SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 26
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Pendahuluan (1)
               Matematika Terapan dan Statistik
Tugas Mata Kuliah Matematika Terapan dan Statistika Dosen Pengajar Bp. Ir. H. Sumirin, MS



                                  Disusun Oleh :
                               Dewi Rimayani, ST
                               MTS.12.21.1.0442


             PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

                UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
PENDAHULUAN
  1. STATISTIKA
     A. Pengertian Statistika

     Istilah statistik berasal dari bahasa latin “status” yang artinya suatu negara. Suatu kegiatan
     pengumpulan data yang ada hubungannya dengan kenegaraan, misalnya data mengenai
     penduduk, data mengenai penghasilan dan sebagainya, yang lebih berfungsi untuk melayani
     keperluan administrasi.
     Secara kebahasaan, statistik berarti catatan angka-angka (bilangan); perangkaan; data yang
     berupa angka-angka yang dikumpulkan, ditabulasi, dikelompokkan, sehingga dapat memberi
     informasi yang berarti mengenai suatu masalah, gejala atau peristiwa (depdikbud, 1994).
     Menurut Sutrisno Hadi (1995) Statistik adalah untuk menunjukkan kepada pencatatan angka-
     angka dari suatu kejadian atau kasus tertentu. Selaras dengan apa yang didefinisikan oleh
     Sudjana (1995:2) bahwa statistik adalah kumpulan fakta berbentuk angka yang disusun dalam
     daftar atau tabel dan atau diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan.
     Statistika beda halnya dengan statistik, statistika yang dalam bahasa Inggris “statistics” (ilmu
     statistik), ilmu tentang cara-cara mengumpulkan, mentabulasi dan menggolongkan,
     menganalisis dan mencari keterangan yang berarti dari data yang berupa angka.
     Statistika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mengumpulkan,
     menabulasi, menggolong-golongkan, menganalisis, dan mencari keterangan yang berarti dari
     data yang berupa bilangan-bilangan atau angka, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan atau
     keputusan tertentu.
     Selain itu, Statistika juga merupakan cabang ilmu matematika terapan yang terdiri dari teori dan
     metoda mengenai bagaimana cara mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasi, menghitung,
     menjelaskan, mensintesis, menganalisis, dan menafsirkan data yang diperoleh secara sistematis.
     Dengan demikian, didalamnya terdiri dari sekumpulan prosedur mengenai bagaimana cara:
      · Mengumpulkan data
      · Meringkas data
      · Mengolah data
      · Menyajikan data
      · Menarik kesimpulan dan interpretasi data berdasarkan kumpulan data dan hasil analisisnya
     Sedangkan dalam dunia pendidikan, statistika membahas tentang prinsip-prinsip, metode, dan
     prosedur yang digunakan sebagai cara pengumpulan, menganalisa serta menginterpretasikan
     sekumpulan data yang berkaitan dengan dunia pendidikan.
          Beberapa pengertian statistika yang lain :
            Merupakan bagian dari matematika yang membahas rumus untuk mengumpulkan,
              menggambarkan atau menyajikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data
              kuantitatif [Webster New Collegiate Distionary]
            Merupakan cabang dari metode ilmiah yang menggunakan data didapatkan dengan
              menghitung atau mengukur bagian populasi [Kendall & Stuart]
            Membahas metode penarikan kesimpulan dari hasil percobaan atau proses [Fraser]
            Sebagai teknologi metoda ilmiah yang membahas rancangan percobaan dan investigasi
              serta inferensia statistika [Mood]
            Membahas rancangan percobaan atau survai sampling untuk mendapatkan sejumlah
              informasi tertentu dan penggunaan informasi secara optimal dalam pembuatan
              inferensia tentang populasi.


1|Page
B. Klasifikasi Metode Statistika
        1) Statistika Deskriptif
            Statistika deskriptif adalah statistika yang mempelajari bagaimana caranya
            mengumpulkan data, mengolah data, menyajikan data, menganalisis data. Bertujuan
            memberikan gambaran terhadap data-data pada variabel yang digunakan dalam
            penelitian.
        2) Statistika Induktif (Inferens)
            Statistika inferens adalah statistika yang mempelajari bagaimana caranya
            mengumpulkan data, mengolah data, menyajikan data, menganalisis data, membuat
            kesimpulan dan mengambil keputusan. Hal ini berhubungan dengan generalisasi
            informasi, atau secara lebih khusus, dengan menarik kesimpulan tentang populasi yang
            didasarkan pada sampel yang ditarik dari populasinya.

         Jika tujuan penelitian hanya sebatas ingin mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian,
         maka metode analisis deskriptif dirasa sudah cukup. Misalnya ingin mengetahui besaran-
         besaran parameter tendensi sentral, seperti: mean, median, modus, standar deviasi atau
         varian dalam mendeskripsikan karakteristik variabel

         Jika tujuan penelitian akan melakukan pengujian terhadap hipotesis (inferensial) dapat
         digunakan metode analisis verifikatif.
         Metode analisis verifikatif mengenal dua jenis analisis statitistik yang dapat digunakan,
         yakni statistik parametrik atau statistik non-parametrik

         Dilihat dari jumlah variabel yang digunankan, metode statistik dibedakan menjadi 3
         kelompok, yaitu :
         1) Statistika univariate, digunakan untuk penelitian dengan satu variabel
         2) Statistika bivariate, digunakan untuk penelitian dengan 2 variabel penelitian
         3) Statistik multivariate, digunakan untuk penelitian yang menggunakan lebih dari dua
              variabel penelitian.

     C. Keuntungan Menggunakan Statistika
        1) Dengan prosedur tertentu kita dapat menggunakan hanya sebagian dari data (sampel)
           untuk mengambil kesimpulan yang berlaku untuk keseluruhan (populasi).
        2) Dengan prosedur tertentu kita dapat menggunakan hanya sebagian dari data (sampel)
           untuk mengambil kesimpulan yang berlaku untuk keseluruhan (populasi).
        3) Statistika dilengkapi dengan informasi kesalahan ataupun tingkat kecocokan (goodness
           of fit) dari hasil yang diperoleh.
        4) Dimungkinkan untuk mengambil kesimpulan atau keputusan dengan kesalahan yang
           dapat dikendalikan dan dengan biaya yang lebih murah, serta waktu yang lebih singkat.

   2. VARIABLE
    A. Definisi Variabel
        Variable adalah suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga mempengaruhi
        peristiwa atau hasil penelitian. Dengan menngunakan variable, kita akan memperoleh lebih
        mudah memahami permasalahan. Hal ini dikarenakan kita seolah-olah sudah mendapatkan
        jawabannya. Biasanya bentuk soal yang menggunakan teknik ini adalah soal counting
        (menghitung) atau menentukan suatu bilangan . dalam penelitian sains, variabel adalah
        bagian penting yang tidak bias dihilangkan.


2|Page
Variabel berasal dari kata “vary” dan “able” yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi, secara
         harfiah variabel berarti dapat berubah, sehingga setiap variabel dapat diberi nilai dan nilai itu
         berubah-ubah. Nilai tersebut bisa kuntitatif (terukur dan atau terhitung, dapat dinyatakan
         dengan angka) juga bisa kualitatif (jumlah dan derajat atributnya yang dinyatakan dengan
         nilai                                                                                      mutu).
         Variabel merupakan element penting dalam masalah penelitian. Dalam statistik, variabel
         didefinisikan sebagai konsep, kualitas, karakteristik, atribut, atau sifat-sifat dari suatu objek
         (orang, benda, tempat, dll) yang nilainya berbeda-beda antara satu objek dengan objek
         lainnya dan sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
         Karakteristik adalah ciri tertentu pada obyek yang kita teliti, yang dapat membedakan objek
         tersebut dari objek lainnya, sedangkan objek yang karakteristiknya sedang kita amati
         dinamakan satuan pengamatan dan angka atau ketegori (nilai mutu) tertentu dari suatu
         objek yang kita amati dinamakan variate (nilai). Kumpulan nilai yang diperoleh dari hasil
         pengukuran atau penghitungan suatu variabel dinamakan dengan data.
            1). Sutrisno Hadi
                 Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi, misalnya jenis kelamin karena jenis
                 kelamin mempunyai variasi laki-laki dan perempuan.
            2). Freddy Rangkuti
                 Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, maka nilai variabel dapat
                 dibedakan menjadi empat tingkatan skala, yaitu: nominal, ordinal, internal dan rasio.
            3). Robbins Pearson
                 Variabel adalah semua karakteristik umum yang dapat diukur dan dapat berubah
                 dalam keluasan, intensitas, atau keduanya.

   B. Pembagian Variabel
   Variabel bisa dibagi berdasarkan: Perananan, cara pengukuran, dan bisa tidaknya diukur secara
   langsung.
   B.1. Berdasarkan Fungsi/Peranannya dalam penelitian
   Dalam penelitian kuantitatif, variabel yang telah didefinisikan secara operasional, biasanya dibagi
   menjadi variabel bebas (independent: aktif atau atribut), variabel terikat (dependent), dan
   variabel asing/ekstra/tambahan (extraneous) yang bukan merupakan subjek dari penelitian yang
   sedang dipelajari dan berada di luar pengamatan/kajian utama penelitian. Pemahaman tentang
   variabel extraneous ini sangat penting, karena variabel ini bisa saja bersaing dengan variabel
   independent dan bisa mengacaukan/membingungkan dalam menjelaskan pola hubungan antara
   variabel independent dan variabel dependent. Oleh karena itu, dalam menentukan hubungan
   sebab akibat, kita seharusnya mengidentifikasi ada tidaknya variabel extraneous yang terbukti
   dapat mempengaruhi variabel dependent. Apabila ada, maka variabel ekstraneous tersebut
   disebut dengan variabel confounding. Variabel Confounding sebaiknya di kontrol atau
   dimasukkan ke dalam model. Apabila tidak, kita tidak akan yakin bahwa perubahan variabel
   dependent tersebut hanya disebabkan oleh variabel independent saja.
   Untuk memahami variabel-variabel dalam penelitian, perhatikan contoh kasus berikut:
   Apabila kita ingin melihat pengaruh pemberian dosis pupuk yang berbeda terhadap pertumbuhan
   tanaman, maka:
         Variabel Dependent =>Pertumbuhan tanaman
         Variabel Independent=>Dosis Pupuk
         Variabel Extraneous =>Varietas/Kultivar
                                  Jenis Pupuk
                                  Tingkat Kesuburan Tanah


3|Page
Jenis Tanah
                                  Ukuran Petak/Pot
                                  Penyinaran Matahari
                                  Temperatur
                                  Kelembaban




  a. Variabel Independent (IV).
  Variable independent adalah variabel yang merupakan penyebab atau yang mempengaruhi variabel
  dependent (DV) atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel dependent (DV). Apabila
  variabel IV berubah, maka variabel DV juga akan berubah. Variable independent merupakan variable
  yang faktornya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya
  dengan suatu gejala yang diobservasi. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, variabel
  independent disebut juga sebagai peubah bebas dan sering juga disebut dengan variable bebas,
  stimulus, faktor, treatment, predictor, input, atau antecedent.
  Sebagai Contoh:
  Pengaruh metode mengajar terhadap Prestasi siswa. =>Variabel independent adalah Metode
  Mengajar.
  Pengaruh Pupuk Organik terhadap hasil tanaman tomat. =>Variabel independent adalah Pupuk
  Organik.
  Metode mengajar dan pupuk organik bisa dimanipulasi atau ditentukan oleh peneliti. Tidak semua
  variabel independent bisa dimanipulasi, misalnya attribute yang sudah melekat pada suatu objek.
  Contohnya: Jenis Kelamin, Usia, Kemiringan lereng, ketinggian tempat, dsb.
  b. Variabel Dependent (DV).
  Variable dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel
  independent. Variabel dependent, dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah tak
  bebas, variabel terikat, tergantung, respons, variabel output, criteria, atau konsekuen.
  Variabel ini merupakan fokus utama dari penelitian. Variabel inilah yang nilainya diamati dan diukur
  untuk menentukan pengaruh dari variabel independent. Nilainya bisa beragam dan tergantung
  pada besarnya perubahan variabel independent. Artinya, setiap terjadi perubahan
  (penambahan/pengurangan) sekian kali satuan variabel independen, diharapkan akan menyebakan
  variabel dependen berubah (naik/turun) sekian satuan juga. Secara matematis, hubungan tersebut

4|Page
mungkin bisa digambarkan dalam bentuk persamaan Y = a + bX. Misalnya, Y = Hasil (ton) dan X =
  pupuk Urea (kg), maka setiap pupuk urea dinaikkan/atau diturunkan sebesar b (kg), maka hasil
  naik/turun sebesar b (ton) dan apabila tidak di berikan pupuk (b=0), maka hasilnya adalah sebesar a
  (ton). Pola hubungan antara kedua variabel tersebut bisanya di kaji dalam penelitian asosiasi atau
  prediksi, biasanya diuji dengan menggunakan Analisis Regresi. Berbeda dengan contoh pengaruh
  metode mengajar terhadap keberhasilan siswa, skala pengukuran variabel independentnya bukan
  merupakan variabel interval atau rasio, sehingga untuk melihat pengaruh dari variabel independet
  terhadap variabel dependent lebih tepat dengan menggunakan Analisis Varians (ANOVA). Dengan
  Anova tersebut kita bisa menentukan ada tidaknya perbedaan diantara metode mengajar, dan
  apabila ada, kita bisa menentukan metode mengajar yang lebih baik atau terbaik.
  c. Varibel Moderator
  Variabel moderator merupakan variabel khusus dari variabel independent. Dalam analisis hubungan
  yang menggunakan minimal dua variabel, yakni satu variabel dependen dan satu atau beberapa
  variabel independen, adakalanya hubungan di antara kedua variabel tersebut dipengaruhi oleh
  variabel ketiga, yaitu faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik yang kita
  gunakan. Variabel tersebut dinamakan dengan variabel moderator. Variabel moderator ini adalah
  variabel lain yang bisa memperkuat atau memperlemah hubungan antar variabel independen
  (bebas) dan variabel dependen (tak bebas). Dalam Analisis Varians (Anova), pengaruh dari variabel
  moderator ini bisa direfresentasikan sebagai pengaruh interaksi antara variabel independent
  (faktor) utama dengan variabel moderator (Baron and Kenny, 1986: p. 1174). Variabel ini bisa
  diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk mengetahui apakah keberadaannya akan
  mempengaruhi hubungan antara variable bebas dan variabel terikat. Secara skematis, hubungan di
  antara ketiga variabel tersebut bisa diilustrasikan seperti pada gambar berikut:




 Contoh kasus 1:
 Perhatikan, sebuah penelitian untuk melihat perbedaan diantara dua metode mengajar statistika,
 misal Metoda A dan Metode B. Jika siswa laki-laki lebih baik dengan Metode A, sedangkan siswa
 perempuan lebih baik dengan Metode B, maka jenis kelamin merupakan variabel moderator.




5|Page
Contoh Kasus 2:
 Misalnya pengaruh pupuk anorganik terhadap hasil tanaman padi. Hasil analisis menunjukkan tidak
 ada pengaruh penggunaan pupuk anorganik terhadap hasil padi, padahal secara teoritis harusnya
 terjadi perbedaan. Mengapa demikian?? Setelah diselidiki, ternyata ada variabel lain (misalnya
 varietas) yang tidak dimasukkan ke dalam model ataupun tidak dikontrol (diseragamkan), sehingga
 ikut mempengaruhi keragaman hasil padi. Variabel tersebut adalah variabel moderator, yang
 seharusnya dimasukkan juga ke dalam model. Hal ini misalnya ditunjukkan dengan adanya
 perbedaan respon di antara varietas padi. Varietas unggulan lebih responsif terhadap pupuk
 anorganik, sedangkan varietas lokal tidak terlalu responsif bahkan cenderung hasilnya cenderung
 menurun.
 Contoh kasus 3: Pengaruh Pelatihan terhadap Prestasi kerja.
 Misalnya pelatihan yang diikuti staf administrasi suatu perguruan tinggi dengan harapan bisa
 meningkatkan ketrampilan dalam menyelesaikan tugas-tugas administrasi. Seluruh karyawan yang
 diikutsertakan memiliki jenjang pendidikan yang sama, D3. Setelah pelatihan selesai kemudian
 dilakukan tes ketrampilan. Setelah diamati, ternyata kemampuan karyawan yang berasal dari D3
 Manajemen, memiliki ketrampilan yang lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang berasal D3
 Pertanian. Jelas disini bahwa adanya perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan
 kemampuan dalam menyerap materi yang disampaikan ketika melaksanakan pelatihan. Karyawan D3
 manajemen lebih antusias dalam mengikuti Pelatihan dibandingkan dengan D3 Pertanian karena
 mereka relatif lebih mudah dalam memahami materi (sesuai dengan bidangnya). Pada contoh kasus
 tersebut pelatihan adalah variabel independen, prestasi kerja adalah variabel dependen, dan latar
 belakang pendidikan adalah variabel moderator.
 Dari ketiga contoh kasus tersebut, bisa disimpulkan bahwa variabel moderator berpengaruh nyata
 (memiliki kontribusi yang signifikan) terhadap kemampuan variabel independen dalam
 mempengaruhi variabel dependen.
  d. Variabel Intervening/mediator.
  Variabel independent dan moderator merupakan variable-variabel kongkrit. Variable tersebut dapat
  dimanipulasi oleh peneliti dan pengaruhnya dapat dilihat atau diobservasi. Lain halnya dengan
  variable intervening, variable tersebut bersifat hipotetikal artinya secara kongkrit pengaruhnya tidak
  kelihatan, tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi hubungan antara variabel independent dan
  dependent yang sedang diteliti.
  Penelitian yang melibatkan variabel intervening (mediator/mediating/mediasi/pengganggu) sangat
  umum dalam bidang sosiologi dan psikologi, seperti ilmu-ilmu perilaku dan penelitian non
  eksperimental lainnya. Untuk peneliti di bidang eksakta (terutama dalam penelitian eksperimental),



6|Page
mungkin tidak terlalu banyak yang mengenal atau melibatkan variabel ini, karena bersifat abstrak
  dan tidak bisa diukur seperti menurut Tuckman (1988) berikut ini:
  “… an intervening variable is that factor that theoretically affect the observed phenomenon but
  cannot be seen, measure, or manipulate…”.
  Banyak siswa, saya, bahkan sebagian peneliti yang masih kesulitan dalam membedakan antara
  variabel moderator dengan variabel pengganggu yang satu ini, intervening (mediator) maksudnya.
  Variable intervening didefinisikan sebagai variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
  antara Variabel independent dengan Variabel dependent, tetapi tidak dapat dilihat, diukur, dan
  dimanipulasi; pengaruhnya harus disimpulkan dari pengaruh-pengaruh variabel independent dan
  atau variable moderat terhadap gejala yang sedang diteliti (Tuckman, 1988).
  Variabel ini merupakan variabel antara (penyela) yang terletak diantara Variabel independent dan
  Variabel dependent. Variabel ini bisa digunakan dalam menjelaskan proses hubungan antara
  variabel independent dengan variabel dependent, misalnya X → T → Y, dimana T adalah variabel
  intervening yang digunakan untuk menjelaskan pola hubungan antara IV dan DV. Terminologi
  terakhir, yaitu sebagai variabel antara, konsiten dengan metodologi dan definisi dalam Analisis
  Struktural Equation Modelling (SEM). Misalnya, X adalah usia dan Y adalah kemampuan membaca,
  hubungan sebab akibat antara X dan Y bisa dijelaskan oleh variabel Intervening T, misalnya
  Pendidikan. Dengan demikian, Usia (X) tidak secara langsung mempengaruhi kemampuan membaca
  (Y), tapi terlebih dahulu melalui variabel intervening, pendidikan (T), atau dengan kata lain, X
  mempengaruhi T dan selanjutnya T mempengaruhi Y.




