SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
PENDIDIKAN NASIONAL YANG BERMORAL
Oleh Defrina Aprilia


Memang harus kita akui ada diantara (oknum) generasi muda saat ini yang mudah emosi dan lebih
mengutamakan otot daripada akal pikiran. Kita lihat saja, tawuran bukan lagi milik pelajar SMP dan
SLTA tapi sudah merambah dunia kampus (masih ingat kematian seorang mahasiswa di Universitas
Jambi, awal tahun 2002 akibat perkelahian didalam kampus). Atau kita jarang (atau belum pernah)
melihat demonstrasi yang santun dan tidak menggangu orang lain baik kata-kata yang diucapkan dan
prilaku yang ditampilkan. Kita juga kadang-kadang jadi ragu apakah demonstrasi yang dilakukan
mahasiswa murni untuk kepentingan rakyat atau pesanan sang pejabat.


Selain itu, berita-berita mengenai tindakan pencurian kendaraan baik roda dua maupun empat, penguna
narkoba atau bahkan pengedar, pemerasan dan perampokan yang hampir setiap hari mewarnai tiap lini
kehidupan di negara kita tercinta ini banyak dilakukan oleh oknum golongan terpelajar. Semua ini jadi
tanda tanya besar kenapa hal tersebut terjadi?. Apakah dunia Pendidikan (dari SD sampai PT) kita sudah
tidak lagi mengajarkan tata susila dan prinsip saling sayang - menyayangi kepada siswa atau
mahasiswanya atau kurikulum pendidikan tinggi sudah melupakan prinsip kerukunan antar sesama?
Atau inikah hasil dari sistim pendidikan kita selama ini ? atau Inikah akibat perilaku para pejabat kita?


Dilain pihak, tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme yang membuat bangsa ini morat-marit dengan
segala permasalahanya baik dalam bidang keamanan, politik, ekonomi, sosial budaya serta pendidikan
banyak dilakukan oleh orang orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi baik dalam negri
maupun luar negri. Dan parahnya, era reformasi bukannya berkurang tapi malah tambah jadi. Sehingga
kapan krisis multidimensi inI akan berakhir belum ada tanda-tandanya.


PERLU PENDIDIKAN YANG BERMORAL
Kita dan saya sebagai Generasi Muda sangat perihatin dengan keadaan generasi penerus atau calon
generasi penerus Bangsa Indonesai saat ini, yang tinggal, hidup dan dibesarkan di dalam bumi republik
ini. Untuk menyiapkan generasi penerus yang bermoral, beretika, sopan, santun, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu dilakukan hal-hal yang memungkin hal itu terjadi walaupun
memakan waktu lama.


Pertama, melalui pendidikan nasional yang bermoral (saya tidak ingin mengatakan bahwa pendidikan
kita saat ini tidak bermoral, namun kenyataanya demikian di masyarakat). Lalu apa hubungannya
Pendidikan Nasional dan Nasib Generasi Penerus? Hubungannya sangat erat. Pendidikan pada
hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bermoral dan berkualitas unggul.
Dan sumber daya manusia tersebut merupakan refleksi nyata dari apa yang telah pendidikan
sumbangankan untuk kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Apa yang telah terjadi pada Bangsa
Indonesia saat ini adalah sebagai sumbangan pendidikan nasional kita selama ini.


Pendidikan nasional selama ini telah mengeyampingkan banyak hal. Seharusnya pendidikan nasional kita
mampu menciptakan pribadi (generasi penerus) yang bermoral, mandiri, matang dan dewasa, jujur,
berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, tahu malu dan tidak arogan serta
mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok.Tapi kenyataanya bisa kita lihat saat
ini. Pejabat yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme baik di legislative, ekskutif dan yudikatif
semuanya orang-orang yang berpendidikan bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka bergelar dari S1
sampai Prof. Dr. Contoh lainnya, dalam bidang politik lebih parah lagi, ada partai kembar , anggota
dewan terlibat narkoba, bertengkar ketika sidang, gontok-gontokan dalam tubuh partai karena
memperebutkan posisi tertentu (Bagaimana mau memperjuangkan aspirasi rakyat kalau dalam diri partai
saja belum kompak).


Dan masih ingatkah ketika terjadi jual beli kata-kata umpatan ("bangsat") dalam sidang kasus Bulog yang
dilakukan oleh orang-orang yang mengerti hukum dan berpendidikan tinggi. Apakah orang-orang seperti
ini yang kita andalkan untuk membawa bangsa ini kedepan? Apakah mereka tidak sadar tindak-tanduk
mereka akan ditiru oleh generasi muda saat ini dimasa yang akan datang? Dalam dunia pendidikan
sendiri terjadi penyimpangan-penyimpang yang sangat parah seperti penjualan gelar akademik dari S1
sampai S3 bahkan professor (dan anehnya pelakunya adalah orang yang mengerti tentang pendidikan),
kelas jauh, guru/dosen yang curang dengan sering datang terlambat untuk mengajar, mengubah nilai
supaya bisa masuk sekolah favorit, menjiplak skripsi atau tesis, nyuap untuk jadi pegawai negeri atau
nyuap untuk naik pangkat sehingga ada kenaikan pangkat ala Naga Bonar.


