2. Pengertian Gel
Menurut FI IV (1995) “Gel, kadang-
kadang disebut Jeli, merupakan
sistem semipadat terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Gel dapat digunakan untuk obat yang
diberikan secara topikal atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh.”
4. 1. Gel fase tunggal, makromolekulnya
tersebar ke seluruh cairan sampai tidak
terlihat ada batas diantaranya. Gel fase
tunggal dapt dibuat dari makromolekul
sintetik ( misalnya Karbomer) atau dari
gom alam (misalnya Tragakan).
2. Sistem dua fase, massa gel terdiri dari
jaringan partikel kecil yang terpisah.
Contohnya gel Aluminium Hidroksida. Jika
ukuran partikel dari fase terdispersi relatif
besar disebut magma, misalnya magma
Bentonit.
6. 1. Gel liofilik, umumnya adalah molekul-
molekul organik yang besar dan dapat
dilarutkan atau disatukan dengan molekul
dari fase pendispersi. Penambahan molekul
akan menambah viskositasnya. Adanya
perubahan temperatur dapat menyebabkan
gel tertentu menjadi bentuk pada dan cairnya
dan adanya pengocokan dapat membuat
beberapa gel menjadi encer dan memadat
kembali setelah beberapa saat didiamkan
(tiksotropi).
2. Gel liofobik, umumnya terdiri dari partikel-
partikel anorganik. Interaksi dengan fase
pendipersinya sedikit sekali. Penambahan
molekul tidak mempengaruhi viskositas.
Penambahan viskositas dilakukan dengan
cara peningkatan konsentrasi dari medium
7. Formula umum sediaan gel
meliputi :
Bahan aktif
Gelling agent
Chelating agent
Pengawet
Penambahan humektan
Enhancer
8. Gelling agent
Sejumlah polimer digunakan dalam
pembentukan struktur yaitu getah alam misal
tragakan, xanthan, bahan semi sintetik misal
metilselulosa, karboksimetilselulosa atau
hidroksietilselulosa ataupun bahan sintetik
misal karbomer ( Carbopol ), polimer dan
karboksivinil.
Gelling oil
Digunakan dalam gel hidrofobik, likuid
dihasilkan gel yang lembut, mudah tersebar
dan membentuk lapisan film yang tahan air
pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel,
polimer harus didispersikan dalam minyak
pada suhu tinggi. Contoh : polietilen
9. Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat
sensitive / bereaksi dengan logam berat.
Contoh EDTA, TEA.
Penambahan humektan
Penambahan bahan bertujuan untuk
mencegah kehilangan air dan untuk
melembabkan. Contoh : gliserol,
propilenglikol, dan sorbitol dengan
konsentrasi 10-20 %.
Enhancer
Enhancer digunakan untuk mempercepat
penetrasi obat ke dalam target organ yang
dituju agar bahan aktif obat cepat
memberikan efek terapi.Contoh enhancer
yaitu : fatty acid, asam oleat, propilen glikol,
alkohol, senyawa terpen.
10. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten
terhadap serangan mikroba, tetapi semua
gel mengandung banyak air sehingga
membutuhkan pengawet sebagai
antimikroba. Dalam pemilihan pengawet
harus memperhatikan inkompatibilitasnya
dengan gelling agent.
Bahan aktif
Bahan aktif adalah obat yang
ditambahkan untuk tujuan terapeutik. Ada
berbagai macam bahan aktif, tergantung
dari tujuan sediaan dan terapi yang akan
kita buat.
11. Contoh formulasi sediaan gel
R/
Piroksikam 0,5
Aqupec 505 HV 1
Trietanolamin 3
Propilen glikol 15
Etanol 20
Metil paraben 0,1
Air suling ad 100
12. Cara Pembuatan
Aqupec 505 HV didispersikan dalam air
selama ± 24 jam hingga mengembang.
Kemudian diaduk sempurna untuk menghindari
terbentuknya gumpalan dari aqupec 505 HV
tersebut
Setelah itu ditambahkan trietanolamin tetes demi
tetes sambil diaduk pelan
13. Piroksikam dilarutkan dalam campuran
trietanolamin dan air
• Larutan tersebut dimasukkan ke dalam
basis gel dan diaduk hingga homogen.
