2. 1. Pengertian Nilai
• Manusia dalam kehidupannya selalu berkaitan dengan nilai.
• Manusia senantiasa dinilai dan menilai;
• Cabang filsafat yang membahas tentang nilai disebut aksiologi (filsafat
nilai);
• Istilah nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya
“keberhargaan” atau “kebaikan”;
• Atau biasanya menunjuk kata kerja yang berarti suatu tindakan kejiwaan
tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian;
• Nilai pada hakikatnya merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu objek, jadi bukan objek yang dinamakan nilai;
• Nilai artinya ada sifat yang melekat pada sesuatu itu, misalnya
pemandangan itu indah, perbuatan itu bermoral;
• Indah dan susila merupakan sifat atau suatu yang melekat pada
pemandangan atau tindakan;
• Dengan demikian nilai adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik
kenyataan – kenyataan lainnya. Kenyataan itu adalah sebagai pembawa
nilai.
3. Lanjutan …
• Menilai berarti menimbang artinya suatu kegiatan manusia untuk
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, kemudian
selanjutnya diambil suatu keputusan;
• Keputusan merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan
bahwa sesuatu itu berguna, benar atau salah, baik atau buruk,
indah atau jelek, suci atau berdosa;
• Nilai mengandung cita – cita, harapan, dambaan dan keharusan;
• Nilai berarti terkait dengan sesuatu yang ideal, das sollen (harapan)
bukan das sein-nya (kenyataan);
• Nilai bagi manusia diperlukan untuk menjadi landasan alasan,
motivasi dalam segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya;
• Hal ini terlepas dari kenyataan bahwa ada orang yang dengan
sengaja dan sadar melakukan hal – hal yang bertentangan dengan
kesadaran akan nilai yang diketahuinya dan diyakini.
5. Lanjutan …
• Nilai ekonomis, ditujukan oleh harga pasar dan meliputi semua
benda yang dapat dibeli. Misalnya emas atau logam mulia memiliki
nilai ekonomis daripada seng, kemanfaatan dan kedayagunaan;
• Nilai Kejasmanian, ditujukan pada kesehatan, efisiensi dan
keindahan badan. Misalnya kebugaran, kesehatan, kemulusan
tubuh, kebersihan;
• Nilai hiburan, mengacu pada nilai – nilai permainan dan waktu
senggang yang dapat menyumbang pada pengayaan kehidupan.
Misalnya kenikmatan rekreasi, keharmonisan musik, keselarasan
nada;
• Nilai Sosial, berasal mula dari berbagai bentuk perserikatan
manusia. Misalnya kerukunan, persahabatan, persaudaraan,
kesejahteraan, keadilan, kerakyatan, persatuan;
6. Lanjutan …
• Nilai Watak, keseluruhan dari keutuhan kepribadian
dan sosial yang diinginkan. Misalnya kejujuran,
kesederhanaan, kesetiaan;
• Nilai Estetis, nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
Misalnya keindahan, keselarasan, keseimbangan dan
keserasian;
• Nilai intelektual, nilai pengetahuan dan pengejaran
kebenaran. Misalnya kecerdasan, ketekunan,
kebenaran dan kepastian;
• Nilai keagamaan, nilai – nilai yang ada dalam agama.
Misalnya kesucian, keagungan Tuhan, Ke-esaan Tuhan,
Keibadahan.
9. Lanjutan …. (Menurut Notonagoro)
• Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia. Misalnya kebutuhan makan, minum, sandang, papan,
kesehatan, dll;
• Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. Misalnya semangat,
kemauan, kerja keras, ketekunan dll;
• Nilai Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian dapat dibagi menjadi 4 yakni :
• 1. Nilai kebenaran: akal rasio, cipta manusia;
• 2. Nilai Keindahan: panca indera manusia ;
• 3. Nilai Kebaikan: kehendak manusia / nurani;
• 4. Nilai Religius: kepercayaan dan keyakinan
10. Lanjutan …
• Kesemua nilai diatas masih bersifat abstrak, karena itu agar dapat
diterapkan dan dijadikan pedoman dalam hidup nyata maka nilai
haruslah dijabarkan dalam norma – norma yang sifatnya lebih
konkrit dan jelas sebagai pedoman;
• Dalam kehidupan manusia dikenal ada beberapa norma yang
berlaku dalam masyarakat yakni norma agama, norma kesusilaan,
norma kesopanan, norma hukum;
• Apabila perbuatan manusia melanggar norma yang telah ada maka
manusia dapat dikenakan sanksi. Misalnya sanksi agama berupa
dosa-masuk neraka, sanksi moral berupa perasaan malu, sanksi
kesopanan berupa dikucilkan dan sanksi hukum berupa penjara
atau denda.