  Contoh:
  Tingkat pendidikan → jenis pekerjaan → tingkat penghasilan
  Metode mengajar → motivasi belajar → Prestasi siswa
  Teknologi baru → budaya → Respon masyarakat
  Usia → Pengalaman mengendarai → kelihaian mengendarai sepeda motor
  Contoh di bidang pertanian:
  Pengaruh pemberian pupuk anorganik terhadap hasil padi. Misalnya saja, varietas sudah
  dimasukkan ke dalam model atau varietasnya dibuat sama (varietas unggulan), tetapi hasinya tetap
  saja tidak signifikan. Mengapa?? Setelah diteliti secara seksama, ternyata tanaman padi yang di beri
  pupuk tersebut misalnya menjadi rentan terhadap serangan penyakit/hama sehingga sebagian besar
  lahan terkena serangan hama/penyakit, akibatnya hasil padi tidak meningkat. Variabel Intervening
  adalah Serangan Penyakit/Hama.




7|Page
Hubungan ke-4 Variabel:




Tambahan:
Terdapat beberapa literatur yang mengatakan ada variabel lain selain variabel yang sudah disebutkan di
atas, yaitu Variabel Kontrol. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent tidak dikacaukan oleh pengaruh
faktor lain yang tidak kita diamati. Dengan kata lain, variabel lain yang dapat mempengaruhi hubungan
antara variabel independent dengan variabel dependent, berusaha dihilangkan atau di netralkan atau di
kontrol atau diseragamkan! Dengan demikian, diharapkan variabel yang memberi keragaman terhadap
variabel dependent hanyalah variabel independent yang ingin dipelajari pengaruhnya, yang dikenal
dengan perlakuan atau treatment!
B.2. Berdasarkan cara pengukuran
     Kuantitatif (diskrit/kontinyu)
             o Rasio
             o Interval
     Kualitatif
             o Ordinal à ada tingkatan
             o Nominal à tidak ada tingkatan




B.3. Berdasarkan bisa/tidaknya diukur secara langsung
     Variabel teramati (observed variable)
           o Dapat langsung diamati/diukur
           o Contoh: umur, jenis kelamin, berat badan
     Variabel laten (latent variable)
           o Tidak dapat langsung diamati/diukur
           o Contoh: kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, kesehatan


8|Page
o     Umumnya diukur dengan menggunakan indikator yang berupa variabel teramati,
                  biasanya lebih dari dua variabel indikator.
C. Skala Pengukuran Variabel
Fokus dari desain penelitian dan analisis statistik adalah studi tentang variabel. Pada saat Anda ingin
mempelajari suatu fenomena, langkah pertama adalah mendefinisikan fenomena yang diteliti tersebut,
dalam hal ini adalah menentukan variabel-variabel yang kita amati dan selanjutnya menentukan
bagaimana cara Anda mengukur variabel tersebut. Proses tersebut dikenal dengan istilah definisi
operasional. Jelas disini bahwa untuk memahami suatu fenomena, kita harus memahami dulu istilah
variabel dan skala pengukuran. Apabila Anda tidak menentukan secara jelas cara pengukuran variabel
yang ingin Anda pelajari, pada akhirnya Anda akan mengalami kebingungan dalam menentukan desain
penelitian yang tepat serta dalam menentukan prosedur analisis statistik yang sesuai.
Sebagai contoh Fenomena di bidang pertanian. Pada saat Anda mengikuti perlombaan Lomba Lintas
Lembah dan Bukit, Tanpa sengaja Anda memperhatikan pertumbuhan beberapa tanaman, pada lokasi
tertentu ada tanaman yang tumbuh dengan subur dan ada juga yang merana, he2… Mungkin muncul
pertanyaan baru? Kenapa tanaman yang tumbuh di tanah tersebut tumbuh dengan subur sementara di
tempat lainnya tidak demikian? Setelah Anda perhatikan dengan seksama, ternyata pada lokasi yang
tanamannya tumbuh dengan subur ditemukan banyak mengandung bahan organik yang berasal dari
pupuk kandang. Anda bisa menyimpulkan bahwa tanaman subur karena tersedianya hara yang cukup
dari pupuk kandang. Namun muncul lagi pertanyaan baru.., apakah semua jenis pupuk kandang
pengaruhnya sama terhadap pertumbuhan tanaman? Nah ini baru ide baru.., dan Anda berniat untuk
mempelajari pengaruh dari pemberian berbagai jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman. Langkah pertama adalah menentukan variabel apa saja yang akan dipelajari. Jelas disini ada
dua kategori variabel, yaitu variabel penyebab dan variabel akibat. Variabel penyebab dikenal dengan
variabel bebas atau Faktor dan variabel akibat adalah variabel terikat (Respons). Langkah selanjutnya
adalah menentukan variabel-variabel tersebut. Misalnya variabel bebasnya adalah jenis pupuk kandang
(ayam, domba, sapi) dan variabel terikatnya yang akan di amatinya (respons) adalah kandungan hara di
dalam tanah (N, P, K), serapan hara oleh tanaman (N, P, K), pertumbuhan tanaman (diwakili oleh
variabel Tinggi tanaman), dan hasil tanaman. Setelah variabelnya ditentukan, selanjutnya adalah
menentukan bagaimana cara pengukurannya? Misalnya, indikator yang akan dijadikan pewakil dari
karakteristik hasil tanaman adalah berat biji. Bagaimana cara mengukurnya? Cara mengukur berat biji
tersebut termasuk pada penentuan skala pengukuran dari variabel berat biji tanaman.
Pengukuran adalah dasar dari penyelidikan ilmiah. Segala sesuatu yang kita lakukan dimulai dengan
pengukuran objek yang akan kita pelajari. Pengukuran adalah pemberian angka atau kode pada suatu
obyek.
Terdapat empat Jenis Skala Pengukuran yaitu Nominal, Ordinal, Interval, Ratio. Skala yang paling
rendah adalah Nominal dan yang tertinggi adalah Skala Rasio. Skala pengukuran yang lebih tinggi akan
memiliki karakteristik skala pengukuran di bawahnya. Misalnya, skala Rasio akan memiliki karakteristik
Nominal, Interval, dan Ordinal.
C.1. Variabel Nominal/Skala Nominal
Variabel nominal merupakan variabel dengan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya dan
hanya bisa digunakan untuk klasifikasi kualitatif atau kategorisasi. Artinya, variabel tersebut hanya
dapat diukur dari segi apakah karakteristik suatu objek bisa dibedakan dari karekateristik lainnya, tetapi
kita tidak dapat mengukur atau bahkan mengurutkan peringkat kategori tersebut. Sebagai contoh, kita
dapat mengatakan bahwa jenis kelamin ke 2 orang tersebut berbeda, satu perempuan dan satunya lagi
laki-laki. Di sini kita bisa membedakan karakteristik keduanya, tetapi kita tidak bisa mengukur dan
mengatakan mana yang “lebih” atau mana yang “kurang” dari kualitas yang diwakili oleh variabel
tersebut. Kita hanya bisa memberikan kode/label pada kedua karakteristik tersebut, misalnya angka 0
untuk perempuan dan angka 1 untuk laki-laki. Kode/label angka tersebut bisa saja di tukar. Kode di sana


9|Page
hanya berfungsi sebagai pembeda antara kedua objek dan tidak menunjukkan urutan atau
kesinambungan. Angka 1 tidak menunjukkan lebih tinggi atau lebih baik di banding 0.
Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala nominal hanya tanda “=” atau “≠”.
Contoh-contoh variabel nominal lainnya adalah:
      jenis tanah,
      varietas,
      ras,
      warna,
      bentuk,
      kota,
      Golongan darah
      Jenis penyakit
      Agama
      Suku
      Nomor KTP/SIM/Kartu Pelajar
C.2. Variabel Ordinal/ Skala Ordinal
Variabel ordinal memungkinkan kita untuk mengurutkan peringkat dari objek yang kita ukur. Dalam hal
ini kita bisa mengatakan A “lebih” baik dibanding B atau B “kurang” baik dibanding A, namun kita tidak
bisa mengatakan seberapa banyak lebihnya A dibanding B. Dengan demikian, batas satu variasi nilai ke
variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah apakah nilai tersebut lebih
tinggi, sama, atau lebih rendah daripada nilai yang lain, namun kita tidak bisa mengatakan berapa
perbedaan jarak (interval) diantara nilai-nilai tersebut. Contoh umum variabel ordinal adalah status
sosial ekonomi keluarga. Sebagai contoh, kita tahu bahwa kelas menengah ke atas lebih tinggi status
sosial ekonominya dibanding kelas menengah ke bawah, tapi kita tidak bisa mengatakan berapa
lebihnya atau mengatakan bahwa kelas menengah ke atas 18 % lebih tinggi. Pemberian simbol/kode
angka pada skala ordinal, selain berfungsi untuk membedakan karakteristik antar objek juga sudah
menetukan urutan peringkat dari objek tersebut.
Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda “=”, “≠”, “<” dan “>”. Misal
kode angka untuk kelas bawah = 0, menengah = 1, dan atas = 2. Angka 0 berbeda dengan 1 ataupun 2
(operator aritmetk: = dan ≠), 0 lebih rendah dibanding 1 (operator aritmetk: < dan >),
Contoh:
      Tingkat pendidikan atau kekayaan
      Tingkat keparahan penyakit
      Tingkat kesembuhan
      Derajat keganasan kanker
C.3. Variabel Interval/ Skala Interval
Variabel Interval tidak hanya memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan, mengurutkan
peringkatnya, tetapi kita juga bisa mengukur dan membandingkan ukuran perbedaan diantara nilai.
Sebagai contoh, suhu, yang diukur dalam derajat Fahrenheit atau Celcius, merupakan skala interval. Kita
dapat mengatakan bahwa suhu 50 derajat lebih tinggi daripada suhu 40 derajat, demikian juga suhu 30
derajat lebih tinggi dibanding dengan suhu 20 derajat. Perbedaan selisih suhu antara 40 dan 50 derajat
nilainya sama dengan perbedaan suhu antara 20 dan 30 derajat, yaitu 10 derajat. Jelas disini bahwa
pada skala interval, selain kita bisa membedakan (mengkategorikan), mengurutkan nilainya, juga bisa di
hitung berapa perbedaannya/selisihnya dan jarak atau intervalnya juga dapat dibandingkan. Perbedaan
antara kedua nilai pada skala interval sudah punya makna yang berarti, berbeda dengan perbedaan
pada skala ordinal yang maknanya tidak berarti. Misalnya, perbedaan antara suhu 40 dan 50 derajat dua
kali lebih besar dibandingkan dengan perbedaan antara suhu 30 dan 35. Dengan demikian, selain sudah
mencakup sekala nominal, juga sudah termasuk skala ordinal, tetapi nilai mutlaknya tidak dapat


10 | P a g e
dibandingkan secara matematik, oleh karena batas-batas variasi nilai pada interval adalah arbiter (angka
nolnya tidak absolut).
Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda “=”, “≠”, “<”, “>”, “+”, “-”.
Misal suhu: 30 +10 = 40 derajat.
Contoh Skala Interval lainnya:
      Tingkat kecerdasan (IQ)
      Beberapa indeks pengukuran tertentu
C.4. Variabel Rasio/ Skala Rasio
Variabel rasio sangat mirip dengan variabel interval; di samping sudah memiliki semua sifat-sifat
variabel interval, juga sudah bisa diidentifikasi titik nol mutlak, sehingga memungkinkan menyatakan
rasio atau perbandingan di antara kedua nilai, misalnya x adalah dua kali lebih y. Contohnya adalah
berat, tinggi, panjang, usia, suhu dalam skala kelvin. Sebagai contoh, berat A = 70 kg, berat B =35 kg,
Berat C = 0 kg. Disini kita bisa membandingkan rasio, misalnya kita bisa mengatakan bahwa berat A dua
kali berat B. Berat C = 0 kg, artinya C tidak mempunyai bobot. Angka 0 di sini jelas dan berarti dan angka
0 menunjukkan nilai 0 mutlak. Memang agak sedikit susah dalam membedakan antara skala interval
dengan rasio. Kuncinya adalah di angka 0, apakah nilai nol tersebut mutlak (berarti) atau tidak? Sebagai
contoh, suhu bisa berupa skala interval tapi bisa juga skala rasio, tergantung pada skala pengukuran
yang digunakan. Apabila kita menggunakan skala Celcius atau Fahrenheit, termasuk skala interval,
sedangkan apabila Kelvin yang digunakan, suhu termasuk skala rasio. Mengapa? Karena suhu 0 derajat
Kelvin adalah mutlak! Kita tidak saja dapat mengatakan bahwa suhu 200 derajat lebih tinggi daripada
suhu 100 derajat, tetapi kita juga sudah dapat menyatakan dengan pasti bahwa rasionya benar dua kali
lebih tinggi.
Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala rasio adalah tanda “=”, “≠”, “<”, “>”, “+”, “-”, “x”
dan “÷”.
Misal nilai Berat A 70 kg, berat B = 35 kg.
      Operator aritmetik “=”, “≠”, kita bisa mengatakan Berat A berbeda dengan Berat B (A ≠ B);
      Operator aritmetik “<”, “>”: A lebih berat dibanding B (A > B),
      Operator Aritmetik “+”, “-”: Beda antara berat A dengan B = 35 kg (A – B = 70 – 35 = 35) kg,
      Operator aritmetik “x” dan “÷”:A dua kali lebih berat dibanding B ( A = 2xB).
Contoh:
      Waktu, panjang, tinggi, berat, usia
      Kadar zat dan jumlah sel tertentu
      Dosis obat, dll
Skala interval tidak memiliki karakteristik rasio. Kebanyakan prosedur analisis data statistik tidak
membedakan antara data yang diukur dalam skala interval dan rasio.
Ringkasan skala pengukuran:
            Skala                  Definisi              Operasi               Contoh
                                                        Aritmetik
         Nominal    Data Kategori                     =, ≠                Jenis Kelamin
                                                                          Wana Kulit
         Ordinal    Data yang hanya bisa =, ≠                             Status          sosial
                    diurutkan dari kecil ke besar <, >                     ekonomi keluarga
                    atau sebaliknya                                       Peringkat Kelas
                                                                          Pangkat/Jabatan/Go
                                                                           longan
         Interval   Selain mencakup karakateristik =, ≠,                  Suhu (Celsius       &
                    Nomina dan Ordinal, juga <, >,                         Fahrenheit)


11 | P a g e
sudah bisa dilakukan operasi +, -                  IQ          (tingkat
                  penjumlahan karena jarak                            kecerdasan)
                  antara datanya sudah jelas.
                  Tidak mempunyai nilai nol
                  mutlak
         Ratio    Mencakup        karakteristik =, ≠,               Suhu (Kelvin)
                  Interval dan mempunyai nilai <, >,                Waktu
                  nol mutlak                    +, -,               Panjang
                                                x, ÷                Berat
                                                                    Tinggi
Hubungan antara skala pengukuran dengan jenis datanya (kuantitatif dan kualitatif)
                           Skala pengukuran Kualitatif Kuantitatif
                            Nominal            √
                            Ordinal            √
                            Interval                       √
                            Ratio                          √
Flowchart untuk menentukan skala pengukuran variabel




                               Bagan Alir Skala Pengukuran Variabel


Contoh Penerapan:
                Jenis   Perilaku/                 Huruf
                                  Ujian Peringkat
                Kelamin Sikap                     Mutu


12 | P a g e
(L-P)   (20-80) (0-100) (1-11)    (A-F)
Barb              P       80       100     1        A
Chris             L       48       96      2.5      A
Bonnie            P       74       96      2.5      A
Robert            L       35       93      4        A
Jim               L       79       92      5        A
Tina              P       60       89      7        B
Ron               L       55       89      7        B
Jeff              L       56       89      7        B
Brenda            P       74       88      9        B
Mark              L       56       82      10       B
Mike              L       65       75      11       C
Skala pengukuran: nominal interval rasio ordinal ordinal
Skala pengukuran variabel penting untuk penentuan uji statistik yang sesuai: skala nominal dan
ordinal hanya bisa menggunakan uji statistik non parametrik, sedangkan skala interval dan rasio bisa
menggunakan statistik parametrik.

