2. Identitas Klien
Nama : Dodo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 4,5 tahun
Agama : Protestan
Pendidikan : TK
Sekolah : TK XD Yogyakarta
Status : Anak kandung
Posisi anak dalam keluarga : Anak ke 1
dari 2 bersaudara
3. Identitas Orang Tua
Identitas Ayah Ibu
Nama FA SW
Usia 28 tahun 25 tahun
Agama Protestan Protestan
Pendidikan D-3 D-1
Pekerjaan Wiraswasta Wiraswasta
4. Keluhan
Selama 2-3 bulan terakhir sering tidak masuk
sekolah. Kapaupun masuk didahului oleh
sikap ogah-ogahan. Di sekolah sering kali
mengeluh pusing atau sakit perut, dan minta
dijemput oleh orang tua / pengasuh. Jadi
sering meninggalkan sekolah lebih awal dari
seharusnya.
5. Hasil Asesmen
Faktor Risiko Faktor Protektif
Tugas-tugas sekolah Senang dengan keteraturan,
banyak ditunjukkan dengan
menyusun rapi mainannya
Guru menghukum ketika
tidak mengerjakan tugas Hubungan dengan teman
sekelas dan teman sebaya
Teman-teman mengejek cukup baik
saat sakit perut Di rumah santun
Tidak terlalu banyak Senang menggambar
melibatkan diri dalam
permainan Cukup pandai
Mau bergaul dengan teman
Orang tua menuntut harus sekelas dan di rumah
mengalah dengan adik
6. Gejala
Sering membolos sekolah
Bila di sekolah sering meminta di jemput lebih awal
Di sekolah cenderung malas, namun di rumah lebih semangat
dalam belajar
Mudah menyerah dalam mengerjakan tugas
Suka mengganggu jalannya kelas
Cenderung pasif di dalam kelas dan pergaulan dengan teman
sebaya di sekolah
Pandangan sering ke luar kelas
Membuat orang lain jengkel
Sakit perut, pusing, keringat dingin
Tidak mau ditinggal oleh orang tuanya saat sekolah
Mengompol
Rewel,sering ngambek
7. Asesmen Lanjutan
Usia adik
Kesiapan sekolah (school readiness)
Kemampuan kognisi
Tugas-tugas di sekolah seperti apa
Sistem pendidikan di sekolah (berapa lama, usia
berapa)
Pada situasi apa gejala muncul
Klien menyukai keteraturan, mungkinkah terjadi
perubahan dalam kegiatan rutin sehari-hari.
8. Diagnosis
Fremont, W. P. 2003. School Refusal in Children and Adolescent. Am Fam Physician. 68 (8) :
1555-1561.
Keterangan
Kriteria Diagnosis Gejala yang Diperoleh
Ada Tidak
Tekanan emosional yang √ - Adanya tanda-tanda kecemasan
berat berkaitan dengan (menolak untuk ditinggal sendirian
menghadiri sekolah; dapat bila berada di sekolah, mengompol,
termsuk kecemasan, dan keringat dingin)
temper tantrum, depresi, - Temper tantrum (ngambek, rewel,
atau gejala somatis. dan menangis bila dipaksa masuk
ke kelas)
- Tertekan bila sedang di sekolah
(cenderung malas, mudah
menyerah dalam mengerjakan
tugas, mengganggu jalannya kelas,
cenderung pasif, dan pandangan
lebih sering ke luar kelas)
- Gejala somatis yang dialami ketika
di sekolah dan apabila
mengerjakan tugas sekolah adalah
pusing dan sakit perut.
9. Diagnosis
Orang tua sadar akan √ - Sering tidak masuk sekolah
ketidakhadiran anak ke - Sering meninggalkan sekolah
sekolah; anak sering lebih awal (minta di jemput
berusaha membujuk lebih awal dengan alasan sakit).
orang tua untuk
mengizinkannya tinggal
di rumah.
Tidak munculnya √ - Tidak muncul
perilaku anti sosial yang
signifikan.
10. Diagnosis
Selama jam sekolah, √ - Sering membolos sekolah atau
anak biasanya tinggal di bila sedang di sekolah, anak
rumah karena dianggap minta di jemput pulang lebih
sebagai lingkungan yang awal.
aman
Anak mengekspresikan √ - Tugas tidak dikerjakan karena
kemauan untuk pusing dan sakit perut (dihukum
mengerjakan tugas-tugas guru karena tiga kali tidak
sekolah dan mengerjakan tugas)
memenuhinya dengan - Lebih semangat belajar di
menyelesaikannya di rumah
rumah.
