola
 
Ebola
EbolaEbola
Ebola
 
HIV AIDS
HIV AIDSHIV AIDS
HIV AIDS
 
Makalah hiv
Makalah hivMakalah hiv
Makalah hiv
 
Makalah hiv
Makalah hivMakalah hiv
Makalah hiv
 
Penyajian Data SIK
Penyajian Data SIKPenyajian Data SIK
Penyajian Data SIK
 
Sikk okeeeeeyyyyyyyy dikonversi
Sikk okeeeeeyyyyyyyy dikonversiSikk okeeeeeyyyyyyyy dikonversi
Sikk okeeeeeyyyyyyyy dikonversi
 
Sikk okeeeeeyyyyyyyy dikonversi
Sikk okeeeeeyyyyyyyy dikonversiSikk okeeeeeyyyyyyyy dikonversi
Sikk okeeeeeyyyyyyyy dikonversi
 
Penyajian Data SIK
Penyajian Data SIKPenyajian Data SIK
Penyajian Data SIK
 
Penyajian Data SIK
Penyajian Data SIKPenyajian Data SIK
Penyajian Data SIK
 

Mehr von Ditjen P2P Kemenkes

WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016Ditjen P2P Kemenkes
 
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015Ditjen P2P Kemenkes
 
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2P
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2PSK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2P
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2PDitjen P2P Kemenkes
 
Info Disiplin Pegawai dan Cuti Pegawai
Info Disiplin Pegawai dan Cuti PegawaiInfo Disiplin Pegawai dan Cuti Pegawai
Info Disiplin Pegawai dan Cuti PegawaiDitjen P2P Kemenkes
 
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATAN
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATANMOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATAN
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATANDitjen P2P Kemenkes
 
Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan TA. 2015
Laporan  Keuangan Kementerian Kesehatan TA. 2015Laporan  Keuangan Kementerian Kesehatan TA. 2015
Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan TA. 2015Ditjen P2P Kemenkes
 
Daftar Informasi Publik Kemenkes Tahun 2015
Daftar Informasi Publik Kemenkes Tahun 2015 Daftar Informasi Publik Kemenkes Tahun 2015
Daftar Informasi Publik Kemenkes Tahun 2015 Ditjen P2P Kemenkes
 

Mehr von Ditjen P2P Kemenkes (20)

WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
 
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
 
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019
 
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016
 
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016
 
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
 
Newsletter edisi 3 tahun 2016
Newsletter edisi 3 tahun 2016Newsletter edisi 3 tahun 2016
Newsletter edisi 3 tahun 2016
 
Newsletter Edisi 2 Tahun 2016
Newsletter Edisi 2 Tahun 2016Newsletter Edisi 2 Tahun 2016
Newsletter Edisi 2 Tahun 2016
 
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015
 
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2P
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2PSK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2P
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2P
 
Kontak pengaduan
Kontak pengaduanKontak pengaduan
Kontak pengaduan
 
Info Disiplin Pegawai dan Cuti Pegawai
Info Disiplin Pegawai dan Cuti PegawaiInfo Disiplin Pegawai dan Cuti Pegawai
Info Disiplin Pegawai dan Cuti Pegawai
 
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATAN
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATANMOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATAN
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATAN
 
Agreement Tuberkulosis
Agreement TuberkulosisAgreement Tuberkulosis
Agreement Tuberkulosis
 
Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan TA. 2015
Laporan  Keuangan Kementerian Kesehatan TA. 2015Laporan  Keuangan Kementerian Kesehatan TA. 2015
Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan TA. 2015
 
Barang Milik Negara (BMN)
Barang Milik Negara (BMN)Barang Milik Negara (BMN)
Barang Milik Negara (BMN)
 
Renstra 2015-2019
Renstra 2015-2019Renstra 2015-2019
Renstra 2015-2019
 
Daftar Informasi Publik Kemenkes Tahun 2015
Daftar Informasi Publik Kemenkes Tahun 2015 Daftar Informasi Publik Kemenkes Tahun 2015
Daftar Informasi Publik Kemenkes Tahun 2015
 