Di pendidikan tingkat menengah sampai dasar, sama parahnya, setiap awal tahun ajaran baru. Para orang
tua murid sibuk mengurusi NEM anaknya (untungsnya, NEM sudah tidak dipakai lagi, entah apalagi cara
mereka), kalau perlu didongkrak supaya bisa masuk sekolah-sekolah favorit. Kalaupun NEM anaknya
rendah, cara yang paling praktis adalah mencari lobby untuk memasukan anaknya ke sekolah yang
diinginkan, kalau perlu nyuap. Perilaku para orang tua seperti ini (khususnya kalangan berduit) secara
tidak langsung sudah mengajari anak-anak mereka bagaimana melakukan kecurangan dan penipuan.
(makanya tidak aneh sekarang ini banyak oknum pejabat jadi penipu dan pembohong rakyat). Dan
banyak lagi yang tidak perlu saya sebutkan satu per satu dalam tulisan ini.


Kembali ke pendidikan nasional yang bermoral (yang saya maksud adalah pendidikan yang bisa
mencetak generasi muda dari SD sampai PT yang bermoral. Dimana proses pendidikan harus bisa
membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, tahu malu, tidak plin-
plan, jujur, santun, berahklak mulia, berbudi pekerti luhur sehingga mereka tidak lagi bergantung kepada
keluarga, masyarakat atau bangsa setelah menyelesaikan pendidikannya.Tetapi sebaliknya, mereka bisa
membangun bangsa ini dengan kekayaan yang kita miliki dan dihargai didunia internasional. Kalau perlu
bangsa ini tidak lagi mengandalkan utang untuk pembangunan. Sehingga negara lain tidak seenaknya
mendikte Bangsa ini dalam berbagai bidang kehidupan.


Dengan kata lain, proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik harus dilakukan dengan
gaya dan cara yang bermoral pula. Dimana ketika berlangsung proses tranformasi ilmu pengetahuan di
SD sampai PT sang pendidik harus memiliki moralitas yang bisa dijadikan panutan oleh peserta didik.
Seorang pendidik harus jujur, bertakwa, berahklak mulia, tidak curang, tidak memaksakan kehendak,
berperilaku santun, displin, tidak arogan, ada rasa malu, tidak plin plan, berlaku adil dan ramah di dalam
kelas, keluarga dan masyarakat. Kalau pendidik mulai dari guru SD sampai PT memiliki sifat-sifat seperti
diatas. Negara kita belum tentu morat-marit seperti ini.


Kedua, Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum,
peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas. Misalkan kurikulum sudah dirubah, anggaran
pendidikan sudah ditingkatkan dan fasilitas sudah dilengkapi dan gaji guru/dosen sudah dinaikkan,
Namun kalau pendidik (guru atau dosen) dan birokrat pendidikan serta para pembuat kebijakan belum
memiliki sifat-sifat seperti diatas, rasanya perubahan-perubahan tersebut akan sia-sia. Implementasi di
lapangan akan jauh dari yang diharapkan Dan akibat yang ditimbulkan oleh proses pendidikan pada
generasi muda akan sama seperti sekarang ini. Dalam hal ini saya tidak berpretensi menyudutkan guru
atau dosen dan birokrat pendidikan serta pembuat kebijakan sebagai penyebab terpuruknya proses
pendidikan di Indonesia saat ini. Tapi adanya oknum yang berperilaku menyimpang dan tidak bermoral
harus segera mengubah diri sedini mungkin kalau menginginkan generasi seperti diatas.


Selain itu, anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu akan mengubah dengan cepat kondisi
pendidikan kita saat ini. Malah anggaran yang tinggi akan menimbulkan KKN yang lebih lagi jika tidak
ada kontrol yang ketat dan moralitas yang tinggi dari penguna anggaran tersebut. Dengan anggaran
sekitar 6% saja KKN sudah merajalela, apalagi 20-25%.


Ketiga, Berlaku adil dan Hilangkan perbedaan. Ketika saya masih di SD dulu, ada beberapa guru saya
sangat sering memanggil teman saya maju kedepan untuk mencatat dipapan tulis atau menjawab
pertanyaan karena dia pintar dan anak orang kaya. Hal ini juga berlanjut sampai saya kuliah di perguruan
tinggi. Yang saya rasakan adalah sedih, rendah diri, iri dan putus asa sehingga timbul pertanyaan
mengapa sang guru tidak memangil saya atau yang lain. Apakah hanya yang pintar atau anak orang kaya
saja yang pantas mendapat perlakuan seperti itu.? Apakah pendidikan hanya untuk orang yang pintar dan
kaya? Dan mengapa saya tidak jadi orang pintar dan kaya seperti teman saya? Bisakah saya jadi orang
pintar dengan cara yang demikian?


Dengan contoh yang saya rasakan ini (dan banyak contoh lain yang sebenarnya ingin saya ungkapkan),
saya ingin memberikan gambaran bahwa pendidikan nasional kita telah berlaku tidak adil dan membuat
perbedaan diantara peserta didik. Sehingga generasi muda kita secara tidak langsung sudah diajari
bagaimana berlaku tidak adil dan membuat perbedaan. Jadi, pembukaan kelas unggulan atau kelas
akselerasi hanya akan membuat kesenjangan sosial diantara peserta didik, orang tua dan masyarakat.
Yang masuk di kelas unggulan belum tentu memang unggul, tetapi ada juga yang diunggul-unggulkan
karena KKN. Yang tidak masuk kelas unggulan belum tentu karena tidak unggul otaknya tapi karena
dananya tidak unggul. Begitu juga kelas akselerasi, yang sibuk bukan peserta didik, tapi para orang tua
mereka mencari jalan bagaimana supaya anaknya bisa masuk kelas tersebut.