• Metil paraben dilarutkan dalam air panas, kemudian
ditambahkan pada basis gel.
Setelah itu ditambahkan campuran etanol dan sebagian air
ke dalam basis gel kemudian diaduk hingga homogen.
14. Evaluasi Sediaan Gel
• Uji Organoleptis
Uji organoleptis meliputi bentuk, warna,
dan bau. Uji dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah suatu sediaan
sudah sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan dan merupakan tes awal
sediaan yang telah dibuat.
• Uji Homogenitas
Homogenitas diuji melalui pemeriksaan
secara visual, yaitu sediaan dioleskan
pada suatu bidang datar kemudian
diamati tampilannya dan keberadaan
agregratnya.
15. • Uji Viskositas
Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui
besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir.
Makin tinggi viskositas, maka makin besar
tahanannya. Alat yang digunakan adalah
Viskotester VT04
Prosedurnya :
• Sejumlah sediaan ditempatkan pada wadah
tertentu
• Alat dirangkai dengan menggunakan rotor nomor
tertentu
• Rotor dicelupkan kedalam sediaan
• Alat dinyalakan dan rotor dibiarkan berputar
• Angka yang tertera jarum penunjuk diamati, dan
16. • Uji pH
pH diukur di setiap standart dengan menggunakan pH
meter yang dikalibrasi sebelum setiap penggunaan
dengan buffered solusi pada pH 4, 7, dan 10. Jumlah
yang ditetapkan masing-masing diuji dan diencerkan
dengan air suling dikalibrasi dan dicampur dengan baik.
Elektroda pH meter ditenggelamkan dalam dasar larutan
uji yang siap untuk penentuan pH
• Uji Daya Sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas
kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya di beri
kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri
rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian diameter
penyebaran diukur pada setiap penambahan beban,
saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu
17. Continue
• Uji Keseragaman Kandungan dan Penetapan
Kadar
Uji ini dilakukan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 350 nm. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui kebenaran kadar
yang tercantum pada kemasan dengan kadar
sebenarnya.
• Uji Iritasi
Tes iritasi kulit dilakukan dengan hati – hati
sesuai dengan pedoman setelah mendapatkan
persetujuan pada relawan manusia. Untuk
setiap gel, lima relawan dipilih dan 1 gram gel
yang diformulasikan dioleskan pada area seluas
2 inci persegi pada bagian tangan. Relawan
diperiksa lesi atau iritasi
18. • Uji Sensititasi
Mouse Earing Swelling Test (MEST)
MEST terdiri dari fase induksi dan fase respon imun. Beberapa
minggu sebelum dan selama masa uji tikus yang diberi diet
diperkaya vitamin A ini telah ditunjukkan untuk meningkatkan kontak
sensitisasi. Dalam protokol yang telah sering digunakan terdiri fase
induksi dari bulu di daerah perut dan penghapusan lapisan luar
epidermis oleh pinset. Freund's Complete Adjuvant (FCA)
disuntikkan secara intradermal pada tikus kontrol diterapkan secara
topical. Kulit yang dibedah setiap hari selama empat hari berikut dan
pada hari 1, 3 dan 5 setelah itu diinjeksi FCA dengan jumlah yang
sama seperti tikus kontrol diterapkan topikal. Setelah periode
istirahat selama lima hari akan dimulai pada hari 10, dimana fase
hambatan dengan aplikasi topikal pada tikus kontrol dengan nilai
maksimal konsentrasi yang tidak mengiritasi ke satu telinga dan
diberikan ke dua telinga pada semua tikus uji. Ketebalan telinga dari
tes dan pengendalian telinga diukur di bawah eter anaesthesia
dengan mikrometer 24 dan 48 jam setelah pengujian.
Pembengkakan telinga dinyatakan sebagai perbedaan antara uji dan
pengendalian telinga dalam persen. MEST telah dievaluasi secara
independen oleh beberapa laboratorium dan dalam studi inter-
laboratory. Disimpulkan bahwa model yang berguna untuk