Warta Ditjen PP dan PL Edisi II Tahun 2014

  • 1.
  • 2. 30 • WARTA Ditjen PP dan PL
  • 3. 1WARTA Ditjen PP dan PL • SUSUNAN REDAKSI PENANGGUNG JAWAB : Sri Handini, SH, MH, M.Kes | REDAKTUR : drg. Yossy Agustina, MH.Kes, dr. Ita Dahlia, MH.Kes, Imam Setiaji, SH | EDITOR/PENYUNTING : Risma, SKM, dr. Romadona Triada, Muji Yuswanto, S.Kom | DESIGN GRAFIS dan FOTOGRAFER : Devy Nurdiansyah, AMKL, Bukhari Iskandar, SKM, Sri Sukarsih, Amd, Putri Kusumawardani, ST, Eriana Sitompul | SEKRETARIAT : Dewi Nurul Triastuti, SKM, Firman Septiadi, SKM, Indah Nuraprilyanti, SKM, Aditya Pratama, SI.Kom, Ni Nengah Yustina, SKM, Ira Vitria Sari, SE, Nurul Badriyah, SKM, Frans Landi, SKM, Budi Hermawan, Amd, Hastha Meytha, SST, S.Si, Rizky Ndry Anggoro, SH, Rr. Tri Hastati | ALAMAT REDAKSI : Bagian Hukormas, Gedung A Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan, Jl. Percetakan Negara No.29 Jakarta Pusat 10560 | TELEPON : 021-4247608 | FAKSIMILI : 021-4207087 | EMAIL : humas.p2pl@gmail.com, hoh.pppl@yahoo.com | WEBSITE : www.pppl.depkes.go.id REDAKSI MENERIMA NASKAH DARI PEMBACA, DAPAT DIKIRIM KE ALAMAT EMAIL: humas.p2pl@gmail.com SALAM REDAKSI M erebaknya kasus ebola di Afrika kini sudah merambah hingga lintas benua. Hal ini mengakibatkan Indonesia khususnya Kementerian Kesehatan perlu waspada dengan virus yang mematikan ini, karena saat ini semakin banyak warga negara Indonesia yang datang maupun bepergian ke luar negeri, seperti TKI maupun jemaah haji/umrah. Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai cegah tangkal penyakit di pintu masuk negara bekerjasama dengan instansi terkait, telah menempatkan alat khusus pendeteksi suhu tubuh yang dipasang di bandar udara serta beberapa pelabuhan yang memiliki akses langsung dengan negara luar. Selain itu, disiapkan juga petugas deteksi yang telah dilengkapi alat khusus untuk mendeteksi penumpang yang kemungkinan terjangkit ebola. Hal ini yang kami angkat dalam rubrik Warta Utama. Indonesia memang tidak menghadapi wabah virus mematikan ini, namun Indonesia mengalami betapa masalah kesehatan berdampak pada kerugian ekonomi. Masalah kesehatan di Indonesia yang berdampak pada kerugian ekonomi terkait dengan buruknya sanitasi sehingga menimbulkan biaya untuk kesehatan, akses yang lebih mahal untuk air bersih dan hilangnya pendapatan karena masuk rumah sakit. Persoalan sanitasi ini tidak sepenuhnya sederhana. Untuk akses sanitasi yang layak, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pemerintah Indonesia menargetkan, pada 2019 mendatang seluruh wilayah Indonesia harus memiliki akses air minum dan sanitasi yang layak sebagaimana tertuang dalam UU No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005- 2025. Untuk mengenal lebih dekat Dirjen PP dan PL yang baru, kami juga menampilkan sosok dr. H. M. Subuh, MPPM melalui rubrik Potret. Selain itu kami juga menyuguhkan berita-berita menarik lainnya dalam rubrik seputar kita dan peristiwa. Segenap redaksi majalah WARTA PP dan PL mengucapkan Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2015. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak berperan dalam penerbitan majalah WARTA PP dan PL edisi II ini. Kami sadar majalah ini masih jauh dari sempurna, dan kami selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan edisi mendatang. Harapan kami agar majalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Penyakit Virus Ebola
  • 4. 2 • WARTA Ditjen PP dan PL DAFTAR ISI Mengulik Tentang Virus Ebola Kenali Virusnya Hindar Penyakitnya Menghadapi Virus Ebola di Pintu Masuk Negara Cegah Ebola Dengan CTPS 10 Tips Menghindari Infeksi dan Menanggulangi Wabah Ebola Green Office, Bukan Sekedar Slogan……!!! Rabies Tahukah Anda?? Awas Gigitan Anjing Rabies! Cegah Kanker Dengan Aktifitas Fisik Integrasi Program Pelayanan TB di Era Jaminan Kesehatan Nasional Sudah Amankah Tempat Pengelolaan Makan Kita ??? 5 Bahaya Makan Roti Tawar !!! Bawang Mentah Bagus Buat Jantung Menkes Lantik Pejabat Eselon I Kementerian Kesehatan Wujudkan Impian Pengembangan Laboratorium PES Surveilans Berbasis Laboratorium untuk Masa Depan yang Lebih Baik Batasi Konsumsi Gula, Garam dan Lemak untuk Jantung Sehat Pentingnya Keterbukaan Informasi Publik Lokakarya Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Wabah Bersinergi Dalam STBM Mencapai Akses Universal 2019
  • 5. 3WARTA Ditjen PP dan PL • MENGULIK TENTANGMENGULIK TENTANG VIRUS EBOLAVIRUS EBOLA KENALI VIRUSNYAKENALI VIRUSNYA HINDARI PENYAKITNYAHINDARI PENYAKITNYA S etelah merebaknya virus Mers -Cov di sejumlah negara di dunia beberapa waktu lalu, kini dunia tengah dihebohkan dengan virus Ebola. Penyakit Virus Ebola atau Ebola Virus Disease (EVD) adalah salah satu dari banyak penyakit demam berdarah virus, yang berakibat fatal pada manusia dan primata (seperti monyet, gorila, dan simpanse). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dari genus Ebolavirus dan pertama kali ditemukan pada tahun 1976 di tempat yang sekarang dikenal sebagai Republik Demokratik Kongo dekat Sungai Ebola. Ada 5 sub spesies dari Ebolavirus. Empat dari lima telah menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu: Virus Ebola (Zaire Ebolavirus); Virus Sudan (Sudan Ebolavirus); Virus TAI Forest (TAI Forest Ebolavirus, sebelumnya Pantai Gading Ebolavirus); Virus Bundibugyo (Bundibugyo Ebolavirus) dan Virus Reston (Reston Ebolavirus) telah menyebabkan penyakit pada primata. Host reservoir dari Virus Ebola masih belum diketahui. Namun, berdasarkan bukti yang ada dan sifat virus yang sama, peneliti percaya bahwa kelelawar menjadi reservoir yang paling mungkin. Tanda dan gejala Gejala penyakit dapat muncul dimana saja dengan masa inkubasi virus 2 sampai 21 hari, namun yang paling umum terjadi adalah sekitar 8- 10 hari setelah terpapar Virus Ebola. Gejalanya berupa demam mendadak, lemah, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan. Gejala ini diikuti dengan muntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal dan hati, dan dalam beberapa kasus terjadi perdarahan baik internal maupun eksternal. Penderita Ebola dapat pula dilihat dari hasil laboratorium berupa penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit, serta peningkatan enzim hati. Cara Penularan Penyakit Virus Ebola ini ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi Virus Ebola atau terpapar objek (seperti jarum suntik) yang telah terkontaminasi dengan sekresi yang terinfeksi oleh Virus Ebola. Pemeriksaan Klinis dan Penunjang Infeksi Virus Ebola dapat didiagnosis di laboratorium melalui beberapa jenis tes, yaitu Enzyme- Linked Immunosorbent Assay (ELISA), tes deteksi antigen, uji serum netralisasi, Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) assay, dan isolasi virus dengan kultur sel. Tata Laksana Kasus dan Prognosis Standar pengobatan Penyakit Virus Ebola masih terbatas pada terapi suportif, yaitu : 1. Menyeimbangkan cairan tubuh dan elektrolit pasien 2. Mempertahankan status oksigen dan tekanan darah 3. Memberikan pengobatan untuk setiap komplikasi infeksi yang terjadi Pengobatan tepat waktu pada penderita Penyakit Virus Ebola adalah penting, karena penyakit ini sulit untuk didiagnosis secara klinis pada tahap awal infeksi. Gejala awal seperti sakit kepala dan demam tidak spesifik untuk menentukan seseorang terinfeksi. Namun jika seorang pasien memiliki gejala awal dan ada alasan kuat sehingga pasien tersebut dinyatakan sebagai suspek, pasien harus diisolasi dan petugas kesehatan harus segera mengetahui hal ini. Terapi suportif dapat dilanjutkan dengan menggunakan pakaian pelindung yang tepat sampai sampel dari pasien diuji untuk mengkonfirmasi infeksi. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk penyakit Virus Ebola. Beberapa vaksin masih dalam tahap pengujian, namun belum ada satu pun yang dapat digunakan untuk kasus klinis.
  • 6. 4 • WARTA Ditjen PP dan PL E bola Virus Disease (EVD) ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, dan jaringan orang yang terinfeksi, sehingga dapat menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan masyarakat karena berpotensi menyebar dan menyebabkan kematian yang tinggi ( CFR sampai 90%). Penyakit Virus Ebola adalah demam berdarah virus yang menjadi perhatian Internasional sesuai International Health Regulation/ IHR (2005). Berdasarkan data WHO sampai dengan tanggal 14 September 2014 terdapat 5.357 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2.630 kasus (49,09%) yang tersebar di 5 negara Afrika Barat yaitu Guinea dengan jumlah kasus 942 orang dengan kematian 601 orang, Liberia dengan jumlah kasus 2.710 orang dengan kematian 1.459 orang, Sierra Leone dengan jumlah kasus 1.673 orang dengan kematian 562 orang, Nigeria dengan jumlah kasus 21 orang dengan jumlah kematian 8 orang, dan Senegal dengan jumlah kasus 1 orang dengan jumlah kematian 0. Terdapat pula 62 kasus EVD dengan jumlah kematian 35 orang di Negara Democratic Republic of the Congo (DRC). Hingga saat ini di Indonesia belum ditemukan kasus konfirmasi penyakit virus Ebola, namun dengan tingkat mobilitas (pelaku perjalanan) yang tinggi dari dan ke luar negeri menjadi salah satu potensi atau risiko masuknya virus Ebola ke tanah air. WHO telah menyatakan penyakit virus Ebola sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) sehingga Indonesia khususnya Kementerian Kesehatan perlu melakukan langkah-langkah kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya virus Ebola. Sejauh ini WHO belum mengeluarkan travel warning ke negara terjangkit. Kewaspadaan penularan penyakit harus dimiliki oleh WNI yang melakukan perjalanan ke negara terjangkit atau yang saat ini ada di negara terjangkit. Pemerintah telah memiliki mekanisme untuk pencegahan penyebaran dan penanganan kasus penyakit impor secara umum termasuk penyakit virus Ebola. Upaya ini melibatkan jajaran Kementerian Kesehatan, TNI/ Polri, dan kementerian/ lembaga terkait lainnya. Upaya aktif pemerintah dalam mencegah masuknya penyakit Virus Ebola di Indonesia adalah dengan melakukan skrining di pintu masuk negara terhadap pelaku perjalanan dengan riwayat perjalanan dari negara terjangkit yang menunjukkan gejala penyakit virus Ebola. Pemantauan perkembangan kasus Ebola dilakukan melalui mekanisme IHR (2005), komunikasi langsung dengan Outbreak Center WHO, dan mengamati penyakit di negara terjangkit dan kemungkinan penyebarannya ke negara lain. MENGHADAPI VIRUS EBOLA DI PINTU MASUK NEGARA WARTA Ditjen PP dan PL4 •