Kalau mau membuat perbedaan, buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri,
bermoral. dewasa dan bertanggungjawab. Jangan hanya mengadopsi sistem bangsa lain yang belum tentu
cocok dengan karakter bangsa kita. Karena itu, pembukaan kelas unggulan dan akselerasi perlu ditinjau
kembali kalau perlu hilangkan saja.


Contoh lain lagi , seorang dosen marah-marah karena beberapa mahasiswa tidak membawa kamus.
Padahal Dia sendiri tidak pernah membawa kamus ke kelas. Dan seorang siswa yang pernah belajar
dengan saya datang dengan menangis memberitahu bahwa nilai Bahasa Inggrisnya 6 yang seharusnya 9.
Karena dia sering protes pada guru ketika belajar dan tidak ikut les dirumah guru tersebut. Inikan!
contoh paling sederhana bahwa pendidikan nasional kita belum mengajarkan bagaimana berlaku adil dan
menghilangkan Perbedaan.


PEJABAT HARUS SEGERA BERBENAH DIRI DAN MENGUBAH PERILAKU
Kalau kita menginginkan generasi penerus yang bermoral, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur,
berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa
bukan pribadi atau kelompok. Maka semua pejabat yang memegang jabatan baik legislative, ekskutif
maupun yudikatif harus berbenah diri dan memberi contoh dulu bagaimana jujur, berakhlak mulia,
berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan
kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok kepada generasi muda mulai saat ini.


Karena mereka semua adalah orang-orang yang berpendidikan dan tidak sedikit pejabat yang bergelar
Prof. Dr. (bukan gelar yang dibeli obral). Mereka harus membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari
sistim pendidikan nasional selama ini. Jadi kalau mereka terbukti salah melakukan korupsi, kolusi dan
nepotisme, jangan cari alasan untuk menghindar. Tunjukan bahwa mereka orang yang berpendidikan ,
bermoral dan taat hukum. Jangan bohong dan curang. Apabila tetap mereka lakukan, sama saja secara
tidak langsung mereka (pejabat) sudah memberikan contoh kepada generasi penerus bahwa pendidikan
tinggi bukan jaminan orang untuk jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berprilaku santun,
bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau
kelompok. Jadi jangan salahkan jika generasi mudah saat ini meniru apa yang mereka (pejabat) telah
lakukan . Karena mereka telah merasakan, melihat dan mengalami yang telah pejabat lakukan terhadap
bangsa ini.


Selanjutnya, semua pejabat di negara ini mulai saat ini harus bertanggungjawab dan konsisten dengan
ucapannya kepada rakyat. Karena rakyat menaruh kepercayaan terhadap mereka mau dibawah kemana
negara ini kedepan. Namun perilaku pejabat kita, lain dulu lain sekarang. Sebelum diangkat jadi pejabat
mereka umbar janji kepada rakyat, nanti begini, nanti begitu. Pokoknya semuanya mendukung
kepentingan rakyat. Dan setelah diangkat, lain lagi perbuatannya. Contoh sederhana, kita sering melihat
di TV ruangan rapat anggota DPR (DPRD) banyak yang kosong atau ada yang tidur-tiduran. Sedih juga
melihatnya. Padahal mereka sudah digaji, bagaimana mau memperjuangkan kepentingan rakyat. Kalau
ke kantor hanya untuk tidur atau tidak datang sama sekali. Atau ada pengumuman di Koran, radio atau
TV tidak ada kenaikan BBM, TDL atau tariff air minum. Tapi beberapa minggu atau bulan berikutnya,
tiba-tiba naik dengan alasan tertentu. Jadi jangan salahkan mahasiswa atau rakyat demonstrasi dengan
mengeluarkan kata-kata atau perilaku yang kurang etis terhadap pejabat. Karena pejabat itu sendiri tidak
konsisten. Padahal pejabat tersebut seorang yang bergelar S2 atau bahkan Prof. Dr. Inikah orang-orang
yang dihasilkan oleh pendidikan nasional kita selama ini?


Harapan
Dengan demikian, apabila kita ingin mencetak generasi penerus yang mandiri, bermoral, dewasa dan
bertanggung jawab. Konsekwensinya, Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus
mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda. jangan hanya menuntut
generasi muda untuk berperilaku jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berprilaku santun,
bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau
kelompok.