     3. DATA
         A. Definisi Data
             Data adalah hasil pengukuran yang bisa memberikan gambaran suatu keadaan. Data
             merupakan suatu bahan mentah yang jika diolah dengan baik melalui berbagai analisis
             dapat melahirkan berbagai informasi.
          B. Pembagian Data
              Data dapat dibagi berdasarkan :
              1). Bentuk
                  a. Kualitatif
                      Adalah data yang berbentuk bukan angka
                  b. Kuantitatif
                      Adalah data yang berbentuk angka
              2). Skala Pengukuran
                  a. Nominal
                      Adalah data dimana angka hanya merupakan lambang.
                      Contoh : pada variabel Jenis Kelamin :
                      1 untuk Laki-laki
                      2 untuk Perempuan
                      ket : orang yang mempunyai angka satu tidak lebih kecil dari pada orang yang
                      memilih angka 2.
                  b. Ordinal
                      Adalah data dimana angka selain sebagai lambang, juga menunjukkan urutan
                      Contoh : pada variabel Tingkat Pendidikan :
                      1 SD
                      2 SMP
                      3 SMU
                      4 PT
                      ket : orang yang mempunyai angka 1 mempunyai tingkat pendidikan yang lebih
                      rendah dari pada orang yang mempunyai angka 2.


13 | P a g e
a. Interval
                       Adalah data dimana angka adalah angka yang sebenarnya, tetapi tidak mutlak.
                       Contoh : pada variabel Nilai
                       ket : orang yang mempunyai nilai 80 adalah dua kali lebih baik dari orang yang
                       mempunyai nilai 40, tapi orang yang mempunyai nilai 0 belum tentu kosong.
                   d. Rasio
                       Adalah data dimana angka adalah angka yang sebenarnya dan mutlak
                       Contoh : pada variabel jumlah : data yang dihasilkan adalah rasio.
               3). Jenis
                   a. Internal
                       Data internal adalah data yang diambil dari dalam tempat di lakukannya penelitian.
                       Contoh : Data penjualan perusahaan sendiri
                   b. Eksternal
                       Data eksternal adalah data yang diambil dari luar tempat di lakukannya penelitian.
                       Contoh : Data penjualan perusahaan lain untuk jenis produk yang sama dengan
                       produk perusahaan kita
               4). Sumber
                   a. Primer
                       Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari sumbernya.
                       Contoh : Data hasil kuesioner
                   b. Sekunder
                       Data sekunder adalah data yang di peroleh dari hasil pengumpulan orang lain
                       Contoh : Data yang diambil dari BPS
               5). Waktu Pengumpulan
                   a. Data Cross-section (Acak)
                       Data acak adalah data yang di ambil pada satu waktu tertentu
                       Contoh : Jumlah produksi
                   b. Data Berkala
                       Data berkala adalah data yang di ambil pada interval waktu tertentu.
                       Contoh : Jumlah produksi perhari selama bulan Januari 2008.


     4. POPULASI DAN SAMPEL
         A. Definisi Populasi dan Sampel
            1) Definisi Populasi
                Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi merupakan semua nilai
                baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kualitatif maupun kuantitatif,
                daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.
                Populasi berdasarkan keadaannya:
                Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari populasi
                yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam satu sama lainnya. Karakteristik
                seperti ini banyak ditemukan di bidang eksakta, misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita
                ingin mengetahui manis tidaknya secangkir kopi, cukup dengan mencoba setetes
                cairan kopi tersebut. Setetes cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari secangkir
                kopi tersebut.
                Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari populasi
                yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu sama lainnya. Karakteristik
                seperti ini banyak ditemukan dalam penelitian sosial dan perilaku, yang objeknya


14 | P a g e
manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat unik dan kompleks.
                  Misalnya, apabila kita ingin mengetahui rata-rata IQ mahasiswa Unpad angkatan 2009
                  (berarti rata-rata dari semua Fakultas). Jelas, rata-rata IQ mahasiswa antar Fakultas
                  kemungkinan besar bervariasi, IQ mahasiswa Fakultas Kedokteran relatif lebih tinggi
                  dibanding dengan rata-rata IQ mahasiswa Fakultas lainnya, sehingga kita bisa
                  mengatakan bahwa populasi tersebut keadaannya heterogen. Untuk mengatasi
                  populasi yang heterogen dalam melakukan penelitian, perlu adanya pengelompokan
                  berdasarkan karakteristiknya, sehingga dari populasi yang ada digrupkan dalam
                  beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-kelompok tersebut akan hogomen
                  dalam kelompoknya, tetapi kelompok-kelompok tersebut sangat heterogen diantara
                  kelompkonya. Pada pemisalan sebelumnya, kelompok identik dengan Fakultas.
                  Populasi berdasarkan ukurannya:
                  Populasi terhingga: Populasi dikatakan terhingga bilamana anggota populasi dapat
                  diperkirakan atau diketahui secara pasti jumlahnya, dengan kata lain, jelas batas-
                  batasnya secara kuantitatif, misalnya:
                       Banyaknya Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta, Unpad
                       Tinggi penduduk yang ada di kota tertentu
                       Panjang ikan di sebuah danau
                  Populasi tak hingga: populasi dikatakan tak hingga bilamana anggota populasinya
                  tidak dapat diperkirakan atau tidak dapat diketahui jumlahnya, dengan kata lain,
                  batas-batasnya tidak dapat ditentukan secara kuantitatif, misalnya:
                       Air di lautan
                       Banyaknya pasir yang ada di Pantai Pangandaran.
                       Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi
                       Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik
                  Namun demikian, dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai adanya
                  populasi terhingga dianggap sebagai populasi tak terhingga, dan hal seperti ini
                  dibenarkan secara statistika, misalnya banyaknya orang Indonesia yang merokok,
                  banyaknya penduduk Indonesia sekarang, dan sebagainya.

               2) Definisi Sampel
                  Sampel adalah bagian dari populasi.
                  Sampel yang baik adalah sampel yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili
                  populasinya. Agar representatif, maka pengambilan sampel dari populasi harus
                  menggunakan teknik pengambilan sampel (sampling) yang benar.
                  Ada 2 teknik pengambilan sampel :
                  b. Teknik sampling berdasarkan peluang.
                      Teknik sampling berdasarkan peluang adalah sebuah teknik pengambilan sampel
                      dimana setiap unit observasi dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama
                      untuk terpilih menjadi sampel.
                      Ada 3 teknik sampling berdasarkan peluang :
                      • Sampling Acak Sederhana
                        Sampling acak sederhana adalah teknik pengambilan sampel dimana sampel
                        diambil berdasarkan tabel bilangan acak.
                      • Sampling Klasifikasi
                        Sampling klasifikasi adalah sebuah teknik pengambilan sampel dimana populasi
                        terlebih dahulu di bagi-bagi menjadi sub-sub populasi yang antar sub populasi



15 | P a g e
homogen. Karena sub populasi homogen, salah satu sub populasi diambil
                      sebagai sampel.
                   • Sampling Stratifikasi
                      Sampling stratifikasi adalah sebuah teknik pengambilan sampel dimana populasi
                      terlebih dahulu di bagi-bagi menjadi sub-sub populasi yang antar sub populasi
                      heterogen. Karena sub populasi heterogen, pada setiap sub polulasi ada yang
                      diambil sebagai sampel.
               c. Teknik sampling tidak berdasarkan peluang
                    Teknik sampling tidak berdasarkan peluang adalah teknik pengambilan sampel
                    dimana setiap unit observasi dalam populasi tidak mempunyai kesempatan yang
                    sama untuk terpilih menjadi sampel.
                    Ada beberapa teknik sampling tidak berdasarkan peluang, diantaranya :
                    • Teknik sampling convenience (seadanya)
                    • Teknik sampling judgment (pertimbangan)
                Mengingat seorang peneliti dalam melakukan penelitian penuh dengan keterbatasan
                baik dari segi biaya, waktu, dan lain sebagainya maka penelitian yang dilakukan untuk
                mengumpulkan informasi atau data yang diinginkan sesuai dengan permasalah yang
                diteliti ditempuh dengan mengambil sebagian dari populasi, dengan
                mempertimbangkan ketebatasan yang ada dari peneliti. Bagian dari populasi
                tersebut sebagai tempat untuk mengumpulkan informasi dinamakan contoh
                (sampel).
                Dengan demikian, sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan
                menggunakan aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan
                informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi.
                Dari definisi tersebut jelas bahwa sampel yang kita ambil digunakan untuk
                menggambarkan karakteristik suatu populasi, atau dengan kata lain, sampel
                digunakan untuk menggeneralisasi suatu populasi. Dengan demikian, sampel harus
                betul-betul bersifat representatif sehingga dapat mewakili dan mencerminkan
                karakteristik populasi dari mana sampel itu diambil.




16 | P a g e
5. KARAKTERISTIK
       A. Definisi Karakteristik
          Karakteristik adalah ciri yang membedakan satu objek penelitian dengan objek penelitian
          yang lain.
          Contoh : Jika kita mengamati pipa, maka karakteristik yang bisa kita lihat pada pipa adalah
          diameternya, ketebalan pipanya, warnanya dan sebagainya.


     6. PENGUJIAN HIPOTESIS
         A. Pengertian Hipotesis
            Hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya.
         B. Uji Hipotesis
             Hipotesis : uji signifikansi (keberartian) terhadap hipotesis yang dibuat, berbentuk
             hipotesis penelitian dan hipotesis statistik (H0), hipotesis bisa terarah, bisa juga tidak
             terarah, akibat dari adanya Ho, maka akan ada Ha (hipotesis alternatif) yakni hipotesis
             yang akan diterima seandainya Ho ditolak.
             1) Uji t satu sampel (Uji t Satu Sampel (One Sample t Test)
                 a. Menguji apakah satu sampel sama/berbeda dengan rata-rata                populasinya.
                      • Misal: apakah karyawan yang bekerja selama 8 tahun memang lebih/ kurang /
                           berbeda kinerjanya dibandingkan dengan karyawan lainnya.
                      • Misalkan simbol nilai hipotesis dari rata-rata populasi adalah µh. Tiga pasang
                           hipotesis nol tentang rata-rata suatu populasi dengan hipotesis alternatifnya:
                           - Ho : µ ≤ µh                  Ha : µ > µh  uji sisi kanan
                           - Ho : µ ≥ µh                  Ha : µ < µh  uji sisi kiri
                           - Ho : µ = µh                  Ha : µ ≠ µh  uji dua sisi
              2) Uji t dua sampel bebas (UJI BEDA T-TEST DENGAN SAMPEL INDEPENDEN
                  (INDEPENDENT SAMPLE T-TEST)
                  • Jika kita menguji hipotesis perbedaan rata-rata dua populasi (µ1 - µ2).
                  • Misal, jika keuntungan bersih rata-rata tahun ini lebih besar / kurang / berbeda
                       dari pada tahun lalu.
                  • Tiga pasangan hipotesis yang dapat terjadi:
                       a. Ho : µ1 - µ2 ≤ 0                Ha : µ1 - µ2 > 0  uji sisi kanan
                       b. Ho : µ1 - µ2 ≥ 0                Ha : µ1 - µ2 < 0  uji sisi kiri
                       c.             Ho : µ1 - µ2 = 0    Ha : µ1 - µ2 ≠ 0  uji dua sisi
               3) Uji t dua sampel berpasangan UJI BEDA T-TEST DENGAN SAMPEL BERHUBUNGAN
                    (RELATED SAMPLE T-TEST atau PAIRED SAMPLES T-TEST)
                    •     Jika kita menguji hipotesis perbedaan rata-rata pada observasi berpasangan.
                    •          Jika rata-rata produktivitas sesudah mengikuti pelatihan lebih
                        besar/kurang / berbeda daripada sebelum mengikuti pelatihan, perbedaan rata-
                        rata populasi D (sesudah dikurangi sebelum) lebih besar dari 0.
                    •     Dengan demikian tiga pasang hipotesis yang dapat terjadi.
                            a. Ho : D ≤ 0 Ha : D > 0       uji sisi kanan ( uji satu pihak)
                            b. Ho : D ≥ 0 Ha : D < 0       uji sisi kiri ( uji satu pihak)
                            c. Ho : D = 0 Ha : D ≠ 0       uji dua sisi ( uji dua pihak)
         C. Ringkasan
             Pengujian hipotesis dilakukan jika ada hipotesis yang akan diuji. Pengujiannya dengan
             analisis statistik. Pengujian hipotesis membawa kepada kesimpulan untuk menolak atau


17 | P a g e
menerima Ho, atau untuk menerima atau menolak Ha. Ha disebut hipotesis alternatif atau
               hipotesis penelitian. Jika Ho diterima maka Ha ditolak. Sebaliknya jika Ho ditolak, maka Ha
               diterima.
               Pengujian hipotesis, yang diuji apakah Ho ditolak atau diterima. Untuk dapat memutuskan
               apakah Ho ditolak atau diterima, maka diperlukan kriteria tertentu dengan nilai tertentu
               baik dari hasil perhitungan maupun hasil dari tabel. Kedua hasil tersebut dibandingkan.

     7. ANALISIS KORELASI
         A. Pengertian Analisis Korelasi
            Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linear antar dua
            variabel atau lebih, yang ditemukan oleh Karl Pearson pada awal 1900. Korelasi adalah
            salah satu teknik analisis statistik yang paling banyak digunakan oleh para peneliti.

               Korelasi Pearson merupakan salah satu ukuran korelasi yang digunakan untuk mengukur
               kekuatan dan arah hubungan linier dari dua veriabel. Dua variabel dikatakan berkorelasi
               apabila perubahan salah satu variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik
               dalam arah yang sama ataupun arah yang sebaliknya. Harus diingat bahwa nilai koefisien
               korelasi yang kecil (tidak signifikan) bukan berarti kedua variabel tersebut tidak saling
               berhubungan. Mungkin saja dua variabel mempunyai keeratan hubungan yang kuat
               namun nilai koefisien korelasinya mendekati nol, misalnya pada kasus hubungan non
               linier. Dengan demikian, koefisien korelasi hanya mengukur kekuatan hubungan linier
               dan tidak pada hubungan non linier. Harus diingat pula bahwa adanya hubungan linier
               yang kuat di antara variabel tidak selalu berarti ada hubungan kausalitas, sebab-akibat.

               Seringkali peneliti mengamati beberapa parameter dari sampling atau satuan pengamatan
               yang sama. Sebagai contoh, pada penelitian pengujian suatu jenis pupuk tertentu, selain
               mencatat hasil padi, mungkin juga Peneliti ingin mencatat beberapa respons lainnya,
               seperti jumlah bulir, berat 100 biji, jumlah anakan, serapan Nitrogen, serapan kalium dsb.
               Apabila hanya terdapat dua variabel yang dicatat, dikatakan bivariate, sedangkan apabila
               lebih, dikatakan multivariate. Variabel yang di catat tersebut nilainya bersifat acak,
               sehingga dikatakan sebagai variabel acak. Berbeda dengan dosis pupuk yang sudah
               ditentukan sebelumnya, variabel pupuk tersebut bersifat tetap, sehingga dikatakan
               variabel tetap. Mungkin saja, selain peneliti ingin melihat hubungan antara dosis pupuk
               (faktor) dengan hasil padi (respons) , dia juga ingin melihat hubungan di antara pasangan
               variabel-variabel respons yang dia amati. Apakah peningkatan serapan nitrogen seiring
               dengan peningkatan hasil atau justru sebaliknya dan bagaimanakah pula kekuatan
               hubungannya? Kekuatan dan arah hubungan linier di antara kedua variabel tersebut bisa
               dijelaskan dengan ukuran statistik yang dinamakan dengan “koefisien korelasi”.

               Eksplorasi data
               Sebelum melakukan analisis korelasi antar variabel, sebaiknya kita mengeksplorasi data
               tersebut terlebih dahulu secara grafis. Seringkali kita melihat pola hubungan di antara
               variabel dengan cara memplotkan pasangan sampel data tersebut pada diagram kartesian
               yang disebut dengan scatterplot atau diagram pencar. Setiap pasangan data (x, y)
               diplotkan sebagai titik tunggal.
               Contoh diagram pencar dapat dilihat pada gambar berikut.




18 | P a g e
Secara sepintas kita bisa melihat pola hubungan dari grafik-grafik tersebut. Pada Grafik a,
               b, c terlihat bahwa peningkatan nilai y sejalan dengan peningkatan nilai x. Apabila nilai x
               meningkat, maka nilai y pun meningkat, dan sebaliknya. Dari Grafik a sampai c, sebaran
               titik-titik pasangan data semakin mendekati bentuk garis lurus yang menunjukkan bahwa
               keeratan hubungan antara variabel x dan y semakin kuat (sinergis).
               Hal yang sebaliknya terjadi pada Grafik d, e, dan f. Peningkatan nilai y tidak sejalan dengan
               peningkatan nilai x (antagonis). Peningkatan salah satu nilai menyebabkan penurunan nilai
               pasangannya. Sekali lagi tampak bahwa kekuatan hubungan antara kedua variabel dari d
               menuju f semakin kuat.
               Berbeda dengan grafik sebelumnya, pada Grafik g tidak menunjukkan adanya pola
               hubungan linier antara kedua variabel. Hal ini menandakan bahwa tidak ada korelasi di
               antara kedua variabel tersebut. Terkahir, pada Grafik h kita bisa melihat adanya pola
               hubungan di antara kedua variabel tersebut, hanya saja polanya bukan dalam bentuk
               hubungan linier, melainkan dalam bentuk kuadratik.