  • 7. 5WARTA Ditjen PP dan PL • Peran Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas cegah tangkal penyakit dari dan keluar pintu masuk negara wajib melaksanakan langkah- langkah kewaspadaaan sebagai upaya pencegahan dengan melakukan pelaporan jika diketahui terdapat penumpang sakit dipesawat sebelum kedatangan, dan melakukan investigasi terhadap wisatawan yang sakit dengan gejala demam viral dan ada riwayat kontak dengan daerah terjangkit, jika perlu dilakukan isolasi dan karantina. Langkah kewaspadaan yang perlu dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan sesuai surat edaran Dirjen PP dan PL adalah dengan : 1. Mengikuti perkembangan berita tentang penyakit Ebola baik dari Kementerian Kesehatan RI maupun WHO dan berkoordinasi dengan jajaran kesehatan setempat/se wilayah. 2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat luas untuk segera mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan bila ada keluarga atau tetangga yang sakit dengan gejala demam viral dan ada riwayat kontak/perjalanan ke wilayah terjangkit virus Ebola, namun tidak perlu menimbulkan kepanikan. 3. Melakukan pengamatan ketat terhadap penumpang yang datang dari negara terjangkit dengan gejala klinis seperti tersebut diatas dengan cara :  Lakukan pemeriksaan dan memastikan kebenaran riwayat perjalanan dari negara terjangkit  Lakukan rujukan ke Rumah Sakit rujukan Flu Burung terdekat untuk dilakukan tatalaksana kasus dan konfirmasi pemeriksaan laboratorium  Lakukan pencatatan dan pelaporan Kantor Kesehatan Pelabuhan yang berkedudukan dan berada di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan pos lintas batas darat negara merupakan pintu masuk penyebaran penyakit virus Ebola, maka sudah menjadi tugas KKP melakukan fungsinya sebagai cegah tangkal penyakit dan masalah kesehatan di Indonesia dengan melakukan kewaspadaan dalam rangka mengantisipasi masuknya virus Ebola ke Indonesia. WARTA Ditjen PP dan PL • 5
  • 8. 6 • WARTA Ditjen PP dan PL P enyakit virus ebola (EVD) atau demam berdarah Ebo- la (EHF) adalah penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus Ebola. Gejalan- ya biasanya dimulai dua hari hingga tiga minggu setelah terjangkit virus, dengan adanyademam, sakit tenggorokan, nyeri sendi, nyeriotot, dan sakit kepala. Biasanya diikuti dengan mual, muntah,diare, menurunnya fungsi liver dan ginjalsertamengalami masalah pendarahan internal danek- sternal. Wabah Ebola yang meluas di em- pat negara Afrika yaitu Liberia, Guin- ea, Sierra Leonne, dan Nigeria telah menewaskan lebih dari 1.000 orang.Berdasarkan data WHO, ke- matian yang disebabkan virus Ebola sebesar 57 %. Virus mungkin didapatkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi (biasanya monyet atau kelela- war).Penyebaran lewat udara belum pernah tercatat dalam lingkungan alami. Begitu terjadi infeksi pada manusia, penyakit ini dapat menyebar pada orang-orang. Virus ini ditularkan kepada orang lain melalui kontak langsung dengan orang yang terin- feksi melalui cairan penderita seperti batuk, bersin, muntahan atau darah penderita yang mengenai mata, hidung, atau mulut orang lain. Virus Ebola juga dapat bertahan hidup di permukaan benda, sehingga benda apa pun yang terkontaminasi dengan cairan tubuh penderita, seperti sarung tangan karet ataupun jarum suntik, dapat menjadi media penularan virus tersebut. Hingga saat ini belum ada vaksin maupun obat untuk penyakit tersebut. Pencegahannya meliputi upaya men- gurangi penyebaran penyakit dari monyet dan babi yang terinfeksi ke manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa hewan tersebut terhadap infeksi, serta membunuh dan membuang hewan dengan benar jika ditemukan penyakit tersebut. Me- masak daging dengan benar dan mengenakan pakaian pelindung ketika mengolah daging juga berguna. Menghindari kontak dengan orang yang menderita penyakit tersebut juga sangat disarankan. Jika memang harus berada di sekitar orang yang menderita penyakit tersebut, kenakan pakaian pelindung dan cuci tangan pakai sabun. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan tindakan pencegahan standar karena walaupun sudah hati-hati tetap ada kemung- kinan tangan kita tercemar. Sabun sendiri berfungsi untuk mengangkat kotoran dan lemak yang menempel di tangan. Sedangkan ku- man menempel pada kotoran dan le- mak. Air akan membantu kerja sabun menyebar rata ke seluruh bagian tan- gan dan dengan membilas tangan, kotoran pun akan terbawa atau ter- angkat bersama-sama sabun. Karena itu mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir selama sedikitnya 20 detik masih dipercaya sebagai pencegahan yang sederhana, namun ampuh untuk penyakit ebola. Cegah EBOLA dengan CTPS WARTA Ditjen PP dan PL6 •
  • 9. 7WARTA Ditjen PP dan PL • 1. Dapatkan Informasi tentang apa dan bagaiman penyebaran virus ebola agar dapat mengambil tindakan pencegahan. 2. Mencuci tangan dengan sabun, agar proses pembersihan lebih maksimal gunakan cairan pembersih tangan khusus. 3. Waspadai binatang hutan yang sakit atau mati, karena virus ini dapat masuk ke manusia lewat darah, lendir, dan berbagai cairan tubuh atau organ dari hewan yang telah terinfeksi. 4. Masaklah daging yang hendak dikonsumsi dengan baik, hindari pula memakan daging hewan hutan yang mengandung resiko pembawa virus. 5. Segera hubungi dokter/tenaga kesehatan ketika merasakan gejala awal, seperti demam yang disertai nyeri otot, sakit kepala dan tenggorokan, muntah- muntah, diare merah-merah ditubuh, gangguan fungsi ginjal dan hati. Pada tingkat lanjut pasien mengalami pendarahan dari mulut, telinga dan hidung. Infeksi Ebola dapat dipastikan lewat pemeriksaan laboraturium. 6. Tutup luka dan lindungi selaput lendir dari kontak langsung. Waspadai penularan dari manusia ke manusia, karena penularan ini dapat terjadi melalui kulit terbuka akibat luka, dll) dan selaput lendir (di hidung, mulut, mata, telinga, dll). Kontak tidak langsung dapat terjadi melalui lingkungan yang telah terkontamasi. 7. Langkah pencegahan penularan (perlindungan diri) harus menjadi bagian dari panggilan untuk memberikan perawatan kepada yang sakit. 8. Dalam kasus ini seseorang yang terinfeksi meninggal, keluarga dan masyarakat harus menerima penindakan khusus untuk mencegah penularan. Virus ini dapat menular lewat jasad seseorang. 9. Memahami bahwa manusia rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk infeksi Ebola. 10. Jika ada seorang anggota masyarakat terinfeksi Ebola, itu berarti undangan bagi seluruh masyarakat untuk mengentaskan penyakit itu, karena Ebola bukan sekedar penyakit yang menyerang individu saja tapi juga dapat membunuh satu kampung bahkan satu negara. 10 Tips Menghindari Infeksi dan Menanggulangi Wabah Ebola
  • 10. 8 • WARTA Ditjen PP dan PL GREEN OFFICE, BUKAN SEKEDAR SLOGAN……!!! B elakangan kalimat Green Office begitu santer didengungkan. Namun banyak yang belum tahu apa pengertian “green” tersebut. Tidak salah jika kita mengartikan Green Office sebagai kantor yang bernuansa serba hijau. Hijau memang identik dengan alam dan lingkungan. Jadi, Green Office adalah perkantoran yang memiliki dan menunjukkan komitmen terhadap kelestarian lingkungan. Banyak aspek yang bisa dilakukan untuk menjadikan kantor sebagai tempat menghabiskan waktu setiap harinya menjadi sebuah kantor yang berlabel Green Office. Sebagai contoh, sebuah gedung perkantoran televisi swasta di Jakarta mengangkat slogan “Go Green dan No Styrofoam”. Kementerian Kesehatan mempunyai 6 indikator untuk menentukan sebuah kantor berlabel Green Office, yaitu : hemat listrik, hemat air, reduce-reuse-recycle, hemat bbm, penghijauan, tanpa rokok. Sejak tahun 2012, Kementerian Kesehatan melakukan perlombaan untuk mengkampanyekan Green Office, dan Sekretariat Ditjen PP dan PL berhasil menjadi juara 1 tingkat satuan kerja pusat pada tahun 2013. Slogan “Go Green dan No Styrofoam” dapat membawa pengaruh besar bagi terciptanya lingkungan yang bebas dari sampah plastik yang notabene membutuhkan waktu puluhan tahun bisa diurai. Pertanyaannya adalah, apakah kita terhenti pada slogan tanpa diiringi dengan kerja nyata? Sekretariat Ditjen PP dan PL mencoba menerapkan beberapa konsep untuk menggalakkan kantor yang ramah lingkungan, seperti melakukan sosialisasi melalui stiker, standing banner, edaran, running teks, pengumuman berisi himbauan untuk melakukan penghematan listrik, air, kertas, tissue, tidak merokok di area kantor, mengadakan automatic lamp di toilet, green lamp tenaga surya di halaman kantor, penyediaan parkir sepeda untuk karyawan, penggantian tanaman artificial di ruang kerja dengan tanaman hijau yang rutin diganti setiap minggunya, menyediakan bus jemputan karyawan untuk menimalisasi penggunaan mobil pribadi, pemanfaatan lahan kosong di sekitar kantor untuk taman hijau dan asri, menyediakan fitness center untuk menjaga kebugaran karyawan, serta melakukan penanaman pohon dari setiap perwakilan direktorat dan sekretariat. Tahun ini, Kementerian Kesehatan akan mengadakan kembali perlombaan Green Office. Mudah- mudahan apa yang telah kita lakukan selama ini dapat terus kita pertahankan dan menjadikan kantor yang benar-benar memiliki dan melaksanakan konsep yang ramah lingkungan bukan sekedar slogan. Semoga!!
