Tulisan ini membahas salah kaprah dalam perhitungan kimia yang mencampuradukkan penggunaan satuan, lambang besaran, dan lambang satuan. Sebaiknya dalam kimia juga menggunakan nama besaran dan satuan yang berbeda seperti dalam fisika, serta memisahkan lambang besaran dan satuan untuk menghindari kesalahan perhitungan. Contohnya, "jumlah mol" diganti menjadi "jumlah zat" dengan satuan mol, dan kon
1. Salah Kaprah dalam Perhitungan Kimia
Tulisan ini saya sarikan dari diskusi dalam grup di fb yang membahas tentang salah kaprah dalam
perhitungan kimia, tentang campuraduknya penggunaan satuan, lambang besaran, dan lambang satuan.
Bagi kita yang berkecimpung di bidang kimia, entah dosen, mahasiswa ataupun guru kimia tentu hafal di
luar kepala dengan rumus atau persamaan mol=g/Mr atau M=n/V. Cobalah cermati dengan seksama
persamaan itu. Dalam persamaan tersebut terjadi pencampuradukan antara satuan (mol, M dan g)
dengan lambang besaran (g dan V).
Bandingkan dengan apa sering kita jumpai di pelajaran Fisika. Dalam Fisika, nama besaran dan nama
satuan selalu berbeda, juga lambang besaran dan lambang satuan. Misalnya pasangan besaran dan
satuan: massa-kg, panjang-meter, suhu-Kelvin, pasangan lambang besaran dan satuan: m-kg, x-m, T-K,
I-A.
Dalam pelajaran Fisika, tidak pernah kita temukan rumus: A = C/t, dengan A = ampere, C = coulomb,
dan t = waktu. Guru-guru Fisika selalu menuliskannya sebagai: I = Q/t, dengan:
I = kuat arus, dengan satuan: ampere (A),
Q = muatan, dengan satuan: coulomb (C),
t = waktu, dengan satuan: detik (s).
Mengapa hal yang sama tidak diterapkan di pelajaran Kimia? Setidaknya hal ini dapat memudahkan
dalam memahami konsep dan perhitungan di Kimia. Mungkin ada baiknya membuat nama besaran dan
nama satuan berbeda dan menggunakannya dengan benar dan konsisten. Misalnya, istilah "jumlah mol"
sebaiknya diganti dengan "jumlah zat". Jadi, besarannya adalah jumlah zat, dan satuannya adalah mol.
Dengan cara ini, besaran "jumlah zat" bisa pula memiliki satuan yang berbeda, yaitu "partikel" (ion,
molekul, atom, dsb). Untuk mengubah kedua satuan itu; dari jumlah zat menjadi jumlah partikel,
digunakan tetapan Avogadro.
Demikian juga dengan lambang besaran dan satuan. Selama ini, sering digunakan lambang M untuk
lambang besaran konsentrasi, seperti pada penulisan berikut: M HCl = 0,1 M. akan lebih tepat apabila
digunakan lambang besaran yang berbeda dengan lambang satuan, misalnya lambang besarannya C
(concentration) dan lambang satuannya M (molar), sehingga penulisannya menjadi: C HCl = 0,1 M.
Dengan penerapan ini, harapanya tidak akan muncul rumus yang mencampuradukkan antara lambang
besaran dan satuan, seperti contoh di atas. Sehingga akan memudahkan pula dalam operasi hitungan
kimia.
Khusus untuk “Mr” perlu diperhatikan juga bahwa Mr (massa molekul relatif) satuannya sma (satuan
massa atom) sehingga rumus mol = g/Mr tidak hanya mencampuradukkan antara besaran dan satuan
tapi juga tidak tepat jika dirunut pada kesesuaian antara satuan di ruas kiri dan kanan. Untuk
perhitungan mol akan lebih tepat jika digunakan massa molar bukan Mr yang satuannya g/mol. Massa
molar dan Mr maknanya berbeda meskipun besarnya (angkanya) sama.
Mr adalah massa satu mol zat, sehingga apabila diketahui Mr NaOH = 40, artinya massa 1 mol NaOH
adalah 40 gram atau massa molarnya 40 g/mol. Hal yang sama juga berlaku untuk volum molar gas pada
STP (22,4 L/mol) dan jumlah partikel tiap mol (6 x 10^23 partikel/mol). Tapi lambang untuk massa molar
belum dijumpai, apabila massa molar dilambangkan dg mm (ini lambang buatan saya, setuju ga?
hehehee…) maka rumus perhitungan mol seharusnya, n = m/m m.