               Kovarian dan Korelasi
               Untuk memahami korelasi linier antara dua variabel, terdapat dua elemen yang harus kita
               tinjau, mengukur hubungan diantara dua variabel (kovarian) dan proses standarisasi.
               Kovarian

19 | P a g e
Salah satu ukuran kekuatan hubungan linear antara dua variabel acak kontinu adalah
               dengan menentukan seberapa banyak kedua variabel tersebut co-vary, yaitu bervariasi
               bersama-sama. Jika salah satu variabel meningkat (atau menurun) sebagai akibat
               peningkatan (atau penurunan) variabel pasangannya, maka dua variabel tersebut
               dinamakan covary. Namun jika satu variabel tidak berubah dengan meningkatnya (atau
               penurunan) variabel lain, maka variabel tersebut tidak covary. Statistik untuk mengukur
               berapa banyak kedua variabel covary dalam sampel pengamatan adalah kovarian.

                                                      Selain mengukur besarnya kekuatan hubungan di
               antara dua variabel, kovarian juga menentukan arah hubungan dari kedua variabel
               tersebut.
                   1. Apabila nilainya positif, berati bahwa apabila nilai x berada di atas nilai rata-
                       ratanya, maka nilai y juga berada di atas nilai rata-rata y, dan sebaliknya (Searah).
                   2. Nilai kovarian negatif menunjukkan bahwa apabila nilai x berada di atas nilai rata-
                       ratanya sedangkan nilai y berada di bawah nilai rata-ratanya (berlawanan arah).
                   3. Terakhir, apabila nilai kovarian mendekati nol, menandakan bahwa kedua variabel
                       tersebut tidak saling berhubungan.
               Standarisasi
               Salah satu keterbatasan kovarian sebagai ukuran kekuatan hubungan linier adalah
               arah/besarnya gradien yang tergantung pada satuan dari kedua variabel tersebut.
               Misalnya, kovarian antara serapan N (%) dan Hasil Padi (ton) akan jauh lebih besar apabila
               satuan % (1/100) kita konversi ke ppm (1/sejuta). Agar nilai kovarian tidak tergantung
               kepada unit dari masing-masing variabel, maka kita harus membakukannya terlebih dahulu
               yaitu dengan cara membagi nilai kovarians tersebut dengan nilai standar deviasi dari kedua
               variabel tersebut sehingga nilainya akan terletak antara -1 dan +1. Ukuran statistik
               tersebut dikenal dengan Pearson product moment correlation yang mengukur kekuatan
               hubungan linier (garis lurus) dari kedua variabel tersebut. Koefisien korelasi linear kadang-
               kadang disebut sebagai koefisien korelasi pearson untuk menghormati Karl Pearson (1857-
               1936), yang pertama kali mengembangkan ukuran statistik ini.
               Kovarian:


               Standar Deviasi variabel X dan Y:


                                                       Korelasi:
               Nilai kovarian distandarkan dengan membagi nilai kovarian tersebut dengan nilai standar
               deviasi                               kedua                                    variabel.


                                                                                         atau




               atau




20 | P a g e
Koefisien Korelasi
               Koefisien korelasi mengukur kekuatan dan arah hubungan linier dari dua veriabel. Harus
               diingat bahwa nilai koefisien korelasi yang kecil (tidak signifikan) bukan berarti kedua
               variabel tersebut tidak saling berhubungan. Mungkin saja dua variabel mempunyai
               keeratan hubungan yang kuat namun nilai koefisien korelasinya mendekati nol, misalnya
               pada kasus hubungan non linier. Dengan demikian, koefisien korelasi hanya mengukur
               kekuatan hubungan linier dan tidak pada hubungan non linier.
               Harus diingat pula bahwa adanya hubungan linier yang kuat di antara variabel tidak
               selalu berarti ada hubungan kausalitas, sebab-akibat. Kedua pasang variabel, x dan y bisa
               saja nilai koefisien korelasinya tinggi sebagai akibat adanya faktor z. Sebagai contoh, suhu
               (x) dengan tekanan udara (y) mungkin saja nilai koefisien korelasinya tinggi, namun belum
               tentu keduanya menunjukkan adanya hubungan sebab akibat (misal, semakin rendah suhu
               udara maka tekanan udara akan semakin rendah). Adanya korelasi suhu dan tekanan
               udara tersebut bisa saja semata-mata sebagai akibat dari perubahan ketinggian (z) suatu
               tempat, semakin tinggi tempat maka baik suhu ataupun tekanan udara akan semakin
               menurun. (meskipun secara teoritis memang terdapat hubungan sebanding antara suhu
               dan tekanan: PV = nRT). Dengan demikian, Korelasi hanya menjelaskan kekuatan
               hubungan tanpa memperhatikan hubungan kausalitas, mana yang dipengaruhi dan
               mana yang mempengaruhi. Kedua variabel masing-masing bisa berperan sebagai
               Variabel X maupun Variabel Y.
               Karakteristik korelasi
                     Nilai r selalu terletak antara -1 dan +1
                     Nilai r tidak berubah apabila seluruh data baik pada variabel x, variabel y, atau
                        keduanya dikalikan dengan suatu nilai konstanta (c) tertetu (asalkan c ≠ 0).
                     Nilai r tidak berubah apabila seluruh data baik pada variabel x, variabel y, atau
                        keduanya ditambahkan dengan suatu nilai konstanta (c) tertetu.
                     Nilai r tidak akan dipengaruhi oleh penentuan mana variabel x dan mana variabel
                        y. Kedua variabel bisa saling dipertukarkan.
                     Nilai r hanya untuk mengukur kekuatan hubungan linier, dan tidak dirancang untuk
                        mengukur hubungan non linier
               Asumsi
               Asumsi untuk analisis korelasi:
                    1. Sampel data berpasangan (x, y) berasal dari sampel acak dan merupakan data
                        kuantitatif.
                    2. Pasangan data (x, y) harus berdistribusi normal.
               Harus diingat bahwa analisis korelasi sangat sensitif terhadap data pencilan (outliers)!
               Asumsi bisa dicek secara visual dengan menggunakan:
                     Boxplots, histograms & univariate scatterplots untuk masing-masing variabel
                     Bivariate scatterplots
               Apabila tidak memenuhi asumsi misalnya data tidak berdistribusi normal (atau ada nilai
               data pencilan), kita bisa menggunakan korelasi Spearman (Spearman rank correlation),
               korelasi untuk analisis non-parametrik.
               Koefisien Determinasi
               Koefisien korelasi, r, hanya menyediakan ukuran kekuatan dan arah hubungan linier antara
               dua variabel. Akan tetapi tidak memberikan informasi mengenai berapa proporsi
               keragaman (variasi) variabel dependen (Y) yang dapat diterangkan atau diakibatkan oleh
               hubungan linier dengan nilai variabel independen (X). Nilai r tidak bisa dibandingkan secara


21 | P a g e
langsung, misalnya kita tidak bisa mengatakan bahwa nilai r = 0.8 merupakan dua kali lipat
               dari nilai r =0.4.
               Untungnya, nilai kuadrat dari r bisa mengukur secara tepat rasio/proposi tersebut, dan
               nilai statistik ini dinamakan dengan Koefisien Determinasi, r2. Dengan demikian, Koefisien
               Determinasi bisa didefinisikan sebagai nilai yang menyatakan proporsi keragaman Y yang
               dapat diterangkan/dijelaskan oleh hubungan linier antara variabel X dan Y.
               Misalnya, apabila nilai korelasi (r) antara Serapan N dengan hasil = 0.8, maka r2 = 0.8 x 0.8
               = 0.64=64%. Hal ini berarti bahwa 64% keragaman Hasil padi bisa diterangkan/dijelaskan
               oleh tinggi rendahnya Serapan N. Sisanya, sebesar 36% mungkin disebabkan oleh faktor
               lain dan atau error (galat) dari percobaan.
               Pengujian Koefisien Korelasi
               Terdapat dua metode yang biasa digunakan untuk menguji kebermaknaan koefisien
               korelasi. Metode pertama dengan menggunakan Uji-t dan Metode kedua dengan
               menggunakan tabel r.
               Bagan Alir untuk pengujian hipotesis:




               Catatan:
               Nilai tabel kritis r bisa di lihat pada tabel di bawah ini.




22 | P a g e
Faktor yang akan mempengaruhi nilai uji korelasi:
               Ukuran koefisien korelasi dan ukuran/banyaknya sampel.


     8. ANALISIS REGRESI
         A. Definisi Analisis Regresi
            Analisis regresi dipakai apabila kita ingin meramalkan pengaruh sebuah variabel pediktur
            dengan sebuah variabel kriterium atau ingin membuktikan bahwa terdapat atau tidak
            terdapatnya hubungan fungsional antara sebuah variabel bebas dengan variabel
            terkaitnya. Pelajaran yang mneyangkut masalah ini disebut analisis regresi. Hubungan
            fungsional antara satu variabel kriterium disebut analisis regeresi tunggal, sedangkan
            hubungan fungsional yang lebih dari satu variabel analisis regresi ganda.
         B. Guna Analisis Regresi
            Analisis regresi berguna untuk mendapatkan hubungan fungsional antara dua variabel atau
            lebih atau mendapatkan pengaruh antara variabel prediktur terhadap variabel
            kriteriumnya atau meramalkan pengaruh variabel prediktur terhadap variabel
            kriteriumnya.
         C. Asumsi Agar Analisis Regresi Dapat Digunakan
            1) Variabel yang dicari hubungan fungsionalnya mempunyai data yang berdistribusi
                 normal.
            2) Variabelnya tidak acak, sedangkan variabelnya harus acak.
            3) Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang sama pula.
            4) Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval atau rasio.


     9. UJI T
         A. Definisi Uji T
              Uji t menguji apakah rata-rata suatu populasi sama dengan suatu harga tertentu atau
              apakah rata-rata dua populasi sama/berbeda secara signifikan.
        A. Macam Uji T
             1). Uji t satu sampel (Uji t Satu Sampel (One Sample t Test)




23 | P a g e
Menguji apakah satu sampel sama/berbeda dengan rata-rata populasinya.
                   •     hitung rata-rata dan std. dev (s)
                   •     df = n – 1
                   •     tingkat signifikansi ( = 0.025 atau 0.05)
                   •     pengujian apakah menggunakan 1 ekor atau 2 ekor
                   •     diperoleh t hitung ; lalu bandingkan dengan t tabel : jika t hitung > t tabel Ho ditolak
                        Contoh :
                        Peneliti ingin mengetahui apakah karyawan yang bekerja selama 8 tahun memang
                        berbeda dibandingkan dengan karyawan lainnya.
                        Ho : p1 = p2
                        Diperoleh rata2 = 17.26 ; std. Dev = 7.6 ; df = 89 ; t hitung = 11.55
                        Berdasarkan tabel df=89 dan = 0.05 diperoleh t tabel = 1.987
                        Kesimpulan : t hitung > t tabel sehingga Ho ditolak
                        Karyawan yang bekerja selama 8 tahun secara signifikan berbeda dengan karyawan
                        lainnya.
               2). Uji t dua sampel bebas
                   Menguji apakah rata-rata dua kelompok yang tidak berhubungan sama/berbeda.




                  Contoh :
                  Peneliti ingin mengetahi apakah ada perbedaan penghasilan dosen antara dosen yang
                  lulusan S2 dengan yang lulusan S3
                  Ho : Pb = Pk
                  Diperoleh : rata2 x = 1951613 ; y = 2722222 ; t hitung = - 7.369
                  Berdasarkan tabel df=69 dan = 0.025 diperoleh t tabel = 1.994
                  Kesimpulan : t hitung > t tabel sehingga Ho ditolak
                  Rata-rata penghasilan dosen yang S2 berbeda secara signifikan dengan penghasilan
                  dosen yang S3.


     10. UJI F
         A. Definisi Uji F
             * Uji statistik F adalah menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksud
                 dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
                 dependen.
             * Dengan membandingkan probabilitas (pada tabel Anova tertulis Sig) dengan taraf
                 nyatanya (0,05 atau 0,01).
             * Jika probabilitas > 0,05 maka model ditolak
             * Jika probabilitas < 0,05 maka model diterima.

                                                               ANOVAb


                                                 Sum of
                           Model                 Squares       df        Mean Square     F       Sig.
                           1       Regression    2514.175            4       628.544   104.211      .000a
                                   Residual       572.987           95         6.031
                                   Total         3087.162           99
                             a. Predictors: (Const ant), SIZE, EARNS, SAVING, WEALTH
                             b. Dependent Variable: INCOME



24 | P a g e
25 | P a g e

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptx
BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptxBAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptx
BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptxBisnisIklan
 
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)19091997sovi
 
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uasPasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uasrobbiatul Adawiyah
 
Konsumsi dan Investasi
Konsumsi dan InvestasiKonsumsi dan Investasi
Konsumsi dan InvestasiAry Efendi
 
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva PhillipsInflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva PhillipsMuhammad Rafi Kambara
 
Pertanyaan dan jawaban presentasi kelompok 3
Pertanyaan dan jawaban presentasi kelompok 3Pertanyaan dan jawaban presentasi kelompok 3
Pertanyaan dan jawaban presentasi kelompok 3natal kristiono
 
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiKonsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiEarly Ridho Kismawadi
 
Metode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBMetode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBIndra Yu
 
Analisa Ekonomi Dua (2) Sektor "Rumah Tangga dan Perusahaan
Analisa Ekonomi Dua (2) Sektor "Rumah Tangga dan PerusahaanAnalisa Ekonomi Dua (2) Sektor "Rumah Tangga dan Perusahaan
Analisa Ekonomi Dua (2) Sektor "Rumah Tangga dan PerusahaanVadhalna Zulkarnaen
 
Keseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan NasionalKeseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan NasionalYesica Adicondro
 
Barang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privatBarang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privatAriee Moeslim
 
Bab 10 keseimbangan pasar uang
Bab 10   keseimbangan pasar uangBab 10   keseimbangan pasar uang
Bab 10 keseimbangan pasar uangYusron Blacklist
 
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregatpengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregatHasnah Rhiriesad
 
Konsep Dasar Statistik Data
Konsep Dasar Statistik DataKonsep Dasar Statistik Data
Konsep Dasar Statistik DataDiah Ayu W
 
Regresi dengan Variabel Dummy, Mediasi, dan Moderasi
Regresi dengan Variabel Dummy, Mediasi, dan ModerasiRegresi dengan Variabel Dummy, Mediasi, dan Moderasi
Regresi dengan Variabel Dummy, Mediasi, dan ModerasiTrisnadi Wijaya
 

Was ist angesagt? (20)

Pengangguran
PengangguranPengangguran
Pengangguran
 
BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptx
BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptxBAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptx
BAB7.TEORI PERILAKU PRODUSEN.pptx
 
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
 
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uasPasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
 
Konsumsi dan Investasi
Konsumsi dan InvestasiKonsumsi dan Investasi
Konsumsi dan Investasi
 
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva PhillipsInflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
 
Pertanyaan dan jawaban presentasi kelompok 3
Pertanyaan dan jawaban presentasi kelompok 3Pertanyaan dan jawaban presentasi kelompok 3
Pertanyaan dan jawaban presentasi kelompok 3
 
PEMIKIRAN MAZHAB KLASIK
PEMIKIRAN MAZHAB KLASIKPEMIKIRAN MAZHAB KLASIK
PEMIKIRAN MAZHAB KLASIK
 
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiKonsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
 
Metode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBMetode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDB
 
Analisa Ekonomi Dua (2) Sektor "Rumah Tangga dan Perusahaan
Analisa Ekonomi Dua (2) Sektor "Rumah Tangga dan PerusahaanAnalisa Ekonomi Dua (2) Sektor "Rumah Tangga dan Perusahaan
Analisa Ekonomi Dua (2) Sektor "Rumah Tangga dan Perusahaan
 
Keseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan NasionalKeseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan Nasional
 
Barang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privatBarang publik dan barang privat
Barang publik dan barang privat
 
Bab 10 keseimbangan pasar uang
Bab 10   keseimbangan pasar uangBab 10   keseimbangan pasar uang
Bab 10 keseimbangan pasar uang
 
Analisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LMAnalisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LM
 
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregatpengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
 
Konsep Dasar Statistik Data
Konsep Dasar Statistik DataKonsep Dasar Statistik Data
Konsep Dasar Statistik Data
 
Regresi dengan Variabel Dummy, Mediasi, dan Moderasi
Regresi dengan Variabel Dummy, Mediasi, dan ModerasiRegresi dengan Variabel Dummy, Mediasi, dan Moderasi
Regresi dengan Variabel Dummy, Mediasi, dan Moderasi
 
Sistem Ekonomi
Sistem EkonomiSistem Ekonomi
Sistem Ekonomi
 
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
 

Andere mochten auch

Soal dan pembahasan statistika
Soal dan pembahasan statistikaSoal dan pembahasan statistika
Soal dan pembahasan statistikasatriyo buaya
 
Contoh soal statistika & peluang beserta jawabannya
Contoh soal statistika & peluang beserta jawabannyaContoh soal statistika & peluang beserta jawabannya
Contoh soal statistika & peluang beserta jawabannyaVidi Al Imami
 
Penyelesaian soal uts statistika dan probabilitas 2013
Penyelesaian soal uts statistika dan probabilitas 2013Penyelesaian soal uts statistika dan probabilitas 2013
Penyelesaian soal uts statistika dan probabilitas 2013andibutsiawan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1
ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1
ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1Fransiska Puteri
 
Mtk modelmatematika
Mtk modelmatematikaMtk modelmatematika
Mtk modelmatematikaelissofi
 