  • 11. 9WARTA Ditjen PP dan PL • RABIESRABIES, TAHUKAH ANDA??, TAHUKAH ANDA?? AWAS GIGITAN ANJING RABIES !AWAS GIGITAN ANJING RABIES ! R abies atau anjing gila merupakan penyakit infeksi sistem syaraf pusat akut yang menyerang manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus Rabies. Penyakit ini termasuk zoonosis yang menjadi sangat penting karena sampai saat ini belum ditemukan obatnya dan jika gejala penyakit ini timbul maka rabies akan selalu menyebabkan kematian baik pada manusia maupun hewan. Di Indonesia, sejauh ini 25 provinsi telah tertular dan hanya 9 provinsi masih bebas rabies. Daerah-daerah yang bebas rabies adalah Kepulauan Riau, Pulau Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat. Dengan masih banyaknya wilayah di Indonesia yang tertular, maka sangat penting penyebaran informasi mengenai cara penanganan rabies secara baik dan benar. Penularan rabies dapat dengan gigitan dan non gigitan (goresan cakaran) oleh hewan penular rabies (GHPR) terutama anjing, kucing dan kera yang terinfeksi virus rabies melalui air liur dan cairan lainnya. Masa inkubasi bervariasi yaitu berkisar antara 2 minggu sampai 2 tahun, umumnya 3-8 minggu tergantung dari lokasi gigitan. Dalam pencegahan rabies pada hewan sebaiknya hewan penular rabies (HPR) dilakukan vaksinasi secara berkala, dikandangkan, pemasangan identitas pada leher sehingga mudah dikenali. Gejala awal (stadium prodomal) berupa demam, malaise/lemah, mual dan rasa nyeri tenggorokan selama beberapa hari. Setelah itu (stadium sensoris) penderita akan merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan. Pada stadium eksitasi timbul gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dilatasi pupil dan sebagainya. Stadium ini merupakan puncak penyakit dan gejala khas pada stadium ini hidrofobia. Perilaku penderita tidak rasional kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif. Keadaan atau gejala-gejala ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal dunia. Kadang kala ditemukan juga kasus tanpa gejala eksitasi, melainkan paralisis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala paralisis otot-otot pernafasan (stadium paralisis). Apabila ada kasus GHPR harus ditangani dengan cepat dan sesegera mungkin. Untuk mengurangi/mematikan virus rabies, usaha yang paling efektif adalah mencuci luka gigitan dengan air mengalir menggunakan sabun/deterjen selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik. Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, bila memang perlu sekali dapat dijahit (jahitan situasi). Selain itu harus dipertimbangkan pula perlu tidaknya pemberian serum/vaksin anti tetanus, antibiotika untuk mencegah infeksi dan analgetika. Tatalaksana kasus gigitan HPR harus memerhatikan derajat luka GHPR. Klasifikasi derajat luka GHPR menurut WHO dibagi menjadi 3 yaitu: Apabila ada kasus gigitan sebaiknya segera dilakukan cuci luka dan dibawa ke pelayanan kesehatan untuk dilakukan tatalaksana sesuai prosedur. Berikut adalah alur tatalaksana GHPR. ALUR PENATALAKSANAAN KASUS GIGITAN HEWAN TERSANGKA RABIES Rabies memang berbahaya namun dapat dicegah dengan mengikuti tatalaksana yang baik dan benar sesuai prosedur. Derajat Luka Jenis Kontak Tatalaksana I Sentuhan atau jila- tan HPR pada kulit tanpa luka Tidak perlu tinda- kan tapi sebaiknya dicuci II Luka cakar, luka abrasi/lecet, luka ringan, jilatan pada kulit luka - Cuci luka - Berikan VAR III Luka multipel, luka dalam, luka risiko tinggi, saliva HPR pada mukosa - Cuci luka - Beri VAR dan SAR
  • 12. 10 • WARTA Ditjen PP dan PL Cegah Kanker Dengan Aktivitas Fisik T ahukah Anda bahwa kanker dapat dicegah? Ya, kanker dapat dicegah dengan menghindari faktor risikonya. Para ahli memperkirakan bahwa 40% kanker dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko kanker, seperti tidak merokok/terkena paparan asap rokok, menghindari obesitas dengan diet seimbang dan aktifitas fisik, tidak mengkonsumsi alkohol, memproteksi kulit dari paparan sinar ultraviolet, mencegah infeksi yang berhubungan dengan kanker, dan menghindari lingkungan yg mengandung karsinogen (UICC, 2009). Menurut World Cancer Research Fund (WCRF), ada 10 rekomendasi pencegahan kanker dengan diet dan aktivitas fisik, yaitu: 1) menjaga berat badan normal, 2) beraktivitas fisik setiap hari, 3) membatasi konsumsi makanan dan minuman padat kalori, 4) memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, 5) batasi konsumsi daging merah (seperti daging sapi, daging babi, domba) dan hindari daging olahan, 6) menghindari minuman beralkohol, 7) Batasi konsumsi makanan asin dan makanan yang diasinkan, 8) menghindari suplemen, 9) memberikan ASI eksklusif, serta 10) mengikuti rekomendasi pencegahan kanker bagi survivor kanker. Aktivitas fisik dan kanker Sejak tahun 1990-an, banyak penelitian yang membuktikan bahwa aktivitas fisik dapat mencegah 3 jenis kanker yaitu kanker usus besar, kanker payudara (pada wanita post menopause), dan kanker endometrium. Aktivitas fisik yang rutin mempunyai efek langsung dalam mengurangi risiko terjadinya kanker. Aktivitas fisik juga merupakan cara untuk menjaga berat badan ideal. Salah satu cara bagaimana aktivitas fisik dapat mencegah kanker adalah dengan menurunkan tingkat hormon yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker leher rahim dan endometrium di dalam tubuh. Aktivitas fisik rutin juga menjadikan sistem pencernaan dapat bekerja dengan baik dan meningkatkan kecepatannya, yang mana dengan lebih cepat terserapnya makanan dalam saluran pencernaan dapat menurunkan kejadian kanker usus besar. Aktivitas fisik dan obesitas Berat badan berlebih dan obesitas meningkatkan risiko terjadinya beberapa jenis kanker, terutama sejak tahun 1990-an. Berat badan berlebih dan obesitas secara meyakinkan dapat menyebkan kanker kolorektal, oesofagus, endometrium, pankreas, ginjal, dan payudara (pada wanita post menopause), dan mungkin kanker kandung kemih. Obesitas sentral (perut) dapat menyebabkan kanker kolorektal, dan mungkin kanker pankreas, endometrium, dan payudara. Saran praktis aktivitas fisik sehari-hari  Beberapa tips berikut untuk meningkatkan aktivitas jalan kaki harian:  Berjalan kaki dengan teman setelah makan siang  Berjalan kaki 30 menit setiap hari atau 15 menit di pagi hari dan 15 menit lagi di sore hari  Jika menggunakan kendaraan sendiri, parkirlah di tempat yang agak jauh dari tempat tujuan, kemudian berjalan kakilah menuju ke tempat tersebut  Jika menggunakan transportasi umum, berhentilah sebelum tempat tujuan dan berjalan kakilah menuju ke tempat tersebut  Naiklah tangga daripada menggunakan lift/eskalator Sempatkanlah dan manfaatkan beberapa kegiatan di rumah untuk aktivitas fisik selama 30 menit, antara lain:  menyiangi rumput di taman  membersihkan kamar mandi  mencuci motor/mobil sendiri  membersihkan dan merapikan tempat tidur  membersihkan lantai  merapikan tanaman WARTA Ditjen PP dan PL10 •
  • 13. 11WARTA Ditjen PP dan PL • T ransformasi PT. Askes men- jadi BPJS Kesehatan sebagai pelaksana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah diimplementasikan pada awal Januari 2014. Hal ini merupakan langkah awal pencapaian Universal Health Coverage (UHC) tahun 2019. Diharapkan dengan JKN masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan yang lebih baik dan ter- jangkau. JKN memiliki keterkaitan erat dengan program pengendalian tu- berkulosis (TB) sebagai bagian dari layanan kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan integrasi program pengendalian TB dalam program JKN. Langkah awal yang dilakukan adalah membuat Memorandum of Under- standing (MoU) antara Kementrian Kesehatan dan BPJS Kesehatan terkait pelayanan TB dalam jaminan kesehatan. MoU antar lembaga ini di- maksudkan untuk meningkatkan mu- tu pelayanan yang nantinya akan diterima oleh pasien. Didalam MoU akan dipisahkan peran masing-masing pihak sehingga jelas setiap kewenangannya. Pelayanan TB dida- lam JKN difokuskan pada pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Kegiatan sosialisasi TB bisa masuk ke dalam program promosi kesehatan pada pasien TB. Pada awalnya, MoU yang akan dikembangkan dijadikan sebagai payung kerjasama antara Kemenkes dan BPJS sebagai bentuk kelanjutan MoU antara Kemenkes dengan PT. Askes sebelumnya. Agar MoU mem- iliki kekuatan hukum yang mengikat, maka isi MoU yang diinisiasi oleh Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) Kementerian Kesehatan, secara garis besar telah dimasukkan ke dalam petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan jaminan kesehatan yang akan dilampirkan da- lam Permenkes No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Ja- minan Kesehatan Nasional . Petunjuk teknis disusun oleh pro- gram TB dengan ruang lingkup terdiri dari : 1) Pelayanan Tuberkulosis Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Ting- kat Lanjut; 2) Mekanisme Pelayanan Rujukan; 3) Tata kelola Logistik; 4) Monitoring dan Evaluasi; dan 6) Dasar Prosedur Diagnostik. Petunjuk Teknis pelayanan TB bagi peserta JKN ini ber- sifat dinamis, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk terus dilakukan perubahan dan perbaikan dalam pelaksanaan layanan TB di fasilitas kesehatan. (tw/vy/fh/ba) Integrasi Program Pelayanan TB di Era Jaminan Kesehatan Nasional