11. Penyebab
Terjadi perubahan dalam proses pembelajaran di
sekolah Hal ini pada akhirnya terkait dengan
kesiapan anak sekolah
Mempertimbangkan usianya yang baru 4,5 tahun.
sudah diberikan tugas-tugas sekolah yang cukup
banyak dan rutin.
Ketika Dodo tidak termotivasi untuk mengerjakan
tugas sekolah, Guru menghukum Dodo sehingga
membuatnya semakin tidak termotivasi dan
merasa takut dengan sekolah.
12. Penyebab
Selain dari lingkungan sekolah, lingkungan lain yang mungkin
menyebabkan terjadi perubahan pada anak adalah lingkungan
keluarganya. Diceritakan dalam kasus bahwa tampaknya Dodo
baru saja punya adik. Meskipun masih diperlukan asesmen lebih
lanjut, tapi tampak bahwa terjadi perubahan dalam keluarga Dodo
sejak adiknya lahir, misalnya perhatian orangtua yang tadinya
berfokus sepenuhnya padanya, sekarang kasih sayang dan
perhatian orangtua terbagi pada adiknya. Dalam cerita Dodo
tampak peduli dengan adiknya dan suka bermain bersama, tapi di
sisi lain ia juga kadang kesal dengan adiknya karena suka merebut
mainannya dan merobek bukunya.
Terjadinya perubahan-perubahan ini membuat Dodo merasa cemas
sehingga menstimulasi gejala-gejala fisik seperti sakit perut atau
pusing. Meskipun demikian, munculnya gejala fisik bisa jadi juga
berhubungan dengan pola makan dan pola tidur Dodo, yang harus
diasesmen lebih lanjut.
13. Rancangan Intervensi
No Program Aktivitas Perilaku yang diharapkan
Program anak
Pertemuan awal Konsultasi menghadirkan orang Menyamakan persepsi
tua dan guru.
Action plan
Pertemuan dengan orang tua
Pertemuan dengan guru
Pertemuan dengan guru dan orang
tua.
14. Rancangan Intervensi
Terapi individu
2. (Play Therapy) sandtherapy Anak dapat mengekspresikan emosi-
emosinya terutama negatif, dan mendorong
anak mendapatkan pengalaman emosi
yang positif
1. Sensitisasi emosi Mendengarkan cerita tentang Mengenali emosi negatif dan positif
berbagai kosakata emosi-emosi (debriefing)
Dengan buku pelangi hatiku (1
sesi)
Evaluasi
3. Desensitisasi Bermain pura-pura sekolah Anak pelan-pelan dapat mendapatkan
pengalaman positif tentang sekolah
15. Rancangan Intervensi
5. Token ekonomi Memberikan reward apabila ia Muncul motivasi anak sekolah dan
dapat sekolah dengan diantar persepsi positif terhadap sekolah dan
Melibatkan orang tua dan orang tua tetapi mau ditinggal guru.
guru. dan ditunggui selama 1 jam
Kemudian selanjutnya hanya
diantar, tanpa di tunggui.
Program orang tua dan guru
4. Self evaluation Mencaritahu respon-respon Orang tua bersama-sama terapis dapat
orang tua dan guru terhadap menemukan pola yang tidak tepat
perilaku anak.
6. Psikoedukasi (konseling) Diskusi Orang tua dan guru memiliki
kesempatan untuk memahami keadaan
anak
7. Evaluasi
16. Comments
Mb che: diagnosisnya apa? Ada SAD jg
kayaknya...
Tante enthin: lihat diagnosisnya, kenapa
pertemuan dgn ortu dan guru berbeda2?
Konseling dan psikoedukasi beda lho...
17. Dari Ibu Wisjnu
School refusal itu merupakan dampak, cari akar
masalah/penyebabnya
Tadi sudah diduga akarnya, yaitu guru. Jadi fokus
intervensi harus pada penyebabnya dulu, baik di
sekolah atau di rumah.
Harus ada prioritas, menurut terapis mana yang
kontribusinya paling besar, itu yang diselesaikan
dulu. Jangan fokus pada perilaku maladaptif anak.
Meskipun perilaku anak berubah, jika
lingkungannya tidak berubah, masalah tidak
terselesaikan.