8. Ragam atau Varians
8. Ragam atau Varians8. Ragam atau Varians
8. Ragam atau Varianswidi1966
 
Skala pengukuran
Skala pengukuran Skala pengukuran
Skala pengukuran Lili Lulu
 
Pengantar statistika 4
Pengantar statistika 4Pengantar statistika 4
Pengantar statistika 4Az'End Love
 
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2ariefmcty
 
Contoh analisis statistik
Contoh analisis statistik Contoh analisis statistik
Contoh analisis statistik Indra Fibiona
 
Cluster & multi satge random sampling
Cluster & multi satge random samplingCluster & multi satge random sampling
Cluster & multi satge random samplingrifansahDua1
 
Statistika Deskriptif
Statistika DeskriptifStatistika Deskriptif
Statistika DeskriptifIrmaya Yukha
 
MATEMATIKA TERAPAN (MODUS, MEAN, MEDIAN, VARIAN, SIMPANGAN BAKU, REGRESI)
MATEMATIKA TERAPAN (MODUS, MEAN, MEDIAN, VARIAN, SIMPANGAN BAKU, REGRESI)MATEMATIKA TERAPAN (MODUS, MEAN, MEDIAN, VARIAN, SIMPANGAN BAKU, REGRESI)
MATEMATIKA TERAPAN (MODUS, MEAN, MEDIAN, VARIAN, SIMPANGAN BAKU, REGRESI)afifsalim
 
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik Deskriptif
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik DeskriptifBab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik Deskriptif
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik DeskriptifCabii
 
Laporan akhir mata kuliah statistik buku panduan alat analisis statistik
Laporan akhir mata kuliah statistik buku panduan alat analisis statistikLaporan akhir mata kuliah statistik buku panduan alat analisis statistik
Laporan akhir mata kuliah statistik buku panduan alat analisis statistikNaura Asma Sinaracute
 

Andere mochten auch (20)

Soal dan pembahasan statistika
Soal dan pembahasan statistikaSoal dan pembahasan statistika
Soal dan pembahasan statistika
 
Contoh soal statistika & peluang beserta jawabannya
Contoh soal statistika & peluang beserta jawabannyaContoh soal statistika & peluang beserta jawabannya
Contoh soal statistika & peluang beserta jawabannya
 
Penyelesaian soal uts statistika dan probabilitas 2013
Penyelesaian soal uts statistika dan probabilitas 2013Penyelesaian soal uts statistika dan probabilitas 2013
Penyelesaian soal uts statistika dan probabilitas 2013
 
ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1
ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1
ITP UNS SEMESTER 2 Statistik nonparametrik 1
 
Tugas latihan hakikat1
Tugas latihan hakikat1Tugas latihan hakikat1
Tugas latihan hakikat1
 
Pembahasan Anova
Pembahasan AnovaPembahasan Anova
Pembahasan Anova
 
Mtk modelmatematika
Mtk modelmatematikaMtk modelmatematika
Mtk modelmatematika
 
Tugas statistika 3
Tugas statistika 3Tugas statistika 3
Tugas statistika 3
 
BUKU Survey Perilaku Anti Korupsi 2013
BUKU Survey Perilaku Anti Korupsi 2013BUKU Survey Perilaku Anti Korupsi 2013
BUKU Survey Perilaku Anti Korupsi 2013
 
8. Ragam atau Varians
8. Ragam atau Varians8. Ragam atau Varians
8. Ragam atau Varians
 
Skala pengukuran
Skala pengukuran Skala pengukuran
Skala pengukuran
 
Populasi dan Sampel
Populasi dan SampelPopulasi dan Sampel
Populasi dan Sampel
 
Pengantar statistika 4
Pengantar statistika 4Pengantar statistika 4
Pengantar statistika 4
 
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
 
Contoh analisis statistik
Contoh analisis statistik Contoh analisis statistik
Contoh analisis statistik
 
Cluster & multi satge random sampling
Cluster & multi satge random samplingCluster & multi satge random sampling
Cluster & multi satge random sampling
 
Statistika Deskriptif
Statistika DeskriptifStatistika Deskriptif
Statistika Deskriptif
 
MATEMATIKA TERAPAN (MODUS, MEAN, MEDIAN, VARIAN, SIMPANGAN BAKU, REGRESI)
MATEMATIKA TERAPAN (MODUS, MEAN, MEDIAN, VARIAN, SIMPANGAN BAKU, REGRESI)MATEMATIKA TERAPAN (MODUS, MEAN, MEDIAN, VARIAN, SIMPANGAN BAKU, REGRESI)
MATEMATIKA TERAPAN (MODUS, MEAN, MEDIAN, VARIAN, SIMPANGAN BAKU, REGRESI)
 
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik Deskriptif
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik DeskriptifBab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik Deskriptif
Bab 3. Ukuran-Ukuran Numerik Statistik Deskriptif
 
Laporan akhir mata kuliah statistik buku panduan alat analisis statistik
Laporan akhir mata kuliah statistik buku panduan alat analisis statistikLaporan akhir mata kuliah statistik buku panduan alat analisis statistik
Laporan akhir mata kuliah statistik buku panduan alat analisis statistik
 

Ähnlich wie Tugas matematika terapan & statistik (1) dewi ol

Materi_Statistika_PPT_Power_Point.pptx
Materi_Statistika_PPT_Power_Point.pptxMateri_Statistika_PPT_Power_Point.pptx
Materi_Statistika_PPT_Power_Point.pptxPANNI6
 
Materi statistik 2013 tbi pba.doc
Materi statistik 2013 tbi pba.docMateri statistik 2013 tbi pba.doc
Materi statistik 2013 tbi pba.docShinta Ari Herdiana
 
09-analisis-data.ppt
09-analisis-data.ppt09-analisis-data.ppt
09-analisis-data.ppttugaskampus3
 
09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.ppt
09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.ppt09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.ppt
09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.pptnasrudinharahap38
 
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...ssuser3d5ddb
 
4. analisis kuantitatif dan kualitatif
4.  analisis kuantitatif dan kualitatif4.  analisis kuantitatif dan kualitatif
4. analisis kuantitatif dan kualitatifFamous3_
 
Pengantar Statistika Pendidikan
Pengantar Statistika PendidikanPengantar Statistika Pendidikan
Pengantar Statistika PendidikanTopanSeptiady
 
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik2. ruang lingkup, data, sumber data statistik
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik1234567898765432112345
 
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik2. ruang lingkup, data, sumber data statistik
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik1234567898765432112345
 
lutfi salisa s - j1f111030
lutfi salisa s - j1f111030lutfi salisa s - j1f111030
lutfi salisa s - j1f111030Salisa Setiawati
 
Pengaruh posisi duduk saat perkuliahan di fmipa unlam banjarbaru
Pengaruh posisi duduk saat perkuliahan di fmipa unlam banjarbaruPengaruh posisi duduk saat perkuliahan di fmipa unlam banjarbaru
Pengaruh posisi duduk saat perkuliahan di fmipa unlam banjarbaruAldima Arifiyanto
 
Analisis data dan interpretasi
Analisis data dan interpretasiAnalisis data dan interpretasi
Analisis data dan interpretasiKartika Lukitasari
 
Kelompok 1 statistik terapan (1)
Kelompok  1 statistik terapan (1)Kelompok  1 statistik terapan (1)
Kelompok 1 statistik terapan (1)jaksonsimbolon
 
Ppt analisa data
Ppt analisa dataPpt analisa data
Ppt analisa datasyaiful17
 
Ringkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliah
Ringkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliahRingkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliah
Ringkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliahyusyffaa
 
Tugas laporan metpen
Tugas laporan metpenTugas laporan metpen
Tugas laporan metpenFajar Apriadi
 
Makalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistikaMakalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistikaSiti_Rita_Anita
 

Ähnlich wie Tugas matematika terapan & statistik (1) dewi ol (20)

Materi_Statistika_PPT_Power_Point.pptx
Materi_Statistika_PPT_Power_Point.pptxMateri_Statistika_PPT_Power_Point.pptx
Materi_Statistika_PPT_Power_Point.pptx
 
Materi statistik 2013 tbi pba.doc
Materi statistik 2013 tbi pba.docMateri statistik 2013 tbi pba.doc
Materi statistik 2013 tbi pba.doc
 
09-analisis-data.ppt
09-analisis-data.ppt09-analisis-data.ppt
09-analisis-data.ppt
 
09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.ppt
09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.ppt09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.ppt
09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.ppt
 
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...
 
4. analisis kuantitatif dan kualitatif
4.  analisis kuantitatif dan kualitatif4.  analisis kuantitatif dan kualitatif
4. analisis kuantitatif dan kualitatif
 
Pengantar Statistika Pendidikan
Pengantar Statistika PendidikanPengantar Statistika Pendidikan
Pengantar Statistika Pendidikan
 
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik2. ruang lingkup, data, sumber data statistik
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik
 
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik2. ruang lingkup, data, sumber data statistik
2. ruang lingkup, data, sumber data statistik
 
Biostatistik
BiostatistikBiostatistik
Biostatistik
 
penelitian-dan-statistika.ppt
penelitian-dan-statistika.pptpenelitian-dan-statistika.ppt
penelitian-dan-statistika.ppt
 
lutfi salisa s - j1f111030
lutfi salisa s - j1f111030lutfi salisa s - j1f111030
lutfi salisa s - j1f111030
 
3 biostatistik
3 biostatistik3 biostatistik
3 biostatistik
 
Pengaruh posisi duduk saat perkuliahan di fmipa unlam banjarbaru
Pengaruh posisi duduk saat perkuliahan di fmipa unlam banjarbaruPengaruh posisi duduk saat perkuliahan di fmipa unlam banjarbaru
Pengaruh posisi duduk saat perkuliahan di fmipa unlam banjarbaru
 
Analisis data dan interpretasi
Analisis data dan interpretasiAnalisis data dan interpretasi
Analisis data dan interpretasi
 
Kelompok 1 statistik terapan (1)
Kelompok  1 statistik terapan (1)Kelompok  1 statistik terapan (1)
Kelompok 1 statistik terapan (1)
 
Ppt analisa data
Ppt analisa dataPpt analisa data
Ppt analisa data
 
Ringkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliah
Ringkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliahRingkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliah
Ringkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliah
 
Tugas laporan metpen
Tugas laporan metpenTugas laporan metpen
Tugas laporan metpen
 
Makalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistikaMakalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistika
 