  • 14. 12 • WARTA Ditjen PP dan PL K etika Anda sedang makan, pernahkah anda tiba-tiba menemukan capcay yang tengah Anda santap mengandung ulat sayur? Atau Anda menemukan secuil kotoran yang menempel di pinggiran piring yang Anda pakai, atau bahkan di sekeliling Anda banyak lalat hitam subur yang berdenging di sekitar meja makan Anda? Hampir semua orang pasti pernah mengalami pengalaman buruk seperti ini baik saat menikmati masakan di warteg, gerobak bakso keliling, bahkan di restoran popular dan mahal sekalipun di kota besar seperti Jakarta. Tidak semua orang bereaksi sama ketika menemui keadaan tidak menyenangkan seperti di atas. Secara umum, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap makanan belum seperti di negara- negara maju. Ada banyak alasan mengapa mereka cuek, bisa jadi karena tidak ada kepedulian masyarakat terkait higiene sanitasi pangan, frustrasi dengan respons pengelola restoran, budaya masyarakat Indonesia yang cenderung legowo dan banyak tepa seliranya, atau karena ketidaktahuan masyarakat. Terlepas dari sikap acuh tak acuh masyarakat, bagaimanapun masalah keamanan pangan, kondisi lingkungan penyimpanan makanan, cara pengelolaan dan penyajian makanan, dan semua hal yang bisa mencegah terjadinya pencemaran pangan sudah harus menjadi perhatian utama. Di kota-kota besar dunia, seperti New York City atau tetangga kita Singapura, persoalan higiene sanitasi rumah makan/restoran sudah berjalan dengan sistem yang baik. Pemerintah bersikap tegas dan pengusaha restoran serta konsumen memperoleh manfaat dan keuntungan dari ketegasan pemerintahannya, baik melalui reward maupun punishment kepada pengusaha restoran. SUDAH AMANKAH TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN KITA ???
  • 15. 13WARTA Ditjen PP dan PL • Peraturan Terkait Higiene Sanitasi Rumah Makan/Restoran “Tanpa Wibawa” Sampai saat ini kita setuju bahwa persoalan sepele tetapi penting ini lepas dari pengawasan atau pantauan Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah, karena tidak ada satu pun berita di media massa tentang rumah makan maupun restoran yang ditutup karena persoalan tidak laik sehat/laik higiene sanitasi. Padahal pada kenyataannya, peraturan mengenai keamanan pangan dan sanitasi, serta peraturan pelaksananya sudah terbilang lengkap. Ada payung hukum berupa Undang -Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, serta Keputusan Menteri Kesehatan No. 1098 tahun 2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, yang disertai dengan langkah teknis pengawasan dan pembinaan tentang kewajiban memiliki sertifikat laik sehat dari beberapa kabupaten/kota melalui peraturan daerah maupun peraturan bupati/walikota. Sayangnya, meski peraturan hukum tersebut sudah disertai sanksi pencabutan sertifikat laik sehat, tetapi peraturan ini tampak jelas tidak bergigi. Sebagai contoh, ketika izin laik sehatnya dicabut, tetapi izin operasionalnya masih tetap berjalan itu artinya meskipun restoran/rumah makan kondisi higiene sanitasinya buruk, tetap saja bisa “lenggang kangkung”. Di Indonesia, inspeksi ke restoran atau rumah makan baru dilakukan Pemerintah Daerah, dalam hal ini dinas kesehatan Kabupaten/Kota, hanya jika ada permintaan dari si pemilik/pengelola untuk memenuhi tuntutan konsumen. Alasannya klasik. Pemerintah daerah kekurangan tenaga dan anggaran! Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Penyehatan Lingkungan sudah berupaya melakukan evaluasi dengan melakukan pertemuan di tingkat propinsi dan melibatkan Dinkes Kabupaten/Kota terkait dengan kinerja mereka terhadap pengawasan higiene sanitasi pangan di rumah makan dan restoran, serta melengkapi peralatan untuk pemeriksaan cepat terhadap makanan siap saji dan diberikan kepada kabupaten/kota yang mengusulkan ke Pusat. Namun, hidup matinya pengawasan higiene sanitasi pangan di kabupaten/kota juga sangat terkait erat dengan anggaran dan kinerja Pemerintah daerah kabupaten/kota. Poin penting terkait Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan/ Restoran yang harus dilaksanakan:  Masyarakat perlu dilindungi dari makanan/minuman yang tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi yang dikelola rumah makan dan restoran agar tidak membahayakan kesehatan.  Terkait dengan izin usaha, rumah makan/restoran harus memiliki sertifikat laik higiene dan sanitasi yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan.  Tenaga penjamah makanan yang bekerja pada usaha rumah makan/ restoran harus berbadan sehat dan tidak menderita penyakit menular.  Penjamah makanan harus memeriksakan kesehatannya secara berkala minimal 2 kali dalam satu tahun.  Penjamah makanan wajib memiliki sertifikat kursus penjamah makanan.  Dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pengujian mutu makanan dan spesimen terhadap rumah makan/restoran.  Persyaratan higiene sanitasi yang harus dipenuhi meliputi persyaratan lokasi dan bangunan; persyaratan fasilitas sanitasi; persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan; persyaratan bahan makanan dan makanan jadi; persyaratan pengolahan makanan; persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi; persyaratan penyajian makanan jadi; dan persyaratan peralatan yang digunakan.  Sertifikat Laik Higiene Sanitasi rumah makan/restoran sementara berlaku selama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang sebanyak- banyaknya 2 kali.  Sertifikat Laik Higiene Sanitasi rumah makan/restoran tetap berlaku selama 3 tahun dan dapat diperbaharui atau menjadi batal bilamana terjadi pergantian pemilik, pindah lokasi/alamat, tutup dan atau menyebabkan terjadinya keracunan makanan/ wabah yang mengakibatkan rumah makan dan restoran menjadi tidak laik higiene sanitasi.  Sertifikat Laik Higiene Sanitasi harus dipasang di dinding yang mudah dilihat oleh petugas dan masyarakat konsumen. Sanitarian dan pengelola kesehatan lingkungan harus selalu siap melakukan pengawasan Higiene Sanitasi Pangan ke rumah makan/ restoran, sehingga program pengawasan dan pembinaan ini tidak seperti kompor yang kehabisan bahan bakar. (Aloysius W)
  • 16. 14 • WARTA Ditjen PP dan PL T ips kesehatan dan ahli kesehatan berkali- kali menekankan pada diri Anda bahwa mengkonsumsi roti tawar putih tidak baik untuk kesehatan tubuh Anda. Anda juga disarankan untuk mengganti roti tawar tersebut dengan roti gandum. Lantas apa yang menyebabkan roti tawar biasa tidak baik untuk kesehatan tubuh? Ternyata ini alasannya 1. Tidak akan membuat Anda kenyang Serat merupakan unsur penting dalam makanan yang membantu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh, menyehatkan saluran cerna, dan membuat Anda merasa kenyang lebih lama. Namun tidak seperti roti gandum, roti tawar biasa terbuat dari tepung yang kehilangan sebagian besar seratnya saat diproses. Itulah yang menyebabkan Anda tidak merasa kenyang saat makan roti tawar biasa. 2. Meningkatkan kadar gula darah Roti tawar terbuat dari biji-bijian yang mudah diserap selama proses pencernaan dalam tubuh. Hal ini cenderung menyebabkan lonjakan gula darah yang tajam. Roti tawar juga tinggi akan indeks glisemik yang membuat Anda rentan untuk terkena penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, dan obesitas. 3. Tidak mengandung nutrisi yang cukup Selama proses produksinya, tepung yang digunakan untuk membuat roti tawar kehilangan vitamin B6, vitamin E, asam folat, seng, dan kromium. Sehingga bisa dikatakan roti tawar biasa tidak mengandung nutrisi yang cukup. 4. Sulit untuk dicerna Roti tawar mengandung gluten yang membuatnya sulit untuk dicerna. Selain itu roti tawar tidak mengandung enzim alami apapun yang dibutuhkan pankreas untuk memecah lemak, karbohidrat, dan lemak. 5. Tepung putih tidak baik untuk kesehatan secara keseluruhan Karena tepung putih yang menjadi bahan utama pembuat roti tawar sudah kehilangan nutrisi, maka sebenarnya roti tawar tidak memiliki manfaat yang menyehatkan untuk tubuh Anda selain berfungsi untuk pengganjal perut. Masih sering mengkonsumsi roti tawar biasa? Sebaiknya ganti dengan roti gandum yang lebih bermanfaat untuk kesehatan tubuh Anda. (sumber : fibreslimindonesia) 5 Bahaya5 Bahaya5 Bahaya Makan Roti Tawar !!!Makan Roti Tawar !!!Makan Roti Tawar !!!
  • 17. 15WARTA Ditjen PP dan PL • B erbagai macam antioksidan terkandung dalam bawang putih, sehingga salah satu jenis bumbu dapur ini bermanfaat untuk kesehatan, salah satunya sebagai sahabat jantung. Menurut suatu penelitian bawang putih yang segar (mentah) berefek menyehatkan jantung lebih baik ketimbang bawang kering. Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, bawang putih segar itu harus dilumatkan atau dicincang sebelum dikonsumsi. Proses memotong-motong bawang itu membuat komponen hidrogen sulfida dalam bawang menjadi aktif dan berfungsi membuat rileks pembuluh darah. Menurut peneliti tentang bawang itu, Dipak K. Das bersama timnya, hidrogen sulfida beraksi sebagai pembawa pesan kimiawi yang akan merilekskan pembuluh darah sehingga darah akan mengalir lancar. Pemasakan atau pemrosesan bawang putih akan mengurangi kemampuan untuk mengaktifkan hidrogen sulfida. "Bawang yang diproses maupun bawang putih segar yang dicincang sebetulnya dapat mengurangi kerusakan akibat kurangnya aliran oksigen di dalam pembuluh darah. "Akan tetapi bawang segar yang diremuk memiliki efek yang lebih hebat dalam memperbaiki aliran darah di dalam aorta dan meningkatkan tekanan di dalam ventrikel kiri jantung," ungkap Das. Hasil penelitiannya yang menggunakan tikus itu dipublikasikan lewat Journal of Agricultural and Food Chemistry. BAWANG MENTAHBAWANG MENTAHBAWANG MENTAH BAGUS BUAT JANTUNGBAGUS BUAT JANTUNGBAGUS BUAT JANTUNG