12. Lanjutan …
• Dari bagan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai yang masih bersifat
abstrak disebut dengan nilai dasar, karena nilai ini berada dalam
pemikiran manusia, tidak dapat ditangkap dengan pancaindera;
• Nilai dasar ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dengan cara interpretasi
menjadi nilai instrumental yang berupa parameter yang lebih konkrit;
• Rumusan nilai instrumental ini masih berupa rumusan umum yang
berwujud norma – norma. Nilai instrumental ini kemudian dijabarkan
lebih lanjut dalam nilai praktis yang berwujud indikator yang sifatnya
sangat konkrit berkaitan suatu bidang dalam kehidupan.
• Dalam konteks hidup bernegara, maka Pancasila sebagai dasar negara
dan asas kerohanian negara merupakan nilai dasar;
• Nilai dasar itu kemudian dijabarkan dalam nilai instrumental yakni berupa
UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis yang berisi norma – norma
sebagai parameter dalam mengatur penyelenggaraan negara . Nilai
instrumental kemudian dijabarkan dalam nilai praksis.
13. 3. Sistem Nilai dalam Pancasila
• Sistem secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang
saling berkaitan antara nilai yang satu dengan yang lain;
• Sistem nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai apa
yang hidup dalam pikiran seseorang atau sebagian besar anggota
masyarakat tentang apa yang dipandang baik, berharga, penting dalam
hidup;
• Pancasila sebagai nilai mengandung serangkaian nilai, yakni Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, Keadilan. Kelima nilai ini
merupakan satu kesatuan yang utuh, tak terpisahkan mengacu kepada
tujuan yang satu;
• Pancasila sebagai suatu sistem nilai termasuk ke dalam nilai moral (nilai
kebaikan) dan merupakan nilai dasar yang bersifat abstrak.
• Pancasila sebagai nilai yang termasuk nilai moral juga mengakui adanya
nilai vital dan nilai material. Hal ini bersumber dari dasar pancasila yakni
manusia memiliki susunan kodrat sebagai makhluk yang tersusun atas
jiwa dan raga.
14. Lanjutan …
• Menurut Kaelan bahwa nilai – nilai Pancasila bersifat objektif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Rumusan dari sila – sila Pancasila itu sebenarnya hakikat maknanya
yang terdalam menunjukkan adanya sifat – sifat umum universal dan
abstrak karena pada hakikatnya Pancasila adalah nilai.
2. Inti nilai – nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang, artinya
keberlakuannya sejak zaman dahulu, masa kini, dan juga untuk masa
yang akan datang untuk bangsa indonesia dan boleh jadi untuk negara
lain yang secara eksplisit tampak dalam kebudayaan, tata hidup
beragama dan tata hidup beragama;
3. Pancasila yang terkandung dalam UUD 1945 menurut ilmu hukum
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental,
sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di
indonesia.sehingga jika nilai Pancasila yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 diubah, sama halnya dengan membubarkan
negara proklamasi Indonesia.
15. Lanjutan …
• Pancasila bersifat subjektif artinya nilai – nilai Pancasila itu terlekat pada
pembawa dan pendukung nilai Pancasila itu sendiri yakni masyarakat,
bangsa dan negara Indonesia. Darmodihardjo mengatakan bahwa:
1. Nilai – nilai Pancasila timbul dari bangsa indonesia sendiri sehingga
bangsa indonesia menjadi kausa materialis. Nilai tersebut sebagai hasil
pemikiran, penilaian bangsa indonesia. Jika dibandingkan antara ideologi
Pancasila dengan ideologi lainnya, nampak perbedaannya. Dimana
ideologi lain lahir dari pemikiran orang per orang atau hasil filsafat
seseorang sedangkan Pancasila lahir sebagai refleksi filosofis bangsa
indonesia terhadap kehidupan sosio-kultural dan religius masyarakat
Indonesia;
2. Nilai – nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa
Indonesia sehingga menjadi jati diri bangsa yang diyakini sebagai
sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
16. Lanjutan …
• Nilai – nilai Pancasila sesungguhnya merupakan nilai – nilai yang
sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia, karena bersumber
pada Kepribadian Bangsa;
• Dalam kehidupan kenegaraan, perwujudan nilai Pancasila harus
tampak dalam produk peraturan perundangan yang berlaku di
Indonesia.