Tugas matematika terapan & statistik (1) dewi ol

  • 1. Pendahuluan (1) Matematika Terapan dan Statistik Tugas Mata Kuliah Matematika Terapan dan Statistika Dosen Pengajar Bp. Ir. H. Sumirin, MS Disusun Oleh : Dewi Rimayani, ST MTS.12.21.1.0442 PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
  • 2. PENDAHULUAN 1. STATISTIKA A. Pengertian Statistika Istilah statistik berasal dari bahasa latin “status” yang artinya suatu negara. Suatu kegiatan pengumpulan data yang ada hubungannya dengan kenegaraan, misalnya data mengenai penduduk, data mengenai penghasilan dan sebagainya, yang lebih berfungsi untuk melayani keperluan administrasi. Secara kebahasaan, statistik berarti catatan angka-angka (bilangan); perangkaan; data yang berupa angka-angka yang dikumpulkan, ditabulasi, dikelompokkan, sehingga dapat memberi informasi yang berarti mengenai suatu masalah, gejala atau peristiwa (depdikbud, 1994). Menurut Sutrisno Hadi (1995) Statistik adalah untuk menunjukkan kepada pencatatan angka- angka dari suatu kejadian atau kasus tertentu. Selaras dengan apa yang didefinisikan oleh Sudjana (1995:2) bahwa statistik adalah kumpulan fakta berbentuk angka yang disusun dalam daftar atau tabel dan atau diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan. Statistika beda halnya dengan statistik, statistika yang dalam bahasa Inggris “statistics” (ilmu statistik), ilmu tentang cara-cara mengumpulkan, mentabulasi dan menggolongkan, menganalisis dan mencari keterangan yang berarti dari data yang berupa angka. Statistika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mengumpulkan, menabulasi, menggolong-golongkan, menganalisis, dan mencari keterangan yang berarti dari data yang berupa bilangan-bilangan atau angka, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan atau keputusan tertentu. Selain itu, Statistika juga merupakan cabang ilmu matematika terapan yang terdiri dari teori dan metoda mengenai bagaimana cara mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasi, menghitung, menjelaskan, mensintesis, menganalisis, dan menafsirkan data yang diperoleh secara sistematis. Dengan demikian, didalamnya terdiri dari sekumpulan prosedur mengenai bagaimana cara: · Mengumpulkan data · Meringkas data · Mengolah data · Menyajikan data · Menarik kesimpulan dan interpretasi data berdasarkan kumpulan data dan hasil analisisnya Sedangkan dalam dunia pendidikan, statistika membahas tentang prinsip-prinsip, metode, dan prosedur yang digunakan sebagai cara pengumpulan, menganalisa serta menginterpretasikan sekumpulan data yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Beberapa pengertian statistika yang lain :  Merupakan bagian dari matematika yang membahas rumus untuk mengumpulkan, menggambarkan atau menyajikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data kuantitatif [Webster New Collegiate Distionary]  Merupakan cabang dari metode ilmiah yang menggunakan data didapatkan dengan menghitung atau mengukur bagian populasi [Kendall & Stuart]  Membahas metode penarikan kesimpulan dari hasil percobaan atau proses [Fraser]  Sebagai teknologi metoda ilmiah yang membahas rancangan percobaan dan investigasi serta inferensia statistika [Mood]  Membahas rancangan percobaan atau survai sampling untuk mendapatkan sejumlah informasi tertentu dan penggunaan informasi secara optimal dalam pembuatan inferensia tentang populasi. 1|Page
  • 3. B. Klasifikasi Metode Statistika 1) Statistika Deskriptif Statistika deskriptif adalah statistika yang mempelajari bagaimana caranya mengumpulkan data, mengolah data, menyajikan data, menganalisis data. Bertujuan memberikan gambaran terhadap data-data pada variabel yang digunakan dalam penelitian. 2) Statistika Induktif (Inferens) Statistika inferens adalah statistika yang mempelajari bagaimana caranya mengumpulkan data, mengolah data, menyajikan data, menganalisis data, membuat kesimpulan dan mengambil keputusan. Hal ini berhubungan dengan generalisasi informasi, atau secara lebih khusus, dengan menarik kesimpulan tentang populasi yang didasarkan pada sampel yang ditarik dari populasinya. Jika tujuan penelitian hanya sebatas ingin mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian, maka metode analisis deskriptif dirasa sudah cukup. Misalnya ingin mengetahui besaran- besaran parameter tendensi sentral, seperti: mean, median, modus, standar deviasi atau varian dalam mendeskripsikan karakteristik variabel Jika tujuan penelitian akan melakukan pengujian terhadap hipotesis (inferensial) dapat digunakan metode analisis verifikatif. Metode analisis verifikatif mengenal dua jenis analisis statitistik yang dapat digunakan, yakni statistik parametrik atau statistik non-parametrik Dilihat dari jumlah variabel yang digunankan, metode statistik dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu : 1) Statistika univariate, digunakan untuk penelitian dengan satu variabel 2) Statistika bivariate, digunakan untuk penelitian dengan 2 variabel penelitian 3) Statistik multivariate, digunakan untuk penelitian yang menggunakan lebih dari dua variabel penelitian. C. Keuntungan Menggunakan Statistika 1) Dengan prosedur tertentu kita dapat menggunakan hanya sebagian dari data (sampel) untuk mengambil kesimpulan yang berlaku untuk keseluruhan (populasi). 2) Dengan prosedur tertentu kita dapat menggunakan hanya sebagian dari data (sampel) untuk mengambil kesimpulan yang berlaku untuk keseluruhan (populasi). 3) Statistika dilengkapi dengan informasi kesalahan ataupun tingkat kecocokan (goodness of fit) dari hasil yang diperoleh. 4) Dimungkinkan untuk mengambil kesimpulan atau keputusan dengan kesalahan yang dapat dikendalikan dan dengan biaya yang lebih murah, serta waktu yang lebih singkat. 2. VARIABLE A. Definisi Variabel Variable adalah suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Dengan menngunakan variable, kita akan memperoleh lebih mudah memahami permasalahan. Hal ini dikarenakan kita seolah-olah sudah mendapatkan jawabannya. Biasanya bentuk soal yang menggunakan teknik ini adalah soal counting (menghitung) atau menentukan suatu bilangan . dalam penelitian sains, variabel adalah bagian penting yang tidak bias dihilangkan. 2|Page
  • 4. Variabel berasal dari kata “vary” dan “able” yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi, secara harfiah variabel berarti dapat berubah, sehingga setiap variabel dapat diberi nilai dan nilai itu berubah-ubah. Nilai tersebut bisa kuntitatif (terukur dan atau terhitung, dapat dinyatakan dengan angka) juga bisa kualitatif (jumlah dan derajat atributnya yang dinyatakan dengan nilai mutu). Variabel merupakan element penting dalam masalah penelitian. Dalam statistik, variabel didefinisikan sebagai konsep, kualitas, karakteristik, atribut, atau sifat-sifat dari suatu objek (orang, benda, tempat, dll) yang nilainya berbeda-beda antara satu objek dengan objek lainnya dan sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Karakteristik adalah ciri tertentu pada obyek yang kita teliti, yang dapat membedakan objek tersebut dari objek lainnya, sedangkan objek yang karakteristiknya sedang kita amati dinamakan satuan pengamatan dan angka atau ketegori (nilai mutu) tertentu dari suatu objek yang kita amati dinamakan variate (nilai). Kumpulan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran atau penghitungan suatu variabel dinamakan dengan data. 1). Sutrisno Hadi Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi, misalnya jenis kelamin karena jenis kelamin mempunyai variasi laki-laki dan perempuan. 2). Freddy Rangkuti Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, maka nilai variabel dapat dibedakan menjadi empat tingkatan skala, yaitu: nominal, ordinal, internal dan rasio. 3). Robbins Pearson Variabel adalah semua karakteristik umum yang dapat diukur dan dapat berubah dalam keluasan, intensitas, atau keduanya. B. Pembagian Variabel Variabel bisa dibagi berdasarkan: Perananan, cara pengukuran, dan bisa tidaknya diukur secara langsung. B.1. Berdasarkan Fungsi/Peranannya dalam penelitian Dalam penelitian kuantitatif, variabel yang telah didefinisikan secara operasional, biasanya dibagi menjadi variabel bebas (independent: aktif atau atribut), variabel terikat (dependent), dan variabel asing/ekstra/tambahan (extraneous) yang bukan merupakan subjek dari penelitian yang sedang dipelajari dan berada di luar pengamatan/kajian utama penelitian. Pemahaman tentang variabel extraneous ini sangat penting, karena variabel ini bisa saja bersaing dengan variabel independent dan bisa mengacaukan/membingungkan dalam menjelaskan pola hubungan antara variabel independent dan variabel dependent. Oleh karena itu, dalam menentukan hubungan sebab akibat, kita seharusnya mengidentifikasi ada tidaknya variabel extraneous yang terbukti dapat mempengaruhi variabel dependent. Apabila ada, maka variabel ekstraneous tersebut disebut dengan variabel confounding. Variabel Confounding sebaiknya di kontrol atau dimasukkan ke dalam model. Apabila tidak, kita tidak akan yakin bahwa perubahan variabel dependent tersebut hanya disebabkan oleh variabel independent saja. Untuk memahami variabel-variabel dalam penelitian, perhatikan contoh kasus berikut: Apabila kita ingin melihat pengaruh pemberian dosis pupuk yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman, maka: Variabel Dependent =>Pertumbuhan tanaman Variabel Independent=>Dosis Pupuk Variabel Extraneous =>Varietas/Kultivar Jenis Pupuk Tingkat Kesuburan Tanah 3|Page
  • 5. Jenis Tanah Ukuran Petak/Pot Penyinaran Matahari Temperatur Kelembaban a. Variabel Independent (IV). Variable independent adalah variabel yang merupakan penyebab atau yang mempengaruhi variabel dependent (DV) atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel dependent (DV). Apabila variabel IV berubah, maka variabel DV juga akan berubah. Variable independent merupakan variable yang faktornya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, variabel independent disebut juga sebagai peubah bebas dan sering juga disebut dengan variable bebas, stimulus, faktor, treatment, predictor, input, atau antecedent. Sebagai Contoh: Pengaruh metode mengajar terhadap Prestasi siswa. =>Variabel independent adalah Metode Mengajar. Pengaruh Pupuk Organik terhadap hasil tanaman tomat. =>Variabel independent adalah Pupuk Organik. Metode mengajar dan pupuk organik bisa dimanipulasi atau ditentukan oleh peneliti. Tidak semua variabel independent bisa dimanipulasi, misalnya attribute yang sudah melekat pada suatu objek. Contohnya: Jenis Kelamin, Usia, Kemiringan lereng, ketinggian tempat, dsb. b. Variabel Dependent (DV). Variable dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel independent. Variabel dependent, dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah tak bebas, variabel terikat, tergantung, respons, variabel output, criteria, atau konsekuen. Variabel ini merupakan fokus utama dari penelitian. Variabel inilah yang nilainya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh dari variabel independent. Nilainya bisa beragam dan tergantung pada besarnya perubahan variabel independent. Artinya, setiap terjadi perubahan (penambahan/pengurangan) sekian kali satuan variabel independen, diharapkan akan menyebakan variabel dependen berubah (naik/turun) sekian satuan juga. Secara matematis, hubungan tersebut 4|Page
  • 6. mungkin bisa digambarkan dalam bentuk persamaan Y = a + bX. Misalnya, Y = Hasil (ton) dan X = pupuk Urea (kg), maka setiap pupuk urea dinaikkan/atau diturunkan sebesar b (kg), maka hasil naik/turun sebesar b (ton) dan apabila tidak di berikan pupuk (b=0), maka hasilnya adalah sebesar a (ton). Pola hubungan antara kedua variabel tersebut bisanya di kaji dalam penelitian asosiasi atau prediksi, biasanya diuji dengan menggunakan Analisis Regresi. Berbeda dengan contoh pengaruh metode mengajar terhadap keberhasilan siswa, skala pengukuran variabel independentnya bukan merupakan variabel interval atau rasio, sehingga untuk melihat pengaruh dari variabel independet terhadap variabel dependent lebih tepat dengan menggunakan Analisis Varians (ANOVA). Dengan Anova tersebut kita bisa menentukan ada tidaknya perbedaan diantara metode mengajar, dan apabila ada, kita bisa menentukan metode mengajar yang lebih baik atau terbaik. c. Varibel Moderator Variabel moderator merupakan variabel khusus dari variabel independent. Dalam analisis hubungan yang menggunakan minimal dua variabel, yakni satu variabel dependen dan satu atau beberapa variabel independen, adakalanya hubungan di antara kedua variabel tersebut dipengaruhi oleh variabel ketiga, yaitu faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik yang kita gunakan. Variabel tersebut dinamakan dengan variabel moderator. Variabel moderator ini adalah variabel lain yang bisa memperkuat atau memperlemah hubungan antar variabel independen (bebas) dan variabel dependen (tak bebas). Dalam Analisis Varians (Anova), pengaruh dari variabel moderator ini bisa direfresentasikan sebagai pengaruh interaksi antara variabel independent (faktor) utama dengan variabel moderator (Baron and Kenny, 1986: p. 1174). Variabel ini bisa diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk mengetahui apakah keberadaannya akan mempengaruhi hubungan antara variable bebas dan variabel terikat. Secara skematis, hubungan di antara ketiga variabel tersebut bisa diilustrasikan seperti pada gambar berikut: Contoh kasus 1: Perhatikan, sebuah penelitian untuk melihat perbedaan diantara dua metode mengajar statistika, misal Metoda A dan Metode B. Jika siswa laki-laki lebih baik dengan Metode A, sedangkan siswa perempuan lebih baik dengan Metode B, maka jenis kelamin merupakan variabel moderator. 5|Page
  • 7. Contoh Kasus 2: Misalnya pengaruh pupuk anorganik terhadap hasil tanaman padi. Hasil analisis menunjukkan tidak ada pengaruh penggunaan pupuk anorganik terhadap hasil padi, padahal secara teoritis harusnya terjadi perbedaan. Mengapa demikian?? Setelah diselidiki, ternyata ada variabel lain (misalnya varietas) yang tidak dimasukkan ke dalam model ataupun tidak dikontrol (diseragamkan), sehingga ikut mempengaruhi keragaman hasil padi. Variabel tersebut adalah variabel moderator, yang seharusnya dimasukkan juga ke dalam model. Hal ini misalnya ditunjukkan dengan adanya perbedaan respon di antara varietas padi. Varietas unggulan lebih responsif terhadap pupuk anorganik, sedangkan varietas lokal tidak terlalu responsif bahkan cenderung hasilnya cenderung menurun. Contoh kasus 3: Pengaruh Pelatihan terhadap Prestasi kerja. Misalnya pelatihan yang diikuti staf administrasi suatu perguruan tinggi dengan harapan bisa meningkatkan ketrampilan dalam menyelesaikan tugas-tugas administrasi. Seluruh karyawan yang diikutsertakan memiliki jenjang pendidikan yang sama, D3. Setelah pelatihan selesai kemudian dilakukan tes ketrampilan. Setelah diamati, ternyata kemampuan karyawan yang berasal dari D3 Manajemen, memiliki ketrampilan yang lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang berasal D3 Pertanian. Jelas disini bahwa adanya perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan kemampuan dalam menyerap materi yang disampaikan ketika melaksanakan pelatihan. Karyawan D3 manajemen lebih antusias dalam mengikuti Pelatihan dibandingkan dengan D3 Pertanian karena mereka relatif lebih mudah dalam memahami materi (sesuai dengan bidangnya). Pada contoh kasus tersebut pelatihan adalah variabel independen, prestasi kerja adalah variabel dependen, dan latar belakang pendidikan adalah variabel moderator. Dari ketiga contoh kasus tersebut, bisa disimpulkan bahwa variabel moderator berpengaruh nyata (memiliki kontribusi yang signifikan) terhadap kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. d. Variabel Intervening/mediator. Variabel independent dan moderator merupakan variable-variabel kongkrit. Variable tersebut dapat dimanipulasi oleh peneliti dan pengaruhnya dapat dilihat atau diobservasi. Lain halnya dengan variable intervening, variable tersebut bersifat hipotetikal artinya secara kongkrit pengaruhnya tidak kelihatan, tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi hubungan antara variabel independent dan dependent yang sedang diteliti. Penelitian yang melibatkan variabel intervening (mediator/mediating/mediasi/pengganggu) sangat umum dalam bidang sosiologi dan psikologi, seperti ilmu-ilmu perilaku dan penelitian non eksperimental lainnya. Untuk peneliti di bidang eksakta (terutama dalam penelitian eksperimental), 6|Page
  • 8. mungkin tidak terlalu banyak yang mengenal atau melibatkan variabel ini, karena bersifat abstrak dan tidak bisa diukur seperti menurut Tuckman (1988) berikut ini: “… an intervening variable is that factor that theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or manipulate…”. Banyak siswa, saya, bahkan sebagian peneliti yang masih kesulitan dalam membedakan antara variabel moderator dengan variabel pengganggu yang satu ini, intervening (mediator) maksudnya. Variable intervening didefinisikan sebagai variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara Variabel independent dengan Variabel dependent, tetapi tidak dapat dilihat, diukur, dan dimanipulasi; pengaruhnya harus disimpulkan dari pengaruh-pengaruh variabel independent dan atau variable moderat terhadap gejala yang sedang diteliti (Tuckman, 1988). Variabel ini merupakan variabel antara (penyela) yang terletak diantara Variabel independent dan Variabel dependent. Variabel ini bisa digunakan dalam menjelaskan proses hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, misalnya X → T → Y, dimana T adalah variabel intervening yang digunakan untuk menjelaskan pola hubungan antara IV dan DV. Terminologi terakhir, yaitu sebagai variabel antara, konsiten dengan metodologi dan definisi dalam Analisis Struktural Equation Modelling (SEM). Misalnya, X adalah usia dan Y adalah kemampuan membaca, hubungan sebab akibat antara X dan Y bisa dijelaskan oleh variabel Intervening T, misalnya Pendidikan. Dengan demikian, Usia (X) tidak secara langsung mempengaruhi kemampuan membaca (Y), tapi terlebih dahulu melalui variabel intervening, pendidikan (T), atau dengan kata lain, X mempengaruhi T dan selanjutnya T mempengaruhi Y. Contoh: Tingkat pendidikan → jenis pekerjaan → tingkat penghasilan Metode mengajar → motivasi belajar → Prestasi siswa Teknologi baru → budaya → Respon masyarakat Usia → Pengalaman mengendarai → kelihaian mengendarai sepeda motor Contoh di bidang pertanian: Pengaruh pemberian pupuk anorganik terhadap hasil padi. Misalnya saja, varietas sudah dimasukkan ke dalam model atau varietasnya dibuat sama (varietas unggulan), tetapi hasinya tetap saja tidak signifikan. Mengapa?? Setelah diteliti secara seksama, ternyata tanaman padi yang di beri pupuk tersebut misalnya menjadi rentan terhadap serangan penyakit/hama sehingga sebagian besar lahan terkena serangan hama/penyakit, akibatnya hasil padi tidak meningkat. Variabel Intervening adalah Serangan Penyakit/Hama. 7|Page