  • 18. 16 • WARTA Ditjen PP dan PL M enteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH di hari terakhir masa jabatannya sebagai Menkes pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II melantik empat orang Pimpinan Tinggi Madya atau Pejabat Eselon I di kantor Kementerian Kesehatan, Jumat (17/10). Pejabat yang di lantik yakni dr. H. M. Subuh, MPPM sebagai Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; drg. Usman Sumantri, M.Sc sebagai Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan; drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes sebagai Staf Ahli Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat; drg. Tritarayati, SH sebagai Staf Ahli Bidang Mediko Legal. Dalam sambutannya, Menkes mengatakan bahwa pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan para pejabat yang dicalonkan oleh Sekretaris Jenderal Kemenkes dan tim ini seluruh prosesnya dilaksanakan secara terbuka, jujur, dan transparan berdasarkan fit and proper test serta bisa dipertanggungjawabkan kepada siapapun. “Saya yakin dan percaya bahwa saudara-saudara yang dilantik hari ini adalah memang pribadi-pribadi pilihan yang benar-benar mampu menghasilkan kinerja terbaik dan dapat melaksanakan sebaik-baiknya kontrak kinerja yang telah ditandatangani”, ujar Menkes. Selain pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan Pimpinan Tinggi Madya atau Pejabat Eselon I, dr Nafsiah Mboi di hari terakhir kerjanya atau masa jabatannya sebagai Menkes RI memberikan penghargaan kepada pegawai berprestasi dan berdedikasi di lingkungan Kemenkes. Satu diantaranya adalah dr. H. M. Subuh, MPPM sebagai Dirjen PP dan PL yang baru dilantik, mendapatkan penghargaan secara langsung oleh Menkes sebagai bentuk apresiasi kepada pegawai Kemenkes yang dalam pengamatannya selama 28 bulan masa kepemimpinan Beliau, dinilai telah bekerja dengan luar biasa dan baik sekali. Menkes berharap dengan diberikannya penghargaan ini bisa menjadi sebuah motivasi agar dapat bekerja lebih baik lagi. Menkes Lantik Empat Pejabat Eselon I Kementerian Kesehatan
  • 19. 17WARTA Ditjen PP dan PL • S eperti mimpi yang menjadi kenyataan. Begitu ungkapan istimewa yang disampaikan Sekretaris Ditjen PP dan PL, dr H M Subuh MPPM pada acara pele- takan batu pertama pengembangan Laboratorium Pes dan Zoonosis serta Pusat Diklat Teknis Zoonosis dan STBM Nasional Nongkojajar Pasuruan, 9 Oktober 2014. Bagaimana tidak, setelah menjalani proses administrasi dan legalitas yang memakan waktu bertahun-tahun semenjak era otonomi daerah, akhirnya kepemilikan tiga aset negara di Kabupaten Pasuruan terse- but kembali ke Kementerian Kesehatan. Tanah dan bangunan seluas 5220 m2 yang berada di Desa Wonosari Kecamatan Tutur tersebut akan dibangun menjadi satu-satunya labora- torium pengendalian penyakit Pes dan Zoonosis pertama tak hanya di Indone- sia, tapi juga dalam skala regional Asia bahkan dunia. Sehingga tak mengherankan jika Sesditjen pada sambutannya memberi ja- minan pembangunan beserta anggarannya akan terus dikawal sampai rampung tahun 2015 mendatang. Turut hadir dalam acara tersebut Asisten II dan III Pemkab Pasuruan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan, Kepala Biro Keu- angan dan BMN Kemenkes RI, Kasubdit Zoonosis Direktorat PPBB, Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian Ditjen PP dan PL, Camat Tutur, Kepala Puskesmas Nongkojajar, Kepala BBLK Surabaya, dan Kepala KKP Probolinggo. Acara peletakan batu pertama, di- awali dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Barang Milik Dae- rah antara Sekretaris Jenderal Kemen- kes dr Untung Suseno MKes dengan Bupati Pasuruan H M Irsyad Yusuf, SE MMA di Pendopo Kabupaten Pasuruan. Program pengendalian Pes dan Zoono- sis telah dilakukan di Nongkojajar se- jak tahun 1986, sejak dinyatakan telah terjadi outbreak penyakit yang disebabkan oleh pinjal tikus yang mengandung bakteri Yersinia pestis tersebut. Ada tiga tempat di Indonesia yang menjadi lokasi pengamatan pes, yaitu Ciwidey Jawa Barat, Kecamatan Selo dan Cepogo di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, serta Nongkojajar, Jawa Timur. BBTKLPP Surabaya berperan aktif dalam program pengendalian penyakit Pes dan Zoonosis melalui dukungan laboratorium, logistik, dan pengendalian Pes. Wujudkan ImpianWujudkan Impian PengembanganPengembangan LABORATORIUM PESLABORATORIUM PES
  • 20. 18 • WARTA Ditjen PP dan PL K ementerian Kesehatan, melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) bersama dengan Field Epidemiology Training Program (FETP) Indonesia menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Epidemiologi Nasional (PIEN) Ke IV pada 30 September - 2 Oktober 2014 di Bandung Jawa Barat. Tema yang diangkat pada pertemuan ini adalah “Surveilans Berbasis Laboratorium untuk Masa Depan yang Lebih Baik Sebagai Respon Atas Perubahan Lingkungan Strategi”. Menurut Menteri Kesehatan dr Nafsiah Mboi SpA dalam sambutannya yang dibacakan oleh Plt. Direktur Jenderal PP dan PL, Prof Dr dr Agus Purwadianto SH, MSi, SpF, DFM saat membuka acara pada (1/10), adalah sangat tepat dan relevan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat pelaksanaan surveilans, mencegah terjadinya KLB atau wabah di Indonesia, serta untuk memantapkan pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan berbasis bukti dalam mensukseskan pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. “Saya harap dengan tema ini pembahasan dalam pertemuan akan makin mendorong, menyemangati, menginspirasi segenap ahli epidemiologi dan calon ahli epidemiologi untuk dengan bangga membaktikan ilmu pengetahuan, keterampilan serta pengalamannya bagi kesejahteraan umat manusia”, ujarnya. Kepala Sub Direktorat Surveilans dan Respon KLB dr Ratna Budi Hapsari MKM, selaku Ketua Panitia di kesempatan yang sama dalam laporannya mengatakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan ini Surveilans Berbasis Laboratorium untuk Masa Depan yang Lebih Baik
  • 21. 19WARTA Ditjen PP dan PL • merupakan pertemuan tahunan dari FETP Indonesia yang mengikutsertakan mahasiswa dan alumni FETP dalam memberikan informasi dan pandangan mengenai isu-isu kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan epidemiologi, serta memberikan satu pandangan lain bagi mahasiswa dalam hal meningkat- kan landasan epidemiologi serta kapasitas untuk diterapkannya epidemiologi di kehidupan sehari-hari saat memecahkan suatu permasalahan kesehatan. Pada pertemuan yang dihadiri sekitar 250 orang peserta terdiri dari mahasiswa dan alumni FETP dari Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada, Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten di Indonesia, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Ditjen PP dan PL ini, disajikan pula sebanyak 40 abstrak presentasi lisan/oral yang dibagi menjadi 8 sesi presentasi lisan dengan topik, antara lain Penyakit Bersumber Binatang, Penyakit Pernapasan dan PD3I, Diare, HIV dan IMS, Kesehatan Lingkungan, serta Penyakit Tidak Menular. Selain itu, 64 abstrak presentasi poster dan 3 Plenary Session dengan 9 orang narasumber dari Eijkman, IPB, WHO, USAID, BBTKLPP Yogyakarta, Kemenkes, dan Kementan serta 1 sesi presentasi khusus dari Subdit Surveilans dan Respon KLB, UI, dan UGM juga turut disajikan. Pada kesempatan tersebut, Menkes juga turut menyampaikan harapannya kepada jajaran kesehatan, Persatuan Ahli Epidemiologi (PAEI), Perguruan Tinggi dan seluruh stakeholders untuk bersama-sama meningkatkan minat generasi muda dan perhatian masyarakat pada bidang epidemiologi; meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga epidemiolog; mengembangkan kompetensi para epidemiolog agar semakin komprehensif, sehingga menumbuhkan pembidangan keahlian, baik yang terkait dengan penyakit, masalah kesehatan lainnya, maupun masalah sosial; mendorong agar data dan informasi yang ada benar-benar digunakan dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan oleh pihak yang berwenang; serta mendorong pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan tepat dan benar di semua tingkat administrasi didukung oleh sumber daya yang memadai. Pertemuan ini melibatkan jejaring epidemiologi regional (South Asia Epidemiology Training and Network, ASEAN plus Three Field Epidemiology Training Network) dan Internasional (Global Alert Response, Training in Epidemiology and Public Health International Network). Selain itu, pertemuan ini juga terselenggara berkat kerjasama Kementerian Kesehatan dengan FETP Indonesia, Pemerintah Daerah dan Dinkes Provinsi Jawa Barat, WHO, CDC, USAID, Australian AID, dan Safetynet. Kedepannya, pertemuan ini akan dikembangkan tidak hanya sebagai wadah pembelajaran bagi mahasiswa epidemiologi lapangan dan alumni, tetapi sebagai wadah pertemuan ilmiah ahli epidemiologi dan praktisi epidemiologi yang menghasilkan rekomendasi bagi penyelesaian masalah kesehatan masyarakat strategis berbasis bukti ilmiah. Pada Pertemuan Ilmiah Epidemiologi Nasional (PIEN) Ke IV diselenggarakan pula kegiatan lokakarya pra conference diikuti oleh 60 orang peserta yang dibagi menjadi 3 kelas masing-masing sebanyak 20 orang peserta membahas topik antara lain Total Quality Management, Ebola Preparedness, dan Scientific Communication. Narasumber berasal dari TEPHINET dan FETP Indonesia. Penutupan dilaksanakan pada 2 Oktber 2014 oleh Kepala BBTKLPP Yogyakarta Dr Hari Santoso, SKM, MEpid, M Hum mewakili Direktur Pengendalian Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra (SIMKARKESMA). Pada penutupan tersebut diumumkan juga pemenang presentasi lisan/oral dan presentasi poster terbaik bagi mahasiswa dan alumni FETP Indonesia..