Tapi para pemimpin bangsa ini tidak melakukannya. Maka harapan tinggal harapan saja. Karena itu,
mulai sekarang, semua pejabat mulai dari level tertinggi hingga terendah di legislative, eksekutif dan
yudikatif harus segera menghentikan segala bentuk petualangan mereka yang hanya ingin mengejar
kepentingan pribadi atau kelompok sesaat dengan mengorbankan kepentingan negara. Sehingga generasi
muda Indonesia memiliki panutan-panutan yang bisa diandalkan untuk membangun bangsa ini kedepan.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pentingnya pendidikan era globalisasi
Pentingnya pendidikan era globalisasiPentingnya pendidikan era globalisasi
Pentingnya pendidikan era globalisasiFega Net
 
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remajaKarya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remajaOperator Warnet Vast Raha
 
Presentation
PresentationPresentation
PresentationTai Erh
 
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAYosi Larasati
 
Amanat kpm2019
Amanat kpm2019Amanat kpm2019
Amanat kpm2019shamAhmad4
 
Menemukan gagasan pokok dalam artikel
Menemukan gagasan pokok dalam artikelMenemukan gagasan pokok dalam artikel
Menemukan gagasan pokok dalam artikelSi Pikuen Dhie Pikuen
 
MODEL “TAWA PROFESOR” : IMPLEMENTASI BUDAYA 5B BERBASIS MBS DAN HIDDEN CURR...
MODEL “TAWA PROFESOR”  : IMPLEMENTASI BUDAYA 5B BERBASIS MBS DAN HIDDEN  CURR...MODEL “TAWA PROFESOR”  : IMPLEMENTASI BUDAYA 5B BERBASIS MBS DAN HIDDEN  CURR...
MODEL “TAWA PROFESOR” : IMPLEMENTASI BUDAYA 5B BERBASIS MBS DAN HIDDEN CURR...Herfen Suryati
 
perjalanan pendidikan indonesia
perjalanan pendidikan indonesiaperjalanan pendidikan indonesia
perjalanan pendidikan indonesiasaifulalmujab
 
Cara islam mengatasi kriminalitas remaja
Cara islam mengatasi kriminalitas remajaCara islam mengatasi kriminalitas remaja
Cara islam mengatasi kriminalitas remajaSandSand Al-Busyra
 
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kitaPendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kitadevi harisandi
 
Artikel literasi daring
Artikel literasi daringArtikel literasi daring
Artikel literasi daringFrikho Polii
 
Dampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesia
Dampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesiaDampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesia
Dampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesiaEman Syukur
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikanRiezza Farhan
 
Managemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas PendidikanManagemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas PendidikanIlan Surf ﺕ
 
Isu isu-pendidikan-di-malaysia
Isu isu-pendidikan-di-malaysiaIsu isu-pendidikan-di-malaysia
Isu isu-pendidikan-di-malaysiaKulanz Salleh
 

Was ist angesagt? (19)

Pidato
PidatoPidato
Pidato
 
Pentingnya pendidikan era globalisasi
Pentingnya pendidikan era globalisasiPentingnya pendidikan era globalisasi
Pentingnya pendidikan era globalisasi
 
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remajaKarya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
 
Presentation
PresentationPresentation
Presentation
 
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
 
Amanat kpm2019
Amanat kpm2019Amanat kpm2019
Amanat kpm2019
 
Menemukan gagasan pokok dalam artikel
Menemukan gagasan pokok dalam artikelMenemukan gagasan pokok dalam artikel
Menemukan gagasan pokok dalam artikel
 
MODEL “TAWA PROFESOR” : IMPLEMENTASI BUDAYA 5B BERBASIS MBS DAN HIDDEN CURR...
MODEL “TAWA PROFESOR”  : IMPLEMENTASI BUDAYA 5B BERBASIS MBS DAN HIDDEN  CURR...MODEL “TAWA PROFESOR”  : IMPLEMENTASI BUDAYA 5B BERBASIS MBS DAN HIDDEN  CURR...
MODEL “TAWA PROFESOR” : IMPLEMENTASI BUDAYA 5B BERBASIS MBS DAN HIDDEN CURR...
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
perjalanan pendidikan indonesia
perjalanan pendidikan indonesiaperjalanan pendidikan indonesia
perjalanan pendidikan indonesia
 
Hubungan etnik
Hubungan etnikHubungan etnik
Hubungan etnik
 
Cara islam mengatasi kriminalitas remaja
Cara islam mengatasi kriminalitas remajaCara islam mengatasi kriminalitas remaja
Cara islam mengatasi kriminalitas remaja
 
Tugas Karya Ilmiah
Tugas Karya IlmiahTugas Karya Ilmiah
Tugas Karya Ilmiah
 
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kitaPendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita
 
Artikel literasi daring
Artikel literasi daringArtikel literasi daring
Artikel literasi daring
 
Dampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesia
Dampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesiaDampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesia
Dampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesia
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 
Managemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas PendidikanManagemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas Pendidikan
 
Isu isu-pendidikan-di-malaysia
Isu isu-pendidikan-di-malaysiaIsu isu-pendidikan-di-malaysia
Isu isu-pendidikan-di-malaysia
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (20)

Contoh Kunci Determinan
Contoh Kunci DeterminanContoh Kunci Determinan
Contoh Kunci Determinan
 
Tes alergi
Tes alergiTes alergi
Tes alergi
 
Pedoman Budidaya jangkrik
Pedoman Budidaya jangkrikPedoman Budidaya jangkrik
Pedoman Budidaya jangkrik
 
Lesson 5.1
Lesson 5.1Lesson 5.1
Lesson 5.1
 
USMANS-CV (1)
USMANS-CV (1)USMANS-CV (1)
USMANS-CV (1)
 