  • 9. Hubungan ke-4 Variabel: Tambahan: Terdapat beberapa literatur yang mengatakan ada variabel lain selain variabel yang sudah disebutkan di atas, yaitu Variabel Kontrol. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent tidak dikacaukan oleh pengaruh faktor lain yang tidak kita diamati. Dengan kata lain, variabel lain yang dapat mempengaruhi hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, berusaha dihilangkan atau di netralkan atau di kontrol atau diseragamkan! Dengan demikian, diharapkan variabel yang memberi keragaman terhadap variabel dependent hanyalah variabel independent yang ingin dipelajari pengaruhnya, yang dikenal dengan perlakuan atau treatment! B.2. Berdasarkan cara pengukuran  Kuantitatif (diskrit/kontinyu) o Rasio o Interval  Kualitatif o Ordinal à ada tingkatan o Nominal à tidak ada tingkatan B.3. Berdasarkan bisa/tidaknya diukur secara langsung  Variabel teramati (observed variable) o Dapat langsung diamati/diukur o Contoh: umur, jenis kelamin, berat badan  Variabel laten (latent variable) o Tidak dapat langsung diamati/diukur o Contoh: kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, kesehatan 8|Page
  • 10. o Umumnya diukur dengan menggunakan indikator yang berupa variabel teramati, biasanya lebih dari dua variabel indikator. C. Skala Pengukuran Variabel Fokus dari desain penelitian dan analisis statistik adalah studi tentang variabel. Pada saat Anda ingin mempelajari suatu fenomena, langkah pertama adalah mendefinisikan fenomena yang diteliti tersebut, dalam hal ini adalah menentukan variabel-variabel yang kita amati dan selanjutnya menentukan bagaimana cara Anda mengukur variabel tersebut. Proses tersebut dikenal dengan istilah definisi operasional. Jelas disini bahwa untuk memahami suatu fenomena, kita harus memahami dulu istilah variabel dan skala pengukuran. Apabila Anda tidak menentukan secara jelas cara pengukuran variabel yang ingin Anda pelajari, pada akhirnya Anda akan mengalami kebingungan dalam menentukan desain penelitian yang tepat serta dalam menentukan prosedur analisis statistik yang sesuai. Sebagai contoh Fenomena di bidang pertanian. Pada saat Anda mengikuti perlombaan Lomba Lintas Lembah dan Bukit, Tanpa sengaja Anda memperhatikan pertumbuhan beberapa tanaman, pada lokasi tertentu ada tanaman yang tumbuh dengan subur dan ada juga yang merana, he2… Mungkin muncul pertanyaan baru? Kenapa tanaman yang tumbuh di tanah tersebut tumbuh dengan subur sementara di tempat lainnya tidak demikian? Setelah Anda perhatikan dengan seksama, ternyata pada lokasi yang tanamannya tumbuh dengan subur ditemukan banyak mengandung bahan organik yang berasal dari pupuk kandang. Anda bisa menyimpulkan bahwa tanaman subur karena tersedianya hara yang cukup dari pupuk kandang. Namun muncul lagi pertanyaan baru.., apakah semua jenis pupuk kandang pengaruhnya sama terhadap pertumbuhan tanaman? Nah ini baru ide baru.., dan Anda berniat untuk mempelajari pengaruh dari pemberian berbagai jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Langkah pertama adalah menentukan variabel apa saja yang akan dipelajari. Jelas disini ada dua kategori variabel, yaitu variabel penyebab dan variabel akibat. Variabel penyebab dikenal dengan variabel bebas atau Faktor dan variabel akibat adalah variabel terikat (Respons). Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel-variabel tersebut. Misalnya variabel bebasnya adalah jenis pupuk kandang (ayam, domba, sapi) dan variabel terikatnya yang akan di amatinya (respons) adalah kandungan hara di dalam tanah (N, P, K), serapan hara oleh tanaman (N, P, K), pertumbuhan tanaman (diwakili oleh variabel Tinggi tanaman), dan hasil tanaman. Setelah variabelnya ditentukan, selanjutnya adalah menentukan bagaimana cara pengukurannya? Misalnya, indikator yang akan dijadikan pewakil dari karakteristik hasil tanaman adalah berat biji. Bagaimana cara mengukurnya? Cara mengukur berat biji tersebut termasuk pada penentuan skala pengukuran dari variabel berat biji tanaman. Pengukuran adalah dasar dari penyelidikan ilmiah. Segala sesuatu yang kita lakukan dimulai dengan pengukuran objek yang akan kita pelajari. Pengukuran adalah pemberian angka atau kode pada suatu obyek. Terdapat empat Jenis Skala Pengukuran yaitu Nominal, Ordinal, Interval, Ratio. Skala yang paling rendah adalah Nominal dan yang tertinggi adalah Skala Rasio. Skala pengukuran yang lebih tinggi akan memiliki karakteristik skala pengukuran di bawahnya. Misalnya, skala Rasio akan memiliki karakteristik Nominal, Interval, dan Ordinal. C.1. Variabel Nominal/Skala Nominal Variabel nominal merupakan variabel dengan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya dan hanya bisa digunakan untuk klasifikasi kualitatif atau kategorisasi. Artinya, variabel tersebut hanya dapat diukur dari segi apakah karakteristik suatu objek bisa dibedakan dari karekateristik lainnya, tetapi kita tidak dapat mengukur atau bahkan mengurutkan peringkat kategori tersebut. Sebagai contoh, kita dapat mengatakan bahwa jenis kelamin ke 2 orang tersebut berbeda, satu perempuan dan satunya lagi laki-laki. Di sini kita bisa membedakan karakteristik keduanya, tetapi kita tidak bisa mengukur dan mengatakan mana yang “lebih” atau mana yang “kurang” dari kualitas yang diwakili oleh variabel tersebut. Kita hanya bisa memberikan kode/label pada kedua karakteristik tersebut, misalnya angka 0 untuk perempuan dan angka 1 untuk laki-laki. Kode/label angka tersebut bisa saja di tukar. Kode di sana 9|Page
  • 11. hanya berfungsi sebagai pembeda antara kedua objek dan tidak menunjukkan urutan atau kesinambungan. Angka 1 tidak menunjukkan lebih tinggi atau lebih baik di banding 0. Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala nominal hanya tanda “=” atau “≠”. Contoh-contoh variabel nominal lainnya adalah:  jenis tanah,  varietas,  ras,  warna,  bentuk,  kota,  Golongan darah  Jenis penyakit  Agama  Suku  Nomor KTP/SIM/Kartu Pelajar C.2. Variabel Ordinal/ Skala Ordinal Variabel ordinal memungkinkan kita untuk mengurutkan peringkat dari objek yang kita ukur. Dalam hal ini kita bisa mengatakan A “lebih” baik dibanding B atau B “kurang” baik dibanding A, namun kita tidak bisa mengatakan seberapa banyak lebihnya A dibanding B. Dengan demikian, batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah apakah nilai tersebut lebih tinggi, sama, atau lebih rendah daripada nilai yang lain, namun kita tidak bisa mengatakan berapa perbedaan jarak (interval) diantara nilai-nilai tersebut. Contoh umum variabel ordinal adalah status sosial ekonomi keluarga. Sebagai contoh, kita tahu bahwa kelas menengah ke atas lebih tinggi status sosial ekonominya dibanding kelas menengah ke bawah, tapi kita tidak bisa mengatakan berapa lebihnya atau mengatakan bahwa kelas menengah ke atas 18 % lebih tinggi. Pemberian simbol/kode angka pada skala ordinal, selain berfungsi untuk membedakan karakteristik antar objek juga sudah menetukan urutan peringkat dari objek tersebut. Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda “=”, “≠”, “<” dan “>”. Misal kode angka untuk kelas bawah = 0, menengah = 1, dan atas = 2. Angka 0 berbeda dengan 1 ataupun 2 (operator aritmetk: = dan ≠), 0 lebih rendah dibanding 1 (operator aritmetk: < dan >), Contoh:  Tingkat pendidikan atau kekayaan  Tingkat keparahan penyakit  Tingkat kesembuhan  Derajat keganasan kanker C.3. Variabel Interval/ Skala Interval Variabel Interval tidak hanya memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan, mengurutkan peringkatnya, tetapi kita juga bisa mengukur dan membandingkan ukuran perbedaan diantara nilai. Sebagai contoh, suhu, yang diukur dalam derajat Fahrenheit atau Celcius, merupakan skala interval. Kita dapat mengatakan bahwa suhu 50 derajat lebih tinggi daripada suhu 40 derajat, demikian juga suhu 30 derajat lebih tinggi dibanding dengan suhu 20 derajat. Perbedaan selisih suhu antara 40 dan 50 derajat nilainya sama dengan perbedaan suhu antara 20 dan 30 derajat, yaitu 10 derajat. Jelas disini bahwa pada skala interval, selain kita bisa membedakan (mengkategorikan), mengurutkan nilainya, juga bisa di hitung berapa perbedaannya/selisihnya dan jarak atau intervalnya juga dapat dibandingkan. Perbedaan antara kedua nilai pada skala interval sudah punya makna yang berarti, berbeda dengan perbedaan pada skala ordinal yang maknanya tidak berarti. Misalnya, perbedaan antara suhu 40 dan 50 derajat dua kali lebih besar dibandingkan dengan perbedaan antara suhu 30 dan 35. Dengan demikian, selain sudah mencakup sekala nominal, juga sudah termasuk skala ordinal, tetapi nilai mutlaknya tidak dapat 10 | P a g e
  • 12. dibandingkan secara matematik, oleh karena batas-batas variasi nilai pada interval adalah arbiter (angka nolnya tidak absolut). Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda “=”, “≠”, “<”, “>”, “+”, “-”. Misal suhu: 30 +10 = 40 derajat. Contoh Skala Interval lainnya:  Tingkat kecerdasan (IQ)  Beberapa indeks pengukuran tertentu C.4. Variabel Rasio/ Skala Rasio Variabel rasio sangat mirip dengan variabel interval; di samping sudah memiliki semua sifat-sifat variabel interval, juga sudah bisa diidentifikasi titik nol mutlak, sehingga memungkinkan menyatakan rasio atau perbandingan di antara kedua nilai, misalnya x adalah dua kali lebih y. Contohnya adalah berat, tinggi, panjang, usia, suhu dalam skala kelvin. Sebagai contoh, berat A = 70 kg, berat B =35 kg, Berat C = 0 kg. Disini kita bisa membandingkan rasio, misalnya kita bisa mengatakan bahwa berat A dua kali berat B. Berat C = 0 kg, artinya C tidak mempunyai bobot. Angka 0 di sini jelas dan berarti dan angka 0 menunjukkan nilai 0 mutlak. Memang agak sedikit susah dalam membedakan antara skala interval dengan rasio. Kuncinya adalah di angka 0, apakah nilai nol tersebut mutlak (berarti) atau tidak? Sebagai contoh, suhu bisa berupa skala interval tapi bisa juga skala rasio, tergantung pada skala pengukuran yang digunakan. Apabila kita menggunakan skala Celcius atau Fahrenheit, termasuk skala interval, sedangkan apabila Kelvin yang digunakan, suhu termasuk skala rasio. Mengapa? Karena suhu 0 derajat Kelvin adalah mutlak! Kita tidak saja dapat mengatakan bahwa suhu 200 derajat lebih tinggi daripada suhu 100 derajat, tetapi kita juga sudah dapat menyatakan dengan pasti bahwa rasionya benar dua kali lebih tinggi. Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala rasio adalah tanda “=”, “≠”, “<”, “>”, “+”, “-”, “x” dan “÷”. Misal nilai Berat A 70 kg, berat B = 35 kg.  Operator aritmetik “=”, “≠”, kita bisa mengatakan Berat A berbeda dengan Berat B (A ≠ B);  Operator aritmetik “<”, “>”: A lebih berat dibanding B (A > B),  Operator Aritmetik “+”, “-”: Beda antara berat A dengan B = 35 kg (A – B = 70 – 35 = 35) kg,  Operator aritmetik “x” dan “÷”:A dua kali lebih berat dibanding B ( A = 2xB). Contoh:  Waktu, panjang, tinggi, berat, usia  Kadar zat dan jumlah sel tertentu  Dosis obat, dll Skala interval tidak memiliki karakteristik rasio. Kebanyakan prosedur analisis data statistik tidak membedakan antara data yang diukur dalam skala interval dan rasio. Ringkasan skala pengukuran: Skala Definisi Operasi Contoh Aritmetik Nominal Data Kategori =, ≠  Jenis Kelamin  Wana Kulit Ordinal Data yang hanya bisa =, ≠  Status sosial diurutkan dari kecil ke besar <, > ekonomi keluarga atau sebaliknya  Peringkat Kelas  Pangkat/Jabatan/Go longan Interval Selain mencakup karakateristik =, ≠,  Suhu (Celsius & Nomina dan Ordinal, juga <, >, Fahrenheit) 11 | P a g e
  • 13. sudah bisa dilakukan operasi +, -  IQ (tingkat penjumlahan karena jarak kecerdasan) antara datanya sudah jelas. Tidak mempunyai nilai nol mutlak Ratio Mencakup karakteristik =, ≠,  Suhu (Kelvin) Interval dan mempunyai nilai <, >,  Waktu nol mutlak +, -,  Panjang x, ÷  Berat  Tinggi Hubungan antara skala pengukuran dengan jenis datanya (kuantitatif dan kualitatif) Skala pengukuran Kualitatif Kuantitatif Nominal √ Ordinal √ Interval √ Ratio √ Flowchart untuk menentukan skala pengukuran variabel Bagan Alir Skala Pengukuran Variabel Contoh Penerapan: Jenis Perilaku/ Huruf Ujian Peringkat Kelamin Sikap Mutu 12 | P a g e
  • 14. (L-P) (20-80) (0-100) (1-11) (A-F) Barb P 80 100 1 A Chris L 48 96 2.5 A Bonnie P 74 96 2.5 A Robert L 35 93 4 A Jim L 79 92 5 A Tina P 60 89 7 B Ron L 55 89 7 B Jeff L 56 89 7 B Brenda P 74 88 9 B Mark L 56 82 10 B Mike L 65 75 11 C Skala pengukuran: nominal interval rasio ordinal ordinal Skala pengukuran variabel penting untuk penentuan uji statistik yang sesuai: skala nominal dan ordinal hanya bisa menggunakan uji statistik non parametrik, sedangkan skala interval dan rasio bisa menggunakan statistik parametrik. 3. DATA A. Definisi Data Data adalah hasil pengukuran yang bisa memberikan gambaran suatu keadaan. Data merupakan suatu bahan mentah yang jika diolah dengan baik melalui berbagai analisis dapat melahirkan berbagai informasi. B. Pembagian Data Data dapat dibagi berdasarkan : 1). Bentuk a. Kualitatif Adalah data yang berbentuk bukan angka b. Kuantitatif Adalah data yang berbentuk angka 2). Skala Pengukuran a. Nominal Adalah data dimana angka hanya merupakan lambang. Contoh : pada variabel Jenis Kelamin : 1 untuk Laki-laki 2 untuk Perempuan ket : orang yang mempunyai angka satu tidak lebih kecil dari pada orang yang memilih angka 2. b. Ordinal Adalah data dimana angka selain sebagai lambang, juga menunjukkan urutan Contoh : pada variabel Tingkat Pendidikan : 1 SD 2 SMP 3 SMU 4 PT ket : orang yang mempunyai angka 1 mempunyai tingkat pendidikan yang lebih rendah dari pada orang yang mempunyai angka 2. 13 | P a g e
  • 15. a. Interval Adalah data dimana angka adalah angka yang sebenarnya, tetapi tidak mutlak. Contoh : pada variabel Nilai ket : orang yang mempunyai nilai 80 adalah dua kali lebih baik dari orang yang mempunyai nilai 40, tapi orang yang mempunyai nilai 0 belum tentu kosong. d. Rasio Adalah data dimana angka adalah angka yang sebenarnya dan mutlak Contoh : pada variabel jumlah : data yang dihasilkan adalah rasio. 3). Jenis a. Internal Data internal adalah data yang diambil dari dalam tempat di lakukannya penelitian. Contoh : Data penjualan perusahaan sendiri b. Eksternal Data eksternal adalah data yang diambil dari luar tempat di lakukannya penelitian. Contoh : Data penjualan perusahaan lain untuk jenis produk yang sama dengan produk perusahaan kita 4). Sumber a. Primer Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari sumbernya. Contoh : Data hasil kuesioner b. Sekunder Data sekunder adalah data yang di peroleh dari hasil pengumpulan orang lain Contoh : Data yang diambil dari BPS 5). Waktu Pengumpulan a. Data Cross-section (Acak) Data acak adalah data yang di ambil pada satu waktu tertentu Contoh : Jumlah produksi b. Data Berkala Data berkala adalah data yang di ambil pada interval waktu tertentu. Contoh : Jumlah produksi perhari selama bulan Januari 2008. 4. POPULASI DAN SAMPEL A. Definisi Populasi dan Sampel 1) Definisi Populasi Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi merupakan semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kualitatif maupun kuantitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Populasi berdasarkan keadaannya: Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan di bidang eksakta, misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin mengetahui manis tidaknya secangkir kopi, cukup dengan mencoba setetes cairan kopi tersebut. Setetes cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari secangkir kopi tersebut. Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan dalam penelitian sosial dan perilaku, yang objeknya 14 | P a g e
  • 16. manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat unik dan kompleks. Misalnya, apabila kita ingin mengetahui rata-rata IQ mahasiswa Unpad angkatan 2009 (berarti rata-rata dari semua Fakultas). Jelas, rata-rata IQ mahasiswa antar Fakultas kemungkinan besar bervariasi, IQ mahasiswa Fakultas Kedokteran relatif lebih tinggi dibanding dengan rata-rata IQ mahasiswa Fakultas lainnya, sehingga kita bisa mengatakan bahwa populasi tersebut keadaannya heterogen. Untuk mengatasi populasi yang heterogen dalam melakukan penelitian, perlu adanya pengelompokan berdasarkan karakteristiknya, sehingga dari populasi yang ada digrupkan dalam beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-kelompok tersebut akan hogomen dalam kelompoknya, tetapi kelompok-kelompok tersebut sangat heterogen diantara kelompkonya. Pada pemisalan sebelumnya, kelompok identik dengan Fakultas. Populasi berdasarkan ukurannya: Populasi terhingga: Populasi dikatakan terhingga bilamana anggota populasi dapat diperkirakan atau diketahui secara pasti jumlahnya, dengan kata lain, jelas batas- batasnya secara kuantitatif, misalnya:  Banyaknya Mahasiswa Agroteknologi Kelas A, Angkatan 2009, Faperta, Unpad  Tinggi penduduk yang ada di kota tertentu  Panjang ikan di sebuah danau Populasi tak hingga: populasi dikatakan tak hingga bilamana anggota populasinya tidak dapat diperkirakan atau tidak dapat diketahui jumlahnya, dengan kata lain, batas-batasnya tidak dapat ditentukan secara kuantitatif, misalnya:  Air di lautan  Banyaknya pasir yang ada di Pantai Pangandaran.  Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi  Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik Namun demikian, dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai adanya populasi terhingga dianggap sebagai populasi tak terhingga, dan hal seperti ini dibenarkan secara statistika, misalnya banyaknya orang Indonesia yang merokok, banyaknya penduduk Indonesia sekarang, dan sebagainya. 2) Definisi Sampel Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel yang baik adalah sampel yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili populasinya. Agar representatif, maka pengambilan sampel dari populasi harus menggunakan teknik pengambilan sampel (sampling) yang benar. Ada 2 teknik pengambilan sampel : b. Teknik sampling berdasarkan peluang. Teknik sampling berdasarkan peluang adalah sebuah teknik pengambilan sampel dimana setiap unit observasi dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Ada 3 teknik sampling berdasarkan peluang : • Sampling Acak Sederhana Sampling acak sederhana adalah teknik pengambilan sampel dimana sampel diambil berdasarkan tabel bilangan acak. • Sampling Klasifikasi Sampling klasifikasi adalah sebuah teknik pengambilan sampel dimana populasi terlebih dahulu di bagi-bagi menjadi sub-sub populasi yang antar sub populasi 15 | P a g e