  • 22. 20 • WARTA Ditjen PP dan PL P enyakit jantung merupakan pembunuh nomor satu di dunia yang menyerang segala usia, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan di Indonesia sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun. Terjadinya kematian “dini” yang disebabkan oleh penyakit jantung berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah. Faktor risiko terjadinya penyakit ini adalah merokok, pola makan yang tidak sehat dan tidak seimbang, kurang aktivitas fisik dan mengkonsumsi alkohol. Keempat faktor risiko tersebut masih tinggi di seluruh dunia dan terus meningkat terutama di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, termasuk Indonesia. Dalam rangka peringatan hari jantung sedunia atau World Heart Day yang diperingati setiap tanggal 29 September, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) Kemenkes RI menyelenggarakan Seminar Sehari dengan tema “Batasi Konsumsi Gula, Garam dan Lemak untuk Mencegah dan Mengendalikan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah“ pada 7 Oktober 2014 bertempat di kantor Kementerian Kesehatan. Seminar ini dihadiri oleh para pejabat di lingkungan Kemenkes, para pengusaha/produsen makanan/ minuman, wakil organisasi profesi, akademisi, yayasan dan LSM. Narasumber dalam diskusi panel ini adalah Dr Ekowati Rahajeng, dr Isman Firdaus, SpJP(K), dr Muhadi, SpPD, dr Sonia Wibisono, Yusra Egayanti, S.Si, Apt, Dr dr Fiastuti Witjaksono, SpGK dan Prof Hardinsyah, MS. Plt Dirjen PP dan PL, Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, M.Si, S.F(K) dalam sambutannya menyampaikan bahwa tema ini ditujukan untuk menarik perhatian dan kepedulian masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan masyarakat pada dampak dan tantangan kesehatan masyarakat akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Perubahan gaya hidup dengan perilaku CERDIK yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stres untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Pada kesempatan ini juga diadakan konfrensi pers dengan narasumber Plt Dirjen PP dan PL, Direktur PPTM, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI). BATASI KONSUMSI GULA, GARAM DAN LEMAK UNTUK JANTUNG SEHAT
  • 23. 21WARTA Ditjen PP dan PL • D i era globalisasi saat ini informasi sangatlah berperan penting dalam suatu instansi pemerintahan. Informasi tersebut hendaknya dapat diakses dengan mudah oleh publik. Diperlukan suatu aturan yang mengatur Badan atau Pejabat Publik termasuk Kementerian Kesehatan dalam memberikan akses informasi kepada publik secara efisien, terbuka, jujur, dan transparan. Untuk itulah, Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang dijadikan sebagai acuan dalam memperoleh informasi. Adanya tuntutan keterbukaan informasi tidak hanya diwajibkan kepada lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, tetapi juga badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggara negara, atau organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan/atau APBD, sumbangan masyarakat dan/atau luar negeri. Keterbukaan Informasi Publik mempunyai makna yang luas karena semua pengelolaan badan-badan publik harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Dengan adanya Undang-Undang KIP ditujukan untuk meningkatkan kemampuan Badan Publik negara dan Badan Publik non pemerintah dalam memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat, sekaligus guna mencerdaskan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik juga mengatur informasi publik apa saja yang dapat diberikan kepada masyarakat, dan di samping itu ada informasi yang dikecualikan tidak dikategorikan sebagai informasi publik yang dapat diakses kepada masyarakat, dengan pertimbangan informasi yang dikecualikan tersebut apabila diberikan dan/atau diakses kepada publik dapat menghambat proses penegakan hukum, mengganggu kepentingan perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual, membahayakan sistem penyelenggaraan pertahanan negara dan keamanan nasional, terganggunya kepentingan ekonomi nasional, mengungkap kerahasiaan pribadi, dan informasi lainnya yang PENTINGNYA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
  • 24. 22 • WARTA Ditjen PP dan PL tidak boleh diungkap berdasarkan undang-undang lain. Berdasarkan alasan tersebut, Bagian Hukormas Sekretariat Direktorat Jenderal PP dan PL mengadakan Sosialisasi Keterbukaan Informasi Publik di Padang pada 9-11 September 2014. Sosialisasi ini mempunyai tujuan untuk menginformasikan dan mensosialisasikan materi/substansi yang berkaitan dengan publikasi yang diatur dalam peraturan perundang- undangan yang telah ditetapkan kepada petugas kesehatan di lapangan, pengambil keputusan/kebijakan, dan pemangku kepentingan lainnya, serta guna mengevaluasi sejauh mana peraturan perundang-undangan tersebut dapat diimplementasikan. Dalam sambutannya sekaligus membuka acara, Sekretaris Ditjen PP dan PL, dr. H M Subuh, MPPM mengatakan agar setelah pertemuan Sosialisasi Keterbukaan Informasi Publik ini Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dapat melakukan pengklasifikasian informasi sesuai dengan kategorinya yaitu: 1) Informasi yang Tersedia Setiap Saat; 2) Informasi Diumumkan Secara Berkala; 3) Informasi yang Diumumkan Secara Serta Merta; 4) Informasi yang Dikecualikan; serta 5) Informasi Berdasarkan Permintaan. Pengklasifikasian informasi di KKP sangat penting, karena ke depan informasi itu akan menjadi dasar dari Kementerian Kesehatan dalam menyikapi tuntutan pelayanan informasi oleh publik agar dapat diakses secara cepat dan efisien oleh masyarakat sehingga tidak menimbulkan persengketaan informasi. Sosialisasi diikuti oleh 40 orang peserta terdiri dari lintas program, lintas sektor, seluruh unit di Kemenkes, terutama di lingkungan Ditjen PP dan PL beserta UPT, dan masyarakat. Kegaiatan diisi dengan pemaparan materi dan diskusi tanya jawab dengan narasumber dari Kepala Biro Pengelola Informasi dan Dokumentasi Divisi Mabes POLRI (Brigjen, M.Taufik), Sekretaris Inspektorat Jenderal Kemenkes (drg. S.R. Mustikowati, M.Kes), dan Sekretaris Ditjen PP dan PL (dr. H. M. Subuh, MPPM).
  • 25. 23WARTA Ditjen PP dan PL •
  • 26. 24 • WARTA Ditjen PP dan PL S eiring dengan perkembangan epidemiologi penyakit, perubahan iklim, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan gaya hidup dan perilaku masyarakat, perkembangan lalu lintas nasional dan internasional, serta perubahan lingkungan strategis lainnya, potensi pengaruh terjadinya peningkatan jumlah kejadian penyakit yang dapat mengancam kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Indonesia saat ini dan di masa yang akan datang semakin meningkat, bahkan dapat berdampak pada keamanan wilayah dan ketahanan Negara. Ancaman terbesar yang mungkin timbul dari berbagai faktor risiko terhadap kejadian penyakit/masalah kesehatan adalah timbulnya wabah di suatu daerah yang mengancam kesehatan dan jiwa masyarakat di daerah tersebut, bahkan dapat meluas ke daerah lainnya di Indonesia. Dalam perspektif kejadian wabah di masa mendatang, dimensi wabah dimungkinkan akan lebih luas karena menyangkut berbagai isu, seperti bioterorisme, radiasi, nuklir, dan munculnya penyakit baru (new emerging disease) serta penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging disease). Penanggulangan wabah penyakit menular telah diatur melalui Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, namun ketentuan peraturan Undang-Undang tersebut perlu ditinjau kembali mengingat adanya perubahan kondisi lingkungan strategis yang dinamis dan berubah secara cepat, pernyataan Indonesia sebagai anggota WHO yang melaksanakan implementasi penuh IHR 2005, adanya perubahan ketentuan penyelenggaraan pemerintahan pusat dan daerah, serta pembangunan berwawasan kesehatan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan untuk menyusun suatu undang-undang perlu dibuat Naskah Akademik untuk memberi arah dan lingkup pengaturan revisi UU Nomor 4 Tahun 1984. Sehubungan dengan penyusunan Naskah Akademik, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) menyelenggarakan Lokakarya Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Wabah pada tanggal 2 - 5 November 2014 di Bandung, Jawa Barat. Lokakarya dibuka secara resmi oleh Sekretaris Ditjen PP dan PL, dr. Desak Made Wismarini, MKM didampingi oleh Staf Ahli Menteri bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum dan HAM Kementerian Sekretariat Negara, Direktur Pengendalian Penyakit Menular, dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Hadir pada lokakarya tersebut dari berbagai Lintas Sektor Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), Pemerintah Daerah, Para Ahli, Profesi, Perguruan Tinggi, dan Para Pejabat terkait di Lingkungan Kementerian Kesehatan. Pada lokakarya tersebut dihasilkan beberapa rekomendasi yaitu: 1) Melakukan penyempurnaan Naskah Akademik RUU Wabah berdasarkan hasil diskusi kelompok dalam pleno yang mencakup pembahasan judul sampai dengan bab per bab oleh Tim Penyusun RUU Wabah Ditjen PP dan PL; 2) Segera menyampaikan hasil perbaikan Naskah Akademik dan RUU Wabah kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan cq. Biro Hukum dan Organisasi dalam tempo paling lama dalam waktu 7 (tujuh) hari ke depan 3) Segera diusulkan menjadi Program Legislasi Nasional, baik Program Legislasi Nasional segera (tahun 2015) maupun lima tahunan (tahun 2015 – 2019). LOKAKARYA NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG WABAH