Seminar gempita bandung
Seminar gempita bandungSeminar gempita bandung
Seminar gempita bandung
 
Bilangan berpangkat
Bilangan berpangkatBilangan berpangkat
Bilangan berpangkat
 
Chirita In Provintie
Chirita In ProvintieChirita In Provintie
Chirita In Provintie
 
2 a
2 a2 a
2 a
 
Ciri bongkah 3 Dimensi
Ciri bongkah 3 DimensiCiri bongkah 3 Dimensi
Ciri bongkah 3 Dimensi
 
Peran Cyanobacteria
Peran CyanobacteriaPeran Cyanobacteria
Peran Cyanobacteria
 
Soal un ipa smp 2014 9
Soal un ipa smp 2014 9Soal un ipa smp 2014 9
Soal un ipa smp 2014 9
 
Kidung wargasari
Kidung wargasariKidung wargasari
Kidung wargasari
 
Nota bab 2
Nota bab 2Nota bab 2
Nota bab 2
 
CELENGAN PERTAMA
CELENGAN PERTAMACELENGAN PERTAMA
CELENGAN PERTAMA
 
Derai
DeraiDerai
Derai
 
Aspek –aspek perkembangan
Aspek –aspek perkembanganAspek –aspek perkembangan
Aspek –aspek perkembangan
 
Bangun datar by maman
Bangun datar by mamanBangun datar by maman
Bangun datar by maman
 
Menjual Sisir Pada Biksu
Menjual Sisir Pada BiksuMenjual Sisir Pada Biksu
Menjual Sisir Pada Biksu
 
Rute angkutan-umum Jakarta
Rute angkutan-umum JakartaRute angkutan-umum Jakarta
Rute angkutan-umum Jakarta
 

Ähnlich wie Pendidikan nasional yang bermoral

Konsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikKonsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikLSP3I
 
Pentingya pendidikan karakter dengan menanamkan nilai nilai moral pada siswa
Pentingya pendidikan karakter dengan menanamkan nilai nilai moral pada siswaPentingya pendidikan karakter dengan menanamkan nilai nilai moral pada siswa
Pentingya pendidikan karakter dengan menanamkan nilai nilai moral pada siswaLinda Rosita
 
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaPendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaAndy Nostalgither's
 
MOHAMMAD AHYAN YUSUF SYA'BANI.docx
MOHAMMAD AHYAN YUSUF SYA'BANI.docxMOHAMMAD AHYAN YUSUF SYA'BANI.docx
MOHAMMAD AHYAN YUSUF SYA'BANI.docxMohammadAhyanYusufSy
 
Makalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikanMakalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikanAli Rohman
 
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docx
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docxAhmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docx
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docxhairulanwar55
 
Guru berkarakter
Guru berkarakterGuru berkarakter
Guru berkaraktertotok aris
 
Minat membaca dikalangan rakyat malaysia -Rhe
Minat membaca dikalangan rakyat malaysia -RheMinat membaca dikalangan rakyat malaysia -Rhe
Minat membaca dikalangan rakyat malaysia -Rhemashran saudin
 
Renstra mi sukajaya 2010 2015
Renstra mi sukajaya  2010   2015Renstra mi sukajaya  2010   2015
Renstra mi sukajaya 2010 2015Ajat Sudrajat
 
393928697 contoh-karangan
393928697 contoh-karangan393928697 contoh-karangan
393928697 contoh-karanganAqashahArshad
 
Tugas profesi kependidikan
Tugas profesi kependidikanTugas profesi kependidikan
Tugas profesi kependidikanlisnanuramalia
 
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)Teacher Nasrah
 

Ähnlich wie Pendidikan nasional yang bermoral (20)

Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasila
 
Pidato pendidikan moral
Pidato pendidikan moralPidato pendidikan moral
Pidato pendidikan moral
 
Pidato
PidatoPidato
Pidato
 
Ppt ti
Ppt tiPpt ti
Ppt ti
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
Tugas 2
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2
 
Buat apa sekolah
Buat apa sekolahBuat apa sekolah
Buat apa sekolah
 
Konsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikKonsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan Holistik
 
Pentingya pendidikan karakter dengan menanamkan nilai nilai moral pada siswa
Pentingya pendidikan karakter dengan menanamkan nilai nilai moral pada siswaPentingya pendidikan karakter dengan menanamkan nilai nilai moral pada siswa
Pentingya pendidikan karakter dengan menanamkan nilai nilai moral pada siswa
 
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaPendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
 
MOHAMMAD AHYAN YUSUF SYA'BANI.docx
MOHAMMAD AHYAN YUSUF SYA'BANI.docxMOHAMMAD AHYAN YUSUF SYA'BANI.docx
MOHAMMAD AHYAN YUSUF SYA'BANI.docx
 
Makalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikanMakalah Mahalnya pendidikan
Makalah Mahalnya pendidikan
 
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docx
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docxAhmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docx
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docx
 
Guru berkarakter
Guru berkarakterGuru berkarakter
Guru berkarakter
 
Rawal AKBID PARAMATA RAHA
Rawal AKBID PARAMATA RAHA Rawal AKBID PARAMATA RAHA
Rawal AKBID PARAMATA RAHA
 
Minat membaca dikalangan rakyat malaysia -Rhe
Minat membaca dikalangan rakyat malaysia -RheMinat membaca dikalangan rakyat malaysia -Rhe
Minat membaca dikalangan rakyat malaysia -Rhe
 
