Dokumen tersebut membahas tentang demam berdarah dengue (DBD), termasuk definisi, klasifikasi, anatomi dan fisiologi sel darah, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, permasalahan, dan penatalaksanaan keperawatan untuk DBD. DBD adalah infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang dapat menyebabkan demam dan gejala perdarahan. Penatalaksanaan keperawatan berfokus pada menjaga sirkul
2. DEFINISI
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut
yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropadborn
Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides
(Aides albopictus dan Aedes Aegepty) (Ngastiyah,
2005).
DHF (Dengue Haemorragic Fever) atau demam
berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty. (DR.
Nursalam, 2005)
3. KLASIFIKASI DBD
• Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa
perdarahan spontan. Uji tourniquet positif,
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
• Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala
peerdarahan spontan.
• Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran
darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 x/mnt)
tekanan nadi sempit (< 120 mmHg).
• Derajat IV : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak
teratur.
4. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu:
• Eritrosit (Sel Darah Merah)
Pada pria jumlah eritrosit 5-5,5 juta/mmk dan wanita 4,5-5
juta/mm3.
• Leukosit (Sel Darah Putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5000-9000/mm3.
lekosit ikut serta dalam pertahanan seluler dan hormonal (zat
setengah cair) organisme asing dan melakukan fungsinya di dalam
jaringan ikat, melakukan gerakan amuboid, membantu untuk
menerobos dinding pembuluh darah ke dalam jaringan ikat.
• Trombosit (Sel Pembeku Darah)
Keping darah berwujud cakaram. Protoplasmanya kecil yang dalam
peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya bervariasi antara
200.000-300.000/mm3 darah. Fungsi trombosit penting dalam
pembekuan darah. Jika pembuluh darah terpotong, trombosit
dengan cepat menggumpal melekat satu sama lain dan menjadi
fibrin.
5. 2. Struktur Sel:
• Membran Sel (Selaput Sel)
Membran sel merupakan struktur elastis yang sangat
tipis, tebalnya hanya 7,5-10nm (nano meter). Hampir
seluruhnya terdiri dari keping0keping halus gabungan
protein lemak yang merupakan tempat lewatnya berbagai
zat yang keluar masuk sel. Membran ini bertugas untuk
mengatur hidup sel dan menerima segala bentuk
rangsangan yang datang.
• Plasma (Sitoplasma)
Bahan-bahan yang terdapat dalam plasma adalah bahan
anorganik (garam, mineral, air, oksigen, karbon dioksida
dan amoniak), bahan organis (karbohidrat, lemak, protein,
hormon, vitamin dan asam nukleat) dan peralatan sel yang
disebut organes sel yang terdiri dari ribosom, retikulum
endoplasma, mitokondria, sentrosom, alat golgi, lisosom
dan nukleus.
6. ETIOLOGI
Vektor dari Virus Dengue adalah nyamuk
Aedes Aegypti yang diperkirakan sebagai vektor
utamanya. Berdasarkan pengamatan
epidemiologi dan percobaan penularan di
laboratorium membuktikan bahawa Aedes
Albocpitus, Ae. Polinesiensi dan Ae. Niveus juga
dianggap sebagai vektor sekunder.
7. PATOFISIOLOGI
Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan
Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi
trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal
tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang
jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi
terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis
metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena
kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan
sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun
jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan. Masa virus
dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
8. MANIFESTASI KLINIS
– Nyeri kepala
– Nyeri retro orbital
– Mialgia/atralgia
– Ruam kulit
– Manifestasi perdarahan (petekie/uji bendung
positif)
– Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue
positif
9. PERMASALAHAN / PROBLEM
• Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit
• Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
• Gangguan peningkatan suhu badan
• Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit
• Gangguan rasa aman dan nyaman
• Resiko terjadi perdarahan lanjut
10. PENATALAKSANAAN
• KEPERAWATAN
• Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke
dalam jaringan ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada
saat renjatan akan terlihat pada tubuh pasien menjadi
sembab (edema) dan darah menjadi kental.
Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu
dilakukan secara kontinyu, bila perlu setiap jam.
Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan
dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien ada kencing
/ tidak. Bila dijumpai kelainan dan sebagainya segera
hubungi dokter.
11. • Resiko terjadi pendarahan
• Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi
trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan
utama pada traktus gastrointestinal. Pendarahan grasto
intestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang
hebat (Febie, 1966) atau daerah retrosternal (Lim,
dkk.1966). Bila pasien muntah bercampur darah atau
semua darah perlu diukur. Karena melihat seberapa
banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya.
Makan dan minum pasien perlu dihentikan.
12. • Gangguan suhu tubuh
• Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan
sakit atau hari ke-2-ke-7 dan tidak jarang terjadi
hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang.
Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue
maka pengobatannya dengan pemberian antipiretika
dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu
dan mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan
kompres dingin, yang perlu diperhatikan, bila terjadi
penurunan suhu yang mendadak disertai berkeringat
banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi
lembut halus waspada karena gejala renjatan.
13. • Gangguan rasa aman dan nyaman
• Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan
pasien karena penyakitnya dan akibat
tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien
DHF menderita lebih karena pemeriksaan
darah Ht, trombosit, Hb secara periodic (stp 4
jam) dan mudah terjadi hematom, serta
ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.