  • 27. 25WARTA Ditjen PP dan PL • H otel Discovery Ancol, menjadi saksi terselenggaranya Rapat Koordinasi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Rakornas STBM) II yang berlangsung pada 3-5 September 2014. Pertemuan yang dibuka secara resmi oleh Menteri Kesehatan dr Nafsiah Mboi SpA, MPH, bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS Armida Alisjahbana, mengangkat tema Bersinergi dalam STBM Mencapai Akses Universal 2019. “Tema ini sangat relevan dengan upaya kita bersama mewujudkan tersedianya air minum dan sanitasi layak bagi seluruh rakyat kita”, ujar Menkes dalam sambutannya. Tampak peserta begitu antusias mengikuti seluruh rangkaian acara, sampai tiba acara penutupan, yang diawali dengan pembacaan rangkuman oleh Direktur Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal PP dan PL, Kementerian Kesehatan RI, drh Wilfried H Purba MKes. Dalam rangkuman tersebut, beliau menyampaikan bahwa kehadiran 34 provinsi memberikan inspirasi dan semangat terutama kepada stakeholder pusat untuk terus berupaya mendukung pencapaian target Akses Universal Sanitasi 2019. Selain itu, beliau juga menyampaikan apresiasi kepada ke-4 SKPD atas kontribusi mereka dalam mengembangkan paradigma bersama bahwa STBM bukan proyek melainkan pendekatan yang dapat masuk ke berbagai program, fokus pada pemberdayaan masyarakat untuk perubahan perilaku higiene dan sanitasi, pendekatan unggulan yang memiliki karakter dan metode spesifik untuk mempercepat peningkatan capaian akses universal bidang sanitasi. Setelah penyampaian rangkuman tersebut acarapun dilanjutkan dengan konsolidasi komitmen proses kerjasama lintas sektor di tingkat provinsi dan komitmen implementasi STBM dalam rangka menuju Akses Universal 2019. Dalam konsolidasi tersebut terdapat beberapa hal penting yang harus dipenuhi dan diwujudkan, diantaranya: adanya sistem yang berkelanjutan dan didukung dengan kelembagaan yang kuat disemua tingkatan serta memiliki tugas dan kewenangan yang jelas; mengembangkan inovasi-inovasi metodologi yang aplikatif, memiliki daya ungkit tinggi dan daya saing positif serta mampu menjangkau kaum marginal; mengadvokasi pembiayaan pembangunan sanitasi dalam kerangka STBM dari berbagai sumber lembaga keuangan lokal formal dan informal sebagai investasi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat; mengelola berbagai potensi dan dukungan untuk pengembangan kapasitas dalam mendorong pelaksanaan STBM; mensinergikan STBM dalam berbagai agenda dan program pembangunan sanitasi baik di perdesaan maupun perkotaan dengan memperkuat dari sisi perubahan perilaku masyarakatnya; membangun hubungan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa yang disertai dengan turunan regulasinya untuk mendorong dari sisi pemberdayaan masyarakat melalui perubahan perilaku higienis dan saniter, serta 7) Mengembangkan berbagai model pembelajaran yang mampu mempercepat pemenuhan kebutuhan tenaga fasilitator (kuantitas maupun kualitas) baik secara formal maupun informal. Kemudian konsolidasi tersebut secara simbolis ditandatangani oleh Ditjen PMD Kemendagri, Direktur Penyehatan Lingkungan, Kepala Dinas Kesehatan NTB, Bappeda Provinsi Kalimatan Timur, dan diikuti oleh perwakilan masing-masing provinsi. (RS/HK/YS) BERSINERGI DALAM STBM MENCAPAI AKSES UNIVERSAL 2019 WARTA Ditjen PP dan PL • 25
  • 28. 26 • WARTA Ditjen PP dan PL P ada 17 Oktober 2014 Menteri Kesehatan RI dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH melantik dr. H. Mohamad Subuh, MPPM sebagai Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan menggantikan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jabatan Direktur Jenderal PP dan PL sempat mengalami kekosongan selama 5 bulan sejak kepindahan Prof. Tjandra ke Balitbangkes. Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, M.Si, SpF(K) yang saat itu menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Tekhnologi Kesehatan dan Globalisasi ditunjuk oleh Menkes RI untuk mengisi jabatan sebagai Plt. Dirjen PP dan PL, sampai pada akhirnya dilantik Dirjen PP dan PL definitif. Pria kelahiran Pontianak 19 Januari 1962, merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1988. Beliau juga mengenyam pendidikan Pasca Sarjana melalui program beasiswa dari World Bank di University of Southern California (USC) Los Angeles tahun 1998. dr. H. M. Subuh, MPPM mulai aktif dalam berbagai organisasi sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga bangku kuliah. Saat ini Beliau menjabat sebagai Ketua Pengurus Daerah Cabang Olahraga Bridge, Pengurus KONI, Ketua IDI Wilayah dan Dewan Pakar PB IDI. Menurut Beliau dengan berorganisasi dapat mengasah kepemimpinan, dimana kita dapat lebih mengenal cara berorganisasi justru di luar organisasi pemerintahan. Anak kelima dari tujuh bersaudara ini pernah bertugas lama di salah satu puskesmas terpencil di Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat. Pada tahun 1996 Beliau menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, kemudian pindah ke Provinsi dan menjabat sebagai Kepala Sub Dinas Pelayanan di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Namun setelah terjadi peleburan antara Dinas Kesehatan dengan Kanwil, Beliau menjabat Kepala Bidang Pelayanan di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, dan selanjutnya dipromosikan sebagai Direktur RS Provinsi selama 5 tahun. dr. Subuh terakhir menjabat di Provinsi Kalimantan Barat sebagai Kepala Dinas Kesehatan selama 2 tahun. Tahun 2010 Beliau pindah ke Jakarta dan menjabat Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung (PPML) di Direktorat Jenderal PP dan PL, dan terakhir sebagai Sekretaris Ditjen PP dan PL sebelum akhirnya dilantik menjadi Dirjen PP dan PL. Suami dari dr. Liesa, SpM yang merupakan dokter spesialis mata di salah satu Rumah Sakit di Kota Pontianak ini mengatakan bahwa yang menjadi fokus program dari Ditjen PP dan PL adalah pertama bagaimana kita bisa mengendalikan penyakit menular melalui penekanan sinergitas kegiatan yang harus dilakukan baik di tingkat puskesmas sampai ke tingkat pusat terutama berkomunikasi dengan surveilans yang ada, kedua adalah memperhatikan penyakit tidak menular yang akhir-akhir ini perkembangannya sedemikian hebat sehingga angka kematian semakin tinggi, dan terakhir adalah penyehatan lingkungan. “Hal ini yang disebut dengan three angle epidemiology atau segitiga dari epidemiologi yang terdiri dari host, agent dan lingkungan”, ungkapnya. dr. H. Mohamad Subuh, MPPM DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL
  • 29. 27WARTA Ditjen PP dan PL • Menurut penuturan Bapak dari tiga orang anak ini, bahwa kita sudah harus bisa mengubah cara pandang kita dalam mencapai target yang tadinya hanya berfikir bagaimana cara menurunkan angka kesakitan, tetapi dengan berfikir bagaimana kita mencapai target untuk mengeleminasi beberapa penyakit seperti eliminasi malaria, kusta dan schistosomiasis, atau bahkan sampai mengeradikasi penyakit seperti eradikasi frambusia meskipun cukup berat dari sisi pendanaan dan penggerakan sumber daya manusianya. “Upaya yang dilakukan dalam pencapaian target tersebut adalah melalui sinergitas dari level yang paling bawah sampai kepada penentu kebijakan dengan kerja nyata di lapangan dalam bentuk pendampingan di daerah atau dikenal dengan tehnical asistents. Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang kita buat pada dasarnya dilaksanakan oleh teman-teman di Puskesmas dan dimonitor oleh Kabupaten/Kota untuk mengetahui apakah NSPK yang kita susun sudah berjalan dengan baik dan sesuai”, ujar dr. Subuh. Penghobby olahraga tenis dan jogging ini juga mengatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian target antara lain melalui faktor determinan kesehatan dan non kesehatan. Faktor determinan kesehatan seperti terpenuhinya sumber daya manusia dan anggaran kesehatan, berjalan atau tidaknya sistem rujukan, SOP, dan sistem cold chain. Faktor determinan non kesehatan misalnya hal-hal yang bisa dilakukan oleh kementerian/lembaga lain yang dapat menunjang kegiatan Kementerian Kesehatan khususnya Ditjen PP dan PL dimana kita tidak dapat bekerja sendirian tanpa bantuan dari beberapa lintas sektor seperti Kementerian Pekerjaan Umum dalam hal masalah lingkungan, Kemendikbud dalam upaya promosi pendidikan kesehatan, Kementerian Agama dalam hal masalah isu halal/haramnya vaksin, Kemenkumham dalam hal landasan hukum, dan Kemendagri dalam hal pelaksanaan kesehatan di lapangan. Dengan cara menyandingkan kedua peran tersebut dan setiap kali kita melakukan bimtek atau supervisi ke daerah kita harus melakukan komunikasi kepada Kepala Daerah atau DPRD, lalu melakukan aksi sesuai dengan apa yang akan kita capai. Di akhir wawancara dengan Tim Warta PP dan PL, dr. Subuh berpesan agar Ditjen PP dan PL “harus bisa buka baju” artinya PP dan PL harus bisa membuka diri dengan cara share informasi terhadap apa yang kita kerjakan baik dengan lintas program/ sektoral maupun dengan masyarakat sehingga tidak terkesan ekslusif, karena secara keilmuan kita sudah memiliki semua, dan untuk menggerakkan program agar dapat jalan bersama dengan lintas program. Selanjutnya tingkatkan kedispilinan, karena kita bekerja bukan semata- mata mengerjakan program namun ada koridor-koridor yang membatasi kita baik dari peraturan kepegawaian sehingga dapat memenuhi target yang akan kita capai. (YA)
  • 30. 28 • WARTA Ditjen PP dan PL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN Judul : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan Penerbit : Kementerian Kesehatan RI Tahun : 2014 Tebal : 80 halaman Sesuai amanah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu dibuat suatu aturan yang mengatur masalah kesehatan lingkungan secara lebih detail. Oleh karena itu, lahirlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. Sejak ditetapkan di Jakarta, 6 Agustus 2014, peraturan yang sudah dirintis sejak tahun 1992 ini, menjadi kabar gembira yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh para ahli kesehatan lingkungan karena peraturan ini sangat berguna bagi para ahli kesehatan lingkungan dalam melaksanakan tugasnya. PP Kesling ini sendiri terdiri dari bagian- bagian yang meliputi Ketentuan Umum; Tanggung Jawab dan Wewenang Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan; Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan; Sumber Daya; Koordinasi, Jejaring Kerja, dan Kemitraan; Peran Serta Masyarakat; Pembinaan dan Pengawasan; Ketentuan Peralihan dan Ketentuan penutup. PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT Judul : Waspadai Bahaya Obesitas Cara Sehat Menurunkan Berat Badan Penerbit : Kementerian Kesehatan RI Tahun : 2014 Tebal : 51 halaman Kegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik dan degeneratif seperti penya- kit kardiovaskuler, diabetes melitus, kanker, osteoatritis, dan lain-lain. Dengan aktivitas fisik, diet yang sehat, makan seimbang dan tidak stres kita dapat terhindar dari obesitas. Pedoman ini disusun dalam bentuk buku saku yang dapat menjadi salah satu referensi untuk memahami apa itu obesitas dan bahaya obesitas bagi kita yang membacanya. Buku ini juga berisi cara praktis mengatasi obesitas dengan dilengkapi contoh menu yang sesuai dengan kebutuhan gizi yang dianjurkan.
  • 31. 29WARTA Ditjen PP dan PL •