Renstra mi sukajaya 2010 2015
Renstra mi sukajaya  2010   2015Renstra mi sukajaya  2010   2015
Renstra mi sukajaya 2010 2015
 
393928697 contoh-karangan
393928697 contoh-karangan393928697 contoh-karangan
393928697 contoh-karangan
 
Tugas profesi kependidikan
Tugas profesi kependidikanTugas profesi kependidikan
Tugas profesi kependidikan
 
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)
KESIMPULAN (GEJALA SOSIAL)
 

Pendidikan nasional yang bermoral

  • 1. PENDIDIKAN NASIONAL YANG BERMORAL Oleh Defrina Aprilia Memang harus kita akui ada diantara (oknum) generasi muda saat ini yang mudah emosi dan lebih mengutamakan otot daripada akal pikiran. Kita lihat saja, tawuran bukan lagi milik pelajar SMP dan SLTA tapi sudah merambah dunia kampus (masih ingat kematian seorang mahasiswa di Universitas Jambi, awal tahun 2002 akibat perkelahian didalam kampus). Atau kita jarang (atau belum pernah) melihat demonstrasi yang santun dan tidak menggangu orang lain baik kata-kata yang diucapkan dan prilaku yang ditampilkan. Kita juga kadang-kadang jadi ragu apakah demonstrasi yang dilakukan mahasiswa murni untuk kepentingan rakyat atau pesanan sang pejabat. Selain itu, berita-berita mengenai tindakan pencurian kendaraan baik roda dua maupun empat, penguna narkoba atau bahkan pengedar, pemerasan dan perampokan yang hampir setiap hari mewarnai tiap lini kehidupan di negara kita tercinta ini banyak dilakukan oleh oknum golongan terpelajar. Semua ini jadi tanda tanya besar kenapa hal tersebut terjadi?. Apakah dunia Pendidikan (dari SD sampai PT) kita sudah tidak lagi mengajarkan tata susila dan prinsip saling sayang - menyayangi kepada siswa atau mahasiswanya atau kurikulum pendidikan tinggi sudah melupakan prinsip kerukunan antar sesama? Atau inikah hasil dari sistim pendidikan kita selama ini ? atau Inikah akibat perilaku para pejabat kita? Dilain pihak, tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme yang membuat bangsa ini morat-marit dengan segala permasalahanya baik dalam bidang keamanan, politik, ekonomi, sosial budaya serta pendidikan banyak dilakukan oleh orang orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi baik dalam negri maupun luar negri. Dan parahnya, era reformasi bukannya berkurang tapi malah tambah jadi. Sehingga kapan krisis multidimensi inI akan berakhir belum ada tanda-tandanya. PERLU PENDIDIKAN YANG BERMORAL Kita dan saya sebagai Generasi Muda sangat perihatin dengan keadaan generasi penerus atau calon generasi penerus Bangsa Indonesai saat ini, yang tinggal, hidup dan dibesarkan di dalam bumi republik ini. Untuk menyiapkan generasi penerus yang bermoral, beretika, sopan, santun, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu dilakukan hal-hal yang memungkin hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama. Pertama, melalui pendidikan nasional yang bermoral (saya tidak ingin mengatakan bahwa pendidikan
  • 2. kita saat ini tidak bermoral, namun kenyataanya demikian di masyarakat). Lalu apa hubungannya Pendidikan Nasional dan Nasib Generasi Penerus? Hubungannya sangat erat. Pendidikan pada hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bermoral dan berkualitas unggul. Dan sumber daya manusia tersebut merupakan refleksi nyata dari apa yang telah pendidikan sumbangankan untuk kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Apa yang telah terjadi pada Bangsa Indonesia saat ini adalah sebagai sumbangan pendidikan nasional kita selama ini. Pendidikan nasional selama ini telah mengeyampingkan banyak hal. Seharusnya pendidikan nasional kita mampu menciptakan pribadi (generasi penerus) yang bermoral, mandiri, matang dan dewasa, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok.Tapi kenyataanya bisa kita lihat saat ini. Pejabat yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme baik di legislative, ekskutif dan yudikatif semuanya orang-orang yang berpendidikan bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka bergelar dari S1 sampai Prof. Dr. Contoh lainnya, dalam bidang politik lebih parah lagi, ada partai kembar , anggota dewan terlibat narkoba, bertengkar ketika sidang, gontok-gontokan dalam tubuh partai karena memperebutkan posisi tertentu (Bagaimana mau memperjuangkan aspirasi rakyat kalau dalam diri partai saja belum kompak). Dan masih ingatkah ketika terjadi jual beli kata-kata umpatan ("bangsat") dalam sidang kasus Bulog yang dilakukan oleh orang-orang yang mengerti hukum dan berpendidikan tinggi. Apakah orang-orang seperti ini yang kita andalkan untuk membawa bangsa ini kedepan? Apakah mereka tidak sadar tindak-tanduk mereka akan ditiru oleh generasi muda saat ini dimasa yang akan datang? Dalam dunia pendidikan sendiri terjadi penyimpangan-penyimpang yang sangat parah seperti penjualan gelar akademik dari S1 sampai S3 bahkan professor (dan anehnya pelakunya