  • 17. homogen. Karena sub populasi homogen, salah satu sub populasi diambil sebagai sampel. • Sampling Stratifikasi Sampling stratifikasi adalah sebuah teknik pengambilan sampel dimana populasi terlebih dahulu di bagi-bagi menjadi sub-sub populasi yang antar sub populasi heterogen. Karena sub populasi heterogen, pada setiap sub polulasi ada yang diambil sebagai sampel. c. Teknik sampling tidak berdasarkan peluang Teknik sampling tidak berdasarkan peluang adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap unit observasi dalam populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Ada beberapa teknik sampling tidak berdasarkan peluang, diantaranya : • Teknik sampling convenience (seadanya) • Teknik sampling judgment (pertimbangan) Mengingat seorang peneliti dalam melakukan penelitian penuh dengan keterbatasan baik dari segi biaya, waktu, dan lain sebagainya maka penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi atau data yang diinginkan sesuai dengan permasalah yang diteliti ditempuh dengan mengambil sebagian dari populasi, dengan mempertimbangkan ketebatasan yang ada dari peneliti. Bagian dari populasi tersebut sebagai tempat untuk mengumpulkan informasi dinamakan contoh (sampel). Dengan demikian, sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi. Dari definisi tersebut jelas bahwa sampel yang kita ambil digunakan untuk menggambarkan karakteristik suatu populasi, atau dengan kata lain, sampel digunakan untuk menggeneralisasi suatu populasi. Dengan demikian, sampel harus betul-betul bersifat representatif sehingga dapat mewakili dan mencerminkan karakteristik populasi dari mana sampel itu diambil. 16 | P a g e
  • 18. 5. KARAKTERISTIK A. Definisi Karakteristik Karakteristik adalah ciri yang membedakan satu objek penelitian dengan objek penelitian yang lain. Contoh : Jika kita mengamati pipa, maka karakteristik yang bisa kita lihat pada pipa adalah diameternya, ketebalan pipanya, warnanya dan sebagainya. 6. PENGUJIAN HIPOTESIS A. Pengertian Hipotesis Hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. B. Uji Hipotesis Hipotesis : uji signifikansi (keberartian) terhadap hipotesis yang dibuat, berbentuk hipotesis penelitian dan hipotesis statistik (H0), hipotesis bisa terarah, bisa juga tidak terarah, akibat dari adanya Ho, maka akan ada Ha (hipotesis alternatif) yakni hipotesis yang akan diterima seandainya Ho ditolak. 1) Uji t satu sampel (Uji t Satu Sampel (One Sample t Test) a. Menguji apakah satu sampel sama/berbeda dengan rata-rata populasinya. • Misal: apakah karyawan yang bekerja selama 8 tahun memang lebih/ kurang / berbeda kinerjanya dibandingkan dengan karyawan lainnya. • Misalkan simbol nilai hipotesis dari rata-rata populasi adalah µh. Tiga pasang hipotesis nol tentang rata-rata suatu populasi dengan hipotesis alternatifnya: - Ho : µ ≤ µh Ha : µ > µh  uji sisi kanan - Ho : µ ≥ µh Ha : µ < µh  uji sisi kiri - Ho : µ = µh Ha : µ ≠ µh  uji dua sisi 2) Uji t dua sampel bebas (UJI BEDA T-TEST DENGAN SAMPEL INDEPENDEN (INDEPENDENT SAMPLE T-TEST) • Jika kita menguji hipotesis perbedaan rata-rata dua populasi (µ1 - µ2). • Misal, jika keuntungan bersih rata-rata tahun ini lebih besar / kurang / berbeda dari pada tahun lalu. • Tiga pasangan hipotesis yang dapat terjadi: a. Ho : µ1 - µ2 ≤ 0 Ha : µ1 - µ2 > 0  uji sisi kanan b. Ho : µ1 - µ2 ≥ 0 Ha : µ1 - µ2 < 0  uji sisi kiri c. Ho : µ1 - µ2 = 0 Ha : µ1 - µ2 ≠ 0  uji dua sisi 3) Uji t dua sampel berpasangan UJI BEDA T-TEST DENGAN SAMPEL BERHUBUNGAN (RELATED SAMPLE T-TEST atau PAIRED SAMPLES T-TEST) • Jika kita menguji hipotesis perbedaan rata-rata pada observasi berpasangan. • Jika rata-rata produktivitas sesudah mengikuti pelatihan lebih besar/kurang / berbeda daripada sebelum mengikuti pelatihan, perbedaan rata- rata populasi D (sesudah dikurangi sebelum) lebih besar dari 0. • Dengan demikian tiga pasang hipotesis yang dapat terjadi. a. Ho : D ≤ 0 Ha : D > 0  uji sisi kanan ( uji satu pihak) b. Ho : D ≥ 0 Ha : D < 0  uji sisi kiri ( uji satu pihak) c. Ho : D = 0 Ha : D ≠ 0  uji dua sisi ( uji dua pihak) C. Ringkasan Pengujian hipotesis dilakukan jika ada hipotesis yang akan diuji. Pengujiannya dengan analisis statistik. Pengujian hipotesis membawa kepada kesimpulan untuk menolak atau 17 | P a g e
  • 19. menerima Ho, atau untuk menerima atau menolak Ha. Ha disebut hipotesis alternatif atau hipotesis penelitian. Jika Ho diterima maka Ha ditolak. Sebaliknya jika Ho ditolak, maka Ha diterima. Pengujian hipotesis, yang diuji apakah Ho ditolak atau diterima. Untuk dapat memutuskan apakah Ho ditolak atau diterima, maka diperlukan kriteria tertentu dengan nilai tertentu baik dari hasil perhitungan maupun hasil dari tabel. Kedua hasil tersebut dibandingkan. 7. ANALISIS KORELASI A. Pengertian Analisis Korelasi Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linear antar dua variabel atau lebih, yang ditemukan oleh Karl Pearson pada awal 1900. Korelasi adalah salah satu teknik analisis statistik yang paling banyak digunakan oleh para peneliti. Korelasi Pearson merupakan salah satu ukuran korelasi yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linier dari dua veriabel. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan salah satu variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik dalam arah yang sama ataupun arah yang sebaliknya. Harus diingat bahwa nilai koefisien korelasi yang kecil (tidak signifikan) bukan berarti kedua variabel tersebut tidak saling berhubungan. Mungkin saja dua variabel mempunyai keeratan hubungan yang kuat namun nilai koefisien korelasinya mendekati nol, misalnya pada kasus hubungan non linier. Dengan demikian, koefisien korelasi hanya mengukur kekuatan hubungan linier dan tidak pada hubungan non linier. Harus diingat pula bahwa adanya hubungan linier yang kuat di antara variabel tidak selalu berarti ada hubungan kausalitas, sebab-akibat. Seringkali peneliti mengamati beberapa parameter dari sampling atau satuan pengamatan yang sama. Sebagai contoh, pada penelitian pengujian suatu jenis pupuk tertentu, selain mencatat hasil padi, mungkin juga Peneliti ingin mencatat beberapa respons lainnya, seperti jumlah bulir, berat 100 biji, jumlah anakan, serapan Nitrogen, serapan kalium dsb. Apabila hanya terdapat dua variabel yang dicatat, dikatakan bivariate, sedangkan apabila lebih, dikatakan multivariate. Variabel yang di catat tersebut nilainya bersifat acak, sehingga dikatakan sebagai variabel acak. Berbeda dengan dosis pupuk yang sudah ditentukan sebelumnya, variabel pupuk tersebut bersifat tetap, sehingga dikatakan variabel tetap. Mungkin saja, selain peneliti ingin melihat hubungan antara dosis pupuk (faktor) dengan hasil padi (respons) , dia juga ingin melihat hubungan di antara pasangan variabel-variabel respons yang dia amati. Apakah peningkatan serapan nitrogen seiring dengan peningkatan hasil atau justru sebaliknya dan bagaimanakah pula kekuatan hubungannya? Kekuatan dan arah hubungan linier di antara kedua variabel tersebut bisa dijelaskan dengan ukuran statistik yang dinamakan dengan “koefisien korelasi”. Eksplorasi data Sebelum melakukan analisis korelasi antar variabel, sebaiknya kita mengeksplorasi data tersebut terlebih dahulu secara grafis. Seringkali kita melihat pola hubungan di antara variabel dengan cara memplotkan pasangan sampel data tersebut pada diagram kartesian yang disebut dengan scatterplot atau diagram pencar. Setiap pasangan data (x, y) diplotkan sebagai titik tunggal. Contoh diagram pencar dapat dilihat pada gambar berikut. 18 | P a g e
  • 20. Secara sepintas kita bisa melihat pola hubungan dari grafik-grafik tersebut. Pada Grafik a, b, c terlihat bahwa peningkatan nilai y sejalan dengan peningkatan nilai x. Apabila nilai x meningkat, maka nilai y pun meningkat, dan sebaliknya. Dari Grafik a sampai c, sebaran titik-titik pasangan data semakin mendekati bentuk garis lurus yang menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara variabel x dan y semakin kuat (sinergis). Hal yang sebaliknya terjadi pada Grafik d, e, dan f. Peningkatan nilai y tidak sejalan dengan peningkatan nilai x (antagonis). Peningkatan salah satu nilai menyebabkan penurunan nilai pasangannya. Sekali lagi tampak bahwa kekuatan hubungan antara kedua variabel dari d menuju f semakin kuat. Berbeda dengan grafik sebelumnya, pada Grafik g tidak menunjukkan adanya pola hubungan linier antara kedua variabel. Hal ini menandakan bahwa tidak ada korelasi di antara kedua variabel tersebut. Terkahir, pada Grafik h kita bisa melihat adanya pola hubungan di antara kedua variabel tersebut, hanya saja polanya bukan dalam bentuk hubungan linier, melainkan dalam bentuk kuadratik. Kovarian dan Korelasi Untuk memahami korelasi linier antara dua variabel, terdapat dua elemen yang harus kita tinjau, mengukur hubungan diantara dua variabel (kovarian) dan proses standarisasi. Kovarian 19 | P a g e
  • 21. Salah satu ukuran kekuatan hubungan linear antara dua variabel acak kontinu adalah dengan menentukan seberapa banyak kedua variabel tersebut co-vary, yaitu bervariasi bersama-sama. Jika salah satu variabel meningkat (atau menurun) sebagai akibat peningkatan (atau penurunan) variabel pasangannya, maka dua variabel tersebut dinamakan covary. Namun jika satu variabel tidak berubah dengan meningkatnya (atau penurunan) variabel lain, maka variabel tersebut tidak covary. Statistik untuk mengukur berapa banyak kedua variabel covary dalam sampel pengamatan adalah kovarian. Selain mengukur besarnya kekuatan hubungan di antara dua variabel, kovarian juga menentukan arah hubungan dari kedua variabel tersebut. 1. Apabila nilainya positif, berati bahwa apabila nilai x berada di atas nilai rata- ratanya, maka nilai y juga berada di atas nilai rata-rata y, dan sebaliknya (Searah). 2. Nilai kovarian negatif menunjukkan bahwa apabila nilai x berada di atas nilai rata- ratanya sedangkan nilai y berada di bawah nilai rata-ratanya (berlawanan arah). 3. Terakhir, apabila nilai kovarian mendekati nol, menandakan bahwa kedua variabel tersebut tidak saling berhubungan. Standarisasi Salah satu keterbatasan kovarian sebagai ukuran kekuatan hubungan linier adalah arah/besarnya gradien yang tergantung pada satuan dari kedua variabel tersebut. Misalnya, kovarian antara serapan N (%) dan Hasil Padi (ton) akan jauh lebih besar apabila satuan % (1/100) kita konversi ke ppm (1/sejuta). Agar nilai kovarian tidak tergantung kepada unit dari masing-masing variabel, maka kita harus membakukannya terlebih dahulu yaitu dengan cara membagi nilai kovarians tersebut dengan nilai standar deviasi dari kedua variabel tersebut sehingga nilainya akan terletak antara -1 dan +1. Ukuran statistik tersebut dikenal dengan Pearson product moment correlation yang mengukur kekuatan hubungan linier (garis lurus) dari kedua variabel tersebut. Koefisien korelasi linear kadang- kadang disebut sebagai koefisien korelasi pearson untuk menghormati Karl Pearson (1857- 1936), yang pertama kali mengembangkan ukuran statistik ini. Kovarian: Standar Deviasi variabel X dan Y: Korelasi: Nilai kovarian distandarkan dengan membagi nilai kovarian tersebut dengan nilai standar deviasi kedua variabel. atau atau 20 | P a g e
  • 22. Koefisien Korelasi Koefisien korelasi mengukur kekuatan dan arah hubungan linier dari dua veriabel. Harus diingat bahwa nilai koefisien korelasi yang kecil (tidak signifikan) bukan berarti kedua variabel tersebut tidak saling berhubungan. Mungkin saja dua variabel mempunyai keeratan hubungan yang kuat namun nilai koefisien korelasinya mendekati nol, misalnya pada kasus hubungan non linier. Dengan demikian, koefisien korelasi hanya mengukur kekuatan hubungan linier dan tidak pada hubungan non linier. Harus diingat pula bahwa adanya hubungan linier yang kuat di antara variabel tidak selalu berarti ada hubungan kausalitas, sebab-akibat. Kedua pasang variabel, x dan y bisa saja nilai koefisien korelasinya tinggi sebagai akibat adanya faktor z. Sebagai contoh, suhu (x) dengan tekanan udara (y) mungkin saja nilai koefisien korelasinya tinggi, namun belum tentu keduanya menunjukkan adanya hubungan sebab akibat (misal, semakin rendah suhu udara maka tekanan udara akan semakin rendah). Adanya korelasi suhu dan tekanan udara tersebut bisa saja semata-mata sebagai akibat dari perubahan ketinggian (z) suatu tempat, semakin tinggi tempat maka baik suhu ataupun tekanan udara akan semakin menurun. (meskipun secara teoritis memang terdapat hubungan sebanding antara suhu dan tekanan: PV = nRT). Dengan demikian, Korelasi hanya menjelaskan kekuatan hubungan tanpa memperhatikan hubungan kausalitas, mana yang dipengaruhi dan mana yang mempengaruhi. Kedua variabel masing-masing bisa berperan sebagai Variabel X maupun Variabel Y. Karakteristik korelasi  Nilai r selalu terletak antara -1 dan +1  Nilai r tidak berubah apabila seluruh data baik pada variabel x, variabel y, atau keduanya dikalikan dengan suatu nilai konstanta (c) tertetu (asalkan c ≠ 0).  Nilai r tidak berubah apabila seluruh data baik pada variabel x, variabel y, atau keduanya ditambahkan dengan suatu nilai konstanta (c) tertetu.  Nilai r tidak akan dipengaruhi oleh penentuan mana variabel x dan mana variabel y. Kedua variabel bisa saling dipertukarkan.  Nilai r hanya untuk mengukur kekuatan hubungan linier, dan tidak dirancang untuk mengukur hubungan non linier Asumsi Asumsi untuk analisis korelasi: 1. Sampel data berpasangan (x, y) berasal dari sampel acak dan merupakan data kuantitatif. 2. Pasangan data (x, y) harus berdistribusi normal. Harus diingat bahwa analisis korelasi sangat sensitif terhadap data pencilan (outliers)! Asumsi bisa dicek secara visual dengan menggunakan:  Boxplots, histograms & univariate scatterplots untuk masing-masing variabel  Bivariate scatterplots Apabila tidak memenuhi asumsi misalnya data tidak berdistribusi normal (atau ada nilai data pencilan), kita bisa menggunakan korelasi Spearman (Spearman rank correlation), korelasi untuk analisis non-parametrik. Koefisien Determinasi Koefisien korelasi, r, hanya menyediakan ukuran kekuatan dan arah hubungan linier antara dua variabel. Akan tetapi tidak memberikan informasi mengenai berapa proporsi keragaman (variasi) variabel dependen (Y) yang dapat diterangkan atau diakibatkan oleh hubungan linier dengan nilai variabel independen (X). Nilai r tidak bisa dibandingkan secara 21 | P a g e
  • 23. langsung, misalnya kita tidak bisa mengatakan bahwa nilai r = 0.8 merupakan dua kali lipat dari nilai r =0.4. Untungnya, nilai kuadrat dari r bisa mengukur secara tepat rasio/proposi tersebut, dan nilai statistik ini dinamakan dengan Koefisien Determinasi, r2. Dengan demikian, Koefisien Determinasi bisa didefinisikan sebagai nilai yang menyatakan proporsi keragaman Y yang dapat diterangkan/dijelaskan oleh hubungan linier antara variabel X dan Y. Misalnya, apabila nilai korelasi (r) antara Serapan N dengan hasil = 0.8, maka r2 = 0.8 x 0.8 = 0.64=64%. Hal ini berarti bahwa 64% keragaman Hasil padi bisa diterangkan/dijelaskan oleh tinggi rendahnya Serapan N. Sisanya, sebesar 36% mungkin disebabkan oleh faktor lain dan atau error (galat) dari percobaan. Pengujian Koefisien Korelasi Terdapat dua metode yang biasa digunakan untuk menguji kebermaknaan koefisien korelasi. Metode pertama dengan menggunakan Uji-t dan Metode kedua dengan menggunakan tabel r. Bagan Alir untuk pengujian hipotesis: Catatan: Nilai tabel kritis r bisa di lihat pada tabel di bawah ini. 22 | P a g e
  • 24. Faktor yang akan mempengaruhi nilai uji korelasi: Ukuran koefisien korelasi dan ukuran/banyaknya sampel. 8. ANALISIS REGRESI A. Definisi Analisis Regresi Analisis regresi dipakai apabila kita ingin meramalkan pengaruh sebuah variabel pediktur dengan sebuah variabel kriterium atau ingin membuktikan bahwa terdapat atau tidak terdapatnya hubungan fungsional antara sebuah variabel bebas dengan variabel terkaitnya. Pelajaran yang mneyangkut masalah ini disebut analisis regresi. Hubungan fungsional antara satu variabel kriterium disebut analisis regeresi tunggal, sedangkan hubungan fungsional yang lebih dari satu variabel analisis regresi ganda. B. Guna Analisis Regresi Analisis regresi berguna untuk mendapatkan hubungan fungsional antara dua variabel atau lebih atau mendapatkan pengaruh antara variabel prediktur terhadap variabel kriteriumnya atau meramalkan pengaruh variabel prediktur terhadap variabel kriteriumnya. C. Asumsi Agar Analisis Regresi Dapat Digunakan 1) Variabel yang dicari hubungan fungsionalnya mempunyai data yang berdistribusi normal. 2) Variabelnya tidak acak, sedangkan variabelnya harus acak. 3) Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang sama pula. 4) Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval atau rasio. 9. UJI T A. Definisi Uji T Uji t menguji apakah rata-rata suatu populasi sama dengan suatu harga tertentu atau apakah rata-rata dua populasi sama/berbeda secara signifikan. A. Macam Uji T 1). Uji t satu sampel (Uji t Satu Sampel (One Sample t Test) 23 | P a g e
  • 25. Menguji apakah satu sampel sama/berbeda dengan rata-rata populasinya. • hitung rata-rata dan std. dev (s) • df = n – 1 • tingkat signifikansi ( = 0.025 atau 0.05) • pengujian apakah menggunakan 1 ekor atau 2 ekor • diperoleh t hitung ; lalu bandingkan dengan t tabel : jika t hitung > t tabel Ho ditolak Contoh : Peneliti ingin mengetahui apakah karyawan yang bekerja selama 8 tahun memang berbeda dibandingkan dengan karyawan lainnya. Ho : p1 = p2 Diperoleh rata2 = 17.26 ; std. Dev = 7.6 ; df = 89 ; t hitung = 11.55 Berdasarkan tabel df=89 dan = 0.05 diperoleh t tabel = 1.987 Kesimpulan : t hitung > t tabel sehingga Ho ditolak Karyawan yang bekerja selama 8 tahun secara signifikan berbeda dengan karyawan lainnya. 2). Uji t dua sampel bebas Menguji apakah rata-rata dua kelompok yang tidak berhubungan sama/berbeda. Contoh : Peneliti ingin mengetahi apakah ada perbedaan penghasilan dosen antara dosen yang lulusan S2 dengan yang lulusan S3 Ho : Pb = Pk Diperoleh : rata2 x = 1951613 ; y = 2722222 ; t hitung = - 7.369 Berdasarkan tabel df=69 dan = 0.025 diperoleh t tabel = 1.994 Kesimpulan : t hitung > t tabel sehingga Ho ditolak Rata-rata penghasilan dosen yang S2 berbeda secara signifikan dengan penghasilan dosen yang S3. 10. UJI F A. Definisi Uji F * Uji statistik F adalah menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. * Dengan membandingkan probabilitas (pada tabel Anova tertulis Sig) dengan taraf nyatanya (0,05 atau 0,01). * Jika probabilitas > 0,05 maka model ditolak * Jika probabilitas < 0,05 maka model diterima. ANOVAb Sum of Model Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 2514.175 4 628.544 104.211 .000a Residual 572.987 95 6.031 Total 3087.162 99 a. Predictors: (Const ant), SIZE, EARNS, SAVING, WEALTH b. Dependent Variable: INCOME 24 | P a g e
  • 26. 25 | P a g e