• Semua produk hukum yang berlaku di Indonesia harus dijiwai oleh
nilai – nilai Pancasila, dengan kata lain semua hukum yang berlaku
di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan nilai – nilai
Pancasila. Ciri hukum yang dijiwai nilai – nilai Pancasila inilah yang
membedakan dengan hukum di negara yang sekuler;
• Walaupun Pancasila merupakan falsafah hidup, negara sebagai
institusi memiliki 2 tugas yakni melindungi segenap dan seluruh
warga negara dalam hal membuat peraturan hukum dan membuat
atau menciptakan kesejahteraan sosial .
17. 4. Makna Sila Pancasila
Di dalam pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-
makna yang dapat di implementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
18. SILA PERTAMA
• Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar
mengandung makna bahwa Negara melindungi
setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama
diakui di Indonesia) untuk menjalankan ibadahnya
sesuai dengan ajaran agamanya. Tanpa ada paksaan
dari siapa pun untuk memeluk agama, bukan
mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan suatu
agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
19. SILA KEDUA
• Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung
makna bahwa setiap warga Negara mendapatkan
perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia
berdasarkan atas Negara hukum. mengakui persamaan
derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai
dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
20. SILA KETIGA
• Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa
seluruh penduduk yang mendiami seluruh pulau yang
ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah
membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat
atau kebudayaan. Penduduk Indonesia adalah satu
yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa
dan tanah air.
21. SILA KE EMPAT
• Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung
maksud bahwa setiap pengambilan keputusan
hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk
mufakat, bukan hanya mementingkan segelintir
golongan saja yang pada akhirnya hanya akan
menimbulkan anarkisme. tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain.
22. SILA KE LIMA
• Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia.
Mengandung maksud bahwa setiap penduduk
Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak
sesuai dengan amanat UUD 1945 dalam setiap lini
kehidupan. mengandung arti bersikap adil terhadap
sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang
lain. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat.
Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi
kepentingan bersama menurut potensi masing-masing
23. Lanjutan …
• Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir
pancasila di implikasikan di dalam kehidupan sehari-
hari maka tidak akan ada lagi kita temukan di Negara
kita namanya ketidak adilan, terorisme, koruptor
serta kemiskinan. Karena di dalam pancasila sudah
tercemin semuanya norma-norma yang menjadi
dasar dan ideologi bangsa dan Negara. Sehingga
tercapailah cita-cita sang perumus Pancasila yaitu
menjadikan pancasila menjadi jalan keluar dalam
menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.
24. 5. PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PROBLEM BANGSA
• Beberapa problem dalam bangsa kita :
• Korupsi. Ini adalah salah satu penyakit bangsa
yang sudah merajalela dan sulit sekali
disembuhkan
Berbagai solusi diupayakan : menghukum
berat para koruptor, membuat KPK, dsb.
Namun itu tidak membereskan akar
masalahnya : nasionalisme. Kalau pemerintah
dan para aparat memiliki nasionalisme yang
tinggi, mereka pasti tahu bahwa korupsi
adalah suatu tindakan mengkhianati negara.
Karena itu mereka tentunya tidak akan
melakukan korupsi.
25. Lanjutan …
• Kesenjangan sosial. Sudah menjadi rahasia
umum bahwa di bangsa ini, orang yang kaya
menjadi makin kaya, yang miskin menjadi
makin miskin. Saya berpendapat bahwa ini
disebabkan para orang kaya berusaha
mengumpulkan harta demi dirinya sendiri,
demi keluarganya sendiri. Ini berbeda dengan
Jepang misalnya. Di Jepang, para pengusaha
berusaha memajukan bisnisnya demi
menyejahterakan dan memajukan bangsa.
Mereka berusaha memberi pekerjaan dan
penghidupan yang layak pada banyak orang.
Mereka berusaha membuat produk-produk
yang bisa diekspor untuk meningkatkan
devisa negara.
26. Lanjutan …
• Pemerintah yang tidak becus. Pemerintah saat
ini begitu kacau dalam memimpin bangsa.
Melakukan korupsi, tertidur saat rapat,
seenaknya pelesir ke luar negeri, bermalas-
malasan, dsb. Seandainya pemerintah memiliki
rasa nasionalisme, kecintaan besar akan tanah
air, mereka tentunya akan berusaha memimpin
bangsa dengan lebih sungguh-sungguh. Mereka
tentu akan mengerti bahwa jabatan pemerintah
bukanlah sekedar profesi untuk mencukupi
kebutuhan hidup mereka, dan bukan juga
sekedar usaha mencari uang dan popularitas,
melainkan sebuah tanggung jawab yang mulia
untuk mengabdi bagi bangsa. Sehingga mereka
akan lebih serius dan habis-habisan berusaha
memajukan bangsa.