adalah orang yang mengerti tentang pendidikan), kelas jauh, guru/dosen yang curang dengan sering datang terlambat untuk mengajar, mengubah nilai supaya bisa masuk sekolah favorit, menjiplak skripsi atau tesis, nyuap untuk jadi pegawai negeri atau nyuap untuk naik pangkat sehingga ada kenaikan pangkat ala Naga Bonar. Di pendidikan tingkat menengah sampai dasar, sama parahnya, setiap awal tahun ajaran baru. Para orang tua murid sibuk mengurusi NEM anaknya (untungsnya, NEM sudah tidak dipakai lagi, entah apalagi cara mereka), kalau perlu didongkrak supaya bisa masuk sekolah-sekolah favorit. Kalaupun NEM anaknya rendah, cara yang paling praktis adalah mencari lobby untuk memasukan anaknya ke sekolah yang diinginkan, kalau perlu nyuap. Perilaku para orang tua seperti ini (khususnya kalangan berduit) secara
  • 3. tidak langsung sudah mengajari anak-anak mereka bagaimana melakukan kecurangan dan penipuan. (makanya tidak aneh sekarang ini banyak oknum pejabat jadi penipu dan pembohong rakyat). Dan banyak lagi yang tidak perlu saya sebutkan satu per satu dalam tulisan ini. Kembali ke pendidikan nasional yang bermoral (yang saya maksud adalah pendidikan yang bisa mencetak generasi muda dari SD sampai PT yang bermoral. Dimana proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, tahu malu, tidak plin- plan, jujur, santun, berahklak mulia, berbudi pekerti luhur sehingga mereka tidak lagi bergantung kepada keluarga, masyarakat atau bangsa setelah menyelesaikan pendidikannya.Tetapi sebaliknya, mereka bisa membangun bangsa ini dengan kekayaan yang kita miliki dan dihargai didunia internasional. Kalau perlu bangsa ini tidak lagi mengandalkan utang untuk pembangunan. Sehingga negara lain tidak seenaknya mendikte Bangsa ini dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan kata lain, proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik harus dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral pula. Dimana ketika berlangsung proses tranformasi ilmu pengetahuan di SD sampai PT sang pendidik harus memiliki moralitas yang bisa dijadikan panutan oleh peserta didik. Seorang pendidik harus jujur, bertakwa, berahklak mulia, tidak curang, tidak memaksakan kehendak, berperilaku santun, displin, tidak arogan, ada rasa malu, tidak plin plan, berlaku adil dan ramah di dalam kelas, keluarga dan masyarakat. Kalau pendidik mulai dari guru SD sampai PT memiliki sifat-sifat seperti diatas. Negara kita belum tentu morat-marit seperti ini. Kedua, Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas. Misalkan kurikulum sudah dirubah, anggaran pendidikan sudah ditingkatkan dan fasilitas sudah dilengkapi dan gaji guru/dosen sudah dinaikkan, Namun kalau pendidik (guru atau dosen) dan birokrat pendidikan serta para pembuat kebijakan belum memiliki sifat-sifat seperti diatas, rasanya perubahan-perubahan tersebut akan sia-sia. Implementasi di lapangan akan jauh dari yang diharapkan Dan akibat yang ditimbulkan oleh proses pendidikan pada generasi muda akan sama seperti sekarang ini. Dalam hal ini saya tidak berpretensi menyudutkan guru atau dosen dan birokrat pendidikan serta pembuat kebijakan sebagai penyebab terpuruknya proses pendidikan di Indonesia saat ini. Tapi adanya oknum yang berperilaku menyimpang dan tidak bermoral harus segera mengubah diri sedini mungkin kalau menginginkan generasi seperti diatas. Selain itu, anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu akan mengubah dengan cepat kondisi
  • 4. pendidikan kita saat ini. Malah anggaran yang tinggi akan menimbulkan KKN yang lebih lagi jika tidak ada kontrol yang ketat dan moralitas yang tinggi dari penguna anggaran tersebut. Dengan anggaran sekitar 6% saja KKN sudah merajalela, apalagi 20-25%. Ketiga, Berlaku adil dan Hilangkan perbedaan. Ketika saya masih di SD dulu, ada beberapa guru saya sangat sering memanggil teman saya maju kedepan untuk mencatat dipapan tulis atau menjawab pertanyaan karena dia pintar dan anak orang kaya. Hal ini juga berlanjut sampai saya kuliah di perguruan tinggi. Yang saya rasakan adalah sedih, rendah diri, iri dan putus asa sehingga timbul pertanyaan mengapa sang guru tidak memangil saya atau yang lain. Apakah hanya yang pintar atau anak orang kaya saja yang pantas mendapat perlakuan seperti itu.? Apakah pendidikan hanya untuk orang yang pintar dan kaya? Dan mengapa saya tidak jadi orang pintar dan kaya seperti teman saya? Bisakah saya jadi orang pintar dengan cara yang demikian? Dengan contoh yang saya rasakan ini (dan banyak contoh lain yang sebenarnya ingin saya ungkapkan), saya ingin memberikan gambaran bahwa pendidikan nasional kita telah berlaku tidak adil dan membuat perbedaan diantara peserta didik. Sehingga generasi muda kita secara tidak langsung sudah diajari bagaimana berlaku tidak adil dan membuat perbedaan. Jadi, pembukaan kelas unggulan atau kelas akselerasi hanya akan membuat kesenjangan sosial diantara peserta didik, orang tua dan masyarakat. Yang masuk di kelas unggulan belum tentu memang unggul, tetapi ada juga yang diunggul-unggulkan karena KKN. Yang tidak masuk kelas unggulan belum tentu karena tidak unggul otaknya tapi karena dananya tidak unggul. Begitu juga kelas akselerasi, yang sibuk bukan peserta didik, tapi para orang tua mereka mencari jalan bagaimana supaya anaknya bisa masuk kelas tersebut. Kalau mau membuat perbedaan, buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri, bermoral. dewasa dan bertanggungjawab. Jangan hanya mengadopsi sistem bangsa lain yang belum tentu cocok dengan karakter bangsa kita. Karena itu, pembukaan kelas unggulan dan akselerasi perlu ditinjau kembali kalau perlu hilangkan saja. Contoh lain lagi , seorang dosen marah-marah karena beberapa mahasiswa tidak membawa kamus. Padahal Dia sendiri tidak pernah membawa kamus ke kelas. Dan seorang siswa yang pernah belajar dengan saya datang dengan menangis memberitahu bahwa nilai Bahasa Inggrisnya 6 yang seharusnya 9. Karena dia sering protes pada guru ketika belajar dan tidak ikut les dirumah guru tersebut. Inikan! contoh paling sederhana bahwa pendidikan nasional kita belum mengajarkan bagaimana berlaku adil dan
  • 5. menghilangkan Perbedaan. PEJABAT HARUS SEGERA BERBENAH DIRI DAN MENGUBAH PERILAKU Kalau kita menginginkan generasi penerus yang bermoral, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok. Maka semua pejabat yang memegang jabatan baik legislative, ekskutif maupun yudikatif harus berbenah diri dan memberi contoh dulu bagaimana jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok kepada generasi muda mulai saat ini. Karena mereka semua adalah orang-orang yang berpendidikan dan tidak sedikit pejabat yang bergelar Prof. Dr. (bukan gelar yang dibeli obral). Mereka harus membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari sistim pendidikan nasional selama ini. Jadi kalau mereka terbukti salah melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, jangan cari alasan untuk menghindar. Tunjukan bahwa mereka orang yang berpendidikan , bermoral dan taat hukum. Jangan bohong dan curang. Apabila tetap mereka lakukan, sama saja secara tidak langsung mereka (pejabat) sudah memberikan contoh kepada generasi penerus bahwa pendidikan tinggi bukan jaminan orang untuk jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berprilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok. Jadi jangan salahkan jika generasi mudah saat ini meniru apa yang mereka (pejabat) telah lakukan . Karena mereka telah merasakan, melihat dan mengalami yang telah pejabat lakukan terhadap bangsa ini. Selanjutnya, semua pejabat di negara ini mulai saat ini harus bertanggungjawab dan konsisten dengan ucapannya kepada rakyat. Karena rakyat menaruh kepercayaan terhadap mereka mau dibawah kemana negara ini kedepan. Namun perilaku pejabat kita, lain dulu lain sekarang. Sebelum diangkat jadi pejabat mereka umbar janji kepada rakyat, nanti begini, nanti begitu. Pokoknya semuanya mendukung kepentingan rakyat. Dan setelah diangkat, lain lagi perbuatannya. Contoh sederhana, kita sering melihat di TV ruangan rapat anggota DPR (DPRD) banyak yang kosong atau ada yang tidur-tiduran. Sedih juga melihatnya. Padahal mereka sudah digaji, bagaimana mau memperjuangkan kepentingan rakyat. Kalau ke kantor hanya untuk tidur atau tidak datang sama sekali. Atau ada pengumuman di Koran, radio atau TV tidak ada kenaikan BBM, TDL atau tariff air minum. Tapi beberapa minggu atau bulan berikutnya, tiba-tiba naik dengan alasan tertentu. Jadi jangan salahkan mahasiswa atau rakyat demonstrasi dengan mengeluarkan kata-kata atau perilaku yang kurang etis terhadap pejabat. Karena pejabat itu sendiri tidak
  • 6. konsisten. Padahal pejabat tersebut seorang yang bergelar S2 atau bahkan Prof. Dr. Inikah orang-orang yang dihasilkan oleh pendidikan nasional kita selama ini? Harapan Dengan demikian, apabila kita ingin mencetak generasi penerus yang mandiri, bermoral, dewasa dan bertanggung jawab. Konsekwensinya, Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda. jangan hanya menuntut generasi muda untuk berperilaku jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berprilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok. Tapi para pemimpin bangsa ini tidak melakukannya. Maka harapan tinggal harapan saja. Karena itu, mulai sekarang, semua pejabat mulai dari level tertinggi hingga terendah di legislative, eksekutif dan yudikatif harus segera menghentikan segala bentuk petualangan mereka yang hanya ingin mengejar kepentingan pribadi atau kelompok sesaat dengan mengorbankan kepentingan negara. Sehingga generasi muda Indonesia memiliki panutan-panutan yang bisa diandalkan untuk membangun bangsa ini kedepan.